Studi Deskriptif Kondisi Perkembangan Sosial
Anak TK Yogya Kids dilihat melalui
Perilaku Bermain
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
disusun oleh:
Cyria Yuniyanti
009114026
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Studi
Deskriptif Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kids dilihat melalui
Perilaku Bermain” ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali
yang telah disebutkan dalam kutipan dan kutipan daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
ABSTRAK
Studi Deskriptif
Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kids Dilihat melalui Perilaku Bermain
Cyria Yuniyanti 009114026
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids (usia 4-6 tahun) melalui perilaku bermain. Perkembangan sosial pada anak TK (4-6 tahun) adalah kemampuan untuk berperilaku, berinteraksi, berperan, bersikap dan bekerja sama dengan lingkungannya yang terjadi dalam hubungan dengan teman-teman (peer) seusianya di sekolah karena adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan. Perkembangan sosial ini dilihat pada saat anak sedang bermain (istirahat sekolah).
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 4-6 tahun sebanyak 10 anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Deskriptif. Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran perkembangan sosial adalah Lembar Observasi Perkembangan Sosial yang dibuat berdasarkan indikator-indikator dari teori-teori perkembangan sosial.
Observasi dilakukan oleh 2 orang rater untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif. Setelah dilakukan uji coba, hasil menunjukkan konsistensi antara observer 1 dan 2 adalah rxy =0,992 (p=0,00). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara observer 1 dan 2. Uji kelayakan butir pada skala perkembangan sosial menyatakan 11 butir gugur dan 20 butir item digunakan dalam penelitian dengan koefisien reliabilitas a=0,8678.
ABSTRACK
Descriptive Study
Social Development Condition of Yogya Kids Kindergarten Child See through Playing Behavior
Cyria Yuniyanti 009114026
This research was aimed to see how social development condition in kindergarten child through playing behavior. Social development in kindergarten (4-6 years) are ability to behave, interaction, to cooperate and to take part in the environment with their peer because of their needs. Social development observation was held at children playing time (school break).
The subject of this research are 10 children in 4-6 years old. This research using descriptive study method. The equipment used in measuring social development is Social Development Observation Sheet based on indicator of social development theories.
The observation done by 2 observers to get more objective result. After doing the test, the result showed that the consistency between 1st and 2nd observer is rxy =0,992 (p=0,00). This result showed that high correlation between 2 observers. The suitable test in social development scale assert 11 points failed and 20 points used in research with reliability coefficient a=0,8678.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT sebagai sumber hidupku atas
segala hidayah, rahmat dan bimbingan-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah bersedia
mencurahkan kasih sayang, perhatian serta kesabarannya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih tak terhingga atas dukungan, saran, bimbingan,
semangat, dan doa kepada:
1 . Suamiku tercinta dan tersayang Ichwantara. Kehadiran dan semangatmu
sungguh luar biasa bagiku di saat-saat aku merasa jenuh dan putus asa dalam
mengerjakan skripsi ini. Kesabaranmu dalam menghadapi hari-hariku saat
mengerjakan skripsi merupakan motivasi bagiku. Thanx Ayah Sayang… I
Love U Ayah.
2. Mamiku tersayang M. Ratna Sari. Tetesan keringat dan doamu membuatku
terus berusaha semampuku untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. I’m sorry
Mom.
3. Papiku M. Budirahardjo. Kepergianmu yang telah membuatku berjuang terus
untuk membuktikan pada dunia bahwa AKU BISA. Thanx sudahbersedia
menerima dan menyayangiku sebagai anakmu. Keep Patient Dad!!!
4 . Andoku yang cakep. Makasih sayang atas semua kenakalan dan
kepintaranmu, banyak sekali hal yang Tante petik dari perjalanan hidupmu
yang unik. Raihlah cita-cita dan masa depanmu semampumu.
5. Kedua kakakku Mba’ Lea dan Mba’ Nonny. Berjuang terus Mba’ Ya… thanx
untuk perjuanganmu. Mba’ Non makacih ya untuk pengertian serta
kesabaranmu selama ini.
6. Papa Hartono, Mama Maya, Mba’ Tecky, Mba’ Santi, Mas Arya dan Demas.
Kehadiran kalian sebagai keluarga baruku adalah inspirasi untukku. Makasih
telah bersedia menerimaku sebagai anggota keluarga kalian.
7. Ibu Lusia Pratidarmanastiti. Ibu sungguh luar biasa. Bagi saya Bu Lusi adalah
sering bikin Ibu gemes. Terima kasih banyak atas waktu dan kesabaran Ibu
dalam membimbing saya.
8. Pak Heri … maaf ya Pak atas segala kekurang ajaran saya terhadap Bapak.
Akhirnya Bapak ga’ perlu bertemu dan direpotin saya lagi…. Maaf ya Pak
banyak menguras pulsa Bapak .
9. Kimi dan Vena si guk-guk…. Kelucuan dan kenakalan kalian membuatku
sungguh terhibur di saat-saat aku menghadapi masalah. Yang akur yah….
10. Bella, Once dan tentunya Diablo “si merah”. Tanpa kalian aku ga’ mungkin
bisa kuliah dan menyelesaikan skripsi.
11. Artasya, Mac dan Eps…. Capek ya…. Btw, thanx ya….
12. Mas Hadi… thanx untuk 5 tahun 9 bulannya. Maaf ya Mas.
13.Nyackhie Chan …. Meskipun banyak bingung tapi kamu tetep bisa lulus
duluan kan… hehe…. Sekarang waktunya hidup baru Ka.
14.Nick nick…. Banyak hal hebat yang kita bagi bersama. Don’t forget me
OK!!!
15. Mba’ Mut yang sekarang dah sama dedeknya yang pasti lutju. Thanx untuk
sharing timenya yah. Akhirnya gue selesai juga Mba’….
16. Hendra Kusuma thanx banget buat masukan dan email-emailnya. Sorry ya
Dra ngerepotin terus.
17. Aa’… thanx untuk waktu yang sangat singkat namun sungguh membuatku
merasa hidup dan berarti.
1 8 .Pribadi-pribadi yang pernah menemaniku. Makasih untuk kasih dan
kesabarannya dalam menghadapi aku.
1 9 .Adekku Dion…. Ayo donk On semangat. Inget alm. Papa menunggu
kesuksesanmu. Thanx ya On untuk persaudaraan kita yang indah.
20. Tetot’s Family. Tanpa kalian pasti aku kesepian di kampus.
21. Balirejo Community. Ayo kita berjuang bersama untuk kemajuan ORION.
22. Mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny dan Pak Gi’. Makasih untuk semuanya.
23. Semua teman-teman angkatan 2000 terutama kelas A.
24.TK Yogya Kids, Sorosutan. Makasih sudah menerima saya bekerja dan
25. Anak-anak TK B yang sekarang sudah SD. Ave, Fifi, Estri, Job, Nico, Tata,
Dhela dan Deva. Kalian selalu membuat Bu Ria tersenyum dan bahagia.
Makasih anak-anakku sayang.
2 6 .First Step…. Meski tinggal kenangan namun saat-saat bersama kalian
sungguh indah dan tak mungkin kulupakan.
27. Semua pihak yang tidak sempat dan tidak mungkin disebutkan satu persatu….
Thanx all u guys.
Akhirnya, demi sempurnanya skripsi ini, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca. Terima kasih.
Yogyakarta, Agustus 2007
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Observasi Try Out – Item-item Check List Perkembangan Sosial 2. Data Try Out
3. Perhitungan Data Hasil Try Out
4. Lembar Observasi Penelitian – Item-item Check List Perkembangan Sosial 5. Data Penelitian
6. Perhitungan Data Hasil Penelitian
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Masa awal kanak-kanak adalah masa di mana anak-anak memiliki
keinginan yang besar untuk mempelajari banyak hal baru dalam hidupnya.
Dalam proses belajar tersebut banyak juga tuntutan yang harus dipenuhi oleh
seorang anak. Salah satu tuntutannya adalah untuk bisa bergaul atau
bersosialisasi dengan lingkungannya terutama teman-teman seusianya. Sikap
anak-anak terhadap orang lain dan seberapa baik mereka dapat bergaul
dengan orang lain sebagian besar akan tergantung pada pengalaman belajar
selama tahun-tahun awal kehidupan mereka yang merupakan masa
pembentukan. Sebenarnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak
dalam pergaulan dengan teman-temannya sejak ia berusia dua tahun sampai
remaja, tidak saja membantu anak dalam pengembangan aspek sosialnya,
tetapi juga pengalaman-pengalaman itu sendiri merupakan proses yang
dialami anak untuk mewujudkan dirinya sendiri (Gunarsa, 1983).
Pada masa awal kanak-kanak merupakan masa yang paling kritis/
paling menentukan sehubungan dengan pembentukan karakter, kepribadian
seseorang dan pengembangan pola perilaku sosial dalam bergaul dengan
orang lain. Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan
perilaku sosial yang teratur, dan pola ini sama pada semua anak di dalam
perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Pada
masa kanak-kanak ada dorongan yang kuat untuk bergaul dengan orang lain
dan ingin diterima oleh orang lain. Menurut ahli pendidikan anak, Bloom
(1964) & Saks (1980) dalam Hurlock (1978), usia anak Pra Sekolah
merupakan usia yang sangat perlu diperhatikan agar kelak anak dapat tumbuh
dan berkembang secara baik.
Dari usia dua sampai enam tahun, anak belajar melakukan hubungan
sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama
dengan anak-anak yang usianya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri
dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Anak yang mengikuti pendidikan
Pra Sekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan Pra Sekolah. Sejak umur
tiga atau empat tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok
dan berbicara satu sama lain pada saat bermain (Hurlock, 1978).
Aktivitas yang paling dekat dengan anak usia Pra Sekolah adalah
bermain, hal ini sesuai dengan salah satu kodrat manusia sebagai makhluk
bermain (homo ludens) dan sifat permainan yang dapat menimbulkan rasa
senang, nyaman dan bebas dari tekanan (Purnomo, 1990). Melalui bermain
anak akan mulai belajar untuk bisa mendengarkan orang lain yang ada di
sekitarnya. Dalam bermain terdapat pengembangan aktivitas, baik yang
motoris – organis maupun psikis. Suasana bermain bisa lebih digairahkan jika
bagian yang tidak terpisahkan dari suatu kolektivitas atau tim (Kartono,
1995).
Proses sosialisasi terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung
pada anak-anak dalam interaksinya dengan lingkungan sosial (Gunarsa,
1980). Dalam interaksi tersebut akan tampak sikap sosial anak-anak terhadap
lingkungannya. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia
dengan manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam
berbagai kehidupan bermasyarakat. Sekitar usia dua sampai tiga tahun, anak
sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya terdiri dari dua
atau tiga orang anak seusianya. Mereka bermain bersama-sama walaupun
kelompok itu hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam
kegiatan semacam itu anak sudah menghubungkan dirinya dengan suatu
masyarakat yang baru, di dalamnya mulai terjadi perkembangan baru yaitu
perkembangan sosial.
Dengan bermain berarti anak mulai belajar untuk perkembangan
sosialnya. Hal ini dikarenakan dalam bermain anak secara tidak langsung
diajarkan untuk berbagi dan menghormati kebutuhan temannya. Selain itu
melalui bermain anak juga belajar untuk bisa berempati terhadap sesamanya.
Bermain meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan
berinteraksi dengan teman-temannya satu sama lain (Santrock jilid 1, 2002).
Selama interaksi ini, anak-anak mempraktekkan peran-peran yang mereka
Hildergard (1993) mengatakan bermain adalah suatu metode yang
sesuai untuk belajar keterampilan sosial, karena dengan bermain tercipta
suasana santai dan menyenangkan. Disebutkan dalam Garvey (dalam Mussen,
1969) bahwa salah satu dari lima kriteria dalam bermain adalah kegiatan
bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif
bagi anak. Namun seiring dengan berkembangnya teknologi menyebabkan
kegiatan bermain yang melibatkan sosialisasi menjadi semakin berkurang.
Hal ini dikarenakan sekarang ini banyak sekali jenis kegiatan bermain yang
menggunakan teknologi, sehingga anak lebih senang bermain dengan
“mesin” dan mengakibatkan kurangnya sosialisasi dengan sesamanya. Di lain
pihak, karena pada masa awal kanak-kanak terutama berkembang melalui
bermain dengan teman-teman, maka anak yang mempunyai sedikit teman
bermain akan kekurangan kesempatan untuk belajar berkembang secara
sosial.
Bagi Freud dan Erikson (dalam Santrock, 2002), bermain adalah suatu
bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna, menolong anak
menguasai kecemasan dan konflik. Berdasarkan pendapat Papalia (1986)
bahwa dengan bermain anak dapat memuaskan apa yang menjadi
kebutuhannya, tekanan-tekanan dalam dirinya akan dapat terlepaskan di
dalam permainan sehingga anak dapat mengatasi masalah-masalah
kehidupan. Penelitian mengenai kegiatan bermain pada anak-anak
membuktikan bahwa bermain dapat memajukan aspek-aspek perkembangan
juga perkembangan motivasional dan emosional (Rost, 1981; De Groos, 1980
dalam Mönks, 1987). Bermain yang baik adalah kegiatan bermain yang dapat
membuat anak merasa senang dan memiliki unsur edukatif bagi anak (Lestari,
1983). Unsur edukatif yang dimaksudkan adalah bermain dapat membantu
dan merangsang perkembangan anak, serta memiliki nilai yang dapat
ditangkap oleh anak.
Bermain mempunyai manfaat yang besar bagi anak-anak pada usia
Pra Sekolah. Dalam bermain anak belajar banyak hal terutama bagaimana
menghargai orang lain dan mematuhi sebuah aturan permainan. Pada usia dua
tahun anak memperlihatkan sikap ingin berkawan yaitu dengan tukar
menukar alat permainannya dengan teman-teman sepermainannya.
Keinginannya untuk bermain dengan anak lain makin jelas ketika ia berusia
tiga tahun, dan pada usia empat tahun anak makin senang bergaul dengan
anak lain terutama dengan teman yang usianya sebaya. Menurut Piaget
(1962) bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang
demi kesenangan. Saat bermain anak dikondisikan untuk bisa berinteraksi
dengan teman-teman seusianya. Kondisi seperti ini membuat anak menjadi
semakin terbiasa untuk bisa melakukan sosialisasi dengan baik, dengan
demikian juga maka kondisi perkembangan sosial pada diri anak menjadi
terus meningkat dan semakin baik.
TK Yogya Kids yang beralamat di Jl. Sorosutan No. 6 B berdiri sejak
tahun 1995 oleh Dra. Selly Sagita. Jumlah siswa TK Yogya Kids hingga saat
siswanya sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk bersosialisasi
dengan selaras dan seimbang sesuai dengan perkembangan zaman.
Membimbing dan mengarahkan anak-anak supaya memiliki kemampuan
untuk bisa menunjukkan dirinya dan menentukan pilihannya sendiri tanpa
harus dipengaruhi oleh teman-teman lain. Para guru secara aktif turut terlibat
dalam setiap kegiatan siswa untuk membimbing, membina, menstimulasi
serta mendampingi siswa guna mencapai tahap perkembangan yang
diharapkan. Metode pendidikan yang diterapkan pada TK Yogya Kids ini
ditinjau memiliki kesesuaian dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana
kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids melalui perilaku bermain
mereka di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana
kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids dilihat melalui perilaku bermain.”
C. Tujuan Penelitian
Untuk melihat bagaimana kondisi perkembangan sosial anak TK
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis : penelitian ini dapat memberikan informasi baru bagi
pihak TK Yogya Kids mengenai kondisi perkembangan sosial anak TK
Yogya Kids melalui perilaku bermain.
2. Manfaat teoritis : penelitian ini dapat bermanfaat untuk bahan referensi
Bab II
Landasan Teori
A. Taman Kanak-kanak Yogya Kids
Taman Kanak-kanak adalah masa awal tingkat pendidikan yang
melibatkan seluruh anak dan mencakup perkembangan fisik, kognitif dan
sosial anak (Santrock, 2002). Perkembangan sosial dan kepribadian mulai
dari usia Pra Sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya
lingkungan sosial. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak
menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tuanya.
Pada usia ini perkembangan pengertian norma dan sosialisasi merupakan
perkembangan yang sangat pesat dan penting (Mönks, 1984). Proses
pembelajaran dalam taman kanak-kanak diorganisasikan di seputar
kebutuhan-kebutuhan, minat-minat dan gaya-gaya belajar anak. Pada taman
kanak-kanak proses belajar lebih ditekankan daripada apa yang dipelajari
(Santrock, 2002).
TK Yogya Kids yang beralamat di Jl. Sorosutan No. 6 B berdiri sejak
tahun 1995 oleh Dra. Selly Sagita. Sampai saat ini TK Yogya Kids memiliki
dua ruang kelas TK (TK B dan TK A) dan satu ruang kelas Playgroup. Sekolah memiliki tujuh orang guru kelas, satu Kepala Sekolah, satu guru
menari dan satu guru menggambar. Waktu kegiatan belajar mengajar setiap
tiga kali dibagi dalam dua bagian (Senin, Rabu, Jumat dan Selasa, Kamis,
Sabtu) untuk kelas Playgroup.
Jumlah siswa TK Yogya Kids hingga saat ini berjumlah 19 orang. TK
Yogya Kids memiliki misi untuk menjadikan siswanya sebagai individu yang
memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan selaras dan seimbang
sesuai dengan perkembangan zaman. Membimbing dan mengarahkan
anak-anak supaya memiliki kemampuan untuk bisa menunjukkan dirinya dan
menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh teman-teman
lain. Para guru secara aktif turut terlibat dalam setiap kegiatan siswa untuk
membimbing, membina, menstimulasi serta mendampingi siswa guna
mencapai tahap perkembangan yang diharapkan.
B. Perkembangan Sosial
1. Pengertian Perkembangan Sosial pada Anak Taman Kanak-kanak
Sandström (1966) berpendapat bahwa perkembangan sosial pada
anak-anak merupakan kemampuan anak-anak untuk berinteraksi dan
berpartisipasi dalam kelompoknya. Pendapat lain dikemukakan oleh
Hurlock (1978) tentang perkembangan sosial adalah perolehan
kemampuan berperilaku anak-anak taman kanak-kanak yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Youniss & Smollar (1985) dan Mueller & Cooper
(1986) dalam Santrock (2002) juga mengatakan bahwa sangat perlu
kedewasaannya kurang lebih sama) dan teman-teman bagi perkembangan
sosial anak.
Berkaitan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat dikatakan
bahwa perkembangan sosial pada anak-anak terjadi karena adanya
hubungan dan interaksi yang terjadi antara dirinya (anak) dengan orang
lain. Ini terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan
(Baradja, 2005). Masih menurut Baradja, dalam proses perkembangan
sosial anak akan belajar berperilaku untuk diterima kelompoknya,
memainkan peran sesuai dengan kelompoknya, bersikap, bisa bekerja
sama dalam kelompoknya. Santrock (2002) mengatakan bahwa anak-anak
memiliki banyak peluang untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan sosial seperti bekerja sama, menolong, bernegosiasi dan
berbicara dengan orang yang terlibat untuk memecahkan masalah-masalah
interpersonal dalam perkembangan sosialnya.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial pada anak taman
kanak-kanak adalah kemampuan anak-anak untuk berinteraksi,
berperilaku, berperan, bekerja sama dan berpartisipasi dalam kelompoknya
dengan lingkungannya yang terjadi dalam hubungan dengan teman-teman
(peer) seusianya karena adanya rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan
dan indikator perkembangan sosial anak taman kanak-kanak adalah :
1. Mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya.
3. Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang
tua/ keluarga.
4. Mampu bersikap mandiri.
5. Mampu berperan dalam kelompok sepermainannya.
6. Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya.
2. Proses Perkembangan Sosial
Hurlock (1978) menyatakan ada beberapa proses perkembangan sosial
pada anak-anak, yaitu :
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya
tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak
tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi
mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat
diterima.
b. Memainkan peran sosial yang diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah
ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk
dipatuhi.
c. Perkembangan sikap sosial
Untuk bermasyarakat/ bergaul dengan baik anak-anak harus
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial pada anak-anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor (Hurlock, 1978), antara lain :
a. Kesempatan penuh untuk melakukan sosialisasi.
Anak-anak tidak dapat belajar hidup bermasyarakat dengan orang
lain jika sebagian besar waktu mereka dipergunakan seorang diri.
b. Mampu berkomunikasi tentang topik yang dipahami orang lain.
Pembicaraan yang bersifat sosial merupakan penunjang yang
penting bagi sosialisasi.
c. Mempunyai motivasi untuk melakukan sosialisasi.
Motivasi sebagian besar bergantung pada tingkat kepuasan yang
dapat diberikan oleh aktivitas sosial kepada anak.
d. Mendapatkan metode belajar sosialisasi yang efektif.
Anak akan belajar lebih cepat dengan hasil akhir yang lebih baik
jika mereka diajar oleh seseorang yang dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar dan memilihkan teman sehingga
mereka mempunyai contoh yang baik untuk ditiru.
e. Kelompok sosial.
Kelompok sosial merupakan pengaruh yang paling kuat karena
anak memiliki keinginan untuk dapat diterima oleh kelompok dan
sebagian lagi dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu lebih
C. Bermain
1. Pengertian Bermain
a. Bagi Freud dan Erikson (dalam Santrock, 2002), bermain adalah
suatu bentuk kegiatan penyesuaian diri manusia yang sangat
berguna, menolong anak menguasai kecemasan dan konflik.
b . Menurut Gunarso (1991), bermain merupakan suatu kegiatan
yang dicari dan dilakukan orang karena kegiatan ini adalah
kegiatan yang menyenangkan.
c. Hildergard (1993), kegiatan bermain adalah suatu metode yang
sesuai untuk belajar ketrampilan sosial, karena dengan bermain
tercipta suasana santai dan menyenangkan.
d. Bermain mempunyai manfaat yang besar bagi pengembangan diri
baik dari segi fisik, motorik, sosial, emosional dan kognitif
(Tedjasaputra, 2001).
e. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu
banyak bermain pada umumnya akan membuat anak menjadi
malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa kegiatan bermain
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bermain adalah suatu kegiatan atau kesibukan yang dilakukan
secara sukarela oleh seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan belajar
ketrampilan sosial dengan mengandung aturan tertentu dan metode yang
sesuai.
2. Ciri-ciri Bermain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey,
Rubin, Fein & Vandenberg (dalam Johnson et al, 1999) diungkapkan
adanya beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut :
a. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul atas
keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri.
b. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai
oleh emosi-emosi yang positif. Kalaupun emosi positif tidak tampil,
setidaknya kegiatan bermain mempunyai nilai (value) bagi anak.
Kadang-kadang kegiatan bermain dibarengi oleh perasaan takut,
misalnya saat harus meluncur dari tempat tinggi, namun anak
mengulang-ulang kegiatan itu karena ada rasa nikmat yang
diperolehnya.
c. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu
aktivitas ke aktivitas lainnya.
d. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil
yang berlangsung dibandingkan tujuan yang ingin dicapai. Tidak
adanya tekanan untuk mencapai prestasi membebaskan anak utnuk
mencoba berbagai variasi kegiatan. Karena itu bermain cenderung
lebih fleksibel, karena tidak semata-mata ditentukan oleh sasaran yang
ingin dicapai.
e. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting
bagi konsep bermain pada anak-anak kecil. Sebagai contoh, pada anak
TK, menyusun balok disebut bermain bila dilakukan atas kehendak
anak. Tetapi dikategorikan dalam bekerja, bila ditugaskan oleh guru.
Kebebasan memilih menjadi tidak begitu penting bila anak beranjak
besar.
f. Mempunyai kualitas pura-pura. Kegiatan bermain mempunyai
kerangka tertentu yang memisahkannya dari kehidupan nyata
sehari-hari.
Hurlock (1999) mengemukakan karakteristik bermain anak, antara
lain : dipengaruhi oleh tradisi, mengikuti pola perkembangan anak, jumlah
aktivitas yang berkurang sesuai pertambahan usia tetapi menjadi lebih
“sosial” sehingga jumlah teman bermain lebih sedikit, terjadi peningkatan
macam permainan sesuai dengan jenis kelamin dan ada perubahan dari
3. Manfaat Bermain bagi Perkembangan Anak
Beberapa manfaat bermain bagi anak Play Group (Tedjasaputra, 2001) :
a. Perkembangan aspek fisik.
Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak
menjadi sehat.
b. Perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus.
Aspek motorik kasar dan motorik halus dapat dikembangkan
melalui kegiatan bermain.
c. Perkembangan aspek sosial.
Dengan teman sepermainan yang sebaya usianya, anak akan
belajar berbagi hak milik, menggunakan mainan secara bergilir,
melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah
terbina, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan
teman bermainnya. Anak juga belajar berkomunikasi dengan sesama
teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan perasaannya
maupun memahami apa yang diucapkan oleh temannya, sehingga
hubungan dapat terbina dengan baik.
Dalam penelitian selanjutnya manfaat dalam aspek inilah yang
akan digunakan untuk melihat kondisi perkembangan sosial pada anak
d. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian.
Melalui bermain, anak dapat melepaskan ketegangan yang
dialaminya karena banyaknya larangan yang dialami dalam hidupnya
sehari-hari.
e. Perkembangan aspek kognitif.
Anak pra sekolah diharapkan mampu menguasai berbagai konsep
dasar pemahaman sebagai landasan untuk pembelajaran selanjutnya.
f. Mengasah ketajaman penginderaan.
Kelima aspek penginderaan perlu diasah agar anak menjadi lebih
tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di lingkungan
sekitarnya.
g. Mengembangkan ketrampilan olahraga dan menari.
Apabila seorang anak tubuhnya sehat, kuat, cekatan melakukan
gerakan-gerakan baik berlari, meniti, bergelantungan, melompat,
menendang, melempar serta menangkap bola, maka ia lebih siap
menekuni bidang olahraga tertentu pada usia yang lebih besar.
Bermain sangat mempengaruhi saat anak melakukan penyesuaian
secara pribadi dalam lingkungannya serta perkembangan sosialnya.
Menurut Hurlock (1997) bermain memiliki beberapa pengaruh bagi
perkembangan anak, yaitu :
a. Perkembangan fisik.
Bermain aktif perlu sekali bagi anak untuk mengembangkan otot
tenaga yang berlebihan yang bila dipendam terus akan membuat anak
tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
b. Dorongan komunikasi.
Agar dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus
belajar berkomunikasi secara baik dan lancar dengan orang lain.
c. Penyalur energi emosional.
Bermain bagi anak adalah sarana untuk menyalurkan ketegangan
emosi yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan.
d. Penyaluran kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara
lain sering kali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak
mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin
akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi
pemimpin tentara dalam bermain peran.
e. Rangsangan bagi kreativitas.
Melalui eksperimen di dalam bermain, anak-anak menemukan
bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan
kepuasan.
f. Perkembangan wawasan diri.
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya
g. Belajar bermasyarakat.
Dengan bermain bersama anak yang lain, mereka belajar
bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul di
dalam hubungan tersebut.
h. Standar moral.
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja
yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan
standar moral yang paling teguh selain dalam kelompok bermain.
i. Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin.
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, mereka segera
menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi
anggota kelompok bermain.
j. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam
bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur dan disukai
orang.
4. Jenis-jenis Kegiatan Bermain
Menurut Tedjasaputra (2001) kegiatan bermain dibagi menjadi
kegiatan bermain aktif dan kegiatan bermain yang hanya sekedar hiburan.
Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan
Sedangkan kegiatan bermain yang hanya bersifat hiburan tidak
membutuhkan gerak aktivitas, karena untuk memperoleh kesenangan
bukan berdasarkan pada kegiatan yang dilakukannya sendiri. Sebagai
contoh, anak menonton film di TV anak tinggal duduk untuk menikmati
film tersebut. Pada permainan ini kepuasan bermain bukan terletak pada
gerak jasmani tetapi lebih bersifat hiburan yang dapat memberi kepuasan
dan kegembiraan pada batiniahnya.
Macam-macam kegiatan bermain aktif adalah :
a. Bermain bebas dan spontan
Ciri dari kegiatan bermain ini dilakukan di mana saja, dengan
cara apa saja dan berdasarkan apa saja yang dilakukan. Tidak ada
aturan permainan yang harus dipatuhi oleh anak.
Jenis kegiatan bermain ini yang nantinya akan digunakan dalam
penelitian. Diasumsikan dalam permainan bebas tanpa ada aturan
yang mengikat anak dapat menunjukkan aspek perkembangan yang
sesungguhnya ia miliki.
b. Bermain konstruktif
Permainan konstruktif adalah kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan benda yang ada untuk menciptakan hasil karya tertentu.
c. Bermain khayal/ peran
Dalam kegiatan bermain ini anak mempunyai peran yang penting
d. Mengumpulkan benda-benda
Kegiatan mengumpulkan benda-benda termasuk juga jenis
bermain aktif karena dilakukan atas inisiatif sendiri.
e. Melakukan penjelajahan (eksplorasi)
Sejak bayi anak melakukan penjelajahan yang kita kenal dengan
bermain bebas dan spontan. Pada anak usia lebih besar, eksplorasi
dilakukan secara terencana dan ada pengaturan karena biasanya
melibatkan sekelompok teman.
f. Permainan dan olah raga
Permainan dan olah raga adalah kegiatan yang ditandai oleh
aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan
ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang
bertujuan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat
disimpulkan permainan adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan belajar
keterampilan sosial dengan mengandung aturan tertentu dan metode yng
sesuai. Dalam penelitian ini jenis permainan yang digunakan adalah
permainan bebas. Bermain bebas dapat dilakukan di mana saja, dengan
cara apa saja dan berdasarkan apa saja yang dilakukan. Tidak ada aturan
yang mengikat dalam permainan ini. Bermain bebas tanpa adanya aturan
memperlihatkan kondisi perkembangan sosial anak taman kanak-kanak
yang sesungguhnya.
D . Kondisi Perkembangan Sosial Anak TK Yogya Kidsdilihat melalui
Perilaku Bermain
Anak-anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai tahap
perkembangan dan usianya, cenderung menjadi anak yang mudah bergaul,
lebih hangat dan terbuka menghadapi orang lain, serta lebih mudah menerima
kelemahan-kelemahan orang lain (Wibowo dalam Gunarsa, 1983). Dengan
demikian sangatlah penting untuk menerapkan kemampuan sosialisasi pada
anak supaya terbentuk perkembangan sosial yang baik.
Hurlock mengatakan bahwa bilamana seseorang mampu
menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap
kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang
menyenangkan, maka ia akan diterima oleh kelompok atau lingkungannya.
Berdasarkan pendapat Hurlock tersebut maka sangat jelas betapa pentingnya
interaksi sosial yang baik mulai dibentuk semenjak anak-anak. Menurut ahli
pendidikan anak, Bloom (1964) & Saks (1980) dalam Hurlock (1978), usia
anak taman kanak-kanak merupakan usia yang sangat perlu diperhatikan agar
kelak anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Pendidikan bagi anak
usia ini sangatlah penting karena dapat membantu meningkatkan seluruh
mempersiapkan mereka ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah
Dasar. Aktivitas yang paling dekat dengan anak usia tersebut adalah bermain.
Bermain merupakan tindakan atau kesibukan sukarela yang dilakukan
dalam batas-batas tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang
mengikat tetapi diakui secara sukarela dengan tujuan yang ada dalam dirinya
sendiri disertai dengan perasaan tegang dan senang dan dengan pengertian
bahwa bermain merupakan sesuatu “yang lain” daripada kehidupan biasa
(Huizinga, 1940). Bermain yang merupakan kegiatan menyenangkan bagi
anak-anak selalu menjadikan anak-anak santai dan dapat menunjukkan
bagaimana mereka menentukan sikapnya dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui bermain selain dapat memperkuat fisik, meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, meningkatkan kreativitas dan masih banyak hal
lainnya, bermain juga dapat mengembangkan aspek perkembangan sosial
pada anak.
Tampak jelas bahwa bermain merupakan salah satu kegiatan yang
penting dan berpengaruh bagi perkembangan seorang anak baik kepribadian,
kreativitas maupun sosialnya. Sepert dikatakan oleh Buytendjik dalam Mönks
(1987) tentang ciri-ciri bermain salah satunya adalah adanya sifat timbal balik
dan interaksi dalam kelompok bermain. Hal ini didukung juga oleh Hartini
(2004) bahwa sebagian besar waktu anak pada usia di bawah lima tahun lebih
banyak dihabiskan untuk bermain. Melalui bermain anak mendapatkan
banyak manfaat yang berguna dalam membantu pertumbuhan dan
Dari berbagai jenis kegiatan bermain yang ada pada umumnya anak
akan lebih bisa bereksplorasi tentang dirinya adalah saat ia bermain bebas.
Bermain bebas berarti tidak ada aturan yang mengikat di dalamnya sehingga
anak dapat bermain sepuasnya. Ciri dari kegiatan bermain ini dapat dilakukan
di mana saja, dengan cara apa saja dan berdasarkan apa saja yang dilakukan.
Tidak ada aturan dalam bermain yang harus dipatuhi oleh anak (Tedjasaputra,
2001).
Berdasarkan pada hal tersebut di atas, maka jenis kegiatan bermain yang
dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah bermain bebas. Dengan
demikian diharapkan kegiatan bermain dapat digunakan untuk melihat
Bab III
Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa yang terjadi sekarang. Ciri-ciri
pokok penelitian deskriptif menurut Nawawi (1990) adalah :
1 . Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat
aktual.
Dalam penelitian ini, berkaitan dengan ciri di atas maka perhatian hanya
akan dipusatkan pada permainan bebas yang dilakukan oleh anak TK
Yogya Kids.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang adekuat.
Dalam penelitian ini fakta tentang masalah yang diteliti adalah tentang
perkembangan sosial pada anak TK Yogya Kids.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak TK Yogya
Kids usia empat sampai enam tahun sebelum menginjak bangku Sekolah
Dasar (Pra Sekolah). Subjek tidak dibedakan menurut jenis kelamin, karena
memang dalam penelitian ini tidak ada pengkategorian berdasarkan jenis
perkembangan anak-anak masih sangat lekat dengan dunia bermain sebelum
mereka memasuki tingkat Sekolah Dasar. Sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Purnomo (1990) yaitu aktivitas yang paling dekat dengan anak usia TK
adalah bermain, hal ini sesuai dengan salah satu kodrat manusia sebagai
makhluk bermain (homo ludens) dan sifat permainan yang dapat
menimbulkan rasa senang, nyaman dan bebas dari tekanan.
Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah anak-anak yang
bersekolah di TK Yogya Kids, Yogyakarta. Jumlah subjek yang digunakan
sebanyak 10 anak.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut atau sifat atau nilai dari orang,
subjek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan sosial,
yaitu perkembangan sosial pada anak TK Yogya Kids meliputi seluruh
interaksinya dengan teman-teman seusianya saat bermain (istirahat sekolah).
D. Definisi Operasional
Perkembangan sosial pada anak taman kanak-kanak adalah kemampuan
anak untuk berperilaku, berinteraksi, berperan, bersikap dan bekerja sama
dengan lingkungannya yang terjadi dalam hubungan dengan teman-teman
dibutuhkan. Perkembangan sosial ini dilihat pada saat anak sedang bermain
(istirahat sekolah) dengan menggunakan check list yang telah disusun berdasarkan indikator perkembangan sosial sebagai panduan observasi.
Indikator perkembangan sosial anak TK :
1. Mampu berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Anak mampu
dan bersedia menjalin relasi yang baik dengan lingkungan tempat ia
berada.
2. Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain. Kemampuan anak
untuk berteman dan bermain dengan teman-teman dari kelas lain.
3. Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang
tua/ keluarga. Anak mampu bermain bersama teman-temannya tanpa
harus didampingi oleh orang tua/ keluarganya.
4. Mampu bersikap mandiri. Anak mampu melakukan aktivitasnya selama
bermain dan waktu istirahat sekolah tanpa perlu dibantu oleh orang lain
(baik temannya, orang tua ataupun gurunya).
5. Mampu berperan dalam kelompok teman-teman seusianya. Kemampuan
anak untuk melakukan tugasnya serta bekerja sama di dalam kelompok
sepermainannya.
6 . Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya. Anak mampu
menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak menimbulkan keributan serta
toleransi anak terhadap teman-temannya.
Indikator-indikator tersebut di atas diamati melalui perilaku-perilaku
perilaku-perilaku tersebut muncul maka semakin tinggi nilai yang diperoleh untuk
masing-masing indikator yang mewakili perilaku-perilaku itu. Dengan
demikian semakin tinggi nilai setiap indikator maka semakin tinggi juga
perkembangan sosial yang dimiliki anak-anak TK Yogya Kids.
E. Metode Pengambilan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengujian secara intensional atau bertujuan untuk
sesuatu hal, khususnya untuk maksud pengumpulan data. Merupakan satu
verbalisasi mengenai hal-hal yang diamati (Chaplin, 1981). Observasi
dilakukan saat anak sedang bermain bebas di waktu istirahat sekolah.
2. Model Pencatatan - Check List
Check List berisikan aitem-aitem yang disusun berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya dan berdasarkan pada
indikator teori perkembangan sosial yang telah disusun sebelumnya.
Tabel 1. Daftar Perilaku Aspek-aspek Perkembangan Sosial
No Aspek Perilaku Aitem
1. Mampu berinteraksi secara baik dalam lingkungannya.
a. Mau ikut serta bermain bersama teman-temannya.
b .Mau mengikuti permainan secara spontan (tidak harus dipaksa oleh teman-temannya).
c. Mampu berkelompok dengan siapa saja. d .Mau mengajak temannya bermain
bersama.
f. Mampu berbicara dengan baik terhadap teman-temannya.
2. Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain.
a. Mampu berkenalan dengan teman baru. b .Mau menyapa dan bermain dengan
teman-teman dari kelas lain.
c. Mampu memulai percakapan lebih dulu dengan teman kelas lain.
3. Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan
terhadap orang tua atau guru.
a. Berani bermain sendiri meskipun tanpa didampingi orang tua atau guru.
b .Selama istirahat sekolah tidak mengharapkan orang tua atau guru. c. Mampu memilih mainannya sendiri
tanpa harus diarahkan.
d .Bersedia bermain bersama teman-temannya tanpa minta ditemani orang tua atau guru.
4. M a m p u b e r s i k a p mandiri.
a. Bersedia mengambil dan mengembalikan sendiri mainan yang digunakan.
b. Mau mencuci sendiri tangannya setelah selesai bermain.
c. Mampu pergi sendiri ke toilet saat hendak BAK.
d. Mau mencoba mainan-mainan sendiri. e. Bersedia meminta maaf saat berbuat
salah tanpa harus diminta.
f. Mampu melakukan kegiatan permainan tertentu sesuai dengan persetujuan kelompok.
g. Mampu mengutarakan keinginannya saat hendak meminjam mainan yang sedang digunakan oleh teman lain.
5. Mampu berperan dalam kelompok teman-teman seusianya.
a. Mampu memberikan usul secara spontan. b. Mampu menjadi seorang pemimpin yang
baik bagi kelompoknya.
c. Mampu mendamaikan temannya saat terjadi keributan kecil.
b .Mampu menjaga sikap dan kata-kata yang dapat memicu kegaduhan.
c. Mau menerima kekalahan dalam permainan.
d. Mampu menyatakan perasaannya (misal kesal saat mainannya direbut) saat sedang bermain bersama temannya secara baik-baik.
e. Mampu menolong temannya yang mengalami kesulitan (misal terjatuh) saat sedang bermain.
f. Bersedia berbagi mainan dengan teman-teman lain.
g . Mau bergantian menggunakan mainan yang tersedia.
Observasi dilaksanakan selama 7 hari dimana pada hari-hari tersebut
seluruh subjek masuk sekolah. Waktu observasi adalah saat istirahat sekolah
selama 15 menit (pk 09.00 – pk 09.15). Observasi dilakukan pada 10 orang
subjek dengan diamati oleh dua orang observer. Masing-masing observer
menggunakan lembar check list yang telah disusun dengan aitem-aitem yang
sama. Hal ini dimaksudkan untuk melihat konsistensi data yang diperoleh
dari kedua observer. Cara pemberian skor adalah skor 1 untuk perilaku yang
tampak dan skor 0 untuk perilaku yang tidak tampak.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek pada tiap aspek perilakunya
maka dapat dikatakan subjek sudah berada pada kondisi perkembangan sosial
yang sesuai dengan usianya.
F. Proses Penelitian
Langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
2. Mempersiapkan dua orang observer.
3 . Melakukan pertemuan antara kedua orang observer. Pertemuan ini
dimaksudkan guna menyamakan pandangan antar observer mengenai
aitem-aitem observasi serta sistem penilaian aitem-aitem tersebut, karena
kedua observer memiliki latar belakang yang tidak sama (observer 2 tidak
berlatar belakang Psikologi).
4. Melakukan uji coba aitem-aitem check list.
5. Melakukan analisis aitem untuk melihat konsistensi hasil observasi yang
telah dilakukan oleh dua orang observer. Analisis aitem dilakukan dengan
menggunakan koefisien korelasi Pearson, pendekatan konsistensi internal
melalui prosedur Alpha Cronbach dan uji korelasi antar rater dari program
SPSS for Windows v.11.
6 . Menyusun ulang check list dengan menghilangkan aitem-aitem yang mempunyai daya beda <0,3 (Azwar, 1999) saat uji coba untuk kemudian
digunakan sebagai pencatatan observasi penelitian.
7. Melakukan penelitian dengan dua orang observer menggunakan
aitem-aitem check list yang telah diseleksi.
8 . Diperoleh skor (nilai) dari hasil observasi masing-masing subjek
berdasarkan jumlah nilai dari 2 orang observer dibagi dua.
10. Melakukan analisis data hasil observasi dengan menggunakan z-score, bantuan SPSS for Windows v.11 untuk melihat aspek mana yang paling
dominan dari perkembangan sosial.
1 1 . Membuat pembahasan atas hasil observasi yang telah dilakukan dan
dianalisis.
Tabel 2. Blue Print Check List Perkembangan Sosial
Aspek Aitem No. Total
Mampu berinteraksi secara baik dalam lingkungannya.
1,2,3,4,5,6 6
Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain.
7,8,9 3
Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang tua atau guru.
10,11,12,13 4
Mampu bersikap mandiri. 14,15,16,17,18,19,20 7 Mampu berperan dalam kelompok
teman-teman seusianya.
21,22,23,24 4
Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya.
25,26,27,28,29,30,31 7
Total 31
G. Hasil Uji Coba
1. Validitas
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut.
Pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran.
Suatu tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan
pengukuran saja yang spesifik (Azwar, 1987). Validitas ialah ketepatan
Penelitian ini menggunakan validitas isi yang ditentukan oleh sejauh
mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan isi yang hendak
diukur oleh tes itu. Pengujian pada validitas isi menggunakan professional
judgement yaitu dengan cara mencocokkan definisi operasional yang ada dengan indikator yang telah dijabarkan dalam item-item pada check list.
Validitas isi tidak menggunakan analisis dengan perhitungan statistik
apapun (Azwar, 1997).
2. Seleksi Item
Seleksi aitem dilakukan setelah uji coba check list yang telah diobservasi pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan
subjek yang akan diteliti. Aitem-aitem tersebut dievaluasi dengan
menggunakan parameter daya beda aitem berupa koefisien korelasi aitem
total yang menunjukkan adanya kesesuaian fungsi antar aitem dalam check
list perkembangan sosial.
Data hasil uji coba terhadap 6 orang subjek dengan menggunakan 31
aitem dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson, program
Tabel 3. Butir yang digunakan dan gugur dalam Check List
Perkembangan Sosial
Nomor Aitem Aspek
Digunakan Gugur Mampu berinteraksi secara baik dalam
lingkungannya.
2,4,5,6 1,3
Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain.
9 7,8
Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap orang tua atau guru.
12 10,11,13
Mampu bersikap mandiri. 14,16,17,18,20 15,19 Mampu berperan dalam kelompok
teman-teman seusianya.
21,22,23,24
Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya.
25,26,27,30,31 28,29
Tabel berikut menunjukkan pengelompokkan butir-butir item
observasi sesuai indikator check list setelah uji coba :
Tabel 4. Pengelompokkan Butir-butir Aitem Observasi setelah Uji Coba
Aspek Jumlah
Mampu berinteraksi secara baik dalam lingkungannya. 4
Mampu berinteraksi dengan teman-teman kelas lain. 1
Mampu mengurangi perilaku lekat dan ketergantungan terhadap
orang tua atau guru.
1
Mampu bersikap mandiri. 5
Mampu berperan dalam kelompok teman-teman seusianya. 4
Mampu berperilaku baik dalam lingkungannya. 5
Total 20
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, diperoleh item yang
gugur berjumlah 11 dan item yang dapat digunakan untuk observasi
3. Reliabilitas Aitem Observasi
Dalam penelitian ini reliabilitas aitem observasi dihitung dengan
menggunakan pendekatan konsistensi internal melalui prosedur Alpha C r o n b a c h. Hasil yang diperoleh dari uji coba aitem check list menggunakan penghitungan koefisien Alpha Cronbach (a) adalah a=0,8923. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aitem-aitem pengamatan
dalam check list yang telah diuji coba terbukti reliabel.
4. Korelasi antar Rater
Uji korelasi antar rater dihitung dengan menggunakan koefisien
korelasi Pearson, bantuan SPSS for Windows v.11. Korelasi yang diperoleh antara rater 1 dan rater 2 sebesar rxy =0,981 (p=0,00). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ada konsistensi antara rater 1 dan rater 2.
Selanjutnya untuk perhitungan hasil penelitian akan dihitung dengan cara
skor perkembangan sosial masing-masing subjek penelitian adalah hasil
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
A. Orientasi Kancah Penelitian
TK Yogya Kids yang beralamat di Jl. Sorosutan No. 6 B berdiri sejak
tahun 1995 oleh Dra. Selly Sagita. Sampai saat ini TK Yogya Kids memiliki
prasarana fisik berupa tiga ruang kelas, yaitu dua ruang kelas TK (TK B dan
TK A) dan satu ruang kelas Playgroup. Tersedia juga ruang kantor, supply room, dapur dan ruang makan anak-anak. Sekolah memiliki tujuh orang guru kelas, satu Kepala Sekolah, satu guru menari dan satu guru menggambar.
Waktu kegiatan belajar mengajar setiap hari Senin sampai Sabtu, pk 07.30 –
10.30 untuk kelas TK dan satu minggu tiga kali dibagi dalam dua bagian
(Senin, Rabu, Jumat dan Selasa, Kamis, Sabtu) untuk kelas Playgroup.
Jumlah siswa TK Yogya Kids hingga saat ini berjumlah 19 orang. TK
Yogya Kids memiliki misi untuk menjadikan siswanya sebagai individu yang
memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan selaras dan seimbang
sesuai dengan perkembangan zaman. Membimbing dan mengarahkan
anak-anak supaya memiliki kemampuan untuk bisa menunjukkan dirinya dan
menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh teman-teman
lain. Para guru secara aktif turut terlibat dalam setiap kegiatan siswa untuk
membimbing, membina, menstimulasi serta mendampingi siswa guna
B. Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan uji coba dan analisis aitem-aitem check list, maka dari 31 aitem yang diuji coba diperoleh 20 aitem yang dapat digunakan dalam
penelitian. Penelitian dilakukan oleh 2 orang observer yaitu sebagai observer
pertama adalah penulis sendiri dan observer kedua adalah teman dari penulis
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Psikologi sehingga sebelum
melakukan observasi lebih dulu dilakukan pertemuan guna menyamakan
pandangan mengenai aitem observasi serta sistem penilaian
aitem-aitem tersebut. Penelitian dilakukan di TK Yogya Kids sejak tanggal 22 Mei
2007 sampai dengan tanggal 29 Mei 2007 dengan melibatkan sebagian
murid-murid TK Yogya Kids sebagai subjek sebanyak 10 orang. Di bawah ini
adalah daftar subjek yang digunakan dalam penelitian :
Tabel 5. Daftar Subyek Penelitian
No. Nama Usia
1. Dhela 5 tahun 9 bulan
2. Gendis 5 tahun 7 bulan
3. Deva 5 tahun 7 bulan
4. Prada 5 tahun 2 bulan
5. Tata 5 tahun 10 bulan
6. Nico 5 tahun 10 bulan
7. Davin 5 tahun 2 bulan
8. Dea 5 tahun 3 bulan
9. Farah 5 tahun 2 bulan
10. Ave 5 tahun 10 bulan
Penelitian dilakukan setiap hari sekolah selama 15 menit yaitu pada saat
jam istirahat sekolah oleh 2 orang observer. Pemilihan waktu ini ditentukan
anak melalui perilaku bermain, karena itu disesuaikan dengan waktu istirahat
sekolah dimana pada waktu itu seluruh anak TK diberi kesempatan untuk
bermain.
C. Hasil Penelitian
Tabel 6. Hasil Data Penelitian
Data Teoritik Data Empirik Variabel
Penelitian Min Max Mean Min Max Mean
Perkembangan Sosial
0 140 70 52,5 105 71,95
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa mean empirik lebih besar dari
mean teoritik namun dengan selisih yang tidak terlalu jauh. Disesuaikan
dengan kategorisasi (tabel 9) yang telah dilakukan maka hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata kondisi perkembangan sosial pada anak-anak TK Yogya Kids
adalah sedang (cukup).
Tabel 7. One-Sample Statistics
N Mean Std.
Tabel 8. One-Sample Test
Test Value = 70
Tabel 9. Kategorisasi Data Penelitian
Kategorisasi Norma Kategorisasi Norma Skor Frekuensi Persen
Tinggi (mt + 1s) < X 116.67 < X 0 0 %
Sedang (Cukup)
(mt - 1s) < X < (mt + 1s) 46.67 < X < 116.67 10 100 %
Rendah X < (mt - 1s) X < 46.67 0 0 %
Total 10 100 %
Keterangan :
mt = Mean Teoririk
s = Satuan deviasi standar populasi
Dari tabel di atas dapat diketahui frekuensi dan persentase
perkembangan sosial yang dimiliki para siswa TK Yogya Kids. Dari subjek
penelitian sebanyak 10 orang tampak bahwa semua siswa berada pada
kategori sedang (cukup) (100%), sedangkan subjek yang memiliki
perkembangan sosial dengan kategori tinggi dan rendah adalah 0 subjek
(0%).
Tabel 10. Hasil Data Penelitian berdasarkan setiap Aspek
N Min Max SD Mean Persentase
ASPEK1 10 10.00 21.00 4.29987 16.100 20%
ASPEK2 10 0.00 7.00 2.02485 4.100 10%
ASPEK3 10 3.00 7.00 1.59948 4.850 20%
ASPEK4 10 7.50 25.00 5.53273 14.500 10% ASPEK5 10 6.50 20.00 4.69663 11.850 40% ASPEK6 10 11.00 30.00 6.01133 20.550 0%
Hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score, bantuan SPSS for Windows v.11 (tabel 7) menunjukkan bahwa dari keseluruhan aspek-aspek perkembangan sosial, aspek yang paling dominan dalam perkembangan sosial
anak-anak TK Yogya Kids adalah aspek 5 yaitu mampu berperan dalam
kelompok teman-teman seusianya.
D. Pembahasan
Berdasarkan data dan statistik hasil penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak TK Yogya Kids memiliki kondisi perkembangan sosial yang
sedang (cukup), walaupun mean empirik lebih besar dari mean teoritik tetapi
perbedaan tersebut tidak signifikan. Hal ini menurut peneliti lebih disebabkan
karena kelemahan penelitian yang dilakukan.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah penggunaan check list. Hal ini
dikarenakan tidak jarang hal-hal yang tercantum dalam check list tidak tampak dalam pengamatan perilaku bermain anak. Demikian juga sebaliknya
hal-hal yang tercantum dalam check list justru muncul saat di luar waktu pengamatan. Adapun kelemahan lainnya dalam penelitian ini adalah
kurangnya waktu pengamatan yang dilakukan dan adanya perbedaan latar
belakang pendidikan antara kedua orang observer.
Dalam penelitian ini ada 6 indikator perkembangan sosial yang menjadi
acuan dalam melakukan pengamatan terhadap anak-anak TK Yogya Kids.
keenam indikator tersebut indikator yang paling dominan dalam
perkembangan sosial anak-anak TK Yogya Kids adalah aspek 5 yaitu mampu
berperan dalam kelompok teman-teman seusianya. Hal ini sesuai dengan
kemampuan anak-anak TK Yogya Kids untuk bisa berperan dengan cukup
baik dalam kelompok sepermainannya. Selain itu metode pendidikan yang
diterapkan TK Yogya Kids pada anak-anak didiknya yaitu membimbing dan
mengarahkan mereka supaya memiliki kemampuan untuk bisa beradaptasi
secara baik dengan adanya kemampuan untuk bisa menampilkan dirinya dan
menentukan pilihannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh teman-teman
lain sesuai dengan dirinya. Kondisi ini juga dikuatkan oleh pendapat Youniss
& Smollar (1985) dan Mueller & Cooper (1986) mengatakan bahwa sangat
perlu adanya hubungan dengan peer (anak-anak yang usia dan tingkat kedewasaannya kurang lebih sama) dan teman-teman bagi perkembangan
sosial anak. Dengan teman-teman sebaya, anak-anak belajar merumuskan dan
menegaskan pendapat-pendapat mereka sendiri, menghormati pandangan
teman-teman sebaya, bekerja sama mencari solusi atas ketidaksetujuan dan
membangun standar-standar perilaku yang dapat diterima bersama.
Sejak umur tiga atau empat tahun, anak-anak mulai bermain bersama
dalam kelompok dan berbicara satu sama lain pada saat bermain (Hurlock,
1978). TK Yogya Kids sendiri sangat menekankan pada situasi-situasi
dimana anak-anak memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya yaitu pada saat bermain.
normal. Isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk melebur ke dalam suatu
jaringan sosial, diasosiasikan dengan banyak masalah dan kelainan yang
beragam mulai dari kenakalan dan masalah minum-minuman keras hingga
depresi (Kupersmidt & Coie, 1990; Simons, Conger & Wu, 1992 dalam
Santrock, 2002). Usia taman kanak-kanak adalah usia dimana anak-anak
mulai belajar untuk berkembang secara sosial tentunya dengan melalui proses
perkembangan sosial pada anak-anak yang salah satunya adalah belajar
berperilaku yang dapat diterima secara sosial (Hurlock, 1978).
Pada kondisi perkembangan sosial anak TK Yogya Kids (4-6 tahun),
setiap aspek perilaku membawa pengaruh bagi perkembangan sosial
masing-masing anak secara maksimal. Namun nilai yang diperoleh pada keseluruhan
aspek perkembangan sosial tetap mempengaruhi tinggi rendahnya kondisi
Bab V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian
yang telah dilakukan di TK Yogya Kids ini, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa anak-anak usia empat sampai enam tahun pada TK Yogya Kids
memiliki kondisi perkembangan sosial sedang (cukup). Hal ini dapat dilihat
dari norma kategorisasi yang ditentukan dengan menggunakan perhitungan
Uji T, bantuan SPSS for Windows.
Perkembangan sosial anak-anak TK Yogya Kids dilihat dari
masing-masing aspek dengan perhitungan Z-Score yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa aspek 5 yaitu mampu berperan dalam kelompok teman-teman
seusianya merupakan aspek yang paling dominan dalam perkembangan sosial
anak-anak TK Yogya Kids.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman yang diperoleh penulis
selama penelitian maka untuk penelitian selanjutnya tentang perkembangan
sosial disarankan untuk:
1 . Melakukan pengamatan dengan waktu yang lebih lama dan terhadap
diperoleh hasil pengamatan tentang perkembangan sosial yang lebih
lengkap.
2 . Menggunakan observer dengan latar belakang Psikologi dan tidak
menggunakan penulis sebagai observer demi menghindari adanya
subjektivitas.
3. Untuk data pendukung juga disarankan untuk melakukan observasi singkat
saat anak-anak berada di luar lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan
perkembangan sosial anak memiliki ruang lingkup yang luas di luar
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (1987). Test Prestasi. Yogyakarta: Liberty.
Azwar, Saifuddin. (1992). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baradja, A. (2005). Psikologi Perkembangan, Tahapan-tahapan dan Aspek-aspeknya. Jakarta: Studia Press.
Chaplin, James. P. (1981). Dictionary of Psychology. New York: Dell Publishing Co., Inc.
Freeman, J & Utami, M. (1997). Cerdas & Cemerlang: Kiat Menemukan dan Mengembangkan Bakat Anak. Jakarta: Gramedia.
Gunarsa, Singgih. D. (1980). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, Singgih. D & Gunarsa, Singgih. D. Yulia. (1983). P s i k o l o g i Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke 5 (terjemahan oleh Istiwidayanti & Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.
Johnson, J. E; Christie, J. F; Yawkie, T. D. (1999). Play and Early Childhood Development. New York: Longman, An imprint of Addison Wesley Longman.
Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV. Mandar Maju.
Mussen, P. H; Longer, J. J & Kagan, J. (1969). Child Development & Personality 3rd edition. New York: Harper & Row, Publishers.
Nawawi, Hadari. (1990). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Papalia, Diane. E & Olds, Sally. W. (1986). Human Development. McGraw-Hill, Inc.
P. B., Triton. (2005). SPSS 13.0 Terapan. Yogyakarta: Andi.
Purnomo, Hanifan Bambang. (1990). Memahami Dunia Anak-anak. Bandung: CV. Mandar Maju.
Sandström, C. I. (1966). The Psychology of Childhood & Adolescence. England: Penguin Books.
Santosa, Purbayu. B & Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta: Andi.
Santrock, John. W. (2002). Life Span Development jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (1999). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Tedjasaputra, Mayke. S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo.