• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PROSES HIERARKI ANALITIK (PHA) DALAM MEMILIH HANDPHONE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI PROSES HIERARKI ANALITIK (PHA) DALAM MEMILIH HANDPHONE."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 ...Lata r Belakang Masalah ... 1

1.2 ...Rum usan Masalah ... 4

1.3 ...Bata san Masalah ... 4

1.4 ...Tuju an ... 4

(2)

vi

1.6 ...Siste matika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7 2.1 ...Han

dphone ... 7 2.2 ...Matr

iks ... 11 2.3 ...Perk

alian Matriks ... 13 Halaman 2.4 ...Tek

nik dan Pengumpulan Data ... 13 2.4.1 Jenis Data ... 13 2.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 14 2.5 ...Pen

gukuran dan Penyusunan Skala ... 15 2.6 ...Met

hod Successive Interval (MSI) ... 16

(3)

vii

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK ... 19

3.1 ...Pen gertian Proses Hierarki Analitik ... 19

3.2 ...Aksi oma Saaty ... 20

3.3 ...Lan gkah-Langkah Proses Hierarki Analitik ... 20

3.4 ...Prin sip-Prinsip Dasar Proses Hierarki Analitik ... 21

3.4.1 Dekomposisi ... 22

3.4.2 Penilaian Perbandingan ... 23

3.4.3 Sintesis Prioritas ... 23

3.4.4 Konsistensi Logis ... 23

3.5 ...Pen yusunan Prioritas ... 24

3.6 ...Eige n Value dan Eigen Vector ... 25

3.7 ...Uji Konsistensi Indeks dan Rasio ... 29

(4)

viii

4.1 ...Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 31 4.1 Uji Validitas ... 31 4.2 Uji Reliabilitas ... 32 4.2 ...Pen

yusunan Model Hierarki ... 32 4.3 ...Matr

iks Pairwise Comparison ... 33 4.4 ...Sint

esis ... 34 4.5 ...Kon

sistensi ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38 5.1 ...Kesi

mpulan ... 38 5.2 ...Sara

n ... 38

(5)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Bobot Tingkat Persetujuan... 15

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 24

Tabel 3.2 Nilai Random Indeks (RI) ... 30

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ... 31

(6)

x

DAFTAR GAMBAR

(7)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bentuk Kuesioner Lampiran 2 Data Hasil Kuesioner

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk pembuat keputusan, pengambil keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia. Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. Dapat dikatakan bahwa: “Tiada saat tanpa pengambilan keputusan”. Pengambilan keputusan merupakan prasyarat penentu tindakan.

Namun, kebanyakan dari manusia tidak pernah tahu akan konsekuensi dari suatu keputusan yang diambil, sehingga dapat menghantarkan pada baik atau buruknya keputusan yang diambil. (Dermawan, 2006). Kebanyakan keputusan yang diambil menggunakan cara berpikir yang kompleks karena manusia percaya bahwa hidup begitu kompleks. Padahal, berpikir secara sederhana saja sudah sangat meletihkan.

(9)

2

PHA pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pitssburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. PHA dikembangkan untuk menghadapi masalah perencanaan militer Amerika Serikat untuk menghadapi berbagai kemungkinan (contingency planning). PHA kemudian diaplikasikan dalam pengembangan rencana transportasi untuk Sudan. Segera setelah itu, aplikasi PHA meluas ke pemerintah dan perusahaan baik di Amerika Serikat mupun di luar negeri. (Saaty, 1993). Metode PHA telah digunakan membantu para pengambil keputusan di berbagai negara dan perusahaan.

Pengambilan keputusan merupakan kebutuhan manusia setiap hari. Karena kebutuhan manusia tiada batasnya, sehingga diperlukan metode PHA untuk membantu memecahkan pemenuhan kebutuhan tersebut, seperti dalam memilih sebuah handphone. Handphone (HP) atau disebut juga telepon genggam atau telepon selular (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.

Menurut Christansen (2008), kelebihan atau keunggulan dari metode PHA adalah :

1. PHA memberi modal tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur.

(10)

3. PHA dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. PHA memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.

6. PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7. PHA menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

8. PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

9. PHA tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil representatif dari penilaian yang berbeda-beda.

10. PHA memungkinan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Menurut Kusrini (2009), kelemahan dari metode PHA adalah :

(11)

4

2. Metode PHA ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji secara detail metode PHA, selanjutnya diaplikasikan dalam pemilihan sebuah handphone dalam suatu tugas akhir. Untuk selanjutnya diberi judul “Aplikasi Proses Hierarki Analitik (PHA) Dalam Memilih Handphone”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan diangkat adalah :

1. Bagaimana cara mengaplikasikan prosedur PHA dalam memilih handphone? 2. Bagaimana hasil pengaplikasian prosedur PHA dalam memilih handphone?

1.3 Batasan Masalah

Pengambilan sampel hanya pada pengunjung BEC, baik yang akan membeli handphone maupun yang tidak membeli handphone dan karakteristik seperti jenis kelamin, usia dan pekerjaan tidak diperhatikan.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

(12)

2. Untuk mengetahui hasil pengaplikasian prosedur PHA dalam memilih handphone.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Sebagai bahan pembelajaran untuk dapat menganalisis suatu permasalahan dan merumuskan suatu strategi pemecahan masalah yang tepat.

2. Sebagai bahan masukan bagi pembaca yang ingin memilih handphone khususnya.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam pengambilan keputusan menggunakan Proses Hierarki Analitik (PHA).

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir antara lain : BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI

(13)

6

BAB III : TEORI HIERARKI ANALITIK

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kajian teori dari proses hierarki analitik.

BAB IV : STUDI KASUS

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasannya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

19 BAB III

TEORI HIERARKI ANALITIK

3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik

Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School pada tahun 1970-an, yang digunakan mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan.

PHA adalah suatu metoda yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah (dibuat sesuai dengan masing-masing pemakai). Kekuatan PHA terletak pada struktur hierarkinya sendiri yang memungkinkan seseorang memasukkan semua faktor penting, dan mengaturnya dari atas ke bawah mulai dengan yang paling penting ke tingkat yang berisi alternatif, untuk dipilih mana yang terbaik. (Saaty, 1993).

(15)

20

3.2 Aksioma Saaty

Ada beberapa landasan aksiomatik dalam metode PHA yang terdiri dari : 1. Reciprocal comparison, artinya matriks perbandingan berpasangan yang

terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k lebih penting dari pada A.

2. Homogenity, artinya kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan semangka dengan bola basket dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, artinya setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).

4. Expectation, artinya menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.

3.3 Langkah-Langkah Proses Hierarki Analitik

Secara umum, pengambilan keputusan dengan metode PHA didasarkan pada langkah-langkah berikut :

a. Mendefinisikan persoalan/masalah dan merinci pemecahan/solusi yang diinginkan.

(16)

c. Membuat sebuah matriks perbandingan berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan terhadap setiap kriteria yang berada setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu

elemen dibandingkan elemen lainnya.

d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks dengan nilai total dari setiap kolom.

e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh

dengan perhitungan manual.

f. Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkat hierarki.

g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis

pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hierarki terendah sampai pencapaian tujuan.

h. Menguji konsistensi hierarki. Jika tidak memenuhi syarat dengan nilai CR < 0, 100; maka penilaian harus diulang kembali.

3.4 Prinsip-Prinsip Dasar Proses Hierarki Analitik

(17)

22

3.4.1 Dekomposisi (Decomposition)

Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukakan terhadap unsur-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hierarki (hierarchy). Ada dua jenis hierarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hierarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya (lihat gambar 3.1 dan 3.2). Jika tidak demikian, dinamakan hierarki tak lengkap. Bentuk struktur dekomposisi yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua : Kriteria-kriteria

Tingkat ketiga : Alternatif-alternatif

Gambar 3.1 Struktur Hierarki Lengkap Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria N

(18)

Gambar 3.2 Struktur Hierarki Tak Lengkap

3.4.2 Penilaian Perbandingan (Comparative Judgement)

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih mudah bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat preferensi

beberapa alternatif untuk tiap kriteria.

3.4.3 Sintesis Prioritas (Syinthesis of Priority)

Syinthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method

untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan. 3.4.4 Konsistensi Logis (Logical Consistency)

Logical Consistency berarti dua hal. Pertama, pemikiran/objek yang serupa

dikelompokkan menurut homogenitas dan relevansinya. Misalnya, anggur dan Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria N

Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Alternatif M Alternatif 1

(19)

24

kelereng dapat dikelompokkan dalam satu set homogen jika kriterianya adalah bulat, tetapi tidak dapat jika kriterianya adalah rasa. Kedua, tingkat hubungan antara gagasan/objek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu. Misalnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih lebih manis dibanding gula, dan gula 2 kali lebih manis dibanding sirop, maka seharusnya madu dinilai manis 10 kali lebih manis dibanding sirop. Jika madu hanya dinilai 4 kali manisnya dibanding sirop, maka penilaian tak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat.

3.5 Penyusunan Prioritas

Penyusunan prioritas adalah dengan membuat perbandingan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Perbandingan tersebut ditransformasikan dalam bentuk matriks yang dikenal dengan matriks perbandingan (pairwise comparison). Contoh, terdapat n objek yang dinotasikan dengan (A1, A2, …, An) yang akan dinilai berdasarkan pada tingkat kepentingannya antara lain Ai dan Aj.

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

C A1 A2 An

A1 a11 a12 a1n

A2 a21 a22 a2n

An am1 am2 amn

(20)

a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom) atau

b) Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau

c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom).

Bentuk matriks ini simetri atau persegi, dimana diagonal utama dari matriks tersebut adalah satu karena yang diperbandingkan adalah dua elemen yang sama. Sedangkan elemen yang diluar diagonal utama berupa matriks reciprocal.

3.6 Eigen Value dan Eigen Vector

Defenisi : Jika A adalah matriks n x n maka vektor tak nol X di dalam Rn

dinamakan eigen vector dari A jika AX kelipatan skalar X, yakni :

Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan X dikatakan eigen vector yang bersesuaian dengan λ. Untuk mencapai eigen value dari matriks A yang berukuran

n x n, maka dapat ditulis pada persamaan berikut :

Atau secara ekivalen

(21)

26

Ini dinamakan persamaan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini adalah eigen value dari A. Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj adalah aij, maka secara teoritis matriks tersebut berciri positif berkebalikan, yakni aij = 1/aij. Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor . Nilai menyatakan bobot kriteria An terhadap

keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.

Jika aij mewakili derajat kepentingan i terhadap faktor j dan ajk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap k, maka agar keputusan menjadi konsisten, kepentingan i terhadap faktor k harus sama dengan atau jika

untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten.

Untuk suatu matriks konsisten dengan vektor , maka elemen aij dapat

ditulis menjadi :

Jadi matriks konsisten adalah :

Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk matriks pairwise comparison diuraikan seperti berikut ini :

(22)

Dengan demikian untuk matriks pairwise comparison yang konsisten menjadi :

Persamaan di atas ekivalen dengan bentuk persamaan matriks di bawah ini :

Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa adalah eigen

vector dari matriks A dengan eigen value n. Perlu diketahui bahwa n merupakan

dimensi matriks itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut :

Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa :

(23)

28

yang diberikan untuk setiap elemen persoalan pada suatu level hierarchy dapat saja inconsistent.

Jika :

a. Jika adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan :

Dengan eigen value dari matriks A dan jika ; maka

dapat ditulis :

Karena itu, jika dipenuhi maka semua nilai eigen sama dengan nol,

kecuali nilai eigen yang satu yaitu sebesar n maka jelas dalam kasus konsisten n merupakan nilai eigen A terbesar.

b. Bila ada perubahan kecil dari elemen matriks aij maka eigen value-nya akan berubah menjadi semakin kecil pula.

Dengan menggabungkan kedua sifat matriks (aljabar linier), jika : 1. Elemen diagonal matriks A

2. Dan jika matriks A yang konsisten, maka variasi kecil dari akan membuat harga eigen value yang lain

mendekati nol.

(24)

3.7 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio

Salah satu perbedaan model PHA dengan model-model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.

Saaty telah membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus :

dengan,

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index) = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n

n = Orde matriks

Nilai eigen maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI yang negatif. Makin dekat nilai eigen maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut. Dan bila nilai eigen suatu matriks sama besar dengan ukurannya, maka matriks terebut memiliki konsistensi 100%.

(25)

30

sebesar 10% atau 0,1 ke bawah masih bisa diterima. Lebih dari itu harus direvisi karena terlalu besar bisa cenderung kepada suatu kesalahan yang cukup mendasar. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI) yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory kemudian dikembangkan oleh Wharton School yang diperlihatkan seperti tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Nilai Random Indeks (RI)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Maksud dari angka 1 sampai dengan 10 adalah menunjukkan banyaknya kriteria yang diambil oleh si pembuat keputusan. Angka ini juga menunjukkan besar matriks pairwise comparison. Jadi jika banyak kriteria yang diambil adalah tujuh, maka besar matriks pairwise comparison-nya adalah 7 x 7. Sedangkan angka-angka desimalnya adalah Indeks Random (RI) yang menyatakan rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 s/d 10.

Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut :

dengan,

CR = Rasio Konsistensi

(26)

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur PHA dalam memilih sebuah handphone yaitu : a. Mendefinisikan masalah dan merinci pemecahan masalah b. Membuat struktur hierarki

c. Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) d. Menormalkan data

e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensi f. Ulangi langkah c, d, dan e jika belum konsisten.

2. Dari hasil studi kasus untuk 100 data kuesioner memilih handphone bahwa fitur menjadi prioritas utama dalam memilih handphone kemudian diikuti oleh model, kualitas, harga jual kembali stabil, tempat pembelian, budget/anggaran yang tersedia, serta garansi.

5.2 Saran

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. (2000). Dasar-Dasar Aljabar Linear. Interaksara. Batam.

Christansen. (2008). Proses Hierarki Analitik (AHP). (On-line). http://christansen.wordpress.com/2008/02/29/proses-hierarki-analitik-ahp/. Diakses April 2010.

Dermawan, Rizky. (2006). Pengambilan Keputusan Landasan Filosofis, Konsep dan Aplikasi. Alfabeta. Bandung.

Junaidi. (2008). Method Successive Interval (MSI). (On-line). http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/05/29/transformasi/. Diakses Oktober 2010.

Kingwan. (2010). Tips Memilih Handphone. (On-line). http://id.shvoong.com/lifestyle/hobbies/1994785-tips-memilih-hp/. Diakses Agustus 2010.

Kusrini, Dewi E. (2009). Analisis Proses Hirarki. (On-line). http://www.slideshare.net/dessybudiyanti/presentasi-tentang-ahp. Diakses Agustus 2010.

Martadiputra, Bambang Avip P. (2008). Handout Mata Kuliah Metoda Penelitian Administrasi. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Idonesia. Jakarta. Purnomo, Bambang. (2010). Bagaimana Memilih Handphone Untuk Kebutuhan

Komunikasi. (On-Line).

http://bambangpurnomohp.blogspot.com/2010/02/bagaimana-memilih-handphone-untuk.html. Diakses Agustus 2010.

Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Scevonovic, Andre. (2010). Tips Membeli Handphone. (On-line). http://teknologi.kompasiana.com/group/gadget/2010/05/24/tips-membeli-handphone/. Diakses Agustus 2010.

Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. UPI. Bandung. Suyono, Rudi S dan Mukti, Elsa T. (2009). Penggunaan Metode Proses Hirarki

(28)

Warren, Lewis. (2004). Uncertainties In The Analytic Hierarchy Process. Australia.

Gambar

Tabel 2.1 Bobot Tingkat Persetujuan..........................................................................
Gambar 3.1 Struktur Hierarki Lengkap ......................................................................
Gambar 3.1 Struktur Hierarki Lengkap
Gambar 3.2 Struktur Hierarki Tak Lengkap
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perencanaan ini hasil diatas didapatkan dengan cara melakukan tahapan perhitungan,yang dimulai dengan menghitung curah hujan memakai metoda rata – rata

Menurut GOLD, penderita PPOK pada derajat II mulai menunjukkan perburukan hambatan aliran udara, disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas sehingga

Model dibangun berdasarkan nilai skor, nilai bobot mikro dan nilai bobot makro dari faktor peubah biofisik dan aktifitas manusia yang digabungkan sehingga membentuk

GEELY PANDA 2012 Abs Airbag. Full Optionmerah Tgn1 Full Ors Spt Br Hrg Br 130jt. BCM Cipinang Muara 2 No. Utan Jati Ruko Daan Mogot Baru blok LB - 2 no. Jatiwaringin Raya

Penggunaan beberapa varietas padi gogo berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi, jumlah anakan produktif padi, produksi per plot tanaman padi, bobot 1000 butir

tetapi juga memelihara kebersihan (Asmadi, 2#!. Kebutuhan Kebutuhan keamanan keamanan fisik fisik merupakan merupakan kebutuhan untuk kebutuhan untuk melindungi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, modul berbantuan Al- Qur’an pada materi himpunan yang telah dikembangkan sudah layak untuk digunakan / diterapkan pada proses

Flight controller adalah suatu pengendali terbang dalam quadcopter yang berfungsi untuk melakukan pengolahan data yang didapat dari berbagai jenis sensor pada