EFEKTIVITAS PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA
SEBAGAI SUMBER DAYA PEMBELAJARAN UNTUK
MENUNJANG
PENINGKATAN
KUALITAS
PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI
Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Dasar Negeri Dalam Kotamadya Pekanbaru dan
Kabupaten Kepulauan Riau
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH
TARMIDI NIM. 989650
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMB1MB1
PROF. DR.H. TB ABIN SYAMSUDJ>tN MAKMUN, MA
PEMBIMBING II,
DISETUJUI OLEH :
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SEBAGAI SUMBER DAYA PEMBELAJARAN UNTUK MENUNJANG
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN
DI SEKOLAH DASAR NEGERI
(Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Dasar Negeri Dalam Kotamadya Pekanbaru
Dan Kabupaten Kepulauan Riau)
Dasar Pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini adalah tuntutan akan
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar yang semakin mendesak dan
kompleks sifatnya. Sekolah Dasar yang produktif dapat dijadikan sebagai kunci bagi keberhasilan dalam pembangunan dimasa yang akan datang. Oleh karenannya sekolah dituntut untuk dapat mengantarkan lulusannya kepada keunggulan diri sebagai sosok yang tangguh, kreatif, mandiri, jujur, dan berdisiplin, yang kesemuanya itu dapat dibentuk salah satunya melalui aktivitas-aktivitas terencana dari suatu kegiatan laboratorium EPA yang sudah terprogram denganbaik.
Bertolak dari fokus masalahnya, yaitu -"Bagaimana pengelolaan Labortorium IPA dapat dilaksanakan dengan efektif sehingga dapat menunjang
peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Propinsi Riau", maka
dalam mengelaborasi hasil temuan penelitian tersebut digunakan modifikasi dari berbagai pendekatan yang sifatnya konseptual, seperti pendekatan sistem manajemen, Teori manajemen teknologis, Teori manajemen sasaran dan hasil, Teori manajemen stratejik, dan Total quality management.
Secara oprasional penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan tentang pengelolaan
laboratorium EPA di sekolah dasar.
Sumber data dan informasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pengelola laboratorium, dan guru kelas, yang berada di SD Negeri 001 Rintis
Kecamatan Limapuluh, SD Negeri 003 Pulau Karam Kecamatan Sukajadi, dan SD Negeri 025 Kampungbaru Kecamatan Tanjungpinang Barat. Sedangkan sumber data lainya adalah pengawas TK/SD dan Kepala Cabang Dinas P dan K, dari
masing-masing kecamatan, yaitu Kecamatan Limapuluh, Kecamatan Sukajadi, dan Kecamatan Tanjungpinang Barat.
Melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi data dan informasi
yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Selanjutnya hasilnya
dianalisis secara kualitatif, maka secara umum diketahui hasil penelitian yang
menunjukan bahwa pengelolaan laboratorium IPA SD Negeri di Propinsi Riau masih memerlukan perbaikan-perbaikan, terutama pada aspek-aspek : (1) perencanaan (perencanaan pengembangan laboratorium); (2) pelaksanaan (pelaksanaan pelayanan untuk kebutuhan Kegiatan belajar mengajar, dan optimalisasi penggunaan fasilitas,
alat, dan bahan); (3) wujud laboratorium yang efektif (pelaksanaan fungsi sebagai
metode pendidikan).
Sejalan
dengan
upaya
perbaikan
yang
harus
ditempuh,
maka
direkomendasikan kepada para pengelola laboratorium IPA di sekolah dasar untuk
senantiasa memperbaiki kelemahan yang ada, terutama dari segi substansi
pengelolaan laboratorium tersebut,
sehingga dengan
demikian diharapkan
pengelolaan laboratorium IPA dimasa yang akan datang dapat berlangsung lebih
efektif. Demikian juga kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas P dan K Daerah Tk.II supaya dapat menganggarkan dana melalui usulan dana pengadaan atau revitalisasi fasilitas, alat, dan bahan yang dibutuhkan bagi kelancaran kegiatan
laboratorium EPA di Sekolah Dasar Negeri.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
UCAPAN TERIMA KASIH "
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Permasalahan Dan Pertanyaan Penelitian 12
C. Kerangka Berfikir
15
D. Tujuan Penelitian
19
E. Manfaat Penelitian 20
F. Sistematika Tesis 21
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kedudukan SumberDaya Pembelajaran Dalam Konteks
Administrasi Pendidikan 23
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
24
2. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
27
3. Tinjauan Administrasi Pendidikan Sekolah Dasar
28
4. Kedudukan Laboratorium IPA Dalam Administrasi
Pendidikan Sekolah Dasar 30
B. Sumber Daya Pembelajaran 31
1. Pengertian 31
2. Fungsi 32
3. Jenis 32
C. Laboratorium Pendidikan 33
1. Jenis . 34
2. Pengertian Laboratorium IPA 35
3. Fungsi Laboratorium IPA 37
4. Kelengkapan/Unsur-Unsur 42
D. Pengukuran Efektivitas Pengelolaan
44
1. Pengertian 44
2. Kriteria/Indikator 45
3. Strategi Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan
Laboratorium EPA 47
E. Pengelolaan Laboratorium IPA 47 1. Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium 49
a. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan 49
b. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan
Kemampuannya 52
c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan dan Biaya 57
d. Perencanaan Pengembangan Laboratorium 61 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium IPA. 61 a. Koordinasi Pengelola dengan Personil Lainnya .... 62 b. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium
IPA Untuk Melayani Kebutuhan KBM 66 c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan
Bahan 67
3. Pengawasan 68
a. PelaksanaPengawasan 70
b. TeknikPengawasan 72
F. Analisis SWOT Pengelolaan Laboratorium IPA 72
1. Kekuatan dan Kelemahan 73
2. Peluang dan Ancaman 74
3. Permasalahan Pokok Pengelolaan Laboratorium IPA.. 75
G. Dampak Pengelolaan Laboratorium IPA 77
1. Kinerja Proses Belajar 77
2. Hasil Belajar 79
H. Kesimpulan Hasil Tinjauan Kepustakaan 82
I. Kajian Penelitian yang Relevan 84
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
87
A. Metode Penelitian 89
B. Lokasi Penelitian 89
C. Subyek Penelitian 91
D. Teknik Pengumpulan Data 92
E. Pelaksanaan Penelitian 93
F. Analisa Data Penelitian 95
G. Validitas Data Penelitian
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium IPA 100
a. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan 101 b. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan
Kemampuannya 105
c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan dan Biaya 110 d. Perencanaan Pengembangan Laboratorium 119 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium IPA. 121 a. Koordinasi Pengelola dengan Personil Lainnya 121 b. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium
IPA Untuk Melayani Kebutuhan KBM 126 c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan
Bahan 129
3. Pengawasan
131
a. Pelaksana Pengawasan 132
b. Teknik Pengawasan 134
4. Analisis SWOT 136
a. Kekuatan dan Kelemahan 137
b. Peluang dan Ancaman 138
5. Wujud Laboratorium IPA Yang Efektif
140
a. Pelaksanaan Fungsi Sumber Belajar 140 b. Pelaksanaan Fungsi Metode Pendidikan 142 c. PelaksanaanFungsi PrasaranaPendidikan 143 6. Dampak Pengelolaan Laboratorium IPA 145
1. Kinerja Proses Belajar 145
2. Hasil Belajar 149
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium IPA 153 a. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan 153 b. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan
Kemampuannya 155
c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan dan Biaya 157
d. Perencanaan Pengembangan Laboratorium 158 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Labortorium IPA.. 160 a. Koordinasi Pengelola Dengan Personil Lainnya.... 161 b. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium
c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan
Bahan 164
3. Pengawasan 165
a. Pelaksana Pengawasan '. 166
b. Teknik Pengawasan 167
4. Analisis SWOT 168
a. Kekuatan dan Kelemahan 168
b. Peluang dan Ancaman 169
5. Wujud Laboratorium Yang Efektif 170
a. Pelaksanaan Fungsi Sumber Belajar 171 b. Pelaksanaan Fungsi Metode Pendidikan 172 c. Pelaksanaan Fungsi Prasarana Pendidikan 173 6. Dampak Pengelolaan Laboratorium IPA 175
a. Kinerja Proses Belajar 175
b. Hasil Belajar 176
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASl DAN REKOMENDASl
A. Kesimpulan 178
B. Implikasi 179
C. Rekomendasi 182
DAFTAR KEPUSTAKAAN 188
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi Lampiran 3. Pedoman Observasi Lampiran 4. Foto-Foto Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian
Tabel
DAFTAR TABEL
Halaman
Keadaan Guru, Murid dan Kelas Ketiga SD Negeri Yang
Menjadi Obyek Penelitian
98
Keadaan Pengelolaan Laboratorium IPA Dari Ketiga Sekolah
Dasar Negeri Yang Diteliti
110
Keadaan Fasilitas, Alat, Bahan, Dan Biaya Pada Laboratorium.
IPA Ketiga SD Negeri Yang diteliti
118
Fungsi Masing-Masing Pengelola Laboratorium IPA
125
Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pengelolaan Laboratorium IPA
Dari Ketiga SD Negeri Yang Diteliti
138
Faktor-Faktor yang Menjadi Peluang dan Ancaman Pengelolaan
Laboratorium IPA SD Negeri yang Diteliti 139
Kinerja Proses Belajar Pemakai Laboratorium Dari
Masing-Masing SD Yang Menjadi Obyek Penelitian
149
Prestasi Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran IPA Tahun Pelajaran 1998/1999 dan 1999/2000 Ketiga Sekolah
Dasar Negeri Yang Diteliti
153
Perbandingan Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pengelolaan
Laboratorium IPA 169
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Paradigma Penelitian Efektivitas Pengelolaan Laboratorium
IPA Sekolah Dasar Negeri
18
2. Kedudukan Laboratorium IPA Dalam Lingkup Administrasi
Pendidikan Sekolah Dasar 31
j .
Skema Pengelompokan Laboratorium Pendidikan
35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Sebab, keberhasilan pembangunan suatu bangsa
ditentukan terutama oleh keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas, yang
hanya dapat dihasilkan lewat pendidikan yang berkualitas pula. Pengalaman keberhasilan pembangunan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, dan Taiwan, kemudian disusul pula oleh Korea, merupakan bukti yang sangat
meyakinkan tentang peran sumber daya manusia dalam pembangunan. Apalagi
setelah bergulir UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menurut
Azis Wahab (1999), " keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas terasa semakin penting dan merupakan salah satu faktor pendukung bagi keberhasilan
pembangunan di daerah".
Pentingnya pembangunan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pembangunan,disebabkan karena"...keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan
oleh faktor manusia dan manusia yang menentukan keberhasilan ini haruslah
manusia yang mempunyai kemampuan membangun". (Fakry Gaffar, 1987 : 2). Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya dalam arti memiliki pengetahuan, terampil, berdisiplin, dan mempunyai daya juang yang tinggi sebagai inti pembangunan nasional, dalam praktiknya dapat ditingkatkan melalui serangkaian
kegiatan pendidikan. Sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Webster's ( 1957 ) pendidikan adalah "the process of training and the developing the
knowledge, skill, mind, character, etc".
Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari proses pembangunan nasional merupakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam konteks ini, pendidikan dipandang sebagai investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana peningkatan kemampuan, kecakapan, dan kualitas pribadi diyakini sebagai faktor yang mendukung kadar upaya manusia
dalam menjalani kehidupannya. (Djam'an Satori, 1999 : 3).
Sejalan dengan pemikiran di atas, maka upaya penyelenggaraan pendidikan perlu memperhatikan dimensi-dimensi pembangunan dan kualitas sumber daya manusianya sebagai menjawab tantangan dimasa datang. Kualitas sumber daya manusia yang diharapkan tentunya yang mencerminkan perpaduan antara iman dan taqwa sebagai landasannya, kecerdasan, keterampilan, sikap dan keperibadian, sebagaimana terkandung dalam tujuan pendidikan nasional pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Konsekwensi dari ketentuan di atas, maka upaya penyelenggaraan pendidikan dasar, menurut PP No.28 Tahun 1990, tentang Pendidikan Dasar, bertujuan untuk memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warganegara dan anggota umat
pendidikan dasar harus merefleksi kebutuhan dasar manusia agar ia layak dan cukup cerdas hidup dilingkungannya. Sejalan dengan pendapat di atas, Tilaar mengatakan :
Sebagai jenjang pendidikan yang minimal wajib dipunyai oleh setiap warga negara, misi, isi dan harkat pendidikan dasar harus menempati prioritas tinggi dalam SISDIKNAS. Dalam masyarakat industri-strategis dasar yang mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan masyarakat industri itu sendiri. Oleh sebab itu pendidikan dasar adalah
fundasi dari pengembangan teknologi dan menjadi dasar dari masyarakat teknologi itu sendiri.(Tilaar, 1991: 42-43).
Pendidikan dasar sebagai fundasi dalam pembangunan di bidang pendidikan, menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu untuk menjadikan pendidikan dasar sebagai prioritas dalam peningkatan mutu pembangunan di bidang pendidikan, merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi jika mengharapkan produk yang dihasilkan nanti menjadi investasi sumber
daya manusia yang berharga.
... isi pendidikan selanjutnya sangat ditentukan oleh pendidikan dasar, mutu proses didik selanjutnya sangat dipengaruhi oleh proses didik perdana yang terjadi dalam pendidikan dasar. Maka akhirnya baik produktivitas maupun mutu manusia Indonesia selanjutnya sangat ditentukan oleh mutu pendidikan dasarnya. Maka pada pendidikan dasarlah bergantung mutu pembangunan
kita masa depan.
(BS. Mardiatmadja, Analisis CSIS No.5/XIX Tahun 1990)
Upaya untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berkualitas tidak terlepas dari peranan pendidikan, terutama pendidikan dasar. Pendidikan dasar
menurut pasal 2 PP No.28 Tahun 1990, merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di Sekolah Dasar (SD) dan program tiga
tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik. Sebagai satuan
pendidikan, Sekolah Dasar menurut Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1994
mengemban misi untuk memberikan bekal kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung guna mengembangkan kehidupan pribadi, sebagai anggota masyarakat dan
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi lagi. Pemberian kemampuan dasar harus dilakukan melalui penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gedung, fasilitas, sarana pendidikan, dana dan tenaga kependidikan serta kepemimpinan kepala sekolah. Keberadaan
faktor-faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan dan pengelolaan
sekolah. Bila faktor-faktor itu difungsikan secara optimal, terutama sarana pendidikan yang ada, diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Pengajaran IPA sebagai bagian dari proses pendidikan di Sekolah Dasar, mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah. Proses menyangkut
masalah pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah menyangkut masalah objektif dan jujur. Dengan mempergunakan proses dan sikap ilmiah tersebut,
Salah satu kebijaksanaan umum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1998, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 103a/U/1998 adalah mengupayakan pembangunan ruang perpustakaan dan laboratorium di sekolah. Sejalan dengan upaya tersebut, jauh sebelumnya Kepala Dinas P dan K Provinsi Daerah Tingkat I
Risau, berdasarkan Instruksi Gubernur KDH. Tk.I Riau Nomor : 2 Tahun 1986, tentang Peningkatan Sarana Pendidikan di Lingkungan Sekolah Dasar, telah membangun laboratorium IPA di Sekolah Dasar. Untuk tahap awal, telah dibangun tiga unit lengkap pada dua Derah Tingkat II di Popinsi Riau; yaitu di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan Riau.
Dengan mengacu pada Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor : 079/C/Kep/I/93 tanggal 7 April 1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru Melalui Pembentukan Gugus Sekolah di SD, maka keberadaan laboratorium IPA tidak saja berarti bagi peningkatan mutu pendidikan di
Sekolah Dasar itu sendiri, akan tetapi bagi Sekolah Dasar lainnya yang terhimpun dalam satu gugus sekolah.
Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar dapat juga dilakukan melalui tindakan manajemen yang efektif dan efisien. Abin Syamsuddin (1986:10) mengatakan; bahwa salah satu cara atau tindakan yang strategis untuk meningkatkan kualitas hasil (produktivitas) dari suatu sistem, antara lain melalui manajemen dan
Manajemen pada Sekolah Dasar dimaksudkan agar komponen-komponen yang mendukung sistem persekolahan dapat berfungsi secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk melihat
efektivitas dan efisiensi manajemen pada sekolah dasar dapat dilihat dari efektif dan efisiennya pendidikan yang dilaksanakan.
Bila dilihat dari fungsi atau proses pengelolaan yang harus dilaksanakan, agar sekolah dasar dapat melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien, maka fungsi tersebut menurut Fakri Gaffar (1989) adalah; perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.
Kemudian bila dilihat dari lingkup administrasi sebagai proses kegiatan
manajemen, maka tahapan kegiatan yang dilaksanan seorang pemimpin menurut
Dirjen Dikdasmen dalam buku Pedoman Administarasi Sekolah Dasar (1991) adalah melalui tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga fungsi ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan meliputi semua bidang kegiatan administrasi pendidikan di sekolah dasar.
Selanjutnya bila dilihat dari bidang tugasnya, maka administrasi pendidikan
di sekolah dasar meliputi bidang garapan program: l).Kurikulum/ pengajaran, 2).kesiswaan, 3).tenaga kependidikan, 4).sarana dan prasarana pendidikan, 5).pembiayaan, 6).ketatausahaan, 7).hubungan sekolah dengan masyarakat, dan
8).lingkungan sekolah .(Direktorat Pendidikan Dasar, 1995 : 9).
menunjang kegiatan pendidikan di sekolah dasar adalah sarana dan prasarana
pendidikan.
Menurut buku petunjuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar
Dirjen Dikdasmen Depdikbud. (1995/1996 : 10) , yang termasuk sarana dan
prasarana pendidikan adalah ; a), alat praga/alat praktek; b). laboratorium;
c).perpustakaan; d).ruang keterampilan; e).ruang UKS; f).ruang olah raga/serba
guna; g).ruang kantor/tata usaha; h).ruang bimbingan dan penyuluhan; i).Gedung dan
perabot.
Kemudian menurut Direktorat Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1997 : 1), yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah, "alat
praga dan alat praktik termasuk alat laboratorium". Jadi berdasarkan kedua pendapat
di atas, kedudukan Laboratorium IPA beserta alat yang ada di dalamnya dalam
komponen administrasi pendidikan masuk pada ruang lingkup administrasi sarana
dan prasarana pendidikan.
Laboratorium beserta alat yang ada di dalamnya merupakan sarana yang diperlukan secara langsung oleh guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan khusus pendidikan. Alat laboratorium IPA tersebut menurut Amien, (1988 : 2) mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu : a) menjelaskan konsep, sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan guru; b)memantapkan penguasaan
materi yang adahubungannya dengan bahan yang dipelajari; dan c)mengembangkan
Di samping pranannya yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar,
Laboratorium IPA juga mempunyai fungsi yang dapat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran EPA di sekolah, fungsi tersebut menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud.(1999 : 12); adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan
prasarana pendidikan.
Laboratorium IPA sebagai sumber belajar berarti merupakan tempat kegiatan
penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Sebagai metode pendidikan, berarti kegiatan laboratorium PA memandang posisinya sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai prasarana pendidikan laboratorium IPA merupakan wadah proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat
dikendalikan.
Peranan dan fungsi laboratorium EPA begitu besar terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan percobaan dan penyelidikan, laboratorium IPA memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari atau disampaikan guru. Sedangkan bagi guru, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan konsep-konsep yang kurang dikuasai siswa, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya verbalisme pada siswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan dan
Kegiatan laboratorium IPA yang baik selalu ditunjang oleh penyediaan alat,
bahan, dana, dan perlengkapan yang cukup, serta tenaga pengelola yang profesional. Agar laboratorium EPA dapat memeberikan manfaat bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya, maka disamping alat, bahan, dana,
dan fasilitas harus senantiasa tersedia secukupnya, yang terpenting lagi adalah
bagaimana alat, bahan dan fasilitas yang ada tidak hanya menjadi barang pajangan belaka yang pada akhirnya hanya menyebabkan terjadinya pemborosan saja. Oleh
karena itulah maka laboratorium EPA yang ada di sekolah dasar perlu dikelola secara
efektif.
Efektivitas pengelolaan labortorium IPA dimaksudkan adalah efektivitas manajer, dengan kreteria pemberdayaan sumber daya manusia dan fasilitas dengan tepat, serta memperoleh keuntungan yang besar dari penggunaan sumber daya
tersebut.
Kepala sekolah sebagai top manajer, bertanggung jawab terhadap kelangsungan kegiatan pendidikan di sekolah. Tangggung jawab tersebut menurut pasal 12 ayat (1) PP. No.28 Tahun 1990, tentang Pendidikan Dasar, melipiuti :
1).penyelenggaraan kegiatan pendidikan; 2).administrasi sekolah; 3).pembinaan
tenaga kependidikan; 4).pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Walaupun secara umum kepala sekolah bertanggung jawab terhadap efektif tidaknya pengelolaan laboratorium di sekolah, namun keterlibatan guru tetap merupakan unsur dominan yang ikut menentukan lancar tidaknya pengelolaan
10
teknis pendidikan, memeriukan beberapa orang pembantu untuk melaksanakan
tugasnya" (Hadiat, dkk., 1979 : 33).
Pengelolaan laboratorium EPA dapat dilakukan melalui pendekatan administrasi pendidikan yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan administrasi laboratorium dimaksudkan sebagai penataan sumber daya, baik manusianya maupun fasilitas, bahan, dan alat serta biaya yang digunakan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Gambaran hasil studi yang dilakukan oleh Janulis P. Purba (1989), mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara pengelolaan laboratorium dengan efektivitas pemanfaatan laboratorium dalam kategori cukup (r= 0,408) pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Hasil studi ini menunjukan pentingnya pengelolaan, karena dengan dikelola secara baik dan benar pemanfaatan
laboratorium akan menjadi lebih efektif.
Sehubungan dengan pengelolaan laboratorium, Resna Supratna, dkk. (1986), dan Iyon Kertawidjaya (1998), dalam penelitiaannya mengungkapkan bahwa
pengelolaan laboratorium belum dilakukan secara efektif. Kesimpulan umum yang
dapat ditarik dari penelitian di atas adalah karena rendahnya kemampuan pengelolaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap laboratorium tersebut.
Berdasarkan hasil Prasurvey penulis di lapangan, melalui surat izin Direktur
PPS Universitas Pendidikan Indonesia Nomor: 820/K04.7/PP.03.06/ 1999 tanggal 12 Desember 1999, terlihat pengelolaan laboratorium IPA di Sekolah Dasar yang penulis kunjungi masih belum efektif. Hal ini terlihat adanya gejala-gejala sebagai
11
1. Masih minimnya fasilitas, alat, dan bahan yang ada jika dibandingkan dengan
jumlah pemakai laboratorium IPA;
2. Adanya kecenderungan biaya yang dialokasikan sebagai penunjang kegiatan
laboratorium tidak mencukupi;
3. Adanya kecenderungan pengguna laboratorium EPA tidak dapat menyelesaikankan praktikumnya dengan baik karena waktu yang tersedia tidak
mencukupi.
4. Praktikum yang telah direncankan, sering tertunda pelaksanaannya karena beberapa bahan dan alat yang tersedia kurang sesuai dengan kebutuhan
kegiatannya;
5. Belum dilakukan penataan dan bantuan pemasangan secara sempurna terhadap fasilitas, alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan;
6. Penggunaan fasilitas dan peralatan yang tersedia di laboratorium belum secara
optimal;
7. Laboratorium kurang difungsikan secara optimal sebagai tempat melaksanakan eksperimen;
Kondisi sebagaimana digambarkan di atas mengakibatkan laboratorium IPA di Sekolah Dasar tersebut kurang efektif dan pada akhirnya belum dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Dari hasil pengamatan tersebut, diduga terdapat beberapa faktor yang turut
12
sekolah. Masalah inilah yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian,
karena masalah pengelolaan selalu menjadi salah satu prioritas dalam setiap kegiatan
pada laboratorium IPA di sekolah. Di samping itu juga masalah ini sangat relevan
dengan materi pokok Program Studi Administrasi Pendidikan, yang perlu mendapat
perhatian dan
penulis juga berkeinginan untuk mendalami manajemen terpadu
secara utuh.
Di samping alasan di atas, permasalahan pengelolaan laboratorium memang
perlu mendapat perhatian, sebab dikhawatirkan dengan kondisi laboratorium yang
tidak terkelola dengan baik, upaya untuk menjadikan laboratorium sebagai jantung
bagi proses pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar secara nyata, efisien
dan efektif masih tetap saja berupa harpan yang belum terwujud secara maksimal.
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
Pengelolaan laboratorium EPA memiliki ruang lingkup dan pembahasan yang
cukup luas, baik dari segi jenis maupun bentuknya. Berdasarkan latar belakang
masalah dan fenomena yang terdapat dilapangan, maka perumusan
masalah
penelitiannya adalah sebagai berikut:
"Bagaimanakah pengelolaan laboratorium IPA dapat dilaksanakan secara
efektif sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri Provinsi Riau ?."
Pertanyaan atau permasalahan pokok di atas dapat dijabarkan lagi menjadi
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimanakah Perencanaan Laboratorium di Sekolah Dasar Negeri, khususnya
13
Pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut sebagai berikut:
a. Bagaimanakah proses penyusunan perencanaan kegiatan laboratorium agar dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan ?;
b. Bagaimanakah perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan
kemampuan tenaga pengelola tersebut ?;
c. Bagaimanakah perencanaan terhadap fasilitas, alat, bahan, dan biaya yang diperlukan ?;
d. Bagaimanakah perencanaan pengembangan Laboratorium IPA ?.
2. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium IPA di Sekolah
Dasar Negeri, khususnya di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan
Riau ?
Pertanyaan di atas dapat dirinci lagi sebagai berikut:
a. Bagaimanakah koordinasi pengelola dengan pihak guru dalam
mengefektifkan kegiatan laboratorium ?;
b. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium untuk melayani kebutuhan Kegiatan Belajar Mengajar ?;
c. Bagaimanakah optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan laboratorium pada setiap kegiatan ?;
3. Bagaimanakah pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan laboratorium di Sekolah Dasar Negeri, khususnya di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan Riau ?.
14
a. Siapakah yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
kegiatan laboratorium ?
b. Bagaimanakah teknik pengawasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan
kegiatan pengelolaan dilaboratorium ?;
4. Bagaimanakah analisis SWOT pengelolaan laboratorium IPA SD Negeri, khususnya di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan Riau, bila
ditinjau dari faktor internal dan eksternal ?. Pertanyaan ini dapat dirinci lagi menjadi :
a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan
laboratorium EPA di sekolah ?;
b. Faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengelolaan
Laboratorium IPA di Sekolah Dasar Negeri ?;
5. Bagaimanakah wujud pengelolaan laboratorium IPA dilihat dari fungsinya ?.
Pertanyaan ini dapat dikembangkan lagi menjadi :
a. Bagaimana pelaksanaan fungsi sebagai sumber belajar ?;
b. Bagaimana pelaksanaan fungsi sebagai metode pendidikan ?;
c. Bagaimana pelaksanaan fungsi sebagai prasarana pendidikan ?.
6. Bagaimana dampak dari pengelolaan laboratorium IPA yang efektif tersebut ?;
Pertanyaan ini dapat dikembangkan menjadi:
a. Bagaimanakah dampak pengelolaan laboratorium PA terhadap kinerja
proses belajar siswa ?
b. Bagaimanakah dampak pengelolaan laboratorium IPA terhadap hasil belajar
15
C. Kerangka Berfikir
Agar proses belajar mengajar di sekolah dasar dapat terselenggara dengan baik perlu memperhatikan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lancar tidaknya proses belajar mengajar antara lain adalah sarana dan prasarana yang tersedia. Laboratorium yang merupakan bagian dari sarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk menghindari ketidakbermanfaatan laboratorium tersebut, maka perlu diupayakan pengelolaan dan pemberdayaanya sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.
Kerangka berfikir penelitian yang disajikan pada gambar 1 yang merupakan pola pikir peneliti, mengkaji efektivitas pengelolaan laboratorium IPA SD, bertolak dari tugas dan tanggung jawab manajemen sekolah dalam bidang pengajaran,
kesiswaan, personalia, keuangan, sarana dan husemas.
Pengelolaan terhadap Laboratorium IPA dilihat dari wujud keberadaannya adalah salah satu sarana pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Agar Laboratorium IPA dapat
bermanfaat bagi kegiatan belajar mengajar, maka semua komponen yang terdapat
didalamnya harus dikelola dengan efektif.
Wujud pengelolaan laboratorium intinya meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada kegiatan perencanaan meliputi proses penyusunan rencana kegiatan, perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan
16
dilihat dari koordinasi pengelola laboratorium dengan guru, pelaksanaan kegiatan
pengelolaan laboratorium untuk melayani kebutuhan kegiatan belajar mengajar, dan
optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang sesuai. Sedangkan pada
kegiatan pengawasan dapat dilihat dari pelaksana pengawasan dan teknik
pengawasan yang digunakan.
Sementara dilihat pula fenomena pengelolaan Laboratorium IPA dilapangan
menunjukan kurang efektifnya perencanaan Kepala Sekolah dalam hal perencanaan
pengembangan laboratorium IPA. Sedangkan pada kegiatan pelaksanaan masih
terlihat kurangnya efektifnya pelaksanaan kegiatan pengelolaan untuk melayani
kebutuhan kegiatan belajar mengajar dan optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan
bahan. Sedangkan pada kegiatan pengawasan belum optimalnya kinerja proses
pengawasan, terutama sekali rendahnya frekuensi pengawasan yang dilaksanakan
selama ini.
Berdasarkan fenomena pengelolaan laboratorium EPA tersebut, diketahui
adanya kesenjangan antara pengelolaan Laboratorium EPA sebagaimana yang
diharapkan dengan kondisi laboratorium sebenarnya, sehingga diketahuilah masalahnya, yaitu : "Bagaimanakah pengelolaan Laboratorium IPA dapat
dilaksanakan secara efektif sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas
pendidikan Sekolah DasarNegeri Provinsi Riau ? ".
Untuk mendapatkan wujud pengelolaan laboratorium IPA yang efektif, maka
dilakukan pengumpulan data lapangan tentang pengelolaan laboratorium di sekolah
17
pelaksanaan dan pengawasan. Selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Strengths,
Weakness, Opportunity, dan Threats), baik secara internal maupun eksternal. Analisis internal akan membicarakan faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam pengelolaan laboratorium EPA. Sedangkan analisis eksternal akan melihat faktor peluang dan ancaman yang dihadapi oleh pengelola laboratorium IPA. Kemudian dari hasil analisi tersebut akan memberikan umpan balik kepada pengelola
laboratorium IPA dalam rangka untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap substansi yang dianggap bermasalah. Dengan demikian akan diperoleh temuan bagaimana pengelolaan laboratorium yang efektif. Pengelolaan Laboratorium IPA yang efektif dapat dilihat dari berfungsinya Laboratorium EPA sebagai sumber
belajar, metode pendidikan, dan prasarana pendidikan di sekolah. Dengan
berfungsinya Laboratorium EPA tersebut di harapkan akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya kinerja proses
belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengemukakan kerangka berfikir dengan
mengacu pada prinsip bahwa manajemen itu dilakukan untuk mengejar proses dan output yang berkualitas, artinya kualitas proses dan output diciptakan apabila manajer (pengelola) melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan kreteria tertentu yang telah ditetapkan dan melakukan perbaikan kelemahan terus menerus.
Kerangka berfikir penelitian dimaksud disajikan dalam bentuk gambar
MANAJEMEN SEKOLAH v v PENGA-JARAN KESIS-WAAN PERSO NALIA KE-UANGAN SARA NA HUSE MAS u Mi p A N B A L I K FENOMENA
PENGELOLAAN LAB. IPA SD DILAPANGAN
Perencanaan :
Kurang efektifnya perencanaan Kepala Sekolah dalam hal perencanaan pengembangan
laboratorium
Pelaksanaan :
Kurang Efektifnya pelaksanaan pengelolaan laboratorium dalam hal pelaksanaan kegiatan pengelolaan untuk melayani
kebutuhan KBM dan
Optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan
Pensawasan :
Belum optimalnya kinerja proses pengawasan yang dilakukan,
terutama sekali dalam hal
frekuensi pengawasan yang
dilakukan masih rendah.
LABORATORIUM IPA
PENGELOLAAN LAB. IPA SD
Perencaan :
• Proses penyusunan
perencanaan
• Tenaga Pengelola dan Pengem bangan Kemampuannya • Fasilitas, alat, bahan, dan biaya • Pengembangan Laboratorium Pelaksanaan :
• Koordinasi pengelola denganGuru
• Pelayanan terhadap kebutuhan
KBM
• Optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan
Pensawasan:
• Pelaksana pengawasan • Teknik pengawasan
MASALAH
Efektivitas Pengelolaan Laboratorium
IPA Sekolah Dasar
S W O T Internal
Kekuatan & Kelemahan Eksternal
Peluang & Ancaman
Wujud Lab.IPA Yang Efektif
- Fungsi Sumb.Bel - Fungsi Metode Pen - Fungsi Prasarana
MENINGKAT:
Kinerja proses belajar Hasil belajar
[image:29.595.66.454.80.662.2]18
Gambar 1 : Paradigma Penelitian Efektivitas Sekolah Dasar Negeri.
19
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
efektivitas pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah Dasar Negeri yang memiliki
laboratorium , yaitu SD Negeri 001 Rintis Kecamatan Limapuluh Kotamadya
Pekanbaru, SD Negeri 003 Pulau Karam Kecamatan Sail Kotamadya Pekanbaru, dan
SD Negeri 025 Kampungbaru Kecamatan Tanjungpinang Barat Kabupaten Daerah
Tingkat II Kepulauan Riau. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan bagaimana efektifitas pengelolaan laboratorium EPA dilihat dari
Perencanaannya, yang meliputi : proses penyusunan rencana kegiatan
laboratorium, perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya,
Perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya serta perencanaan pengembangan laboratorium. Kemudian pada Pelaksanaan kegiatannya yang meliputi : Koordinaasi pengelola laboratorium dengan guru, pelaksanaan kegiatan laboratorium untuk melayani kebutuhan KBM, serta optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan. Selanjutnya pada kegiatan Pengawasan meliputi : Pelaksana pengawasan, dan teknik pengawasannya. Serta dampak pengelolaan
laboratorium IPA terhadap kinerja proses belajar, dan hasil belajar siswa.
2. Menganalisis bagaimana efektifitas pengelolaan laboratorium IPA dilihat dari
Perencanaannya, yang meliputi : proses penyusunan rencana kegiatan laboratorium, perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya, Pereencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya serta perencanaan pengembangan
20
melayani kebutuhan KBM, serta optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan
bahan. Selanjutnya pada kegiatan Pengawasan meliputi : Pelaksana pengawasan, dan teknik pengawasannya. Serta dampak pengelolaan laboratorium IPA terhadap kinerja proses belajar, dan hasil belajar siswa.
3. Menarik kesimpulan dan memprediksi implikasi dari kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam penelitian serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, yang kemudian dijadikan bahan masukan bagi para pengelola sekolah dasar di Kecamatan Limapuluh, Kecamatan Sukajadi, dan Kecamatan Tanjungpinang Barat guna perbaikan dan peningkatan
efektivitas pengelolaan laboratorium IPA.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi para pengelola pendidikan dasar dalam pemberdayaan laboratorium EPA Sekolah Dasar, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Kemudian dapat juga memberikan sumbangan sebagai melengkapi studi dalam bidang administrasi pendidikan, terutama dalam bidang pengelolaan lembaga pendidikan formal. Selain itu juga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut pagi para peneliti lanjutan guna menambah wawasan keilmuannya.
Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran terhadap pengelola pendidikan khususnya pendidikan di sekolah dasar (kepala sekolah) yang memiliki laboratorium dalam penyempurnaan dan perbaikan pengelolaan laboratorium IPA agar berfungsi lebih efektif. Kemudian
21
seperti : Kantor Departemen Pendidikan Nasional, dan Kantor Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dalam menentukan kebijakannya guna meningkatkan efektivitas
pengelolaan laboratorium tersebut. Sedangkan bagi penulis sendiri dirasakan sangat
bermanfaat dalam rangka memperluas wawasan penulisan karya ilmiah dalam
konteks penelitian sosial kualitatif. Di samping itu juga dapat memberikan dorongan
kepada penulis untuk melakukan studi lebih lanjut tentang manajemen pendidikan
yang berkenaan dengan pengelolaan laboratorium, khususnya Laboratorium IPA di
Sekolah Dasar Negeri.
F. Sistematika Tesis
Tesis yang menelaah efektivitas pengelolaan laboratorium IPA sebagai sumber daya pembelajaran untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar negeri di Provinsi Riau terdiri dari lima bab yang disusun menurut
sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, merupakan bagian awal dari Tesis ini yang berisikan tentang latar belakang masalah, permasalahan dan pertanyaan penelitian, kerangka berfikir, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, yang dibahas satu persatu.
Sedangkan Bab II tentang Tinjauan Kepustakaan, menguraikan dukungan teori tentang : (1) Kedudukan sumber daya pembelajaran dalam konteks administrasi
pendidikan, yang mengupas tentang pengertian, ruang lingkup, tinjauan administrasi
pendidikan, dan kedudukan laboratorium IPA dalam administrasi pendidikan sekolah
dasar; (2) Sumber daya pembelajaran, yang membahas pengertian, fungsi, dan
jenisnya; (3) Laboratorium pendidikan, membahas tentang jenis, pengertian
22
pengelolaan, mengkaji tentang : pengertian, kriteria/indikator; (5) Pengelolaan laboratorium IPA, mengupas tentang : perencanaan pemanfaatan laboratorium, pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium, dan pengawasan;(6)Analisis SWOT,
melihat segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman; (7) Dampak pengelolaan
laboratorium IPA, yang dilihat dari : kinerja proses belajar dan hasil belajar; (8) kajian penelitian yang relevan.
Bab III Metodologi Penelitian, menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan metode penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan
data, pelaksanaan penelitian, analisa data, dan validasi data penelitian.
Selanjutnya Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan, membahas: (1) Temuan penelitian; dan (2) pembahasan hasil penelitian. Kedua-duanya mengupas tentang pengelolaan laboratorium IPA dari segi : Perencanaannya; Pelaksanaan; Pengawasan; Analisis SWOT; Wujud laboratorium IPA yang efektif; Dampak pengelolaan laboratorium.
Bab V merupakan bab yang terakhir, berisikan tentang (1) Kesimpulan; (2) Implikasi; dan (3) Rekomendasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis dan mendeskripsikan data secara
mendalam tentang efektivitas pengelolaan Laboratorium IPA di SD Negeri 001 Kecamatan Lima puluh Kotamadya Pekanbaru, SD Negeri 003 Kecamatan Sukajadi Kotamadya Pekanbaru, dan Sekolah Dasar Negeri 025 Tanjungpinang Barat
Kabupaten Kepulauan Riau.
Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian ini terlebih dahulu harus ditentukan metodenya. Dengan metode penelitian akan memandu peneliti mengenai
urutan-urutan bagaimana penelitian dilaksanakan. Berkaitan dengan hal tersebut, Winarno
Surachmad (1982 : 131) mengatakan "Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan".
Sehubungan dengan metodenya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kualitatif. Sehubungan dengan penelitian deskriptif, Winarno Surachmad mengatakan sebagai berikut:
"Pada umumnya persamaan sifat dan segala bentuk penyelidikan deskriptif
ini ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi
yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya".
( Winarno Surachmad, 1982 : 139 )
Penelitian deskriptif menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 64)
"adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian
yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian digambarkan sebagaimana
mestinya".
Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif ialah (1) Memusatkan diri pada
pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah
aktual, dan (2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis. Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi
mendeskripsikan secara mendalam fenomena tentang efektivitas pengelolaan
laboratorium EPA di ketiga Sekolah Dasar yang disebutkan di atas. "Secara demikian
penelitian ini termasuk penelitian kualitatif (Bogdan, 1990; Nasution, 1992 :18-19).
Dikatakan Nasution ( 1988 : 5 ) bahwa; " Penelitian kualitatif pada
hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya".
Kemudian Bogdan dan Biklen (1982) mengatakan pendekatan kualitatif
berusaha memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu menurut perspektif sendiri.
Pendektan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertititk tolak dari
konsep yang memandang manusia sebagai faktor utama dalam manajemen.
Tegasnya, faktor manusia adalah hal yang mutlak. Tak ada manajemen tanpa adanya
manusia. Manusia menjadi titik pusat dalam manajemen dibandingkan dengan
benda-benda. Hal ini sejalan dengan pendapat Siagian ( 1982 : 12 ) yang menyatakan
bahwa seluruh proses administrasi dimulai oleh manusia, untuk kepentingan manusia
89
Penelitian kualitatiftidak sekedarteknik pengumpulan data, tetapi merupakan
cara pendekatan terhadap dunia empiris. Ungkapan kualitatif merujuk pada
pengertian yang luas terhadap penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu
berupa kata-kata dan perilaku orang-orang yang dapat diobservasi baik lisan maupun
tulisan secara faktual, menganalisis dan menginterprestasikan data yang ada.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Dinas P dan K Tk.I dan Kanwil
Depdiknas. Propinsi Riau. Untuk lebih rincinya lokasi penelitian tersebut adalah
sebagai berikut : (1) Sekolah Dasar Negeri 001Rintis Kecamatan Limapuluh Kota
Madya Pekanbaru;
(2) Sekolah Dasar Negeri 003 Pulau Karam Kecamatan
Sukajadi Kotamadya Pekanbaru; dan (3) Sekolah Dasar Negeri 025 Tanjungpinang
Barat Kabupaten Kepulauan Riau. Pertimbangan memilih lokasi penelitian seperti
disebutkan di atas karena mudah dijangkau, pelaku-pelaku mudah didekati, dan
situasi sosialnya mudah diamati, sehingga memperlancar proses penelitian.
Kemudian yang menjadi pertimbangan lebih khusus karena karakteristik kelayakan
obyek yang sangat memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang akan
menunjang tercapainya tujuan penelitian.
C. Subjek Penelitian
Suharsimi Arikunto (1993 : 102) mengatakan bahwa, populasi adalah
vu
Sedangkan yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam hal ini merujuk kepada
populasi, sampel, dan sumber data dalam penelitian ini.
Populasi dan sampel pada dasarnya mengacu pada totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingi
dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Adapun sebagian dari populasi yang
diambil, dinamakan sampel atau contoh ( Sudjana, 1981 : 10 ). Sampel adalah
sebagian dari populasi yang benar-benar diamati. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Nasution ( 1991 : 118 ), sampel adalah sebagian individu yang diamati. Sedangkan
menurut Moleong (2000 : 165) sampel yang dimaksud dalam penelitian bersifat
informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian.
Dengan demikian populasi dan sampel dalam penelitian ini terdiri dari semua
personil yang memberikan informasi demi untuk kelengkapan data yang diperlukan.
Untuk pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian kualitatif menurut
Nasution ( 1988 : 11 ) ialah sebagai berikut : "Penelitian kualitatif tidak
menggunakan sampel yang acak dan juga tidak menggunakan populasi dan sampel
yang banyak. Dalam penelitian kualitatif ini biasanya menggunakan sampel sedikit
dan sampel dipilih menurut tujuan penelitian". Oleh karena itu sesuai dengan
kebutuhan data dan tujuan penelitian, serta pertimbangan yang berdasarkan
sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Penanggung jawab teknis
laboratorium, Guru kelas, Siswa.
Sampel yang disebutkan di atas akan terus berkembang tergantung pada
tujuan dan pertimbangan kelengkapan informasi sesuai dengan data yang diperlukan.
Dalam hal mi Nasution ( 1988 : 32-33 ) menjelaskan bahwa untuk memperoleh
informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai pada taraf "redudancy",
ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden
selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang
berarti. Dengan kata lain sampel dianggap memadai apabila sudah ditemukan pola
tertentu dari informasi yang dikumpulkan pada saat itu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data dan
informasi tentang aspek pengelolaan laboratorium EPA, sangat tergantung pada
macam studi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Prosedur pelaksanaannya
disesuaikan dengan kondisi sumber data dan lokasi dimana responden melaksanakan
tugasnya.
Secara khusus dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data berupa:
1. Observasi : yaitu melakukan pengamatan tentang pengelolaan Laboratorium IPA
oleh pengelola yang berkaitan dengan aktivitas, proses dan hasil;
2. Wawancara : yaitu melakukan tanya jawab tatap muka atau mengkonfirmasikan
92
disusun. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari sampel
penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.
3. Dokumentasi bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber bukan dan
manusia yang dapat mencek kesesuaian data secara triangulasi.
Sedangkan alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data
ini antara lain pedoman observasi dan pedoman wawancara, pedoman studi
dokumentasi, buku catatan, kamera dan tape recorder.
E. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap. Tiap-tiap tahap terdiri dan
kegiatan tertentu. Kegiatan yang dilakukan pada tiap-tiap tahapan sebagai mana
yang diutarakan oleh Nasution (1996 : 33) adalah : (1) Orientasi, (2) Eksplorasi, dan
(3) Member-check.
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini dilakukan prasurvey ke lokasi penelitian untuk mendapatkan
gambaran tentang masalah yang diteliti. Pada tahap ini penulis menentukan subjek
awal, melakukan pendalaman melalui sumber-sumber bacaan baik konsep teoritis
maupun studi pendahuluan yang relevan dengan permasalahan penelitian, serta
memilih lokasi penelitian.
2. Tahap eksplorasi
Pada tahap ini dilakukan penelitian lapangan terhadap sumber data tentang
93
mengumpulkan semua data dan informasi yang diperlukan, namun ada hal yang
dianggap penting sebelum kegiatan berlangsung, yaitu memahami latar, tata cara dan
tata krama menghadapi subjek penelitian.
3. Tahap Member Check
Pada tahap ini membuat laporan tertulis yang ditujukan kepada responden
guna menilai kesesuaian dengan hasil wawancara, penilaian dokumen dan observasi,
kemudian meminta penjelasan kepada unsur-unsur terkait bila dipandang perlu jika
data dan informasi yang dikumpulkan belum lengkap. Hal ini dimaksudkan agar
seluruh data yang diperoleh dapat dijamin kebenaran tanpa keraguan akan
validitasnya. Setelah pengecekan ulang berakhir agar dapat ditaksir dengan cermat
dan bermakna, digunakan alat bantu, antara lain pemograman komputer yang
relevan.
F. Analisa Data Penelitian
Strategi analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Analisis data kualitatif adalah proses menyusun data (menggolongkannya
dalam tema atau kategori) agar dapat ditafsirkan atau diinterprestasikan (Moleong,
2000 : 198). Agar dapat menafsirkan dan menginterprestasi data secara baik
dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan kreativitas yang tinggi peneliti
sehingga mampu memberikan makna pada setiap fenomena atau data yang ada.
Sehubungan dengan analisis data dalam penelitian kualitatif, Bogdan dan
Biklen (1990 : 145) menyatakan :
Data analysis is the process ofsystematically searching and aranging the
interview transcripts, fildnotes, and other materials that you accumulate to
vou have discovered to others. Analysis involve working with data,
organizing important and what is to be learned, and deciding what you will
tell other. For most, the need products of research are books, papers,
presentations, orplansfor action.
Berkaitan dengan analisis data, proses analisisnya dilakukan melalui
tahapan-tahapan : (1) tahap reduksi; (2) tahap display; dan (3) tahap verifikasi data penelitian.
1. Tahap Reduksi
Tahap reduksi dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang
dihimpun dari lapangan sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang
diteliti tersebut, kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mengumpulkan data dan informasi dari catatan, hasil wawancara, dan hasil
pengamatan;
b. Mencari inti/pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek temuan
penelitian ini.
2. Tahap Display
Pada tahap ini dilakukan perangkuman terhadap temuan penelitian dalam
susunan yang sistematis untuk mengetahui makna pengelolaan laboratorium IPA.
Kegiatan telaah dalam tahap ini antara lain berupa :
a. Membuat rangkuman secara deskriptif dan sitematis, sehingga tema sentral dapat
diketahui dengan mudah;
b. Memberi makna setiap rangkuman tersebut dengan memperhatikan kesesuaian
95
3. Tahap Verifikasi Data Penelitian
Pada tahap ini dilakukan pengkajian tentang kesimpulan yang telah diambil
dengan data pembanding teori tertentu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat
kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya.
Langkah-langkah yang dilakukan di sini sebagai berikut:
a. Menguji kesimpulan yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori yang
dikemukakan para pakar, terutama teori yang relevan;
b. Melakukan proses member check atau melakukan proses pengecekan ulang,
mulai dari pelaksanaan prasurvey, wawancara inti, pengamatan dari data, dan
informasi yang telah dikumpulkan tersebut;
c. Membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai hasil dari penelitian yang
telah dilakukan.
G. Validasi Data Penelitian
Validasi data penelitian ini dilakukan dengan menetapkan tingkat
kepercayaan seperti: (1) kredibilitas (validitas internal), (2) transferabilitas (validitas
eksternal), (3) dependenbilitas (realibilitas), (4) konfirmabilitas (obyektivitas).
Untuk mencapai kebenaran data yang dikumpulkan dan mencari kecocokan
antara konsep peneliti dengan konsep responden dilakukan kredibilitas sebagai
berikut:
a. Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan data
sumber lain. Artinya kebenaran data dan informasi yang diberikan responden
y o
b. Pembicaraan dengan kolega, yaitu membahas catatan lapangan dengan teman
atau pejabat dilingkungan akademis, terutama yang berkepentingan dalam
penelitian ini.
c. Penggunaan bahan referensi, yaitu memanfaatkan berbagai buku rujukan yang
berfungsi untuk melandasi aspek-aspek penelitian.
d. Mengadakan member check, yaitu menyimpulkan secara utuh hasil wawancara
untuk menghindari perbedaan persepsi.
Selanjutnya temuan penelitian ini diteliti kemungkinan pemanfaatan bagi
sekolah dasar yang bersangkutan. Hasil penelitian ini kemungkinan memiliki
transferabilitas, bila dapat dimanfaatkan oleh pemakai atau dalam situasi tertentu
agar pengelolaan laboratorium EPA dapat dibina dengan baik.
Kemudian validitas temuan penelitian dalam kreteria ini dimaksudkan untuk
mengupas tentang konsistensi hasil penelitian (dependenbilitas). Artinya menguji
apakah penelitian dapat diulang atau dilakukan pada lokasi lain dengan temuan yang
sama.
Pengujian obyektivitas data hasil penelitian dilakukan konfirmabilitas dengan
cara "audit traill", yaitu melakukan pemeriksaan ulang untuk meyakinkan
pokok-pokok yang dilaporkan. Realisasi aktivitas ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Merekapitulasi data mentah yang dihimpun dilapangan secara lengkap dan
cermat.
b. Menyusun hasil analisis dengan menyeleksi, merangkum dalam bentuk deskripsi
97
c. Membuat hasil sintesa, yaitu menyesuaikan tema dengan tujuan, penafsiran dan
kesimpulan penelitian.
d. Meloporkan mekanisme penelitian secara utuh. Artinya proses penelitian yang
dilakukan sejak awal pelaksanaan prasurvey, penyusunan desain, pengumpulan
dan pengolahan data hingga penulisan akhir penelitian dilaporkan guna
178
mi
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASl
Pada Bab terakhir ini dikemukakan beberapa kesimpulan, implikasi dan
rekomendasi yang didasarkan atas hasil penelitian. Kesimpulan dalam Bab V ini
lebih merupakan pemaknaan secara terpadu terhadap seluruh hasil penelitian, yaitu
pengelolaan
laboratorium
IPA
sebagai
sumber
daya
pembelajaran
yang
dikembangkan dalam rangka untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah dasar.
Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap hasil penelitian lapangan yang
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka pada bagian ini disajikan antara lain :
A. Kesimpulan
Bertolak dari permasalahan yang diteliti, yaitu bagaimana pengelolaan laboratorium PA dilaksanakan sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah dasar, maka secara umum dapat disimpulkan, bahwa
pengelolaan laboratorium IPA yang telah dilaksanakan sudah menunjukan
keunggulan-keunggulan, walaupun beberapa hal masih diwamai
kelemahan yang hams disempurnakan. Keunggulan-keunggulan dan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Secara umum keunggulan-keunggulan dapat dilihat dan perencanaan yang disusun, terlihat adanya kesamaan pandangan pengelola terhadap proses
179
Sedangkan kelemahannya terletak pada perencanaan tenaga pengelola dan
pengembangan kemampuannya; dan perencanaan pengembangan laboratorium.
2. Dari segi pelaksanaan kegiatannya keunggulan dan kelemahan yang dijumpai
masih bervariasi. Keunggulan-keunggulan terlihat pada pelaksanaan koordinasi
pengelola dengan personil lainnya. Sedangkan kelemahannya terdapat pada
pelaksanaan kegiatan, khususnya pada kegiatan pengelolaan untuk melayani
kebutuhan kegiatan belajar mengajar dan optimalisasi penggunaan fasilitas, alat,
dan bahan.
3. Pada kegiatan pengawasan, walaupun berdasarkan pembahasan pelaksana
pengawasan dan teknik pengawasannya sudah mendekati kriteria yang
diharapkan, dan dapat dinilai sebagai keunggulan-keunggulan. Namun secara
umum frekuensi pelaksanaan pengawasannya masih rendah.
4. Kemudian keunggulan-keunggulan dari wujud laboratorium IPA yang efektif
terletak pada pelaksanaan fungsi sebagai sumber belajar dan Pelaksanaan fungsi
sebagai prasarana pendidikan. Sedangkan kelemahan-kelemahannya terdapat
pada pelaksanaan fungsi sebagai metode pendidikan.
5 Mengenai dampak pengelolaan laboratorium IPA, keunggulan-keunggulan
terdapat pada kinerja proses belajar, dan hasil belajar siswa. Sedangkan
kelemahan-kelemahannya belum ditemui.
B. Implikasi
180
sendiri. Perencanaan tenaga pengelola laboratorium masih berorientasi pada
tugas tambahan yang harus diterima gum. Padahal menumt PP. No.38 Tahun
1992 Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa, "Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga
pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan
pengembangan di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber
belajar, dan penguji".
Memberikan tugas tambahan kepada guru, berarti menambah beban dan jam
kerja guru yang selama ini dinilai sudah cukup berat. Disisi lain penambahan
jam kerja kepada gum berarti mengurangi aktivitas jam kerja wajibnya, yang
pada akhirnya akan berdampak pada kinerja dan produktivitas sekolah, sehingga
pada gilirannya akan berpengamh pada mutu pendidikan yang akan dicapai.
Demikian juga halnya dengan pengembangan Laboratorium
IPA, perlu
dilaksanakan untuk menghindari agar pelaksanaan kegiatan laboratorium tidak
menjadi statis. Laboratorium yang tidak dinamis akan terasa lamban dalam
menerima dan menyerap pembahan-perubahan, sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini,
sehingga
upaya untuk
mengantisipasi kemungkinan gagalnya pencapaian tujuan kegiatan sulit untuk
diwujudkan. Bila hal ini tetap saja terjadi, maka upaya menjadikan laboratorium
sebagai "jantung" dalam proses pendidikan hanya merupakan rencana yang tidak
pernah terealisasikan.
2. Implementasi suatu kegiatan mempakan bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu proses secara keselumhan. Laboratorium yang dilengkapi dengan berbagai
181
mengajar apabila alat dan bahan tersebut digunakan secara optimal dan sesuai
dengan fungsinya. Tidak semua siswa dan guru yang menggunakan laboratorium
memahami dengan benar terhadap alat dan bahan yang akan digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam konteks ini keberadaan pengelola yang dapat
melayani pemakai laboratorium sangat diperlukan, berkaitan dengan kelancaran
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dan optimalisasi penggunaan alat
dan bahan dalam mencapai tujuan pengajaran. Kurang efektifnya pelayanan
pengelola laboratorium ditambah pula tidak optimalnya penggunaan alat dan
bahan menjadikan kegiatan berjalan apa adanya dengan berbagai keterbatasan
dan kekurangannya. Keadaan yang demikian tentunya akan berdampak pada
hasil kegiatan yang dicapai, lebih jauh dari itu upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional sulit untuk diwujudkan.
3. Pada aspek wujud laboratorium IPA yang efektif di samping terdapat
keunggulan-keunggulan,
juga
dijumpai
kelemahan-kelemahannya.
Ada
laboratorium yang telah menunjukan keunggulan-keunggulan dari segi
pelaksanaan fungsi sebagai sumber belajar dan pelaksanaan fungsi sebagai
prasarana pendidikan. Namun beberapa hal justru kelemahannya terletak pada
aspek pelaksanaan fungsi metode pendidikan. Sebagai metode pendidikan, inti
kegiatan laboratorium adalah terletak pada kegiatan observasi dan eksperimen.
Lemahnya pelaksanaan fungsi metode pendidikan berindikasi pada lemahnya
kegiatan observasi dan eksperimen yang menjadi bagian dari pengajaran di
182
Dengan observasi informasi diperoleh dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu,
pertanyaan, pemikiran, interprestasi tentang lingkungan, dan investigasi lebih
lanjut. ( Subiyanto, 1988 ). Sedangkan eksperimen menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan dalam pengamatan, kecermatan dalam mencatat,
mengukur dan menilai serta menarik suatu kesimpulan (Depdikbud., 1999).
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, kedua aktivitas di atas,
merupakan wujud fondamen peningkatan kemampuan "Baca, Tulis Hitung",
yang penerapannya sudah mendapat perhatian secara khusus. Kurang
berfungsinya
laboratorium sebagai metode pendidikan berdampak pada
rendahnya tingkat pelaksanaan kegiatan observasi dan eksperimen, yang justru
dalam aktivitas tersebut kemampuan "baca-tulis-hitung" menjadi dasar utama keberhasilan kegiatan. Bilahal ini masih saja terjadi, maka dikhawatirkan upaya
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tidak akan terwujud. Di samping
itu juga untuk merealisasikan tujuan pendidikan dasar sebagaimana yang
digariskan dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1990, tentang "Pendidikan
Dasar" akan menjadi jauh dari kenyataan.
C. Rekomendasi
Berdasarkan temuan dan bahasan di atas, dapat dirumuskan beberapa
rekomendasi mengenai aspek-aspek pengelolaan laboratorium yang mungkin dapat
ditempuh oleh praktisi satuan pendidikan di sekolah, maupun pembina terkait yang
183
1. Kepala sekolah
Efektivitas pengelolaan memiliki banyak aspek, oleh karena itu dalam penelitian
ini diungkapkan aspek-aspek pengelolaan laboratorium IPA sebagai sumber
daya pembelajaran untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan yang
ditandai dengan kinerja proses belajar dan hasil belajar yang dicapai. Apabila
salah satu aspek tidak terkelola dengan baik justru akan mengganggu
kelangsungan aspek yang lainnya. Seyogyanya penyusunan rencana pengelolaan
laboratorium IPA yang efektif selalu memperhatikan aspek-aspek kegiatan
laboratorium itu sendiri.
Pengelolaan yang efektif dapat dijadikan pilot percontohan bagi pengelolaan
Laboratorium EPA Sekolah Dasar di Propinsi Riau, berkenaan dengan itu perlu
diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab keselumhan
kegiatan di sekolah bahwa Laboratorium EPA sebagai sumber daya pembelajaran
menjadi program pengadaan sarana pendidikan secara nasional yang ditujukan
untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Kebijakan ini akan
berjalan dengan baik bila dikelola dengan baik pula. Pengelolaan Laboratorium
IPA yang baik selalu memperhatikan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasanya.
Para pengelola sedapat mungkin telah memahami langkah-langkah dalam
penyusunan perencanaan ini termasuk unsur-unsur apa saja yang harus ada
dalam perencanaan yang disusunnya.
Petrtama : perencanaan kegiatan memjuk pada petunjuk penyelenggaraan
184
Tahun 1999, yaitu menyangkut kegiatan praktikum, penataan, penyimpanan,
dan pengadministrasian. Dengan demikian pengelola dalam merencanakan
kegiatan laboratorium dapat memulai dengan melihat akan kebutuhan tenaga
pengelola dan pengembangan kemampuannya. Perencanaan tenaga pengelola
dan pengembangan kemampuannya ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan. Kedua : Perencanaan tentang fasilitas, alat, bahan, dan biaya
merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan. Ketiga : Perencanaan pengembangan Laboratorium IPA,
dimaksudkan agar laboratorium dapat lebih berdaya dikemudian hari bagi
penyelenggaraan kegiatan pokoknya.
Pelaksanaan Kegiatan pengelolaan laboratorium untuk merealisasikan program
yang telah disusun, agar bejalan dengan baik. Untuk itu yang perlu diperhatikan
adalah : Pertama : Koordinasi antara pengelola dengan personil lainnya (guru
maupun pegawai lainnya di sekolah). Kedua : Pelaksanaan pengelolaan untuk
melayani kebutuhan kegiatan belajar mengajar. Tentunya dalam pelaksanaan
kegiatan ini yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian pelayanan yang diberikan
dan kualitas pelayanan itu sendiri. Ketiga : Optimalisasi penggunaan fasilitas,
alat dan bahan dalam kegiatan, mempakan upaya penggunaan seoptimal
mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Pengawasan dilaksanakan sehubungan dengan upaya untuk mengetahui
keberhasilan jalannya pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium. Dalam
185
sendiri, dan secara eksternal yang berasal dari luar organisasi. Kedua :
Menetapkan k