1-1
1-2
1.1
LATAR BELAKANG
OKUMEN Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kab/Kota Bidang
Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, masyarakat, dan dunia usaha dengan
mengacu pada rencana pembangunan, rencana tata ruang dan rencana Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS). Dokumen RPIJM yang sudah ada perlu diperbaharui
karena adanya pemutakhiran Amanat Pembangunan Bidang Cipta Karya, penyesuaian
Sasaran Strategis, dan perubahan Nomenklatur Bidang Cipta Karya.
Dalam proses penyusunan dokumen RPIJM perlu mengacu pada Rencana Pembangunan
Daerah, Amanat Penataan Ruang/Spasial, Amanat Pembangunan Nasional, dan Amanat
Pembangunan bidang PU/CK, dan Amanat Internasional. Acuan amanat penataan ruang
tercermin pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, yaitu RTRW
Nasional/KSN, RTR Pulau, RTRW Propinsi/Kab/Kota. Acuan Amanat Pembangunan
nasional tercermin pada RPJPN 2005-2025, RPJMN 2015-2019, UU No. 23/2014, MP3EI,
MP3KI, KEK, dan Direktif Presiden. Acuan amanat pembangunan bidang PU/CK
tercermin pada UU No. 1 /2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, UU No.
20/2011 tentang rumah susun, UU No. 28/2002 tentang bangunan gedung, UU No.
18/2008 tentang pengelolaan persampahan, UU No. 7/2004 tentang SDA, PP No.
16/2005 tentang pengembangan SPAM, PP No. 81/2012 tentang pengelolaan sampah RT
dan sampah sejenis, PP No. 36/2005 tentang peraturan pelaksanaan UU BG, SPM bidang
PU dan PR, dan RPIJM Bidang Cipta karya. Amanat internasional tercermin pada Agenda
Habitat I dan II, RIO + 20, MDGs dan SDGs.
RPIJM sebagai dokumen perencanaan Bidang Cipta Karya juga merupakan integrasi dari
strategi pembangunan sektor Bidang Cipta Karya (Rencana Induk Sektor). Masterplan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya diantaranya; Strategi Pengembangan Infrastruktur
Permukiman yaitu Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
(SPPIP), Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Tata Bangunan Lingkungan (RTBL), dan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISSPAM), Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota, dan Visi Misi Pemimpin Daerah Kabupaten/Kota di dalam
RPJMD/Renstra SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi bidang Cipta Karya.
RPIJM sebagai dokumen kelayakan dan kerjasama program dan anggaran pembangunan
1-3
bermanfaat dalam mendorong pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam
rangka memacu pertumbuhan kab/kota dan pemerataan pembangunan. RPIJM juga
merupakan dokumen perencanaan yang dibuat oleh kab/kota dalam mendorong
keterpaduan penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya berdasarkan entitas.
RPIJM yang disusun diharapkan juga dapat menggambarkan multi sumber pendanaan
dan multi stakeholders dalam investasi infrastruktur permukiman baik dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), Swasta (Dunia Usaha),
Masyarakat, dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri. Dengan demikian RPIJM yang disusun
merupakan Consolidated Feasibility Study yang dapat diterima oleh semua pihak.
Arahan kebijakan Ditjen Cipta Karya tahun 2014 menekankan kepada penerapan
pembangunan kawasan permukiman yang layak huni (leaveable) dan berkelanjutan (sustainable). Pembangunan kawasan permukiman harus dimulai dengan pendekatan entitas, serta tidak hanya sektoral. Pembangunan juga harus melihat prospek kedepan
dengan membaca perkembangan global (agenda sustainable cities and human
settlements), serta pembangunan diwujudkan secara inklusif, mewujudkan kelembagaan yang efektif, serta menjalin kemitraan internasional. Satker Randal
sebagai koordinator pelaksanaan keciptakaryaan di daerah memiliki tanggung jawab
yang besar dalam melakukan fungsi koordinasi dan fasilitasi terhadap Kab/kota dalam
mengawal kebijakan tersebut. Randal juga diharapkan menjadi pusat informasi dan
konsolidasi data-data keciptakaryaan (bank data) yang sangat diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi pembangunan keciptakaryaan.
Dalam penyusunan dokumen RPIJM, Ditjen Cipta Karya mengacu pada rencana
1-4
PUPR melakukan Pendekatan Wilayah yang dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan
Strategis.
Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang
memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memfokuskan
pengembangan infrastruktur pada suatu wilayah strategis dalam rangka mendukung
percepatan pertumbuhan kawasan strategis dan mengurangi disparitas antar kawasan di
dalam WPS.
Untuk itu diperlukan keterpaduan perencanaan antara infrastruktur dengan
pengembangan kawasan strategis dalam WPS, seperti perkotaan, industri, dan maritim/
pelabuhan industri dan sinkronisasi program antar infrastruktur yang mendukung
pertumbuhan kawasan-kawasan di dalam WPS (fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan
dana).
Beberapa isu strategis Bidang Cipta Karya Tahun 2015-2019 terkait dengan perlunya
dilakukan kegiatan penyusunan/review dokumen RPIJM kabupaten/kota antara lain:
Standar Pelayanan Minimal, Mitigasi & Adaptasi Perubahan Iklim, dan Sustainable Development Goals. Isu Standar Pelayanan Minimal muncul berdasarkan UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, bidang PU-PR merupakan urusan wajib yang bersifat
pelayanan dasar yang pelaksanaannya berpedoman pada SPM (Permen PU No. 1 Tahun
2014). Isu mitigasi & adaptasi perubahan iklim muncul berdasarkan Perpres No. 61/2011
tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, maka Kementerian
PU-PR turut mendukung dengan berpedoman pada Permen PU No. 11/PRT/M/2012
tentang Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Tahun 2012-2020
Kementerian PU. Isu Sustainable Development Goals, muncul berdasarkan SDGs Goal 6:
Menjamin ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan air dan sanitasi bagi semua dan
SDGs Goal 11: Mewujudkan perkotaan dan kawasan permukiman yang inklusif, aman,
berketahanan, dan berkelanjutan.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi isu strategis Bidang Cipta Karya
Tahun 2015-2019 adalah menetapkan arah kebijakan pembangunan tahun 2015-2019
dengan mengacu pada NAWACITA Pemerintah tahun 2015-2019, yaitu membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Hal ini dilakukan untuk pencapaian
target RPJMN 2015-2019 bidang infrastruktur, yaitu: ketersediaan infrastruktur sesuai
1-5
air dan terpenuhinya penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan
infrastruktur perdesaan mendukung pertanian; pemenuhan kebutuhan hunian didukung
sistem pembiayaan jangka panjang; dan terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
Pencapaian target RPJMN III Bidang Cipta Karya (100-0-100) pada kenyataannya
terbentur oleh permasalahan Bidang cipta Karya di Indonesia antara lain cakupan
pelayanan nasional tahun 2014 terhadap akses air minum baru mencapai 70,5%, luas
kawasan kumuh perkotaan masih sekitar 10% dari luas kawasan permukiman kumuh, 53%
kabupaten/kota belum memiliki Perda Bangunan gedung, dan cakupan pelayanan
nasional tahun 2014 terhadap akses sanitasi baru mencapai 62%. Untuk mengatasi
permasalah tersebut Kebijakan dan strategi dalam pencapaian target RPJMN III Bidang
Cipta Karya (100-0-100 100) adalah dengan penerapan program permukiman
berkelanjutan 100-0-100 dengan strategi pelaksanaan dan strategi kemitraan guna
mencapai sasaran-sasaran: (1) tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100%
melalui penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di
perkotaan maupun di perdesaan; (2) tercapainya pengentasan permukiman kumuh
perkotaan menjadi 0% melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431
hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan; dan (3)
meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar melalui
penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di
perkotaan maupun di perdesaan.
Dalam pencapaian target RPJMN III Bidang Cipta Karya (100-0-100), Kebijakan Prioritas
Nasional Ditjen Cipta Karya 2015-2019 antara lain: (1) mendukung pengembangan
sistem perkotaan nasional 2015-2019 yaitu 7 kawasan metropolitan eksisting, 5 kawasan
metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan
baru (RPJMN 2015-2019); (2) mendukung keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya
di 35 Wilayah Pengembangan Strategis, 24 Pelabuhan Strategis, 10 Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional, dan 15 Kawasan Industri Prioritas (BPIW, 2015); (3) mendukung
Keterpaduan Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kawasan Perbatasan dengan
membangun 7 Kawasan Pos Lintas Batas Negara, dan 9 Kawasan Permukiman Non-PLBN
(Inpres No. 6 Tahun 2015); (4) mendukung Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya
di 30 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (DJCK, 2014); (5) mendukung kegiatan
1-6
mendukung keberlanjutan kegiatan Multiyears Contract.
Arah Kebijakan Ditjen Cipta Karya 2015-2019 dalam pencapaian target RPJMN III Bidang
Cipta Karya (100-0-100) antara lain dengan pendekatan pembangunan, keterpaduan
pembangunan, dan strategi pembiayaan. Pendekatan pembangunan yang akan
diterapkan diarahkan dengan membangun sistem, memfasilitasi pemerintah daerah, dan
memberdayakan masyarakat. Keterpaduan pembangunan diarahkan di KSN (Kawasan
Strategis Nasional), PKSN (Pusat Kawasan Strategis Nasional), 30 Kawasan Kumuh, PKN
(Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), 15 KIP (Kawasan Industri
Prioritas), 10 KSPNP (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Prioritas), 35 WPS (Wilayah
Pengembangan Strategis), 24 Pelabuhan Strategis, 9 Non PLBN, dan 7 Pos PLBN. Adapun
strategi pembiayaan yang dilakukan untuk perencanaan tahun 2015-2019 adalah pusat
35%, daerah 25%, swasta 15%, PHLN 10%, dan masyarakat dll 15%.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya dilaksanakan secara bersama (concurrent) antara pemerintah daerah dan pusat untuk mewujudkan target gerakan nasional 100-0-100. Dalam mendukung
perwujudan permukiman yang layak huni, perlu sinergitas RPJMN, Renstra Bidang
Cipta Karya dan RPJMD sehingga tercipta keterpaduan pembangunan yang sesuai
dengan tujuan amanat pembangunan nasional. Oleh karena itu, Satker Randal Provinsi
perlu menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Gerakan 100-0-100 di Tingkat Provinsi
sebagai Rangkuman Target Capaian Bidang Cipta Karya Tahun 2015-2019 dan
Pemerintah Kab/Kota wajib menyusun RPIJM Bidang Cipta Karya sebagai acuan dalam
menyusun Memorandum Program Bidang Cipta Karya Provinsi, yang akan diproses lebih
lanjut untuk Usulan Program Tahunan APBN DJCK.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah yang telah memiliki kegiatan
kontraktual Bantuak Teknis (Bantek) Penyusunan/Review Dokumen RPIJM
Kabupaten/Kota oleh Satker Randal Provinsi tahun anggaran 2016. Beberapa hal yang
melatarbelakangi perlunya dilakukan kegiatan Bantuan Teknis (Bantek)
Penyusunan/Review Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota antara lain: (1) Kebijakan
pembangunan infrastruktur permukiman tahun 2015-2019 menekankan kepada
penerapan strategi 100-0-100 melalui tersusunnya dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya;
(2) Adanya beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyusunan RPIJM
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu tidak adanya legalisasi dari
1-7
terpadunya dokumen RPIJM dengan dokumen-dokumen Cipta Karya lainnya seperti
RTBL, RISPAM, SSK, dll; dan (3) Diperlukan penilaian dan evaluasi terhadap dokumen
RPIJM serta fasilitasi melalui bimbingan teknik sebagai bentuk usaha dalam peningkatan
dan kesetaraan pemahaman untuk mewujudkan dokumen RPIJM yang lebih berkualitas,
dan dapat menjadi acuan dan pedoman pembangunan di setiap daerah di Provinsi
Kalimantan Timur. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kualitas dokumen RPIJM
bidang Cipta Karya hasil penyusunan baru maupun review dari tahun sebelumnya lebih
meningkat.
Adapun permasalahan utama dalam pembangunan di Provinsi Provinsi Kalimantan Timur
terkait dengan keterpaduan program pencapaian 100-0-100 dan pendampingan review
RIPJM Kab/Kota serta Memorandum Program Kab/Kota adalah belum meratanya
pelayanan infrastruktur dan belum terciptanya kualitas hidup yang baik dan sehat.
Permasalahan tersebut berdampak pada permasalahan bidang cipta karya di Kalimantan
Timur yaitu: (1) Perumahan: Backlog Perumahan Sekitar 102.849 unit Rumah, Rumah
Tidak Layak Huni 35.597 unit Rumah, dan Prasarana Sarana Utilitas (PSU), Perijinan,
Lahan; (2) Permukiman: Banyaknya Permukiman Kumuh; (3) Air bersih, yaitu: cakupan
layanan baru mencapai 54%, Idle capacity 530 lt/dt, dan masih Rendahnya SPM; (3) Air
limbah, yaitu: perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS), terjadi di Selokan, Sungai,
bahkan di rumah kita sendiri (septictank tidak aman), penelitian BLH : 70% Mahakam
tercemar bakteri ecoli, dan adanya limbah Batu Bara dan Rumah Tangga; (4)
Persampahan, yaitu: 98% design pengelolaan sampah sudah Sanitary Landfill tapi
pelaksanaannya masih open dumping, Buang Sampah Sembarangan, dan belum
teridentifikasi pengelolaan sampah dengan pola 3R. (Sumber Data : Diolah dari berbagai sumber, Data KDA, PPLS 2011, Profil PDAM 2015, BLH, dll ).
Beberapa permasalahan lain terkait dengan keterpaduan program pencapaian 100-0-100
dan pendampingan review RIPJM Kab/Kota serta Memorandum Program Kab/Kota
antara lain: (1) pada RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2013-2018 untuk mendukung
program 100-0-100 telah ada namun belum optimal mengingat penetapan Perda RPJMD
Kalimantan Timur sudah ditetapkan sebelum Perpres RPJMN 2015-2019; (2) UU No.
23/2014, membatasi kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk
1-8
kegiatan ini diharapkan beberapa permasalahan di Provinsi Kalimanatan Timur dapat
terselesaikan.
Mengingat pentingnya RPIJM dalam mendorong terwujudnya keterpaduan bidang Cipta
Karya di Kab/kota, maka Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program
Infrastruktur Permukiman, Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman, Ditjen
Cipta Karya melakukan Bantuan Teknis Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota dengan cara
Pendampingan teknis kepada Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah
Pengembangan Strategis (WPS) Prov. Kalimantan Timur untuk menyusun Revisi/Review
Dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya yang berkualitas dan terpadu. Melalui penugasan
Pihak Konsultan sebagai konsultan pendamping Kabupaten/Kota dalam melakukan
pendampingan penyusunan/Review Dokumen RPIJM mengacu pada Pedoman
Penyusunan Dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya (edisi 2016), maka target tersusunnya
Dokumen RPIJM pada Kabupaten/Kota yang termasuk dalam WPS sebagai dokumen
perencanaan, pemrograman, dan penganggaran infrastruktur permukiman Bidang Cipta
Karya akan tercapai. Diharapkan dengan terlaksananya kegiatan ini, dapat mendorong
pembangunan di bidang infrastruktur permukiman bidang Cipta Karya yang lebih baik.
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan dokumen RPIJM Kabupaten Kutai Timur ini adalah mewujudkan
kemandirian Kabupaten Kutai Timur dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman
yang berkelanjutan, baik di perkotaan maupun perdesaan.
Tujuan dari penyusunan dokumen RPIJM Kabupaten Kutai Timur ini adalah sebagai
dokumen acuan dalam perencanaan, pemrograman, dan penganggaran pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kutai Timur.
1.3
KEDUDUKAN RPIJM
Kedudukan RPIJM Bidang Cipta Karya pada sistem perencanaan pembangunan Bidang
1-9
Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten/Kota
Gambar 1.1 Kedudukan RPJM Bidang Cipta Karya pada
Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa RPIJM Bidang Cipta Karya, mengacu pada renstra
Dirjen Cipta Karya 2015-2019 dan Renstra Cipta Karya/RAD Gerakan Nasional 100-0-100
Provinsi, juga mengintegrasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten/Kota dan Renstra SKPD Kabupaten/Kota dalam rangka
mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan.
1.4
MUATAN RPIJM
Muatan RPIJM Kabupaten Kutai Timur ini terdiri dari:
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan
RPIJM Bidang Cipta Karya, serta muatan RPIJM Bidang Cipta Karya.
Bab 2 Profil Kabupaten/Kota
Bagian ini membahas mengenai wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi
1-10
Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisi arahan kebijakan pembangunan Bidang Cipta Karya dan
rencana strategis infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Bab 4 Analisis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Pada Bagian ini membahas tentang analisis sosial, ekonomi, dan lingkungan
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan analisis kemiskinan.
Bab 5 Kerangka Strategi Pendanaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Bagian ini membahas mengenai kebutuhan investasi, potensi pendanaan, dan
alternatif pendanaan.
Bab 6 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi Kabupaten Kutai Timur
Bagian ini membahas mengenai kerangka kelembagaan dan kerangka regulasi
yang ada di Kabupaten Kutai Timur.
Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Bagian ini membahas mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang
Cipta Karya untuk masing-masing sektor, yaitu sektor Pengembangan Kawasan
Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengembangan SPAM, dan
Pengembangan PLP. Pada setiap sektor dijelaskan kondisi eksisting, analisis
kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan masing-masing
sektor.
Bab 8 Memorandum Program Jangka Menengah Bidang Cipta Karya
Pada bab ini berisi mengenai matriks program investasi RPIJM Kabupaten Kutai
Timur dan matriks keterpaduan program pada kawasan prioritas Kabupaten