• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Dislipidemia pada Pekerja Garmen Wanita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Risiko Dislipidemia pada Pekerja Garmen Wanita"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR RISIKO DISLIPIDEMIA

PADA PEKERJA GARMEN WANITA

DIEGO ARMANDO MARADONA UMURU

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PERLIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya yang menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor Risiko Dislipidemia Pada Pekerja Garmen Wanita adalah benar karya saya dengan arah dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustak di bagian akhir skrpsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya keda Insitut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

DIEGO ARMANDO MARADONA UMURU. Faktor Risiko Dislipidemia Pada Pekerja Garmen Wanita. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dislipidemia pada pekerja garmen wanita di PT Citra Abadi Sejati, Bogor. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional study. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman dan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antar variabel dengan kejadian dislipidemia. Model regresi logistik digunakan untuk analisis multivariat antara berbagai variabel independen dengan kejadian dislipidemia. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu 59 pekerja garmen wanita. Data yang dikumpulkan diantaranya karakteristik, gaya hidup, asupan gizi, status gizi, riwayat penyakit orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17% subjek terkena dislipidemia. Profil lipid darah subjek berupa kolesterol trigliserida dan kolesterol HDL tergolong normal. Berdasarkan hasil uji Spearman, terdapat hubungan antara pendapatan dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) dengan kejadian dislipidemia. Dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik dan diperoleh nilai Odds Ratio (OR) RLPP yaitu 5.85 kali (95% CI : 1.381-24.774) beresiko menyebabkan kejadian dislipidemia. Sedangkan variabel yang diteliti lainnya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan dislipidemia.

Kata kunci:dislipidemia, faktor risiko, pendapatan, rasio lingkar pinggang panggul

ABSTRACT

DIEGO ARMANDO MARADONA UMURU. Risk Factors of Dyslipidemia Among Women Garmen Workers. Supervised by DODIK BRIAWAN.

This study was aimed to analyze risk factors of dyslipidemia among women garment workers of PT Citra Abadi Sejati, Bogor. The design of this study was cross sectional. Analysis bivariate using Spearman test and Chi-Square test to determine correlation between some variables with dyslipidemia. A logistic regression model was applied for multivariate analysis and some dependent variables with dyslipidemia. The number of subjects were 59 women garment workers and 17% had dyslipidemia. The collected data were characteristic, life style, nutrients intake, nutritional status, and dyslipidemia family history. There was significant correlation between waist hip ratio (WHR) and income with dyslipidemia. The next analysis used logistic regression test and resulted Odds Ratio (OR) value for Income and WHR. The dyslipidemia risk was higher among subjects who had higher WHR (WHR>0.85) (OR= 0.585 95% CI: 1.381-24.774). High income and the other variables were not significant statistically with dyslipidemia

(6)
(7)

FAKTOR RISIKO DISLIPIDEMIA

PADA PEKERJA GARMEN WANITA

DIEGO ARMANDO MARADONA UMURU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Faktor Risiko Dislipidemia pada Pekerja Garmen Wanita Nama : Diego Armando Maradona Umuru

NIM : I14090126

Disetujui oleh

Diketahui oleh:

Dr Rimbawan Ketua Departemen

Tanggal Disetujui:

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang menjadi syarat untuk pelaksanaan proses penelitian. Usulan penelitian ini berjudul “Faktor Risiko Dislipidemia pada Pekerja Garmen Wanita” untuk mengetahui faktor risiko penyebab terjadinya dislipidemia pada kerja wanita. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN selaku pembimbing akademik dan skripsi yang telah membimbing dan memberikan arahan.

2. Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pemandu seminar yang telah banyak membantu dan memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

3. Para Pembahas Seminar yaitu Riana, Kirana dan Widia

4. Bapak Pdt Zadrach Umuru (Ayah), Yacoba Tumana (Ibu) serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya selama ini.

5. Teman-Teman Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB serta Teman-Teman Komisi Pelayanan Anak 46 (Dennis, Irene S, Heraldy Risva, Melisa A. Siregar, Stefan Efendi, Weny A. Nainggolan, Citra Gurning, Faity Trifosa, Ira Puspita) yang selalu memberikan semangat.

6. Rekan-Rekan Gizi Masyarakat 46 (Noer Herlina Hanum, Maya Utami, Utami wahyuningsih, Ronald Sinery, Anggar Pamungkas, Tania Primarta, Michel Erison, Aji Nugraha, Ryan Pranatha, Albetha Putra Pratama, Ika Rohmah Sekarayu, Nurayu Annisa, Quratu Aini, Yulita Fariza Harahap) yang selalu senantiasa memberikan doa dan dukungan

7. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga karya ilmia ini bermanfaat. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

Bogor, Mei 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Tujuan Umum 2

Tujuan Khusus 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 4

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Subjek dan Sosial Ekonomi 11

Umur 11

Pendidikan 11

Pendapatan (Gaji) 12

Gaya Hidup (Life style) 12

Kebiasaan Merokok 13

Kebiasaan Olahraga 13

Kebiasaan Makan Makanan Berisiko (Tinggi Kolesterol dan Tinggi Lemak) 14

Riwayat Penyakit 16

Status Gizi 17

Indeks Massa Tubuh (IMT) 17

Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) 17

Profil Lipid 18

Kolesterol HDL 18

Trigliserida 19

Asupan Zat Gizi 19

Asupan Energi 19

Asupan Protein 20

Asupan Lemak Total 20

Asupan Lemak Tak jenuh Tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid/MUFA) 21 Asupan Lemak Tak Jenuh Ganda ( Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA) 21

Asupan Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid/SAFA) 22

(14)

Asupan Kolesterol 22 Hubungan karakteristik subjek dengan kejadian dislipidemia 22 Hubungan gaya hidup subjek dengan kejadian dislipidemia 23 Hubungan status gizi subjek dengan kejadian dislipidemia 24 Hubungan riwayat penyakit orang tua subjek dengan kejadian dislipidemia 25 Hubungan tingkat kecukupan zat gizi subjek dengan kejadian dislipidemia 26

Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia 28

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 35

RIWAYAT HIDUP 38

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 6

2 Klasifikasi IMT menurut WHO, IASO, IOTF (2000) untuk Asia 8

3 Pengkategorian variabel penelitian 9

4 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik subjek 12

5 Sebaran kebiasaan merokok subjek 13

6 Sebaran kebiasaan olahraga 14

7 Sebaran makanan berlemak dan kolesterol per minggu 15 8 Sebaran subjek berdasarkan riwayat penyakit 16 9. Sebaran subjek berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) 17

10. Sebaran subjek berdasarkan RLPP 18

11. Sebaran subjek berdasarkan kadar kolesterool HDL 19 12. Sebaran subjek berdasarkan kadar trigliserida 19 13. Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein, lemak 20 14 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan lemak jenuh, lemak tak jenuh,

lemak trans dan kolesterol 21

15 Uji hubungan karakteristik subjek dengan dislipidemia 23 16. Uji hubungan gaya hidup subjek dengan dislipidemia 24 17. Uji hubungan status gizi subjek dengan dislipidemia 25 18. Uji hubungan riwayat penyakit orang tua dengan dislipidemia 25 19. Uji hubungan tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak

dengan dislipidemia 26

20. Uji hubunganan tingkat kecukupan lemak jenuh, lemak tak jenuh,

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko dislipidemia pada pekerja wanita di pabrik

garmen Kota Bogor 4

2 Sebaran penggunakan minyak goreng, margarine, dan santan. 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil uji hubungan antara karakterisitik subjek dengan dislipidemia 35 2.Hasil uji hubungan antara gaya hidup subjek dengan dislipidemia 35 3. Hasil uji hubungan antara status gizi subjek dengan dislipidemia 36 4. Hasil uji hubungan antara riwayat penyakit orang tua dengan dislipidemia 36 5. Hasil uji hubungan antara energi, protein, lemak dengan dislipidemia 36 6. Hasil uji hubungan antara TKKolesterol, TKPUFA, TKMUFA,TKLemak Trans,

TKLemak Jenuh dengan dislipidemia 37

7. Hasil uji regresi logistik antara pendapatan dan RLPP subjek

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan. Pekerja wanita pun turut mengambil bagian dalam keberhasilan pembangunan. Kesehatan dan kualitas dari pekerja wanita juga menjadi penentu peningkatan pembangunan tersebut. Semakin banyaknya waktu bekerja, kurang aktivitas fisik, lingkungan kerja yang tidak sehat dan konsumsi pangan yang kurang mengakibatkan banyak faktor penyebab penyakit yang dapat mengganggu kesehatan dan kualitas pekerja wanita. Masalah kelebihan atau kekurangan gizi yang terjadi pada usia dewasa akan mempengaruhi produktivitas kerja (Badriah 2011). Selain itu, mereka juga memiliki jam kerja yang panjang dengan waktu istirahat sedikit dan menu makan siang yang kurang bermutu (WRI 2011). Adapun beberapa penyakit yang sering dialami di kalangan pekerja wanita yaitu diantaranya obesitas dan hipertensi.

Penelitian Erliyani (2012) menemukan bahwa prevalensi buruh dengan status gizi gemuk dan obesitas yaitu sebesar 29.1%. Hal tersebut dapat disebabkan kurang melakukan aktivitas fisik dan pola makan yang kurang teratur. Telah diterima secara luas bahwa lemak tubuh yang berlebihan dan obesitas dapat menimbulkan faktor risiko terhadap diabetes, penyakit kardiovaskular dan dislipidemia. Dewasa ini prevalensi terjadinya obesitas meningkat, beserta hubungannya dengan pengurangan harapan hidup, telah membuat obesitas sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat yang darurat. Berbagai macam abnormalitas dari lipid dan lipoprotein telah diobservasi terhadap individu yang obesitas, termasuk peningkatan kolesterol, trigliserida dan penurunan dari kadar kolesterol HDL.

(18)

2

peningkatan dislipidemia. Namun, Menurut Al-Kaabaa et al. (2012), yang menyebabkan terjadinya dislipidemia antara lain obesitas, usia, jenis kelamin, dan diabetes. Berdasarkan penelitian Balitbangkes tahun 2000, dislipidemia mempunyai presentasi tertinggi dibandingkan faktor risiko lain seperti diabetes mellitus, hipertensi yaitu sebesar 70.4%. Berdasarkan Suprihatin et al. (2007) juga menyatakan bahwa overweight dan obesitas merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya dislipidemia.

Faktor risiko dislipidemia menurut Bahri (2004) terdiri dari yang dapat diperbaiki yaitu konsumsi lemak, tekanan darah tinggi atau hipertensi, merokok, diabetes mellitus, kegemukan atau obesitas, tidak aktif (kurang gerak), dan stres. Faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki yaitu keturunan, jenis kelamin, dan usia. Kurangnya aktivitas fisik dan perubahan gaya hidup juga menjadi faktor penentu terjadinya dislipidemia. Selain itu, pendidikan yang rendah yang mengakibatkan memicu adanya kekurangan gizi, memperoleh pekerjaan dengan gaji yang rendah, terjadinya stres yang dapat pula mengakibatkan terjadinya dislipidemia (Erem et al. 2008).

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor risiko kejadian dislipidemia pada pekerja wanita. Gaya hidup dan faktor lingkungan merupakan fakor risiko yang dapat berubah sehingga faktor risiko kejadian dislipidemia pada pekerja wanita dapat berbeda dibandingkan dengan responden lainnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko dislipidemia pada pekerja wanita.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karaktersistik sosial pada pekerja garmen wanita.

2. Menganalisis kebiasaan makan tinggi lemak dan kolesterol pada pekerja garmen wanita

3. Mengkaji kejadian dislipidemia pada pekerja garmen wanita. 4. Menganalisis status gizi pekerja wanita (IMT dan RLPP). 5. Menganalisis kebiasaan olahraga pekerja wanita.

6. Menganalisis asupan energi dan zat gizi lainnya yaitu protein, lemak , kolesterol, lemak jenuh, lemak tak jenuh dan lemak trans pada pekerja wanita. 7. Menganalisis faktor risiko dislipidemia pada pekerja wanita.

Manfaat Penelitian

(19)

3

peningkatan kesehatan pekerja sehingga dapat mencegah kerugian ekonomi akibat penurunan produktivitas.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kesehatan dan kualitas dari pekerja wanita juga menjadi penentu peningkatan pembangunan tersebut. Semakin banyaknya waktu bekerja, kurang aktivitas fisik, lingkungan kerja yang tidak sehat dan konsumsi pangan yang kurang mengakibatkan banyak faktor penyebab penyakit yang dapat mengganggu kesehatan dan kualitas pekerja wanita. Selain itu, mereka juga memiliki jam kerja yang panjang dengan waktu istirahat sedikit dan menu makan siang yang kurang bermutu. Salah satu gangguan kesehatan yang dialami yaitu dislipidemia.

Dislipidemia dapat menyebabkan seseorang berisiko mengalami diabetes dan hipertensi. Penyebab dislipidemia belum dapat diketahui secara pasti dan tidak bersumber dari satu penyebab yang tunggal. Adanya gangguan pada organ tubuh lainnya seperti ginjal, jantung maupun pembuluh darah diduga dapat menimbulkan risiko dislipidemia. Selain itu, faktor keturunan/genetik, kelainan hormonal, penggunaan obat tertentu, dan hiperkolesterolemia,obesitas diduga pula memiliki kontribusi dalam timbulnya kejadian dislipidemia.

(20)

4

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak ditelit : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko dislipidemia pada pekerja wanita di pabrik garmen Kota Bogor

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian akan dilakukan di PT Citra Abadi Sejati yang berlokasi di Kedunghalang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan satu kesatuan penelitian dengan penelitian “ Efikasi Suplementasi Vitamin D, Kalsium dan Susu terhadap Perbaikan Serum 25 (OH) dan Sindrom Metabolik Pekerja Wanita Usia Subur” oleh Briawan, Khomsan dan Rimbawan (2013) sebagai baseline pada tahun I yang didanai oleh Dikti. Penelitian akan dimulai pada bulan September 2013-Oktober 2013.

(21)

5

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja berusia 30-45 tahun yang bekerja di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati. Subjek penelitian dipilih secara acak dengan kriteria inklusi: 1) tidak sedang hamil atau menyusui; 2) tidak mengalami cacat fisik; 3) tidak mengonsumsi alkohol; 4) bersedia menandatangani formulir persetujuan etik. Adapun kriteria eksklusinya adalah 1) tidak bersedia mengikuti penelitian; 2) sedang hamil atau sedang menyusui; dan 3) pengisian kuesioner tidak lengkap.

Penentuan jumlah subjek minimal pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut (Lemeshow et al. 1997):

� = �

�2 � 1 − �

�2

=1.96*0.112(1-0.112)/0.5 =38.98 = 40

Keterangan:

n = jumlah subjek minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan

p = prevalensi batas tinggi (kadar kolesterol darah 200-249 mg/dl) adalah sebesar 11,2%. (SKRT 2004)

1-p = prevalensi yang tidak berada pada batas tinggi (kadar kolesterol darah 200-249 mg/dl) adalah sebesar 11,2% (SKRT 2004) adalah sebesar = 88.8 %

d = limit dari error atau presisi absolut = 10%

Dari rumus tersebut didapatkan n (jumlah sampel) sebesar 38.98 ~ 40 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang mencakup karakteristik subjek (usia, pendidikan terakhir dan pendapatan), kebiasaan konsumsi makanan berisiko (tinggi kolesterol dan makanan berlemak), status gizi (IMT dan lingkar pinggang pinggul), data kebiasaan olahraga subjek, kadar serum trigliserid dan kadar HDL. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3. Subyek dipuasakan selama minimal 12 jam, Pengambilan darah pada vena mediana cubiti dilakukan oleh tenaga profesional dan sampel darah tersebut diperiksa pada laboratorium terakreditasi.

(22)

6

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No. Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 1. Karakteristik

individu

 Usia Wawancara

menggunakan kuesioner 2. Karakteristik sosial

ekonomi individu

 Tingkat pendidikan  Tingkat pendapatan

Wawancara

menggunakan kuesioner 3. Faktor herediter  Riwayat penyakit orang tua

(diabetes, hipertensi, penyakit jantung, hiperkolesterolemia dll)

Wawancara

menggunakan kuesioner

4. Asupan zat gizi  Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (protein, lemak total, asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, lemak trans, dan kolesterol)

6. Kebiasaan olahraga  Jenis, durasi dan frekuensi olahraga

 Jumlah konsumsi rokok per hari

Wawancara dengan menggunakan kuesioner 8. Biokimia darah  Kadar serum trigliserida

 Kadar kolesterol HDL

Sampel darah vena

Data status gizi dikumpulkan dengan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar pinggang. Berat badan pekerja diukur dengan menggunakan timbangan injak yang telah dikalibrasi dengan ketelitian 0.1 kg. Sampel diukur dalam posisi berdiri dan berpakaian seminimal mungkin, tanpa isi kantong maupun alas kaki. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Microtoise digantungkan pada dinding yang rata dengan ketinggian 2 meter dari dasar lantai. Pada saat pengukuran, sampel berdiri tegak tanpa alas kaki dan tutup kepala, pandangan lurus ke depan dengan tumit, bokong, punggung, dan kepala bagian belakang menempel pada dinding. Microtoise kemudian diturunkan sampai menyentuh kepala sampel. Lingkar pinggang diukur dengan menggunakan pita pengukur dengan ketelitian 0.1 cm. Pengukuran dilakukan dengan posisi sampel berdiri nyaman dengan berat badan tersebar merata dan jarak antara kedua kaki 25-30 cm. Pita ditarik secukupnya agar tidak menekan jaringan lunak dengan posisi pita berada di antara ujung bawah tulang rusuk dan puncak tulang iliac (panggul).

(23)

7

dikatakan melebihi batas normal jika ≥150 mg/dl, kadar HDL tergolong rendah jika <40 mg/dl (IDF 2006 ).

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, penyusunan file, pemasukan data, pengeditan, penyusunan variabel, pengombinasian dan pemisahan file. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan program komputer Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 16 for Windows.

Data karakteristik pekerja wanita yang dikumpulkan meliputi usia, pendidikan, dan pendapatan. Usia sampel dikelompokkan menjadi tiga, yaitu; ≤35 tahun dan >35 tahun. Pendidikan subjek dikelompokkan menjadi dua yaitu rendah (≤SMA) dan tinggi (>SMA). Pendapatan subjek digolongkan berdasarkan dua kali upah minimum regional (UMR) Kabupaten Bogor (Rp 2 242 240) menjadi dua yaitu rendah (≤ Rp 4 484 480) dan tinggi (>Rp 4 484 480). Kategori kadar kolesterol HDL yaitu tinggi (≥60 mg/dl), rendah (<40 mg/dl) dan normal (40-60 mg/dl). Kategori kadar trigliserida yaitu normal (<150 mg/dl), batas tinggi (15-0-199 mg/dl), tinggi (200-499 mg/dl) dan sangat tinggi (≥500 mg/dl). Frekuensi olahraga kategorinya yaitu cukup (≥3 kali/minggu) dan kurang (<3 kali/minggu). Kategori durasi olahraga terbagi atas dua yaitu cukup (≥30 menit) dan kurang (<30 menit)

Data jumlah pangan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal), protein (g), lemak total (g) dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan Indonesia 2013. Untuk lemak jenuh (g), asam lemak tak jenuh tunggal (g), asam lemak tak jenuh ganda (g) dan kolesterol (mg) menggunakan daftar komposisi bahan makanan Singapura dan WFOOD Indonesia. Konversi konsumsi lemak trans (g) dengan menggunakan USDA National Nutrient database for standar reference-release 24. Kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi dihitung menggunakan rumus berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan

Perhitungan kecukupan energi dan protein yang dikoreksi dengan berat badan aktual sehat (dari setiap kelompok usia) digunakan rumus sebagai berikut:

AKG = (Ba/Bs) X AKGI AKG = Angka kecukupan energi atau protein Ba = Berat badan aktual sehat (kg)

Bs = Berat badan rata-rata yang tercantum dalam AKG

(24)

8

Rumus di atas hanya diberlakukan pada subjek dengan status gizi normal sedangkan untuk subjek dengan status gizi overweight dan obese digunakan angka kecukupan gizi di tabel AKG tanpa perlu koreksi berat badan.

Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi (% AKG) dengan membandingkan kandungan zat gizi semua makanan yang dikonsumsi oleh pekerja wanita selama 24 jam dengan Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 dan 2012 dalam persen. Tingkat kecukupan gizi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):

TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i (%) Ki = Konsumsi pangan i (gram)

AKGi = Angka kecukupan zat gizi i (gram)

Tabel 2 Klasifikasi IMT menurut WHO, IASO, IOTF (2000) untuk Asia Interpretasi IMT (kg/m2) Risiko morbiditas

Underweight < 18.5 Risiko rendah

Normal 18.5 – 22.9 Average

Berpedoman pada Departemen Kesehatan (1996), sehingga penggolongan tingkat kecukupan energi dan protein terbagi menjadi 2 yaitu: kategori cukup (≤90% AKG) dan kategori lebih (>90% AKG). Konsumsi lemak total dikatakan berlebih jika >30% total energi. Konsumsi harian asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, lemak trans dan kolesterol menggunakan angka yang dianjurkan oleh American Heart Association (2010). Konsumsi asam lemak jenuh tidak boleh lebih dari 10% total energi, konsumsi asam lemak tak jenuh tidak lebih dari 20% total energi, konsumsi lemak trans tidak boleh dari 1% total energi (3 gram per hari) dan konsumsi kolesterol <300 mg per hari. Kebiasaan merokok dinilai dengan menanyakan apakah terbiasa merokok atau tidak.

Data status gizi diperoleh dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) yaitu rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan yang dikuadratkan (m2). Dalam Tabel 2 dinyatakan klasifikasi IMT menurut WHO, IASO dan IOTF (2000) untuk Asia.

Pengukuran lingkar pinggang tidak perlu dilakukan jika IMT >30 kg/m2. Pengumpulan sampel darah dan pengukuran tekanan darah dilakukan oleh tenaga paramedis. Sampel darah selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Sampel dikategorikan dislipidemia jika kadar serum trigliserida ≥150 mg/dl, kadar HDL <40 mg/dl (IDF 2006).

(25)

9

olahraga, frekuensi olahraga, dan asupan zat gizi) dan uji Chi-Square (penggunaan minyak goreng, margarin, dan serta riwayat penyakit orang tua) dengan menghubungan independen dengan variabel dependen.

Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian

No. Variabel Pengkategorian variabel Sumber pustaka 1. Usia subjek 1. < 35 tahun 11. Konsumsi kolesterol 1. Cukup (< 300 mg/hari)

2. Lebih (≥ 300 mg/hari)

AHA (2009) 12. Durasi dan frekuensi

Olahraga

(26)

10

� � =

1 + e

e

� +� x +� x +� x + ………+�� +� x +� x +� x + ………+��x�x

Keterangan:

л (x) = peluang terjadinya dislipidemia (0 = normal, 1 = dislipidemia ) e = eksponensial

β0 - β1 = koefisien regresi

x1 = usia subjek (0=<35 tahun, 1=>35)

x2 = Pendidikan terakhir subjek (0= rendah, 1= tinggi)

x3 = Pendapatan keluarga subjek (0=tinggi rendah, 1=rendah) x4 = riwayat penyakit orangtua (0=tidak ada, 1=ada)

x5 = merokok ( 0=tidak merokok, 1=merokok)

x6 = kebiasan konsumsi makanan kolesterol berlemak (0=tidak sering, 1=sering)

x7 = status gizi subjek (0=normal, 1=lebih)

x8 = lingkar Pinggang pinggul (0=normal, 1=obes) x9 = tingkat kecukupan energi (0=cukup, 1=lebih) x10 = tingkat kecukupan protein (0=cukup, 1=lebih) x11 = asupan energi dari lemak (0=cukup, 1=lebih)

x12 = tingkat konsumsi asam lemak jenuh (0=cukup, 1=lebih) x13 = tingkat konsumsi asam lemak tak jenuh (0=cukup, 1=lebih) x14 = tingkat konsumsi lemak trans (0=cukup, 1=lebih)

x15 = tingkat konsumsi kolesterol (0=cukup, 1=lebih) x16 = durasi olahraga (0=cukup, 1=kurang)

x17 = frekuensi olahraga (0=cukup, 1=kurang)

Definisi Operasional

Subjek adalah pekerja wanita usia 30-50 tahun yang bekerja sebagai buruh industri di salah satu industri di Kota Bogor.

Usia adalah bilangan yang dinyatakan dalam tahun, dihitung dari tahun kelahiran hingga tahun penelitian.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh oleh subjek.

Pendapatan adalah besar pendapatan atau penghasilan subjek yang diperoleh dalam sebulan.

Riwayat penyakit orangtua adalah ada tidaknya orang tua subjek yang pernah/sedang menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung serta penyakit lainnya yang berhubungan dengan dislipidemia.

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang ditimbang menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg.

(27)

11

Lingkar pinggang pinggul adalah rasio hasil pengukuran lingkar pngggang dan pinggul subjek dengan menggunakan pita ukur dan dinyatakan dalam sentimeter (cm).

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan IMT/U yang dibedakan menjadi kurus, normal, overweight dan obese.

Kecukupan zat gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, lemak, asam lemak jenuh dan tak jenuh, lemak trans, kolesterol dan serat yang sebaiknya dipenuhi oleh subjek.

Kebiasaan olahraga adalah kegiatan melakukan olahraga (durasi dan frekuensi olahraga) guna untuk memperoleh kesehatan jasmiani.

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan subjek merokok yang meliputi jumlah rokok yang dihisap per hari dan lama merokok.

Dislipidemia adalah kondisi dimana kadar serum trigliserida ≥150 mg/dl, kadar HDL <40 mg/dl.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek dan Sosial Ekonomi

Karakteristik subjek meliputi usia sedangkan sosial ekonomi yaitu tingkat pendidikan dan pendapatan yang ditampilkan pada Tabel 4.

Umur

Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah. Penelitian Ozkara et al. (2008), Bersot et al. (2002), Erem et al. (2008) dan Foucan et al. (2000) juga menyatakan dislipidemia akan meningkat dengan bertambahnya usia terutama pada usai 40-60 tahun.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 59 orang dan berjenis kelamin wanita yang merupakan pekerja garmen. Penggolongan usia digolongkan menjadi usia ≤35 tahun dan usia >35 tahun. Subjek yang tergolong usia ≤35 tahun berjumlah 9 orang dan golongan usia >35 berjumlah 50 orang dengan rata-rata usia 29±48. Sebaran subjek berdasarkan pengkategorian umur disajikan pada Tabel 4.

Pendidikan

(28)

12

konsumsi pangan. Seseorang yang mempunyai pendidikan formal dan pendapatan yang tinggi maka makanan yang dikonsumsi akan lebih beragam dan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.

Tingkat pendidikan subjek dibedakan menjadi 5 golongan yaitu SD, SMP, SMA, diploma dan sarjana. Dari 59 subjek diperoleh tingkat pendidikan subjek antara lain SD 5 (5.1%), SMP 8 (13.6 %), SMA 37(62.7%), diploma 5 (8.5%) dan sarjana 6 (10.2%). Subjek dengan pendidikan >SMA sebanyak 18% dan sisanya pendidikannya ≤SMA (81.4%). Sebarannya dapat dilihat pada Tabel 4.

Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan maka terjadi perubahan dalam sususan makanan (Suhardjo 1989). Sebaran subjek berdasarkan karakteristik dan kejadian dislipidemia disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik subjek

Karakteristik subjek n %

Umur:

Usia ≤35 tahun 9 15.3

Usia >35 tahun 50 84.7

Tingkat pendidikan

SD 3 5.1

SMP 8 13.6

SMA 37 62.7

Diploma 5 8.5

S1 6 10.2

Pendapatan:

≥2xUMR Kab. Bogor (4.484.480) 14 23.7

<2xUMR Kab. Bogor (4.484.480) 45 76.3

Pendapatan subjek pada penelitian ini berpedoman pada digolongkan menjadi pendapatan yang berada dua kali diatas UMR (Upah Minimun Regional) Kabupaten Bogor dan pendapatan yang kurang dari dua kali Upah Minimun Regional (UMR) Kabupaten Bogor. Upah minimum regional Kabupaten Bogor pada tahun 2014 yaitu Rp. 2 242 240 sehingga diperoleh dua kali upah minimum regional kabupaten bogor sebesar Rp. 4 484 480. Rata-rata subjek memiliki pendapatan sebesar Rp 2 929 627± 1 772 787 perbulan. Kisaran pendapatan subjek yaitu 1 000 000-Rp 9 500 000 perbulan. Subjek yang memiliki pendapatan dua kali dibawah UMR sebanyak 23.7% dan subjek dengan pendapatan dua kali diatas UMR sebanyak 76.3%.

Gaya Hidup (Life style)

(29)

13

Kebiasaan Merokok

Merokok beresiko menurunkan kadar kolesterol HDL dan meningkatkan kadar kolesterol total dalam darah (Polychronopoulos et al. 2005, Eapen et al. 2009). Makin banyak jumlah rokok yang diisap, kadar HDL kolesterol makin menurun (Grabauskas et al. 2003). cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis daripada yg bukan perokok. Pada seseorang yang merokok, rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Tabel 5 Sebaran kebiasaan merokok subjek

Kebiasaan Merokok N %

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar subjek tidak terbiasa merokok. Subjek yang pernah merokok hingga saat ini yaitu 1 orang (1.7%) sedangkan yang tidak pernah merokok hingga saat ini sebanyak 57 orang (96.6%). Hal tersebut disebabkan bagi subjek merokok tidak baik bagi kesehatan dan tabu bagi wanita untuk merokok.

Kebiasaan Olahraga

Semakin besar intensitas olahraga maka semakin besar pula efek yang didapatkan. Olahraga menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida sekaligus meningkatkan kolesterol HDL. Dengan berolahraga dapat memperbaiki kadar profil lipid (Zhao et al. 2007). Latihan fisik menurunkan kadar trigiliserida dan meningkatkan kolesterol HDL dalam darah (Kang et al. 2009). Olahraga secara teratur dapat menurunkan kolesterol total sebesar 6,3%, LDL 10 %, dan meningkatkan HDL 5 %. Menurut kelley et al. (2006) semakin tinggi intensitas berolahraga dalam bentuk aerobik dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Pradono et al. (2003) menyatakan seseorang yang jarang berolahraga (inaktif) mempunyai risiko 1.5 kali (95% CI) ) OR 1.08-2.02 mengalami total kolesterol lebih dari 200 mg dibandingkan seseorang yang aktif berolahraga.

(30)

14

Tabel 6 Sebaran kebiasaan olahraga

Kebiasaan Olahraga n %

Keterangan: *) persentase berdasarkan jumlah subjek yang memiliki kebiasaan olahraga

Jenis olahraga yang paling sering dilakukan oleh subjek yaitu jalan pagi/sore (72.7%) dan jogging (24.2%). Olahraga ini lebih disering dilakukan dikarenakan tidak membutuhkan biaya serta dapat dilakukan diwaktu luang. Disamping itu, ada beberapa kebiasaan olahraga yang dilakukan oleh subjek antara lain senam aerobik (18.2%), stretching (15.2%), bulutangkis (9.1%), bersepeda (3%) dan renang (3%).

Durasi olahraga subjek berada antara antara 5 hingga 240 menit dengan rata-rata 73.79±58.34 menit yang disajikan pada Tabel 6. Durasi olahraga subjek diklasifikasikan menjadi dua (Rieskesdas 2007) yaitu tergolong kurang (<30 menit) dan cukup (≥30 menit). Sebagian subjek durasi olahraganya tergolong kurang sebanyak 52.5% dan yang tergolong cukup sebanyak 47.5%. Durasi dinilai dari rata-rata lamanya subjek melakukan sekali olahraga. Jika subjek melakukan beberapa jenis olahraga maka durasi tiap jenis olahraga dijumlahkan.

Frekuensi olahraga subjek (Tabel 6) berpedoman pada Rieskesdar (2007) dibagi menjadi dua yaitu tergolong kurang (<3x) dan tergolong cukup (≥3x). Frekuensi olahraga subjek sebagian besar contoh tergolong kurang sebnyak 84.7% dan yang tergolong cukup sebanyak 15.5%). Rata-rata frekuensi olahraga subjek yaitu 2.36±1.97 kali/minggu dengan kisaran 1-9 kali/minggu.

Kebiasaan Makan Makanan Berisiko (Tinggi Kolesterol dan Tinggi Lemak)

(31)

15

(Sartika. 2011). Asupan tinggi asam lemak trans menyebabkan peninggkatan total kolesterol, tinggi trigliserida dan menurunkan kadar HDL kolesterol dalam darah (Judd et al. 2002). Penelitian Sartika (2011) di Kalimantan, Indonesia

menyatakan bahwa asupan tinggi asam lemak trans menyebabkan 1.35 kali (C 95%) OR 1.0-1.84 beresiko terkena dislipidemia. Asupan tinggi Asam lemak tak jenuh juga meningkatkan risiko terkena dislipidemia. Makin tinggi asupan asam lemak jenuh menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah (Hunter, Zhang &Kris-Etherton. 2010).

Tabel 7 Sebaran makanan berlemak dan kolesterol per minggu

Jenis makanan

Berdasarkan sebaran makanan berlemak dan kolesterol per minggu pada Tabel 7, jenis makanan berlemak yang paling sering dikonsumsi subjek adalah telur ayam dengan frekuensi 2.6 kali per minggu. Di sisi lain sebagai sumber protein hewani yang baik, telur mengandung kolesterol yang cukup tinggi. Jeroan juga tinggi akan kandungan kolesterol. Selain itu, jenis makanan lainnya yaitu gorengan dengan frekuensi 2.4 kali per minggu dengan jumlah konsumsi 176 gram/minggunya. Jenis gorengan yang sering dikonsumsi subjek diantaranya tahu, tempe, dan bakwan. Total kontribusi makanan berlemak terhadap kecukupan lemak sebagian subjek tergolong cukup sebesar 52.5%.

(32)

16

Pada penelitian ini diperoleh bahwa sebagian subjek lebih sering menggunakan minyak goreng untuk memasak dirumah 71.2 %. Subjek jarang menggunakan margarin (78 %) dalam memasak. Margarin digunakan oleh subjek untuk pelengkap ketika memakan roti. Selain itu juga, sebagian besar subjek jarang (79.7%) menggunakan santan ketika memasak. Sebarannya disajikan pada Gambar 2. Rata-rata penggunaan minyak goreng oleh subjek pada saat memasak yaitu sebanyak 104.8 ± 133.1 gram. Sedangkan rata-rata penggunaan margarin dan santan oleh subjek pada saat memasak berturut-turut adalah 8.6 ± 7.7 gram dan 152.6±222.2 gram.

Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit dapat membantu menunjukan bahwa seseorang memiliki riwayat penyakit yang berdampak timbulnya risiko penyakit dalam hal ini risiko terjadinya dislipidemia. Orang yang anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit tertentu lebih berisiko untuk mengidap penyakit tertentu dibandingkan individu lain yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Dislipidemia berkaitan dengan beberapa penyakit diantaranya diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan lainnya. Tekanan tinggi di dalam arteri (pembuluh nadi) akan merusak dinding pembuluh darah dan merangsang timbulnya arterosklerosis atau stroma (Maulana 2004). Diabetes menyebabkan kadar gula darah yang tidak terkontrol sehingga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat terjadinya arterosklerosis (penimbunan lemak di dalam pembuluh darah) (Soegondo 2007). Hiperkolesterolemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dalam darah. Kolesterol yang sangat tinggi dapat memblokade arteri, menyebabkan penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke. Kolesterol LDL cenderung tersimpan dalam daerah arteri, sedangkan jenis kolestrol lain seperti HDL dapat mengeluarkan LDL dari dalam arteri dan menghilangkannya dari sirkulasi darah (Nurrahmani 2012). Kolesterol yang menumpuk dapat menyumbat pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi terhambat dan memicu hipertensi. Sebarannya disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan riwayat penyakit

Riwayat Penyakit n %

Orang Tua:

Ya 38 64.4

Tidak 21 35.6

Total 59 100

(33)

17

Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005). Status Gizi menurut WHO diklasifikasikan menjadi underweight, normal, pre obese, obese I dan obese II. Pengukuran antropometri bagi ukuran tubuh menggunakan indeks massa tubu (IMT) sedangkan komposisi tubuh menggunakan rasio lingkar pinggang pinggul. Indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang pinggul dapat digunakan untuk menentukan obesitas.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu rumus matematis untuk menentukan status gizi seseorang dengan persamaan yaitu berat badan aktual (gram) dibagi menjadi tinggi badan (m2) atau IMT = BB/(TB)2. Menurut Idapola 2009 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 Kg/m2 IMT berhubungan dengan peningkatan kolesterol total plasma sebesar 7.7 mg.dl dan penurunan tingkat HDL sebesar 0.8 mg/dl. Selain itu, obesitas menghasilkan peningkatan angka sintesis kolesterol endogen yaitu 20 mg setiap hari untuk setiap kilogram kelebihan berat badan dan angka produksi trigliserida.

Pada Tabel 9, penelitian ini menunjukan bahwa dari 59 subjek diperoleh yang tergolong obese sebanyak 36 (61%) dan overweight sebanyak 12 (20 %).

Selain itu, diperoleh 1 subjek (1.7%) tergolong underweight dan sisanya tergolong normal. Batas IMT yang tergolong underweight yaitu 17.5 sebanyak 1 orang dan batas tertinggi yang tergolong obese yaitu 36. Rata-rata indeks massa

tubuh subjek yaitu 26.11 dengan standar deviasi subjek sebesar 4.12.

Tabel 9 Sebaran indeks massa tubuh (IMT) subjek

Status Gizi n %

IMT:

Underweight 1 1.7

Normal 10 16.9

Overweight 12 20.3

Obese 36 61.1

Total 59 100

Seseorang yang tergolong overweight beresiko 3.63 kali (OR 2.25-5.86) peningkatan trigliserida, 1.54 kali (OR 1.01-2.33) peningkatan total kolesterol dan 1.85 kali (OR 1.22-2.82) penurunan kolesterol HDL dibandingkan dengan berat badan yang normal (Khader et al. 2010). Selain itu, seseorang yang tergolong obesitas 5.16 kali (OR 3.19-8.36) peningkatan trigliserida, 1.97 kali (OR 1.32-2.93) peningkatan total kolesterol dan 2.56 kali (1.70-3.85) penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah dibandingkan dengan berat badan yang normal. Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP)

(34)

18

pinggul dihitung dengan cara membagi lingkar pinggang dengan lingkar pinggul (Lee dan Nieman. 2010). Sangat penting untuk mengetahui distribusi lemak tubuh karena berimplikasi dengan obesitas) dan orang yang dinyatakan obes cenderung terkena dislipidemia.

Tabel 10 Sebaran rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) subjek

Status Gizi n %

RLPP:

Normal 43 72.9

Obese 16 27.1

Total 59 100

Rasio lingkar pinggal pinggul (RLPP) subjek pada penelitian ini sebagian tergolong normal yaitu sebanyak 43 (72%) sedangkan rasio lingkar pinggang pinggul conttoh yang tergolong obese sebanyak 16 (27.1% )(Tabel 10). Kisaran rasio lingkar pinggang pinggul subjek berada antara 0.7-0.9. Rata-rata subjek memiliki RLPP sebesar 0.82 ± 0.04. Jika dibandingkan dengan batas normal RLPP ( normal <0.85) menunjukan bahwa rata-rata subjek memiliki RLPP yang tergolong normal.

Profil Lipid

Kolesterol dislipidemia adalah suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang menyebabkan meningkatnya kadar total kolesterol, trigliserida, LDL dan menurunnya kadar HDL dalam darah (Osuji et al. 2010 & Lichtenstein et al. 2006). Selain itu, dislipidemia juga dikarenakan ketidaknormalan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi yang berlebihan atau kekurangan. Ketidaknormalan profil lipid ditandai dengan perubahan kadar kolesterol LDL, kolesterol HDL, kolesterol total dan trigliserida di dalam tubuh dari kadar normalnya yaitu masing-masing sebesar ≥130 mg/dL, <40 mg/dL, ≥200 mg/dL, dan ≥150 mg/dL (IDF 2006).

Kolesterol HDL

Kolesterol HDL (High-Density Lipoproteins) adalah jenis kolesterol yang membawa kolesterol LDL dari arteri dan kembali ke hati. Kolesterol HDL ini juga menghilangkan kelebihan kolesterol dari plak dan memperlambat pertumbuhan dari plak tersebut. Ketidaknormalan kadar kolesterol HDL jika kadarnya berada <40 mg/dl (IDF 2006). Penyebab kolestrol HDL yang rendah adalah kurang gerak badan, terlalu gemuk, serta kebiasaan merokok. Kolesterol HDL memiliki fungsi mengangkut kolesterol dari area-area perifer (tepi) tubuh menuju ke dalam hati untuk dihancurkan .

(35)

19

Tabel 11 Sebaran kadar kolesterol HDL

Kolesterol HDL n %

Tinggi 8 13.6

Normal 48 81.4

Rendah 3 5.1

Total 59 100

Trigliserida

Trigliserida merupakan molekul lemak yang terdiri dari senyawa gliserol dan tiga asam lemak. Faktor yang menyebabkan peningkatan trigliserida adalah obesitas, merokok, aktivitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol berlebih dan diet tinggi gula atau tinggi lemak (Mualana 2007 dan American Heart Association 2013). Ketidaknormalan kadar trigliserida dalam darah jika kadarnya berada ≥150 mg/dl (NIH 2001).

Kadar trigliserida subjek berkisar antara 34-248 mg/dL dengan rata-rata sebesar 107.8 ± 45.7 mg/dL. Sebagian besar subjek (84.7%) tergolong dalam kategori normal. Orang dengan kadar trigliserida yang tinggi cenderung memiliki kadar LDL yang tinggi, kadar kolesterol HDL rendah dan kadar kolesterol total yang tinggi. Sebarannya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran kadar kolesterol trigliserida

Kadar Trigliserida n %

Tinggi 3 5.1

Batas Tinggi 6 10.2

Normal 50 84.7

Total 59 100

Asupan Zat Gizi

Pangan adalah bahan-bahan yang dikonsumsi oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, untuk memelihara tubuh, pertumbuhan tubuh dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling pokok. Mengetahui asupan gizi seseorang berpedoman pada Angka Kecukupan Energi (AKG). AKG yang digunakan adalah angka kecukupan gizi pada golongan yang berjenis kelamin wanita yang berada pada golongan usia 19-29 tahun dan 30-49 Tahun. Asupan gizi dari subjek yang diteliti antara lain asupan gizi energi, protein, lemak total, kolesterol, asam lemak trans, asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Asupan Energi

(36)

20

Kisaran asupan energi subjek adalah 582-2577 kkal/hari dengan rata-rata asupan energi sebesar 1301±442 kkal/hari. Tingkat kecukupan energi digolongkan menjadi dua yaitu kategori cukup (≤90% dari AKG) dan kategori lebih (>90% dari AKG). Tingkat kecukupan energi sebagian besar subjek tergolong cukup sebanyak 78% dan 22% subjek tergolong lebih. Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 13.

Asupan Protein

Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan struktur tubuh. Sumber protein dapat berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Depkes 2002).

Asupan protein subjek berkisar antara 18.1-136.6 gram/hari. Rata-rata asupan protein subjek adalah 47.0±24.9 gram/hari. Tingkat kecukupan energi digolongkan menjadi dua yaitu kategori cukup (≤90% dari AKG) dan kategori lebih (>90% dari AKG). Subjek dengan kategori lebih sebanyak 44.1% sedangkan subjek dengan kategori cukup sebanyak 55.9%. Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 13.

Asupan Lemak Total

Lemak perlu dikonsumsi karena memiliki banyak kegunaan bagi tubuh, yaitu sebagai sumber energi, penyimpanan cadangan energi, mengatur suhu tubuh, memberi rasa kenyang, pelaksana metabolisme, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta penyedia asam lemak esensial.

Tabel 13 Tingkat kecukupan energi, protein dan lemak total Tingkat Kecukupan Zat Gizi n % Energi:

Lebih 13 22

Cukup 46 78

Total 59 100

Protein:

Lebih 26 44.1

Cukup 33 55.9

Total 59 100

Lemak Total:

Lebih 28 47.5

Cukup 31 52.5

Total 59 100

(37)

21

Asupan Lemak Tak jenuh Tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid/MUFA)

Asupan lemak tak jenuh tunggal (Mono unsaturated fatty acid/MUFA) berkisar antara 6.5-33.4 gram/hari. Rata-rata asupan lemak tak jenuh tunggal (MUFA) adalah 18.5±6.7 gram/hari. Stadler (2002) mengkategori asupan asam lemak tak jenuh (MUFA) menjadi kategori lebih (>15% dari energi total) dan kategori cukup (<15% dari energi total). Sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan lemak tak jenuh tunggal tergolong cukup yaitu sebesar 96.6% sedangkan sisanya tergolong lebih. Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Asupan Lemak Tak Jenuh Ganda ( Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA)

Asupan lemak tak jenuh ganda (PUFA) berkisar antara 0.8-17.3 gram/hari. Rata-rata asupan lemak tak jenuh ganda (PUFA) adalah 4.5±2.6 gram/hari. Kategori asupan lemak tak jenuh ganda (PUFA) yaitu katerogi lebih (>10% dari energi total) dan katerogi cukup (<10% dari energi total). Sebagian besar subjek (96.6%) memiliki tingkat kecukupan lemak tak jenuh tunggal tergolong cukup sedangkan sisanya tergolong lebih. Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Tabel 14 Tingkat kecukupan kolesterol, lemak trans, lemak jenuh, lemak tak jenuh (MUFA dan PUFA)

Tingkat Kecukupan Zat Gizi n % Kolesterol:

Cukup 53 89.8

Lebih 6 10.2

Total 59 100

Lemak Trans:

Cukup 57 96.6

Lebih 2 3.4

Total 59 100

Lemak Jenuh:

Cukup 57 96.6

Lebih 2 3.4

Total 59 100

MUFA:

Cukup 57 96.6

Lebih 2 3.4

Total 59 100

PUFA:

Cukup 57 96.6

Lebih 2 3.4

(38)

22

Asupan Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid/SAFA)

Asupan lemak jenuh (SAFA) berkisar antara 2.5-49.7 gram/hari dengan rata-rata asupan lemak jenuh (SAFA) yaitu 18.3±10.7 gram/hari. Berdasarkan American Heart Association (AHA 2009), kategori asupan asam lemak jenuh dibedakan menjadi kategori lebih (>10% dari energi total) dan kategori cukup (<10% dari energi total). Sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan lemak jenuh tunggal tergolong cukup yaitu sebesar 96.6% sedangkan sisanya tergolong lebih. Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Asupan Asam Lemak Trans (Trans Fatty Acid/TFA)

Tingkat kecukupan lemak trans diperoleh dengan membandingkan asupan lemak trans masing-masing subjek terhadap anjuran konsumsi lemak trans menurut American Heart Association (AHA 2009), yaitu <1% kebutuhan energi total (Lichlenstein et al. 2006). Asupan asam lemak trans subjek berkisar antara 0.4-13.4 gram/hari. Rata-rata asupan lemak subjek yaitu 2.6±2 gram/hari. Sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan lemak trans tergolong cukup yaitu sebesar 96.6% sedangkan sisanya tergolong lebih. Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Asupan Kolesterol

Asupan kolesterol subjek berkisar antara 4.1-638.1 mg/hari. Rata-rata asupan kolesterol subjek adalah 138.7±123.7 mg/hari. Berdasarkan American Heart Association (AHA 2009) , kategori asupan kolesterol dibagi menjadi kategori lebih (>300 mg/hari) dan kategori cukup (<300 mg/hari). Sebagian besar subjek (89.9%) memiliki tingkat kecukupan kolesterol yang cukup dan sisanya tergolong lebih (10.2%). Sebarannya dapat dilihat dalam Tabel 14.

Hubungan karakteristik subjek dengan kejadian dislipidemia

Karakteristik subjek yang uji yaitu umur, pendapatan dan pendidikan dari subjek. Uji hubungan antara karakteristik subjek dengan dislipidemia disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan uji korelasi spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dan kejadian dislipidemia (p>0.05) (Tabel 15). Hal ini diduga makin tinggi usia subjek lebih paham akan kesehatan sehingga lebih tepat dalam pemilihan makanan yang sehat bagi dirinya dibanding usia yang lebih muda. Namun, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khader et al. (2010) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dan dislipidemia.

(39)

23

pendapatan yang diperoleh pun tinggi dan belum dapat mengakibatkan makin tinggi konsumsi makanan yang tinggi lemak.

Tabel 15 Hubungan karakteristik subjek dengan kejadian dislipidemia Kejadian Dislipidemia Karakteristik Tidak Dislipidemia Dislipidemia P r

n % n %

Pendapatan menggambarkan jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 15) terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan (gaji) dan kejadian dislipidemia (p<0.05). Diduga dengan pendapatan yang tinggi konsumsi akan makanan yang berlemak tidak tinggi pula. Tidak Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Polychronopoulus et al. (2005) dan Erem et al. (2008).

Hubungan gaya hidup subjek dengan kejadian dislipidemia

Gaya hidup yang dilakukan uji korelasi antara lain kebiasaan berolahraga, kebiasaan mengkonsumsi makanan beresiko ( minyak goreng, margarin dan santan). Selain itu, tidak dilakukan uji terhadap kebiasaan merokok dikarenakan jumlah kebiasaan merokok dari keseluruhan subjek tergolong sangat sedikit.

Olahraga yang teratur akan membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar LDL. Dengan berolahraga dapat meningkatkan kadar profil lipid (Zhao et al. 2007). Latihan fisik menurunkan kadar trigiliserida dan meningkatkan kolesterol HDL dalam darah ( Kang et al. 2009) . Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 16) tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara durasi olahraga dan kejadian dislipidemia (p>0.05). Hal ini di duga karena rata-rata durasi olahraga subjek tergolong cukup (73 menit/sekali olahraga). Sesuai dengan Rieskesdas 2007 yang menganjurkan durasi olahraga antara 30-60 menit dalam sekali berolahraga. Tabel 16 menunjukan berdasarkan uji korelasi Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga dengan kejadian dislipidemia (p>0.05) Hal ini di duga karena rata-rata frekuensi olahraga subjek tergolong cukup (3 kali/minggu). Sejalan dengan Rieskesdas 2007 yang menganjurkan frekuensi olahraga yaitu 3-5 kali dalam seminggu.

Pemilihan makanan mempengaruhi kesehatan seseorang. Asupan tinggi lemak dan kolesterol juga berdampak terjadinya kelainan profil lipid dalam darah.

(40)

24

uji Chi-Square (Tabel 16) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

penggunakan minyak goreng dengan kejadian dislipidemia (p>0.05). Diduga subjek menggunakan minyak goreng dalam takaran yang dianjurkan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sartika (2011) yang menyatakan bahwa minyak goreng tergolong asam lemak trans yang membuktikan makin tinggi asupan lemak trans makin tinggi risiko dislipidemia. Berdasarkan uji Chi-Square (Tabel 16) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan margarin saat memasak dengan kejadian dislipidemia (p>0.05) (Lampiran 2). Diduga subjek tidak sering menggunakan margarin saat memasak dikarenakan dapat mengganggu kesehatan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Sartika (2011) yang menyatakan margarin memiliki hubungan yang signifikan dengan asam lemak trans. Margarin tergolongan asam lemak trans (0.06% dari energi total).

Tabel 16 Hubungan antara gaya hidup subjek dengan kejadian dislipidemia

Kejadian Dislipidemia Gaya Hidup Tidak Dislipidemia Dislipidemia p r

n % n %

Durasi Olahraga

Cukup 24 49 5 50 0.954 -0.08

Lebih 25 51 5 50

Frekuensi Olahraga

Cukup 8 16.3 1 10 0.619 0.066

Lebih 41 83.7 9 90

Minyak Goreng:

Tidak Sering 13 26.5 4 40 0.391 -0.112 Sering 36 73.5 6 60

Margarin:

Tidak Sering 45 91.8 8 80 0.259 0.147

Sering 4 8.2 2 20

Santan:

Tidak Sering 47 95.9 10 100 0.516 -0.085

Sering 2 4.1 0 0

Berdasarkan uji Chi-Square tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan santan saat memasak dengan kejadian dislipidemia (p>0.05) (Lampiran 2). Diduga tidak seringnya penggunaan santan saat memasak oleh subjek dikarenakan dapat mengganggu kesehatan jika digunakan berlebih. Disajikan pada Tabel 16.

Hubungan status gizi subjek dengan kejadian dislipidemia

(41)

25

signifikan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian dislipidemia. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khader et al. (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks masa tubuh dengan kejadian dislipidemia. Uji hubungan status gizi dengan dislipidemia disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 17 Hubungan antara status gizi subjek dengan dislipidemia

Kejadian Dislipidemia Status Gizi Tidak Dislipidemia Dislipidemia p r

n % n %

IMT:

Tidak Lebih 9 18.4 1 10 0.45 0.1 Lebih 40 81.6 9 90

RLPP:

Normal 39 79.6 4 40 0.01 0.334 Lebih 10 20.4 6 60

Rasio lingkar pinggang pinggul dihitung dengan cara membagi lingkar pinggang dengan lingkar pinggul (Lee dan Nieman. 2010). Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 18) terdapat hubungan yang signifikan antara rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dengan kejadian dislipidemia (p<0.05). Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shahraki et al. (2009) yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rasio lingkar pinggang pinggul dengan kejadian dislipidemia.

Hubungan riwayat penyakit orang tua subjek dengan kejadian dislipidemia

Riwayat terdahulu seperti riwayat penyakit orang tua dapat membantu melihat riwayat penyakit saat ini. Dalam penelitian ini dilakukan juga uji hubungan antara riwayat penyakit orangtua dari subjek dengan kejadian dislipidemia. Berdasarkan uji korelasi Chi-Square (Tabel 18) tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit keluarga dengan kejadian dislipidemia (p>0.05) (Lampiran 4). Hal ini diduga karena sebagian subjek tidak diketahui riwayat penyakit orang tuanya

Tabel 18 Hubungan antara riwayat penyakit orang tua dengan dislipidemia Kejadian Dislipidemia Riwayat Penyakit Tidak Dislipidemia Dislipidemia p r

n % n %

Orang Tua:

Tidak Ada 19 38.8 2 20 0.258 0.147

(42)

26

Hubungan tingkat kecukupan zat gizi subjek dengan kejadian dislipidemia

Tingkat kecukupan zat gizi yang dilakukan uji hubungan terhadap kejadian dislipidemia antara lain tingkat energi, protein, kecukupan lemak total, lemak jenuh, lemak tidak jenuh dan lemak trans. Tingkat kecukupan zat gizi yang diuji berkaitan dengan kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol. hubungan yang signikan antara dislipidemia dengan asupan lemak total. Uji hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi subjek dengan dislipidemia disajikan pada lampiran 5 dan lampiran 6.

Tabel 19 menunjukan bahwa berdasarkan uji korelasi Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebutuhan energi dan kejadian dislipidemia. Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 19) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dan kejadian dislipidemia. Hal ini diduga karena hanya sebagian kecil dari subjek yang tingkat kecukupan proteinnya tergolong lebih. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Welton et al. (2013) yang menyatakan makin tinggi asupan protein maka makin berisiko peningkatan HDL. Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 19) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak total dengan kejadian dislipidemia (p>0.05). Hal ini diduga karena kurangnya asupan lemak total pada subjek. Sejalan dengan penelitian Lye et al. (2011) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak total dengan kejadian dislipidemia. Hal ini diduga karena sebagian tingkat kecukupan lemak total tergolong cukup.

Tabel 19 Hubungan tingkat kecukupan energi, protein, lemak dengan dislipidemia Kejadian dislipidemia

(43)

27

Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) memiliki satu ikatan rantai ganda dan bersifat cair pada suhu kamar. Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 20) tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) dengan kejadian dislipidemia. Hal ini dikarenakan asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) memiliki fungsi yakni untuk menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL dalam darah sehingga mengurangi risiko terjadinya dislipidemia. Sejalan Mensink et al. (2003) dengan penelitian yang menyatakan bahwa asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) berhubungan terbalik terhadap peningkatan risiko dislipidemia.

Asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) merupakan asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dan diperoleh dari luar tubuh. Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 20) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) dengan kejadian dislipidemia (p>0.05). Hal ini dikarenakan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) memiliki fungsi yang sama dengan asam lemak tak jenuh tunggal yaitu menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL dalam darah sehingga mengurangi risiko terjadinya dislipidemia. Sejalan Mensink et al. (2003) dengan penelitian yang dilakukan oleh yang menyatakan bahwa bahwa asam lemak lemak tak jenuh ganda (PUFA) berhubungan terbalik terhadap peningkatan risiko dislipidemia.

Tabel 20 Hubungan antara tingkat kecukupan lemak jenuh, lemak tak jenuh, lemak trans dengan kejadian dislipidemia

(44)

28

makanan tinggi kolesterol mengganggu kesehatan sehingga subjek mengurangi makanan yang tinggi kolesterol. Tidak Sejalan dengan penyataan Welton et al. (2013) yang menyatakan makin tinggi asupan kolesterol maka terjadi peningkatan kadar trigliserida serta penurunan HDL dalam darah yang berisiko terkena dislipidemia.

Asam lemak trans merupakan lemak yang berasal dari minyak nabati yang mengalami proses pemadatan dengan menggunakan teknik hidrogenasi parsial. Proses hidrogenasi parsial ini menyebabkan perubahan konfigurasi sebagian ikatan rangkap dari bentuk cis menjadi bentuk trans. Berdasarkan uji korelasi Spearman (Tabel 20) tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan asam lemak trans dengan kejadian dislipidemia (p>0.05). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sartika (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lemak trans dengan kejadian dislipidemia.

Faktor Risiko Kejadian Dislipidemia

Uji lanjut multivariat menggunaan uji regresi logistik antara variabel independen (X) terhadap satu variabel dependen (Y). Variabel independen (X) yaitu umur, pendidikan, pendapatan, kebiasaan olahraga, riwayat penyakit orang tua, penggunaan minyak goreng saat memasak, penggunaan margarin saat memasak, penggunaan santan saat memasak, IMT, RLPP, tingkat kecukupan lemak total, tingkat kecukupan lemak jenuh, tingkat kecukupan lemak tak jenuh tunggal, tingkat kecukupan lemak tak jenuh ganda, tingkat kecukupan kolesterol, dan tingkat kecukupan lemak trans. Kejadian dislipidemia merupakan variabel dependen (Y). Seluruh variabel diuji bersamaan dan hasilnya berupa nilai Odds Ratio (OR). berdasarkan uji lanjut multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan melihat nilai Odds Ratio (OR) menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan subjek dan ratio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dengan kejadian dislipidemia (p<0.05). Diperoleh hasil Odds Ratio (OR) RLPP yaitu 0.585 (95% CI : 1.381-24.774). Variabel pendapatan dalam uji regersi logistik tidak mengalami hubungan yang signifikan dengan dislipidemia (Lampiran 7). Variabe lainnya juga pada uji korelasi Spearman, uji Chi-Square dan regresi logistik belum menjadi faktor penyebab terjadinya dislipidemia (p>0.05).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(45)

29

UMR sebanyak 76.3%. Sebagian besar subjek sering menggunakan minyak goreng dalam memasak. Penggunaan margarin dan santan dalam memasak sebagian besar subjek tergolong tidak sering digunakan oleh subjek. Hal tersebut dikarenakan penggunaan minyak goreng, margarin dan santan yang terlalu sering dapat mengganggu kesehatan yakni peningkatan kadar kolesterol. Lebih dari separuh subjek terbiasa melakukan olahraga per minggunya. Frekuensi olahraga subjek yaitu 2-3 kali seminggu dengan durasi olahraga rata-rata 70 menit. Status gizi subjek berdasarkan IMT tergolong obese (61.1%) sedangkan status gizi berdasarkan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP) sebagian kecil subjek tergolong lebih (27.1%). Kadar kolesterol HDL untuk sebagian kecil subjek tergolong rendah sebanyak 3 orang (5.1%) dan kadar trigliserida sebagian kecil subjek tergolong tinggi sebanyak 9 orang (15.2%). Subjek yang terkena dislipidemia sebanyak 10 orang (17%). Tingkat Kecukupan energi sebagian kecil subjek tergolong lebih (22%), protein dan lemak subjek sebagian subjek tergolong lebih masing-masing sebesar 44.1% dan 47.5%. Tingkat kecukupan lemak tak jenuh ganda , lemak tak jenuh tunggal, lemak jenuh lemak trans untuk sebagian kecil subjek tergolong lebih yaitu 3.4% dan tingkat kecukupan kolesterol subjek sebagian kecil subjek tergolong lebih sebanyak 10.2%.

Uji bivariat menggunakan uji korelasi Spearman dan uji Chi-Square diperoleh bahwa yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian dislipidemia (p<0.05) adalah pendapatan subjek (p=0.032) dan rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) (p=0.01). Variabel lainnya yang dilakukan uji korelasi Spearman terhadap kejadian dislipidemia tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05).

Berdasarkan uji lanjut multivariat menggunakan uji regresi logistik antara variabel yang signifikan (pendapatan dan RLPP) dengan dilispidemia untuk melihat nilai Odds Ratio (OR) menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara ratio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dengan kejadian dislipidemia (p<0.05). Diperoleh hasil nilai Odds Ratio (OR) RLPP yaitu 0.585 (95% CI : 1.381-24.774). Variabel pendapatan dalam uji regresi logistik tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan dislipidemia (p>0.05). Variabel lainnya pun melalui uji korelasi Spearman dan regresi logistik belum menjadi faktor penyebab terjadinya dislipidemia (p>0.05).

Saran

(46)

30

DAFTAR PUSTAKA

[AHA]American Heart Association.2009. AHA Dietary Guidelines. Washington DC (US): AHA.

Al-Kaabba et al. 2012. Prevalence and Correlates of Dyslipidemia among Adults in Saudi Arabia: Results from a National Survey.

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Badriah D. 2011. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung (ID): Refika

Bahri T. 2004. Dislipidemia sebagi factor resiko penyakit jantung koroner.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3503/1/gizi-bahri3.pdf [18 Maret 2011]

[Balitbangkes] Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Kesehatan Nasional 1999. Jakarta(ID): Depkes RI

Bersot TP, Palaoglu KE, Mahley RW. 2002. ManagingDyslipidemia in Turkey: Suggested Guidelines for aPopulation Characterized by Low Levels of High DensityLipoprotein Cholesterol. Anadolu Kardiyol Derg. 4:315-322. Braverman E dan Dasha. 2008. Penyakit Jantung dan Penyembuhannya Secara

Alami. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Brown CD, Higgins M, Donato KA, et al. 2000. Body mass index and the prevalence of hypertension and dyslipidemia. Obes Res. 8:605–619.

Carr MC, Hokanson JE , Zambon A , Deeb SS, Barrett PH , Purnell JQ and Brunzell JD. 2001. The contribution of intraabdominal fat to genderdifferences in hepatic lipase activity and low/high density lipoproteinheterogeneity. J Clin Endocrinol Metab 86:2831-2837.

Caprnda M, Dukat A, Lietava J, Fodor JG. 2008. High prevalences of mixed dyslipidemia in healthy Slovek people. Journal of Clinical Lipidology. S:541.

Cetin I, Beytullah Y, Şemsettin S, İdris S, İlker E. 2010.Serum lipid and lipoprotein levels, dyslipidemia prevalence,and the factors that influence these parameters in a Turkishpopulation living in the province of Tokat. Turk J Med Sci. 40 (5): 771-782

Erem CA. Hacihasanoglu, O, Deger. 2008. “Prevalence of Dyslipidemia and Associated Risk Factors among Turkish Adults: Trabzon Lipid Study,” Endocrine, Vol. 34, No. 1-3.pp. 36-51. doi:10.1007/s12020-008-9100-z

Corwin EJ. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta (ID): ECG.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh darah. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Despres JP, Couillard C, Gagnon J , Bergeron J, Leon AS, Rao DC, Skinner JS ,

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor risiko dislipidemia pada pekerja
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian
Gambar 2 Sebaran penggunakan minyak goreng, margarin, dan santan.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum dilakukan proses instalasi pipa bawah laut terlebih dahulu harus dilakukan analisis supaya besar tegangan yang terjadi pada pipa bawah laut dalam kondisi

PENGARUH BUDAYA BAHASA PERTAMA DALAM PERKEMBANGAN BELAJAR BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ASING: STUDI KASUS PADA PENUTUR BAHASA JEPANG. Apriliya Dwi Prihatiningtyas

Dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, karena penulis akan menjelaskan dan menggambarkan objek yang akan diteliti berupa masalah-masalah yang timbul di

Namun, konsep Desentralisasi pada rezim orde baru tidak dimplementasikan secara utuhs Alhasil, kesenjangan terjadi antara pusat dan daerah, baik dari segi

Bintang Samudra Utama memiliki masalah pada bagian perekrutan karyawan, ketika akan melakukan wawancara dengan calon karyawan team crewing membutuhkan waktu 20 sampai

l= Panjang elektroda yang ditanam(m) d= Diameter batang elektroda pentanahan(m) Jadi sistem pentanahan yang dipakai untuk Rumah Mewah ini menggunakan elektroda batang

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara lewat Mediator tidak berhasil, Majelis Hakim telah mengusahakan perdamaian

Pertemuan Panja Komisi VIII DPR RI mengenai BSM dengan MTSN Model Padusunan selain dihadiri kepala sekolah, guru, dan staf MTSN Padusunan, juga dihadiri Kepala