• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……… i

ABSTRAK ……… ii

PERNYATAAN………. iii

KATA PENGANTAR ………. iv

UCAPAN TERIMA KASIH……….. v

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN……….. viii

DAFTAR ISI…… ………. ix

(2)

3. Uji Model…..……….. 68

B Lokasi dan Subyek Penelitian……… 69

C Teknik Pengumpulan Data………. 71

D Teknik Pengolahan dan Analisis Data……….. 73

E BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 88

A Hasil penelitian……….. 88

1. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia yang Dikembangkan………... 88 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam meningkatkan Kemampuan Membaca………. 111 3. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca ……… 113 B Pembahasan Hasil Penelitian……….. 140

1. Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Saat Ini……….. 140 2. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan membaca……….. 145 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Multimedia Kemampuan Membaca………. 152 4. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca……….. 154 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 157

A. SIMPULAN……… 157

B. REKOMENDASI……….. 159

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai

dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sehingga pendidikan nasional

harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan

kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan

olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan

tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang

kondusif dan berkualitas, kendati demikian permasalahan pendidikan di

Indonesia selalu dihadapkan dengan empat mata rantai yang tak terpisahkan

yaitu: pemeratan, kualitas, relevansi, dan efisiensi. Keempat permasalahan

tersebut yang paling dominan dan mendapat perhatian utama adalah kualitas

pendidikan. Suatu realita menunjukkan bahwa secara kuantitas lembaga

(4)

mengalami kemajuan yang signifikan. Ini terbukti dari data Litbang Depdiknas

tahun 2000 yang memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah yang

melanjutkan kependidikan jenjang berikutnya mengalami peningkatan dari

sekitar 55 % (tahun 1996) menjadi 60% (tahun 1997) dan meningkat lagi menjadi

sekitar 65% (tahun 1998). Peningkatan secara kuantitas tidak diimbangi dengan

peningkatan kualitas. Keterpurukan kualitas sumber daya manusia terbukti dari

angka yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2007

yang memaparkan bahwa kualitas mutu pendidikan negara kita berada pada

urutan 107, berarti kualitas pendidikan di negeri ini jauh di bawah negara-negara

Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan

(Human Development Report, 2007).

Guna mengatasi kondisi tersebut sebenarnya pemerintah telah melakukan

berbagai upaya diantaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disusul

dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

masing-masing Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun

2006 yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

(5)

ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan

di Indonesia.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu

pendidikan dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan

pendidikan dasar lainnya. Pendidikan dasar (SMP) sebagai salah satu tingkat

atau jenjang pendidikan yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar (SD)

mempunyai tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Tujuan Pendidikan Dasar adalah: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, ahklah mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

SMP sebagai lembaga pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan

dasar tersebut dicantumkanlah beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari

oleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran

bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan disemua

jenjang pendidikan mulai dari SD sampai Pergutuan Tinggi (sebagai mata kuliah

MKDU) pada jurusan selain jurusan bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa

Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis.

(2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

(6)

(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan.

(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual

serta kematangan emosional dan sosial.

(5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan budi

pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

(6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia (Sastromiharjo, 2009: 4).

Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Komptensi

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa

standar komptensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Mendengarkan

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian

berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan

berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair,

kutipan dan sinopsis novel.

b. Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,

informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara,

presentasi pelaporan, diskusi, protokuler, dan pidato, serta dalam berbagai

(7)

c. Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk

wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama,

novel remaja, antologi puisi, novel berbagai angkatan.

d. Menulis

Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan

singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan,

poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat

pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama

dan cerpen.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diimplementasikan

ke dalam empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara,

keterampilan mendengar, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Keterampilan berbahasa yang masih dianggap sangat rendah di Indonesia adalah

keterampilan membaca, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Bank Dunia pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kemampuan membaca pelajar

di Indonesia berada pada urutan 26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya

kemampuan membaca pelajar di Indonesia dibuktikan pula oleh fakta bahwa

dalam setahun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk

pertahun. Sementara Negara-negara berkembang lainnya mampu menerbitkan

(8)

mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduk per tahun (Alwasilah,

2007: 58).

Membaca dari dulu hingga sekarang, merupakan salah satu aktivitas

yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca,

waktu dan jarak dalam berkomunikasi dapat lebih efesien dan suatu generasi

dapat mengabadikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan

oleh generasi sebelumnya sebagaimana pepatah yang mengatakan “ Buku adalah

gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya.” Pepatah ini menyiratkan makna

luhur akan pentingnya aktivitas membaca. Terlebih dalam dunia pendidikan,

proses tanspormasi ilmu banyak diperoleh melalui membaca semakin banyak

membaca semakin banyak ilmu yang didapat. Keberhasilan studi seseorang akan

sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca bahkan

setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kamauan

membaca sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah.

dan bahkan kemampuan membaca menjadi ciri kemajuan suatu bangsa.

Kenyataan yang ada di kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan Barat,

menunjukkan dari hasil ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tiga tahun terakhir rata-rata Ujian

Nasional (UN) menunjukkan hasil sebagai berikut: tahun ajaran 2006/2007

adalah 6,63, tahun ajaran 2007/2008 adalah 6,64 dan tahun ajaran 2008/2009

adalah 6,65 (Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Oktober 2009). Berbagai

upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan

(9)

begitu berarti. Selain itu, jika dilihat dari rata-rata nilai harian keterampilan

membaca dengan tingkat KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu 7,00 nilai

siswa berada di bawah rata-rata KKM tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh

kebiasaan dan pola membaca yang salah dari para pelajar itu sendiri. Berdasarkan

hasil survey di lapangan kondisi di atas disebabkan oleh berbagai faktor sebagai

berikut:

a. Jumlah siswa yang memasuki ruang baca sangat sedikit.

b. Minat siswa untuk membaca buku, sangat kurang hal ini diakibatkan karena

sampul, kertas, dan tulisan kurang menarik minat siswa untuk membacanya.

c. Dalam kegiatan membaca buku, siswa terlalu monoton pikirannya sehingga

organ yang lain tidak bergerak yang mengakibatkan siswa terlalu jenuh

dan bosan untuk membaca buku.

d. Jika diberikan ulangan berupa bacaan yang dikaitkan dengan menjawab

pertanyaan menunjukkan nilai yang rendah.

e. Kurang kreatifnya guru dalam memberikan materi pelajaran yang dikaitkan

dengan penggunaan media pembelajan.

Prestasi kemampuan membaca siswa kurang memuaskan diasumsikan

sebagai akibat dari keterbatasan sarana membaca, kurangnya motivasi dan

dukungan dari lingkungan atau guru, guru kurang mengapresiasi kemampuan

membaca siswa, dan pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan

sarana dan prasarana lain selain buku, serta gaya mengajar guru yang kurang

(10)

faktor tersebut di atas bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor

guru, faktor siswa itu sendiri dan faktor media atau sarana pendukung.

Guna memperbaiki kemampuan membaca tesebut banyak cara yang

dapat dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam

pembelajaran. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan

hasil kemampuan membaca yaitu kualitas tenaga pengajar, waktu pelaksanaan,

sarana dan prasarana serta media. Diperjelas oleh Dale dalam Latuheru (1988:

23) bahwa multimedia pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses

pembelajaran akan bermanfaat dalam hal; (1) perhatian anak didik terhadap materi

pelajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkrit,

(3) mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri, dan (4) hasil yang

diperoleh anak didik sulit dilupakan.

Penggunakan media pembelajaran yang modern membuat anak akan

lebih aktif belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jonassen bahwa pembelajaran

berbasis TIK (multimedia) dapat mendukung terjadinya proses belajar yang: a.

Active , yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif dikarenakan proses belajar yang

menarik dan bermakna; b. Constructive, yaitu memungkinkan siswa

menggabungkan konsep / ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam pikirannya; c.

Collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau masyarakat

untuk saling bekerja sama, berbagi ide, saran dan pengalaman; d. Intentional,

yaitu memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai tujuan

(11)

melakukan proses sosial dan dialogis di mana siswa memperoleh keuntungan dari

proses komunikasi tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; f.

Contextualized, yaitu memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar pada

situasi yang bermakna (real-world); dan g. Reflective, memungkinkan siswa

untuk dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta meningkatkan sebagai

bagian dari proses belajar itu sendiri (Chaeruman, 2004).

Selain itu, hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa

penggunaan media atau multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan

keefektifan membaca siswa diantaranya: penelitian pemanfaatan media

pembelajaran perangkat lunak dengan nama Software Speed Reading and

Comprehension Tool (S2RCT) dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca

(KEM) dapat ditingkatkan melalui itensitas membaca dan itensitas latihan

membaca cepat (Misbah, 2008) dan pengembangan media berbasis komputer

pada pembelajaran membaca dapat lebih aktif dan berpusat pada siswa. Hasil

eksprimen dengan desain counterbalanced menunjukkan media pembelajaran

berbasis komputer terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan efektif

membaca (Rayudin, 2006). Penelitian Jacobs dan Schade (1992) menunjukkan

bahwa, daya ingat orang yang hanya membaca saja memberikan persentase

terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan

bantuan media lain seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan

penggunaan media 3 demensi seperti multimedia, hingga 60%, karena

pembelajaran berbasis multimedia membuat pembelajaran sistematik,

(12)

Kemampuan membaca bisa dirangsang atau dibangun dengan berbagai

cara diantaranya membangun minat belajar. Media pembelajaran memiliki

kapasitas yang akan membuat minat belajar akan lebih optimal dalam konteks

berpikir seperti ini maka dapat dianalogikan media pembelajaran berpotensi

membangun kemampuan membaca.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian tersebut

difokuskan pada “Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia

untuk meningkatkan kemampuan membaca studi pada mata pelajaran bahasa

Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat.”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia

sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “ Model pembelajaran berbasis multimedia bagaimanakah

yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa

Indonesia Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ketapang Provinsi

(13)

C.Kerangka Berpikir

Mempermudah pelaksanaan penelitian ini, peneliti merumuskan

kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi acuan dan titik mula yang

memberikan arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Kerangka

berpikir yang jadi acuan dalam penilitain ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Interaksi Belajar Mengajar Interaksi Belajar Mengajar

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Bagan di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia

dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian

teoritis- konseptual pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan hakikat

pembelajaran bahasa. Sisi faktual menyangkut kajian lapangan yang

menggambarkan kondisi nyata atau yang sebenarnya yang dilaksanakan di Kajian Teoritis

Pembelajaran

Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Kajian Empiris Pembelajaran

Guru

Materi (Wacana) Pembelajaran Berbasis

Multimedia

Materi (Wacana)

Peserta Didik

Keterampilan Membaca

(14)

sekolah. Kajian ini juga mengeksplorasi hasil penelitian tentang pembelajaran

bahasa Indonesia yang efektif. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP ini menggunakan pendekatan komunikatif pada keterampilan membaca

yang pada akhirnya akan menjadi kemampuan membaca siswa.

Dalam interaksi belajar-mengajar guru memegang peranan yang utama

sebagai pengendali kegiatan belajar siswa. Namun, dalam menjalankan perannya

guru tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna jika tidak

dikemas dengan baik. Materi (wacana) ajar tidak akan diterima dengan baik

oleh siswa bila tidak disajikan dengan baik. Di sinilah diperlukan media

pembelajaran. Hubungan komunikasi guru dan siswa akan lebih baik jika

menggunakan media dalam hal ini adalah multimedia. Pembelajaran ini

menghubungkan komunikasi guru dan siswa pada pembelajaran yang berbasis

multimedia.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, diperlukan pembatasan

permasalahan penelitian yang lebih rinci dan dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMP

Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat saat ini?

b. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat

meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia

(15)

c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan model

pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan

membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang

Provinsi Kalimantan Barat ?

d. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam

meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa

Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?

E. Tujuan Penelitian.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model

pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca

pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat.

b.Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

(1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di

SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(2) Memperoleh gambaran tentang model pembelajaran berbasis multimedia

yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran

bahasa Indonesia siswa di SMP di Kabaupaten Ketapang Provinsi

(16)

(3) Memperoleh gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat

pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam

meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia

di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(4) Memperoleh gambaran tentang efektivitas model pembelajaran berbasis

multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata

pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat setelah menggunakan multimedia.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran berbasis

multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada pembelajaran

bahasa Indonesia siswa SMP diharapkan dapat memberikan manfaat praktis

sebagai berikut:

a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan program pembelajaran yang efektif, bermakna dan

menyenangkan dan sebagai salah satu alternatif penggunaan media

pembelajaran.

b) Bagi guru (teman sejawat) yang mengajar bahasa Indonesia penggunaan

multimedia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas

proses dan hasil belajar bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan

membaca.

c) Bagi pengelola lembaga pendidikan model pembelajaran berbasis

multimedia ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengambil kebijakan dalam

mengadakan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran dan dapat dijadikan

(17)

menemu-kenali kekurangan dan kelemahan pembelajaran bahasa Indonesia

sehingga dapat dicarikan upaya perbaikannya.

d) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang

pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran yang

lain.

e) Pada kasus dan indikasi yang menyerupai SMP di wilayah yang menjadi

lokasi penelitian, multimedia ini dapat dijadikan solution choice dalam

menyelesaikan masalah pengembangan media pembelajaran.

G. Definisi Oprasional

Variabel dalam penelitian ini yakni:

a. Pembelajaran berbasis multimedia dalam penelitian ini adalah suatu proses

di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan

siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu yang menggunakan

multimedia sebagai sarana dalam pembelajaran.

b. Kemampuan membaca dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca

dan pemahaman isi (bacaan) secara keseluruhan. (Tampubolon, 2008:7).

Kecepatan membaca adalah jumlah kata yang dibaca permenit, sedangkan

pemahaman isi bacaan menunjukkan jawaban yang benar atas

pertanyaan-pertanyaan isi bacaan yang telah dibaca. Kecepatan membaca dalam

penelitian ini tidak dijadikan sebagai variable penelitian, melainkan hanya

pemahaman isi bacaan yang diperoleh dari kemampuan siswa menjawab

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini pembahasan difokuskan kepada: (1) Pendekatan dan metode

penelitian, (2) Lokasi dan subjek penelitian, (3) Teknik pengumpulan data, (4)

Teknik pengolahan dan analisis data, (5) Prosedur penelitian, (6) Hasil pra

survey.

A.Pendekatan dan Metode

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model

pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development yang

merujuk pada teori Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 164).

Suhadi Ibnu (2001: 5) memberikan pengertian tentang penelitian

pengembangan sebagai jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan suatu

produk hard-ware atau soft-ware melalui prosedur yang khas yang biasanya

diawali dengan need assesment atau analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan

proses pengembangan dan diakhiri dengan evaluasi.

Selanjutnya Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 169-170)

mengemukakan langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan

pengembangan sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting)

termasuk di dalamnya review literature, observasi kelas dan persiapan

(19)

awal dan studi literatur yang menunjang terhadap kemampuan membaca

siswa.

2. Perencanaan (planning), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,

menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan

dalam skala kecil; yakni uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran

berbasis multimedia pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan (develop preliminary form of

product) termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang

digunakan, media dan evaluasi. Mengembangkan bentuk awal model yang

dimaksud adalah menyusun pengembangan pembelajaran berbasis multimedia

pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

4. Uji coba pendahuluan (preliminary field testing) melibatkan sekolah dalam

jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, dan

observasi. Uji coba terbatas yang dilakukan melibatkan satu sekolah dan kelas

tertentu dalam rangka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada

mata pelajaran bahasa Indonesia.

5. Revisi terhadap produk utama (main product revision) didasarkan atas hasil

ujicoba pendahuluan tentang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia

pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

6. Uji coba luas (main field testing) melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih

banyak. Data kuantitatif berupa postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi

sesuai dengan tujuan. Uji coba luas akan dilakukan terhadap tiga (3) Sekolah

(20)

7. Perbaikan hasil uji coba luas (operational product revision) perbaikan model

pembelajaran ini dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama / terbatas yang

dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia

untuk menghasilkan bentuk / model media pembelajaran yang ideal.

8. Uji coba operasional (operational field testing) yang melibatkan sekolah

dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data

angket dan observasi untuk kemudian dianalisis;

9. Revisi / perbaikan produk akhir (final product revision) berdasarkan hasil uji

coba luas;

10.Deseminasi dan implementation (dissemination and implementation); yaitu

penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai

kontrol terhadap kualitas produk.

Dari sepuluh langkah tersebut di atas, dapat disederhanakan menjadi tiga

tahapan dasar yaitu : 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji

model. Ketiga tahapan tersebut tidak penulis lakukan secara keseluruhan, hal ini

sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2009: 187) yang menyatakan bahwa “

Untuk peneliti dari program S2 atau penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan

pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian

hasil.

Berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian di atas maka

pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan

(21)

Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat menggunakan langkah-langkah

Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan

yakni sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan.

Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk

mengidentifikasi proses pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di Sekolah

Menengah Pertama sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model

pembelajaran berbasis multimedia.

Penyusunan Model Uji Coba Dfat Model

(22)

Kegiatan yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah sebagai

berikut:

1) Studi pustaka dan studi dokumentasi ditujukan untuk menghimpun dan

mengkaji teori-teori yang mendasari konsep yang berkaitan dengan

pembelajaran berbasis multimedia, kemampuan membaca pada mata

pelajaran bahasa Indonesia, standar kompetensi dan kompetensi dasar

(SK-KD) mata pelajaran bahasa Indonesia serta hasil penelitian terdahulu yang

berakitan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia.

2) Melakukan kegiatan pra survey lapangan di SMP yang ada di kabupaten

Ketapang untuk menghimpun data yang berkaitan dengan kurikulum yang

digunakan, proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sarana / fasilitas

dan evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk

meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di

SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

2. Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis

Multimedia

Kegiatan yang dilakukan pada tahap kedua ini, meliputi:

a) Perencanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen

pembelajaran yang terdiri dari: analsis tujuan pembelajaran, analisis materi

pembelajaran, analasis strategi atau metode pembelajaran, analisis media

(23)

3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung

pembelajaran.

b) Implementasi pembelajaran

c) Refkelsi dan penyempurnaan model

d) Evaluasi

3. Uji Coba Model.

Dalam pelaksanaan dan pengembangan ini dilakukan uji coba model

pembelajaran berbasis multimedia dengan kegiatan sebagai berikut:

(a) Uji Coba Terbatas.

Penelitian uji coba model terbatas dilakukan pada satu sekolah yang

telah ditentukan yaitu SMP Negeri 3 Ketapang yang melibatkan 30 orang siswa

dan dua orang guru bahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa

karakteristiknya relatif sama dengan subjek secara keseluruhan.

Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam

bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah

yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahap ini adalah: (1)

perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draft model, (3) refleksi dan

penyempurnaan model, dan (4) evaluasi.

Selama uji coba berlangsung peneliti melakukan pengujian dan

perbaikkan dengan cara memonitoring dengan cermat sampai diperoleh data

untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan oleh guru dan peneliti ini menjadi bahan

(24)

berulang ini dilakukan pretes dan postes hal ini ditujukan untuk memperoleh

bahan pembanding peningkatan kemampuan membaca siswa.

(b) Uji Coba Skala Lebih Luas.

Uji coba model lebih luas dilakukan dengan melibatkan 90 orang siswa

dan empat orang guru bahasa Indonesia. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat

uji coba luas dipilih berdasarkan kategori kualifikasi tinggi, sedang dan rendah.

Oleh karena itu, sekolah yang dipilih adalah sekolah yang mewakili

masing-masing kategori kualifikasi tersebut. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak

satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Hasil pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia ini

diproyeksikan untuk menjadi alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP pada umumnya dan di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan

Barat pada khususnya. Adapun sekolah yang menjadi subyek dalam penelitian

ini adalah sekolah yang memiliki kreteria sebagai berikut:

(a) Memiliki laboratorium komputer sebagai faktor pendukung pelaksanaan

pembelajaran.

(b) Memiliki tenaga pengajar yang dapat mengoprasikan komputer sehingga

tenaga pengajar tersebut mampu membimbing siswa dalam mengoprasikan

(25)

(c) Ketersediaan jadwal pengunaan komputer di sekolah untuk mata pelajaran

bahasa Indonesia.

Subyek penelitian berada di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan

Barat. Kabupaten Ketapang terdapat 120 SMP baik negeri dan swasta yang

menyebar di 13 kecamatan. Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas,

dan heterogitas dan keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya dilakukan

pada empat sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ketapang,

sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Sedangkan pada uji coba

luas peneliti menggunakan tiga (3) Sekolah Menengah Pertama yang berbeda

dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi di wilayah Kabupaten Ketapang

berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk pembelajaran dengan

menggunakan multimedia, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Daftar Sekolah Uji Lapangan Lebih Luas

Secara lebih khusus penelitian ini difokuskan pada:

(1) Siswa yang akan yang diteliti pada uji coba terbatas adalah siswa kelas VIII

(delapan) SMP Negeri 3 Ketapang tahun ajaran 2009 / 2010 semester genap.

No Nama Sekolah Wilayah Kualifikasi Ket.

1, SMP N 1 Ketapang Ketapang Tinggi -

2. SMP Santo Augustinus Ketapang

Ketapang Sedang -

(26)

(2) Siswa yang akan diuji lapangan skala lebih luas adalah siswa SMP kelas

VIII (delapan) tahun pelajaran 2009 / 2010 yang ada di dua kecamatan Benua

Kayong dan Delta Pawan yaitu SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2

Santo Augustinus Ketapang dan SMP Negeri 2 Ketapang, dengan

mempertimbangkan jenis dan karakteristik sekolah (sekolah berkategori

tinggi, sedang dan rendah).

(3) Guru- guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di

empat sekolah tersebut dan khususnya guru bahasa Indonesia yang mengajar

di kelas VIII.

C. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini teknik

pengumpulan data yang dipergunakan kuesioner, observasi, tes, wawancara dan

studi dokumentasi. Rincian penggunaan teknik pengumpulan data tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Kuesioner, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang

berhubungan dengan kondisi kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia, pandangan siswa dan guru terhadap model pembelajaran berbasis

multimedia yang dikembangkan dan faktor pendukung dan penghambat

penggunaan multimedia, ketersedian sumber / media dalam pembelajaran

bahasa Indonesia, dan pandangan guru dan siswa terhadap model

pembelajaran berbasis multimedia yang dikembangkan.

2. Observasi, digunakan pada tahap penelitian pra survey dan tahap

(27)

observasi ini merupakan kegiatan observasi langsung yakni pengamatan

tentang kegiatan siswa dan kegiatan guru selama proses pembelajaran

kegiatan membaca melalui multimedia dalam situasi yang sebenarnya dan

langsung diamati oleh Si peneliti.

3. Tes / penilian, digunakan untuk memperoleh data kemampuan membaca

dan analisis tentang hasil evaluasi siswa dalam mengikuti pembelajaran

sebelum dan sesudah menggunakan multimedia interaktif.

4. Wawancara, merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya jawab

dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi

fokus kajian dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan guru-guru

yang mengajar bahasa Indonesia..Wawancara digunakan untuk memperoleh

data atau informasi yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam

pembelajaran bahasa Indoneseiua khususnya pada keterampilan membaca,

ketersediaan sumber atau media dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

penilaian guru terhadap pengembangan pembelajaran berbasis multimedia,

faktor pendukung dan penghambat penggunaan multimedia dalam

pembelajaran.

5. Studi dokumentasi, merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti

atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dokumen-dokumen yang menjadi sumber data diperoleh dari sekolah yang menjadi

subyek penelitian.

Pengumpulan data memerlukan alat pengumpul data atau instrument.

(28)

penyusunan instrument sehingga pembuatan instrument mengacu pada kisi-kisi

penyusunan instrument. Kisi-kisi penyusunan instrument dalam penelitian ini

memuat empat komponen yaitu: 1) variable dan sub variable, 2) aspek yang

diukur, 3) responden dan 4) teknik pengumpul data.

Berdasarkan teknik pengumpul data, instrument yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu: 1) kuesioner berstruktur, 2) skala penilian pengembangan

media, 3) pedoman wawancara, 4) lembar observasi , dan 5) tes.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian difokuskan pada tiga tahap penelitian yaitu studi pendahuluan,

perencanaan dan pengembangan model, dan uji coba draft model yang

mencakup: uji lapangan terbatas dan uji lapangan skala lebih luas. Berdasarkan

data yang diperoleh teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Statistik Deskriftif

Statistik deskriftif digunakan untuk pengolahan data menggunakan

teknik seperti persen dan frekuensi. Pengolahan data dengan statistik deskriftif

tersebut digunakan untuk mengolah data sebagai berikut:

(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pembelajaran membaca

pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(c) Data tentang ketersediaan sumber / media dalam pelajaran bahasa Indonesia.

(29)

(e) Data tentang pandangan dan kegiatan siswa setelah pengembangan model

pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata

pelajaran bahasa Indonesia.

(f) Data tentang pandangan dan kegiatan guru setelah pengembangan model

pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata

pelajaran bahasa Indonesia.

Pengolahan data tersebut dilakukan sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan terhadap hasil pengumpulan data berdasarkan teknik

pengumpulan data yang telah dilakukan;

(2) Melakukan verifikasi data penelitian;

(3) Membuat tabulasi data hasil penelitian;

(4) Menghitung frekuensi jawaban atau data; dan

(5) Melakukan analisis dan kajian data yang telah dilakukan secar statistik

deskriftif seperti: teknik persen, frekuensi dan tabel,

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial dipergunakan untuk memperoleh data hasil

kemampuan membaca. Pengujian terhadap kemampuan membaca siswa

dilakukan dengan menganalisis antara hasil pretes satu, pretes dua, pretes tiga,

pretes empat dan postes satu, postes dua, postes tiga, postes empat pada sekolah

yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh hasil maka dilakukan uji

perbedaan dua rata-rata (uji t).

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap skor hasil test

(30)

(a) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap sekor hasil pretes 1 dan postes 1;

(b) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 2 dan postes 2;

(c) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 3 dan postest 3.

(d) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 4 dan postes 4.

(e) Uji peerbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil antar postes.

Uji t tersebut dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17

(Statistical Package for Social Science 17). Jika nilai t hitung > t tabel pada taraf

signifiaksi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata

yang diuji. Adapun prosedur pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

(1) Pemerikasaan data,

(2) Tabulasi data,

(3) Pengujian.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

(1) Orientasi dan administrasi, yakni melakukan observasi awal tentang kondisi

dan situasi penerapan produk tertentu. Kegiatan yang dilakukan adalah

menyusun proposal penelitian, memilih lokasi dan mengurus perizinan.

(2) Tahap penilaian dan uji coba instrument, menyusun instrument studi

pendahuluan berdasarkan kisi-kisi.

(3) Tahap pelaksanaan studi pendahuluan.

(4) Pengembangan model pebelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran

bahasa Indonesia dan pelaksanaan uji coba.

(31)

F. Hasil Pra Survey

Data kondisi dan situasi pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh

melalui kegiatan studi pendahuluan atau pra survey dengan membagikan

kuesioner yang bertujuan untuk mendeskrifsikan dan mengidentifikasi pola

pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung saat ini termasuk kegiatan

siswa, guru, ketersediaan sumber atau media, faktor pendukung dan

penghambat.

Hasil studi pendahuluan diperoleh melalui penyebaran kuesioner

terhadap 210 orang siswa kelas VIII tahun pelajaran 2009 / 2010 yang tersebar

pada 4 sekolah yaitu: SMP Negeri 3 Ketapang, SMP Negeri 1 Ketapang, SMP

St. Augustinus Ketapang, dan SMP Negeri 2 Ketapang. Selain itu dilakukan juga

pembagian kuesioner terhadap 6 orang guru bahasa Indonesia. Hasil studi

pendahuluan dijadikan dasar pertimbangan dalam merancang pengembangan

pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sebelum pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap

kuesioner yang telah dibagikan untuk memperoleh data penelitian yang akurat.

Setelah dilakukan verifikasi dari 250 kuesioner maka dilanjutkan dengan

pengolahan data untuk menentapkan subjek penelitian. Dari 250 kuesioner yang

dibagikan hanya 210 orang siswayang ditetapkan menjadi subyek penelitian yaitu:

SMP Negeri 3 Ketapang 30 orang, SMP Negeri 1 Ketapang 60 orang, SMP St.

Augustinus 60 orang dan SMP Negeri 2 Ketapang 60. Sedangkan untuk

(32)

pengolahan data penelitian. Hasil analisis angket pada studi pendahuluan

diperoleh hasil sebagai berikut:

(1) Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMP Saat Ini.

Situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di

kabupaten Ketapang dapat dilihat dari data-data sebagai berikut:

(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pelajaran bahasa Indonesia.

(c) Ketersediaan laboratorium komputer sebagai media pembelajaran.

(d) Data tentang faktor penghambat dan pendukung pengembangan pembelajaran

berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

a. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran terdiri

dari beberapa variable yaitu: a) Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa

Indonesia dan kemampuan mengoperasikan komputer, b) Pandangan siswa

terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan c) Pandangan siswa

terhadap penggunaan komputer dalam pembelajaan, d) Penguasaan siswa terhadap

materi pembelajaran

1) Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Kemampuan

Mengoperasikan Komputer.

Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia menunjukan minat

(33)

urgen dalam kehidupan sehari-hari dengan jumlah responden 89,05% dan hampir

sebagai besar siswa sudah dapat mengoperasikan komputer yaitu 57,62% hal ini

merupakan dasar untuk pengembangan pembelajaran berbasis multimedia (data

terlampir).

2) Pandangan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran yang Dilakukan oleh

Guru.

Pandangan siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

menyangkut suasana pembelajaran, penyampaian tujuan pembelajaran, materi,

ketepatan waktu, bahasa, metode / teknik, menunjukkan aktivitas sangat tinggi,

namun pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran masih teragantung kepada guru

atau berfokus pada guru, hal ini disebabkan cara mengajar guru yang boleh

dikatakan masih sangat konvensional dengan menjejali ilmu sebanyak-banyaknya,

dan kurang melibatkan siswa untuk mandiri (data terlampir ).

3) Pandangan Siswa Terhadap Penggunaan Komputer dalam Pembelajaan

Menurut pandangan siswa pembelajaran bahasa Indonesia yang

berlangsung selama ini sama sekali belum pernah menggunakan komputer atau

multimedia. Cara guru mengukur kemampuan membaca siswa hanya dengan cara

manual / konvensional yaitu dengan cara membagikan teks bacaan dan pada

waktu yang telah disepakati siswa harus berhenti membaca, sehingga ada siswa

yang belum tuntas untuk membaca tetapi waktu yang ditentukan sudah selesai.

Komputer hanya digunakan untuk mata pelajatan Teknologi Informasi Komputer

(TIK). Media yang selama ini digunakan oleh guru adalah media buku, LKS dan

(34)

pembelajaran berbasis multimedia kepada siswa SMP di kabaupten Ketapang

(data terlampir ).

4) Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran belum begitu

memuaskan begitu juga halnya dengan ketuntasan hasil belajar. Padahal ada

beberapa strategi yang dilakukan oleh guru misalnya memberikan pekerjaan

rumah, memberikan pretes dan postes yang akhiri dengan judgment atau

penskoran berdasarkan pokok bahasan, kedalaman materi dan tingkat kesukaran.

Hal lain yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan kembali materi yang belum

dimengerti oleh siswa dan pada akhir pelajaran guru bersama siswa

menyimpulkan hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menjadi dasar untuk

memperbaiki hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis multimedia (data terlampir).

Berdasarkan data di atas, tentang pandangan dan kegiatan siswa dalam

pembelajar bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa siswa menunjukan minat

yang tinggi dalam pembelajaran dan sebagian besar siswa sudah mampu

mengoprasikan komputer, dan siswa menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap

kegiatan yang dilakukan guru, namun dalam proses pembelajaran penggunaan

media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan bahkan siswa

sebagian belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar

(35)

b. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Guru dalam Pembelajara Bahasa

Indonesia.

Kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari tiga

variable yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut. Pada

penelitian ini ada 6 (enam ) guru bahasa Indonesia kelas VIII yang dijadikan

sampel penelitian dari empat SMP di Kabupaten Katepang Provinsi Kalimantan

Barat.

1) Kegiatan dan Pandangan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran.

Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara dengan 6 guru ,

bahwa dalam tahap perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia 6 orang guru

mempersiapakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP bagi guru

merupakan perangkat yang sangat penting, namun mereka masih mengalami

kendala. Kendala yang muncul diantaranya: (1) minimnya keterampilan membuat

RPP, (2) keterbatasan waktu dalam hal merancang RPP, dan (3) minimnya buku

pedoman dan pendukung dalam membuat RPP, bahkan dalam membuat RPP ada

dua orang guru yang tidak berpedoman kepada silabus, hanya berdasarkan pada

kompetensi dasar dan indikator saja. Dalam persiapan bahan / materi mengajar

guru sudah memahami buku pegangan wajib yang menjadi buku pegangan siswa

ditambah lagi guru memperbanyak membaca sebagai bahan pengayaan. Dalam

penggunaan media ada guru yang tidak mempergunakan dengan alasan tidak

memiliki sarana dan prasarana untuk membuat dan mempergunakannya. Sebagai

langkah awal untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, guru melakukan pretes

dan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan

(36)

2) Pandangan Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia para guru berasumsi bahwa

materi yang diajarkan sudah sesuai dengan tujuan, alokasi waktu, serta materi

telah dirumuskan dengan jelas. Guru menjelaskan dengan bahasa yang jelas dan

lugas, memberi kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas, namun metode

/ teknik mengajar guru yang masih menunjukkan kurang bervariatif, dan

pembelajaran masih berfokus kepada guru. Bahasa yang digunakan oleh guru

adalah bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa, dan setelah akhir

pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama

dengan cara mencatatnya di papan tulis dengan harapan agar siswa menulis

hal-hal penting tersebut dan mudah untuk mengingatnya (data terlampir ).

3) Pandangan Guru Tentang Penggunaan Media dalam Pembelajaran.

Guru dalam hal menyiapkan media, mereka memandang sangat penting

dan perlu digunakan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berkesan,

menyenangkan, dan mandiri, namun karena keterbatasan sarana dan kemampuan

guru untuk menyiapkan media pembelajaran maka pada umumnya

pembelajaran berlangsung apa adanya. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan multimedia hampir tidak pernah dilakukan oleh guru, guru hanya

menggunakan cara konvensional. Media komputer yang digunakan oleh

beberapa orang guru hanya terbatas pada penampilan power point materi

(37)

4) Pandangan dan Kegiatan Guru Tentang Evaluasi dan Tindak Lanjut

Pembelajaran

Evaluasi dan tindak lanjut merupakan salah satu tahap kegiatan dalam

proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh guru sebagai suatu kegiatan

yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran sudah diserap

oleh siswa dan sebagai langkah bagi guru untuk menetapkan atau mengambil

suatu keputusan (judgment). Pelaksaaan evaluasi dan tindak lanjut hanya

sebagian guru yang melaksanakannya dalam bentuk melaksanakan fungsi pretes

dan postes. Alat evaluasi yang disusun berdasarkan pada: indikator pencapaian

tujuan, tingkat kesukaran dan kedalaman materi. Guru selalu memberikan

penjelasan kembali materi yang disajikan jika ada siswa yang belum mengerti,

namun penguasaan materi kemampuan membaca siswa belum mencapai 80%

(data terlampir ).

Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang pandangan dan kegiatan

guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus.

Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya masih berfokus pada guru dan guru

telah menggunakan metode yang bervariatif tetapi belum sepenuhnya

menggunakan media apalagi media komputer atau multimedia. Hal ini menjadi

salah satu penyebab kurang menariknya pembelajaran yang dilakukan sehingga

hasil belajar siswa yang dilihat dari evaluasi pretes dan postes belum mencapai

80% tuntas, padahal guru selalu memberikan pekerjaan rumah, menjelaskan

kembali materi yang belum dipahami oleh siswa, membuat soal-soal latihan dan

(38)

(2) Ketersediaan Laboratorium Komputer Sebagai Media Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian keempat sekolah telah memiliki

laboratorium komputer. Pada uji coba terbatas di SMP Negeri 3 Ketapang tersedia

80 unit komputer. Komputer tersebut terbagi menjadi dua ruangan yaitu: 40 buah

berada di ruang laboratorium komputer dan 40 buah berada di laboratorium

bahasa dan ruangannya di desain dengan indah, tenang, dan nyaman. Komputer

tersebut berpentium empat yang telah diprogram dengan jaringan internet.

Ketersediaan komputer tersebut jumlahnya masih kurang jika dibandingkan

dengan jumlah siswa 900 orang, sehingga untuk penggunaan komputer

dilakukan sistem jadwal dan disediakan waktu tambahan pada siang hari setelah

proses pembelajaran.

Sekolah sebagai tempat uji coba luas ketersediaan komputer

bervariasi, SMP Negeri 1 Ketapang kategori sekolah tinggi jumlah komputer

tersedia sebanyak 40 unit yang terpisah pada dua ruangan yang berjauhan dan

ditempatkan pada ruangan ber-AC. SMP Santo Augustinus sebagai sekolah

kategori sedang jumlah komputer tersedia sebanyak 32 unit, komputer tersebut

berpentium empat dan berada di ruangan ber-AC. Sedangkan pada SMP Negeri 2

sebagai sekolah kategori rendah jumlah komputer tersedia sebanyak 22 unit

dengan pentium empat yang ditempatkan para ruangan ber-AC. Ketersediaan

komputer dengan jumlah siswa yang ada di sekolah ini jauh dari cukup karena

jumlah siswa rata-rata sekelas 35 orang.

Ketersediaan komputer pada sekolah uji coba lebih luas jumlahnya

(39)

komputer ini mengakibatkan pemanfaatannya menggunakan sistem jadwal,

berkelompok dan penggunaannya pada waktu siang dan sore hari setelah proses

pembelajaran. Jenis komputer yang tersedia di empat SMP tersebut pada

umumnya sudah menggunakan pentium 4, namun perangkatnya (Hardware dan

software) tidak semuanya diinstal, sehingga mengurangi manfaat dalam

penggunaannya dalam pembelajaan. Ketersediaan laboratorium yang belum

maksimal maka dalam hal pemanfaatannya harus bekerja sama dengan guru TIK

untuk melakukan proses pembelajaran berbasis komputer.

Berdasarkan data di atas, maka dilihat dari segi sarana dan prasarana

pendukung utama pengembangan pembelajaran berbasis multimedia untuk

meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak

ada kendala atau hambatan.

(3) Faktor Pendukung dan Penghambat

Data hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat

mendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia antara lain:

(a) Faktor siswa, hampir seluruh siswa yang dijadikan responden sudah mampu

mengoperasikan komputer.

(b) Faktor guru, 4 orang guru 6 orang guru bahasa Indonesia dari 4 SMP yang

dijadikan lokasi penelitian, sudah mampu bahkan mahir mengoperasikan

komputer dalam pembelajaran. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung

dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer di sekolah, bahkan

(40)

(c) Faktor sekolah, keempat SMP di Kabupaten Ketapang telah dilengkapi

dengan laboratorium komputer. Ketersediaan laboratorium komputer di SMP

merupakan faktor pendukung dalam proses pengembangan model multimedia

kemampuan membaca. Hal lain yang menjadi pendukung adalah sekolah

memberikan layanan pemanfataan laboratorium komputer untuk siswa pada

pagi, siang dan sore hari.

(d) Selain didukung oleh laboratorium komputer, pada dua sekolah yaitu SMP

Negeri 3 Ketapang dan SMP Negeri 1 Ketapang memiliki laboratorium

bahasa.

Faktor yang dapat menghambat dalam pengembangan pembelajaran

berbasis multimedia di SMP Kabupaten Ketapang diantaranya:

(a) Faktor siswa, pada umumnya para siswa belum mampu mengakses

program-program baru dan masih dihantui oleh perasaan takut, sehingga para

guru harus berupaya memberikan informasi program-program baru dalam

komputer.

(b) Faktor guru, ada dua orang guru yang belum dapat mengakses

program-program pembelajaran melalui multimedia, karena belum pernah untuk

berlatih dan mengunakan multimedia (komputer). Hal ini disebabkan

minimnya pendidikan dan pelatihaan (diklat) pengembangan pembelajaran

berbasis komputer dan penghargaan yang sangat minim terhadap komputer

sebagai media pembelajaran. Sehingga peneliti memerlukan waktu yang

(41)

(c) Faktor sekolah, belum adanya kebijakan nyata untuk mengembangkan

pembelajaran berbasis komputer, minimnya tenaga ahli untuk

mengoperasikan dan memperbaiki komputer yang rusak. Hal ini menjadi

hambatan utama bagi sekolah, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia

masih mengandalkan pembelajaran konvensional.

(d) Penggunaan pengembangan pembelajaran berbasis multimedia merupakan

pembelajaran yang pertama sekali dalam penerapan mata pelajaran lain selain

mata pelajaran TIK, hal ini menjadi bahan baru sebagai upaya untuk

mengenalkan kepada guru-guru tentang pembelajaran melalui multimedia

sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalkan guru cara

mengoprasikannya.

(e) Pembelajaran bahasa Indonesia lebih sering dilakukan di dalam kelas di

bandingkan di laboratorium komputer.

(f) Jumlah siswa perkelas rata-rata 35 orang dengan jumlah komputer yang

terbatas pada SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2 Santo Agustinus dan

SMP Negeri 2 Ketapang menyebabkan kegiatan dalam mengoprasikan

komputer dilakukan secara bergilir dan satu komputer dioperasikan oleh dua

orang siswa.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari empat variable yaitu pandangan

dan kegiatan siswa, pandangan dan kegiatan guru, sarana dan prasarana

pendukung pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, dan

faktor pendukung maka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada

(42)

dukungan dari siswa, guru, dan pihak sekolah. Dan mengenai faktor

penghambat dapat diatasi dengan cara peneliti membimbing guru yang belum

memahami multimedia dan mengenai kekurangan jumlah komputer jika

dibandingkan dengan jumlah siswa disiasati satu komputer dioperasikan oleh dua

(43)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dan pembahasan hasil

penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka pada

bab ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berlangsung Selama Ini

Pembelajaran bahasa Indonesia yang berlansung selama ini, siswa

menunjukkan minat yang tinggi dalam pembelajaran, sudah mampu

mengoprasikan komputer, aktivitas yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan

guru, penggunaan media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan

siswa sebagian besar belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan

hasil belajar belum tuntas. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

pada umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus, pe

pembelajaran masih berfokus pada guru, guru telah menggunakan metode yang

bervariatif, belum sepenuhnya menggunakan media apalagi media komputer atau

multimedia.

Ketersediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pembelajaran

berbasis multimedia umumnya empat sekolah sebagai tempat penelitian sudah

memiliki laboratorium meskipun jumlah komputer yang tersedia tidak seimbang

dengan jumlah siswa dan rombongan belajar. Faktor pendukung pengembangan

(44)

mampu mengoprasikan komputer, sedangkan faktor penghambat adanya beberapa

komputer yang tidak bisa digunakan.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia

Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Perencanaan pembelajaran, yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen

pembelajaran yang terdiri dari: analisis tujuan pembelajaran, analisis materi

pembelajaran, analsis strategi atau metode pembelajaran, analisis media

pembelajaran dan analisis evaluasi. 2) Penyusunan skrenario pembelajaran,

dan 3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung

pembelajaran.

(b) Implementasi pembelajaran

(c) Refleksi dan penyempurnaan model

(d) Evaluasi

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model

Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Mingkatkan Kemampuan

Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Faktor pendukung antara lain siswa dan guru mampu menggunakan

model pembelajaran berbasis multimedia dan minat siswa yang sangat besar

dalam pembelajaran. Adapun faktor penghambat diantaranya ketersediaan

komputer yang tidak seimbang dengan jumlah siswa dan rombongan belajar

sehingga harus dipakai jadwal pembelajaran yang ketat oleh petugas laboratorium

(45)

dan bahkan adanya setting komputer yang berubah sehingga tampilan wacana

bacaan hanya tampak sebagian.

4. Efektivitas Model Pembelajaran dalam Meningkatkan Kemampuan

pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Efektiviats model pembelajaran berbasis multimedia di lihat dari nilai

rata-rata kemampuan membaca hasil pretes dan postes, dan hasil tes antarpostes

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca hal ini berarti model

pembelajaran berbasis multimedia memberikan konstribusi dalam peningkatan

kemampuan membaca. Namun jika dilihat dari standar deviasi yang jumlah

kenaikannya jauh lebih tinggi yang berarti penyebarannya tidak merata, maka

pada siswa tertentu pembelajaran berbasis multimedia ini perlu mendapatkan

perhatian.

B. Rekomendasi

Pada bagian akhir tesis ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi

sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, sebagai

berikut:

1. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia

Demi meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran

bahasa Indonesia hendaknya guru bahasa Indonesia dari empat sekolah lokasi

penelitian:

a. Berperan secara optimal dalam menumbuhkembangkan kompetensi siswa

terutama dalam mengikuti pengembangan model pembelajaran berbasis

(46)

b. Mampu merancang program pembelajaran yang berbasis multimedia.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap seluruh

kegiatan pendidikan di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian masih ada beberapa

hal yang perlu diperbaiki oleh kepala sekolah sehubungan dengan aktivitas guru

dalam proses pembelajaran berbasis multimedia, sehingga kepala sekolah

hendaknya:

a. Memberikan dukungan terhadap upaya yang dilakukan guru bahasa Indonesia

dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Bentuk dukungan

itu berupa penyediaan sarana prasana berupa penambahan unit komputer,

perbaikan terhadap beberapa unit komputer yang mengalami gangguan / hank,

dan penyempurnaan komputer dengan audio yang memadai.

b. Memberikan kesempatan kepada guru bahasa Indonesia untuk mengikuti

pelatihan khususnya pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia,

sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam penerapan pembelajaran

tersebut.

3. Bagi Dinas Pendidikan

a. Memberikan pertimbangan dan instruksi kepada pihak sekolah se Kabupaten

Ketapang untuk menerapkan pengembangan model pembelajaran berbasis

multimedia karena pembelajaran berbasis multimedia ini dapat meningkatkan

(47)

b. Mengalokasikan atau mengangkat tenaga ahli bidang teknologi pendidikan

untuk menjadi teknisi operator dalam pengembangan model pembelajaran

berbasis multimedia di sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pengembangan pembelajaran berbasis multimedia ini terbatas pada

keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka

direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan model

pembelajaran berbasis multimedia pada keterampilan menyimak, keterampilan

Gambar

Tabel  3.1 Daftar Sekolah  Uji Lapangan Lebih Luas
gambar. Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk memperkenalkan model

Referensi

Dokumen terkait

Fraksi air Fraksi n-heksana Ekstrak etanol Difraksinasi dengan etilasetat Fraksi air Fraksi etilasetat E1 vial 1-150 E2 vial 151-190 E3 vial 152-226 Eluat yang

Memberikan bimbingan secara langsung atau tidak langsung dapat dilakukan oleh guru, hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan arahan kepada siswa agar

Tabel 6. Kemudian untuk saham BBCA mengalami kenaikan saham dari Rp. Begitu pula untuk saham BMRI mengalami peningkatan yaitu dari closing price sebelumnya sebesar

Berat badan lahir adalah ukuran berat badan bayi waktu lahir (kategori lebih: ≥4,0 kg, normal: <4 kg), uru - tan kelahiran adalah urutan anak yang dila- hirkan dari ibu

Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut dapat diketahui bahwa korelasinya bersifat positif, artinya ada pengaruhnya antara terpaan iklan A Mild Go Ahead dengan Motif

Analisis teknikal menggunakan data historis dari perilaku pasar untuk perhitungan menggunakan software metastock yang digunakan untuk menentukan waktu jual, waktu beli, dan waktu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian dan analisis pada tahun 2005 menunjukan hubungan yang positif dan memberikan pengaruh yang signifikan antara perubahan IHSG