• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriprif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa-Siswi SMAK "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriprif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa-Siswi SMAK "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Tipe Technostress Pada Siswa-siswi

SMAK “X” Bandung dengan tujuan mendeskripsikan tipe technostress mana yang dominan pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung.

Teori dalam penelitian merupakan Teori Technostress yang diciptakan oleh Larry D. Rosen, Ph.D dan Michelle M. Weil, Ph.D (1997), dengan menggunakan 6 tipe yaitu : Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, dan Society Technostress.

Populasi pada penelitian ini berjumlah sebanyak 140 orang siswa-siswi. Alat ukur yang digunakan merupakan hasil modifikasi peneliti dari teori Technostress oleh peneliti sebelumnya yaitu Gita Nur Rachmi (2014). Pengujian validitas alat ukur menggunakan rumus korelasi Pearson sebanyak 48 dari 60 item diterima dengan validitas keseluruhan item berkisar 0,301-0,621 dan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach berkisar 0,404-0,708.

Hasil penelitian ini terdapat 2 tipe technostress yang berada pada kategori tinggi, yaitu Boundary Technostress dan Communication Technostress.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai keterkaitan antara tipe technostress terhadap technostress.

Bagi SMAK “X” Bandung memberikan seminar terkait SWOT dan bagi siswa-siswi SMAK

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The research titled Descriptive Study About the Type of Technostress on students

SMAK “X” Bandung and the purpose to describe the type of technostress dominant in

students SMAK “X” Bandung.

Theory in this study was Technostress theory invented by Larry D. Rosen’s, Ph.D and Michelle M. Weil, Ph.D (1997), with six types of technostress, that is : Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, and Society Technostress.

The number of population 140 students. Measuring tool used was a modification by researcher from Technostress theory by previous researchers, Gita Nur Rachmi (2014). Validity test of this research using the formula correlation of Pearson, as many as 48 of 60 items received with validity figure 0,301-0,621. Reliability test using Alpha Cronbach with reliability figure 0,404-0,708.

The result of this research is 2 type of technostress was on high category, that is Boundary Technostress and Communication Technostress.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

COVER………i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ………..iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ……….iv

ABSTRAK………..v

ABSTRACT………...vi

KATA PENGANTAR………..vii

DAFTAR ISI………..ix

DAFTAR BAGAN………..xiii

DAFTAR TABEL………....xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Identifikasi Masalah………...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………...11

1.4 Kegunaan Penelitian………...11

1.5Kerangka Pikir………...12

(4)

x

3.2 Bagan Rancangan dan Prosedur Penelitian………36

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………37

3.3.1 Variabel Penelitian………....37

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….42

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur………...42

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur………43

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling……….44

3.5.1 Populasi Sasaran………...44

3.5.2 Karakteristik Sampling……….44

3.6 Teknik Analisis Data………...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden……….46

4.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin………..46

4.1.2 Berdasarkan Usia………..47

4.1.3 Berdasarkan Kelas………47

4.1.4 Data Penunjang………48

4.2 Hasil Penelitian………...51

4.2.1 Gambaran Hasil Penelitian Tipe Technostress……….51

4.3 Pembahasan………52

4.4 Diskusi………57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……….59

5.2 Saran………...60

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis……….60

DAFTAR PUSTAKA………...61

DAFTAR RUJUKAN………...62

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5 Kerangka Pemikiran………17

(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Technostress………..38

Tabel 3.2 Bobot Penilaian Alat Ukur………39

Tabel 3.3 Kriteria Penelitian……….40

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas……….42

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas……….43

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………..45

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia………..46

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas………46

Tabel 4.4 Data Penunjang Berdasarkan Lama Penggunaan……….47

Tabel 4.5 Data Penunjang Berdasrkan Durasi Penggunaan Teknologi………47

Tabel 4.6 Data Penunjang Berdasarkan Jumlah Teknologi………..48

Tabel 4.7 Data Penunjang Berdasarkan Jenis Teknologi………..48

Tabel 4.8 Data Penunjang Berdasarkan Penggunaan Teknologi………..49

(9)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Kata Pengantar

LAMPIRAN 2 : Lembar Pernyataan Kesediaan

LAMPIRAN 3 : Kuesioner Technostress

LAMPIRAN 4 : Data Penunjang

LAMPIRAN 5 : Kisi-kisi Alat Ukur Technostress

LAMPIRAN 6 : Data Mentah Pengolahan Data

LAMPIRAN 7 : Data Mentah Data Penunjang & Data Demografis

LAMPIRAN 8 : Rekap Hasil Uji Validitas & Reliabilitas

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Remaja adalah masa perkembangan transisi atau peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. Pada masa

peralihan ini rentang usianya berkisar antara 12 sampai 22 tahun, dimana pada proses tersebut terjadi pematangan fisik maupun psikologis (Santrock, 2014). Masa remaja merupakan masa

dimana individu senang mengeksplorasi dunia luar, oleh karena itu remaja senang untuk mencoba hal-hal baru, melakukan berbagai peran, identitas, serta tanggung jawab untuk

mencari pengetahuan baru.

Salah satu aspek yang turut memengaruhi perkembangan remaja adalah teknologi dan media yang ada di sekitar mereka. Remaja yang hidup pada zaman modern dihadapkan pada beberapa pilihan gaya hidup yang ditawarkan oleh media. Melalui teknologi remaja dapat

dengan mudahnya mengakses media-media yang ada di sekitar lingkungan mereka, sebagai contohnya adalah media sosial.

Kemajuan teknologi yang paling banyak digunakan saat ini adalah internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan, pengguna internet di Indonesia hingga tahun 2016 telah mencapai 82 juta orang dan 80% di antaranya adalah remaja berusia

15-19 tahun (kominfo.go.id). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengguna internet terbanyak pada masyrakat Indonesia saat ini adalah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha yang tidak menggunakan internet, dengan alasan mereka tidak memiliki perangkat atau untuk

mengakses internet. Terdapat tiga motivasi bagi anak dan remaja untuk mengakses internet, yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman (lama maupun baru) dan untuk

hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas sekolah sedangkan penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi (tekno.kompas.com, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Ayun (2015) pada remaja di kota Semarang menyatakan, media sosial menjadi budaya yang mempengaruhi mereka dalam membentuk identitas dan

berinteraksi dengan teman sebaya. Media sosial memudahkan remaja untuk menemukan informasi yang mereka perlukan, terhubung dengan lingkungan sosial mereka, juga mencari hiburan melalui game online ataupun streaming video. Remaja pada masa kini menggunakan

lebih dari satu media sosial dan menampilkan identitas diri yang berbeda-beda pada tiap akun media sosial. Remaja cukup terbuka di media sosial dalam menunjukkan identitas mereka,

dan juga dalam menggunakan media sosial remaja mencoba membuat citra yang positif dalam pembentukan identitas mereka, namun kehadiran media sosial di kalangan remaja membuat ruang privat seseorang melebur dengan ruang publik, dimana para remaja tidak segan-segan

untuk membagikan membagikan pikiran dan perasaan mereka melalui status, check-in di suatu tempat dan meng-upload foto kegiatan yang sedang mereka lakukan, juga

mengungkapkan masalah pribadi mereka di media sosial.

Kemudahan yang ditawarkan dalam internet melalui media sosial membuat banyak pengguna internet mengalami kecanduan pada internet. Menurut Hovart (1989), kecanduan

berarti suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif. Remaja yang telah kecanduan terhadap internet dapat dilihat dengan ciri-ciri seperti

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha marah saat koneksi internet terputus, lebih senang menghabiskan waktu online daripada

bersama teman atau keluarga, lebih senang dihadapan komputer ketimbang beraktivitas di dunia nyata, cenderung asyik dengan gadget miliknya ketika di lingkungan sosial.

(sejiwa.org, 2017). Dari perilaku tersebut dapat dilihat bahwa kecanduan internet dapat menimbulkan dampak negatif bagi remaja seperti tidak mampu mengatur emosi, menjadi acuh dengan lingkungan sekitar, dan terisolasi dari lingkungan pergaulan remaja karena

kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya mereka.

Pengaruh dari teknologi internet yang disebutkan sebelumnya dapat dikategorikan ke

dalam technostress. Technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, tingkah laku, atau fisiologis tubuh yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi. (Weil & Rosen, 1997). Technostress yang dialami langsung ketika berhubungan

dengan teknologi menimbulkan perasaan keterasingan dan perasaan ketergantungan.

Technostress diakibatkan oleh penggunaan teknologi yang berlebihan sehingga memforsir

tenaga dan pikiran pengguna yang dapat berakibat buruk pada kondisi fisik dan psikis pengguna.

Terdapat 7 tipe technostress, yaitu : Learning Technostress, Boundary Technostress,

Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, Workplace

Technostress dan Society Technostress. Namun sejalan dengan kerelevanan teori dalam

penelitian ini peneliti hanya menggunakan 6 tipe dari 7 tipe technostress, dikarenakan satu tipe lainnya yaitu Workplace Technostress lebih sesuai bila diterapkan bila di dalam penelitian yang dilakukan di lingkungan perkantoran.

Tipe pertama adalah Learning Technostress merupakan stres yang dialami individu terkait dengan kemampuannya saat mempelajari teknologi yang dimiliki. Tipe kedua yaitu Boundary

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha memiliki batasan dengan teknologi yang dimiliki. Tipe ketiga yaitu Communication

Technostress merupakan stres yang muncul pada individu karena komunikasi impersonal

yang dialami dan diakibatkan oleh teknologi. Tipe keempat yaitu Time Technostress

merupakan stres yang dialami oleh seseorang karena individu merasa kekurangan waktu dan tidak sabar pada orang lain, diri serta teknologi yang dimiliki. Tipe kelima yaitu Family

Technostress adalah stres yang dialami oleh individu karena kurangnya kualitas interaksi

dalam keluarga yang diakibatkan oleh teknologi. Tipe yang terakhir yaitu Society

Technostress merupakan stres yang dirasakan individu karena teknologi memberikan dampak

informasi yang berlebihan.

Penggunaan teknologi dimanfaatkan dalam berbagai bidang, khususnya di bidang pendidikan. Mulai dari jenjang SD sampai perguruan tinggi teknologi sudah menjadi sarana

untuk membantu menunjang kegiatan akademik. Pada jenjang sekolah mengengah atas, teknologi sudah dimanfaatkan menjadi bagian dari kurikulum. SMAK “X” Bandung

merupakan salah satu sekolah yang memanfaatkan perkembangan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar para siswa-siswinya. Dengan menerapkan kurikulum 2013 dan program

moving class sejak tahun 2014, SMAK “X” Bandung memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana belajar bagi siswa-siswinya. Selain itu SMAK “X” Bandung juga menyediakan

fasilitas laboratorium komputer serta hotspot area.

Seiring dengan perkembangan kurikulum yang digunakan, SMAK “X” Bandung juga memanfaatkan internet untuk mengajak siswa-siswinya supaya lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan mencari referensi lain untuk belajar selain yang diberikan oleh para

guru di sekolah. Selain mengajak siswa-siswinya untuk lebih aktif dalam mencari referensi lain untuk bahan belajar, dalam memanfaatkan teknologi internet SMAK “X” Bandung juga

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Edmodo menjadi media sosial yang digunakan para guru SMAK “X” Bandung untuk

memberi bahan tugas, soal latihan ulangan (pra-ulangan), dan soal ulangan yang harus dikerjakan oleh siswa-siswinya. Menurut salah satu guru SMAK “X” Bandung penggunaan

media sosial Edmodo ini sudah diterapkan sejak tahun ajaran 2014, namun sampai sekarang masih dalam tahap uji coba. Sampai saat ini baru 4 mata pelajaran yang menggunakan media sosial Edmodo, yaitu Sejarah, Bahasa Inggris, Sosiologi dan Matematika.

Penerapan Edmodo dilakukan dengan cara guru mengunggah bahan tugas dan ulangan kemudian guru akan mengunci (lock) bahan yang telah diunggah tersebut sampai batas waktu

yang telah ditetapkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Siswa dapat mengakses bahan-bahan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh tiap-tiap guru mata pelajaran, dan jika melebihi batas waktu yang telah ditetapkan siswa sudah tidak dapat

mengaksesnya lagi.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan kepada 10 orang siswa-siswi SMAK “X” Bandung, sebanyak 100% mengatakan penggunaan Edmodo yang diterapkan oleh sekolah

tidak sulit, namun tidak adanya notifikasi pada Edmodo membuat siswa-siswi harus memeriksa Edmodo setiap saat. Sebanyak 70% siswa-siswi SMAK “X” Bandung dari 10

orang siswa-siswi yang dilakukan survey awal mengatakan sering mengakses situs Edmodo untuk memeriksa apakah file yang diberikan oleh guru sudah dapat diakses. Tidak adanya

notifkasi pada Edmodo membuat siswa-siswi harus terus mengakses Edmodo ketika waktu yang ditentukan oleh guru untuk dapat mengakses file sudah dekat. Sekitar 1 jam sebelum waktu yang ditetapkan, siswa-siswi sudah mengakses Edmodo untuk mencegah terjadinya

server penuh. Apabila siswa-siswi tidak dapat mengakses Edmodo pada waktu yang

ditetapkan oleh guru maka siswa-siswi akan kehilangan 1 nilai tugas ataupun ulangan,

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha jarkom (jaringan komunikasi) dari temannya bahwa Edmodo sudah dapat diakses, dan sambil menunggu 20% dari siswa-siswi SMAK “X” yang dilakukan survei cenderung untuk mencari

hiburan melalui akun media sosial mereka dengan sekadar searching atau melakukan

streaming, dan 10% lainnya mengerjakan tugas yang bisa dikerjakan terlebih dahulu.

Berdasarkan survei awal kepada 10 siswa-siswi SMAK “X” Bandung, 100% mengatakan bahwa hampir semua mata pelajaran sudah memberikan tugas dengan memanfaatkan internet,

seperti mencari artikel yang terkait dengan materi yang sedang di bahas juga meminta mengumpulkan tugas dalam bentuk ketikan komputer. Penggunaan teknologi pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung rata-rata mencapai lima jam per hari. Sebanyak 90% siswa-siswa-siswi SMAK “X” Bandung lebih suka mengerjakan tugas mereka dengan bantuan internet. Mereka

mengtakan lebih mudah mencari referensi di internet karena banyak referensi yang dapat

membantu mereka dalam menyelesaikan tugas mereka. Hanya dengan memasukkan satu kata kunci, informasi yang mereka butuhkan terkait dengan tugas sudah tersedia dalam beberapa

detik dan siswa-siswi tinggal memilih informasi yang relevan dengan tugas mereka. Pada saat yang sama, siswa-siswi tersebut juga merasakan adanya kebingungan memilih informasi yang tepat yang dapat digunakan dalam mengerjakan tugasnya. Kebingungan yang siswa-siswi

rasakan adalah banyaknya informasi yang siswa-siswi dapatkan namun berbeda sumber dan masing-masing sumber memiliki pendapat yang berbeda-beda. Hal ini membuat siswa-siswi

kebingungan untuk memilih sumber yang dapat mereka percaya. Sebanyak 10% siswa-siswi lainnya mengatakan tidak ada perbedaan dalam mengerjakan tugas dengan menggunakan internet atau tanpa menggunakan internet, karena merasa tetap mendapat nilai yang baik

dalam tugas yang dikerjakannya sehingga tidak ada bedanya. Siswa-siswi ini juga tidak merasa kebingungan dalam memilih informasi yang tepat dan relevan terkait dengan tugas

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Pemanfaatan internet pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung tidak hanya terkait dengan

tugas akademik saja, melainkan juga untuk mencari hiburan, berkomunikasi dengan teman-teman, keluarga, guru, dan lingkungan sosial lainnya, juga mencari informasi terkait dengan

hobi dan kegemaran mereka. Adanya media sosial membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka diluar kebutuhan akademik mereka. Sebanyak 80% siswa-siswi SMAK “X” Bandung sering melakukan video streaming melalui situs YouTube untuk mencari

hiburan dengan menonton film kesukaan mereka atau mencari tutorial untuk melakukan hobi mereka. Hal ini mereka anggap lebih praktis karena sangat mudah untuk melakukannya, juga

menghemat waktu ketika tuntutan akademik membutuhkan waktu dan fokus yang lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan yang lainnya. Koneksi internet yang tersedia di rumah mereka pun menunjang mereka untuk mengakses situs media sosial dan situs hiburan lainnya.

Apabila terjadi kendala pada jaringan internet yang ada di rumah mereka, mereka masih bisa menggunakan smartphone yang dilengkapi kuota internet untuk mengakses situs-situs

tersebut. Sebanyak 20% siswa-siswi lainnya mengatakan mereka mencari hiburan dengan melakukan hobi mereka seperti berolahraga atau bermusik. Dalam mencari informasi terkait dengan hobi, mereka pun mengaku mudah mendapatkannya melalui media sosial yang

mereka miliki, namun itu mereka lakukan ketika mereka membutuhkan informasi itu saja.

Sebanyak 60% dari survei awal kepada 10 orang siswa-siswi SMAK “X” Bandung,

mereka melakukan mencari hiburan ketika merasa bosan dan jenuh denga tugas akademik yang mereka kerjakan. Mereka akan berusaha segera untuk menyelesaikan tugas mereka terlebih dahulu kemudian mencari hiburan pada media sosial atau video streaming. Mereka

akan memastikan tugas mereka selesai terlebih dahulu baru melakukan searching pada media sosial atau situs hiburan lainnya. Sebanyak 40% siswa-siswi lainnya, mereka cenderung untuk

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha dipertengahan mengerjakan tugas mereka merasa bosan dan jenuh, mereka cendrung untuk

bermain game untuk refreshing dari mengerjakan tugas.

Selain dimanfaatkan untuk mencari hiburan, siswa-siswi SMAK “X” Bandung juga

memanfaatkan internet dan media sosial untuk berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka. Sebanyak 100% dari 10 orang yang dilakukan survei awal kepada siswa-siswi SMAK “X” Bandung menggunakan media sosial mereka untuk berkomunikasi dan

meng-update informasi. Sebanyak 80% diantaranya juga digunakan untuk mencari & berkenalan

dengan orang baru, sedangkan 20% diantaranya hanya sekedar melihat-lihat timeline media

sosial mereka. Dari 80% yang digunakan untuk berkenalan, 50% diantaranya suka merasa bingung apabila ada orang yang mengajak mereka berkenalan melalui akun media sosial. Ada rasa takut dan cemas pada diri siswa-siswi ketika akan berkenalan dengan orang baru yang

lokasinya jauh dari tempat sekitar mereka. Mereka mengatakan yang membuat mereka ragu untuk berkenalan yaitu tampilan yang muncul pada akun media sosial mereka dan cara

penulisan yang berbeda dengan yang mereka gunakan dalam lingkungan pergaulan mereka. Munculnya penilaian pada tampilan sosial media ini yang membuat mereka memilih tidak melanjutkan proses berkenalan dengan orang baru tersebut. Sebanyak 30% lainnya dari 80%

siswa-siswi yang suka berkenalan melalui media sosial, merasa cepat akrab ketika melakukan

chatting melalui media sosial.

Dari survei yang dilakukan kepada 10 orang siswa-siswi SMAK “X” Bandung media sosial yang paling sering digunakan oleh siswa-siswi SMAK “X” Bandung saat ini adalah

Line (100%), WhatsApp (70%), Instagram (100%), Snapchat (80%), dan Path (70%). Line

digunakan oleh siswa-siswi SMAK “X” Bandung untuk berkomunikasi dengan teman-teman,

guru, dan grup kelas ketika ada informasi mengenai kegiatan sekolah, untuk meng-update status mengenai pikiran & perasaan mereka, juga untuk sekedar melihat-lihat timeline dari

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha mereka. WhatsApp digunakan untuk berkomunikasi dengan beberapa guru dan keluarga

mereka. Instagram digunakan untuk mem-posting foto-foto kegiatan yang sedang atau telah mereka lakukan, dan mereka cenderung menggunakan hastag untuk meramaikan akun sosial

mereka dan mengikuti arus uptodate. Snapchat digunakan untuk mem-posting video kegiatan yang sedang mereka lakukan dan mencoba aplikasi selfie terbaru. Path digunakan untuk mem-posting foto kegiatan yang sedang dilakukan, check-in dimana kegiatan yang dilakukan,

tag people orang yang sedang bersama mereka saat melakukan kegiatan tersebut, dan

memasan status terkait pikiran & perasaan mereka saat melakukan kegiatan tersebut. Seiring

dengan kegiatan yang mereka lakukan di media sosial, mereka mengatakan untuk mengikuti arus „kekinian‟ dan ikut gaul mengikuti arus perubahan di lingkungan sosial mereka, namun

mereka pun mengatakan sering merasa tersinggung dengan komentar pada status dan

postingan yang mereka lakukan pada media sosial mereka.

Adanya fasilitas chatting pada media sosial, digunakan juga oleh siswa-siswi SMAK “X”

Bandung ketika mengerjakan tugas kelompok. Sebanyak 80% siswa-siswi SMAK “X” Bandung lebih suka membahas dan membagi pembagian tugas kelompok kepada masing-masing anggota melalui group chat pada media sosial Line. Mereka mengatakan hal ini lebih

mudah dilakukan karena lebih mudah membagi tugas masing-masing kelompok kemudian dikumpulukan pada satu orang anggota kelompok untuk merapikan format tugas kelompok lalu kemudian dikumpulkan sehingga cepat selesai, daripada menentukan waktu untuk

berkumpul bersama dan membahas tugas kelompok secara bersama. Tidak jarang juga siswa-siswi ini merasakan ada kesalahpahaman antar anggota kelompok ketika membahas tugas

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha dalam kelompok ada yang tidak ikut mengerjakan tugas namun mereka merasa hasil dari kerja

kelompok yang dilakukan hasilnya lebih efektif.

Sebanyak 80% siswa-siswi SMAK “X” Bandung mengatakan bahwa mereka memiliki

perangkat jaringan internet (wi-fi router) di rumah sehingga mereka bebas mengakses internet kapan saja tanpa khawatir kuota data internet akan habis. Adanya jaringan internet di rumah tidak mengurangi kualitas interaksi antar masing-masing anggota keluarga. Ketika ada acara

keluarga, siswa-siswi tidak segan meninggalkan tekonologi mereka sementara untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Pada hari-hari seperti biasanya atau hari kerja anggota

keluarga cenderung sibuk dengan teknologi yang dimiliki oleh masing-masing anggota keluarga, namun ketika weekend dalam keluarga tetap melakukan family time. 20% siswa-siswi lainnya mengatakan tidak ada perangkat yang memadai untuk jaringan internet di rumah

mereka, namun jika dibutuhkan internet smartphone yang mereka gunakan dapat dijadikan sebagai mobile hotspot untuk mencapai koneksi internet di rumah mereka.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan kepada 10 orang siswa-siswi SMAK “X” Bandung, terdapat ciri technostress yang terjadi pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung seperti melakukan kegiatan sehari-hari baik terkait kegiatan akademik maupun kegiatan

non-akademik menggunakan teknologi internet secara terus-menerus, adanya perasaan cepat akrab dengan orang baru ketika berkenalan melalui media sosial, dan berusaha cepat menyelesaikan

tugas supaya dapat memenuhi kebutuhan lain. Berdasarkan hasil survei tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran tipe technostress pada siswa-siswi SMAK “X”

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tipe

technostress pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai technostress pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tipe technostress mana yang dominan pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Dapat memberikan informasi pada bidang Psikologi Perkembangan mengenai

Technostress di kalangan remaja.

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai technostress pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung.

2. Melalui penelitian ini diharapkan siswa-siswi SMAK “X” Bandung mampu

menggunakan teknologi secara bijak dan efektif sehingga pemakaiannya tidak berlebihan.

1.5Kerangka Pikir

Semakin banyaknya teknologi yang bermunculan dan semakin pesat perkembangannya dari berbagai sisi misalnya fasilitas dan kemampuan suatu teknologi membuat semua kalangan masyarakat, termasuk siswa-siswi SMAK “X” Bandung dapat dengan mudah

mendapatkan apa yang dibutuhkan dan digunakannya untuk membantu menyelesaikan tugas dan kegiatan mereka sehari-hari. Siswa-siswi SMAK “X” Bandung berada pada rentang usia

15-18 tahun. Di sinilah rentang usia siswa-siswi SMAK “X” Bandung berada pada masa remaja di mana mereka harus memutuskan siapa dirinya, bagaimana dirinya, dan tujuan apa

yang hendak diraihnya.

Kemajuan teknologi yang paling banyak dimanfaatkan siswa-siswi SMAK “X” Bandung

adalah internet dan media sosial. Internet dan media sosial memberi kemudahan bagi siswa-siswi SMAK “X” Bandung ketika mengerjakan tugas sekolah, mencari hiburan setelah

menyelesaikan tugas sekolah, mendaptkan informasi terkait hobi, kegemaran dan hal yang sedang uptodate, serta berkomunikasi dengan lingkungan sosial mereka. Akan tetapi penggunaan teknologi yang terus-menerus dilakukan oleh siswa-siswi SMAK “X” Bandung

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha sering online, tidak mampu mengatur emosi, kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan

mereka karena terbiasa berkomunikasi secara online melalui media sosial.

Dampak negatif tersebut dapat dikategorikan technostress. Technostress didefinisikan sebagai dampak negatif pada sikap, pikiran, perilaku, atau fisiologi tubuh yang disebabkan

baik secara langsung atau tidak langsung oleh teknologi (Weil and Rosen, 1997).

Technostress yang dialami langsung ketika berhubungan dengan teknologi menimbulkan

perasaan keterasingan, dan perasaan ketergantungan. Technostress diakibatkan oleh penggunaan teknologi yang berlebihan sehingga memporsir tenaga dan pikiran pengguna

yang dapat berakibat buruk pada kondisi fisik dan psikis pengguna. Dibalik itu, Technostress juga dapat dikarenakan ketidakmampuan saat menghadapi teknologi sehingga timbul perasaan terisolasi, cemas, dan ketakutan.

Menurut Weil dan Rosen (1997) technostress memiliki 7 tipe. Akan tetapi sejalan dengan kerelevanan teori dalam penelitian ini hanya digunakan 6 tipe dari 7 tipe yang tersedia, dikarenakan satu tipe lainnya yaitu Workplace Technostress lebih sesuai bila diterapkan di

dalam penelitian yang dilakukan di lingkungan perkantoran. Berikut 6 tipe dari technostress adalah Learning technostress, Boundary technostress, Communication technostress, Time

technostress, Family technostress, dan Society technostress.

Tipe pertama technostress adalah Learning technostress. Learning technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang dirasakan oleh siswa-siswi SMAK “X” terkait dengan kemampuannya saat memperlajari teknologi internet.

Siswa-siswi yang tergolong pada tipe Learning Technostress yang tinggi cenderung memiliki

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha menganggap teknologi bukan hal yang menyenangkan untuk dipelajari. Selain itu, siswa-siswi

juga akan menunda menggunakan suatu teknologi sampai teknologi tersebut terbukti manfaatnya.

Siswa-siswi yang tergolong pada tipe Learning Technostress yang rendah cenderung

memiliki perasaan yang positif saat mempelajari teknologi internet. Pada kategori ini siswa-siswi merasa tertarik untuk memecahkan permasalahan yang terjadi pada teknologi dan

menganggap teknologi merupakan hal yang menyenangkan juga mudah untuk digunakan, sehingga siswa-siswi berusaha mencari tahu dan memperdalam pengetahuan mereka

mengenai kegunaan dan manfaat mengenai suatu teknologi.

Tipe technostress yang kedua adalah Boundary technostress. Boundary technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang dialami oleh Siswa-siswi SMAK “X” Bandung karena dirinya tidak lagi memiliki batasan dengan teknologi

internet. Teknologi memberi kemudahan bagi siswa-siswi SMAK “X” Bandung dalam mengerjakan tugas akademik, bergaul dengan lingkungan sosial, mencari hiburan di waktu senggang, serta berkomunikasi. Media sosial menjadi tempat bagi siswa-siswi SMAK “X”

Bandung untuk menuangkan pikiran dan perasaan mereka mengenai kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini membuat ruang privat siswa-siswi SMAK “X” Bandung melebur, sehingga

mereka tidak lagi memiliki batasan diri dalam menggunakan teknologi dan cenderung

menjadi machine-oriented, kurang sensitif dengan kebutuhan diri sendiri dan orang lain, juga kurang mampu berkonsentrasi pada satu kegiatan yang sedang mereka lakukan dalam jangka waktu lama. Ketika mereka merasa bahwa teknologi yang mereka miliki tidak berada di

dekatnya mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang dari bagian diri mereka.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha kategori ini sering menuangkan pikiran dan perasaan mereka melalui status pada akun media sosial miliknya. Keadaan ini menyebabkan siswa-siswi SMAK “X” Bandung tidak mampu

membedakan antara ruang privat dan ruang publik pada media sosial, sehingga siswa-siswi

menjadi kurang sensitif terhadap kebutuhan dirinya. Siswa-siswi yang tergolong pada tipe

Boundary Technostress yang rendah akan mampu membatasi dirinya dalam menggunakan teknologi internet. Pada kategori ini siswa-siswi mampu membedakan batasan ruang privat

dan ruang public pada media sosial, mengetahui mana yang perlu dan yang tidak perlu untuk di-posting pada media sosila.

Tipe technostress yang ketiga adalah Communication technostress. Communication

technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang muncul pada

siswa-siswi SMAK “X” Bandung karena komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan

menggunakan media teknologi komunikasi internet. Komunikasi elektronik memberikan kemudahan bagi siswa-siswi SMAK “X” Bandung karena kecepatan dari penyampaian pesan.

Akan tetapi, komunikasi bentuk ini tidak menyampaikan ekspresi maupun gesture dari pesan yang ingin disampaikan sehingga menyebabkan seringkali menyebabkan perbedaan persepsi atau kesalahpahaman. Komunikasi online yang biasa digunakan oleh siswa-siswi SMAK “X”

Bandung saat berkomunikasi dengan teman-temannya antara lain Line dan WhatsApp yang membuat mereka kehilangan kontak secara langsung dengan teman-temannya.

Siswa-siswi yang tergolong pada Communication Technostress yang tinggi akan mengandalkan media sosial mereka untuk berkomunikasi, siswa-siswi merasa malas apabila berkomunikasi bertatap muka secara langsung namun akibatnya sering terjadi

kesalahpahaman antar siswa-siswi yang berkomnikasi melalui media sosial. akan merasa cemas saat berkomunikasi dengan menggunakan teknologi, seperti merasakan adanya

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha yang tergolong pada Communication Technostress yang rendah beranggapan bahwa

komunikasi bertatap muka secara langsung lebih baik dan penyampaian maupun penerimaan pesan akan lebih jelas sehingga terhindar dari kesalahpahaman.

Tipe technostres yang keempat adalah Time Technostress. Time technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran, tingkah laku yang dialami siswa-siswi SMAK “X”

Bandung terkait dengan waktu yang dimiliki, karena kekurangan waktu membuat siswa-siswi SMAK “X” Bandung tidak sabar pada orang lain, diri serta teknologi yang dimiliki.

Siswa-siswi yang tegolong pada tipe Time Technostress tinggi merasa harus cepat menyelesaikan

tugasnya supaya dapat melakukan kegiatan yang lain yang ia ingnikan. Sebagai contoh, siswa-siswi segera menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya supaya siswa-siswi dapat melakukan streaming film kesukaan mereka. Hal ini membuat siswa-siswi menjadi tidak sabar

pada saat mengerjakan tugas mereka dan menganggap teknologi yang dirancang untuk membantu tugas mereka cepat selesai justru malah membuat mereka semakin lama

menyelesaikan tugasnya. Siswa-siswi yang tergolong pada tipe Time technostress yang rendah akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tidak merasa terburu-buru. Siswa-siswi mampu membagi waktu antara mengerjakan tugas dan melakukan kegiatan lain

yang ingin mereka lakukan setelah mereka menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Tipe technostress yang kelima adalah Family technostress. Family technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, tingkah laku yang dialami oleh Siswa-siswi SMAK “X”

Bandung karena kehadiran teknologi internet di dalam keluarga menyebabkan berkurangnya interaksi dalam keluarga dan mengganggu struktur atau aturan dalam keluarga. Teknologi

yang berada di dalam rumah ada kecenderungan untuk membentuk techno-cocoon.

Techno-cocoon terjadi saat siswa-siswi SMAK “X” Bandung di dalam lingkungan keluarga sibuk

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha cara menciptakan komunikasi keluarga yang berkualitas. Siswa-siswi yang tergolong pada

tipe Family technostress yang tinggi akan sibuk dengan teknologi yang dimiliki, terisolasi satu sama lain dan tidak saling berkomunikasi di dalam keluarga yang disebut dengan

techno-cocoon. Sedangkan siswa-siswi yang tergolong pada tipe Family technostress yang rendah

akan mampu mengendalikan diri dalam menggunakan teknologi saat berada di rumah dan sadar bahwa di rumah adalah waktunya berkumpul dan berbincang dengan anggota keluarga

lainnya.

Tipe technostress yang terakhir adalah Society technostress. Society technostress adalah

dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang dirasakan oleh Siswa-siswi SMAK “X” Bandung karena kecepatan perkembangan teknologi internet yang terjadi. Internet

memudahkan siswa-siswi SMAK “X” Bandung untuk mengakses informasi yang

dibutuhkannya baik untuk keperluan menyelesaikan tugas-tugasnya dan informasi terkait hibi dan kegemaran mereka. Ketika mengerjakan tugas seringkali siswa-siswi SMAK “X”

Bandung mencari bahan referensi dari internet karena mudah dan cepat dibandingkan dengan mencari di buku secara manual. Namun siswa-siswi lupa bahwa informasi yang ia dapatkan banyak dan seringkali berbeda-beda sehingga berdampak pada ketidakjelasan sumber dan

keakuratan data.

Siswa-siswi yang tergolong pada Society Technostress tinggi merasakan adanya

information overload. Hal ini dikarenakan banyaknya sumber informasi yang tersedia di

internet namun pendapat sumber seringkali berbeda-beda mengenai informasi tersebut, sehingga menyebabkan kebingungan pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung dalam

menentukan informasi yang tepat dan sesuai. Keseringan menggunakan media sosial pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung dapat mereka terisolasi, sehingga siswa-siswi SMAK “X”

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha Siswa-siswi berada pada Society technostress yang rendah tidak merasakan kebingungan

memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhannya dan mengetahui sumber yang tepat dan dapat dipercaya ketika siswa-siswi membutuhkan suatu informasi. Siswa-siswi pun mampu

berinteraksi dengan baik di lingkup sosialnya tanpa terpengaruh media teknologi yang mereka miliki.

Semakin sering siswa-siswi merasakan berbagai dampak dari keenam tipe technostress,

maka technostress pada siswa-siswi akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran mengenai Tipe Technostress pada Siswa-siswi SMAK “X”

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi Penelitian

1. Technostress pada Siswa-siswi SMAK “X” Bandung akan muncul pada salah satu

atau beberapa tipe technostress yaitu : Leaning Technostress, Boundary Technostress,

Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, dan Society

Technostress.

2. Technostress yang dialami oleh Siswa-siswi SMAK “X” Bandung akan tergantung

(29)

59 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai tipe technostress pada siswa-siswi SMAK “X” Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tipe technostress yang tergolong tinggi dari penelitian ini adalah Boundary Technostress (57,90%) dan Communication Technostress (54,30%) yang artinya sebagian besar

siswa-siswi SMAK “X” Bandung kurang mampu untuk membatasi diri mereka dengan teknologi

yang digunakan dan kecenderungan untuk melakukan komunikasi secara online melalui media sosial.

2. Tipe technostress yang paling rendah dari penelitian ini adalah Time Technostress (74,30%) yang artinya sebagian besar siswa-siswi SMAK “X” Bandung tidak terburu-buru untuk menyelesaikan kegiatan mereka.

3. Siswa-siswi SMAK “X” Bandung mampu membagi waktu antara mengerjakan tugas akademiknya dengan mencari hiburan, namun siswa-siswi SMAK “X” kurang mampu

membatasi diri dalam menggunakan teknologi internet yang mereka miliki baik untuk kegiatan akademik maupun dalam mencari hiburan dan bersosialisasi dengan teman-teman

(30)

60

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh, beberapa saran teoritis yang diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berkepentingan :

1. Peneliti menemukan adanya keterkaitan antara tipe Boundary technostress dengan

Time technostress, sehingga bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melalukan

peneltian lanjutan tentang keterkaitan pada masing-masing tipe technostress terhadap

technostress sehingga dapat diketahui dinamika technostress pada remaja.

2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan masukan apabila ingin

melakukan penelitian technostress, khususnya technostress pada remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan faktor yang memengaruhi technostress dan menggalinya melalui data penunjang serta menganalisinya berdasarkan temuan penelitian yang terbaru mengenai faktor yang memengaruhi technostress.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh melalui penelitian, diajukan beberapa saran

praktis yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan

1. Bagi SMAK “X” Bandung dapat memberikan seminar bagi siswa-siswinya terkait dengan pengenalan diri dan SWOT sehingga siswa-siswi dapat lebih mengenal dan memahami kemampuan yang terdapat dalam diri siswa-siswi SMAK “X” Bandung.

2. Bagi siswa-siswi SMAK “X” Bandung diharapkan untuk terbiasa melakukan

(31)

2506/SN/F.Psi/UKM/PER/2017

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TIPE TECHNOSTRESS PADA

SISWA-SISWI SMAK “X” KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

ERVIA FEBRIANI

NRP: 1130030

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(32)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan perkenan-Nya hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Studi Deskriptif mengenai Tipe

Technostress pada Siswa-siswi SMAK „X‟ Kota Bandung”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir/skripsi dan menempuh Sidang Sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Dalam penyusunan skripsi ini,

peneliti sadar bahwa masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan ilmu dan pengalaman yang peneliti miliki. Berbagai kendala yang peneliti hadapi dapat terselesaikan berkat dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene Prameswari E, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha.

2. Meilani Rohinsa, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia

menyediakan waktu untuk berdiskusi, membimbing serta banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Gouw Aij Lien., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

bersedia menyediakan waktu untuk berdiskusi, membimbing serta banyak memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

(33)

5. Papa, Mama, dan Christina Debbie Novalia, SH. Selaku orang tua dan kakak peneliti. Terima kasih untuk setiap nasihat serta dukungan baik moril maupun materil supaya

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Rionaldi Hartono yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta memberikan

saran selama peneliti menyusun skripsi ini.

7. Komunitas eXcellent Generation, FRIEND, dan DYCOM yang yang selalu setia menopang doa bagi peneliti demi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

8. Shieny Michella, Audrey K, Imanuela, Metta Dewi, Elisabeth Novita, Stephanie Cecilia. Terima kasih untuk dukungan, semangat serta kebersamaannya.

9. Kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang ada di

dalam penelitian ini sehingga peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun yang akan bermanfaat bagi penelitian ini dan bagi peneliti dalam menyusun penelitian

selanjutnya.

Atas perhatiannya, peneliti mengucapkan terimakasih.

Bandung, Mei 2017

(34)

61 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Friedenbrg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. United States : Alyn & Bacon.

Okebaram, & Sunday Moses. (2013). Minimizing The Effects of Technostress in Todays Organization. International Journal of Emerging Technology and Advanced

Engineering Volume 3, Issue 11.

Pandey, D. K. (2014). Effect of Excessive Internet Usage on the Level of Adolescents’ Techno-stress. International Educational E-Journal Volume III, Issue II. Diunduh dari http://s3.amazonaws.com/academica.edu.documents/45964031/Corrected_Space_Pape r_by_Dheeraj__.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=14 75740922&Signature=idMnB3qbOaeoAyexTTpyGRypPcU%3D&respone-content-disposition=inline%3B%20filename%3DEffect_of_Excessive_Internet_Usage_on_th. pdf.

Riasnugrahani, Missiliana. (2014). Tipe-tipe technostress pada mahasiswa fakultas teknik

elektro, teknik informatika, psikologi, dan sastra di universitas “x” bandung. Jurnal

Psikologi : Humanitas, 1, 113-120. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Santrock, John W. (2011). Life-Span Development : Perkembangan Masa-Hidup Edisi 13. Jakarta : Erlangga.

Sukestiyarno. (2014). Statistika Dasar. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Weil, M.M and Rosen , L. D. (1997). Coping with Technology @work @home @play. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Widarjono, A. (2015). Statistika Terapan Dengan Excel & SPSS. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

(35)

62 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ayun, Primada Qurrota. (2015). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. CHANNEL. (Online). Vol 3, No. 2. (http://journal.uad.ac.id/index.php/CHANNEL/article/download/3270/1851, diakses 22 Mei 2017).

Chrysta, Iva Asih Era. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Technostress pada

Mahasiswa Universitas „X‟ Bandung yang Menggunakan Smartphone. Skripsi.

Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (2015). Panduan Penulisan Skripsi

Sarjana. Bandung.

Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. (2014). Pengguna Internet di

Indonesia Capai 82 Juta.

(https://kominfo.go.id/content/detail/3980/kemkominfo-pengguna-internet-di-indonesia-capai-82-juta/0/berita_satker, diakses 19 mei 2016) Noviadhista, U. F. (2016). Awal tahun 2016 ini,berapa banyak pengguna internet di

Indonesia?. (http://www.techno.id/tech-news/berapa-banyak-pengguna-internet-di-indonesia-pada-awal-tahun-2016-160131y.html, diakses 15 April 2016).

Nurhasya, Riana Ratih. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa dan

Siswi SMKN “X” Cimahi Jurusan TKJ. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen

Siswi SMPN „X‟ di Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Sejiwa Service for Peace. (2016). Bahaya Kecanduan Internet Bagi Anak-anak dan Remaja. (http://sejiwa.org/bahaya-kecanduan-internet-bagi-anak-anak-dan-remaja/, diakses 18 Mei 2017).

Swastika, V. M. (2015). Perkembangan Teknologi Di Indonesia.

(36)

61 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Friedenbrg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. United States : Alyn & Bacon.

Okebaram, & Sunday Moses. (2013). Minimizing The Effects of Technostress in Todays Organization. International Journal of Emerging Technology and Advanced

Engineering Volume 3, Issue 11.

Pandey, D. K. (2014). Effect of Excessive Internet Usage on the Level of Adolescents’ Techno-stress. International Educational E-Journal Volume III, Issue II. Diunduh dari http://s3.amazonaws.com/academica.edu.documents/45964031/Corrected_Space_Pape r_by_Dheeraj__.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=14 75740922&Signature=idMnB3qbOaeoAyexTTpyGRypPcU%3D&respone-content-disposition=inline%3B%20filename%3DEffect_of_Excessive_Internet_Usage_on_th. pdf.

Riasnugrahani, Missiliana. (2014). Tipe-tipe technostress pada mahasiswa fakultas teknik

elektro, teknik informatika, psikologi, dan sastra di universitas “x” bandung. Jurnal

Psikologi : Humanitas, 1, 113-120. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Santrock, John W. (2011). Life-Span Development : Perkembangan Masa-Hidup Edisi 13. Jakarta : Erlangga.

Sukestiyarno. (2014). Statistika Dasar. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Weil, M.M and Rosen , L. D. (1997). Coping with Technology @work @home @play. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

Widarjono, A. (2015). Statistika Terapan Dengan Excel & SPSS. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

(37)

62 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Ayun, Primada Qurrota. (2015). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. CHANNEL. (Online). Vol 3, No. 2. (http://journal.uad.ac.id/index.php/CHANNEL/article/download/3270/1851, diakses 22 Mei 2017).

Chrysta, Iva Asih Era. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Technostress pada

Mahasiswa Universitas „X‟ Bandung yang Menggunakan Smartphone. Skripsi.

Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (2015). Panduan Penulisan Skripsi

Sarjana. Bandung.

Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. (2014). Pengguna Internet di

Indonesia Capai 82 Juta.

(https://kominfo.go.id/content/detail/3980/kemkominfo-pengguna-internet-di-indonesia-capai-82-juta/0/berita_satker, diakses 19 mei 2016) Noviadhista, U. F. (2016). Awal tahun 2016 ini,berapa banyak pengguna internet di

Indonesia?. (http://www.techno.id/tech-news/berapa-banyak-pengguna-internet-di-indonesia-pada-awal-tahun-2016-160131y.html, diakses 15 April 2016).

Nurhasya, Riana Ratih. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa dan

Siswi SMKN “X” Cimahi Jurusan TKJ. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen

Siswi SMPN „X‟ di Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Sejiwa Service for Peace. (2016). Bahaya Kecanduan Internet Bagi Anak-anak dan Remaja. (http://sejiwa.org/bahaya-kecanduan-internet-bagi-anak-anak-dan-remaja/, diakses 18 Mei 2017).

Swastika, V. M. (2015). Perkembangan Teknologi Di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pada siswa tunanetra di slbn a citeureup kota cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSU HAJI MEDAN TAHUN 2016?. IDENTITAS INFORMAN

• Bursa saham Korsel turun ke penutupan terendah selama lebih dari 2 bulan pada Rabu kemarin, mengikuti tekanan di bursa regional, karena investor mengurangi investasi pada

Sesuai dengan permasalahan yang telah dibahas, penelitian ini terutama ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang wacana nasionalisme pada buku

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunianya yang telah dilimpahkan kepada penulis “ Program Bantu Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan

[r]

memiliki kadar asam lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan alpukat susu dan alpukat merah tua (Husnunnisa, 2013). Melanjutkan penelitian sebelumnya, maka peneliti

Conclusion: Ethanol extract of Detam 1 soybean seed and Jati Belanda leaves posses the inhibitory potential on G6PD, triglyceride and cholesterol activities in 3T3-L1