• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kids dilihat melalui Perilaku Bermain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi Deskriptif Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kids dilihat melalui Perilaku Bermain"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Deskriptif Kondisi Perkembangan Sosial

Anak TK Yogya Kids dilihat melalui

Perilaku Bermain

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

disusun oleh:

Cyria Yuniyanti

009114026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Studi

Deskriptif Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kids dilihat melalui

Perilaku Bermain” ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali

yang telah disebutkan dalam kutipan dan kutipan daftar pustaka, sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Agustus 2007

Penulis

(6)

ABSTRAK

Studi Deskriptif

Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kids Dilihat melalui Perilaku Bermain

Cyria Yuniyanti 009114026

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids (usia 4-6 tahun) melalui perilaku bermain. Perkembangan sosial pada anak TK (4-6 tahun) adalah kemampuan untuk berperilaku, berinteraksi, berperan, bersikap dan bekerja sama dengan lingkungannya yang terjadi dalam hubungan dengan teman-teman (peer) seusianya di sekolah karena adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan. Perkembangan sosial ini dilihat pada saat anak sedang bermain (istirahat sekolah).

Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 4-6 tahun sebanyak 10 anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Deskriptif. Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran perkembangan sosial adalah Lembar Observasi Perkembangan Sosial yang dibuat berdasarkan indikator-indikator dari teori-teori perkembangan sosial.

Observasi dilakukan oleh 2 orang rater untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif. Setelah dilakukan uji coba, hasil menunjukkan konsistensi antara observer 1 dan 2 adalah rxy =0,992 (p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara observer 1 dan 2. Uji kelayakan butir pada skala perkembangan sosial menyatakan 11 butir gugur dan 20 butir item digunakan dalam penelitian dengan koefisien reliabilitas a=0,8678.

(7)

ABSTRACK

Descriptive Study

Social Development Condition of Yogya Kids Kindergarten Child See through Playing Behavior

Cyria Yuniyanti 009114026

This research was aimed to see how social development condition in kindergarten child through playing behavior. Social development in kindergarten (4-6 years) are ability to behave, interaction, to cooperate and to take part in the environment with their peer because of their needs. Social development observation was held at children playing time (school break).

The subject of this research are 10 children in 4-6 years old. This research using descriptive study method. The equipment used in measuring social development is Social Development Observation Sheet based on indicator of social development theories.

The observation done by 2 observers to get more objective result. After doing the test, the result showed that the consistency between 1st and 2nd observer is rxy =0,992 (p=0,00). This result showed that high correlation between 2 observers. The suitable test in social development scale assert 11 points failed and 20 points used in research with reliability coefficient a=0,8678.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT sebagai sumber hidupku atas

segala hidayah, rahmat dan bimbingan-NYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah bersedia

mencurahkan kasih sayang, perhatian serta kesabarannya. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih tak terhingga atas dukungan, saran, bimbingan,

semangat, dan doa kepada:

1 . Suamiku tercinta dan tersayang Ichwantara. Kehadiran dan semangatmu

sungguh luar biasa bagiku di saat-saat aku merasa jenuh dan putus asa dalam

mengerjakan skripsi ini. Kesabaranmu dalam menghadapi hari-hariku saat

mengerjakan skripsi merupakan motivasi bagiku. Thanx Ayah Sayang… I

Love U Ayah.

2. Mamiku tersayang M. Ratna Sari. Tetesan keringat dan doamu membuatku

terus berusaha semampuku untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. I’m sorry

Mom.

3. Papiku M. Budirahardjo. Kepergianmu yang telah membuatku berjuang terus

untuk membuktikan pada dunia bahwa AKU BISA. Thanx sudahbersedia

menerima dan menyayangiku sebagai anakmu. Keep Patient Dad!!!

4 . Andoku yang cakep. Makasih sayang atas semua kenakalan dan

kepintaranmu, banyak sekali hal yang Tante petik dari perjalanan hidupmu

yang unik. Raihlah cita-cita dan masa depanmu semampumu.

5. Kedua kakakku Mba’ Lea dan Mba’ Nonny. Berjuang terus Mba’ Ya… thanx

untuk perjuanganmu. Mba’ Non makacih ya untuk pengertian serta

kesabaranmu selama ini.

6. Papa Hartono, Mama Maya, Mba’ Tecky, Mba’ Santi, Mas Arya dan Demas.

Kehadiran kalian sebagai keluarga baruku adalah inspirasi untukku. Makasih

telah bersedia menerimaku sebagai anggota keluarga kalian.

7. Ibu Lusia Pratidarmanastiti. Ibu sungguh luar biasa. Bagi saya Bu Lusi adalah

(9)

sering bikin Ibu gemes. Terima kasih banyak atas waktu dan kesabaran Ibu

dalam membimbing saya.

8. Pak Heri … maaf ya Pak atas segala kekurang ajaran saya terhadap Bapak.

Akhirnya Bapak ga’ perlu bertemu dan direpotin saya lagi…. Maaf ya Pak

banyak menguras pulsa Bapak .

9. Kimi dan Vena si guk-guk…. Kelucuan dan kenakalan kalian membuatku

sungguh terhibur di saat-saat aku menghadapi masalah. Yang akur yah….

10. Bella, Once dan tentunya Diablo “si merah”. Tanpa kalian aku ga’ mungkin

bisa kuliah dan menyelesaikan skripsi.

11. Artasya, Mac dan Eps…. Capek ya…. Btw, thanx ya….

12. Mas Hadi… thanx untuk 5 tahun 9 bulannya. Maaf ya Mas.

13.Nyackhie Chan …. Meskipun banyak bingung tapi kamu tetep bisa lulus

duluan kan… hehe…. Sekarang waktunya hidup baru Ka.

14.Nick nick…. Banyak hal hebat yang kita bagi bersama. Don’t forget me

OK!!!

15. Mba’ Mut yang sekarang dah sama dedeknya yang pasti lutju. Thanx untuk

sharing timenya yah. Akhirnya gue selesai juga Mba’….

16. Hendra Kusuma thanx banget buat masukan dan email-emailnya. Sorry ya

Dra ngerepotin terus.

17. Aa’… thanx untuk waktu yang sangat singkat namun sungguh membuatku

merasa hidup dan berarti.

1 8 .Pribadi-pribadi yang pernah menemaniku. Makasih untuk kasih dan

kesabarannya dalam menghadapi aku.

1 9 .Adekku Dion…. Ayo donk On semangat. Inget alm. Papa menunggu

kesuksesanmu. Thanx ya On untuk persaudaraan kita yang indah.

20. Tetot’s Family. Tanpa kalian pasti aku kesepian di kampus.

21. Balirejo Community. Ayo kita berjuang bersama untuk kemajuan ORION.

22. Mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny dan Pak Gi’. Makasih untuk semuanya.

23. Semua teman-teman angkatan 2000 terutama kelas A.

24.TK Yogya Kids, Sorosutan. Makasih sudah menerima saya bekerja dan

(10)

25. Anak-anak TK B yang sekarang sudah SD. Ave, Fifi, Estri, Job, Nico, Tata,

Dhela dan Deva. Kalian selalu membuat Bu Ria tersenyum dan bahagia.

Makasih anak-anakku sayang.

2 6 .First Step…. Meski tinggal kenangan namun saat-saat bersama kalian

sungguh indah dan tak mungkin kulupakan.

27. Semua pihak yang tidak sempat dan tidak mungkin disebutkan satu persatu….

Thanx all u guys.

Akhirnya, demi sempurnanya skripsi ini, dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca. Terima kasih.

Yogyakarta, Agustus 2007

(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Observasi Try Out – Item-item Check List Perkembangan Sosial 2. Data Try Out

3. Perhitungan Data Hasil Try Out

4. Lembar Observasi Penelitian – Item-item Check List Perkembangan Sosial 5. Data Penelitian

6. Perhitungan Data Hasil Penelitian

(15)

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Masa awal kanak-kanak adalah masa di mana anak-anak memiliki

keinginan yang besar untuk mempelajari banyak hal baru dalam hidupnya.

Dalam proses belajar tersebut banyak juga tuntutan yang harus dipenuhi oleh

seorang anak. Salah satu tuntutannya adalah untuk bisa bergaul atau

bersosialisasi dengan lingkungannya terutama teman-teman seusianya. Sikap

anak-anak terhadap orang lain dan seberapa baik mereka dapat bergaul

dengan orang lain sebagian besar akan tergantung pada pengalaman belajar

selama tahun-tahun awal kehidupan mereka yang merupakan masa

pembentukan. Sebenarnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak

dalam pergaulan dengan teman-temannya sejak ia berusia dua tahun sampai

remaja, tidak saja membantu anak dalam pengembangan aspek sosialnya,

tetapi juga pengalaman-pengalaman itu sendiri merupakan proses yang

dialami anak untuk mewujudkan dirinya sendiri (Gunarsa, 1983).

Pada masa awal kanak-kanak merupakan masa yang paling kritis/

paling menentukan sehubungan dengan pembentukan karakter, kepribadian

seseorang dan pengembangan pola perilaku sosial dalam bergaul dengan

orang lain. Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan

perilaku sosial yang teratur, dan pola ini sama pada semua anak di dalam

(16)

perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Pada

masa kanak-kanak ada dorongan yang kuat untuk bergaul dengan orang lain

dan ingin diterima oleh orang lain. Menurut ahli pendidikan anak, Bloom

(1964) & Saks (1980) dalam Hurlock (1978), usia anak Pra Sekolah

merupakan usia yang sangat perlu diperhatikan agar kelak anak dapat tumbuh

dan berkembang secara baik.

Dari usia dua sampai enam tahun, anak belajar melakukan hubungan

sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama

dengan anak-anak yang usianya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri

dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Anak yang mengikuti pendidikan

Pra Sekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan

dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan Pra Sekolah. Sejak umur

tiga atau empat tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok

dan berbicara satu sama lain pada saat bermain (Hurlock, 1978).

Aktivitas yang paling dekat dengan anak usia Pra Sekolah adalah

bermain, hal ini sesuai dengan salah satu kodrat manusia sebagai makhluk

bermain (homo ludens) dan sifat permainan yang dapat menimbulkan rasa

senang, nyaman dan bebas dari tekanan (Purnomo, 1990). Melalui bermain

anak akan mulai belajar untuk bisa mendengarkan orang lain yang ada di

sekitarnya. Dalam bermain terdapat pengembangan aktivitas, baik yang

motoris – organis maupun psikis. Suasana bermain bisa lebih digairahkan jika

(17)

bagian yang tidak terpisahkan dari suatu kolektivitas atau tim (Kartono,

1995).

Proses sosialisasi terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung

pada anak-anak dalam interaksinya dengan lingkungan sosial (Gunarsa,

1980). Dalam interaksi tersebut akan tampak sikap sosial anak-anak terhadap

lingkungannya. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia

dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam

berbagai kehidupan bermasyarakat. Sekitar usia dua sampai tiga tahun, anak

sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya terdiri dari dua

atau tiga orang anak seusianya. Mereka bermain bersama-sama walaupun

kelompok itu hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam

kegiatan semacam itu anak sudah menghubungkan dirinya dengan suatu

masyarakat yang baru, di dalamnya mulai terjadi perkembangan baru yaitu

perkembangan sosial.

Dengan bermain berarti anak mulai belajar untuk perkembangan

sosialnya. Hal ini dikarenakan dalam bermain anak secara tidak langsung

diajarkan untuk berbagi dan menghormati kebutuhan temannya. Selain itu

melalui bermain anak juga belajar untuk bisa berempati terhadap sesamanya.

Bermain meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan

berinteraksi dengan teman-temannya satu sama lain (Santrock jilid 1, 2002).

Selama interaksi ini, anak-anak mempraktekkan peran-peran yang mereka

(18)

Hildergard (1993) mengatakan bermain adalah suatu metode yang

sesuai untuk belajar keterampilan sosial, karena dengan bermain tercipta

suasana santai dan menyenangkan. Disebutkan dalam Garvey (dalam Mussen,

1969) bahwa salah satu dari lima kriteria dalam bermain adalah kegiatan

bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif

bagi anak. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi menyebabkan

kegiatan bermain yang melibatkan sosialisasi menjadi semakin berkurang.

Hal ini dikarenakan sekarang ini banyak sekali jenis kegiatan bermain yang

menggunakan teknologi, sehingga anak lebih senang bermain dengan

“mesin” dan mengakibatkan kurangnya sosialisasi dengan sesamanya. Di lain

pihak, karena pada masa awal kanak-kanak terutama berkembang melalui

bermain dengan teman-teman, maka anak yang mempunyai sedikit teman

bermain akan kekurangan kesempatan untuk belajar berkembang secara

sosial.

Bagi Freud dan Erikson (dalam Santrock, 2002), bermain adalah suatu

bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna, menolong anak

menguasai kecemasan dan konflik. Berdasarkan pendapat Papalia (1986)

bahwa dengan bermain anak dapat memuaskan apa yang menjadi

kebutuhannya, tekanan-tekanan dalam dirinya akan dapat terlepaskan di

dalam permainan sehingga anak dapat mengatasi masalah-masalah

kehidupan. Penelitian mengenai kegiatan bermain pada anak-anak

membuktikan bahwa bermain dapat memajukan aspek-aspek perkembangan

(19)

juga perkembangan motivasional dan emosional (Rost, 1981; De Groos, 1980

dalam Mönks, 1987). Bermain yang baik adalah kegiatan bermain yang dapat

membuat anak merasa senang dan memiliki unsur edukatif bagi anak (Lestari,

1983). Unsur edukatif yang dimaksudkan adalah bermain dapat membantu

dan merangsang perkembangan anak, serta memiliki nilai yang dapat

ditangkap oleh anak.

Bermain mempunyai manfaat yang besar bagi anak-anak pada usia

Pra Sekolah. Dalam bermain anak belajar banyak hal terutama bagaimana

menghargai orang lain dan mematuhi sebuah aturan permainan. Pada usia dua

tahun anak memperlihatkan sikap ingin berkawan yaitu dengan tukar

menukar alat permainannya dengan teman-teman sepermainannya.

Keinginannya untuk bermain dengan anak lain makin jelas ketika ia berusia

tiga tahun, dan pada usia empat tahun anak makin senang bergaul dengan

anak lain terutama dengan teman yang usianya sebaya. Menurut Piaget

(1962) bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang

demi kesenangan. Saat bermain anak dikondisikan untuk bisa berinteraksi

dengan teman-teman seusianya. Kondisi seperti ini membuat anak menjadi

semakin terbiasa untuk bisa melakukan sosialisasi dengan baik, dengan

demikian juga maka kondisi perkembangan sosial pada diri anak menjadi

terus meningkat dan semakin baik.

TK Yogya Kids yang beralamat di Jl. Sorosutan No. 6 B berdiri sejak

tahun 1995 oleh Dra. Selly Sagita. Jumlah siswa TK Yogya Kids hingga saat

(20)

siswanya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk bersosialisasi

dengan selaras dan seimbang sesuai dengan perkembangan zaman.

Membimbing dan mengarahkan anak-anak supaya memiliki kemampuan

untuk bisa menunjukkan dirinya dan menentukan pilihannya sendiri tanpa

harus dipengaruhi oleh teman-teman lain. Para guru secara aktif turut terlibat

dalam setiap kegiatan siswa untuk membimbing, membina, menstimulasi

serta mendampingi siswa guna mencapai tahap perkembangan yang

diharapkan. Metode pendidikan yang diterapkan pada TK Yogya Kids ini

ditinjau memiliki kesesuaian dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana

kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids melalui perilaku bermain

mereka di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana

kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids dilihat melalui perilaku bermain.”

C. Tujuan Penelitian

Untuk melihat bagaimana kondisi perkembangan sosial anak TK

(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis : penelitian ini dapat memberikan informasi baru bagi

pihak TK Yogya Kids mengenai kondisi perkembangan sosial anak TK

Yogya Kids melalui perilaku bermain.

2. Manfaat teoritis : penelitian ini dapat bermanfaat untuk bahan referensi

(22)

Bab II

Landasan Teori

A. Taman Kanak-kanak Yogya Kids

Taman Kanak-kanak adalah masa awal tingkat pendidikan yang

melibatkan seluruh anak dan mencakup perkembangan fisik, kognitif dan

sosial anak (Santrock, 2002). Perkembangan sosial dan kepribadian mulai

dari usia Pra Sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya

lingkungan sosial. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak

menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tuanya.

Pada usia ini perkembangan pengertian norma dan sosialisasi merupakan

perkembangan yang sangat pesat dan penting (Mönks, 1984). Proses

pembelajaran dalam taman kanak-kanak diorganisasikan di seputar

kebutuhan-kebutuhan, minat-minat dan gaya-gaya belajar anak. Pada taman

kanak-kanak proses belajar lebih ditekankan daripada apa yang dipelajari

(Santrock, 2002).

TK Yogya Kids yang beralamat di Jl. Sorosutan No. 6 B berdiri sejak

tahun 1995 oleh Dra. Selly Sagita. Sampai saat ini TK Yogya Kids memiliki

dua ruang kelas TK (TK B dan TK A) dan satu ruang kelas Playgroup. Sekolah memiliki tujuh orang guru kelas, satu Kepala Sekolah, satu guru

menari dan satu guru menggambar. Waktu kegiatan belajar mengajar setiap

(23)

tiga kali dibagi dalam dua bagian (Senin, Rabu, Jumat dan Selasa, Kamis,

Sabtu) untuk kelas Playgroup.

Jumlah siswa TK Yogya Kids hingga saat ini berjumlah 19 orang. TK

Yogya Kids memiliki misi untuk menjadikan siswanya sebagai individu yang

memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan selaras dan seimbang

sesuai dengan perkembangan zaman. Membimbing dan mengarahkan

anak-anak supaya memiliki kemampuan untuk bisa menunjukkan dirinya dan

menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh teman-teman

lain. Para guru secara aktif turut terlibat dalam setiap kegiatan siswa untuk

membimbing, membina, menstimulasi serta mendampingi siswa guna

mencapai tahap perkembangan yang diharapkan.

B. Perkembangan Sosial

1. Pengertian Perkembangan Sosial pada Anak Taman Kanak-kanak

Sandström (1966) berpendapat bahwa perkembangan sosial pada

anak-anak merupakan kemampuan anak-anak untuk berinteraksi dan

berpartisipasi dalam kelompoknya. Pendapat lain dikemukakan oleh

Hurlock (1978) tentang perkembangan sosial adalah perolehan

kemampuan berperilaku anak-anak taman kanak-kanak yang sesuai

dengan tuntutan sosial. Youniss & Smollar (1985) dan Mueller & Cooper

(1986) dalam Santrock (2002) juga mengatakan bahwa sangat perlu

(24)

kedewasaannya kurang lebih sama) dan teman-teman bagi perkembangan

sosial anak.

Berkaitan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat dikatakan

bahwa perkembangan sosial pada anak-anak terjadi karena adanya

hubungan dan interaksi yang terjadi antara dirinya (anak) dengan orang

lain. Ini terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan

(Baradja, 2005). Masih menurut Baradja, dalam proses perkembangan

sosial anak akan belajar berperilaku untuk diterima kelompoknya,

memainkan peran sesuai dengan kelompoknya, bersikap, bisa bekerja

sama dalam kelompoknya. Santrock (2002) mengatakan bahwa anak-anak

memiliki banyak peluang untuk mengembangkan

keterampilan-keterampilan sosial seperti bekerja sama, menolong, bernegosiasi dan

berbicara dengan orang yang terlibat untuk memecahkan masalah-masalah

interpersonal dalam perkembangan sosialnya.

Dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial pada anak taman

kanak-kanak adalah kemampuan anak-anak untuk berinteraksi,

berperilaku, berperan, bekerja sama dan berpartisipasi dalam kelompoknya

dengan lingkungannya yang terjadi dalam hubungan dengan teman-teman

(peer) seusianya karena adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan

dan indikator perkembangan sosial anak taman kanak-kanak adalah :

1. Mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.

(25)

3. Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang

tua/ keluarga.

4. Mampu bersikap mandiri.

5. Mampu berperan dalam kelompok sepermainannya.

6. Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya.

2. Proses Perkembangan Sosial

Hurlock (1978) menyatakan ada beberapa proses perkembangan sosial

pada anak-anak, yaitu :

a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya

tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak

tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi

mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat

diterima.

b. Memainkan peran sosial yang diterima

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah

ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk

dipatuhi.

c. Perkembangan sikap sosial

Untuk bermasyarakat/ bergaul dengan baik anak-anak harus

(26)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak-anak dipengaruhi oleh beberapa

faktor (Hurlock, 1978), antara lain :

a. Kesempatan penuh untuk melakukan sosialisasi.

Anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang

lain jika sebagian besar waktu mereka dipergunakan seorang diri.

b. Mampu berkomunikasi tentang topik yang dipahami orang lain.

Pembicaraan yang bersifat sosial merupakan penunjang yang

penting bagi sosialisasi.

c. Mempunyai motivasi untuk melakukan sosialisasi.

Motivasi sebagian besar bergantung pada tingkat kepuasan yang

dapat diberikan oleh aktivitas sosial kepada anak.

d. Mendapatkan metode belajar sosialisasi yang efektif.

Anak akan belajar lebih cepat dengan hasil akhir yang lebih baik

jika mereka diajar oleh seseorang yang dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar dan memilihkan teman sehingga

mereka mempunyai contoh yang baik untuk ditiru.

e. Kelompok sosial.

Kelompok sosial merupakan pengaruh yang paling kuat karena

anak memiliki keinginan untuk dapat diterima oleh kelompok dan

sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih

(27)

C. Bermain

1. Pengertian Bermain

a. Bagi Freud dan Erikson (dalam Santrock, 2002), bermain adalah

suatu bentuk kegiatan penyesuaian diri manusia yang sangat

berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik.

b . Menurut Gunarso (1991), bermain merupakan suatu kegiatan

yang dicari dan dilakukan orang karena kegiatan ini adalah

kegiatan yang menyenangkan.

c. Hildergard (1993), kegiatan bermain adalah suatu metode yang

sesuai untuk belajar ketrampilan sosial, karena dengan bermain

tercipta suasana santai dan menyenangkan.

d. Bermain mempunyai manfaat yang besar bagi pengembangan diri

baik dari segi fisik, motorik, sosial, emosional dan kognitif

(Tedjasaputra, 2001).

e. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil

akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu

banyak bermain pada umumnya akan membuat anak menjadi

malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena

beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa kegiatan bermain

sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak

(28)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bermain adalah suatu kegiatan atau kesibukan yang dilakukan

secara sukarela oleh seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan belajar

ketrampilan sosial dengan mengandung aturan tertentu dan metode yang

sesuai.

2. Ciri-ciri Bermain

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey,

Rubin, Fein & Vandenberg (dalam Johnson et al, 1999) diungkapkan

adanya beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut :

a. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul atas

keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri.

b. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai

oleh emosi-emosi yang positif. Kalaupun emosi positif tidak tampil,

setidaknya kegiatan bermain mempunyai nilai (value) bagi anak.

Kadang-kadang kegiatan bermain dibarengi oleh perasaan takut,

misalnya saat harus meluncur dari tempat tinggi, namun anak

mengulang-ulang kegiatan itu karena ada rasa nikmat yang

diperolehnya.

c. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu

aktivitas ke aktivitas lainnya.

d. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil

(29)

yang berlangsung dibandingkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak

adanya tekanan untuk mencapai prestasi membebaskan anak utnuk

mencoba berbagai variasi kegiatan. Karena itu bermain cenderung

lebih fleksibel, karena tidak semata-mata ditentukan oleh sasaran yang

ingin dicapai.

e. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting

bagi konsep bermain pada anak-anak kecil. Sebagai contoh, pada anak

TK, menyusun balok disebut bermain bila dilakukan atas kehendak

anak. Tetapi dikategorikan dalam bekerja, bila ditugaskan oleh guru.

Kebebasan memilih menjadi tidak begitu penting bila anak beranjak

besar.

f. Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai

kerangka tertentu yang memisahkannya dari kehidupan nyata

sehari-hari.

Hurlock (1999) mengemukakan karakteristik bermain anak, antara

lain : dipengaruhi oleh tradisi, mengikuti pola perkembangan anak, jumlah

aktivitas yang berkurang sesuai pertambahan usia tetapi menjadi lebih

“sosial” sehingga jumlah teman bermain lebih sedikit, terjadi peningkatan

macam permainan sesuai dengan jenis kelamin dan ada perubahan dari

(30)

3. Manfaat Bermain bagi Perkembangan Anak

Beberapa manfaat bermain bagi anak Play Group (Tedjasaputra, 2001) :

a. Perkembangan aspek fisik.

Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang

banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak

menjadi sehat.

b. Perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus.

Aspek motorik kasar dan motorik halus dapat dikembangkan

melalui kegiatan bermain.

c. Perkembangan aspek sosial.

Dengan teman sepermainan yang sebaya usianya, anak akan

belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergilir,

melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah

terbina, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan

teman bermainnya. Anak juga belajar berkomunikasi dengan sesama

teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya

maupun memahami apa yang diucapkan oleh temannya, sehingga

hubungan dapat terbina dengan baik.

Dalam penelitian selanjutnya manfaat dalam aspek inilah yang

akan digunakan untuk melihat kondisi perkembangan sosial pada anak

(31)

d. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian.

Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang

dialaminya karena banyaknya larangan yang dialami dalam hidupnya

sehari-hari.

e. Perkembangan aspek kognitif.

Anak pra sekolah diharapkan mampu menguasai berbagai konsep

dasar pemahaman sebagai landasan untuk pembelajaran selanjutnya.

f. Mengasah ketajaman penginderaan.

Kelima aspek penginderaan perlu diasah agar anak menjadi lebih

tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di lingkungan

sekitarnya.

g. Mengembangkan ketrampilan olahraga dan menari.

Apabila seorang anak tubuhnya sehat, kuat, cekatan melakukan

gerakan-gerakan baik berlari, meniti, bergelantungan, melompat,

menendang, melempar serta menangkap bola, maka ia lebih siap

menekuni bidang olahraga tertentu pada usia yang lebih besar.

Bermain sangat mempengaruhi saat anak melakukan penyesuaian

secara pribadi dalam lingkungannya serta perkembangan sosialnya.

Menurut Hurlock (1997) bermain memiliki beberapa pengaruh bagi

perkembangan anak, yaitu :

a. Perkembangan fisik.

Bermain aktif perlu sekali bagi anak untuk mengembangkan otot

(32)

tenaga yang berlebihan yang bila dipendam terus akan membuat anak

tegang, gelisah dan mudah tersinggung.

b. Dorongan komunikasi.

Agar dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus

belajar berkomunikasi secara baik dan lancar dengan orang lain.

c. Penyalur energi emosional.

Bermain bagi anak adalah sarana untuk menyalurkan ketegangan

emosi yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan.

d. Penyaluran kebutuhan dan keinginan.

Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara

lain sering kali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak

mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin

akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi

pemimpin tentara dalam bermain peran.

e. Rangsangan bagi kreativitas.

Melalui eksperimen di dalam bermain, anak-anak menemukan

bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan

kepuasan.

f. Perkembangan wawasan diri.

Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya

(33)

g. Belajar bermasyarakat.

Dengan bermain bersama anak yang lain, mereka belajar

bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul di

dalam hubungan tersebut.

h. Standar moral.

Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja

yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan

standar moral yang paling teguh selain dalam kelompok bermain.

i. Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin.

Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran

jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, mereka segera

menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi

anggota kelompok bermain.

j. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.

Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam

bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur dan disukai

orang.

4. Jenis-jenis Kegiatan Bermain

Menurut Tedjasaputra (2001) kegiatan bermain dibagi menjadi

kegiatan bermain aktif dan kegiatan bermain yang hanya sekedar hiburan.

Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan

(34)

Sedangkan kegiatan bermain yang hanya bersifat hiburan tidak

membutuhkan gerak aktivitas, karena untuk memperoleh kesenangan

bukan berdasarkan pada kegiatan yang dilakukannya sendiri. Sebagai

contoh, anak menonton film di TV anak tinggal duduk untuk menikmati

film tersebut. Pada permainan ini kepuasan bermain bukan terletak pada

gerak jasmani tetapi lebih bersifat hiburan yang dapat memberi kepuasan

dan kegembiraan pada batiniahnya.

Macam-macam kegiatan bermain aktif adalah :

a. Bermain bebas dan spontan

Ciri dari kegiatan bermain ini dilakukan di mana saja, dengan

cara apa saja dan berdasarkan apa saja yang dilakukan. Tidak ada

aturan permainan yang harus dipatuhi oleh anak.

Jenis kegiatan bermain ini yang nantinya akan digunakan dalam

penelitian. Diasumsikan dalam permainan bebas tanpa ada aturan

yang mengikat anak dapat menunjukkan aspek perkembangan yang

sesungguhnya ia miliki.

b. Bermain konstruktif

Permainan konstruktif adalah kegiatan yang dilakukan dengan

menggunakan benda yang ada untuk menciptakan hasil karya tertentu.

c. Bermain khayal/ peran

Dalam kegiatan bermain ini anak mempunyai peran yang penting

(35)

d. Mengumpulkan benda-benda

Kegiatan mengumpulkan benda-benda termasuk juga jenis

bermain aktif karena dilakukan atas inisiatif sendiri.

e. Melakukan penjelajahan (eksplorasi)

Sejak bayi anak melakukan penjelajahan yang kita kenal dengan

bermain bebas dan spontan. Pada anak usia lebih besar, eksplorasi

dilakukan secara terencana dan ada pengaturan karena biasanya

melibatkan sekelompok teman.

f. Permainan dan olah raga

Permainan dan olah raga adalah kegiatan yang ditandai oleh

aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan

ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang

bertujuan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat

disimpulkan permainan adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang

dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan belajar

keterampilan sosial dengan mengandung aturan tertentu dan metode yng

sesuai. Dalam penelitian ini jenis permainan yang digunakan adalah

permainan bebas. Bermain bebas dapat dilakukan di mana saja, dengan

cara apa saja dan berdasarkan apa saja yang dilakukan. Tidak ada aturan

yang mengikat dalam permainan ini. Bermain bebas tanpa adanya aturan

(36)

memperlihatkan kondisi perkembangan sosial anak taman kanak-kanak

yang sesungguhnya.

D . Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kidsdilihat melalui

Perilaku Bermain

Anak-anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai tahap

perkembangan dan usianya, cenderung menjadi anak yang mudah bergaul,

lebih hangat dan terbuka menghadapi orang lain, serta lebih mudah menerima

kelemahan-kelemahan orang lain (Wibowo dalam Gunarsa, 1983). Dengan

demikian sangatlah penting untuk menerapkan kemampuan sosialisasi pada

anak supaya terbentuk perkembangan sosial yang baik.

Hurlock mengatakan bahwa bilamana seseorang mampu

menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap

kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang

menyenangkan, maka ia akan diterima oleh kelompok atau lingkungannya.

Berdasarkan pendapat Hurlock tersebut maka sangat jelas betapa pentingnya

interaksi sosial yang baik mulai dibentuk semenjak anak-anak. Menurut ahli

pendidikan anak, Bloom (1964) & Saks (1980) dalam Hurlock (1978), usia

anak taman kanak-kanak merupakan usia yang sangat perlu diperhatikan agar

kelak anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Pendidikan bagi anak

usia ini sangatlah penting karena dapat membantu meningkatkan seluruh

(37)

mempersiapkan mereka ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah

Dasar. Aktivitas yang paling dekat dengan anak usia tersebut adalah bermain.

Bermain merupakan tindakan atau kesibukan sukarela yang dilakukan

dalam batas-batas tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang

mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam dirinya

sendiri disertai dengan perasaan tegang dan senang dan dengan pengertian

bahwa bermain merupakan sesuatu “yang lain” daripada kehidupan biasa

(Huizinga, 1940). Bermain yang merupakan kegiatan menyenangkan bagi

anak-anak selalu menjadikan anak-anak santai dan dapat menunjukkan

bagaimana mereka menentukan sikapnya dan perilakunya dalam kehidupan

sehari-hari. Melalui bermain selain dapat memperkuat fisik, meningkatkan

keterampilan berkomunikasi, meningkatkan kreativitas dan masih banyak hal

lainnya, bermain juga dapat mengembangkan aspek perkembangan sosial

pada anak.

Tampak jelas bahwa bermain merupakan salah satu kegiatan yang

penting dan berpengaruh bagi perkembangan seorang anak baik kepribadian,

kreativitas maupun sosialnya. Sepert dikatakan oleh Buytendjik dalam Mönks

(1987) tentang ciri-ciri bermain salah satunya adalah adanya sifat timbal balik

dan interaksi dalam kelompok bermain. Hal ini didukung juga oleh Hartini

(2004) bahwa sebagian besar waktu anak pada usia di bawah lima tahun lebih

banyak dihabiskan untuk bermain. Melalui bermain anak mendapatkan

banyak manfaat yang berguna dalam membantu pertumbuhan dan

(38)

Dari berbagai jenis kegiatan bermain yang ada pada umumnya anak

akan lebih bisa bereksplorasi tentang dirinya adalah saat ia bermain bebas.

Bermain bebas berarti tidak ada aturan yang mengikat di dalamnya sehingga

anak dapat bermain sepuasnya. Ciri dari kegiatan bermain ini dapat dilakukan

di mana saja, dengan cara apa saja dan berdasarkan apa saja yang dilakukan.

Tidak ada aturan dalam bermain yang harus dipatuhi oleh anak (Tedjasaputra,

2001).

Berdasarkan pada hal tersebut di atas, maka jenis kegiatan bermain yang

dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah bermain bebas. Dengan

demikian diharapkan kegiatan bermain dapat digunakan untuk melihat

(39)

Bab III

Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa yang terjadi sekarang. Ciri-ciri

pokok penelitian deskriptif menurut Nawawi (1990) adalah :

1 . Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat

penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat

aktual.

Dalam penelitian ini, berkaitan dengan ciri di atas maka perhatian hanya

akan dipusatkan pada permainan bebas yang dilakukan oleh anak TK

Yogya Kids.

2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana

adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang adekuat.

Dalam penelitian ini fakta tentang masalah yang diteliti adalah tentang

perkembangan sosial pada anak TK Yogya Kids.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak TK Yogya

Kids usia empat sampai enam tahun sebelum menginjak bangku Sekolah

Dasar (Pra Sekolah). Subjek tidak dibedakan menurut jenis kelamin, karena

memang dalam penelitian ini tidak ada pengkategorian berdasarkan jenis

(40)

perkembangan anak-anak masih sangat lekat dengan dunia bermain sebelum

mereka memasuki tingkat Sekolah Dasar. Sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Purnomo (1990) yaitu aktivitas yang paling dekat dengan anak usia TK

adalah bermain, hal ini sesuai dengan salah satu kodrat manusia sebagai

makhluk bermain (homo ludens) dan sifat permainan yang dapat

menimbulkan rasa senang, nyaman dan bebas dari tekanan.

Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah anak-anak yang

bersekolah di TK Yogya Kids, Yogyakarta. Jumlah subjek yang digunakan

sebanyak 10 anak.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan atribut atau sifat atau nilai dari orang,

subjek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan sosial,

yaitu perkembangan sosial pada anak TK Yogya Kids meliputi seluruh

interaksinya dengan teman-teman seusianya saat bermain (istirahat sekolah).

D. Definisi Operasional

Perkembangan sosial pada anak taman kanak-kanak adalah kemampuan

anak untuk berperilaku, berinteraksi, berperan, bersikap dan bekerja sama

dengan lingkungannya yang terjadi dalam hubungan dengan teman-teman

(41)

dibutuhkan. Perkembangan sosial ini dilihat pada saat anak sedang bermain

(istirahat sekolah) dengan menggunakan check list yang telah disusun berdasarkan indikator perkembangan sosial sebagai panduan observasi.

Indikator perkembangan sosial anak TK :

1. Mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Anak mampu

dan bersedia menjalin relasi yang baik dengan lingkungan tempat ia

berada.

2. Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain. Kemampuan anak

untuk berteman dan bermain dengan teman-teman dari kelas lain.

3. Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang

tua/ keluarga. Anak mampu bermain bersama teman-temannya tanpa

harus didampingi oleh orang tua/ keluarganya.

4. Mampu bersikap mandiri. Anak mampu melakukan aktivitasnya selama

bermain dan waktu istirahat sekolah tanpa perlu dibantu oleh orang lain

(baik temannya, orang tua ataupun gurunya).

5. Mampu berperan dalam kelompok teman-teman seusianya. Kemampuan

anak untuk melakukan tugasnya serta bekerja sama di dalam kelompok

sepermainannya.

6 . Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya. Anak mampu

menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak menimbulkan keributan serta

toleransi anak terhadap teman-temannya.

Indikator-indikator tersebut di atas diamati melalui perilaku-perilaku

(42)

perilaku-perilaku tersebut muncul maka semakin tinggi nilai yang diperoleh untuk

masing-masing indikator yang mewakili perilaku-perilaku itu. Dengan

demikian semakin tinggi nilai setiap indikator maka semakin tinggi juga

perkembangan sosial yang dimiliki anak-anak TK Yogya Kids.

E. Metode Pengambilan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengujian secara intensional atau bertujuan untuk

sesuatu hal, khususnya untuk maksud pengumpulan data. Merupakan satu

verbalisasi mengenai hal-hal yang diamati (Chaplin, 1981). Observasi

dilakukan saat anak sedang bermain bebas di waktu istirahat sekolah.

2. Model Pencatatan - Check List

Check List berisikan aitem-aitem yang disusun berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya dan berdasarkan pada

indikator teori perkembangan sosial yang telah disusun sebelumnya.

Tabel 1. Daftar Perilaku Aspek-aspek Perkembangan Sosial

No Aspek Perilaku Aitem

1. Mampu berinteraksi secara baik dalam lingkungannya.

a. Mau ikut serta bermain bersama teman-temannya.

b .Mau mengikuti permainan secara spontan (tidak harus dipaksa oleh teman-temannya).

c. Mampu berkelompok dengan siapa saja. d .Mau mengajak temannya bermain

bersama.

(43)

f. Mampu berbicara dengan baik terhadap teman-temannya.

2. Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain.

a. Mampu berkenalan dengan teman baru. b .Mau menyapa dan bermain dengan

teman-teman dari kelas lain.

c. Mampu memulai percakapan lebih dulu dengan teman kelas lain.

3. Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan

terhadap orang tua atau guru.

a. Berani bermain sendiri meskipun tanpa didampingi orang tua atau guru.

b .Selama istirahat sekolah tidak mengharapkan orang tua atau guru. c. Mampu memilih mainannya sendiri

tanpa harus diarahkan.

d .Bersedia bermain bersama teman-temannya tanpa minta ditemani orang tua atau guru.

4. M a m p u b e r s i k a p mandiri.

a. Bersedia mengambil dan mengembalikan sendiri mainan yang digunakan.

b. Mau mencuci sendiri tangannya setelah selesai bermain.

c. Mampu pergi sendiri ke toilet saat hendak BAK.

d. Mau mencoba mainan-mainan sendiri. e. Bersedia meminta maaf saat berbuat

salah tanpa harus diminta.

f. Mampu melakukan kegiatan permainan tertentu sesuai dengan persetujuan kelompok.

g. Mampu mengutarakan keinginannya saat hendak meminjam mainan yang sedang digunakan oleh teman lain.

5. Mampu berperan dalam kelompok teman-teman seusianya.

a. Mampu memberikan usul secara spontan. b. Mampu menjadi seorang pemimpin yang

baik bagi kelompoknya.

c. Mampu mendamaikan temannya saat terjadi keributan kecil.

(44)

b .Mampu menjaga sikap dan kata-kata yang dapat memicu kegaduhan.

c. Mau menerima kekalahan dalam permainan.

d. Mampu menyatakan perasaannya (misal kesal saat mainannya direbut) saat sedang bermain bersama temannya secara baik-baik.

e. Mampu menolong temannya yang mengalami kesulitan (misal terjatuh) saat sedang bermain.

f. Bersedia berbagi mainan dengan teman-teman lain.

g . Mau bergantian menggunakan mainan yang tersedia.

Observasi dilaksanakan selama 7 hari dimana pada hari-hari tersebut

seluruh subjek masuk sekolah. Waktu observasi adalah saat istirahat sekolah

selama 15 menit (pk 09.00 – pk 09.15). Observasi dilakukan pada 10 orang

subjek dengan diamati oleh dua orang observer. Masing-masing observer

menggunakan lembar check list yang telah disusun dengan aitem-aitem yang

sama. Hal ini dimaksudkan untuk melihat konsistensi data yang diperoleh

dari kedua observer. Cara pemberian skor adalah skor 1 untuk perilaku yang

tampak dan skor 0 untuk perilaku yang tidak tampak.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek pada tiap aspek perilakunya

maka dapat dikatakan subjek sudah berada pada kondisi perkembangan sosial

yang sesuai dengan usianya.

F. Proses Penelitian

Langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

(45)

2. Mempersiapkan dua orang observer.

3 . Melakukan pertemuan antara kedua orang observer. Pertemuan ini

dimaksudkan guna menyamakan pandangan antar observer mengenai

aitem-aitem observasi serta sistem penilaian aitem-aitem tersebut, karena

kedua observer memiliki latar belakang yang tidak sama (observer 2 tidak

berlatar belakang Psikologi).

4. Melakukan uji coba aitem-aitem check list.

5. Melakukan analisis aitem untuk melihat konsistensi hasil observasi yang

telah dilakukan oleh dua orang observer. Analisis aitem dilakukan dengan

menggunakan koefisien korelasi Pearson, pendekatan konsistensi internal

melalui prosedur Alpha Cronbach dan uji korelasi antar rater dari program

SPSS for Windows v.11.

6 . Menyusun ulang check list dengan menghilangkan aitem-aitem yang mempunyai daya beda <0,3 (Azwar, 1999) saat uji coba untuk kemudian

digunakan sebagai pencatatan observasi penelitian.

7. Melakukan penelitian dengan dua orang observer menggunakan

aitem-aitem check list yang telah diseleksi.

8 . Diperoleh skor (nilai) dari hasil observasi masing-masing subjek

berdasarkan jumlah nilai dari 2 orang observer dibagi dua.

(46)

10. Melakukan analisis data hasil observasi dengan menggunakan z-score, bantuan SPSS for Windows v.11 untuk melihat aspek mana yang paling

dominan dari perkembangan sosial.

1 1 . Membuat pembahasan atas hasil observasi yang telah dilakukan dan

dianalisis.

Tabel 2. Blue Print Check List Perkembangan Sosial

Aspek Aitem No. Total

Mampu berinteraksi secara baik dalam lingkungannya.

1,2,3,4,5,6 6

Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain.

7,8,9 3

Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang tua atau guru.

10,11,12,13 4

Mampu bersikap mandiri. 14,15,16,17,18,19,20 7 Mampu berperan dalam kelompok

teman-teman seusianya.

21,22,23,24 4

Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya.

25,26,27,28,29,30,31 7

Total 31

G. Hasil Uji Coba

1. Validitas

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila

tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang

tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.

Pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran.

Suatu tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan

pengukuran saja yang spesifik (Azwar, 1987). Validitas ialah ketepatan

(47)

Penelitian ini menggunakan validitas isi yang ditentukan oleh sejauh

mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan isi yang hendak

diukur oleh tes itu. Pengujian pada validitas isi menggunakan professional

judgement yaitu dengan cara mencocokkan definisi operasional yang ada dengan indikator yang telah dijabarkan dalam item-item pada check list.

Validitas isi tidak menggunakan analisis dengan perhitungan statistik

apapun (Azwar, 1997).

2. Seleksi Item

Seleksi aitem dilakukan setelah uji coba check list yang telah diobservasi pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan

subjek yang akan diteliti. Aitem-aitem tersebut dievaluasi dengan

menggunakan parameter daya beda aitem berupa koefisien korelasi aitem

total yang menunjukkan adanya kesesuaian fungsi antar aitem dalam check

list perkembangan sosial.

Data hasil uji coba terhadap 6 orang subjek dengan menggunakan 31

aitem dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson, program

(48)

Tabel 3. Butir yang digunakan dan gugur dalam Check List

Perkembangan Sosial

Nomor Aitem Aspek

Digunakan Gugur Mampu berinteraksi secara baik dalam

lingkungannya.

2,4,5,6 1,3

Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain.

9 7,8

Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang tua atau guru.

12 10,11,13

Mampu bersikap mandiri. 14,16,17,18,20 15,19 Mampu berperan dalam kelompok

teman-teman seusianya.

21,22,23,24

Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya.

25,26,27,30,31 28,29

Tabel berikut menunjukkan pengelompokkan butir-butir item

observasi sesuai indikator check list setelah uji coba :

Tabel 4. Pengelompokkan Butir-butir Aitem Observasi setelah Uji Coba

Aspek Jumlah

Mampu berinteraksi secara baik dalam lingkungannya. 4

Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain. 1

Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap

orang tua atau guru.

1

Mampu bersikap mandiri. 5

Mampu berperan dalam kelompok teman-teman seusianya. 4

Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya. 5

Total 20

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh item yang

gugur berjumlah 11 dan item yang dapat digunakan untuk observasi

(49)

3. Reliabilitas Aitem Observasi

Dalam penelitian ini reliabilitas aitem observasi dihitung dengan

menggunakan pendekatan konsistensi internal melalui prosedur Alpha C r o n b a c h. Hasil yang diperoleh dari uji coba aitem check list menggunakan penghitungan koefisien Alpha Cronbach (a) adalah a=0,8923. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aitem-aitem pengamatan

dalam check list yang telah diuji coba terbukti reliabel.

4. Korelasi antar Rater

Uji korelasi antar rater dihitung dengan menggunakan koefisien

korelasi Pearson, bantuan SPSS for Windows v.11. Korelasi yang diperoleh antara rater 1 dan rater 2 sebesar rxy =0,981 (p=0,00). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa ada konsistensi antara rater 1 dan rater 2.

Selanjutnya untuk perhitungan hasil penelitian akan dihitung dengan cara

skor perkembangan sosial masing-masing subjek penelitian adalah hasil

(50)

Bab IV

Hasil dan Pembahasan

A. Orientasi Kancah Penelitian

TK Yogya Kids yang beralamat di Jl. Sorosutan No. 6 B berdiri sejak

tahun 1995 oleh Dra. Selly Sagita. Sampai saat ini TK Yogya Kids memiliki

prasarana fisik berupa tiga ruang kelas, yaitu dua ruang kelas TK (TK B dan

TK A) dan satu ruang kelas Playgroup. Tersedia juga ruang kantor, supply room, dapur dan ruang makan anak-anak. Sekolah memiliki tujuh orang guru kelas, satu Kepala Sekolah, satu guru menari dan satu guru menggambar.

Waktu kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin sampai Sabtu, pk 07.30 –

10.30 untuk kelas TK dan satu minggu tiga kali dibagi dalam dua bagian

(Senin, Rabu, Jumat dan Selasa, Kamis, Sabtu) untuk kelas Playgroup.

Jumlah siswa TK Yogya Kids hingga saat ini berjumlah 19 orang. TK

Yogya Kids memiliki misi untuk menjadikan siswanya sebagai individu yang

memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan selaras dan seimbang

sesuai dengan perkembangan zaman. Membimbing dan mengarahkan

anak-anak supaya memiliki kemampuan untuk bisa menunjukkan dirinya dan

menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh teman-teman

lain. Para guru secara aktif turut terlibat dalam setiap kegiatan siswa untuk

membimbing, membina, menstimulasi serta mendampingi siswa guna

(51)

B. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan uji coba dan analisis aitem-aitem check list, maka dari 31 aitem yang diuji coba diperoleh 20 aitem yang dapat digunakan dalam

penelitian. Penelitian dilakukan oleh 2 orang observer yaitu sebagai observer

pertama adalah penulis sendiri dan observer kedua adalah teman dari penulis

yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Psikologi sehingga sebelum

melakukan observasi lebih dulu dilakukan pertemuan guna menyamakan

pandangan mengenai aitem observasi serta sistem penilaian

aitem-aitem tersebut. Penelitian dilakukan di TK Yogya Kids sejak tanggal 22 Mei

2007 sampai dengan tanggal 29 Mei 2007 dengan melibatkan sebagian

murid-murid TK Yogya Kids sebagai subjek sebanyak 10 orang. Di bawah ini

adalah daftar subjek yang digunakan dalam penelitian :

Tabel 5. Daftar Subyek Penelitian

No. Nama Usia

1. Dhela 5 tahun 9 bulan

2. Gendis 5 tahun 7 bulan

3. Deva 5 tahun 7 bulan

4. Prada 5 tahun 2 bulan

5. Tata 5 tahun 10 bulan

6. Nico 5 tahun 10 bulan

7. Davin 5 tahun 2 bulan

8. Dea 5 tahun 3 bulan

9. Farah 5 tahun 2 bulan

10. Ave 5 tahun 10 bulan

Penelitian dilakukan setiap hari sekolah selama 15 menit yaitu pada saat

jam istirahat sekolah oleh 2 orang observer. Pemilihan waktu ini ditentukan

(52)

anak melalui perilaku bermain, karena itu disesuaikan dengan waktu istirahat

sekolah dimana pada waktu itu seluruh anak TK diberi kesempatan untuk

bermain.

C. Hasil Penelitian

Tabel 6. Hasil Data Penelitian

Data Teoritik Data Empirik Variabel

Penelitian Min Max Mean Min Max Mean

Perkembangan Sosial

0 140 70 52,5 105 71,95

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa mean empirik lebih besar dari

mean teoritik namun dengan selisih yang tidak terlalu jauh. Disesuaikan

dengan kategorisasi (tabel 9) yang telah dilakukan maka hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata kondisi perkembangan sosial pada anak-anak TK Yogya Kids

adalah sedang (cukup).

Tabel 7. One-Sample Statistics

N Mean Std.

Tabel 8. One-Sample Test

Test Value = 70

(53)

Tabel 9. Kategorisasi Data Penelitian

Kategorisasi Norma Kategorisasi Norma Skor Frekuensi Persen

Tinggi (mt + 1s) < X 116.67 < X 0 0 %

Sedang (Cukup)

(mt - 1s) < X < (mt + 1s) 46.67 < X < 116.67 10 100 %

Rendah X < (mt - 1s) X < 46.67 0 0 %

Total 10 100 %

Keterangan :

mt = Mean Teoririk

s = Satuan deviasi standar populasi

Dari tabel di atas dapat diketahui frekuensi dan persentase

perkembangan sosial yang dimiliki para siswa TK Yogya Kids. Dari subjek

penelitian sebanyak 10 orang tampak bahwa semua siswa berada pada

kategori sedang (cukup) (100%), sedangkan subjek yang memiliki

perkembangan sosial dengan kategori tinggi dan rendah adalah 0 subjek

(0%).

Tabel 10. Hasil Data Penelitian berdasarkan setiap Aspek

N Min Max SD Mean Persentase

ASPEK1 10 10.00 21.00 4.29987 16.100 20%

ASPEK2 10 0.00 7.00 2.02485 4.100 10%

ASPEK3 10 3.00 7.00 1.59948 4.850 20%

ASPEK4 10 7.50 25.00 5.53273 14.500 10% ASPEK5 10 6.50 20.00 4.69663 11.850 40% ASPEK6 10 11.00 30.00 6.01133 20.550 0%

(54)

Hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score, bantuan SPSS for Windows v.11 (tabel 7) menunjukkan bahwa dari keseluruhan aspek-aspek perkembangan sosial, aspek yang paling dominan dalam perkembangan sosial

anak-anak TK Yogya Kids adalah aspek 5 yaitu mampu berperan dalam

kelompok teman-teman seusianya.

D. Pembahasan

Berdasarkan data dan statistik hasil penelitian menunjukkan bahwa

anak-anak TK Yogya Kids memiliki kondisi perkembangan sosial yang

sedang (cukup), walaupun mean empirik lebih besar dari mean teoritik tetapi

perbedaan tersebut tidak signifikan. Hal ini menurut peneliti lebih disebabkan

karena kelemahan penelitian yang dilakukan.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah penggunaan check list. Hal ini

dikarenakan tidak jarang hal-hal yang tercantum dalam check list tidak tampak dalam pengamatan perilaku bermain anak. Demikian juga sebaliknya

hal-hal yang tercantum dalam check list justru muncul saat di luar waktu pengamatan. Adapun kelemahan lainnya dalam penelitian ini adalah

kurangnya waktu pengamatan yang dilakukan dan adanya perbedaan latar

belakang pendidikan antara kedua orang observer.

Dalam penelitian ini ada 6 indikator perkembangan sosial yang menjadi

acuan dalam melakukan pengamatan terhadap anak-anak TK Yogya Kids.

(55)

keenam indikator tersebut indikator yang paling dominan dalam

perkembangan sosial anak-anak TK Yogya Kids adalah aspek 5 yaitu mampu

berperan dalam kelompok teman-teman seusianya. Hal ini sesuai dengan

kemampuan anak-anak TK Yogya Kids untuk bisa berperan dengan cukup

baik dalam kelompok sepermainannya. Selain itu metode pendidikan yang

diterapkan TK Yogya Kids pada anak-anak didiknya yaitu membimbing dan

mengarahkan mereka supaya memiliki kemampuan untuk bisa beradaptasi

secara baik dengan adanya kemampuan untuk bisa menampilkan dirinya dan

menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh teman-teman

lain sesuai dengan dirinya. Kondisi ini juga dikuatkan oleh pendapat Youniss

& Smollar (1985) dan Mueller & Cooper (1986) mengatakan bahwa sangat

perlu adanya hubungan dengan peer (anak-anak yang usia dan tingkat kedewasaannya kurang lebih sama) dan teman-teman bagi perkembangan

sosial anak. Dengan teman-teman sebaya, anak-anak belajar merumuskan dan

menegaskan pendapat-pendapat mereka sendiri, menghormati pandangan

teman-teman sebaya, bekerja sama mencari solusi atas ketidaksetujuan dan

membangun standar-standar perilaku yang dapat diterima bersama.

Sejak umur tiga atau empat tahun, anak-anak mulai bermain bersama

dalam kelompok dan berbicara satu sama lain pada saat bermain (Hurlock,

1978). TK Yogya Kids sendiri sangat menekankan pada situasi-situasi

dimana anak-anak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dan

berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya yaitu pada saat bermain.

(56)

normal. Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk melebur ke dalam suatu

jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak masalah dan kelainan yang

beragam mulai dari kenakalan dan masalah minum-minuman keras hingga

depresi (Kupersmidt & Coie, 1990; Simons, Conger & Wu, 1992 dalam

Santrock, 2002). Usia taman kanak-kanak adalah usia dimana anak-anak

mulai belajar untuk berkembang secara sosial tentunya dengan melalui proses

perkembangan sosial pada anak-anak yang salah satunya adalah belajar

berperilaku yang dapat diterima secara sosial (Hurlock, 1978).

Pada kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids (4-6 tahun),

setiap aspek perilaku membawa pengaruh bagi perkembangan sosial

masing-masing anak secara maksimal. Namun nilai yang diperoleh pada keseluruhan

aspek perkembangan sosial tetap mempengaruhi tinggi rendahnya kondisi

(57)

Bab V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian

yang telah dilakukan di TK Yogya Kids ini, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa anak-anak usia empat sampai enam tahun pada TK Yogya Kids

memiliki kondisi perkembangan sosial sedang (cukup). Hal ini dapat dilihat

dari norma kategorisasi yang ditentukan dengan menggunakan perhitungan

Uji T, bantuan SPSS for Windows.

Perkembangan sosial anak-anak TK Yogya Kids dilihat dari

masing-masing aspek dengan perhitungan Z-Score yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa aspek 5 yaitu mampu berperan dalam kelompok teman-teman

seusianya merupakan aspek yang paling dominan dalam perkembangan sosial

anak-anak TK Yogya Kids.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman yang diperoleh penulis

selama penelitian maka untuk penelitian selanjutnya tentang perkembangan

sosial disarankan untuk:

1 . Melakukan pengamatan dengan waktu yang lebih lama dan terhadap

(58)

diperoleh hasil pengamatan tentang perkembangan sosial yang lebih

lengkap.

2 . Menggunakan observer dengan latar belakang Psikologi dan tidak

menggunakan penulis sebagai observer demi menghindari adanya

subjektivitas.

3. Untuk data pendukung juga disarankan untuk melakukan observasi singkat

saat anak-anak berada di luar lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan

perkembangan sosial anak memiliki ruang lingkup yang luas di luar

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (1987). Test Prestasi. Yogyakarta: Liberty.

Azwar, Saifuddin. (1992). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baradja, A. (2005). Psikologi Perkembangan, Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya. Jakarta: Studia Press.

Chaplin, James. P. (1981). Dictionary of Psychology. New York: Dell Publishing Co., Inc.

Freeman, J & Utami, M. (1997). Cerdas & Cemerlang: Kiat Menemukan dan Mengembangkan Bakat Anak. Jakarta: Gramedia.

Gunarsa, Singgih. D. (1980). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, Singgih. D & Gunarsa, Singgih. D. Yulia. (1983). P s i k o l o g i Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hurlock, Elizabeth. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke 5 (terjemahan oleh Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

Johnson, J. E; Christie, J. F; Yawkie, T. D. (1999). Play and Early Childhood Development. New York: Longman, An imprint of Addison Wesley Longman.

Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV. Mandar Maju.

(60)

Mussen, P. H; Longer, J. J & Kagan, J. (1969). Child Development & Personality 3rd edition. New York: Harper & Row, Publishers.

Nawawi, Hadari. (1990). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Papalia, Diane. E & Olds, Sally. W. (1986). Human Development. McGraw-Hill, Inc.

P. B., Triton. (2005). SPSS 13.0 Terapan. Yogyakarta: Andi.

Purnomo, Hanifan Bambang. (1990). Memahami Dunia Anak-anak. Bandung: CV. Mandar Maju.

Sandström, C. I. (1966). The Psychology of Childhood & Adolescence. England: Penguin Books.

Santosa, Purbayu. B & Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta: Andi.

Santrock, John. W. (2002). Life Span Development jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (1999). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Tedjasaputra, Mayke. S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo.

Gambar

Tabel 1. Daftar  Perilaku Aspek-aspek Perkembangan Sosial
Tabel 2. Blue Print Check List Perkembangan Sosial
Tabel 3. Butir yang digunakan dan gugur dalam Check List
Tabel 5. Daftar Subyek Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh

Tahapan yang dilakukan berikutnya terkait dengan kegiatan penerapan ipteks adalah melakukan evaluasi terhadap pemahaman konsep produksi bersih

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap kesalahan peletakkan komponen kalimat objek oleh mahasiswa Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra

Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi peningkatan kemampuan pemecahan masalahpeserta didik, karena motivasi mempunyai fungsi untuk mendorong

Uraian tersebut mendorong penulis untuk mengetahui minat membaca siswa kelas IV SD N Gambiranom dan kemampuan mereka membuat karangan, serta untuk mengetahui hubungan

Tim Penulis mencoba menyusun suatu karya tulis mengenai bagaimana mengidentifikasikan masalah tulisan, latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan, mengindentifikasi

Harapan siswa tunanetra dalam kegiatan belajar mengajar matematika yaitu guru yang sabar, tersedianya alat peraga yang memadai, adanya buku sumber untuk siswa,