• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DUNDUNBERABE DALAM MEMBERIKAN KRITIK TERHADAP INFORMASI MEDIA CETAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE DUNDUNBERABE DALAM MEMBERIKAN KRITIK TERHADAP INFORMASI MEDIA CETAK."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………..ii

DAFTAR ISI ………..iv

DAFTAR TABEL ……….vii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Masalah ………..……….. 4

1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian ………... 4

1.2.2 Batasan Masalah ……….. 5

1.2.3 Rumusan Masalah Penelitian ……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ……….... 6

1.5 Anggapan Dasar ……….... 7

1.6 Hipotesis ………... 8

1.7 Definisi Operasional ……….……….8

BAB 2 PENERAPAN METODE DUNDONGBERABE DALAM MEMBERIKAN KRITIK TERHADAP INFORMASI MEDIA CETAK ………...…. 9

(2)

v

2.1.1 Pengertian Keterampilan Berbicara ……….………..9

2.1.2 Tujuan Berbicara ………. 10

2.1.3 Prinsip atau Ciri Berbicara……… 11

2.1.4 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara …….………. 11

2.1.5 Penilaian Keterampilan Berbicara ………...13

2.2 Metode Pembelajaran ……….……… 14

2.2.1 Metode Dundongberabe ………... 14

2.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode ………..………. 20

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ………...…..………….... 24

3.1 Metode Penelitian ……….………... 24

3.1.1 Desain Penelitian ………...……… 25

3.2 Teknik Penelitian ……..………... 26

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ……… 26

3.2.2 Teknik Pengolahan Data ……… 27

3.3 Sumber Data ……….…….. 31

3.3.1 Populasi …………... 31

3.3.2 Sampel ………... 32

3.4 Pengumpulan Data ………..………..………... 33

3.4.1 Penentuan Instrumen ……….…… 33

3.4.2 Angket ……..…….……….…………... 39

3.4.3 Persiapan Pembelajaran……….……. 40

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……….…….... 47

4.1 Deskripsi Data ………... 47

(3)

vi

4.1.2 Data Nilai Prates ………..……….… 59

4.1.3 Data Nilai Pascates ………...…… 64

4.2 Pengolahan Data ……….…………... 68

4.2.1 Uji Normalitas Data Nilai Prates ……….…….……… 68

4.2.2 Uji Normalitas Data Pascates ……….. 72

4.2.3 Uji Hipotesis …..……….. 77

4.3 Analisis Data Hasil Angket ……….… 80

4.4 Pembahasan ………...………. 83

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………..……… 85

5.2 Saran ………..……….. 85

(4)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ………..……... 26

Tabel 3.2 Format ANAVA ………...……… 29

Tabel 3.3 Tabel Guilford ………..….………... 30

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara ….……….. 35

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket ……….… 39

Tabel 4.1 Skor Prates Keterampilan Berbicara ……….……… 51

Tabel 4.2 Skor Pascates Keterampilan Berbicara ……….………… 53

Tabel 4.3 Nilai Prates Keterampilan Berbicara ………….……… 56

Tabel 4.4 Nilai Pascates Keterampilan Berbicara ……….……… 57

Tabel 4.5 Data Uji Antarpenimbang Hasil Nilai Prates ………...…….…… 59

Tabel 4.6 Format ANAVA Prates ………. 62

Tabel 4.7 Data Uji Antarpenimbang Hasil Nilai Pascates ………... 64

Tabel 4.8 Format ANAVA Pascates ……….... 67

Tabel 4.9 Daftar Distribusi Mean Data Prates …….……..……… 69

Tabel 4.10 Data Frekuensi dan Ekspetasi Nilai Prates ………...………... 70

Tabel 4.11 Normalitas Hasil Prates ………...………...………. 72

Tabel 4.12 Daftar Distribusi Mean Pascates ………...………... 73

Tabel 4.13 Daftar Frekuensi dan Ekspetasi Nilai Pascates ……...……….… 75

Tabel 4.14 Normalitas Hasil Pascates ………... 77

(5)

viii

(6)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan pada saat ini memerlukan adanya reformasi

berkelanjutan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa

depan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat evolutif,

antisipatif, dan terus menerus sejalan dengan perubahan dan tantangan yang

dihadapi dari waktu ke waktu dan tetap berpijak pada dasar pendidikan nasional.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah penyegaran wawasan bagi para

perencana, pelaksana dan pengelola pendidikan. Selain itu, penggunaan dan

pemanfaatan media atau teknik pembelajaran yang variatif dan inovatif sangat

dibutuhkan guna meningkatkan keterampilan siswa dalam menyerap materi

pendidikan.

Hernowo dalam (Slim dan Bill, 2004:48) menjelaskan bahwa

“pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik dan menyenangkan serta penuh

dengan kebermaknaan pada pembelajaran apapun termasuk bahasa Indonesia

sangat diperlukan”. Ketika melaksanakan program PLP di SMAN 22 Bandung,

penulis mencoba mencari tahu masalah apa yang membuat pelajaran bahasa

Indonesia menjadi pelajaran yang dianggap susah dan terkesan disepelekan.

(7)

karena dianggap mudah dan biasanya mata pelajaran tersebut selalu berhubungan

dengan kegiatan sehari-hari dan dalam proses pembelajarannya kurang

memanfaatkan media atau metode yang menarik oleh guru bersangkutan. Hal

tersebut tentunya sangat bertentangan sekali dengan apa yang diutarakan oleh

Hernowo di atas. Apabila paradigma ini terus menempel dibenak para siswa

ditakutkan keterampilan-keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa

indonesia akan mengalami stagnasi atau tidak ada peningkatan.

Salah satu keterampilan berbahasa yang dikhawatirkan itu adalah

berbicara. Karena berbicara adalah salah satu faktor penting dalam menyampaikan

gagasan, ide, pikiran, atau berkomunikasi dengan sesama.

Kekhawatiran itu dapat dilihat dari kecenderungan siswa yang masih saja

mengalami kesulitan untuk menyampaikan ide, pikiran, gagasan, perasaan, dan

lain sebagainya dalam situasi formal atau nonformal dengan baik dan benar.

Berangkat dari data yang diperoleh di SMA Negeri 22 Bandung, kesulitan yang

dialami siswa ketika mengikuti pelajaran meliputi:

a. menjawab pertanyaan guru,

b. menceritakan kembali isi suatu bacaan,

c. menyampaikan pendapat atau gagasan,

d. berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan, dan

(8)

3

Menggunakan alasan itulah, guru sebagai pengajar di sekolah harus

mempunyai metode, teknik, media atau model pembelajaran yang tepat untuk

menarik, memotivasi, serta mengarahkan minat dan kemampuan siswa dalam

proses belajar khususnya untuk keterampilan berbicara. Salah satu model

pengajaran yang akan coba penulis ajukan adalah menggunakan metode

“DUNDONGBERABE” demi meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Metode ini merupakan strategi belajar yang digunakan dalam quantum learning

yang diadaptasi dari teori Dr. Ed Ellis, dengan nama aslinya adalah SLANT—Sit

up in their chair, Lean forward, Ask questions, Nod their heads, dan Talk to their

teacher (Ellis dalam DePorter, Reardon, dan Sarah, 2000).

“DUNDONGBERABE” merupakan singkatan dari Duduk tegak di kursi,

coNDONG ke depan, BERtanya, Anggukan kepala, dan BErbicara dengan rekan.

Sesuai dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa ini maka, unsur

berbicara dengan guru diubah menjadi berbicara dengan rekan. Dalam metode ini

juga digunakan strategi peta pikiran yang digunakan untuk membantu siswa yang

bertugas menjadi pembicara dalam mengatur gagasan-gagasannya.

Metode “DUNDONGBERABE” dalam kegiatan pembelajaran berbicara

diharapkan menjadi alternatif metode yang dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa lebih baik lagi. Melalui metode ini proses pembelajaran akan lebih

menyenangkan dan jauh dari membosankan mengapa demikian? karena, lewat

metode ini para siswa akan diberikan kebebasan dalam mengekspresikan

gagasan/pendapatnya serta memberikan kritik terhadap suatu informasi melalui

(9)

Bahan bacaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa informasi yang

disunting dari berbagai media cetak yaitu majalah dan koran yang disesuaikan

dengan minat siswa dan tentunya menarik.

Berangkat dari penjelasan tersebut, penulis akan mencoba menggunakan

metode “DUNDONGBERABE” yang disesuaikan dengan kurikulum untuk SMA

Kelas X Semester 2 yaitu memberikan kritik atau gagasan terhadap informasi dari

media cetak atau elektronik sebagai salah satu metode yang mendukung proses

pembelajaran berbicara.

Pada skripsi atau penelitian ini penulis memberikan judul sebagai berikut

“Penerapan Metode Dundongberabe dalam Memberikan Kritik Terhadap

Informasi Media Cetak (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X

SMA Negeri 22 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010)”.

1.2 Masalah

Dalam bagian ini akan dijelaskan identifikasi masalah, batasan, dan

rumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan identifikasi masalah

penelitian sebagai berikut.

a. Pentingnya keterampilan berbicara bagi siswa.

b. Kurangnya keterampilan siswa dalam berbicara.

(10)

5

1.2.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut.

a. Kompetensi yang menjadi pusat perhatian adalah kemampuan siswa dalam

berbicara.

b. Metode yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah metode

“DUNDONGBERABE”.

c. Siswa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

SMA 22 Bandung

1.2.3 Rumusan Masalah Penelitian

Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 22

Bandung sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

“DUNDONGBERABE”?

b. Bagaimanakah kemampuan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 22

Bandung setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

“DUNDONGBERABE”?

c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berbicara

siswa kelas X SMA Negeri 22 Bandung sebelum dan setelah mengikuti

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka penulis merumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 22

Bandung sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

“DUNDONGBERABE”?

b. Untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 22

Bandung setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

“DUNDONGBERABE”?

c. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan antara keterampilan

berbicara siswa kelas X SMA Negeri 22 Bandung sebelum dan setelah

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode

“DUNDONGBERABE” ?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan suatu upaya peningkatan kemampuan siswa

dalam berbicara. Penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi

peningkatan kualitas pembelajaran berbicara, sangat bermanfaat sebagai

salah satu acuan para praktisi pengajar bahasa dan sastra Indonesia dalam

(12)

7

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan penggunaan metode

pembelajaran yang inovatif. Guru sebagai pendidik dapat memberikan

materi berbicara dalam satu kesatuan yang menarik dan lengkap.

Memberikan variasi pembelajaran yang bisa memperkaya pengetahuan

dan kemampuan pengajar bahasa Indonesia pada khususnya. Dengan

variasi pembelajaran berbicara yang diberikan, diharapkan memotivasi

siswa sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan berbicara siswa.

1.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar yang diirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Keterampilan berbicara dapat ditingkatkan dengan memperbanyak latihan

praktik.

b. Keterampilan berbicara dapat ditingkatkan dengan pemilihan metode

pembelajaran yang tepat.

c. Metode “DUNDONGBERABE” dapat digunakan untuk meningkatkan

(13)

1.6 Hipotesis

Menurut Arikunto (2006: 71), hipotesis dapat diartikan sebagai suatu

jawaban yang besifat sementara terhadap permasalahan, penelitian sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu: “terdapat perbedaan signifikan pada

keterampilan berbicara siswa kelas X SMAN 22 Bandung sebelum dan setelah

diberi perlakuan dengan menggunakan metode “DUNDONGBERABE”

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran mengenai istilah yang terdapat

dalam judul penelitian ini, penulis perlu menjelaskan definisi operasional variabel

sebagai berikut.

a. Metode “DUNDONGBERABE” merupakan strategi belajar yang

digunakan dalam quantum learning yang diadaptasi dari teori Dr. Ed Ellis,

dengan nama aslinya adalah SLANT—Sit up in their chair, Lean forward,

Ask questions, Nod their heads, dan Talk to their teacher (Ellis dalam

DePorter, Reardon, dan Sarah, 2000). DuNdongBerABe merupakan

singkatan dari Duduk tegak di kursi, coNDONG ke depan (pandangan

condong kedepan, lurus, dan selaras dengan posisi pembicara di depan)

BERtanya, Anggukan kepala, dan BErbicara dengan rekan.

b. Keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,

(14)

22 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan dalam melakukan

suatu penelitian. Sugiyono (2007:6) mengemukakan bahwa metode penelitian

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga

pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu, tanpa adanya kelas kontrol. Penelitian metode ini disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dicapai, yaitu menguji penggunaan metode Dundongberabe

dalam pembelajaran berbicara di satu kelas atau dengan kata lain untuk melihat

akibat dari suatu perlakuan. Sugiyono (2007:108) menggunakan istilah

pre-experimental designs (nondesigns) untuk penelitian yang dilakukan terhadap satu

kelompok tanpa adanya kelompok kontrol atau pembanding.

Metode ini mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih atau

mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Dalam penelitian ini

(15)

sifat prediktif.

Penelitian eksperimen yang sederhana mengandung tiga ciri pokok, yaitu :

a. adanya variabel bebas yang dimanipulasikan;

b. adanya pengendalian/pengontrolan semua variabel kecuali variabel bebas;

c. adanya pengamatan/pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek

variabel bebas. (Sudjana,2001 : 19-20)

Dalam penelitian eksperimen ini menggunakan suatu randomized design

yang sederhana dengan satu kelas perlakuan. Artinya dalam penelitian ini

kelompok/kelas yang dipilih tersebut dipilih secara acak. Kelompok/kelas yang

dipilih tersebut yaitu kelompok eksperimen. Kelompok/kelas ini akan diberi

perlakuan sebelum dan setelah menggunakan metode “DUNDONGBERABE”.

Selain itu, metode eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab

akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih

kelompok eksperimen. Hasil penelitian yang diperoleh dengan metode eksperimen

ini berupa angka-angka dan grafik sehingga hasil penelitian bersifat lebih objektif.

(Subana, 2001 : 95)

Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk memperoleh jawaban atas

hipotesis yang disusun, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan

(16)

24

siswadalam hal ini memberikan kritik. Hal ini mengacu kepada pendapat

Syamsuddin dan Vismaia (2006 : 150) yang menjelaskan bahwa :

Penelitian eksperimen merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan: “jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, apakah yang akan terjadi?”. Dalam hal ini peneliti memanipulasikan suatu perlakuan, stimulus, atau kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja tadi.

3.1.1 Desain Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah pretes-posttest one

group design. Rancangan ini terdiri atas satu kelompok yang telah ditentukan. Di

dalam rancangan ini observasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum

eksperimen (O1) disebut prates dan observasi sesudah eksperimen (Ο2) disebut

pascates.

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian

Keterangan :

O1 : uji awal sebelum diberi perlakuan (prates)

O2 : uji akhir setelah diberi perlakuan (pascates)

(17)

menggunakan metode “DUNDONGBERABE”.

3.2 Teknik Penelitian

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang ditempuh

dalam mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan-permasalahan atau

hipotesis penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan

cara sebagai berikut.

a. Tes

Tes merupakan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh individu

atau kelompok. Tes dilakukan dua kali, yaitu tes awal (prates) untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam memberikan kritik terhadap

informasi sebelum menggunakan metode “DUNDONGBERABE” dan tes

akhir (pascates) untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dalam

memberikan kritik terhadap informasi setelah menggunakan metode

“DUNDONGBERABE”.

b. Teknik perekaman

Teknik perekaman ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan berbicara

siswa. Data yang telah diperoleh melalui teknik perekaman ini kemudian

(18)

26

c. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006:151). Angket

yang digunakan peneliti berupa pendapat, tanggapan, sikap, dan

pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis dan dipersentasikan sehingga diperoleh informasi

yang mendukung terhadap penelitian.

3.2.2 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Melakukan analisis statistik antara lain:

1) mengurutkan nilai pretes dan postes dengan rumus:

2) menghitung rata-rata dan simpangan;

3) menguji normalitas dari distribusi data;

4) menguji hipotesis.

b. Mentranskip bahasa lisan yang sebelumnya telah direkam ke dalam bahasa

(19)

yang kemudian diubah menjadi data kuantitatif.

d. Melakukan uji reliabilitas antarpenimbang. Uji reliabilitas antarpenimbang

ini digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas penilaian antara

penguji yang satu dan penguji lainnya bagi setiap testi. Uji reliabilitas ini

didasarkan pada skor yang telah diolah menjadi nilai dengan menggunakan

prinsip ANAVA. Adapun format ANAVA sebagai berikut.

Tabel 3.2

Setelah itu, dilakukan penghitungan reliabilitasnya dengan rumus:

Vt Vkk Vt

(20)

28

Keterangan :

r11 : reliabilitas yang dicari

Vt : Variansi dari testi

Vkk : Variansi dari kekeliruan

Selanjutnya nilai tersebut dilihat dalam tabel Guilford sebagai berikut.

Tabel 3.3

Tabel Guilford

Nilai Tingkat Korelasi

< dari 0,20

0,20 - 0,40

0,40 – 0,60

0,60 – 0,80

0,80 – 0,99

1,00

Tak ada korelasi

Korelasi rendah

Korelasi sedang

Korelasi tinggi

Korelasi tinggi sekali

(21)

pretes dan postes dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.

Langkah-langkah pengujian normalitas adalah sebagai berikut.

Ei

ƒo = frekuensi observasi

ƒh = frekuensi harapan

b. Menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Adapun

langkah-langkahnya sebagai berikut.

1) mencari deviasi

Md = N d

2) menghitung jumlah kuadrat deviasi

∑X2d = ∑d2 - N

d)2 (∑

3) mencari derajat kebebasan

(22)

30

Keterangan :

Md = mean dari deviasi (d) antara prates dan pascates

Xd = perbedaan deviasi dengan mean deviasi

N = banyaknya subjek

df = atau db adalah N-1

c. Mengolah data pelengkap berupa angket dengan rumus:

P = X

N fo

100%

Ket:

P = persentase

Fo = frekuensi responden yang menjawab pilihan dalam setiap

pertanyaan

N = jumlah responden

3.3 Sumber Data

3.3.1 Populasi

Pelaksanaan penelitian ini tidak akan terlepas dari obyek yang akan

diteliti, melalui obyek penelitian tersebut akan diperoleh data-data yang berguna

untuk penelitian dan membantu mengidentifikasi permasalahan kesulitan

(23)

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan, menurut Arikunto (2006:108) populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian. Populasi bukan hanya berarti orang ataupun benda lainnya tetapi

meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh suatu obyek.

Populasi adalah totalitas semua nilai baik hasil maupun mengukur atau

bersifat kuantitatif dari karakter tertentu mengenai sekumpulan objek yang

lengkap dan jelas (Sudjana, 2001:157). Adapun yang menjadi populasi dari

penelitian ini adalah kelas X SMAN 22 Bandung.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2007:73). Fathoni (2005: 101) menyatakan bahwa

sampel artinya contoh, tetapi yang dimaksud contoh di sini bukan sekedar contoh

dalam arti teladan, melainkan contoh terpilih untuk dihadapi sebagai objek sasaran

penelitian, yang hasil atau kesimpulannya dapat mewakili seluruh populasi

sasaran representatif.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan sebagian

subjek yang dianggap mewakili populasi dalam penelitian. Berdasarkan

pengertian tersebut, maka penulis menjadikan siswa kelas X.1 SMA Negeri 22

Bandung tahun ajaran 2009-2010 sebagai kelas eksperimen dalam sampel

(24)

32

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Penentuan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. tes

Tes adalah serentetan pertanyaan/latihan/alat lain yang digunakan untuk

mengukur kemampuan, keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan bakat yang

dimilki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2001:33)

Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan.

1) Prates (tes awal)

Pratest atau tes awal dilakukan pada awal penelitian dengan tujuan

untuk mengetahui dan mengukur pengetahuan siswa sebelum dilaksanakan

eksperimen dengan menggunakan satu metode pembelajaran pada satu

kelompok/kelas eksperimen.

2) Pascates (tes akhir)

Pascates atau tes akhir dilakukan pada akhir penelitian dengan

tujuan untuk mengetahui dan mengukur hasil belajar siswa setelah

dilaksanakan eksperimen dengan menggunakan satu metode pembelajaran

(25)

Adapun faktor-faktor yang dinilai dalam penelitian kemampuan berbicara

siswa yaitu :

a. Bahasa dan lisan yang digunakan

1) struktur bahasa,

2) pilihan kata.

b. Isi pembicaraan

1) hubungan isi dengan topik,

2) kualitas isi.

c. Penampilan

1) volume suara,

2) kelancaran.

Tabel 3.4

KRITERIA PENILAIAN KETERAMPILAN BERBICARA

Aspek yang dinilai Skala Nilai Bobot Skor

5 4 3 2 1

1. bahasa dan lisan yang

digunakan

a. struktur bahasa

b. pilihan kata

4

(26)

34

2. Isi pembicaran

a. hubungan isi dengan

topik

b. kualitas isi

3

4

3. Penampilan

a. volume suara

b. kelancaran

2

3

Jumlah 20

Skor ideal : 100

Petunjuk penilaian :

a. Pemberian skor untuk masing-masing komponen yang dilakukan dengan

memberi tanda centang (√) pada skala nilai yang dianggap cocok.

b. Arti skala secara umum

1 = sangat kurang

2 = kurang

3 = cukup

4 = baik

(27)

dilakukan. Bobot dimaksudkan untuk membedakan tingkat masing-masing

komponen penilaian keterampilan berbicara.

d. Standar nilai akhir adalah 100 hal tersebut berdasarkan standar mutlak

dengan rumus :

Skor_ x2 = nilai

bobot

e. Untuk lebih memahami arti skala dapat dilihat dalam deskripsi penilaian

komponen keterampilan berbicara dibawah ini :

1) Pilihan Kata dan Diksi :

5 = kata yang digunakan dipilih secara tepat dan bervariasi sesuai

dengan situasi, kondisi, dan status pendengar sehingga tidak ada yang

janggal.

4 = kata-kata yang digunakan umumnya sudah tepat dan bervariasi,

hanya sekali-kali ada kata-kata yang kurang cocok.

3 = kata-katanya sudah cukup baik hanya kurang bervariasi.

2 = ada banyak kata-kata yang kurang tepat.

1 = kata-kata yang digunakan banyak sekali yang tidak tepat dan tidak

sesuai.

2) Struktur Bahasa ;

5 = sangat cermat, tidak ada penyimpangan dari kaidah bahasa yang

(28)

36

4 = pada umumnya sudah cermat, tidak ditemui penyimpangan yang

dapat merusak bahasa yang baik dan benar.

3 = ada beberapa kesalahan atau penyimpangan, tetapi tidak merusak

bahasa.

2 = terdapat cukup banyak penyimpangan.

1 = banyak sekali penyimpangan striktur bahasanya.

3) Hubungan Isi dengan Topik

5 = terdapat banyak hubungan yang sesuai dengan percakapan

4 = ada sedikit hal yang tidak sesuai.

3 = terdapat banyak hal yang kurang serasi.

2 = lebih banyak ditemui hal yang tidak sesuai.

1 = benar-benar hampir tidak ada hal yang tidak sesuai dengan topik

4) Kualitas Isi :

5 = isi pembicaraan sangat bermakna, bermutu, dan semua hal yang

sangat penting telah diungkapkan.

4 = isi pembicaraan sudah bagus, bermakna, tetapi belum sampai pada

tingkat istimewa.

3 = kualitas isi pembicaraan sudah memadai, tidak bagus tetapi tidak

pula jelek.

2 = dilihat dari kualitas dirasakan cukup banyak kekurangan.

1 = isi pembicaraan sangat jauh dari memadai, tidak sesuai dan tidak

(29)

5 = suaranya sangat jelas dan pengaturan volumenya sangat cocok

dengan kondisi dan isi pembicaraan.

4 = pengaturan volume suara sudah bagus hanya dijumpai sekali-kali

ketidakcocokkan.

3 = volume suara cukup, walaupun masih banyak penyesuaian suara.

2 = pengaturan volume suara kurang bagus.

1 = suara terlalu lemah atau kurang jelas.

6) Kelancaran

5 = pembicaraannya sangat lancar/fasih, baik dari segi penugasan isi

maupun bahasa.

4 = pembicaraannya lancar/fasih, hanya ada beberapa gangguan yang

tidak berarti.

3 = pembicaraannya agak lancar, agak sering berhenti

2 = pembicaraannya kurang lancar.

1 = pembicaraan sangat tidak lancar, banyak diam dan gugup.

Sumber :

(30)

38

3.4.2 Angket

Tabel 3.5

Kisi-kisi Angket

Jawab pertanyaan berikut dengan jujur sesuai dengan pengalaman dan perasaan

anda!

1. Apakah anda menyukai pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

A. Ya B. Tidak

2. Apakah anda menyukai pembelajaran berbicara memberikan kritik

terhadap informasi dari media cetak?

A. Ya B. Tidak

3. Apakah anda tahu tentang memberikan kritik terhadap informasi dari

media cetak?

A. Ya B. Tidak

4. Apakah anda tahu tentang metode dundongberabe dalam pembelajaran

sebelumnya

5. Pernahkah anda melakukan pembelajaran berbicara dalam memberikan

kritik terhadap informasi dari media cetak dengan menggunakan metode

dundongberabe?

A. Ya B. Tidak

Jawab pertanyaan berikut dengan jujur sesuai dengan pengalaman dan perasaan anda!

1. Apakah kamu menyukai pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

A. Ya B. Tidak C. Kurang menyukai

2. Apakah kamu menyukai pembelajaran berbicara memberikan kritik

terhadap informasi dari media cetak?

A. Ya B. Tidak C. Kurang menyukai

3. Apakah kamu tahu tentang memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak?

A. Ya B. Tidak C. Kurang tahu

4. Apakah kamu tahu tentang metode dundongberabe dalam pembelajaran

sebelumnya?

A. Ya B. Tidak C. Kurang tahu

5. Pernahkah kamu melakukan pembelajaran berbicara dalam memberikan

kritik terhadap informasi dari media cetak dengan menggunakan metode dundongberabe?

A. Ya B. Tidak C. Ragu-ragu

6. Apakah kamu menyukai pembelajaran berbicara dalam memberikan

kritik terhadap informasi dari media cetak dengan menggunakan metode dundongberabe?

A. Ya B. Tidak C. Kurang Menyukai

7. Pernahkah kamu melakukan pembelajaran berbicara dalam memberikan

kritik terhadap informasi dari media cetak dengan menggunakan metode dundongberabe?

B. Ya B. Tidak C. Ragu-ragu

8. Apakah kamu menyukai pembelajaran berbicara dalam memberikan

kritik terhadap informasi dari media cetak dengan menggunakan metode dundongberabe?

B. Ya B. Tidak C. Kurang Menyukai

9. Apakah dengan menggunakan metode dundongberabe dapat membantu

kamu dalam memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak?

A. Ya B. Tidak C. Kurang membantu

10.Apakah dengan menggunakan metode dundongberabe dapat membantu

kamu untuk memberikan kritik, gagasan atau pemikiran?

A. Ya B. Tidak C. Kurang membantu

11.Apakah metode dundongberabe sesuai dengan pembelajaran berbicara

dalam memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak?

A. Ya B. Tidak C. Kurang sesuai

12.Apakah kamu setuju jika materi lain diajarkan dengan menggunakan media dundongberabe ?

(31)

a. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Penyusunan silabus rencana ini telah disesuaikan dengan kurikulum

berbasis kompetensi (KBK). Adapun silabus rencana pembelajarannya adalah

sebagai berikut.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Sekolah : SMA Negeri 22 Bandung

Kelas/Semester : X-1 (Sepuluh /2 (Genap)

Alokasi Waktu : 6 x45 Menit (3 pertemuan)

A. Standar Kompetensi

Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber

B. Kompetensi Dasar

Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik

C. Indikator

1. Mendata informasi-informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan

(32)

40

2. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di

masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan,

apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)

3. Memberikan kritik dengan disertai alasan

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu mendata informasi informasi dari sebuah artikel dengan

mencantumkan sumbernya

2. Siswa mampu merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan

perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan,

kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)

3. Siswa mampu memberikan kritik dengan disertai alasan

E. Materi Pembelajaran

1. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan

pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan 1990:15). Berbicara merupakan

keterampilan berbahasa selain keterampilan mendengarkan, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan 1990:1).

2. Kritik

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan

(33)

Yunani κριτικός, kritikós - "yang membedakan".

3. Informasi

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,

pengalaman, atau instruksi. Namun demikian istilah ini memiliki banyak

arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat

dengan konsep seperti arti, Pengetahuan, komunikasi, kebenaran, dan

rangsangan mental. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang

peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima

melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan

dari berita juga dinamakan informasi

4. Media cetak

Media cetak merupakan suatu media yang bersifat statis dan

mengutamakan pesan-pedan visual. Media ini terdiri dari lembaran kertas

dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dengan tata warna dan halaman

putih. Media cetak merupakan dokumen atas segala dikatakan orang lain

dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam

bentuk kata-kata, gambar , foto, dan sebagainya.

F. METODE PEMBELAJARAN

- Tanya Jawab

(34)

42

a) Guru melakukan apersepsi.

b)Guru menyampaikan kompetensi dasar yang

akan dicapai.

Kegiatan Inti

a) Guru memberikan tes awal berbicara dengan

memberikan komentar atau kritik terhadap

artikel tanpa menggunakan metode

“DUNDONGBERABE”.

b) Guru membahas tes awal berbicara siswa.

Kegiatan Akhir

a) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

b) Memberikan kesempatan bertanya.

c) Menginformasikan materi ajar selanjutnya.

d) Menutup pertemuan.

a) Guru melakukan apersepsi.

(35)

2.

3.

dasar yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan tentang

metode “DUNDONGBERABE”

b)Siswa menyimak materi dari guru

mengenai memberikan kritik

terhadap informasi media cetak

dan keterampilan berbicara.

c) Guru menerangkan

langkah-langkah berbicara memberikan

komentar atau kritik dengan

metode dundongberabe.

b) Memberikan kesempatan

bertanya.

c) Menginformasikan materi ajar

(36)

44

Pertemuan Ke-3

No Kegiatan Aloka

si

a) Guru melakukan apersepsi

b)Guru menyampaikan kompetensi dasar yang

akan dicapai.

Kegiatan Inti

a) Guru memberikan tes akhir berbicara

memberikan kritik terhadap artikel media cetak

yang telah disiapkan dengan menggunakan

metode “DUNDONGBERABE”.

Kegiatan Akhir

a) Guru bersama siswa melakukan refleksi.

b)Menginformasikan materi ajar selanjutnya.

c) Menutup pertemuan.

H. Sarana dan Sumber Belajar

1. Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia SMA kelas X

2. Buku Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa oleh Tarigan

(37)

1. Jenis tes

Tes lisan

2. Bentuk tes

Memberikan kritik dan dukungan pendapat atau gagasan yang terdapat

(38)

81 BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian di atas, penulis mengemukakan beberapa simpulan,

sebagai berikut.

a. Terdapat kenaikan yang signifikan untuk jumlah nilai rata-rata siswa, yaitu

dari 60,2 menjadi 76,6. Dengan demikian, diperoleh perbedaan (gain) antara

nilai rata-rata prates dan pascates sebesar 16,4. Dari hasil tersebut

membuktikan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara siswa sebelum

dan setelah menggunakan metode “DUNDONGBERABE”.

b. Dari hasil thitung (11,71) > ttabel (1,76) menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan dalam kemampuan berbicara siswa. Artinya, hasil pembelajaran

keterampilan berbicara siswa sebelum dan setelah menggunakan metode

“DUNDONGBERABE” dapat diterima.

5.2 Saran

Dari simpulan yang penulis uraikan sebelumnya, penulis mengemukakan

saran sebagai berikut.

a. Penelitian ini membuktikan bahwa metode “DUNDONGBERABE” dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara. Oleh karena

itu, penulis menyarankan agar metode ini dapat dijadikan alternatif dalam

(39)

b. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan

dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penulis berharap ada penelitian

serupa namun di jenjang pendidikan yang berbeda, pada pembelajaran atau

keterampilan yang lainnya seperti menulis, menyimak, atau membaca dan

dengan jumlah pemberian perlakuan yang lebih banyak serta

(40)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad dan Mukti. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan. (2005). KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

De Porter, Bobby dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning:

Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Ellis, De Porter, Reardon, Bobby dan Sarah. 2000. Quantum Learning:

Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Hargianti, Sri. 2008. Penerapan Model Sinektik dalam Pembelajaran

Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu). Bandung: UPI (tidak

diterbitkan).

Hernowo. 2004. Bu Slim & Pak Bil. Bandung: Penerbit MLC.

Ochs, Donovan J, dan Winkler dalam Tarigan HG. 1983. Berbicara: Sebagai

Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Rosita, Christa. 2005. Penerapan Model Sinektik dalam Pembelajaran

Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu). Bandung: UPI (tidak

diterbitkan).

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Subana. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah.. Bandung: Pustaka Media.

Syafi’ie, Imam. 1993. Terampil berbahasa Indonesia 1. Petunjuk Guru

Bahasa Indonesia SMU Kelas 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Syamsuddin dan Vismaia. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa

(41)

Tarigan, HG. 1990. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Cet.

Ke-10. Bandung: Angkasa.

Tarigan, HG. 1981. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Pageyasa, Wayan. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara. Jakarta: Balai

Pustaka.

Gambar

Tabel 4.16 Respon Siswa ……………………………………........………………... 80
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Format ANAVA
Tabel 3.3 Tabel Guilford
+3

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan hasil belajar IPA materi benda-benda langit pada siswa kelas VI MI Nurur Rohmah. Hambatan yang di temui dalam pembelajaran IPA materi bendabenda langit pasa

Menangkap makna terkait fungsi sosial dan unsur kebahasaan secara kontekstual lirik lagu terkait kehidupan remaja

Antara kelebihan program atau kursus yang didaftar dalam MQR adalah seperti berikut: 1.    Program telah melalui proses jaminan kualiti iaitu ia selaras dengan standard dan

Dengan evaluasi yang tepat maka hasil belajar siswa yang merupakan.. prestasi dari pembelajaran Bidang Bimbingan Sosial Materi Tata Krama dalam Kehidupan Bermasyarakat khususnya,

Thе proportion or contribution of variablеs of organizational rеward, carееr dеvеlopmеnt and supеrvisory support has simultanеously significant influеncе to thе turnovеr

Penyelidik berasa bangga terhadap pekerja yang telah menjadi sebahagian daripada responden kajian kerana hasil analisis menunjukkan bahawa mereka menyukai pekerjaan yang

Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan (Studi Kasus pada Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan

Dalam menjamin kualitas farmasetik, sediaan yang dibuat harus memenuhi beberapa parameter fisik yang meliputi daya sebar, viskositas, dan daya lekat Uji sifat fisik repelan