• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI KECANTIKAN WANITA DALAM IKLAN GIZI SUPER CREAM (StudiAnalisisSemiotikTerhadapIklanPadaMajalahKecantikan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "REPRESENTASI KECANTIKAN WANITA DALAM IKLAN GIZI SUPER CREAM (StudiAnalisisSemiotikTerhadapIklanPadaMajalahKecantikan)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an Umum

Brand Gizi berdiri sejak tahun 1972 dan tetap mempertahankan

pengolahan kosmetik dengan penggunaan bahan baku alami, karena brand ini

merupakan perusahaan kosmetik tradisional pertama di Indonesia. Dalam

pembuatannya menggunakan resep tradisional dari bahan herbal berkhasiat

yang diwariskan secara turun-temurun, yang mana kini telah disempurnakan

dengan teknologi modern yaitu nano technology.

Pada tahun 2013, Gizi mulai bekerja sama dengan LIPI (Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk menerapkan Nano Technology tersebut.

Karena Gizi sendiri menggunakan bahan-bahan herbal dan dengan adanya

Nano Technology hasilnya menjadi Nano-Herbal.Gunanya Nano Technology

sendiri adalah untuk memperkecil ukuran partikel bahan herbal Gizi Super

Cream sehingga menjadi lebih mudah meresap dan menutrisi kulit tanpa

merusak kandungan bahan herbal yang ada.

Gizi Super Cream juga mengandung 7 bahan alami Indonesia, yaitu

rumput laut, beras bligo, kedelai, lidah buaya, jeruk nipis dan pepaya.

Packagingnya juga diubah sehingga terlihat jauh lebih menarik. Kalau dulu

hanya tersedia dalam bentuk jar, sekarang juga tersedia dalam bentuk tube.

Selain itu pemasarannya mengikuti gaya hidup masyarakat urban yakni

(2)

melalui online.Gizi Super Cream mempunyai 3 produk yakni Gizi Super

Cream Daily Nutrition Cream, Gizi Super Cream Daily Nutrition Cream With

SPF 18 dan Gizi Super Cream Daily Natural Lightening Foam yang mana

tekstur krimnya hampir sama berwarna putih dengan aroma mirip bunga atau

tumbuhan. Wanginya lembut tidak menyengat di hidung. Yang sesuai dengan

moto Gizi 4h, yakni :

1. Herbal : terbuat dari bahan herbal alami.

2. Hitech : dibuat dengan teknologi canggih, yakni nano yang

memudahkan produk untuk menyerap dikulit.

3. Heritage : sudah ada sejak lebih dari 40 tahun lalu.

4. Halal.

4.2 Repr esentasi Kecantikan Wanita

Iklan yang menggunakan objek tanda wanita dinilai cenderung

mengandung bias gender. Dalam kaitan ini, persoalan gender harus dilihat

pada dua ranah, yakni proses presentasi dan representasi. Proses presentasi

terjadi dalam praksis kehidupan sehari-hari, sedangkan representasi tampak

dari apa yang disajikan dan dicitrakan lewat media massa dengan semua

produk turunannya, salah satunya adalah iklan. Representasi wanita dalam

iklan secara keseluruhan berindikasi pada kecenderungan menjual

tubuh.Kecantikan, keindahan dan nilai sensualitas yang terdapat pada tubuh

(3)

dan dijadikan alat sebagai daya tarik bagi calon konsumen, hal ini merupakan

bentuk eksploitasi tubuh wanita dalam dunia periklanan.

Peran wanita sungguh besar bahkan terdapat diskursus bahwa wanita

dapat menjadi faktor utama penarik pandang dalam iklan. Disini jelas bahwa

ikon wanita yang digunakan dalam setiap eksekusi iklan khususnya pada

produk Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan hanya sebagai daya tarik

calon konsumen dalam kata lain bahwa ikon wanita tersebut adalah salah satu

strategi dari komunikasi pemasaran.

Representasi wanita dalam iklan jelas sebagai strategi market. Ketika

pengiklan menawarkan produk, sesungguhnya ia seperti menebarkan sebuah

jaring. Ibarat ikan, khalayak diraih dengan berbagai cara. Kesadaran akan

eksistensi produk dijalin dengan stimuli berupa pencitraan-pencitraan yang

direkayasa yang menimbulkan pikatan secara seksual.

Kehadiran wanita dalam dunia periklanan kerap kali dijadikan sebagai

objek daya tarik semata, wanita memang masih dan tetap digunakan sebagai

model iklan.Wanita masih menjadi pilihan utama karena baik wanita maupun

laki-laki pada dasarnya menyukai wanita yang cantik, anggun dan

santun.Sedangkan laki-laki menyukai wanita yang tampil seksi.

Penggunaan ikon wanita dalam iklan Gizi Super Cream pada majalah

Kecantikan menjadikan daya tarik tersendiri bagi khalayak yang membaca

majalah tersebut.Penggunaan ikon wanita dengan memamerkan tubuh sesuai

(4)

tersebut karena mereka memasarkan produk (yang sebenarnya asing bagi

dirinya) demi mendapatkan bayaran semata.Wanita dalam posisi sebagai alat

yang dimanfaatkan dalam mobilisasi politik kepentingan kaum borjuasi.

Seperti halnya dengan media yang lain, majalah kecantikan

menempatkan Iklan sebagai komoditas produsen yang telah berusaha kuat

untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Dengan kondisi masyarakat

yang sudah terintegrasi sebagai masyarakat tontonan, maka tidaklah susah

bagi setiap produsen untuk memanfaatkan peluang ini. Hal ini sekaligus

menasbihkan peran penting wanita dalam media utamanya dalam hal

mendatangkan sumber sumber ekonomi dalam iklan.Sampai saat ini, wanita

masih menjadi “makhluk” seksi untuk dibicarakan. Namun ada satu hal yang

masih sama adalah ketika mereka menjadi “objek” empuk dari

terpaan-terpaan kekuasaan.

Representasi wanita di majalah kecantikan tidak terlepas dari konteks

masyarakatnya, dalam hal ini masyarakat Indonesia yang memiliki budaya

patriarkat. Majalah menjadi salah satu faktor pelanggeng ketidaksetaraan

gender di masyarakat karena pencitraan yang dibentuknya.

Keberadaan wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam majalah

kecantikan dipercaya mampu menguatkan pesan iklan.Wanita merupakan

elemen agar iklan mempunyai unsur menjual sehingga penggunaan wanita di

dalam iklan mendatangkan banyak keuntungan.Bagi laki-laki, kehadiran

(5)

bila target marketnya wanita, kehadiran wanita merupakan wajah aktualisasi

yang mewakili jati diri eksistensinya.

Hasil penelitian mengkaji sebuah iklan Gizi Super Cream dalam

Majalah Kecantikan. Ditemukan adanya jenis tanda-tanda yang mencakupi

tanda signifier (penanda) signified (petanda), denotasi dan konotasi.

a. Signifier (Penanda)

Yang menjadi penanda (signifier) dalam iklan ini adalah semua bentuk

pesan non verbal atau gambar dalam iklan Gizi Super Cream dalam Majalah

Kecantikan edisi Februari-Maret 2016. Seperti gambar dua model yang

memakai kebaya modern yang mana salah satunya memakai hijab serta sepatu

putih, latar atau background yang di setting dengan memakai keindahan alam.

b. Signified (Petanda)

Sedangkan yang menjadi petanda (signified) dalam iklan ini adalah

semua bentuk pesan verbal atau isi pesan yang disampaikan dalam iklan Gizi

Super Cream dalam majalah Kecantikan edisi Februari-Maret 2016. Seperti

tulisan “Solusi Cantik Wanita Modern”, “Kreasi Kecantikan Alami” dan

“Gizi”.

c. Makna Denotasi

Secara denotasi, ikon wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam

majalah kecantikan edisi Februari-Maret 2016 ini menampilkan sosok wanita

cantik, berkulit putih, berambut panjang, menggunakan menggunakan kebaya

(6)

hijabnya, menggunakan sepatu putih, dengan ekspresi wajah serius sambil

menghadap kamera. Berfose di sisi tengah dengan bersingkuran satu sama

lain. Dengan salah satu model melirik kearah kanan dan salah satu model

melirik kearah kiri.

d. Makna Konotasi

Secara konotatif, gambar tersebut memperlihatkan suasana yang serius

dan suasana penuhdengan keceriaan dan kealamian alam Indonesia yang

diwakili dengan pemilihan warna biru yang melambangkan ketinggian,

kedalaman dan kecerahan walaupun terdapat warna putih diantara warna biru

tersebut.Warna putih dalam iklan kecantikan ini merupakan gambaran

kedamaian dan kebesihan. Menurut peneliti makna konotasisecara

keseluruhan dalam iklan Gizi Super Cream adalah keindahan alamiah yang

terpancar dari alam Indonesia.

Selain makna yang telah dijelaskan di atas, dalam tampilan iklan Gizi

Super Cream ini, menggunakan model wanita sebagai objek utama yang

bertujuan untuk menunjukkan sisi feminism dari model iklan itu sendiri. Hal

tersebut didukung pula dengan pemilihan baju walaupun tanpa aksesoris yang

nampak digunakan model juga merujuk wanita pada konsep feminism dan

konsep tentang wanita ideal.

Pemilihan warna latar belakang dalam iklan tersebut yang dominan

memakai warna cerah dengan dominasi warna biru yang mempunyai makna

(7)

simbol warna putih pada teks “GIZI” dan “Kreasi Kecantikan Alami”

mengandung makna positif mengambarkan sesuatu yang bersih dan suci,

mudah terkesan sedangkan kombinasi warna biru makna pesan nonverbal

berupa ungkapan rasa menyejukkan, kestabilan dan kegembiraan bagi

pemakainya.

Secara konotatif seluruh tanda-tanda yang terdapat pada iklan Gizi

Super Cream memiliki korelasi antara satu dengan lainnya mulai dari ikon

perempuan dengan ekspresi kebahagiaan, penggunaan seluruh warna dalam

iklan selain agar tampak lebih menarik perhatian juga menggambarkan

tentang keunggulan atau kelebihan produk Gizi Super Cream yang sedang

diiklankan tersebut.

Seluruh tanda-tanda yang terdapat dalam iklan Gizi Super Cream di

Majalah Kecantikan edisi Februari-Maret 2016 ini, memiliki makna yang

tersembunyi dan secara tidak langsung saling berhubungan antara tanda-tanda

dalam iklan Gizi Super Cream ini. Pesan teks dalam iklan ini tentu

dimaksudkan untuk memperjelas apa yang ingin disampaikan oleh pengiklan

yaitu produsen dan juga untuk “mencuri” perhatian dari target yang dituju

yang dalam hal ini tentunya calon pelanggan. Hal ini dapat dilihat pada teks

iklan Gizi Super Cream : “Solusi Cantik Wanita Modern”

Dengan demikian, tanda-tanda yang terdapat pada iklan Gizi Super

Cream ini berupa tanda verbal dan non verbal, dan keduanya jika dilihat

(8)

mulai dari pemilihan warna dalam seluruh komponen iklan, ekspresi wanita

yang diperagakan sampai dengan teks tulisan pada iklan Gizi Super Cream

dalam majalah Kecantikan edisi Februari-Maret 2016 ini, keterkaitan tersebut

antara lain yaitu menggambarkan secara keseluruhan tentang isi pesan yang

ingin disampaikan oleh pengiklan yakni berupa keunggulan Gizi Super Cream

tersebut.

Ikon wanita dalam iklan ini merupakan penanda yang memberikan

makna yang berbeda-beda bagi setiap orang yang melihat dan membaca iklan

Gizi Super Cream tersebut.Ikon wanita dalam iklan Gizi Super Cream ini

merupakan strategi yang dilakukan oleh para pengiklan dalam memasarkan

produknya.

Oleh karenanya, pesan teks dalam iklan Gizi Super Cream tersebut

memperjelas informasi tentang keunggulan Gizi Super Cream, selanjutnya

penanda “ikon wanita” akan memberikan daya tarik untuk setiap orang yang

dijadikan sebagai sasaran yaitu calon pelanggan, hal ini diperjelas dengan teks

pesan dalam iklan “KREASI KECANTIKAN ALAMI”.

e. Mitos

Setelah analisis denotasi dan konotasi dilakukan, pemaknaan pada

ikon wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan,

dilanjutkan dengan menganalisis mitos yang muncul. Mitos dirumuskan

sebagai cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara

(9)

Pembaca mitos menghayati mitos sebagai hal yang pernah

diwacanakan, tetapi ada dalam bayangan saja.Pemilihan bentuk mitos tidak

ada hubungannya berdasarkan kebenaran, tetapi hubungannya hanya

berdasarkan penggunaan sehingga masyarakat menggunakan mitos

berdasarkan kebutuhan.Pada saat mitos telah disampaikan kepada masyarakat

maka pada saat itu juga mitos telah menjadi konsumsi masyarakat.

Mitos bukanlah pembicaraan atau wicara yang sembarangan, bahasa

membutuhkan kondisi-kondisi khusus untuk menjadi mitos.Tetapi yang harus

ditetapkan secara tegas pada awalnya adalah bahwa mitos merupakan suatu

sistem komunikasi, bahwa mitos adalah suatu pesan.Hal ini memungkinkan

kita untuk memahami bahwa mitos tidak mungkin merupakan “suatu objek,

konsep atau gagasan; mitos merupakan mode pertanda, suatu

bentuk.Kemudian kita mesti menerapkan kepada bentuk-bentuk itu

batas-batas historis, kondisi-kondisi penggunaan, dan memperkenalkan kembali

masyarakat kedalamnya”. Dengan kata lain mitos dapat berubah menurut

kurun waktu yang berbeda, mitos tercipta dari persepsi manusia yang disetujui

secara konvensional.

Secara keseluruhan, kode-kode yang ditampilkan dari model iklan

dalam hal ini yaitu ikon wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam majalah

kecantikan ini mempunyai tubuh yang proporsional, berwajah cantik, berkulit

putih dan berambut panjang, selain itu memakian kebaya yang lengkap

(10)

sosial yaitu wanita ideal adalah wanita yang memiliki wajah cantik dan tubuh

yang langsing dan proporsional serta memiliki rambut yang panjang dan indah

serta memakai hijab modern barulah bisa dikatakan sebagai wanita sempurna

dan ideal.

Dalam mitos ini semakin berkembang dan diperkuat dengan

ditampilkannya model pada seluruh iklan, seakan model adalah contoh wanita

yang ideal dan patut dicontoh.Banyak wanita yang ingin tampil sempurna

seperti yang ada didalam iklan, sehingga banyak wanita yang terpengaruh

begitu saja olehnya.Banyak wanita yang mendambakan rambut yang panjang

dan indah.Banyak juga wanita yang mendambakan tubuh proposional agar

selalu cocok dengan pakaian yang sedang mereka pakai.Penampilan seperti

itulah yang membuat mereka terlihat percaya diri, terkesan fashionable,

modern dan tidak ketinggalan zaman.Melalui mitos yang dibangun dalam

iklan Gizi Super Cream dalam majalah Kecantikan, wanita perlu

berpenampilan menarik, berwajah cantik dan membeli produk Gizi Super

Cream tersebut agar terlihat semakin cantik.

Kecenderungan para pengiklan menempatkan para kaum wanita

sebagai alat untuk mempromosikan produknya, hal ini memperteguhkan

mitos-mitos paling kuat yaitu pentingnya daya tarik fisik, sehingga wanita

harus senantiasa menjaga penampilan untuk tetap cantik, menarik dan selalu

(11)

konsumen tentang konsep wanita cantik dan ideal adalah wanita seperti pada

iklan tersebut.

Mitos wanita dalam iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan

ini merepresentasikan konsep keindahan alami, wanita dalam budaya Timur

yang lebih mengarah ke budaya Jawa dipersepsikan sebagai sosok terindah

ciptaan Tuhan, dan bagi laki-laki yang memiliki pasangan hidup seorang

wanita cantik akan menjadi suatu kebanggaan dalam kehidupan sosialnya.

Wajah yang cantik jika dipadu dengan bentuk tubuh yang

proporsional, akan dikatakan sebagai seorang wanita dengan fisik sempurna.

Di zaman sekarang, tampaknya wanita lebih banyak memperhatikan

penampilan luarnya saja.Sementara masalah inner beauty malah

dikesampingkan.Saat ini memiliki wajah cantik dan bertubuh langsing

bukanlah hal yang privat lagi, melainkan keinginan wanita untuk

mendapatkan pengakuan sosial yang telah di konstruk oleh

masyarakat.Bentuk fisik wanita yang menarik merupakan salah satu

kebanggaan dalam bermasyarakat dan berkeluarga.

Dalam pandangan masyarakat Jawa, wanita wajib merawat tubuh dan

penampilan fisiknya secara keseluruhan agar tetap menarik di hadapan

pasangan maupun orang lain. Usaha-usaha perbaikan dan perawatan diri yang

dilakukan oleh wanita tidak hanya demi keindahan fisik itu sendiri melainkan

agar tampil cantik dan menarik. Hal ini terjadi karena adanya internalisasi

(12)

yang berpenampilan lebih baik juga mulai merasakan hal yang lebih baik

mengenai dirinya sendiri.

Penampilan yang disertai dengan perilaku merupakan bentuk kontrol

sosial yang mempengaruhi bagaimana wanita melihat dirinya dan bagaimana

wanita dilihat oleh orang lain. Seperti yang dilihat dalam iklan Gizi Super

Cream di majalah Kecantikan, yaitu wanita yang berusaha untuk

menunjukkan penampilan dan prilakunya yang baik dengan tujuan untuk

menghindari hal-hal yang dinilai negatif dari orang lain, sehingga mitos-mitos

yang muncul pada iklan Gizi Super Cream dalam majalah Kecantikan bukan

hanya tentang konsep kecantikan akan tetapi juga tentang konsep perilaku dan

sikap yang baik melalui berbagai ekspresi yang dilakoni wanita-wanita pada

iklan Gizi Super Cream tersebut.

Konsep perilaku dan sikap yang diperankan oleh wanita dalam iklan

Gizi Super Cream di majalah Kecantikan ini juga merupakan ideologi atau

mitos tentang sosok wanita ideal adalah wanita yang memiliki perilaku dan

sikap yang baik.Dalam budaya timur Jawa, sikap dan perilaku yang baik dari

diri seorang wanita merupakan idaman setiap laki-laki dan kebanggaan dalam

lingkungan sosialnya.

Pemaknaan ideologis dalam konsep ikon wanita dalam iklan Gizi

Super Cream, dapat dipahami melalui sistem bahasa dalam struktur

sosial.Tidak dapat dielakkan bahwa dalam budaya timur keberadaan wanita

(13)

kecantikan, keindahan dan seksualitas. Model iklan Gizi Super Cram dalam

majalah Kecantikan terlihat sangat cantik dengan make up yang memberikan

kesan alami. Tindakan tersenyum manis ke kamera menunjukkan bahwa ia

adalah sosok wanita yang ramah, dan menyenangkan. Penggunaan kebaya

modern menunjukkan bahwa wanita cantik tidak harus dengan pakaian yang

seksi atau mengumbar tubuhnya.

Iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan ini tidak terlepas

dari budaya suatu masyarakat Jawa, iklan akan tetap merepresentasikan

budaya masyarakat dimana iklan tersebut merebak. Keberadaan wanita dalam

iklan Gizi Super Cream di majalah kecantikan ini berusaha membangun suatu

ideologi dengan menampilkan manipulasi tubuh wanita yang menjadi sebuah

tanda atau makna tertentu dari simbol-simbol tertentu yang mungkin secara

stereotif melekat pada wanita tersebut, seperti kecantikan, keindahan,

seksualitas bahkan mungkin masih banyak lagi.

Melalui aspek-aspek itulah muncul sebuah pemahaman tentang konsep

wanita ideal menurut pandangan masyarakat Jawa yaitu wanita yang memiliki

tubuh langsing (Pawakane langsing), Alise nanggal sepisan, Drijine mucuk

eri, Lambene nggula satemlik, Idepe Tumenga ing tawang, Irunge Ngudhup

Melathi, Untune miji timun, WangeNyangkal putung,RambuteNgembang

bakung, PipineNduren sajuring,Mripate liyep lindri, PakulitaneNgulit

(14)

Athi-athineNgudhup turi dan lain-lain,yang selanjutnya dijadikan sebuah

paradigma dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Mitos yang dimaknai dalam iklan Gizi Super Cream di majalah

Kecantikan adalah bahwa penanda, petanda dan tanda yang terdapat dalam

iklan tersebut merepresentasikan gambaran sosok wanita yang ideal dan gaya

hidup dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai yang berkembang

dalam masyarakat.

Sesuai dengan kerangka mitologi barthes, bahwa cerita apapun yang

mendominasi wacana dalam masyarakat disebut sebagai mitos. Oleh karena

itu, semua kriteria dari konsep perempuan ideal dan gaya hidup masyarakat

modern tersebut merupakan nilai-nilai dominan di tengah masyarakat timur,

dan memunculkan standar baru tentang konsep kecantikan, keindahan,

seksualitas dan gaya hidup mewah masa kini yaitu wanita dan gaya hidup

seperti yang ditonjolkan pada iklan Gizi Super Cream dalam majalah

kecantikan, dan konsep tersebut merupakan keyakinan yang mendominasi

wacana dalam masyarakat, sehingga seluruhnya merupakan mitos dalam iklan

Gizi Super Cream dalam majalah Kecantikan yaitu Mitos Kecantikan.

a. Mitos Kecantikan

Majalah Kecantikan melalui model yang ditampilkan dalam iklan Gizi

Super Cream melakukan pembongkaran terhadap mitos cantik yang selama ini

(15)

berbadan langsing, berambut hitam panjang, berkulit putih, bermata sipit,

serta berhidung mancung, selain itu memakai hijab.

Melalui iklan Gizi Super Cream, majalah Kecantikan

merepresentasikan sosok wanita cantik adalah wanita yang seperti

digambarkan oleh majalah tersebut.Wanita yang ditampilkan melalui iklan

Gizi Super Cream ini membentuk kepercayaan dalam masyarakat, tentang

kecantikan wanita, sehingga melahirkan mitos kecantikan baru bahwa

kecantikan seorang wanita bersifat kultural dan geografis yang tentunya

berbeda antarnegara atau antarbudaya.Wanita yang berasal dari kultur Barat,

kultur Asia Timur yang terkenal dengan wajah oriental, atau kultur asli

Indonesia masing-masing memiliki konsep cantik tersendiri yang tidak dapat

disamakan. Hal tersebut terlihat dari kecantikan wanita yang menjadi model

iklannya.Semua memiliki karakter cantik tersendiri.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Repr esentasi Kecantikan Wanita Dalam Iklan

Membicarakan representasi kecantikan wanita dalam iklan berarti

membicarakan pula bagaimana media membentuk makna terhadap konsep

wanita melalui pencitraan dan sejumlah elemen representasi

lainnya.Pencitraan yang dilakukan media terhadap suatu hal merupakan

pencitraan yang telah diseleksi sebelumnya melalui pengaruh sejumlah

(16)

Perbincangan tentang wanita akan senantiasa menarik, apalagi jika

dihubungkan dengan media massa yang setiap hari kita nikmati, baik itu

media cetak maupun elektronik. Bahkan terkadang seperti ada yang kurang

jika sebuah tayangan televisi tidak ditampilkan sosok wanita dengan segala

daya tariknya.Namun sesungguhnya, selama bertahun-tahun peran wanita di

media digambarkan hanya sebagai seorang obyek seks atau memiliki peran

dalam hal domestik saja.

Citra sebagai elemen representasi yang diproduksi dan didistribusikan

oleh sebuah media merupakan penekanan makna tentang konsep suatu hal

yang telah dimediasi oleh media terlebih dahulu. Informasi menjadi sarana

media untuk merepresentasikan kepada khalayak mengenai apa dan

bagaimana ikon wanita dalam iklan sesuai dengan ideologi yang

dikedepankan media bersangkutan. Informasi bisa berbentuk teks gambar atau

teks tulis sebagai bentuk elemennya.Citra terbentuk berdasarkan informasi

yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi dan

bagi khalayak informasi itu dapat membentuk, mempertahankan, atau

meredefiniskan citra (Rakhmat, 2007: 224).

Kecantikan dijadikan sebagai simbol bagi seorang wanita karena

kecantikan merupakan impian bagi setiap wanita.Wanita cantik, berkulit putih

lembut, berperawakan tinggi semampai, berambut hitam panjang tergerai

dengan penampilan seksi menawan dan tatapan mata tajam menantang

(17)

iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan.Wanita sudah menjadi

komoditas yang agaknya tidak tergantikan.Kehadirannya dalam iklan sangat

diperlukan. Eksploitasi pesona wanita bukan menjadi sesuatu yang tabu lagi,

tetapi justru menjadi bahan pencitraan diri wanita.

Keberadaan wanita di dalam media massa (media cetak) masih

digambarkan secara deskriminatif dan represif. Hal ini di tunjukkan dengan

peran yang dijalankan wanita secara sosial lebih banyak digambarkan sebagai

istri, ibu, pemelihara rumah tangga, pengasuh, kekasih atau sebagai objek

seksual kaum laki-laki.Sangat sedikit kaum wanita di gambarkan sebagai

pelaku ekonomi.Seperti yang kita ketahui bahwa wanita hanya dapat menjual

keindahan tubuhnya bukan karena kemampuannya atau potensi yang dimiliki

oleh wanita seutuhnya.Sedangkan penggambaran laki-laki lebih maskulin

yaitu kuat, mandiri, agresif, dan rasional.

Pencitraan wanita yang serba berlebihan dan keberadaannya dalam

iklan bukanlah serta merta menandai pergeseran dari dunia private ke dunia

publik, dan terjadi pula pergeseran citra tentang wanita dari keterkungkungan

ke arah kebebasan.Hal ini justru sebagai “penegasan”wanita diposisikan

sebagai objek.

Dalam kehidupan sehari-hari, wanita banyak digunakan dalam iklan.

Hal tersebut didasari oleh dua faktor, yaitu : pertama, bahwa wanita adalah

(18)

diciptakan bagi wanita.Kedua, adalah bahwa wanita luas dipercaya mampu

menguatkan pesan iklan.

Gambar-gambar iklan memang sengaja dibuat sangat memikat dan

menarik untuk mudah dicerna dan diingat. Bila gambar-gambar semacam ini

bertubi-tubi diterima oleh masyarakat, maka konsep gender menurut versi

iklan akan tertancap di bawah sadar di dalam masyarakat. Bahkan, bila konsep

ini sampai pada anak-anak, maka anak kecil pun sudah akan memiliki konsep

tentang perbedaan gender pria dan wanita menurut versi iklan.

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, terdapat berbagai macam

iklan, yang secara sadar atau tidak, langsung maupun tidak langsung, sengaja

atau tidak sengaja, melakukan atau menunjukkan diskriminasi

gender.Keterlibatan wanita dalam iklan merupakan fenomena yang cukup

rumit, sebab keduanya saling berkait dan hal tersebut banyak menimbulkan

perasaan risau di benak masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung

mengetahui efek atau dampak yang dapat ditimbulkan oleh fenomena

tersebut, karena secara perlahan-lahan, masyarakat mulai belajar tentang

media. Masyarakat masuk pada budaya media massa(mass mediated culture),

dimana salah satu media yang sangat populer dalam penyebarkan dan

melestarikan ideologi gender adalah benda ajaib yang disebut sebagai televisi

(Budiman, 1999:12-13).

Ketidakadilan terhadap wanita dapat disebabkan oleh pandangan

(19)

dua sehingga secara tidak langsung memberikan dampak negatif terhadap

kaum wanita.Pandangan tersebut dapat berasal dari budaya patriarki, yaitu

budaya yang menyatakan bahwa kaum laki-laki dapat mengontrol kaum

wanita.

Keberadaan wanita seperti dalam iklan tampaknya ditentukan oleh

serangkaian hubungan yang rumit. Tubuh yang merupakan bagian yang paling

private dari seorang wanita telah menjadi milik publik yang tampak dari cara

tubuh wanita ditampilkan. Iklan yang menonjolkan bentuk, penampilan, dan

keindahan tubuh ditayangkan ke rumah-rumah dan ke berbagai tempat publik

di mana proses belajar berlangsung, pada saat terjadi pergeseran dari dunia

private ke publik terjadi pula pergeseran citra tentang wanita, namun yang

menarik adalah proses ini tidak menyebabkan terbentuknya potret wanita yang

baru, tetapi lebih merupakan “penegasan kembali” potret lama di mana wanita

merupakan objek seks.

Wanita secara fisik sangat menawan, terutama bagi kaum

laki-laki.Namun, pesona wanita seakan memiliki dua sisi mata uang, di satu sisi

sangat menarik untuk dilihat dan menarik perhatian, tetapi di sisi lain, pesona

mereka seakan disalahgunakan untuk memuaskan kepentingan salah satu

pihak.Sudah bukan rahasia lagi jika dalam masyarakat wanita memiliki

berbagai stereotip yang sangat melekat, di antaranya ruang gerak wanita

(20)

Tampilnya wanita dalam iklan, merupakan elemen yang sangat

menjual.Bagi produk pria, kehadiran wanita merupakan salah satu syarat

penting bagi kemapanannya. Sementara bila target pasarnya wanita, kehadiran

wanita merupakan wajah aktualisasi yang mewakili jati dirinya. Pendeknya,

tampilnya sosok wanita memang dibutuhkan untuk memperkuat daya jual dari

sebuah produk.Bukan saja dalam menyampaikan sebuah pesan tetapi juga

kesan terhadap produk tersebut.

Pada dasarnya, gambaran wanita dalam iklan cenderung

mencerminkan nilai-nilai yang berakar dari apa yang disebut oleh kaum

feminis sebagai konsep perbedaan gender antara laki-laki dan wanita karena

di dalamnya terkandung suatu gagasan yang cenderung memarjinalkan,

mensubordinasikan, dan mendiskriminasikan hak dan peran kaum wanita

dengan pandangan yang bersifat stereotipe. Hal ini bersumber pada

pandangan gender yang keliru sehingga merugikan dan menimbulkan

ketidakadilan.

Iklan ternyata tidak sekadar menjual barang, ia adalah unsur penting

dalam budaya karena ia merefleksikan dan berusaha mengubah gaya hidup

kita, dan iklan juga berarti, seksualitas keindahan, kemudaan, kemodernan,

kebahagiaan, kesuksesan, status dan kemewahan. iklan terlalu

menyerdahanakan hidup, sehingga kita tidak melihat faktor-faktor lain yang

bisa membuat hidup kita bahagia, faktor-faktor yang tidak memungkinkan

(21)

bahagiaan yang justru disebabkan oleh pembelian produk itu. Seks, seperti

juga tema-tema sensitif lainnya, selalu mengundang perhatian.

Posisi wanita dalam iklan memang menarik untuk dijadikan bahan

diskusi.Alasan pertama dikarenakan secara garis besar, wanita adalah sebagai

obyek dari iklan.Kedua, setiap angle yang ditampilkan dalam iklan selalu

menampilkan tubuh wanita.Ketiga, wanita menjadi konsumen yang massif

bagi produk iklan. Dan yang keempat, bahwasanya format kecantikan wanita

selalu dipengaruhi oleh iklan, seperti rambut lurus dan panjang, kulit putih,

tubuh langsing, dll dimana format kecantikan itu dapat dikatakan sebagai

suatu format yang menampilkan kesadaran semu yang tidak sesuai dengan

keadaan sebagian besar wanita di masyarakat dan natinya setelah

menyaksikan tayangan iklan, wanita-wanita itu akan memaksakan dirinya

agar dapat tampil sesuai dengan wanita yang ada di iklan.

Fungsi tubuh wanita saat ini telah bergeser dari fungsi

organis/biologis/reproduktif ke arah fungsi ekonomi politik, khususnya

“tanda”.Seperti misalnya, secara organis dan biologis fungsi payudara adalah

untuk menyusui bayi sedangkan saat ini fungsi payudara lebih ditonjolkan

sebagai penambah daya tarik wanita di setiap penampilan.Tubuh menjadi

bagian dari semiotika komoditi kapitalisme yang diperjualbelikan tanda,

makna dan hasratnya.Tubuh wanita dimuati dengan “modal

simbolik”daripada sekedar modal biologis. Erotisasi tubuh wanita di dalam

(22)

“penanda”(signifier) dengan berbagai posisi dan pose dengan berbagai asumsi

“makna. Tubuh wanita yang “ditelanjangi” melalui ribuan variabel, sikap,

gaya, penampilan (appearance) dan kepribadian mengkonstruksi dan

menaturalisasikan tubuhnya secara sosial dan kultural sebagai “obyek fetish”

yaitu obyek yang “dipuja” (sekaligus dilecehkan) karena dianggap

mempunyai kekuatan “pesona”(rangsangan, hasrat, citra) tertentu.

Berdasarkan hal-hal tersebut, keberadaan wanita dalam iklan banyak

mempengaruhi daya tarik dari iklan, yang akan mempengaruhi hati dan

pikiran bahkan gaya hidup khalayak atas perhatiannya terhadap iklan. Seperti

halnya iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan yang banyak

menggunakan ikon wanita sebagai model di dalam eksekusi iklan-iklannya.

Dalam iklan Gizi Super Cream peneliti melihat bahwa kecantikan

wanita dalam iklan tersebut lebih merujuk kepada kecantikan wanita Jawa

yang mana seperti digambarkan yaitu wanita yang memiliki tubuh langsing

(Pawakane langsing), Alise nanggal sepisan, Drijine mucuk eri, Lambene

nggula satemlik, Idepe Tumenga ing tawang, Irunge Ngudhup Melathi,

Untune miji timun, WangeNyangkal putung,RambuteNgembang bakung,

PipineNduren sajuring,Mripate liyep lindri, PakulitaneNgulit langsep,

LengeneNggandhewa pinenthang,LembehaneMblarak sempal,

Athi-athineNgudhup turi, yang selanjutnya dijadikan sebuah paradigma dalam

(23)

4.3.2 Makna Ikon Wanita Dalam Iklan

Representasi dari tanda iklan Gizi Super Cream dalam majalah

kecantikan telah menempatkan bahasa tubuh wanita (penanda) yaitu sebagai

daya tarik suatu produk.Bahasa tubuh wanita yang ditampilkan dalam media

iklan dibuat menarik, menggoda dan seksi (petanda). Representasi yang

dibentuk pada iklan gizi Super Cream dalam majalah kecantikan telah

membentuk citra diri seorang wanita, gaya hidup, dan kepuasan dengan

menjanjikan berbagai hal.

Penggunaan wanita sebagai model iklan selalu dikaitkan dengan

keindahan dan sensualitas yang dimiliki oleh model tersebut. Banyak iklan di

media yang memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang indah, hal ini

menyebabkan bahwa pandangan masyarakat mengenai wanita cantik adalah

wanita yang memiliki tubuh yang indah, kulit yang putih, langsing, dan tinggi

meskipun pada akhirnya masyarakat sendirilah yang harus

menginterpretasikan makna dari simbol-simbol tersebut. Produk yang

diiklankan dapat didramatisirkan dan dibuat lebih menggairahkan atau kurang

lazim dari biasanya sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengingatnya.

Iklan memang mempunyai ragam dimensi, mulai dimensi estestis,

yang ada kalanya diambil dari makna simbolis maupun citra-citra tertentu

dalam struktur sosial masyarakat, secara konotatif tak jarang mempunyai

fenomena kode sosial yang mencerminkan bias-bias ideology gender. Hal ini

(24)

(signifiant) akan juga sekaligus berfungsi sebagai kesatuan petanda (signifier).

Bahkan tak jarang pula kesatuan petanda tersebut dibentuk untuk

memaknakan citra yang mengadopsi simbol-simbol, stereotip, serta nilai-nilai

budaya (hegemoni kultural) yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam konteks semiotika Roland Barthes, iklan Gizi Super Cream

dalam majalah kecantikan yang menggunakan wanita sebagai model memiliki

makna denotatif dan konotatif atau “penanda” dan “petanda”. Makna denotasi

dapat dilihat pada analisis di atas yaitu makna langsung yang nampak secara

indra tentang seluruh gambaran iklan Gizi Super Cream dalam majalah

Kecantikan, mulai dari penampilan sampai dengan ekspresi perempuan

tersebut.

Selanjutnya, makna yang dapat dilihat pada seluruh iklan Gizi Super

Cream dalam majalah kecantikan ini adalah makna konotatif. Makna konotatif

ikon wanita pada iklan Gizi Super Cream di majalah kecantikan ini adalah

dari aspek kecantikan dan sensualitasnya, seluruh bahasa tubuh, ekspresi yang

dilakukan sampai dengan pemilihan warna memiliki keterkaitan dengan

eksistensi gizi Super Cream dan pesan teks iklan yang disampaikan.

Pada dasarnya, wanita selalu diidentikkan dengan keindahan.Pesona

keindahan seorang wanita ini dapat menarik perhatian semua jenis kelamin,

baik itu laki-laki maupun wanita.Oleh karena itu, pengiklan menjadikan

(25)

yang dibuatnya.Wanita dalam sebuah iklan pada dasarnya adalah sebuah

pancingan untuk khalayak agar tertarik pada iklan yang ditawarkan.

Iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan, secara tidak

langsung melakukan konstruksi atas citra wanita dan mengukuhkan citra itu

terutama dalam hubungannya dengan budaya patriarkhi.Iklan Gizi Super

Cream dalam majalah kecantikan, telah membuat wanita ditampilkan menjadi

simbol-simbol untuk menciptakan citra tertentu.

Tubuh wanita yang digunakan dalam tampilan iklan Gizi Super Cream

di majalah kecantikan akan terbentuk ke dalam pikiran pembaca, dan

menimbulkan berbagai macam persepsi dan makna kepada masing-masing

pembaca majalah tersebut. Jika tubuh wanita telah membentuk sebuah makna

bagi pembaca, maka selanjutnya hal ini akan menjadikannya sebagai gejala

munculnya sebuah budaya baru dan pada akhirnya akan menjadi suatu

kebudayaan. Sehingga ketika ada tampilan baru dari iklan mobil dengan

menampilkan sosok wanita seksi di dalamnya maka secara spontan akan

langsung membentuk pemahaman tentang makna yang disamnpaikan oleh

iklan tersebut. (Hoed: 2014: 166).

Pemaknaan terhadap ikon wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam

majalah Kecantikan merupakan nilai yang melekat dan dikonstruksi secara

sosial maupun kultural. Keberadaan wanita dalam iklan ini merupakan

(26)

membantu khalayak dalam mengidentifikasi produk yang diinginkan dan

dibutuhkan.

Eksistensi wanita dalam iklan Gizi Super Cream di majalah kecantikan

merupakan simbol non verbal dan memiliki makna secara tekstual dan budaya

tekstual.Makna secara tekstual keberadaan wanita dalam iklan tersebut dengan

segala ekspresinya secara keseluruhan saling berkaitan dengan pesan yang

ingin disampaikan oleh iklan tersebut melalui teks iklannya.Selanjutnya

makna budaya tekstual ikon wanita dalam iklan tersebut terjadi karena adanya

hubungan sosial atau hubungan interpersonal.

Pada dasarnya, ikon wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam

majalah kecantikan memiliki komodifikasi tubuh wanita sebagai petanda

dalam iklan tersebut yang memiliki makna-makna secara individu, sosial

maupun kultural yang memang produknya ada kaitannya dengan dimensi

kebutuhan sesuai dengan apa yang telah diperagakan oleh wanita melalui

tampilan iklan dalam majalah kecantikan ini, dan komodifikasi tubuh wanita

sebagai petanda dalam iklan Gizi Super Cream di majalah kecantikan yang

memiliki banyak makna dan penafsiran bagi pembacanya dan tidak ada

hubungannya sama sekali dengan dimensi “ketubuhan” wanita itu sendiri.

Ikon wanita merupakan tanda-tanda yang diproduksi majalah

kecantikan dalam iklan-iklannya merupakan realitas sosial yang memberikan

dampak kepada sasaran pembacanya, semua itu adalah tatanan simbolik yang

(27)

oleh rangkaian tanda dan peran. Tatanan simbolik mengatur masyarakat

melalui pengaturan terhadap individu dan internalisasi peran gender dan kelas.

Masyarakat akan mereproduksi dirinya dalam bentuk yang cukup konstan dan

tunduk kepada aturan linguistik yang terkandung pada ketidaksadarannya.

Dalam ilustrasi media massa, iklan Gizi Super Cream dalam majalah

Kecantikan secara khusus.

Konstruksi sosial yang dihasilkan melalui ikon wanita pada iklan Gizi

Super Cream dalam majalah kecantikan kemudian merupakan stimulus

lingkungan yang dapat dilihat, didengar dan dialami oleh khalayak.Hal ini

kemudian di interpretasikan dan dipersepsi oleh mereka sesuai dengan

pengalaman mereka sendiri.kemudian diinternalisasikan sehingga

menghasilkan respon-respon dalam meghayati citra tubuh serta pengaruhnya

terhadap relasi sosial.

Bagaimanapun dan seperti apapun makna yang terkonstruksi oleh

tubuh wanita pada iklan Gizi Super Cream dalam majalah kecantikan, jika

melihat pesan yang ditampilkan dan disampaikan melalui sosok seorang

wanita yang tereksploitasi melalui gambar nonverbal yang ditampilkan pada

iklan ini, wanita dalam iklan ini sebagai obyek yang digambarkan terlalu

memperlihatkan bagian tubuhnya dengan sedemikian rupa yang melalui pose

bentuk tubuhnya.

Dari seluruh penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

(28)

kecantikan adalah citra pigura.Citra pigura itu sendiri adalah wanita sebagai

makhluk yang cantik dan harus selalu menjaga kecantikannya.Dalam iklan

Gizi Super Cream pada majalah kecantikan ini, sangat terlihat citra

piguranya.Karena, model yang ditampilkan sangat mencerminkan pancaran

kecantikan pada wanita dengan memiliki tubuh yang langsing dan

proporsional, rambut yang panjang, kulit yang cerah dan wajah yang

cantik.citra pigura yang ditampilkan pada iklan Gizi Super Cream di majalah

kecantikan ini membuat wanita ingin menjadi seperti model, sehingga mereka

akan selalu berusaha mengikuti seluruh aspek dari sosok model tersebut.

4.3.3 Mitos Kecantikan Wanita J awa Dalam Majalah Kecantikan

Mitos dimaknai sebagai suatu operasi ideologi yang berkembang

dalam masyarakat yang sudah terjadi secara turun temurun.Mitos memiliki

pola tiga dimensi, yaitu penanda petanda dan tanda.Dalam iklan Gizi Super

Cream di majalah Kecantikan terkuak mitos dari representasi kecantikan

wanita.

Merujuk pada hasil analisis dan pembahasan mitos yang berkembang

dan diyakini dalam kebudayaan di Indonesia tentang representasi kecantikan

wanita, terdapat poin-poin yang diyakini sebagai garis besar dari representasi

keacntikan wanita tersebut. Antara lain wanita diyakini lebih terlihat indah

dalam berpenampilan dengan rambut panjang tergerai dan memakai hijab.

Banyak dari wanita Indonesia yang masih mempertahankan warna rambut

(29)

kecantikan.Selain itu, membentuk rambut dengan bentuk sedikit

bergelombang biasa dilakukan wanita dalam menghadapi acara-acara

tertentu.Tidak semua wanita menata rambutnya dengan bentuk bergelombang

setiap hari, karena untuk membuat tatanan rambut seperti itu dibutuhkan

waktu dan kesabaran yang lebih.

Balutan busana yang diyakini merepresentasi penampilan wanita

adalah busana-busana yang memiliki warna cerah. Model busana berupa

kebaya modernakan lebih menonjolkan sisi feminim dari wanita, karena pria

tidak lazim menggunakan busana tersebut.

Mitos atau yang disebut juga dengan ideologi adalah bentuk kesadaran

palsu yang mengkontrol perilaku sosial berkembang dari makna

konotasi.Mitos kecantikan dari representasi kecantikan wanita pada iklan Gizi

Super Cream dalam majalah kecantikan baik oleh fotografi, maupun tipografi

telah memapankan ideologi kecantikan dan tubuh ideal dalam masyarakat

secara arbitrer atau “seenaknya”. Menciptakan dikotomi seperti: gemuk

langsing atau kurus lawan langsing; tubuh proporsional dan tidak; kulit putih

lawan kulit gelap; rambut lurus lawan rambut ikal atau keriting dan

sebagainya dalam rangka pikir yang baik, buruk atau oposisi biner yang

berpasang-pasangan.

Perspektif kritis media berupaya mempertautkan hubungan antara

media massa dan keberadaan struktur sosial. Ragam analisis kritis umumnya

(30)

pembongkaran terhadap isi media atau ”teks”. Untuk dapat membongkar

sebuah makna ideologis dari praktik pertandaan, diperlukan prinsip-prinsip

intratektualitas dan intertekstualitas. Dimulai dengan analisis bersifat teknis

(kode-kode verbal dan nonverbal dalam iklan), kajian semiotika senantiasa

menghubungkan isi teks dengan ”teks” lain berupa isi media lain dan bahkan

fenomena sosiokultural masyarakat yang lebih luas.

Salah satu kultivasi ideologi dalam produksi iklan di media khususnya

majalah, berlangsung melalui representasi mitos. Dalam tayangan iklan, akan

terlihat bahwa tanda linguistik, visual dan jenis tanda lain tidaklah

sesederhana mendenotasikan sesuatu hal, tetapi juga menciptakan tingkat

konotasi yang dilampirkan pada tanda. Makna yang dihasilkan oleh penanda

konotasi seringkali menghadirkan mitos.Mitos bekerja menaturalisasikan

segala sesuatu yang ada dalam kehidupan manusia, sehingga imaji yang

muncul terasa biasa saja dan tidak mengandung persoalan. Pada tingkat ini,

mitos sesungguhnya mulai meninggalkan jejak ideologis, karena belum tentu

”sesuatu” yang tampil alamiah lantas bisa diterima begitu saja tanpa perlu

dipertanyakan kembali derajat kebenarannya.

Sebuah konsep kecantikan dan tubuh yang ideal bagi wanita telah

berkuasa dan meminggirkan wacana lainnya, yakni keragaman wanita baik

dari bentuk tubuh, kulit yang bergradasi dari gelap ke terang, mulus atau

kering, bentuk rambut yang tak selalu lurus dan sebagainya. Ideologi

(31)

yang dikatakan oleh Michel Foucault, ciri utama wacana ialah kemampuannya

untuk melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat. Maka

dalam masyarakat terdapat wacana dominan yang berusaha memapankan

kuasanya atas wacana yang marjinal.Wacana dominan menjadi pesan yang

mudah diterima namun bersifat membatasi dan meminggirkan wacana yang

lain (Eriyanto, 2008:63).

Mitos kecantikan ditampilkan melalui berbagai media khususnya

dalam majalah Kecantikan konsep tentang kecantikan disuguhkan kepada

masyarakat menyebabkan kaum wanita menetapkan kualitas dirinya

berdasarkan keindahan fisik yang ditampilkan di media massa tersebut.

Akhirnya wanita terbiasa bercermin pada media massa dan membandingkan

dirinya dengan artis-artis cantik di majalah atau televisi.

Mitos kecantikan berkaitan dengan tipe wanita narsis yang dijelaskan

Beauviour dalam feminisme eksistensialis.Seorang narsis terobsesi untuk

menyempurnakan wajah, tubuh dan pakaiannya.Kualitas diri narsisme

ditentukan oleh penilaian fisiknya oleh masyarakat.Ia menganggap dirinya

berharga jika dianggap cantik oleh masarakat. Seorang narsisme seolah tidak

mempunyai rasa percaya diri untuk menentukan definisi kecantikan bagi

dirinya sendiri. Akibatnya, ia hanya menghabiskan waktunya untuk berdandan

dan melupakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan

(32)

Dalam budaya kita selama ini, wanita bertubuh ideal adalah mereka

yang bertubuh langsing dimana akan mendapatkan respek daripada wanita

bertubuh gemuk. Wanita dengan tubuh gemuk akan tersingkir dan itu akan

menyebabkan wanita merasa harus tetap berusaha langsing. Kecantikan inilah

yang akhirnya menjadi sangat penting bagi beberapa orang, dimana

kecantikan yang dimaksud hanya sebatas kecantikan fisik.Pandangan

masyarakat mengenai wanita cantik (dengan badan langsing atau sintal, dan

berkulit mulus) yang sekarang berkembang sebenarnya merupakan mitos atau

keyakinan yang beredar luas menyangkut suatu hal yang belum tentu

kebenarannya.Keyakinan mengenai wujud wanita cantik sebenarnya lebih

merupakan hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh masyarakat sendiri.

Penekanan masyarakat pada penampilan fisik wanita sebagai salah

satu sumber utama kualitas diri sebetulnya didasari oleh control pada wanita

yang terletak pada kemampuan memenuhi tuntutan mitos kecantikan. Jika

mereka tidak memenuhi tuntutan tubuh ideal, dan jika mereka tidak berusaha

untuk menjadikan dirinya cantik dan langsing, mereka tetap akan dipandang

kurang postif karena dianggap “gagal” menyesuaikan peran atau telah

menentang peran yang telah ditetapkan bagi mereka. Maka kegemukan dapat

berakibat pada konsekuensi negative, seperi penolakan sosial dan selfesteem

yang rendah. (Melliana, 2006 : 78).

Anggapan sosial yang positif yang selalu dihubungkan dengan

(33)

massa dengan memperkuat bukti bahwa tipe bentuk tubuh langsing sangat

mendominasi. Sesungguhnya, media massa merupakan salah satu faktor yang

menyebarluaskan dampak dari pemikiran mengenai fitur keindahan tubuh

dengan gencar. Begitu gencarnya provokasi sehingga para remaja dan

perempuan dewasa bahkan ibu-ibu tengah baya akhirnya mengukur dirinya

dengan bentuk ideal seorang wanita adalah perempuan yang diciptakan oleh

majalah, dan iklan-iklan lainnya.Akibatnya para perempuan yang merasakan

kesenjangan antara gambaran image tubuh ideal dengan gambaran tubuh

secara nyata cenderung mengalami emosi negatif.

Banyak anggapan budaya di masyarakat yang menempatkan wanita

dalam posisi subordinat dan marginal.Majalah sebagai media cetak, turut

mencitrakan wanita sebagaimana yang digambarkan dalam masyarakat

melalui iklan berbagai produk.Seringkali, iklan di media juga menambahi

stereotype dan pelabelan negatif terhadap wanita. Hal itu berdampak pada

pencitraan terhadap wanita di masyarakat, karena apa yang digambarkan oleh

media akan berkaitan dan berpengaruh terhadap nilai-nilai yang berkembang

dan diyakini oleh masyarakat.

Iklan sendiri bukan hanya mempengaruhi masyarakat manusia yang

mendapat dampaknya tapi juga merefleksikan aspek-aspek tertentu dari

nilai-nilai dalam masyarakat tersebut dan struktur masyarakat itu sendiri.Dalam hal

ini, patriarki yang menjadi ideologi dominan dalam masyarakat juga terus

(34)

Seiring dengan adanya mitos kecantikan, keindahan dan sekssualitas

yang menghinggapi dan membelenggu kaum wanita tersebut, akhirnya

banyak sekali konsepsi yang dibangun secacra sosial berkaitan dengan makna

cantik, indah dan seksi yang kecenderungan definisinya adalah banyak

berangkat dari analisis secara fisik semata. Tubuh wanita yang cantik selain

dikarenakan oleh kecantikan wajahnya, juga adalah identik dengan kulit yang

putih mulus serta kencang, bentuk tubuh yang lekukannya menunjukkan

kemontokan organ-organ tertentu (terutama dada dan pinggul) yang

sempurna, bibir yang sensual, serta deskripsi lainnya, yang secara prinsip

terkait dengan semua organ tubuh wanita, mulai dari ujung rambut sampai

ujung kaki.

Setiap orang menilai kecantikan dengan caranya masing-masing.

Namun definisi kecantikan bagi laki-laki umumnya sama, yaitu wanita

bertubuh langsing, berambut panjang dan berkulit putih. Sebagian wanita

tidak percaya diri untuk tampil di muka umum apabila belum sempat merias

diri.Mahalnya biaya yang harus mereka keluarkan tidak menyurutkan

keinginan untuk tampil cantik dan menarik.

Wanita dilihat sebagai sosok yang indah dan keindahan wanita dilihat

dari fisik yang menarik dimata laki-laki. Mitos keindahan wanita dalam iklan

Gizi Super Cream di majalah kecantikan terlihat melalui rambut, bentuk tubuh

(35)

diperagakan oleh wanita dalam iklan Gizi Super Cream dalam majalah

Kecantikan tersebut.

Keindahan yang dimiliki wanita dalam kesehariannya membentuk

stereotype dan membawa mereka ke sifat-sifat disekitar keindahan itu. Disisi

lain, wanita harus tampil menawan, pandai mengurus rumah tangga,

memasak, tampil prima untuk menyenangkan suami dan menjadi sumber

pengetahuan dan moral keluarga, “penjaga nilai halus dan adiluhung” di

rumah, penyambung keturunan, lemah lembut, anggun, pandai memasak,

lebih emosional, fisik kurang kuat, lincah, keibuan, manja, tidak bernalar,

bergantung, pasif lemah, penakut, digambarkan dalam objek seksual,

menekankan figur pada pakaian cantik. Apakah kita harus membenarkan

semua konstruksi yang telah diberikan system patriaki dan kapitalis.

Wanita merupakan korban dan sebagai kelompok yang dibisukan oleh

budaya patriaki seperti dalam Muted group theory. Cara pikir dan percakapan

wanita dan laki-laki berada dalam dua pihak yang berbeda, antara yang

menindas dan yang tertindas. Dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam

mempersepsikan dunia. Patriaki menghalangi cara ekspresi wanita dalam

memahami dunia, Untuk diterima dalam budaya patriaki maka wanita harus

berpikir sesuai dengan pola pikir laki-laki. Wanita terjebak dalam dunia yang

diciptakan laki-laki, hidup dengan bahasa laki-laki dan kehilangan

(36)

Dalam realitas sosial sehari-hari masalah tentang ketidakadilan yang

dialami oleh wanita selalu menarik untuk dibicarakan, karena hal ini menjadi

fenomena di dalam kehidupan masyarakat maupun dalam bentuk pemberitaan

dan tampilan iklan di media. Seringkali posisi wanita di media massa

ditempatkan sebagai pelengkap dunia laki-laki dan keindahan wanita

dijadikan sebagai objek seksual di media massa.

Sistem nilai, norma, stereotipe, serta ideologi gender telah lama dilihat

sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan wanita

dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungannya dalam konstruksi sosial

masyarakat. Nilai atau norma tentang wanita dalam masyarakat tumbuh dari

konsensus di dalam masyarakat itu sendiri yang dibawa secara turun temurun,

meskipun seiring dengan perkembangan jaman tata nilai tersebut akan terus

berkembang dengan mengalami dekonstruksi, redefinisi, maupun rekonstruksi

dalam proses sosialnya. Kendatipun demikian, cara pandang tentang wanita

ataupun ideologi gender tidak dapat dilepaskan dengan nilai budaya yang

melingkupi hubungan sosial masyarakatnya.

Persoalan akan bertambah apabila pemahaman mengenai realitas yang

dibentuk oleh iklan menjadi dasar pada eksploitasi tubuh wanita. Seolah-olah

seorang wanita harus menjaga bentuk tubuh dan kecantikannya agar tetap

sedap dipandang oleh kaum pria.Apabila ada wanita yang mengalami

perceraian itu adalah wanita yang tidak memahami bagaimana menjaga

(37)

tidak dipertanyakan lagi, inilah mitos yang turun menurun terbentuk oleh

iklan.

Tentang keadaan tersebut, tak jarang dalam jangka panjang kemudian

berubah menjadi sebuah mitos.Mitos adalah bagaimana sebuah kebudayaan

menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang sebuah realitas.Mitos

merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.

Mitos-mitos masa kini adalah suatu realitas yang menyinggung feminitas,

maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan (Fiske 2007 : 88)

Tampilnya wanita sebagai obyek dalam iklan dan media massa

merupakan akibat dari posisi wanita yang dianggap rendah dalam sistem yang

dianut masyarakat. Budaya kita menganut sistem patriarki.Artinya, wanita

ditempatkan dalam dunia yang sifatnya pribadi, yang dengan sendirinya

dikecualikan dari dunia pria yang sifatnya terbuka.

Wanita menjadi terbuka (publik) bila seksualitasnya dimanfaatkan atau

dieksploitasi.Secara jelas juga dinyatakan bahwa seks bukan lagi sesuatu yang

bersifat rahasia atau pribadi karena telah dijadikan komoditas dan secara

terbuka tersedia ditatanan kapitalis.Iklan dianggap sebagai pengukuhan

keinginan dan mimpi masyarakat karena dalam memajukan kapitalisme,

obyek tidak hanya memiliki nilai guna, tetapi juga nilai tukar.Semua ditakar

dari penampilannya, bukan oleh kegunaannya. Penampilannya sama dengan

ilusi estetik yang kemudian memanfaatkan ilusi tersebut guna merangsang

(38)

dalam etalase budaya, sesungguhnya telah terjadi penjungkirbalikkan dimensi

mistikal dan feminisme.Melalui trik-trik iklan yang memang dirancang untuk

memancing imajinasi.

Selain itu, pemaknaan yang terdapat dalam mitos kecantikan,

keindahan dan seksualitas adalah sebuah konsepsi tentang “gairah kemudaan”

dan “gaya hidup”, dimana dalam konsepsi ini wanita yang memiliki tubuh

cantik adalah wanita yang memiliki tubuh selalu dalam kondisi muda dan

segar khususnya pada bagian wajah.

Bila dikaitkan dengan paham feminisme eksistensialis, wanita dalam

foto-foto tersebut melakukan jenis kegiatan “Ada dalam

Dirinya”.Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan bukan atas pilihan dan keputusan wanita untuk

melaksanakannya.Tetapi, karena kebiasaan yang dibebankan secara turun

temurun kepadanya.Berbeda dengan kegiatan “Ada untuk Dirinya”, biasanya

merupakaan kegiatan yang memiliki tujuan, kesenangan dan kepuasan dalam

melaksanakannya.Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pilihan dan

pertimbangan untuk mencapai tujuan tertentu.

Oleh sebab itu, mitos tidak berarti menjadi penanda yang sama sekali

netral, melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu

yang boleh jadi berbeda sama sekali dengan makna asalnya. Meskipun, tidak

bisa dikatakan juga bahwa kandungan makna mitologis tidaklah dinilai

sebagai sesuatu yang salah sehingga “mitos”lantas diperlawankan dengan

(39)

menggambarkan situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada

disekelilingnya. Melalui mitos, sistem makna menjadi masuk akal dan

diterima apa adanya pada suatu masa, dan mungkin tidak untuk masa yang

lain. Maka kebenaran mitos menjadi sangat relatif, belum tentu sebuah mitos

yang beredar sekarang ini dapat diterima pada saat yang lain maupun di

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari siklus I, siklus II, dan III dapat disimpulkan bahwa pada hasil belajar siswa kelas IV sekolah dasar secara

[r]

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suoth, dkk (2014) mengenai hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat

Pemilihan yang kedua kalinya dilaksanakan pada tahun 2013.dari hasil rekapitulasi mencapai 95 % masyarakat mengggunakan hak pilihnya di kecamatan sibarsel kabupaten

For each use of the bounding box data structure, a specific OWS Implementation Specification should specify if that use shall allow specifying the minimum rectangular bounding

 Menerbitkan Keputusan Sekretaris Jenderal selaku Atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Nomor 227 tahun 2015 tentang Daftar Informasi Yang Dikecualikan

Penelitian ini dilakukan dalam lima tahapan, diantaranya adalah (1) Tahap Pendahuluan yang meliputi studi literatur dan studi lapangan, identifikasi dan perumusan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik tiga responden yaitu key informans, masyarakat pengguna jalan, dan masyarakat sekitar memilih