DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……… i
ABSTRAK ……… ii
PERNYATAAN………. iii
KATA PENGANTAR ………. iv
UCAPAN TERIMA KASIH……….. v
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN……….. viii
DAFTAR ISI…… ………. ix
3. Uji Model…..……….. 68
B Lokasi dan Subyek Penelitian……… 69
C Teknik Pengumpulan Data………. 71
D Teknik Pengolahan dan Analisis Data……….. 73
E BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 88
A Hasil penelitian……….. 88
1. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia yang Dikembangkan………... 88 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam meningkatkan Kemampuan Membaca………. 111 3. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca ……… 113 B Pembahasan Hasil Penelitian……….. 140
1. Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Saat Ini……….. 140 2. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan membaca……….. 145 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Multimedia Kemampuan Membaca………. 152 4. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca……….. 154 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 157
A. SIMPULAN……… 157
B. REKOMENDASI……….. 159
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Penelitian
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai
dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sehingga pendidikan nasional
harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan
olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan
tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang
kondusif dan berkualitas, kendati demikian permasalahan pendidikan di
Indonesia selalu dihadapkan dengan empat mata rantai yang tak terpisahkan
yaitu: pemeratan, kualitas, relevansi, dan efisiensi. Keempat permasalahan
tersebut yang paling dominan dan mendapat perhatian utama adalah kualitas
pendidikan. Suatu realita menunjukkan bahwa secara kuantitas lembaga
mengalami kemajuan yang signifikan. Ini terbukti dari data Litbang Depdiknas
tahun 2000 yang memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah yang
melanjutkan kependidikan jenjang berikutnya mengalami peningkatan dari
sekitar 55 % (tahun 1996) menjadi 60% (tahun 1997) dan meningkat lagi menjadi
sekitar 65% (tahun 1998). Peningkatan secara kuantitas tidak diimbangi dengan
peningkatan kualitas. Keterpurukan kualitas sumber daya manusia terbukti dari
angka yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2007
yang memaparkan bahwa kualitas mutu pendidikan negara kita berada pada
urutan 107, berarti kualitas pendidikan di negeri ini jauh di bawah negara-negara
Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan
(Human Development Report, 2007).
Guna mengatasi kondisi tersebut sebenarnya pemerintah telah melakukan
berbagai upaya diantaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disusul
dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun
2006 yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan
di Indonesia.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu
pendidikan dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan
pendidikan dasar lainnya. Pendidikan dasar (SMP) sebagai salah satu tingkat
atau jenjang pendidikan yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar (SD)
mempunyai tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Dasar adalah: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklah mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).
SMP sebagai lembaga pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan
dasar tersebut dicantumkanlah beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari
oleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran
bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan disemua
jenjang pendidikan mulai dari SD sampai Pergutuan Tinggi (sebagai mata kuliah
MKDU) pada jurusan selain jurusan bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa
Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
(1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis.
(2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan.
(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual
serta kematangan emosional dan sosial.
(5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan budi
pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
(6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia (Sastromiharjo, 2009: 4).
Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Komptensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa
standar komptensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian
berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan
berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair,
kutipan dan sinopsis novel.
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,
informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara,
presentasi pelaporan, diskusi, protokuler, dan pidato, serta dalam berbagai
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk
wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama,
novel remaja, antologi puisi, novel berbagai angkatan.
d. Menulis
Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan
singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan,
poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat
pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama
dan cerpen.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diimplementasikan
ke dalam empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara,
keterampilan mendengar, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.
Keterampilan berbahasa yang masih dianggap sangat rendah di Indonesia adalah
keterampilan membaca, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Bank Dunia pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kemampuan membaca pelajar
di Indonesia berada pada urutan 26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya
kemampuan membaca pelajar di Indonesia dibuktikan pula oleh fakta bahwa
dalam setahun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk
pertahun. Sementara Negara-negara berkembang lainnya mampu menerbitkan
mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduk per tahun (Alwasilah,
2007: 58).
Membaca dari dulu hingga sekarang, merupakan salah satu aktivitas
yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca,
waktu dan jarak dalam berkomunikasi dapat lebih efesien dan suatu generasi
dapat mengabadikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan
oleh generasi sebelumnya sebagaimana pepatah yang mengatakan “ Buku adalah
gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya.” Pepatah ini menyiratkan makna
luhur akan pentingnya aktivitas membaca. Terlebih dalam dunia pendidikan,
proses tanspormasi ilmu banyak diperoleh melalui membaca semakin banyak
membaca semakin banyak ilmu yang didapat. Keberhasilan studi seseorang akan
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca bahkan
setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kamauan
membaca sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah.
dan bahkan kemampuan membaca menjadi ciri kemajuan suatu bangsa.
Kenyataan yang ada di kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan Barat,
menunjukkan dari hasil ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tiga tahun terakhir rata-rata Ujian
Nasional (UN) menunjukkan hasil sebagai berikut: tahun ajaran 2006/2007
adalah 6,63, tahun ajaran 2007/2008 adalah 6,64 dan tahun ajaran 2008/2009
adalah 6,65 (Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Oktober 2009). Berbagai
upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan
begitu berarti. Selain itu, jika dilihat dari rata-rata nilai harian keterampilan
membaca dengan tingkat KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu 7,00 nilai
siswa berada di bawah rata-rata KKM tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh
kebiasaan dan pola membaca yang salah dari para pelajar itu sendiri. Berdasarkan
hasil survey di lapangan kondisi di atas disebabkan oleh berbagai faktor sebagai
berikut:
a. Jumlah siswa yang memasuki ruang baca sangat sedikit.
b. Minat siswa untuk membaca buku, sangat kurang hal ini diakibatkan karena
sampul, kertas, dan tulisan kurang menarik minat siswa untuk membacanya.
c. Dalam kegiatan membaca buku, siswa terlalu monoton pikirannya sehingga
organ yang lain tidak bergerak yang mengakibatkan siswa terlalu jenuh
dan bosan untuk membaca buku.
d. Jika diberikan ulangan berupa bacaan yang dikaitkan dengan menjawab
pertanyaan menunjukkan nilai yang rendah.
e. Kurang kreatifnya guru dalam memberikan materi pelajaran yang dikaitkan
dengan penggunaan media pembelajan.
Prestasi kemampuan membaca siswa kurang memuaskan diasumsikan
sebagai akibat dari keterbatasan sarana membaca, kurangnya motivasi dan
dukungan dari lingkungan atau guru, guru kurang mengapresiasi kemampuan
membaca siswa, dan pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan
sarana dan prasarana lain selain buku, serta gaya mengajar guru yang kurang
faktor tersebut di atas bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor
guru, faktor siswa itu sendiri dan faktor media atau sarana pendukung.
Guna memperbaiki kemampuan membaca tesebut banyak cara yang
dapat dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam
pembelajaran. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
hasil kemampuan membaca yaitu kualitas tenaga pengajar, waktu pelaksanaan,
sarana dan prasarana serta media. Diperjelas oleh Dale dalam Latuheru (1988:
23) bahwa multimedia pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses
pembelajaran akan bermanfaat dalam hal; (1) perhatian anak didik terhadap materi
pelajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkrit,
(3) mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri, dan (4) hasil yang
diperoleh anak didik sulit dilupakan.
Penggunakan media pembelajaran yang modern membuat anak akan
lebih aktif belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jonassen bahwa pembelajaran
berbasis TIK (multimedia) dapat mendukung terjadinya proses belajar yang: a.
Active , yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif dikarenakan proses belajar yang
menarik dan bermakna; b. Constructive, yaitu memungkinkan siswa
menggabungkan konsep / ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam pikirannya; c.
Collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau masyarakat
untuk saling bekerja sama, berbagi ide, saran dan pengalaman; d. Intentional,
yaitu memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai tujuan
melakukan proses sosial dan dialogis di mana siswa memperoleh keuntungan dari
proses komunikasi tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; f.
Contextualized, yaitu memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar pada
situasi yang bermakna (real-world); dan g. Reflective, memungkinkan siswa
untuk dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta meningkatkan sebagai
bagian dari proses belajar itu sendiri (Chaeruman, 2004).
Selain itu, hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa
penggunaan media atau multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan
keefektifan membaca siswa diantaranya: penelitian pemanfaatan media
pembelajaran perangkat lunak dengan nama Software Speed Reading and
Comprehension Tool (S2RCT) dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca
(KEM) dapat ditingkatkan melalui itensitas membaca dan itensitas latihan
membaca cepat (Misbah, 2008) dan pengembangan media berbasis komputer
pada pembelajaran membaca dapat lebih aktif dan berpusat pada siswa. Hasil
eksprimen dengan desain counterbalanced menunjukkan media pembelajaran
berbasis komputer terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan efektif
membaca (Rayudin, 2006). Penelitian Jacobs dan Schade (1992) menunjukkan
bahwa, daya ingat orang yang hanya membaca saja memberikan persentase
terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan
bantuan media lain seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan
penggunaan media 3 demensi seperti multimedia, hingga 60%, karena
pembelajaran berbasis multimedia membuat pembelajaran sistematik,
Kemampuan membaca bisa dirangsang atau dibangun dengan berbagai
cara diantaranya membangun minat belajar. Media pembelajaran memiliki
kapasitas yang akan membuat minat belajar akan lebih optimal dalam konteks
berpikir seperti ini maka dapat dianalogikan media pembelajaran berpotensi
membangun kemampuan membaca.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian tersebut
difokuskan pada “Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia
untuk meningkatkan kemampuan membaca studi pada mata pelajaran bahasa
Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi
Kalimantan Barat.”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “ Model pembelajaran berbasis multimedia bagaimanakah
yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa
Indonesia Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ketapang Provinsi
C.Kerangka Berpikir
Mempermudah pelaksanaan penelitian ini, peneliti merumuskan
kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi acuan dan titik mula yang
memberikan arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Kerangka
berpikir yang jadi acuan dalam penilitain ini dapat dilihat pada bagan berikut:
Interaksi Belajar Mengajar Interaksi Belajar Mengajar
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Bagan di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian
teoritis- konseptual pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan hakikat
pembelajaran bahasa. Sisi faktual menyangkut kajian lapangan yang
menggambarkan kondisi nyata atau yang sebenarnya yang dilaksanakan di Kajian Teoritis
Pembelajaran
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Kajian Empiris Pembelajaran
Guru
Materi (Wacana) Pembelajaran Berbasis
Multimedia
Materi (Wacana)
Peserta Didik
Keterampilan Membaca
sekolah. Kajian ini juga mengeksplorasi hasil penelitian tentang pembelajaran
bahasa Indonesia yang efektif. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP ini menggunakan pendekatan komunikatif pada keterampilan membaca
yang pada akhirnya akan menjadi kemampuan membaca siswa.
Dalam interaksi belajar-mengajar guru memegang peranan yang utama
sebagai pengendali kegiatan belajar siswa. Namun, dalam menjalankan perannya
guru tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna jika tidak
dikemas dengan baik. Materi (wacana) ajar tidak akan diterima dengan baik
oleh siswa bila tidak disajikan dengan baik. Di sinilah diperlukan media
pembelajaran. Hubungan komunikasi guru dan siswa akan lebih baik jika
menggunakan media dalam hal ini adalah multimedia. Pembelajaran ini
menghubungkan komunikasi guru dan siswa pada pembelajaran yang berbasis
multimedia.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, diperlukan pembatasan
permasalahan penelitian yang lebih rinci dan dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMP
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat saat ini?
b. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia
c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan model
pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan
membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang
Provinsi Kalimantan Barat ?
d. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam
meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?
E. Tujuan Penelitian.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model
pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca
pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi
Kalimantan Barat.
b.Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
(1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di
SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
(2) Memperoleh gambaran tentang model pembelajaran berbasis multimedia
yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran
bahasa Indonesia siswa di SMP di Kabaupaten Ketapang Provinsi
(3) Memperoleh gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat
pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia
di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
(4) Memperoleh gambaran tentang efektivitas model pembelajaran berbasis
multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi
Kalimantan Barat setelah menggunakan multimedia.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran berbasis
multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada pembelajaran
bahasa Indonesia siswa SMP diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
sebagai berikut:
a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
mengembangkan program pembelajaran yang efektif, bermakna dan
menyenangkan dan sebagai salah satu alternatif penggunaan media
pembelajaran.
b) Bagi guru (teman sejawat) yang mengajar bahasa Indonesia penggunaan
multimedia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas
proses dan hasil belajar bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan
membaca.
c) Bagi pengelola lembaga pendidikan model pembelajaran berbasis
multimedia ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengambil kebijakan dalam
mengadakan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran dan dapat dijadikan
menemu-kenali kekurangan dan kelemahan pembelajaran bahasa Indonesia
sehingga dapat dicarikan upaya perbaikannya.
d) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang
pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran yang
lain.
e) Pada kasus dan indikasi yang menyerupai SMP di wilayah yang menjadi
lokasi penelitian, multimedia ini dapat dijadikan solution choice dalam
menyelesaikan masalah pengembangan media pembelajaran.
G. Definisi Oprasional
Variabel dalam penelitian ini yakni:
a. Pembelajaran berbasis multimedia dalam penelitian ini adalah suatu proses
di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan
siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu yang menggunakan
multimedia sebagai sarana dalam pembelajaran.
b. Kemampuan membaca dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca
dan pemahaman isi (bacaan) secara keseluruhan. (Tampubolon, 2008:7).
Kecepatan membaca adalah jumlah kata yang dibaca permenit, sedangkan
pemahaman isi bacaan menunjukkan jawaban yang benar atas
pertanyaan-pertanyaan isi bacaan yang telah dibaca. Kecepatan membaca dalam
penelitian ini tidak dijadikan sebagai variable penelitian, melainkan hanya
pemahaman isi bacaan yang diperoleh dari kemampuan siswa menjawab
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini pembahasan difokuskan kepada: (1) Pendekatan dan metode
penelitian, (2) Lokasi dan subjek penelitian, (3) Teknik pengumpulan data, (4)
Teknik pengolahan dan analisis data, (5) Prosedur penelitian, (6) Hasil pra
survey.
A.Pendekatan dan Metode
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan model
pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development yang
merujuk pada teori Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 164).
Suhadi Ibnu (2001: 5) memberikan pengertian tentang penelitian
pengembangan sebagai jenis penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan suatu
produk hard-ware atau soft-ware melalui prosedur yang khas yang biasanya
diawali dengan need assesment atau analisis kebutuhan, dilanjutkan dengan
proses pengembangan dan diakhiri dengan evaluasi.
Selanjutnya Borg and Gall dalam Sukmadinata (2009: 169-170)
mengemukakan langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan
pengembangan sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting)
termasuk di dalamnya review literature, observasi kelas dan persiapan
awal dan studi literatur yang menunjang terhadap kemampuan membaca
siswa.
2. Perencanaan (planning), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,
menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan
dalam skala kecil; yakni uji coba terbatas pengembangan model pembelajaran
berbasis multimedia pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Mengembangkan bentuk produk pendahuluan (develop preliminary form of
product) termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang
digunakan, media dan evaluasi. Mengembangkan bentuk awal model yang
dimaksud adalah menyusun pengembangan pembelajaran berbasis multimedia
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
4. Uji coba pendahuluan (preliminary field testing) melibatkan sekolah dalam
jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, dan
observasi. Uji coba terbatas yang dilakukan melibatkan satu sekolah dan kelas
tertentu dalam rangka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada
mata pelajaran bahasa Indonesia.
5. Revisi terhadap produk utama (main product revision) didasarkan atas hasil
ujicoba pendahuluan tentang pengembangan pembelajaran berbasis multimedia
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
6. Uji coba luas (main field testing) melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih
banyak. Data kuantitatif berupa postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi
sesuai dengan tujuan. Uji coba luas akan dilakukan terhadap tiga (3) Sekolah
7. Perbaikan hasil uji coba luas (operational product revision) perbaikan model
pembelajaran ini dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama / terbatas yang
dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
untuk menghasilkan bentuk / model media pembelajaran yang ideal.
8. Uji coba operasional (operational field testing) yang melibatkan sekolah
dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data
angket dan observasi untuk kemudian dianalisis;
9. Revisi / perbaikan produk akhir (final product revision) berdasarkan hasil uji
coba luas;
10.Deseminasi dan implementation (dissemination and implementation); yaitu
penyebaran dan distribusi, pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai
kontrol terhadap kualitas produk.
Dari sepuluh langkah tersebut di atas, dapat disederhanakan menjadi tiga
tahapan dasar yaitu : 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji
model. Ketiga tahapan tersebut tidak penulis lakukan secara keseluruhan, hal ini
sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2009: 187) yang menyatakan bahwa “
Untuk peneliti dari program S2 atau penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan
pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian
hasil.
Berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian di atas maka
pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat menggunakan langkah-langkah
Langkah-langkah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa kegiatan
yakni sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan.
Studi pendahuluan merupakan studi awal yang dilakukan untuk
mengidentifikasi proses pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di Sekolah
Menengah Pertama sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model
pembelajaran berbasis multimedia.
Penyusunan Model Uji Coba Dfat Model
Kegiatan yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah sebagai
berikut:
1) Studi pustaka dan studi dokumentasi ditujukan untuk menghimpun dan
mengkaji teori-teori yang mendasari konsep yang berkaitan dengan
pembelajaran berbasis multimedia, kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SK-KD) mata pelajaran bahasa Indonesia serta hasil penelitian terdahulu yang
berakitan dengan pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia.
2) Melakukan kegiatan pra survey lapangan di SMP yang ada di kabupaten
Ketapang untuk menghimpun data yang berkaitan dengan kurikulum yang
digunakan, proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sarana / fasilitas
dan evaluasi yang dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
2. Perencanaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis
Multimedia
Kegiatan yang dilakukan pada tahap kedua ini, meliputi:
a) Perencanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen
pembelajaran yang terdiri dari: analsis tujuan pembelajaran, analisis materi
pembelajaran, analasis strategi atau metode pembelajaran, analisis media
3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung
pembelajaran.
b) Implementasi pembelajaran
c) Refkelsi dan penyempurnaan model
d) Evaluasi
3. Uji Coba Model.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan ini dilakukan uji coba model
pembelajaran berbasis multimedia dengan kegiatan sebagai berikut:
(a) Uji Coba Terbatas.
Penelitian uji coba model terbatas dilakukan pada satu sekolah yang
telah ditentukan yaitu SMP Negeri 3 Ketapang yang melibatkan 30 orang siswa
dan dua orang guru bahasa Indonesia dengan pertimbangan bahwa
karakteristiknya relatif sama dengan subjek secara keseluruhan.
Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam
bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah
yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahap ini adalah: (1)
perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draft model, (3) refleksi dan
penyempurnaan model, dan (4) evaluasi.
Selama uji coba berlangsung peneliti melakukan pengujian dan
perbaikkan dengan cara memonitoring dengan cermat sampai diperoleh data
untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan oleh guru dan peneliti ini menjadi bahan
berulang ini dilakukan pretes dan postes hal ini ditujukan untuk memperoleh
bahan pembanding peningkatan kemampuan membaca siswa.
(b) Uji Coba Skala Lebih Luas.
Uji coba model lebih luas dilakukan dengan melibatkan 90 orang siswa
dan empat orang guru bahasa Indonesia. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat
uji coba luas dipilih berdasarkan kategori kualifikasi tinggi, sedang dan rendah.
Oleh karena itu, sekolah yang dipilih adalah sekolah yang mewakili
masing-masing kategori kualifikasi tersebut. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak
satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Hasil pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia ini
diproyeksikan untuk menjadi alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP pada umumnya dan di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat pada khususnya. Adapun sekolah yang menjadi subyek dalam penelitian
ini adalah sekolah yang memiliki kreteria sebagai berikut:
(a) Memiliki laboratorium komputer sebagai faktor pendukung pelaksanaan
pembelajaran.
(b) Memiliki tenaga pengajar yang dapat mengoprasikan komputer sehingga
tenaga pengajar tersebut mampu membimbing siswa dalam mengoprasikan
(c) Ketersediaan jadwal pengunaan komputer di sekolah untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Subyek penelitian berada di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan
Barat. Kabupaten Ketapang terdapat 120 SMP baik negeri dan swasta yang
menyebar di 13 kecamatan. Dengan memperhatikan karakteristik, homogenitas,
dan heterogitas dan keterbatasan peneliti maka penelitian ini hanya dilakukan
pada empat sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ketapang,
sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Sedangkan pada uji coba
luas peneliti menggunakan tiga (3) Sekolah Menengah Pertama yang berbeda
dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi di wilayah Kabupaten Ketapang
berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana untuk pembelajaran dengan
menggunakan multimedia, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sekolah Uji Lapangan Lebih Luas
Secara lebih khusus penelitian ini difokuskan pada:
(1) Siswa yang akan yang diteliti pada uji coba terbatas adalah siswa kelas VIII
(delapan) SMP Negeri 3 Ketapang tahun ajaran 2009 / 2010 semester genap.
No Nama Sekolah Wilayah Kualifikasi Ket.
1, SMP N 1 Ketapang Ketapang Tinggi -
2. SMP Santo Augustinus Ketapang
Ketapang Sedang -
(2) Siswa yang akan diuji lapangan skala lebih luas adalah siswa SMP kelas
VIII (delapan) tahun pelajaran 2009 / 2010 yang ada di dua kecamatan Benua
Kayong dan Delta Pawan yaitu SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2
Santo Augustinus Ketapang dan SMP Negeri 2 Ketapang, dengan
mempertimbangkan jenis dan karakteristik sekolah (sekolah berkategori
tinggi, sedang dan rendah).
(3) Guru- guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di
empat sekolah tersebut dan khususnya guru bahasa Indonesia yang mengajar
di kelas VIII.
C. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang dibutuhkan pada penelitian ini teknik
pengumpulan data yang dipergunakan kuesioner, observasi, tes, wawancara dan
studi dokumentasi. Rincian penggunaan teknik pengumpulan data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kuesioner, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang
berhubungan dengan kondisi kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, pandangan siswa dan guru terhadap model pembelajaran berbasis
multimedia yang dikembangkan dan faktor pendukung dan penghambat
penggunaan multimedia, ketersedian sumber / media dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, dan pandangan guru dan siswa terhadap model
pembelajaran berbasis multimedia yang dikembangkan.
2. Observasi, digunakan pada tahap penelitian pra survey dan tahap
observasi ini merupakan kegiatan observasi langsung yakni pengamatan
tentang kegiatan siswa dan kegiatan guru selama proses pembelajaran
kegiatan membaca melalui multimedia dalam situasi yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh Si peneliti.
3. Tes / penilian, digunakan untuk memperoleh data kemampuan membaca
dan analisis tentang hasil evaluasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
sebelum dan sesudah menggunakan multimedia interaktif.
4. Wawancara, merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya jawab
dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi
fokus kajian dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan guru-guru
yang mengajar bahasa Indonesia..Wawancara digunakan untuk memperoleh
data atau informasi yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indoneseiua khususnya pada keterampilan membaca,
ketersediaan sumber atau media dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
penilaian guru terhadap pengembangan pembelajaran berbasis multimedia,
faktor pendukung dan penghambat penggunaan multimedia dalam
pembelajaran.
5. Studi dokumentasi, merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti
atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Dokumen-dokumen yang menjadi sumber data diperoleh dari sekolah yang menjadi
subyek penelitian.
Pengumpulan data memerlukan alat pengumpul data atau instrument.
penyusunan instrument sehingga pembuatan instrument mengacu pada kisi-kisi
penyusunan instrument. Kisi-kisi penyusunan instrument dalam penelitian ini
memuat empat komponen yaitu: 1) variable dan sub variable, 2) aspek yang
diukur, 3) responden dan 4) teknik pengumpul data.
Berdasarkan teknik pengumpul data, instrument yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: 1) kuesioner berstruktur, 2) skala penilian pengembangan
media, 3) pedoman wawancara, 4) lembar observasi , dan 5) tes.
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian difokuskan pada tiga tahap penelitian yaitu studi pendahuluan,
perencanaan dan pengembangan model, dan uji coba draft model yang
mencakup: uji lapangan terbatas dan uji lapangan skala lebih luas. Berdasarkan
data yang diperoleh teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Statistik Deskriftif
Statistik deskriftif digunakan untuk pengolahan data menggunakan
teknik seperti persen dan frekuensi. Pengolahan data dengan statistik deskriftif
tersebut digunakan untuk mengolah data sebagai berikut:
(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pembelajaran membaca
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
(c) Data tentang ketersediaan sumber / media dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(e) Data tentang pandangan dan kegiatan siswa setelah pengembangan model
pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
(f) Data tentang pandangan dan kegiatan guru setelah pengembangan model
pembelajaran berbasis multimedia kemampuan membaca pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Pengolahan data tersebut dilakukan sebagai berikut:
(1) Pemeriksaan terhadap hasil pengumpulan data berdasarkan teknik
pengumpulan data yang telah dilakukan;
(2) Melakukan verifikasi data penelitian;
(3) Membuat tabulasi data hasil penelitian;
(4) Menghitung frekuensi jawaban atau data; dan
(5) Melakukan analisis dan kajian data yang telah dilakukan secar statistik
deskriftif seperti: teknik persen, frekuensi dan tabel,
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial dipergunakan untuk memperoleh data hasil
kemampuan membaca. Pengujian terhadap kemampuan membaca siswa
dilakukan dengan menganalisis antara hasil pretes satu, pretes dua, pretes tiga,
pretes empat dan postes satu, postes dua, postes tiga, postes empat pada sekolah
yang menjadi sampel penelitian, untuk memperoleh hasil maka dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata (uji t).
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap skor hasil test
(a) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap sekor hasil pretes 1 dan postes 1;
(b) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 2 dan postes 2;
(c) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 3 dan postest 3.
(d) Uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil pretes 4 dan postes 4.
(e) Uji peerbedaan dua rata-rata terhadap skor hasil antar postes.
Uji t tersebut dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17
(Statistical Package for Social Science 17). Jika nilai t hitung > t tabel pada taraf
signifiaksi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata
yang diuji. Adapun prosedur pengolahan datanya adalah sebagai berikut:
(1) Pemerikasaan data,
(2) Tabulasi data,
(3) Pengujian.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) Orientasi dan administrasi, yakni melakukan observasi awal tentang kondisi
dan situasi penerapan produk tertentu. Kegiatan yang dilakukan adalah
menyusun proposal penelitian, memilih lokasi dan mengurus perizinan.
(2) Tahap penilaian dan uji coba instrument, menyusun instrument studi
pendahuluan berdasarkan kisi-kisi.
(3) Tahap pelaksanaan studi pendahuluan.
(4) Pengembangan model pebelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran
bahasa Indonesia dan pelaksanaan uji coba.
F. Hasil Pra Survey
Data kondisi dan situasi pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh
melalui kegiatan studi pendahuluan atau pra survey dengan membagikan
kuesioner yang bertujuan untuk mendeskrifsikan dan mengidentifikasi pola
pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung saat ini termasuk kegiatan
siswa, guru, ketersediaan sumber atau media, faktor pendukung dan
penghambat.
Hasil studi pendahuluan diperoleh melalui penyebaran kuesioner
terhadap 210 orang siswa kelas VIII tahun pelajaran 2009 / 2010 yang tersebar
pada 4 sekolah yaitu: SMP Negeri 3 Ketapang, SMP Negeri 1 Ketapang, SMP
St. Augustinus Ketapang, dan SMP Negeri 2 Ketapang. Selain itu dilakukan juga
pembagian kuesioner terhadap 6 orang guru bahasa Indonesia. Hasil studi
pendahuluan dijadikan dasar pertimbangan dalam merancang pengembangan
pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sebelum pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan verifikasi terhadap
kuesioner yang telah dibagikan untuk memperoleh data penelitian yang akurat.
Setelah dilakukan verifikasi dari 250 kuesioner maka dilanjutkan dengan
pengolahan data untuk menentapkan subjek penelitian. Dari 250 kuesioner yang
dibagikan hanya 210 orang siswayang ditetapkan menjadi subyek penelitian yaitu:
SMP Negeri 3 Ketapang 30 orang, SMP Negeri 1 Ketapang 60 orang, SMP St.
Augustinus 60 orang dan SMP Negeri 2 Ketapang 60. Sedangkan untuk
pengolahan data penelitian. Hasil analisis angket pada studi pendahuluan
diperoleh hasil sebagai berikut:
(1) Situasi dan Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMP Saat Ini.
Situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di
kabupaten Ketapang dapat dilihat dari data-data sebagai berikut:
(a) Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
(b) Data tentang kegiatan dan pandangan guru dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(c) Ketersediaan laboratorium komputer sebagai media pembelajaran.
(d) Data tentang faktor penghambat dan pendukung pengembangan pembelajaran
berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
a. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Siswa Terhadap Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Data tentang kegiatan dan pandangan siswa dalam pembelajaran terdiri
dari beberapa variable yaitu: a) Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia dan kemampuan mengoperasikan komputer, b) Pandangan siswa
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan c) Pandangan siswa
terhadap penggunaan komputer dalam pembelajaan, d) Penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran
1) Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Kemampuan
Mengoperasikan Komputer.
Minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia menunjukan minat
urgen dalam kehidupan sehari-hari dengan jumlah responden 89,05% dan hampir
sebagai besar siswa sudah dapat mengoperasikan komputer yaitu 57,62% hal ini
merupakan dasar untuk pengembangan pembelajaran berbasis multimedia (data
terlampir).
2) Pandangan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran yang Dilakukan oleh
Guru.
Pandangan siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
menyangkut suasana pembelajaran, penyampaian tujuan pembelajaran, materi,
ketepatan waktu, bahasa, metode / teknik, menunjukkan aktivitas sangat tinggi,
namun pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran masih teragantung kepada guru
atau berfokus pada guru, hal ini disebabkan cara mengajar guru yang boleh
dikatakan masih sangat konvensional dengan menjejali ilmu sebanyak-banyaknya,
dan kurang melibatkan siswa untuk mandiri (data terlampir ).
3) Pandangan Siswa Terhadap Penggunaan Komputer dalam Pembelajaan
Menurut pandangan siswa pembelajaran bahasa Indonesia yang
berlangsung selama ini sama sekali belum pernah menggunakan komputer atau
multimedia. Cara guru mengukur kemampuan membaca siswa hanya dengan cara
manual / konvensional yaitu dengan cara membagikan teks bacaan dan pada
waktu yang telah disepakati siswa harus berhenti membaca, sehingga ada siswa
yang belum tuntas untuk membaca tetapi waktu yang ditentukan sudah selesai.
Komputer hanya digunakan untuk mata pelajatan Teknologi Informasi Komputer
(TIK). Media yang selama ini digunakan oleh guru adalah media buku, LKS dan
pembelajaran berbasis multimedia kepada siswa SMP di kabaupten Ketapang
(data terlampir ).
4) Penguasaan Siswa Terhadap Materi Pembelajaran
Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran belum begitu
memuaskan begitu juga halnya dengan ketuntasan hasil belajar. Padahal ada
beberapa strategi yang dilakukan oleh guru misalnya memberikan pekerjaan
rumah, memberikan pretes dan postes yang akhiri dengan judgment atau
penskoran berdasarkan pokok bahasan, kedalaman materi dan tingkat kesukaran.
Hal lain yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan kembali materi yang belum
dimengerti oleh siswa dan pada akhir pelajaran guru bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran. Hasil penelitian ini menjadi dasar untuk
memperbaiki hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis multimedia (data terlampir).
Berdasarkan data di atas, tentang pandangan dan kegiatan siswa dalam
pembelajar bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa siswa menunjukan minat
yang tinggi dalam pembelajaran dan sebagian besar siswa sudah mampu
mengoprasikan komputer, dan siswa menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap
kegiatan yang dilakukan guru, namun dalam proses pembelajaran penggunaan
media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan bahkan siswa
sebagian belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan hasil belajar
b. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Guru dalam Pembelajara Bahasa
Indonesia.
Kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari tiga
variable yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut. Pada
penelitian ini ada 6 (enam ) guru bahasa Indonesia kelas VIII yang dijadikan
sampel penelitian dari empat SMP di Kabupaten Katepang Provinsi Kalimantan
Barat.
1) Kegiatan dan Pandangan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran.
Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara dengan 6 guru ,
bahwa dalam tahap perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia 6 orang guru
mempersiapakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP bagi guru
merupakan perangkat yang sangat penting, namun mereka masih mengalami
kendala. Kendala yang muncul diantaranya: (1) minimnya keterampilan membuat
RPP, (2) keterbatasan waktu dalam hal merancang RPP, dan (3) minimnya buku
pedoman dan pendukung dalam membuat RPP, bahkan dalam membuat RPP ada
dua orang guru yang tidak berpedoman kepada silabus, hanya berdasarkan pada
kompetensi dasar dan indikator saja. Dalam persiapan bahan / materi mengajar
guru sudah memahami buku pegangan wajib yang menjadi buku pegangan siswa
ditambah lagi guru memperbanyak membaca sebagai bahan pengayaan. Dalam
penggunaan media ada guru yang tidak mempergunakan dengan alasan tidak
memiliki sarana dan prasarana untuk membuat dan mempergunakannya. Sebagai
langkah awal untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, guru melakukan pretes
dan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan
2) Pandangan Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia para guru berasumsi bahwa
materi yang diajarkan sudah sesuai dengan tujuan, alokasi waktu, serta materi
telah dirumuskan dengan jelas. Guru menjelaskan dengan bahasa yang jelas dan
lugas, memberi kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas, namun metode
/ teknik mengajar guru yang masih menunjukkan kurang bervariatif, dan
pembelajaran masih berfokus kepada guru. Bahasa yang digunakan oleh guru
adalah bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa, dan setelah akhir
pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama
dengan cara mencatatnya di papan tulis dengan harapan agar siswa menulis
hal-hal penting tersebut dan mudah untuk mengingatnya (data terlampir ).
3) Pandangan Guru Tentang Penggunaan Media dalam Pembelajaran.
Guru dalam hal menyiapkan media, mereka memandang sangat penting
dan perlu digunakan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berkesan,
menyenangkan, dan mandiri, namun karena keterbatasan sarana dan kemampuan
guru untuk menyiapkan media pembelajaran maka pada umumnya
pembelajaran berlangsung apa adanya. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan multimedia hampir tidak pernah dilakukan oleh guru, guru hanya
menggunakan cara konvensional. Media komputer yang digunakan oleh
beberapa orang guru hanya terbatas pada penampilan power point materi
4) Pandangan dan Kegiatan Guru Tentang Evaluasi dan Tindak Lanjut
Pembelajaran
Evaluasi dan tindak lanjut merupakan salah satu tahap kegiatan dalam
proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh guru sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran sudah diserap
oleh siswa dan sebagai langkah bagi guru untuk menetapkan atau mengambil
suatu keputusan (judgment). Pelaksaaan evaluasi dan tindak lanjut hanya
sebagian guru yang melaksanakannya dalam bentuk melaksanakan fungsi pretes
dan postes. Alat evaluasi yang disusun berdasarkan pada: indikator pencapaian
tujuan, tingkat kesukaran dan kedalaman materi. Guru selalu memberikan
penjelasan kembali materi yang disajikan jika ada siswa yang belum mengerti,
namun penguasaan materi kemampuan membaca siswa belum mencapai 80%
(data terlampir ).
Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang pandangan dan kegiatan
guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus.
Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya masih berfokus pada guru dan guru
telah menggunakan metode yang bervariatif tetapi belum sepenuhnya
menggunakan media apalagi media komputer atau multimedia. Hal ini menjadi
salah satu penyebab kurang menariknya pembelajaran yang dilakukan sehingga
hasil belajar siswa yang dilihat dari evaluasi pretes dan postes belum mencapai
80% tuntas, padahal guru selalu memberikan pekerjaan rumah, menjelaskan
kembali materi yang belum dipahami oleh siswa, membuat soal-soal latihan dan
(2) Ketersediaan Laboratorium Komputer Sebagai Media Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian keempat sekolah telah memiliki
laboratorium komputer. Pada uji coba terbatas di SMP Negeri 3 Ketapang tersedia
80 unit komputer. Komputer tersebut terbagi menjadi dua ruangan yaitu: 40 buah
berada di ruang laboratorium komputer dan 40 buah berada di laboratorium
bahasa dan ruangannya di desain dengan indah, tenang, dan nyaman. Komputer
tersebut berpentium empat yang telah diprogram dengan jaringan internet.
Ketersediaan komputer tersebut jumlahnya masih kurang jika dibandingkan
dengan jumlah siswa 900 orang, sehingga untuk penggunaan komputer
dilakukan sistem jadwal dan disediakan waktu tambahan pada siang hari setelah
proses pembelajaran.
Sekolah sebagai tempat uji coba luas ketersediaan komputer
bervariasi, SMP Negeri 1 Ketapang kategori sekolah tinggi jumlah komputer
tersedia sebanyak 40 unit yang terpisah pada dua ruangan yang berjauhan dan
ditempatkan pada ruangan ber-AC. SMP Santo Augustinus sebagai sekolah
kategori sedang jumlah komputer tersedia sebanyak 32 unit, komputer tersebut
berpentium empat dan berada di ruangan ber-AC. Sedangkan pada SMP Negeri 2
sebagai sekolah kategori rendah jumlah komputer tersedia sebanyak 22 unit
dengan pentium empat yang ditempatkan para ruangan ber-AC. Ketersediaan
komputer dengan jumlah siswa yang ada di sekolah ini jauh dari cukup karena
jumlah siswa rata-rata sekelas 35 orang.
Ketersediaan komputer pada sekolah uji coba lebih luas jumlahnya
komputer ini mengakibatkan pemanfaatannya menggunakan sistem jadwal,
berkelompok dan penggunaannya pada waktu siang dan sore hari setelah proses
pembelajaran. Jenis komputer yang tersedia di empat SMP tersebut pada
umumnya sudah menggunakan pentium 4, namun perangkatnya (Hardware dan
software) tidak semuanya diinstal, sehingga mengurangi manfaat dalam
penggunaannya dalam pembelajaan. Ketersediaan laboratorium yang belum
maksimal maka dalam hal pemanfaatannya harus bekerja sama dengan guru TIK
untuk melakukan proses pembelajaran berbasis komputer.
Berdasarkan data di atas, maka dilihat dari segi sarana dan prasarana
pendukung utama pengembangan pembelajaran berbasis multimedia untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak
ada kendala atau hambatan.
(3) Faktor Pendukung dan Penghambat
Data hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat
mendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia antara lain:
(a) Faktor siswa, hampir seluruh siswa yang dijadikan responden sudah mampu
mengoperasikan komputer.
(b) Faktor guru, 4 orang guru 6 orang guru bahasa Indonesia dari 4 SMP yang
dijadikan lokasi penelitian, sudah mampu bahkan mahir mengoperasikan
komputer dalam pembelajaran. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung
dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer di sekolah, bahkan
(c) Faktor sekolah, keempat SMP di Kabupaten Ketapang telah dilengkapi
dengan laboratorium komputer. Ketersediaan laboratorium komputer di SMP
merupakan faktor pendukung dalam proses pengembangan model multimedia
kemampuan membaca. Hal lain yang menjadi pendukung adalah sekolah
memberikan layanan pemanfataan laboratorium komputer untuk siswa pada
pagi, siang dan sore hari.
(d) Selain didukung oleh laboratorium komputer, pada dua sekolah yaitu SMP
Negeri 3 Ketapang dan SMP Negeri 1 Ketapang memiliki laboratorium
bahasa.
Faktor yang dapat menghambat dalam pengembangan pembelajaran
berbasis multimedia di SMP Kabupaten Ketapang diantaranya:
(a) Faktor siswa, pada umumnya para siswa belum mampu mengakses
program-program baru dan masih dihantui oleh perasaan takut, sehingga para
guru harus berupaya memberikan informasi program-program baru dalam
komputer.
(b) Faktor guru, ada dua orang guru yang belum dapat mengakses
program-program pembelajaran melalui multimedia, karena belum pernah untuk
berlatih dan mengunakan multimedia (komputer). Hal ini disebabkan
minimnya pendidikan dan pelatihaan (diklat) pengembangan pembelajaran
berbasis komputer dan penghargaan yang sangat minim terhadap komputer
sebagai media pembelajaran. Sehingga peneliti memerlukan waktu yang
(c) Faktor sekolah, belum adanya kebijakan nyata untuk mengembangkan
pembelajaran berbasis komputer, minimnya tenaga ahli untuk
mengoperasikan dan memperbaiki komputer yang rusak. Hal ini menjadi
hambatan utama bagi sekolah, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia
masih mengandalkan pembelajaran konvensional.
(d) Penggunaan pengembangan pembelajaran berbasis multimedia merupakan
pembelajaran yang pertama sekali dalam penerapan mata pelajaran lain selain
mata pelajaran TIK, hal ini menjadi bahan baru sebagai upaya untuk
mengenalkan kepada guru-guru tentang pembelajaran melalui multimedia
sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalkan guru cara
mengoprasikannya.
(e) Pembelajaran bahasa Indonesia lebih sering dilakukan di dalam kelas di
bandingkan di laboratorium komputer.
(f) Jumlah siswa perkelas rata-rata 35 orang dengan jumlah komputer yang
terbatas pada SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2 Santo Agustinus dan
SMP Negeri 2 Ketapang menyebabkan kegiatan dalam mengoprasikan
komputer dilakukan secara bergilir dan satu komputer dioperasikan oleh dua
orang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari empat variable yaitu pandangan
dan kegiatan siswa, pandangan dan kegiatan guru, sarana dan prasarana
pendukung pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, dan
faktor pendukung maka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada
dukungan dari siswa, guru, dan pihak sekolah. Dan mengenai faktor
penghambat dapat diatasi dengan cara peneliti membimbing guru yang belum
memahami multimedia dan mengenai kekurangan jumlah komputer jika
dibandingkan dengan jumlah siswa disiasati satu komputer dioperasikan oleh dua
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dan pembahasan hasil
penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka pada
bab ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berlangsung Selama Ini
Pembelajaran bahasa Indonesia yang berlansung selama ini, siswa
menunjukkan minat yang tinggi dalam pembelajaran, sudah mampu
mengoprasikan komputer, aktivitas yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan
guru, penggunaan media komputer atau multimedia belum pernah dilakukan dan
siswa sebagian besar belum memahami materi pelajaran yang mengakibatkan
hasil belajar belum tuntas. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
pada umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus, pe
pembelajaran masih berfokus pada guru, guru telah menggunakan metode yang
bervariatif, belum sepenuhnya menggunakan media apalagi media komputer atau
multimedia.
Ketersediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pembelajaran
berbasis multimedia umumnya empat sekolah sebagai tempat penelitian sudah
memiliki laboratorium meskipun jumlah komputer yang tersedia tidak seimbang
dengan jumlah siswa dan rombongan belajar. Faktor pendukung pengembangan
mampu mengoprasikan komputer, sedangkan faktor penghambat adanya beberapa
komputer yang tidak bisa digunakan.
2. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia
Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Perencanaan pembelajaran, yang meliputi kegiatan: 1) analisis komponen
pembelajaran yang terdiri dari: analisis tujuan pembelajaran, analisis materi
pembelajaran, analsis strategi atau metode pembelajaran, analisis media
pembelajaran dan analisis evaluasi. 2) Penyusunan skrenario pembelajaran,
dan 3) menyiapkan sarana komputer sebagai sarana yang mendukung
pembelajaran.
(b) Implementasi pembelajaran
(c) Refleksi dan penyempurnaan model
(d) Evaluasi
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model
Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Mingkatkan Kemampuan
Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Faktor pendukung antara lain siswa dan guru mampu menggunakan
model pembelajaran berbasis multimedia dan minat siswa yang sangat besar
dalam pembelajaran. Adapun faktor penghambat diantaranya ketersediaan
komputer yang tidak seimbang dengan jumlah siswa dan rombongan belajar
sehingga harus dipakai jadwal pembelajaran yang ketat oleh petugas laboratorium
dan bahkan adanya setting komputer yang berubah sehingga tampilan wacana
bacaan hanya tampak sebagian.
4. Efektivitas Model Pembelajaran dalam Meningkatkan Kemampuan
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Efektiviats model pembelajaran berbasis multimedia di lihat dari nilai
rata-rata kemampuan membaca hasil pretes dan postes, dan hasil tes antarpostes
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca hal ini berarti model
pembelajaran berbasis multimedia memberikan konstribusi dalam peningkatan
kemampuan membaca. Namun jika dilihat dari standar deviasi yang jumlah
kenaikannya jauh lebih tinggi yang berarti penyebarannya tidak merata, maka
pada siswa tertentu pembelajaran berbasis multimedia ini perlu mendapatkan
perhatian.
B. Rekomendasi
Pada bagian akhir tesis ini penulis mengajukan beberapa rekomendasi
sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, sebagai
berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Demi meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia hendaknya guru bahasa Indonesia dari empat sekolah lokasi
penelitian:
a. Berperan secara optimal dalam menumbuhkembangkan kompetensi siswa
terutama dalam mengikuti pengembangan model pembelajaran berbasis
b. Mampu merancang program pembelajaran yang berbasis multimedia.
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap seluruh
kegiatan pendidikan di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian masih ada beberapa
hal yang perlu diperbaiki oleh kepala sekolah sehubungan dengan aktivitas guru
dalam proses pembelajaran berbasis multimedia, sehingga kepala sekolah
hendaknya:
a. Memberikan dukungan terhadap upaya yang dilakukan guru bahasa Indonesia
dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Bentuk dukungan
itu berupa penyediaan sarana prasana berupa penambahan unit komputer,
perbaikan terhadap beberapa unit komputer yang mengalami gangguan / hank,
dan penyempurnaan komputer dengan audio yang memadai.
b. Memberikan kesempatan kepada guru bahasa Indonesia untuk mengikuti
pelatihan khususnya pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia,
sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam penerapan pembelajaran
tersebut.
3. Bagi Dinas Pendidikan
a. Memberikan pertimbangan dan instruksi kepada pihak sekolah se Kabupaten
Ketapang untuk menerapkan pengembangan model pembelajaran berbasis
multimedia karena pembelajaran berbasis multimedia ini dapat meningkatkan
b. Mengalokasikan atau mengangkat tenaga ahli bidang teknologi pendidikan
untuk menjadi teknisi operator dalam pengembangan model pembelajaran
berbasis multimedia di sekolah.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pengembangan pembelajaran berbasis multimedia ini terbatas pada
keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka
direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan model
pembelajaran berbasis multimedia pada keterampilan menyimak, keterampilan