• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PROFIL KOTA AMBON - DOCRPIJM_193e8ddc3e_BAB VIBAB 6 PROFIL KOTA, KAB.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI PROFIL KOTA AMBON - DOCRPIJM_193e8ddc3e_BAB VIBAB 6 PROFIL KOTA, KAB.pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Hal -

1

BAB VI

PROFIL KOTA AMBON

Profil kabupaten/kota merupakan bagian yang penting dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, sebagai dasar perencanaan pembangunan infrastruktur pada masa yang akan datang. Bagian profil kabupaten/kota pada RPI2-JM Bidang Cipta Karya menggambarkan kondisi daerah daeri berbagai aspek, yaitu gambaran kondisi geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi

6.1

Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

6.1.1

Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Kota Ambon secara geografis terletak pada garis lintang 3ᵒ – 4ᵒ LS dan garis bujur 128ᵒ – 129ᵒ BT dengan Luas Wilayah administratif kota Ambon adalah 377 Km2 atau 2/5 dari luas Wilayah Pulau Ambon yang terdiri dari luas daratan 359,45 Km2 dan lautan seluas 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km (PP No. 13 Tahun 1979). Adapun batas administrasi Kota Ambon sebagai berikut :

 Utara

:

Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu, Kecamatan Leihutu Kabupaten Maluku

Tengah.

 Selatan :

Laut Banda

 Timur

:

Petuanan Desa Suli dari Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.

 Barat

:

Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah.

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Wilayah Administrasi Kota Ambon yang sebelumnya 3 kecamatan dimekarkan menjadi 5 Kecamatan, yang terdiri dari 20 Kelurahan dan 30 desa/negeri dapat dilihat pada Tabel I.1 dan gambar I.1.

Tabel 6.1. Wilayah Administrasi Kota Ambon Per Kecamatan

No.

Kecamatan

Ibukota

(2)

Hal

-

2

Gambar 6.1. Peta Wilayah Administrasi Kota Ambon

(3)

Hal -

3

6.2

Gambaran Demografi

6.2.1

Jumlah, Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Ambon terus meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena Kota Ambon selain sebagai Ibu Kota Provinsi, sekaligus sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan aktivitas pemerintahan, sosial, ekonomi, Kota Ambon juga merupakan pusat pendidikan seperti perguruan tinggi yang tumbuh dan semakin berkembang sehingga sangat berpengaruh dan berpotensi besar terhadap pertumbuhan penduduk di Kota Ambon.

Adapun perkembangan jumlah penduduk Kota Ambon dari tahun 2010 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 6.2.

Sumber: BPS Kota Ambon 2015

Gambar 6.2. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2010

2014

(4)

Hal -

4

Tabel 6.3. Distribusi dan Pertumbuhan Penduduk Kota Ambon

Menurut Kecamatan Tahun 2009-2014

No

Kecamatan

Penduduk (Jiwa)

2010

2011

2012

2013

2014

Kota Ambon

331254 340428 354464 379615 395423

Pertumbuhan (%)

17,20

4,44

4,35

4,36

4,16

Pertumbuhan 2010-2014 (%)

6,9

Sumber: BPS Kota Ambon 2015

Selanjutnya jumlah penduduk Kota Ambon per Kecamatan bila dibandingkan dengan luas wilayah

per Kecamatan maka rata-rata kepadatan penduduk adalah seperti pada (Tabel 6.4)

Tabel 6.4. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk

Tiap Kecamatan Tahun 2014

No

Kecamatan

Luas Wilayah

Daratan (Km

2

)

Sumber: BPS Kota Ambon, 2015

Dari tabel diatas tergambar kepadatan penduduk per Kecamatan tahun 2014 tertinggi berada pada Kecamatan Sirimau yaitu 1.926,01 jiwa/Km2, disusul Kecamatan TA Baguala 1.591,40 jiwa/Km2, Kecamatan Nusaniwe 1.214,22 jiwa/Km2 dimana Ketiga Kecamatan ini kepadatan penduduk diatas Kota Ambon yang sebesar 1.100,08 jiwa/Km2, sedangkan Kecamatan Teluk Ambon 489,94 Jiwa/Km2 dan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 222,22 jiwa/km2 (Tabel 6.4).

6.2.2

Komposisi

Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(5)

Hal -

5

Tabel 6.5. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tiap Kecamatan Tahun 2014

No

Kecamatan

Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

1

Nusaniwe

52.839

54.436

107.275

2

Sirimau

83.314

83.883

167.197

3

T.A.Baguala

31.404

31.404

63.831

4

Teluk Ambon

22.517

45.898

45.898

5

Leitimur Selatan

5.568

5.654

11.222

Kota Ambon

197.529

197.894

395.423

Sumber: BPS Kota Ambon, 2015

6.2.3

Komposisi Penduduk Menurut Struktur Usia

Penduduk Kota Ambon tahun 2014 berjumlah 395.423 dari jumlah tersebut bila dikelompokan menurun struktur usia lebih didominasi oleh penduduk usia produktif (usia 15 sampai 59 tahun) yaitu berjumlah 264.525 jiwa (66,90%), diikuti oleh penduduk usia muda (usia 0 sampai 14 tahun) berjumlah 107.698 jiwa (27,23%) dan penduduk yang berusia lanjut (usia 60 tahun ke atas) berjumlah 23.200 jiwa (5,87%).

Adapun penduduk Kota Ambon menurut struktur usia tahun 2014 adalah seperti gambar 6.3. berikut :

Sumber: BPS Kota Ambon Tahun 2015

Gambar 6.3. Jumlah Penduduk Kota Ambon menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2014

(6)

Hal -

6

6.2.4

Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk Kota Ambon tahun 2014 bila dikelompokan menurut tingkat pendidikan utama penduduk dan presentasinya adalah SLTA/Sederajat yaitu sebesar 161.031 orang (39,74%), disusul SD/Sederajat 87.853 (21,68%) selanjutnya seperti gambar 6.4. berikut.

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2015

Gambar 6.4. Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Ambon Tahun 2014

6.2.5

Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan dan Pengangguran

Penduduk Kota Ambon dilihat dari jenis pekerjan terdiri dari belum/tidak bekerja sebanyak 153.238 jiwa (37,81%); pelajar/mahasiswa sebanyak 87.728 jiwa (21,56%); karyawan swasta/wirausaha sebanyak 72.414 jiwa (17,87); mengurus rumah tangga sebanyak 51.096 jiwa 12,61%);

PNS/TNI/Guru/Dosen/Tenaga Medis – Non Medis sebanyak 33.350 jiwa (8,46%); pensiunan

sebanyak 7.051 jiwa (1,74%); dan lain-lain sebanyak 379 jiwa (0,09%).

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, 2015

Gambar 6.5. Jenis Pekerjaan Penduduk Kota Ambon Tahun 2014

(7)

Hal -

7

jiwa, maka terdapat 39.911 jiwa (9,8%) penduduk usia produktif di Kota Ambon yang belum/tidak bekerja atau menganggur.

6.2.6

Penduduk Miskin di Kota Ambon.

Penduduk Miskin di Kota Ambon tahun 2013 berjumlah 16.900 jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah di tahun 2012 sebanyak 22.000 jiwa. Adapun perkembangan jumlah penduduk miskin Kota Ambon sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 seperti gambar dibawah ini.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014

Gambar 6.6. Penduduk Miskin di Kota Ambon Tahun 2009

2013.

Sedangkan presentase penduduk miskin di Kota Ambon sejak tahun 2009 sampai tahun 2013 adalah seperti pada Gambar 6.7. berikut:

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014

Gambar 6.7. Presentase Penduduk Miskin di Kota Ambon

Tahun 2009

2013

Sedangkan garis kemiskinan di Kota Ambon sejak tahun 2009 sampai 2013 menunjukan trend yang lebih baik dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.268.913,- meningkat di tahun 2013 menjadi Rp.417.789,- seperti pada Gambar 6.8 dibawah ini.

7.61 7.67

6.83

5.98

4.42

0

2

4

6

8

10

(8)

Hal -

8

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Ambon 2014

Gambar 6.8. Garis Kemiskinan Penduduk Kota Ambon 2009-2013

6.3

Gambaran Topografi

6.3.1

Topografi dan Kemiringan Lerang

Kota Ambon terletak di Pulau Ambon adalah bagian dari kepulauan Maluku yang merupakan pulau-pulau busur vulkanis, sehingga secara umum Kota Ambon memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit dan berlereng.

Kondisi topografi wilayah Kota Ambon, sebesar 73% dari wilayah daratan dapat diklasifikasikan berbukit sampai berlereng terjal, dengan kemiringan di atas 20%. Sedangkan 17% wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 20% (Gambar 6.9). Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10% terdapat di kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.

2) Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20% terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).

3) Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 20-30% terdapat pada kawasan perbukitan.

(9)

Hal -

9

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.9. Peta Topografi Kota Ambon

6.4

Gambaran Geohidrologi

6.4.1

Hidrologi

Kondisi Hidrologi di Kota ambon memiliki karakteristik khusus yaitu terdiri dari banyak sungai kecil DAS yang sempit, sehingga membutuhkan pengelolaan yang baik agar tidak mengakibatkan banjir di musim hujan. Kondisi hidrologis di Kota Ambon ini dapat digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu : Mata Air, Air Tanah, Air Permukaan (Sungai) dan Perairan (Teluk Ambon)

a. Mata Air

Disekitar Kota Ambon terdapat 8 sumber mata air yaitu : sumber air Wainitu, Air Keluar (Kusu-kusu), Air Besar (Soya), Air Panas Wainiu I dan Wainiu II, Air Besar (Halong), Air Besar (halong), Wai Pompa, dan Air Panas. Kondisi sumber-sumber tersebut mengalami penurunan debit air sebagai akibat aktivitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungannya.

(10)

Hal -

10

b. Air Tanah

Daerah Pusat Kota Ambon merupakan cekungan besar yang memiliki potensi untuk penampungan air tanah. Didaerah ini diperkirakan terdapat 3 akuifer masing-masing akuifer dalam (90m), akuifer tengah (30-50m) dan akuifer dangkal (<10m). Dengan Banyaknya pemanfaatan air tanah melalui pemanfaatan sumur artesis untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka dikuatirkan akan terjadi pencemaran sebagai akibat intrusi air laut.

Pada daerah datar di Kota Ambon banyak terdapat air tanah dangkal yang hampir merata

diseluruh bagian kota. Kedalaman air tanah dangkal ini bervariasi antara 1 s/d 5 meter

tergantung musim. Lapisan yang mengandung air tanah berupa lapisan pasir yang berukuran

kecil hingga berukuran besar.

c.

Air Permukaan

Kondisi Air Permukaan di Kota Ambon sangat tergantung dari aliran sungai yang mengalir dari

daerah pegunungan menuju ke arah laut (perairan Teluk Ambon).

Di Ambon terdapat 15 sungai dengan panjang antara 1,50 Km hingga 15,50 km dan menyebar di

5 Kecamatan dengan debit yang bervariasi. Sebagian sungai-sungai tersebut sudah tidak layak

digunakan oleh masyarakat karena telah tercemar buangan air limbah masyarakat, sedimentasi

akibat erosi serta menjadi saluran primer.

Tabel 6.6. Sungai yang Melintasi Kota Ambon

Kecamatan

Nama Sungai

Panjang

(Km)

Daerah yang dilalui

Panjang

(11)

Hal -

11

d.

Perairan (Teluk Ambon)

Teluk Ambon merupakan muara dari sungai-sungai yang berada disekitar Kota Ambon. Wilayah

ini terdiri dari dua bagian yaitu Teluk Ambon Bagian Luar (±100 km2) dengan kedalaman sekitar

100 meter dan Teluk Ambon Dalam (±60 km2) dengan kedalaman rata-rata sekitar 25 meter.

Kondisi kawasan ini cukup optimum dalam mendukung kehidupan biota laut yaitu ikan,

teripang, kerang-kerangan dan terumbu karang serta hutan mangrove, namun akibat tekanan

aktivitas masyarakat sulit untuk menghindari akibat negatif yang ditimbulkan yaitu limbah,

sedimentasi, abrasi, pencemaran dan rusaknya hutan mangrove.

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.10. Peta Hidrologi Kota Ambon

6.5

Gambaran Geologi

6.5.1

Geologi

(12)

Hal -

12

Akibat benturan lempeng tersebut juga terdapat zona-zona sesar dan deretan gunung api aktif yang memanjang. Busur Banda - Sulawesi dan Halmahera merupakan bagian dari deretan gunung api aktif yang memanjang mulai dari Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara. Zona sesar merupakan zona lemah dan bila terjadi pergerakan lempeng akan terjadi gempa bumi di sepanjang zona lemah tersebut.

Kompleksnya topografi dasar laut Maluku disebabkan di kawasan ini terjadi benturan atau gesekan antara empat lempeng litosfer, yakni lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Indo - Australia. Konsep tektonik lempeng menganggap bahwa kerak bumi terdiri atas lempeng-lempeng litosfer yang berada di atas astenosfer dari mantel atas bumi yang plastis dan bergerak relatif terhadap lempengan lainnya.

Bentuk wilayah pesisir yang terletak di antara daratan dan lautan selain ditentukan oleh kekerasan batuan dan pola morfologi, juga ditentukan oleh tahapan tektoniknya. Dalam batasan geologi, bentuk pesisir di Kota Ambon terdiri dari bentuk pantai berundak; bentuk pantai terjal, dan bentuk pantai landai. Hampir seluruh wilayah Kota Ambon adalah terbentuk dari jenis batuan Gunung Api Ambon, dan beberapa kawasan di selatan adalah jenis batuan Ultramafik. Beberapa kawasan di pesisir adalah jenis batuan Aluvium; selain itu di beberapa lokasi terdapat jenis batuan Gamping Koral, dan juga jenis Formasi Kanikeh dapat dilihat pada peta 6.11.

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.11. Peta Geologi Kota Ambon

6.5.2

Tanah

Jenis tanah yang tersebar di wilayah Kota Ambon antara lain Regosol, Aluvial, Kambisol, Litosol, Rendzina, dan Gleisol (Gambar 6.12), yaitu:

(13)

Hal -

13

atau kasar (pasir > 60%) dari bahan-bahan albik tanpa horizon diagnostic kecuali A okrik. Vegetasi penting yang tumbuh di atas tanah ini adalah kelapa, dan tumbuhan semak belukar. 2) Aluvial; Tanah ini tersebar pada daerah-daerah bertopografi datar terutama di pusat kota

Ambon, Desa Passo, dan Poka. Aluvial berkembang dari bahan induk alluvium muda mempunyai susunan berlapis atau kadar C-Organik tidak teratur, dan yang tidak mempunyai

horizon diagnostic kecuali tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru selain horizon A okrik, H histik atau sulfuric dengan kadar fraksi pasir < 60% pada kedalaman 25 cm sampai 100 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah ini memiliki solum sedang sampai dalam, dengan tekstur sedang dan ber-drainase agak buruk, berasosiasi dengan Regosol, Kambisol, dan Rendzina. Vegetasi umumnya didominasi oleh kelapa dan tanaman campuran.

3) Kambisol; Tanah ini umumnya tersebar di daerah perbukitan-pegunungan. Karakteristik Kambisol antara lain terdapat horizon B kambik atau horizon A umbrik, A mollik, tanpa memperlihatkan gejala hidromorfik dalam penampang 50 cm dari permukaan. Tanah memiliki solum sedang sampai dalam bertekstur halus sampai agak kasar, dan berdrainase baik, berasosiasi dengan Regosol, Aluvial, dan Litosol. Vegetasi yang ditemukan antara lain semak belukar, tanaman campuran, dan vegetasi hutan.

4) Litosol; Tanah ini tersebar di lereng-lereng perbukitan yang telah mengalami erosi berat. Karakteristik Litosol antara lain mempunyai horizon A umbrik dan tidak lebih dalam dari 25 cm; tidak mempunyai horison diagnostik lainnya. Tanah bertekstur sedang dan ber-drainase baik, solum dangkal, berasosiasi dengan Renzina dan Kambisol. Vegetasi yang dijumpai antara lain tanaman campuran berumur setahun dan semak belukar.

5) Renzina; Tanah ini tersebar di Desa Halong, Hutumuri, Latuhalat, Seilale, dan Urimessing. Karakteristik Renzina antara lain terdapat horizon A mollik dan di bawahnya langsung berupa batu kapur, kadar CaCO3 lebih dari 40%. Bila horizon A mengandung pecahan CaCO3 halus banyak, warna horizon A mollik dapat menyimpang. Tanah memiliki solum dangkal sampai sedang dengan tekstur sedang sampai halus dan ber-drainase baik di atas bahan induk koral, umumnya berasosiasi dengan Litosol dan Kambisol. Vegetasi penting antara lain tanaman campuran, dan semak belukar.

(14)

Hal -

14

Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2015

Gambar 6.12. Peta Jenis Tanah Kota Ambon

6.6

Klimatologi

(15)

Hal -

15

Sumber: Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2011, 2012 dan 2014, dari BPS Kota Ambon, 2015

Gambar 6.13. Curah Hujan di Kota Ambon Tahun 2011,2012,2014

Kota Ambon termasuk Tipe Iklim B berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951) yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%.

Berdasarkan data curah hujan tahun 2006-2010 bersumber dari Stasiun Meteorologi Ambon melalui BPS (Gambar 6.13), curah hujan tertinggi tahunan masih terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 5.041,2 mm dengan 226 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan tahun 2011,2012 dan 2014, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan Mei hingga Agustus seiring dengan berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Mei Tahun 2011 (1467,5 mm), sedangkan bulan kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan September hingga April seiring dengan berlangsungnya Musim Barat dengan curah hujan terendah di bulan November Tahun 2014 (32 mm). Sementara itu berdasarkan data Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2014, maka rata-rata temperatur di Kota Ambon adalah 26,6°C.

6.7

Kondisi Sosial dan Ekonomi

6.7.1

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kinerja ekonomi Kota Ambon yang diukur dengan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (ADHK) terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat menunjukan bahwa geliat aktivitas perekonomian di Kota Ambon menunjukan pertumbuhan yang berkembang maju.

(16)

Hal -

16

Gambar 6.14. PDRB ADHB Kota Ambon Tahun 2009-2013

Sementara itu, PDRB Kota Ambon tahun 2013 atas dasar Harga Konstan mencapai Rp.2,19 trilyun, PDRB ini meningkat Rp.1,08 milyar lebih atau 4,92 % dibanding tahun 2012 yang adalah Rp.2,08 trilyun.

Gambar 6.15. PDRB ADHK Kota Ambon Tahun 2009-2013

Mengacu pada PDRB Kota Ambon tahun 2013 atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha sebesar Rp.2,19 Trilyun maka struktur ekonomi Kota Ambon didominasi oleh sektor Jasa-Jasa dengan kontribusi sebesar Rp.594,3 Milyar (27,03%) bagi PDRB Kota Ambon, diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar Rp.543,7 Milyar (24,73%), sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi sebesar Rp.443,8 Milyar (20,18%), sektor Pertanian sebesar Rp.366.41 Milyar (17,45%) dan diikuti oleh sektor-sektor lainnya.

Hal yang sama tercermin pula pada PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2013, dimana sumbangan sektor Jasa-Jasa merupakan penyumbang terbesar yaitu Rp.1,68 Trilyun (28,62%), disusul sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 1,65 Trilyun (28,02), sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai 1,04 Trilyun (17,70%) serta diikuti sektor-sektor lainnya.

2,000,000 4,000,000 6,000,000

2009 2010 2011 2012 2013 PDRB ADHB 3,003,4 3,441,6 4,179,2 5,060,9 5,888,8

PDRB ADHB KOTA AMBON

PDRB ADHK 1,690,27 1,802,66 1,921,33 2,089,90 2,198,55

PDRB ADHK

Keterangan:

*) Angka Diperbaiki ; **) Angka Sementara. Sumber: BPS Kota Ambon, 2014

Keterangan:

(17)

Hal -

17

Tingginya kontribusi sektor Jasa-Jasa adalah karena sumbangan sub sektor Pemerintahan Umum dan Pertahanan sebesar Rp.1,62 Trilyun (27,62%) dari total PDRB. Selanjutnya penyumbang utama untuk Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah sub sektor Perdagangan Besar Eceran yaitu Rp.1,52 Trilyun (25,82%) dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku.

6.7.2

Pertumbuhan Ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator makro yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dalam suatu wilayah.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Ambon berada pada pertumbuhan yang positif, dimana tahun 2009 adalah 5,58% (Gambar 6.16) dan Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 5,20 %.

Gambar 6.16.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon Tahun 2009-2013

6.7.3

Pendapatan Perkapita.

Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang sangat berpengaruh pada pendapatan regional per kapita di Kota Ambon. Selain itu, upaya-upaya Pemerintah Kota Ambon untuk mengembangkan program-program unggulan dan pendekatan penguatan ekonomi masyarakat juga sangat berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat, dan hal ini terlihat jelas dari adanya peningkatan pendapatan domestik regional per kapita di Kota Ambon.

Pendapatan domestik regional per kapita tahun 2013 di Kota Ambon berdasarkan Harga Konstan adalah Rp.5.260.001,- dan berdasarkan Harga Berlaku adalah Rp.14.575.477. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, maka pendapatan domestik regional per kapita tahun 2013 berdasarkan Harga Konstan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.389.208,- atau (9,53%) dari tahun sebelumnya. Selanjutnya secara riil pendapatan yang diterima penduduk Kota Ambon tahun 2013 sebesar Rp.5.260.001,- yang berarti pendapatan yang dihitung berdasarkan kondisi tahun 2000, dengan demikian dapat diartikan bahwa Rp.14.575.477,- yang diterima setiap penduduk tahun 2013 setara dengan Rp.5.260.001,- pada tahun 2000.

2009 2010 2011 2012 2013

PERTUMBUHAN 5.58 6.65 6.58 8.77 5.2

(18)

Hal -

18

Gambar 6.17. Pendapatan Regional Perkapita Kota Ambon Tahun 2009-2013

Keterangan:

Gambar

Gambar 6.1. Peta Wilayah Administrasi Kota Ambon
Gambar 6.2. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2010 – 2014
Tabel 6.3. Distribusi dan Pertumbuhan Penduduk Kota Ambon
Gambar 6.3. Jumlah Penduduk Kota Ambon menurut Kelompok Umur dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4

Jumlah pencari kerja pada tahun 2012 yang tercatat pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemerintah Kota Kediri bila dirinci menurut jenjang pendidikan yang

a) Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai, meliputi kurang lebih 15% luas areal Kota Pasuruan. Tanah jenis ini terbentuk

Sumber data dari BPS Kabupaten Takalar, menunjukkan wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan Polombangkeng Utara dengan luas kurang lebih 212,25 Km2, atau