• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SEBAGAI SUMBER DAYA PEMBELAJARAN UNTUK MENUNJANG PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI : Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Dasar Negeri Dalam Kotamadya Pekanbaru Dan Kabupaten Kepulauan Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SEBAGAI SUMBER DAYA PEMBELAJARAN UNTUK MENUNJANG PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI : Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Dasar Negeri Dalam Kotamadya Pekanbaru Dan Kabupaten Kepulauan Riau."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA

SEBAGAI SUMBER DAYA PEMBELAJARAN UNTUK

MENUNJANG

PENINGKATAN

KUALITAS

PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI

Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Dasar Negeri Dalam Kotamadya Pekanbaru dan

Kabupaten Kepulauan Riau

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

TARMIDI NIM. 989650

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2000

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMB1MB1

PROF. DR.H. TB ABIN SYAMSUDJ>tN MAKMUN, MA

PEMBIMBING II,

(3)

DISETUJUI OLEH :

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA SEBAGAI SUMBER DAYA PEMBELAJARAN UNTUK MENUNJANG

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN

DI SEKOLAH DASAR NEGERI

(Studi Deskriptif Analitik di Sekolah Dasar Negeri Dalam Kotamadya Pekanbaru

Dan Kabupaten Kepulauan Riau)

Dasar Pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini adalah tuntutan akan

peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar yang semakin mendesak dan

kompleks sifatnya. Sekolah Dasar yang produktif dapat dijadikan sebagai kunci bagi keberhasilan dalam pembangunan dimasa yang akan datang. Oleh karenannya sekolah dituntut untuk dapat mengantarkan lulusannya kepada keunggulan diri sebagai sosok yang tangguh, kreatif, mandiri, jujur, dan berdisiplin, yang kesemuanya itu dapat dibentuk salah satunya melalui aktivitas-aktivitas terencana dari suatu kegiatan laboratorium EPA yang sudah terprogram denganbaik.

Bertolak dari fokus masalahnya, yaitu -"Bagaimana pengelolaan Labortorium IPA dapat dilaksanakan dengan efektif sehingga dapat menunjang

peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Propinsi Riau", maka

dalam mengelaborasi hasil temuan penelitian tersebut digunakan modifikasi dari berbagai pendekatan yang sifatnya konseptual, seperti pendekatan sistem manajemen, Teori manajemen teknologis, Teori manajemen sasaran dan hasil, Teori manajemen stratejik, dan Total quality management.

Secara oprasional penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan tentang pengelolaan

laboratorium EPA di sekolah dasar.

Sumber data dan informasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pengelola laboratorium, dan guru kelas, yang berada di SD Negeri 001 Rintis

Kecamatan Limapuluh, SD Negeri 003 Pulau Karam Kecamatan Sukajadi, dan SD Negeri 025 Kampungbaru Kecamatan Tanjungpinang Barat. Sedangkan sumber data lainya adalah pengawas TK/SD dan Kepala Cabang Dinas P dan K, dari

masing-masing kecamatan, yaitu Kecamatan Limapuluh, Kecamatan Sukajadi, dan Kecamatan Tanjungpinang Barat.

Melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi data dan informasi

yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Selanjutnya hasilnya

dianalisis secara kualitatif, maka secara umum diketahui hasil penelitian yang

menunjukan bahwa pengelolaan laboratorium IPA SD Negeri di Propinsi Riau masih memerlukan perbaikan-perbaikan, terutama pada aspek-aspek : (1) perencanaan (perencanaan pengembangan laboratorium); (2) pelaksanaan (pelaksanaan pelayanan untuk kebutuhan Kegiatan belajar mengajar, dan optimalisasi penggunaan fasilitas,

alat, dan bahan); (3) wujud laboratorium yang efektif (pelaksanaan fungsi sebagai

metode pendidikan).

(5)

Sejalan

dengan

upaya

perbaikan

yang

harus

ditempuh,

maka

direkomendasikan kepada para pengelola laboratorium IPA di sekolah dasar untuk

senantiasa memperbaiki kelemahan yang ada, terutama dari segi substansi

pengelolaan laboratorium tersebut,

sehingga dengan

demikian diharapkan

pengelolaan laboratorium IPA dimasa yang akan datang dapat berlangsung lebih

efektif. Demikian juga kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas P dan K Daerah Tk.II supaya dapat menganggarkan dana melalui usulan dana pengadaan atau revitalisasi fasilitas, alat, dan bahan yang dibutuhkan bagi kelancaran kegiatan

laboratorium EPA di Sekolah Dasar Negeri.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH "

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

ABSTRAK xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Permasalahan Dan Pertanyaan Penelitian 12

C. Kerangka Berfikir

15

D. Tujuan Penelitian

19

E. Manfaat Penelitian 20

F. Sistematika Tesis 21

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kedudukan SumberDaya Pembelajaran Dalam Konteks

Administrasi Pendidikan 23

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

24

2. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan

27

3. Tinjauan Administrasi Pendidikan Sekolah Dasar

28

4. Kedudukan Laboratorium IPA Dalam Administrasi

Pendidikan Sekolah Dasar 30

B. Sumber Daya Pembelajaran 31

1. Pengertian 31

2. Fungsi 32

3. Jenis 32

C. Laboratorium Pendidikan 33

1. Jenis . 34

2. Pengertian Laboratorium IPA 35

3. Fungsi Laboratorium IPA 37

4. Kelengkapan/Unsur-Unsur 42

D. Pengukuran Efektivitas Pengelolaan

44

1. Pengertian 44

2. Kriteria/Indikator 45

3. Strategi Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan

Laboratorium EPA 47

(7)

E. Pengelolaan Laboratorium IPA 47 1. Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium 49

a. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan 49

b. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan

Kemampuannya 52

c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan dan Biaya 57

d. Perencanaan Pengembangan Laboratorium 61 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium IPA. 61 a. Koordinasi Pengelola dengan Personil Lainnya .... 62 b. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium

IPA Untuk Melayani Kebutuhan KBM 66 c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan

Bahan 67

3. Pengawasan 68

a. PelaksanaPengawasan 70

b. TeknikPengawasan 72

F. Analisis SWOT Pengelolaan Laboratorium IPA 72

1. Kekuatan dan Kelemahan 73

2. Peluang dan Ancaman 74

3. Permasalahan Pokok Pengelolaan Laboratorium IPA.. 75

G. Dampak Pengelolaan Laboratorium IPA 77

1. Kinerja Proses Belajar 77

2. Hasil Belajar 79

H. Kesimpulan Hasil Tinjauan Kepustakaan 82

I. Kajian Penelitian yang Relevan 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

87

A. Metode Penelitian 89

B. Lokasi Penelitian 89

C. Subyek Penelitian 91

D. Teknik Pengumpulan Data 92

E. Pelaksanaan Penelitian 93

F. Analisa Data Penelitian 95

G. Validitas Data Penelitian

(8)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium IPA 100

a. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan 101 b. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan

Kemampuannya 105

c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan dan Biaya 110 d. Perencanaan Pengembangan Laboratorium 119 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium IPA. 121 a. Koordinasi Pengelola dengan Personil Lainnya 121 b. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium

IPA Untuk Melayani Kebutuhan KBM 126 c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan

Bahan 129

3. Pengawasan

131

a. Pelaksana Pengawasan 132

b. Teknik Pengawasan 134

4. Analisis SWOT 136

a. Kekuatan dan Kelemahan 137

b. Peluang dan Ancaman 138

5. Wujud Laboratorium IPA Yang Efektif

140

a. Pelaksanaan Fungsi Sumber Belajar 140 b. Pelaksanaan Fungsi Metode Pendidikan 142 c. PelaksanaanFungsi PrasaranaPendidikan 143 6. Dampak Pengelolaan Laboratorium IPA 145

1. Kinerja Proses Belajar 145

2. Hasil Belajar 149

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium IPA 153 a. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan 153 b. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan

Kemampuannya 155

c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan dan Biaya 157

d. Perencanaan Pengembangan Laboratorium 158 2. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Labortorium IPA.. 160 a. Koordinasi Pengelola Dengan Personil Lainnya.... 161 b. Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Laboratorium

(9)

c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan

Bahan 164

3. Pengawasan 165

a. Pelaksana Pengawasan '. 166

b. Teknik Pengawasan 167

4. Analisis SWOT 168

a. Kekuatan dan Kelemahan 168

b. Peluang dan Ancaman 169

5. Wujud Laboratorium Yang Efektif 170

a. Pelaksanaan Fungsi Sumber Belajar 171 b. Pelaksanaan Fungsi Metode Pendidikan 172 c. Pelaksanaan Fungsi Prasarana Pendidikan 173 6. Dampak Pengelolaan Laboratorium IPA 175

a. Kinerja Proses Belajar 175

b. Hasil Belajar 176

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASl DAN REKOMENDASl

A. Kesimpulan 178

B. Implikasi 179

C. Rekomendasi 182

DAFTAR KEPUSTAKAAN 188

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi Lampiran 3. Pedoman Observasi Lampiran 4. Foto-Foto Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian

(10)

Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman

Keadaan Guru, Murid dan Kelas Ketiga SD Negeri Yang

Menjadi Obyek Penelitian

98

Keadaan Pengelolaan Laboratorium IPA Dari Ketiga Sekolah

Dasar Negeri Yang Diteliti

110

Keadaan Fasilitas, Alat, Bahan, Dan Biaya Pada Laboratorium.

IPA Ketiga SD Negeri Yang diteliti

118

Fungsi Masing-Masing Pengelola Laboratorium IPA

125

Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pengelolaan Laboratorium IPA

Dari Ketiga SD Negeri Yang Diteliti

138

Faktor-Faktor yang Menjadi Peluang dan Ancaman Pengelolaan

Laboratorium IPA SD Negeri yang Diteliti 139

Kinerja Proses Belajar Pemakai Laboratorium Dari

Masing-Masing SD Yang Menjadi Obyek Penelitian

149

Prestasi Siswa Berdasarkan Nilai Rata-Rata Mata Pelajaran IPA Tahun Pelajaran 1998/1999 dan 1999/2000 Ketiga Sekolah

Dasar Negeri Yang Diteliti

153

Perbandingan Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pengelolaan

Laboratorium IPA 169

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Paradigma Penelitian Efektivitas Pengelolaan Laboratorium

IPA Sekolah Dasar Negeri

18

2. Kedudukan Laboratorium IPA Dalam Lingkup Administrasi

Pendidikan Sekolah Dasar 31

j .

Skema Pengelompokan Laboratorium Pendidikan

35

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Sebab, keberhasilan pembangunan suatu bangsa

ditentukan terutama oleh keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas, yang

hanya dapat dihasilkan lewat pendidikan yang berkualitas pula. Pengalaman keberhasilan pembangunan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, dan Taiwan, kemudian disusul pula oleh Korea, merupakan bukti yang sangat

meyakinkan tentang peran sumber daya manusia dalam pembangunan. Apalagi

setelah bergulir UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menurut

Azis Wahab (1999), " keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas terasa semakin penting dan merupakan salah satu faktor pendukung bagi keberhasilan

pembangunan di daerah".

Pentingnya pembangunan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pembangunan,disebabkan karena"...keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan

oleh faktor manusia dan manusia yang menentukan keberhasilan ini haruslah

manusia yang mempunyai kemampuan membangun". (Fakry Gaffar, 1987 : 2). Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya dalam arti memiliki pengetahuan, terampil, berdisiplin, dan mempunyai daya juang yang tinggi sebagai inti pembangunan nasional, dalam praktiknya dapat ditingkatkan melalui serangkaian

kegiatan pendidikan. Sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

(13)

Webster's ( 1957 ) pendidikan adalah "the process of training and the developing the

knowledge, skill, mind, character, etc".

Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari proses pembangunan nasional merupakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam konteks ini, pendidikan dipandang sebagai investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana peningkatan kemampuan, kecakapan, dan kualitas pribadi diyakini sebagai faktor yang mendukung kadar upaya manusia

dalam menjalani kehidupannya. (Djam'an Satori, 1999 : 3).

Sejalan dengan pemikiran di atas, maka upaya penyelenggaraan pendidikan perlu memperhatikan dimensi-dimensi pembangunan dan kualitas sumber daya manusianya sebagai menjawab tantangan dimasa datang. Kualitas sumber daya manusia yang diharapkan tentunya yang mencerminkan perpaduan antara iman dan taqwa sebagai landasannya, kecerdasan, keterampilan, sikap dan keperibadian, sebagaimana terkandung dalam tujuan pendidikan nasional pada Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Konsekwensi dari ketentuan di atas, maka upaya penyelenggaraan pendidikan dasar, menurut PP No.28 Tahun 1990, tentang Pendidikan Dasar, bertujuan untuk memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warganegara dan anggota umat

(14)

pendidikan dasar harus merefleksi kebutuhan dasar manusia agar ia layak dan cukup cerdas hidup dilingkungannya. Sejalan dengan pendapat di atas, Tilaar mengatakan :

Sebagai jenjang pendidikan yang minimal wajib dipunyai oleh setiap warga negara, misi, isi dan harkat pendidikan dasar harus menempati prioritas tinggi dalam SISDIKNAS. Dalam masyarakat industri-strategis dasar yang mengembangkan sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan masyarakat industri itu sendiri. Oleh sebab itu pendidikan dasar adalah

fundasi dari pengembangan teknologi dan menjadi dasar dari masyarakat teknologi itu sendiri.(Tilaar, 1991: 42-43).

Pendidikan dasar sebagai fundasi dalam pembangunan di bidang pendidikan, menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu untuk menjadikan pendidikan dasar sebagai prioritas dalam peningkatan mutu pembangunan di bidang pendidikan, merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi jika mengharapkan produk yang dihasilkan nanti menjadi investasi sumber

daya manusia yang berharga.

... isi pendidikan selanjutnya sangat ditentukan oleh pendidikan dasar, mutu proses didik selanjutnya sangat dipengaruhi oleh proses didik perdana yang terjadi dalam pendidikan dasar. Maka akhirnya baik produktivitas maupun mutu manusia Indonesia selanjutnya sangat ditentukan oleh mutu pendidikan dasarnya. Maka pada pendidikan dasarlah bergantung mutu pembangunan

kita masa depan.

(BS. Mardiatmadja, Analisis CSIS No.5/XIX Tahun 1990)

Upaya untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berkualitas tidak terlepas dari peranan pendidikan, terutama pendidikan dasar. Pendidikan dasar

menurut pasal 2 PP No.28 Tahun 1990, merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan enam tahun di Sekolah Dasar (SD) dan program tiga

tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

(15)

memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik. Sebagai satuan

pendidikan, Sekolah Dasar menurut Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1994

mengemban misi untuk memberikan bekal kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung guna mengembangkan kehidupan pribadi, sebagai anggota masyarakat dan

mempersiapkan peserta didik untuk memasuki pendidikan kejenjang yang lebih

tinggi lagi. Pemberian kemampuan dasar harus dilakukan melalui penyelenggaraan

pendidikan yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gedung, fasilitas, sarana pendidikan, dana dan tenaga kependidikan serta kepemimpinan kepala sekolah. Keberadaan

faktor-faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan dan pengelolaan

sekolah. Bila faktor-faktor itu difungsikan secara optimal, terutama sarana pendidikan yang ada, diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

Pengajaran IPA sebagai bagian dari proses pendidikan di Sekolah Dasar, mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah. Proses menyangkut

masalah pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah menyangkut masalah objektif dan jujur. Dengan mempergunakan proses dan sikap ilmiah tersebut,

(16)

Salah satu kebijaksanaan umum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1998, yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 103a/U/1998 adalah mengupayakan pembangunan ruang perpustakaan dan laboratorium di sekolah. Sejalan dengan upaya tersebut, jauh sebelumnya Kepala Dinas P dan K Provinsi Daerah Tingkat I

Risau, berdasarkan Instruksi Gubernur KDH. Tk.I Riau Nomor : 2 Tahun 1986, tentang Peningkatan Sarana Pendidikan di Lingkungan Sekolah Dasar, telah membangun laboratorium IPA di Sekolah Dasar. Untuk tahap awal, telah dibangun tiga unit lengkap pada dua Derah Tingkat II di Popinsi Riau; yaitu di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan Riau.

Dengan mengacu pada Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor : 079/C/Kep/I/93 tanggal 7 April 1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru Melalui Pembentukan Gugus Sekolah di SD, maka keberadaan laboratorium IPA tidak saja berarti bagi peningkatan mutu pendidikan di

Sekolah Dasar itu sendiri, akan tetapi bagi Sekolah Dasar lainnya yang terhimpun dalam satu gugus sekolah.

Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar dapat juga dilakukan melalui tindakan manajemen yang efektif dan efisien. Abin Syamsuddin (1986:10) mengatakan; bahwa salah satu cara atau tindakan yang strategis untuk meningkatkan kualitas hasil (produktivitas) dari suatu sistem, antara lain melalui manajemen dan

(17)

Manajemen pada Sekolah Dasar dimaksudkan agar komponen-komponen yang mendukung sistem persekolahan dapat berfungsi secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk melihat

efektivitas dan efisiensi manajemen pada sekolah dasar dapat dilihat dari efektif dan efisiennya pendidikan yang dilaksanakan.

Bila dilihat dari fungsi atau proses pengelolaan yang harus dilaksanakan, agar sekolah dasar dapat melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien, maka fungsi tersebut menurut Fakri Gaffar (1989) adalah; perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan.

Kemudian bila dilihat dari lingkup administrasi sebagai proses kegiatan

manajemen, maka tahapan kegiatan yang dilaksanan seorang pemimpin menurut

Dirjen Dikdasmen dalam buku Pedoman Administarasi Sekolah Dasar (1991) adalah melalui tahapan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga fungsi ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan meliputi semua bidang kegiatan administrasi pendidikan di sekolah dasar.

Selanjutnya bila dilihat dari bidang tugasnya, maka administrasi pendidikan

di sekolah dasar meliputi bidang garapan program: l).Kurikulum/ pengajaran, 2).kesiswaan, 3).tenaga kependidikan, 4).sarana dan prasarana pendidikan, 5).pembiayaan, 6).ketatausahaan, 7).hubungan sekolah dengan masyarakat, dan

8).lingkungan sekolah .(Direktorat Pendidikan Dasar, 1995 : 9).

(18)

menunjang kegiatan pendidikan di sekolah dasar adalah sarana dan prasarana

pendidikan.

Menurut buku petunjuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar

Dirjen Dikdasmen Depdikbud. (1995/1996 : 10) , yang termasuk sarana dan

prasarana pendidikan adalah ; a), alat praga/alat praktek; b). laboratorium;

c).perpustakaan; d).ruang keterampilan; e).ruang UKS; f).ruang olah raga/serba

guna; g).ruang kantor/tata usaha; h).ruang bimbingan dan penyuluhan; i).Gedung dan

perabot.

Kemudian menurut Direktorat Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan (1997 : 1), yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah, "alat

praga dan alat praktik termasuk alat laboratorium". Jadi berdasarkan kedua pendapat

di atas, kedudukan Laboratorium IPA beserta alat yang ada di dalamnya dalam

komponen administrasi pendidikan masuk pada ruang lingkup administrasi sarana

dan prasarana pendidikan.

Laboratorium beserta alat yang ada di dalamnya merupakan sarana yang diperlukan secara langsung oleh guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan khusus pendidikan. Alat laboratorium IPA tersebut menurut Amien, (1988 : 2) mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu : a) menjelaskan konsep, sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan guru; b)memantapkan penguasaan

materi yang adahubungannya dengan bahan yang dipelajari; dan c)mengembangkan

(19)

Di samping pranannya yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar,

Laboratorium IPA juga mempunyai fungsi yang dapat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran EPA di sekolah, fungsi tersebut menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud.(1999 : 12); adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan

prasarana pendidikan.

Laboratorium IPA sebagai sumber belajar berarti merupakan tempat kegiatan

penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Sebagai metode pendidikan, berarti kegiatan laboratorium PA memandang posisinya sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai prasarana pendidikan laboratorium IPA merupakan wadah proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat

dikendalikan.

Peranan dan fungsi laboratorium EPA begitu besar terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan percobaan dan penyelidikan, laboratorium IPA memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari atau disampaikan guru. Sedangkan bagi guru, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan konsep-konsep yang kurang dikuasai siswa, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya verbalisme pada siswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan dan

(20)

Kegiatan laboratorium IPA yang baik selalu ditunjang oleh penyediaan alat,

bahan, dana, dan perlengkapan yang cukup, serta tenaga pengelola yang profesional. Agar laboratorium EPA dapat memeberikan manfaat bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya, maka disamping alat, bahan, dana,

dan fasilitas harus senantiasa tersedia secukupnya, yang terpenting lagi adalah

bagaimana alat, bahan dan fasilitas yang ada tidak hanya menjadi barang pajangan belaka yang pada akhirnya hanya menyebabkan terjadinya pemborosan saja. Oleh

karena itulah maka laboratorium EPA yang ada di sekolah dasar perlu dikelola secara

efektif.

Efektivitas pengelolaan labortorium IPA dimaksudkan adalah efektivitas manajer, dengan kreteria pemberdayaan sumber daya manusia dan fasilitas dengan tepat, serta memperoleh keuntungan yang besar dari penggunaan sumber daya

tersebut.

Kepala sekolah sebagai top manajer, bertanggung jawab terhadap kelangsungan kegiatan pendidikan di sekolah. Tangggung jawab tersebut menurut pasal 12 ayat (1) PP. No.28 Tahun 1990, tentang Pendidikan Dasar, melipiuti :

1).penyelenggaraan kegiatan pendidikan; 2).administrasi sekolah; 3).pembinaan

tenaga kependidikan; 4).pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Walaupun secara umum kepala sekolah bertanggung jawab terhadap efektif tidaknya pengelolaan laboratorium di sekolah, namun keterlibatan guru tetap merupakan unsur dominan yang ikut menentukan lancar tidaknya pengelolaan

(21)

10

teknis pendidikan, memeriukan beberapa orang pembantu untuk melaksanakan

tugasnya" (Hadiat, dkk., 1979 : 33).

Pengelolaan laboratorium EPA dapat dilakukan melalui pendekatan administrasi pendidikan yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan administrasi laboratorium dimaksudkan sebagai penataan sumber daya, baik manusianya maupun fasilitas, bahan, dan alat serta biaya yang digunakan untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Gambaran hasil studi yang dilakukan oleh Janulis P. Purba (1989), mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara pengelolaan laboratorium dengan efektivitas pemanfaatan laboratorium dalam kategori cukup (r= 0,408) pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Hasil studi ini menunjukan pentingnya pengelolaan, karena dengan dikelola secara baik dan benar pemanfaatan

laboratorium akan menjadi lebih efektif.

Sehubungan dengan pengelolaan laboratorium, Resna Supratna, dkk. (1986), dan Iyon Kertawidjaya (1998), dalam penelitiaannya mengungkapkan bahwa

pengelolaan laboratorium belum dilakukan secara efektif. Kesimpulan umum yang

dapat ditarik dari penelitian di atas adalah karena rendahnya kemampuan pengelolaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap laboratorium tersebut.

Berdasarkan hasil Prasurvey penulis di lapangan, melalui surat izin Direktur

PPS Universitas Pendidikan Indonesia Nomor: 820/K04.7/PP.03.06/ 1999 tanggal 12 Desember 1999, terlihat pengelolaan laboratorium IPA di Sekolah Dasar yang penulis kunjungi masih belum efektif. Hal ini terlihat adanya gejala-gejala sebagai

(22)

11

1. Masih minimnya fasilitas, alat, dan bahan yang ada jika dibandingkan dengan

jumlah pemakai laboratorium IPA;

2. Adanya kecenderungan biaya yang dialokasikan sebagai penunjang kegiatan

laboratorium tidak mencukupi;

3. Adanya kecenderungan pengguna laboratorium EPA tidak dapat menyelesaikankan praktikumnya dengan baik karena waktu yang tersedia tidak

mencukupi.

4. Praktikum yang telah direncankan, sering tertunda pelaksanaannya karena beberapa bahan dan alat yang tersedia kurang sesuai dengan kebutuhan

kegiatannya;

5. Belum dilakukan penataan dan bantuan pemasangan secara sempurna terhadap fasilitas, alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan;

6. Penggunaan fasilitas dan peralatan yang tersedia di laboratorium belum secara

optimal;

7. Laboratorium kurang difungsikan secara optimal sebagai tempat melaksanakan eksperimen;

Kondisi sebagaimana digambarkan di atas mengakibatkan laboratorium IPA di Sekolah Dasar tersebut kurang efektif dan pada akhirnya belum dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

Dari hasil pengamatan tersebut, diduga terdapat beberapa faktor yang turut

(23)

12

sekolah. Masalah inilah yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian,

karena masalah pengelolaan selalu menjadi salah satu prioritas dalam setiap kegiatan

pada laboratorium IPA di sekolah. Di samping itu juga masalah ini sangat relevan

dengan materi pokok Program Studi Administrasi Pendidikan, yang perlu mendapat

perhatian dan

penulis juga berkeinginan untuk mendalami manajemen terpadu

secara utuh.

Di samping alasan di atas, permasalahan pengelolaan laboratorium memang

perlu mendapat perhatian, sebab dikhawatirkan dengan kondisi laboratorium yang

tidak terkelola dengan baik, upaya untuk menjadikan laboratorium sebagai jantung

bagi proses pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar secara nyata, efisien

dan efektif masih tetap saja berupa harpan yang belum terwujud secara maksimal.

B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian

Pengelolaan laboratorium EPA memiliki ruang lingkup dan pembahasan yang

cukup luas, baik dari segi jenis maupun bentuknya. Berdasarkan latar belakang

masalah dan fenomena yang terdapat dilapangan, maka perumusan

masalah

penelitiannya adalah sebagai berikut:

"Bagaimanakah pengelolaan laboratorium IPA dapat dilaksanakan secara

efektif sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri Provinsi Riau ?."

Pertanyaan atau permasalahan pokok di atas dapat dijabarkan lagi menjadi

pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakah Perencanaan Laboratorium di Sekolah Dasar Negeri, khususnya

(24)

13

Pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut sebagai berikut:

a. Bagaimanakah proses penyusunan perencanaan kegiatan laboratorium agar dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan ?;

b. Bagaimanakah perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan

kemampuan tenaga pengelola tersebut ?;

c. Bagaimanakah perencanaan terhadap fasilitas, alat, bahan, dan biaya yang diperlukan ?;

d. Bagaimanakah perencanaan pengembangan Laboratorium IPA ?.

2. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium IPA di Sekolah

Dasar Negeri, khususnya di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan

Riau ?

Pertanyaan di atas dapat dirinci lagi sebagai berikut:

a. Bagaimanakah koordinasi pengelola dengan pihak guru dalam

mengefektifkan kegiatan laboratorium ?;

b. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium untuk melayani kebutuhan Kegiatan Belajar Mengajar ?;

c. Bagaimanakah optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan laboratorium pada setiap kegiatan ?;

3. Bagaimanakah pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan laboratorium di Sekolah Dasar Negeri, khususnya di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan Riau ?.

(25)

14

a. Siapakah yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

kegiatan laboratorium ?

b. Bagaimanakah teknik pengawasan yang dilakukan terhadap pelaksanaan

kegiatan pengelolaan dilaboratorium ?;

4. Bagaimanakah analisis SWOT pengelolaan laboratorium IPA SD Negeri, khususnya di Kota madya Pekanbaru, dan Kabupaten Kepulauan Riau, bila

ditinjau dari faktor internal dan eksternal ?. Pertanyaan ini dapat dirinci lagi menjadi :

a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan

laboratorium EPA di sekolah ?;

b. Faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengelolaan

Laboratorium IPA di Sekolah Dasar Negeri ?;

5. Bagaimanakah wujud pengelolaan laboratorium IPA dilihat dari fungsinya ?.

Pertanyaan ini dapat dikembangkan lagi menjadi :

a. Bagaimana pelaksanaan fungsi sebagai sumber belajar ?;

b. Bagaimana pelaksanaan fungsi sebagai metode pendidikan ?;

c. Bagaimana pelaksanaan fungsi sebagai prasarana pendidikan ?.

6. Bagaimana dampak dari pengelolaan laboratorium IPA yang efektif tersebut ?;

Pertanyaan ini dapat dikembangkan menjadi:

a. Bagaimanakah dampak pengelolaan laboratorium PA terhadap kinerja

proses belajar siswa ?

b. Bagaimanakah dampak pengelolaan laboratorium IPA terhadap hasil belajar

(26)

15

C. Kerangka Berfikir

Agar proses belajar mengajar di sekolah dasar dapat terselenggara dengan baik perlu memperhatikan sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lancar tidaknya proses belajar mengajar antara lain adalah sarana dan prasarana yang tersedia. Laboratorium yang merupakan bagian dari sarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk menghindari ketidakbermanfaatan laboratorium tersebut, maka perlu diupayakan pengelolaan dan pemberdayaanya sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.

Kerangka berfikir penelitian yang disajikan pada gambar 1 yang merupakan pola pikir peneliti, mengkaji efektivitas pengelolaan laboratorium IPA SD, bertolak dari tugas dan tanggung jawab manajemen sekolah dalam bidang pengajaran,

kesiswaan, personalia, keuangan, sarana dan husemas.

Pengelolaan terhadap Laboratorium IPA dilihat dari wujud keberadaannya adalah salah satu sarana pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Agar Laboratorium IPA dapat

bermanfaat bagi kegiatan belajar mengajar, maka semua komponen yang terdapat

didalamnya harus dikelola dengan efektif.

Wujud pengelolaan laboratorium intinya meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada kegiatan perencanaan meliputi proses penyusunan rencana kegiatan, perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan

(27)

16

dilihat dari koordinasi pengelola laboratorium dengan guru, pelaksanaan kegiatan

pengelolaan laboratorium untuk melayani kebutuhan kegiatan belajar mengajar, dan

optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang sesuai. Sedangkan pada

kegiatan pengawasan dapat dilihat dari pelaksana pengawasan dan teknik

pengawasan yang digunakan.

Sementara dilihat pula fenomena pengelolaan Laboratorium IPA dilapangan

menunjukan kurang efektifnya perencanaan Kepala Sekolah dalam hal perencanaan

pengembangan laboratorium IPA. Sedangkan pada kegiatan pelaksanaan masih

terlihat kurangnya efektifnya pelaksanaan kegiatan pengelolaan untuk melayani

kebutuhan kegiatan belajar mengajar dan optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan

bahan. Sedangkan pada kegiatan pengawasan belum optimalnya kinerja proses

pengawasan, terutama sekali rendahnya frekuensi pengawasan yang dilaksanakan

selama ini.

Berdasarkan fenomena pengelolaan laboratorium EPA tersebut, diketahui

adanya kesenjangan antara pengelolaan Laboratorium EPA sebagaimana yang

diharapkan dengan kondisi laboratorium sebenarnya, sehingga diketahuilah masalahnya, yaitu : "Bagaimanakah pengelolaan Laboratorium IPA dapat

dilaksanakan secara efektif sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas

pendidikan Sekolah DasarNegeri Provinsi Riau ? ".

Untuk mendapatkan wujud pengelolaan laboratorium IPA yang efektif, maka

dilakukan pengumpulan data lapangan tentang pengelolaan laboratorium di sekolah

(28)

17

pelaksanaan dan pengawasan. Selanjutnya dilakukan analisis SWOT (Strengths,

Weakness, Opportunity, dan Threats), baik secara internal maupun eksternal. Analisis internal akan membicarakan faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam pengelolaan laboratorium EPA. Sedangkan analisis eksternal akan melihat faktor peluang dan ancaman yang dihadapi oleh pengelola laboratorium IPA. Kemudian dari hasil analisi tersebut akan memberikan umpan balik kepada pengelola

laboratorium IPA dalam rangka untuk melakukan perbaikan secara terus menerus terhadap substansi yang dianggap bermasalah. Dengan demikian akan diperoleh temuan bagaimana pengelolaan laboratorium yang efektif. Pengelolaan Laboratorium IPA yang efektif dapat dilihat dari berfungsinya Laboratorium EPA sebagai sumber

belajar, metode pendidikan, dan prasarana pendidikan di sekolah. Dengan

berfungsinya Laboratorium EPA tersebut di harapkan akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya kinerja proses

belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mengemukakan kerangka berfikir dengan

mengacu pada prinsip bahwa manajemen itu dilakukan untuk mengejar proses dan output yang berkualitas, artinya kualitas proses dan output diciptakan apabila manajer (pengelola) melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan kreteria tertentu yang telah ditetapkan dan melakukan perbaikan kelemahan terus menerus.

Kerangka berfikir penelitian dimaksud disajikan dalam bentuk gambar

(29)

MANAJEMEN SEKOLAH v v PENGA-JARAN KESIS-WAAN PERSO NALIA KE-UANGAN SARA NA HUSE MAS u Mi p A N B A L I K FENOMENA

PENGELOLAAN LAB. IPA SD DILAPANGAN

Perencanaan :

Kurang efektifnya perencanaan Kepala Sekolah dalam hal perencanaan pengembangan

laboratorium

Pelaksanaan :

Kurang Efektifnya pelaksanaan pengelolaan laboratorium dalam hal pelaksanaan kegiatan pengelolaan untuk melayani

kebutuhan KBM dan

Optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan

Pensawasan :

Belum optimalnya kinerja proses pengawasan yang dilakukan,

terutama sekali dalam hal

frekuensi pengawasan yang

dilakukan masih rendah.

LABORATORIUM IPA

PENGELOLAAN LAB. IPA SD

Perencaan :

• Proses penyusunan

perencanaan

• Tenaga Pengelola dan Pengem bangan Kemampuannya • Fasilitas, alat, bahan, dan biaya • Pengembangan Laboratorium Pelaksanaan :

• Koordinasi pengelola denganGuru

• Pelayanan terhadap kebutuhan

KBM

• Optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan

Pensawasan:

• Pelaksana pengawasan • Teknik pengawasan

MASALAH

Efektivitas Pengelolaan Laboratorium

IPA Sekolah Dasar

S W O T Internal

Kekuatan & Kelemahan Eksternal

Peluang & Ancaman

Wujud Lab.IPA Yang Efektif

- Fungsi Sumb.Bel - Fungsi Metode Pen - Fungsi Prasarana

MENINGKAT:

Kinerja proses belajar Hasil belajar

[image:29.595.66.454.80.662.2]

18

Gambar 1 : Paradigma Penelitian Efektivitas Sekolah Dasar Negeri.

(30)

19

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang

efektivitas pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah Dasar Negeri yang memiliki

laboratorium , yaitu SD Negeri 001 Rintis Kecamatan Limapuluh Kotamadya

Pekanbaru, SD Negeri 003 Pulau Karam Kecamatan Sail Kotamadya Pekanbaru, dan

SD Negeri 025 Kampungbaru Kecamatan Tanjungpinang Barat Kabupaten Daerah

Tingkat II Kepulauan Riau. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan bagaimana efektifitas pengelolaan laboratorium EPA dilihat dari

Perencanaannya, yang meliputi : proses penyusunan rencana kegiatan

laboratorium, perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya,

Perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya serta perencanaan pengembangan laboratorium. Kemudian pada Pelaksanaan kegiatannya yang meliputi : Koordinaasi pengelola laboratorium dengan guru, pelaksanaan kegiatan laboratorium untuk melayani kebutuhan KBM, serta optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan. Selanjutnya pada kegiatan Pengawasan meliputi : Pelaksana pengawasan, dan teknik pengawasannya. Serta dampak pengelolaan

laboratorium IPA terhadap kinerja proses belajar, dan hasil belajar siswa.

2. Menganalisis bagaimana efektifitas pengelolaan laboratorium IPA dilihat dari

Perencanaannya, yang meliputi : proses penyusunan rencana kegiatan laboratorium, perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya, Pereencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya serta perencanaan pengembangan

(31)

20

melayani kebutuhan KBM, serta optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan

bahan. Selanjutnya pada kegiatan Pengawasan meliputi : Pelaksana pengawasan, dan teknik pengawasannya. Serta dampak pengelolaan laboratorium IPA terhadap kinerja proses belajar, dan hasil belajar siswa.

3. Menarik kesimpulan dan memprediksi implikasi dari kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam penelitian serta memberikan rekomendasi berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, yang kemudian dijadikan bahan masukan bagi para pengelola sekolah dasar di Kecamatan Limapuluh, Kecamatan Sukajadi, dan Kecamatan Tanjungpinang Barat guna perbaikan dan peningkatan

efektivitas pengelolaan laboratorium IPA.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat bagi para pengelola pendidikan dasar dalam pemberdayaan laboratorium EPA Sekolah Dasar, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Kemudian dapat juga memberikan sumbangan sebagai melengkapi studi dalam bidang administrasi pendidikan, terutama dalam bidang pengelolaan lembaga pendidikan formal. Selain itu juga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut pagi para peneliti lanjutan guna menambah wawasan keilmuannya.

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran terhadap pengelola pendidikan khususnya pendidikan di sekolah dasar (kepala sekolah) yang memiliki laboratorium dalam penyempurnaan dan perbaikan pengelolaan laboratorium IPA agar berfungsi lebih efektif. Kemudian

(32)

21

seperti : Kantor Departemen Pendidikan Nasional, dan Kantor Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan dalam menentukan kebijakannya guna meningkatkan efektivitas

pengelolaan laboratorium tersebut. Sedangkan bagi penulis sendiri dirasakan sangat

bermanfaat dalam rangka memperluas wawasan penulisan karya ilmiah dalam

konteks penelitian sosial kualitatif. Di samping itu juga dapat memberikan dorongan

kepada penulis untuk melakukan studi lebih lanjut tentang manajemen pendidikan

yang berkenaan dengan pengelolaan laboratorium, khususnya Laboratorium IPA di

Sekolah Dasar Negeri.

F. Sistematika Tesis

Tesis yang menelaah efektivitas pengelolaan laboratorium IPA sebagai sumber daya pembelajaran untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar negeri di Provinsi Riau terdiri dari lima bab yang disusun menurut

sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, merupakan bagian awal dari Tesis ini yang berisikan tentang latar belakang masalah, permasalahan dan pertanyaan penelitian, kerangka berfikir, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, yang dibahas satu persatu.

Sedangkan Bab II tentang Tinjauan Kepustakaan, menguraikan dukungan teori tentang : (1) Kedudukan sumber daya pembelajaran dalam konteks administrasi

pendidikan, yang mengupas tentang pengertian, ruang lingkup, tinjauan administrasi

pendidikan, dan kedudukan laboratorium IPA dalam administrasi pendidikan sekolah

dasar; (2) Sumber daya pembelajaran, yang membahas pengertian, fungsi, dan

jenisnya; (3) Laboratorium pendidikan, membahas tentang jenis, pengertian

(33)

22

pengelolaan, mengkaji tentang : pengertian, kriteria/indikator; (5) Pengelolaan laboratorium IPA, mengupas tentang : perencanaan pemanfaatan laboratorium, pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium, dan pengawasan;(6)Analisis SWOT,

melihat segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman; (7) Dampak pengelolaan

laboratorium IPA, yang dilihat dari : kinerja proses belajar dan hasil belajar; (8) kajian penelitian yang relevan.

Bab III Metodologi Penelitian, menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan metode penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan

data, pelaksanaan penelitian, analisa data, dan validasi data penelitian.

Selanjutnya Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan, membahas: (1) Temuan penelitian; dan (2) pembahasan hasil penelitian. Kedua-duanya mengupas tentang pengelolaan laboratorium IPA dari segi : Perencanaannya; Pelaksanaan; Pengawasan; Analisis SWOT; Wujud laboratorium IPA yang efektif; Dampak pengelolaan laboratorium.

Bab V merupakan bab yang terakhir, berisikan tentang (1) Kesimpulan; (2) Implikasi; dan (3) Rekomendasi.

(34)
(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis dan mendeskripsikan data secara

mendalam tentang efektivitas pengelolaan Laboratorium IPA di SD Negeri 001 Kecamatan Lima puluh Kotamadya Pekanbaru, SD Negeri 003 Kecamatan Sukajadi Kotamadya Pekanbaru, dan Sekolah Dasar Negeri 025 Tanjungpinang Barat

Kabupaten Kepulauan Riau.

Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian ini terlebih dahulu harus ditentukan metodenya. Dengan metode penelitian akan memandu peneliti mengenai

urutan-urutan bagaimana penelitian dilaksanakan. Berkaitan dengan hal tersebut, Winarno

Surachmad (1982 : 131) mengatakan "Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan".

Sehubungan dengan metodenya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kualitatif. Sehubungan dengan penelitian deskriptif, Winarno Surachmad mengatakan sebagai berikut:

"Pada umumnya persamaan sifat dan segala bentuk penyelidikan deskriptif

ini ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi

yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya".

( Winarno Surachmad, 1982 : 139 )

Penelitian deskriptif menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 64)

"adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian

(36)

yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian digambarkan sebagaimana

mestinya".

Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif ialah (1) Memusatkan diri pada

pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah

aktual, dan (2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis. Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, tetapi

mendeskripsikan secara mendalam fenomena tentang efektivitas pengelolaan

laboratorium EPA di ketiga Sekolah Dasar yang disebutkan di atas. "Secara demikian

penelitian ini termasuk penelitian kualitatif (Bogdan, 1990; Nasution, 1992 :18-19).

Dikatakan Nasution ( 1988 : 5 ) bahwa; " Penelitian kualitatif pada

hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan

mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya".

Kemudian Bogdan dan Biklen (1982) mengatakan pendekatan kualitatif

berusaha memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu menurut perspektif sendiri.

Pendektan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertititk tolak dari

konsep yang memandang manusia sebagai faktor utama dalam manajemen.

Tegasnya, faktor manusia adalah hal yang mutlak. Tak ada manajemen tanpa adanya

manusia. Manusia menjadi titik pusat dalam manajemen dibandingkan dengan

benda-benda. Hal ini sejalan dengan pendapat Siagian ( 1982 : 12 ) yang menyatakan

bahwa seluruh proses administrasi dimulai oleh manusia, untuk kepentingan manusia

(37)

89

Penelitian kualitatiftidak sekedarteknik pengumpulan data, tetapi merupakan

cara pendekatan terhadap dunia empiris. Ungkapan kualitatif merujuk pada

pengertian yang luas terhadap penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu

berupa kata-kata dan perilaku orang-orang yang dapat diobservasi baik lisan maupun

tulisan secara faktual, menganalisis dan menginterprestasikan data yang ada.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Dinas P dan K Tk.I dan Kanwil

Depdiknas. Propinsi Riau. Untuk lebih rincinya lokasi penelitian tersebut adalah

sebagai berikut : (1) Sekolah Dasar Negeri 001Rintis Kecamatan Limapuluh Kota

Madya Pekanbaru;

(2) Sekolah Dasar Negeri 003 Pulau Karam Kecamatan

Sukajadi Kotamadya Pekanbaru; dan (3) Sekolah Dasar Negeri 025 Tanjungpinang

Barat Kabupaten Kepulauan Riau. Pertimbangan memilih lokasi penelitian seperti

disebutkan di atas karena mudah dijangkau, pelaku-pelaku mudah didekati, dan

situasi sosialnya mudah diamati, sehingga memperlancar proses penelitian.

Kemudian yang menjadi pertimbangan lebih khusus karena karakteristik kelayakan

obyek yang sangat memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang akan

menunjang tercapainya tujuan penelitian.

C. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (1993 : 102) mengatakan bahwa, populasi adalah

(38)

vu

Sedangkan yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam hal ini merujuk kepada

populasi, sampel, dan sumber data dalam penelitian ini.

Populasi dan sampel pada dasarnya mengacu pada totalitas semua nilai yang

mungkin, hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingi

dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Adapun sebagian dari populasi yang

diambil, dinamakan sampel atau contoh ( Sudjana, 1981 : 10 ). Sampel adalah

sebagian dari populasi yang benar-benar diamati. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Nasution ( 1991 : 118 ), sampel adalah sebagian individu yang diamati. Sedangkan

menurut Moleong (2000 : 165) sampel yang dimaksud dalam penelitian bersifat

informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian.

Dengan demikian populasi dan sampel dalam penelitian ini terdiri dari semua

personil yang memberikan informasi demi untuk kelengkapan data yang diperlukan.

Untuk pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian kualitatif menurut

Nasution ( 1988 : 11 ) ialah sebagai berikut : "Penelitian kualitatif tidak

menggunakan sampel yang acak dan juga tidak menggunakan populasi dan sampel

yang banyak. Dalam penelitian kualitatif ini biasanya menggunakan sampel sedikit

dan sampel dipilih menurut tujuan penelitian". Oleh karena itu sesuai dengan

kebutuhan data dan tujuan penelitian, serta pertimbangan yang berdasarkan

(39)

sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Penanggung jawab teknis

laboratorium, Guru kelas, Siswa.

Sampel yang disebutkan di atas akan terus berkembang tergantung pada

tujuan dan pertimbangan kelengkapan informasi sesuai dengan data yang diperlukan.

Dalam hal mi Nasution ( 1988 : 32-33 ) menjelaskan bahwa untuk memperoleh

informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai pada taraf "redudancy",

ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden

selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang

berarti. Dengan kata lain sampel dianggap memadai apabila sudah ditemukan pola

tertentu dari informasi yang dikumpulkan pada saat itu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data dan

informasi tentang aspek pengelolaan laboratorium EPA, sangat tergantung pada

macam studi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Prosedur pelaksanaannya

disesuaikan dengan kondisi sumber data dan lokasi dimana responden melaksanakan

tugasnya.

Secara khusus dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data berupa:

1. Observasi : yaitu melakukan pengamatan tentang pengelolaan Laboratorium IPA

oleh pengelola yang berkaitan dengan aktivitas, proses dan hasil;

2. Wawancara : yaitu melakukan tanya jawab tatap muka atau mengkonfirmasikan

(40)

92

disusun. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari sampel

penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan terdahulu.

3. Dokumentasi bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber bukan dan

manusia yang dapat mencek kesesuaian data secara triangulasi.

Sedangkan alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data

ini antara lain pedoman observasi dan pedoman wawancara, pedoman studi

dokumentasi, buku catatan, kamera dan tape recorder.

E. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap. Tiap-tiap tahap terdiri dan

kegiatan tertentu. Kegiatan yang dilakukan pada tiap-tiap tahapan sebagai mana

yang diutarakan oleh Nasution (1996 : 33) adalah : (1) Orientasi, (2) Eksplorasi, dan

(3) Member-check.

1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini dilakukan prasurvey ke lokasi penelitian untuk mendapatkan

gambaran tentang masalah yang diteliti. Pada tahap ini penulis menentukan subjek

awal, melakukan pendalaman melalui sumber-sumber bacaan baik konsep teoritis

maupun studi pendahuluan yang relevan dengan permasalahan penelitian, serta

memilih lokasi penelitian.

2. Tahap eksplorasi

Pada tahap ini dilakukan penelitian lapangan terhadap sumber data tentang

(41)

93

mengumpulkan semua data dan informasi yang diperlukan, namun ada hal yang

dianggap penting sebelum kegiatan berlangsung, yaitu memahami latar, tata cara dan

tata krama menghadapi subjek penelitian.

3. Tahap Member Check

Pada tahap ini membuat laporan tertulis yang ditujukan kepada responden

guna menilai kesesuaian dengan hasil wawancara, penilaian dokumen dan observasi,

kemudian meminta penjelasan kepada unsur-unsur terkait bila dipandang perlu jika

data dan informasi yang dikumpulkan belum lengkap. Hal ini dimaksudkan agar

seluruh data yang diperoleh dapat dijamin kebenaran tanpa keraguan akan

validitasnya. Setelah pengecekan ulang berakhir agar dapat ditaksir dengan cermat

dan bermakna, digunakan alat bantu, antara lain pemograman komputer yang

relevan.

F. Analisa Data Penelitian

Strategi analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif. Analisis data kualitatif adalah proses menyusun data (menggolongkannya

dalam tema atau kategori) agar dapat ditafsirkan atau diinterprestasikan (Moleong,

2000 : 198). Agar dapat menafsirkan dan menginterprestasi data secara baik

dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan kreativitas yang tinggi peneliti

sehingga mampu memberikan makna pada setiap fenomena atau data yang ada.

Sehubungan dengan analisis data dalam penelitian kualitatif, Bogdan dan

Biklen (1990 : 145) menyatakan :

Data analysis is the process ofsystematically searching and aranging the

interview transcripts, fildnotes, and other materials that you accumulate to

(42)

vou have discovered to others. Analysis involve working with data,

organizing important and what is to be learned, and deciding what you will

tell other. For most, the need products of research are books, papers,

presentations, orplansfor action.

Berkaitan dengan analisis data, proses analisisnya dilakukan melalui

tahapan-tahapan : (1) tahap reduksi; (2) tahap display; dan (3) tahap verifikasi data penelitian.

1. Tahap Reduksi

Tahap reduksi dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang

dihimpun dari lapangan sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang

diteliti tersebut, kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Mengumpulkan data dan informasi dari catatan, hasil wawancara, dan hasil

pengamatan;

b. Mencari inti/pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek temuan

penelitian ini.

2. Tahap Display

Pada tahap ini dilakukan perangkuman terhadap temuan penelitian dalam

susunan yang sistematis untuk mengetahui makna pengelolaan laboratorium IPA.

Kegiatan telaah dalam tahap ini antara lain berupa :

a. Membuat rangkuman secara deskriptif dan sitematis, sehingga tema sentral dapat

diketahui dengan mudah;

b. Memberi makna setiap rangkuman tersebut dengan memperhatikan kesesuaian

(43)

95

3. Tahap Verifikasi Data Penelitian

Pada tahap ini dilakukan pengkajian tentang kesimpulan yang telah diambil

dengan data pembanding teori tertentu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat

kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya.

Langkah-langkah yang dilakukan di sini sebagai berikut:

a. Menguji kesimpulan yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori yang

dikemukakan para pakar, terutama teori yang relevan;

b. Melakukan proses member check atau melakukan proses pengecekan ulang,

mulai dari pelaksanaan prasurvey, wawancara inti, pengamatan dari data, dan

informasi yang telah dikumpulkan tersebut;

c. Membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai hasil dari penelitian yang

telah dilakukan.

G. Validasi Data Penelitian

Validasi data penelitian ini dilakukan dengan menetapkan tingkat

kepercayaan seperti: (1) kredibilitas (validitas internal), (2) transferabilitas (validitas

eksternal), (3) dependenbilitas (realibilitas), (4) konfirmabilitas (obyektivitas).

Untuk mencapai kebenaran data yang dikumpulkan dan mencari kecocokan

antara konsep peneliti dengan konsep responden dilakukan kredibilitas sebagai

berikut:

a. Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan data

sumber lain. Artinya kebenaran data dan informasi yang diberikan responden

(44)

y o

b. Pembicaraan dengan kolega, yaitu membahas catatan lapangan dengan teman

atau pejabat dilingkungan akademis, terutama yang berkepentingan dalam

penelitian ini.

c. Penggunaan bahan referensi, yaitu memanfaatkan berbagai buku rujukan yang

berfungsi untuk melandasi aspek-aspek penelitian.

d. Mengadakan member check, yaitu menyimpulkan secara utuh hasil wawancara

untuk menghindari perbedaan persepsi.

Selanjutnya temuan penelitian ini diteliti kemungkinan pemanfaatan bagi

sekolah dasar yang bersangkutan. Hasil penelitian ini kemungkinan memiliki

transferabilitas, bila dapat dimanfaatkan oleh pemakai atau dalam situasi tertentu

agar pengelolaan laboratorium EPA dapat dibina dengan baik.

Kemudian validitas temuan penelitian dalam kreteria ini dimaksudkan untuk

mengupas tentang konsistensi hasil penelitian (dependenbilitas). Artinya menguji

apakah penelitian dapat diulang atau dilakukan pada lokasi lain dengan temuan yang

sama.

Pengujian obyektivitas data hasil penelitian dilakukan konfirmabilitas dengan

cara "audit traill", yaitu melakukan pemeriksaan ulang untuk meyakinkan

pokok-pokok yang dilaporkan. Realisasi aktivitas ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Merekapitulasi data mentah yang dihimpun dilapangan secara lengkap dan

cermat.

b. Menyusun hasil analisis dengan menyeleksi, merangkum dalam bentuk deskripsi

(45)

97

c. Membuat hasil sintesa, yaitu menyesuaikan tema dengan tujuan, penafsiran dan

kesimpulan penelitian.

d. Meloporkan mekanisme penelitian secara utuh. Artinya proses penelitian yang

dilakukan sejak awal pelaksanaan prasurvey, penyusunan desain, pengumpulan

dan pengolahan data hingga penulisan akhir penelitian dilaporkan guna

(46)
(47)

178

mi

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASl

Pada Bab terakhir ini dikemukakan beberapa kesimpulan, implikasi dan

rekomendasi yang didasarkan atas hasil penelitian. Kesimpulan dalam Bab V ini

lebih merupakan pemaknaan secara terpadu terhadap seluruh hasil penelitian, yaitu

pengelolaan

laboratorium

IPA

sebagai

sumber

daya

pembelajaran

yang

dikembangkan dalam rangka untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah dasar.

Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap hasil penelitian lapangan yang

dipaparkan pada bab sebelumnya, maka pada bagian ini disajikan antara lain :

A. Kesimpulan

Bertolak dari permasalahan yang diteliti, yaitu bagaimana pengelolaan laboratorium PA dilaksanakan sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas

pendidikan di sekolah dasar, maka secara umum dapat disimpulkan, bahwa

pengelolaan laboratorium IPA yang telah dilaksanakan sudah menunjukan

keunggulan-keunggulan, walaupun beberapa hal masih diwamai

kelemahan yang hams disempurnakan. Keunggulan-keunggulan dan

kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Secara umum keunggulan-keunggulan dapat dilihat dan perencanaan yang disusun, terlihat adanya kesamaan pandangan pengelola terhadap proses

(48)

179

Sedangkan kelemahannya terletak pada perencanaan tenaga pengelola dan

pengembangan kemampuannya; dan perencanaan pengembangan laboratorium.

2. Dari segi pelaksanaan kegiatannya keunggulan dan kelemahan yang dijumpai

masih bervariasi. Keunggulan-keunggulan terlihat pada pelaksanaan koordinasi

pengelola dengan personil lainnya. Sedangkan kelemahannya terdapat pada

pelaksanaan kegiatan, khususnya pada kegiatan pengelolaan untuk melayani

kebutuhan kegiatan belajar mengajar dan optimalisasi penggunaan fasilitas, alat,

dan bahan.

3. Pada kegiatan pengawasan, walaupun berdasarkan pembahasan pelaksana

pengawasan dan teknik pengawasannya sudah mendekati kriteria yang

diharapkan, dan dapat dinilai sebagai keunggulan-keunggulan. Namun secara

umum frekuensi pelaksanaan pengawasannya masih rendah.

4. Kemudian keunggulan-keunggulan dari wujud laboratorium IPA yang efektif

terletak pada pelaksanaan fungsi sebagai sumber belajar dan Pelaksanaan fungsi

sebagai prasarana pendidikan. Sedangkan kelemahan-kelemahannya terdapat

pada pelaksanaan fungsi sebagai metode pendidikan.

5 Mengenai dampak pengelolaan laboratorium IPA, keunggulan-keunggulan

terdapat pada kinerja proses belajar, dan hasil belajar siswa. Sedangkan

kelemahan-kelemahannya belum ditemui.

B. Implikasi

(49)

180

sendiri. Perencanaan tenaga pengelola laboratorium masih berorientasi pada

tugas tambahan yang harus diterima gum. Padahal menumt PP. No.38 Tahun

1992 Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa, "Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga

pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan

pengembangan di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber

belajar, dan penguji".

Memberikan tugas tambahan kepada guru, berarti menambah beban dan jam

kerja guru yang selama ini dinilai sudah cukup berat. Disisi lain penambahan

jam kerja kepada gum berarti mengurangi aktivitas jam kerja wajibnya, yang

pada akhirnya akan berdampak pada kinerja dan produktivitas sekolah, sehingga

pada gilirannya akan berpengamh pada mutu pendidikan yang akan dicapai.

Demikian juga halnya dengan pengembangan Laboratorium

IPA, perlu

dilaksanakan untuk menghindari agar pelaksanaan kegiatan laboratorium tidak

menjadi statis. Laboratorium yang tidak dinamis akan terasa lamban dalam

menerima dan menyerap pembahan-perubahan, sejalan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini,

sehingga

upaya untuk

mengantisipasi kemungkinan gagalnya pencapaian tujuan kegiatan sulit untuk

diwujudkan. Bila hal ini tetap saja terjadi, maka upaya menjadikan laboratorium

sebagai "jantung" dalam proses pendidikan hanya merupakan rencana yang tidak

pernah terealisasikan.

2. Implementasi suatu kegiatan mempakan bagian yang tidak terpisahkan dari

suatu proses secara keselumhan. Laboratorium yang dilengkapi dengan berbagai

(50)

181

mengajar apabila alat dan bahan tersebut digunakan secara optimal dan sesuai

dengan fungsinya. Tidak semua siswa dan guru yang menggunakan laboratorium

memahami dengan benar terhadap alat dan bahan yang akan digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar. Dalam konteks ini keberadaan pengelola yang dapat

melayani pemakai laboratorium sangat diperlukan, berkaitan dengan kelancaran

kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dan optimalisasi penggunaan alat

dan bahan dalam mencapai tujuan pengajaran. Kurang efektifnya pelayanan

pengelola laboratorium ditambah pula tidak optimalnya penggunaan alat dan

bahan menjadikan kegiatan berjalan apa adanya dengan berbagai keterbatasan

dan kekurangannya. Keadaan yang demikian tentunya akan berdampak pada

hasil kegiatan yang dicapai, lebih jauh dari itu upaya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional sulit untuk diwujudkan.

3. Pada aspek wujud laboratorium IPA yang efektif di samping terdapat

keunggulan-keunggulan,

juga

dijumpai

kelemahan-kelemahannya.

Ada

laboratorium yang telah menunjukan keunggulan-keunggulan dari segi

pelaksanaan fungsi sebagai sumber belajar dan pelaksanaan fungsi sebagai

prasarana pendidikan. Namun beberapa hal justru kelemahannya terletak pada

aspek pelaksanaan fungsi metode pendidikan. Sebagai metode pendidikan, inti

kegiatan laboratorium adalah terletak pada kegiatan observasi dan eksperimen.

Lemahnya pelaksanaan fungsi metode pendidikan berindikasi pada lemahnya

kegiatan observasi dan eksperimen yang menjadi bagian dari pengajaran di

(51)

182

Dengan observasi informasi diperoleh dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu,

pertanyaan, pemikiran, interprestasi tentang lingkungan, dan investigasi lebih

lanjut. ( Subiyanto, 1988 ). Sedangkan eksperimen menumbuhkan dan

mengembangkan keterampilan dalam pengamatan, kecermatan dalam mencatat,

mengukur dan menilai serta menarik suatu kesimpulan (Depdikbud., 1999).

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, kedua aktivitas di atas,

merupakan wujud fondamen peningkatan kemampuan "Baca, Tulis Hitung",

yang penerapannya sudah mendapat perhatian secara khusus. Kurang

berfungsinya

laboratorium sebagai metode pendidikan berdampak pada

rendahnya tingkat pelaksanaan kegiatan observasi dan eksperimen, yang justru

dalam aktivitas tersebut kemampuan "baca-tulis-hitung" menjadi dasar utama keberhasilan kegiatan. Bilahal ini masih saja terjadi, maka dikhawatirkan upaya

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tidak akan terwujud. Di samping

itu juga untuk merealisasikan tujuan pendidikan dasar sebagaimana yang

digariskan dalam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1990, tentang "Pendidikan

Dasar" akan menjadi jauh dari kenyataan.

C. Rekomendasi

Berdasarkan temuan dan bahasan di atas, dapat dirumuskan beberapa

rekomendasi mengenai aspek-aspek pengelolaan laboratorium yang mungkin dapat

ditempuh oleh praktisi satuan pendidikan di sekolah, maupun pembina terkait yang

(52)

183

1. Kepala sekolah

Efektivitas pengelolaan memiliki banyak aspek, oleh karena itu dalam penelitian

ini diungkapkan aspek-aspek pengelolaan laboratorium IPA sebagai sumber

daya pembelajaran untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan yang

ditandai dengan kinerja proses belajar dan hasil belajar yang dicapai. Apabila

salah satu aspek tidak terkelola dengan baik justru akan mengganggu

kelangsungan aspek yang lainnya. Seyogyanya penyusunan rencana pengelolaan

laboratorium IPA yang efektif selalu memperhatikan aspek-aspek kegiatan

laboratorium itu sendiri.

Pengelolaan yang efektif dapat dijadikan pilot percontohan bagi pengelolaan

Laboratorium EPA Sekolah Dasar di Propinsi Riau, berkenaan dengan itu perlu

diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab keselumhan

kegiatan di sekolah bahwa Laboratorium EPA sebagai sumber daya pembelajaran

menjadi program pengadaan sarana pendidikan secara nasional yang ditujukan

untuk peningkatan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Kebijakan ini akan

berjalan dengan baik bila dikelola dengan baik pula. Pengelolaan Laboratorium

IPA yang baik selalu memperhatikan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasanya.

Para pengelola sedapat mungkin telah memahami langkah-langkah dalam

penyusunan perencanaan ini termasuk unsur-unsur apa saja yang harus ada

dalam perencanaan yang disusunnya.

Petrtama : perencanaan kegiatan memjuk pada petunjuk penyelenggaraan

(53)

184

Tahun 1999, yaitu menyangkut kegiatan praktikum, penataan, penyimpanan,

dan pengadministrasian. Dengan demikian pengelola dalam merencanakan

kegiatan laboratorium dapat memulai dengan melihat akan kebutuhan tenaga

pengelola dan pengembangan kemampuannya. Perencanaan tenaga pengelola

dan pengembangan kemampuannya ditujukan untuk meningkatkan kualitas

pengelolaan. Kedua : Perencanaan tentang fasilitas, alat, bahan, dan biaya

merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam

pelaksanaan kegiatan. Ketiga : Perencanaan pengembangan Laboratorium IPA,

dimaksudkan agar laboratorium dapat lebih berdaya dikemudian hari bagi

penyelenggaraan kegiatan pokoknya.

Pelaksanaan Kegiatan pengelolaan laboratorium untuk merealisasikan program

yang telah disusun, agar bejalan dengan baik. Untuk itu yang perlu diperhatikan

adalah : Pertama : Koordinasi antara pengelola dengan personil lainnya (guru

maupun pegawai lainnya di sekolah). Kedua : Pelaksanaan pengelolaan untuk

melayani kebutuhan kegiatan belajar mengajar. Tentunya dalam pelaksanaan

kegiatan ini yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian pelayanan yang diberikan

dan kualitas pelayanan itu sendiri. Ketiga : Optimalisasi penggunaan fasilitas,

alat dan bahan dalam kegiatan, mempakan upaya penggunaan seoptimal

mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Pengawasan dilaksanakan sehubungan dengan upaya untuk mengetahui

keberhasilan jalannya pelaksanaan kegiatan pengelolaan laboratorium. Dalam

(54)

185

sendiri, dan secara eksternal yang berasal dari luar organisasi. Kedua :

Menetapkan k

Gambar

Gambar 1 : Paradigma Penelitian EfektivitasSekolah Dasar Negeri.PengelolaanLaboratoriumIPA

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penerapan Media Poster untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

perbedaan yang bermakna antara hasil pengukuran SFAR subyek pada kelompok. kasus dan kelompok kontrol dengan nilai

Pemberian no klasifikasi pada punggung buku yang diberikan oleh pustakawan Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah.. Penyusunan buku di rak pada Kantor

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Berikut adalah kriteria penilaian butir soal.. Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua

Terima kasih atas dukungan dan doa yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan semoga kita sukses semua dan dapat berkumpul kembali..

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA MENGEJAR IMPIAN DALAM NOVEL BIRU KARYA AGNES JESSICA: KAJIAN PSIKOLOGI.. SASTRA Oleh Bima

[r]