ANALISA KUALITAS ASPAL SESUAI DENGAN
SPESIFIKASI ASPAL YANG DIKELUARKAN OLEH
DIRJEN BINA MARGA NO. 02/SE/Dd/2018 SEPTEMBER
2018
PT PERTAMINA (PERSERO) RESEARCH AND TECHNOLOGY
CENTER
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh:
Aninda Tri Kusumaningrum
105116017
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS PERTAMINA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan baik. Laporan kerja praktik yang berjudul “Analisis Spesifikasi Kualitas Aspal Menggunakan Metode SNI, AASHTO, dan ASTM” disusun berdasarkan teori dan hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Research dan Technology Center, Pulogadung Jakarta Timur pada tanggal 8 Juli 2019 sampai dengan 16 Agustus 2019.
Tujuan penulisan laporan kerja praktik ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban atas terlaksananya kegiatan kerja praktik dan syarat dalam memenuhi mata kuliah wajib kerja praktik (KP) sebagai mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina.
Laporan kerja praktik ini dapat disusun dengan baik berkat bantuan dari pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua.
2. Khabib Kumaini, M.Si., selaku dosen wali dan pembimbing mata kuliah Kerja Praktik Program Studi Kimia Universitas Pertamina.
3. Dr. Eng Haryo Satriya Oktaviano S.Si., M.Eng selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Komputer Universitas Pertamina.
4. Rifki Muhida Ph.D, selaku Direktur Akademik Universitas Pertamina.
5. Tim Pertamina Corporate University yang telah membantu pelaksanaan Kerja Praktik Pertamina Holding.
6. Ari Fajar Riyanto, S.Si., selaku Senior Analis di Laboratorium Instrument Analysis PT Pertamina (Persero) Research dan Technology Center.
7. Afif Jaya Saputra, S.Si., selaku Junior Analis di Laboratorium Instrument Analysis PT Pertamina (Persero) Research dan Technology Center.
8. Mbak Weny, Mas Yahya, dan Mas Joshua, selaku analis di Laboratorium Instrument Analysis PT Pertamina (Persero) Research dan Technology Center.
9. Seluruh pekerja PT Pertamina (Persero) Research dan Technology Center yang telah membantu dalam kegiatan kerja praktik.
Pada penyusunan laporan, penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kerja praktik ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan bahan evaluasi sekaligus demi menambah pengetahuan mengeni kerja praktik.
Jakarta, 16 Agustus 2019
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR SINGKATAN... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 1.2.1 Tujuan Umum ... 2 1.2.2 Tujuan Khusus ... 2 1.3 Tempat Pelaksanaan ... 2 1.4 Waktu Pelaksanaan ... 2
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 3
2.1 Sejarah Perusahaan ... 3
2.2 Latar Belakang Terbentuknya Research and Technology Center (RTC) ... 5
2.2.1 Visi ... 5
2.2.2 Misi ... 5
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 5
2.4 Makna Logo ... 5
2.4.1 Makna Logo ... 5
2.4.2 Arti Simbol Grafis ... 6
2.5 Tata Kerja Perusahaan ... 6
2.6 Penempatan Kerja Praktik ... 6
BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK ... 8
3.1 Bidang Kerja ... 8
3.2 Pelaksanaan Kerja Praktik ... 8
3.3 Metode Pengujian Sampel Aspal ... 13
3.3.1 Titik Lembek(SNI 06-2434-2011) ... 13
3.3.2 Daktilitas (SNI 06-2432-2011) ... 14
3.3.3 Daktilitas aspal pada 25oC setelah RTFOT (SNI 06-2432-2011) ... 15
3.3.4 Kandungan Parafin Lilin(SNI 03-3639-2002) ... 15
3.3.5 Penetrasi pada 25oC (SNI 06-2456-2011) ... 16
iv
3.3.7 Berat yang Hilang(SNI 06-2441-1991) ... 18
3.3.8 Kelarutan dalam Trikloroetilen (AASHTO T44-14) ... 19
3.3.9 Viskositas pada 135oC (ASTM D 2170-10) ... 19
3.3.10 Titik Nyala(SNI 06-2433-2011) ... 20
3.3.11 Storage stability – difference softening (SNI 06-2434-2011) ... 20
3.3.12 Densitas (SNI 06-2441-2011) ... 22
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK ... 23
4.1 Hasil Kegiatan ... 23
4.2 Data Hasil Pengujian ... 25
4.2.1 Titik Lembek(SNI 06-2434-2011) ... 25
4.2.2 Daktilitas (SNI 06-2432-2011) ... 25
4.2.3 Daktilitas aspal pada 25oC setelah RTFOT (SNI 06-2432-2011) ... 25
4.2.4 Kandungan Parafin Lilin(SNI 03-3639-2002) ... 26
4.2.5 Penetrasi pada 25oC (SNI 06-2456-2011) ... 30
4.2.6 Penetrasi pada25oC setelah RTFOT (SNI 06-2456-2011) ... 31
4.2.7 Berat yang Hilang(SNI 06-2441-1991) ... 31
4.2.8 Kelarutan dalam Trikloroetilen (AASHTO T44-14) ... 31
4.2.9 Viskositas pada 135oC (ASTM D 2170-10) ... 32
4.2.10 Titik Nyala(SNI 06-2433-2011) ... 32
4.2.11 Storage stability – difference softening (SNI 06-2434-2011) ... 32
4.2.12 Densitas (SNI 06-2441-2011) ... 32
4.3 Pembahasan ... 35
4.3.1 Titik Lembek(SNI 06-2434-2011) ... 34
4.3.2 Daktilitas (SNI 06-2432-2011) ... 34
4.3.3 Daktilitas aspal pada 25oC setelah RTFOT (SNI 06-2432-2011) ... 34
4.3.4 Kandungan Parafin Lilin(SNI 03-3639-2002) ... 35
4.3.5 Penetrasi pada 25oC (SNI 06-2456-2011) ... 36
4.3.6 Penetrasi pada25oC setelah RTFOT (SNI 06-2456-2011) ... 36
4.3.7 Berat yang Hilang(SNI 06-2441-1991) ... 36
4.3.8 Kelarutan dalam Trikloroetilen (AASHTO T44-14) ... 37
4.3.9 Viskositas pada 135oC (ASTM D 2170-10) ... 37
4.3.10 Titik Nyala(SNI 06-2433-2011) ... 37
4.3.11 Storage stability – difference softening (SNI 06-2434-2011) ... 38
4.3.12 Densitas (SNI 06-2441-2011) ... 38
BAB V TINJAUAN TEORITIS ... 39
5.1 Aspal ... 39
v
5.3 Komposisi Pembentuk Aspal ... 40
5.4 Fungsi dan Kemampuan Aspal ... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
6.1 Kesimpulan ... 44
6.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembaharuan Spesifikasi Produk Aspal Tipe I PEN 60/70 ... 1
Tabel 3.2. Tugas atau Kegiatan Kerja Praktik dan Pencapaiannya ... 9
Tabel 4.3. Sampel dan Parameter Pengujian ... 23
Tabel 4.4. Keterampilan yang diperoleh selama melaksanakan Kerja Praktik ... 24
Tabel 4.5. Data Pengujian Titik Lembek ... 25
Tabel 4.6. Data Pengujian Daktilitas ... 25
Tabel 4.7. Data Pengujian Daktilitas setelah RTFOT ... 25
Tabel 4.8. Data Pengujian Penetrasi ... 30
Tabel 4.9. Data Pengujian Penetrasi setelah RTFOT ... 31
Tabel 4.10. Data Pengujian LOH ... 31
Tabel 4.11. Data Pengujian Kelarutan dalam Trikloroetilen ... 31
Tabel 4.12. Data Pengujian Viskositas pada 135oC... 32
Tabel 4.13. Data Pengujian Titik Nyala ... 32
Tabel 4.14. Data Pengujian Storage Stability ... 32
Tabel 4.15. Data Pengujian Densitas ... 33
Tabel 4.16. Data Nilai Densitas ... 33
Tabel 5.17. Unsur Penyusun Aspal ... 40
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Logo Pertamina ... 5
Gambar 4.2. Kurva DSC Aspal A Massa 4,7 mg ... 26
Gambar 4.3. Kurva DSC Aspal A Massa 4,2 mg ... 26
Gambar 4.4. Kurva DSC Aspal B Massa 5 mg ... 27
Gambar 4.5. Kurva DSC Aspal B Massa 4,9 mg ... 27
Gambar 4.6. Kurva DSC Aspal C Massa 4,9 mg ... 28
Gambar 4.7. Kurva DSC Aspal C Massa 4,6 mg ... 28
Gambar 4.8. Kurva DSC Aspal D Massa 4,5 mg ... 29
Gambar 4.9. Kurva DSC Aspal D Massa 4,3 mg ... 29
Gambar 4.10. Kurva DSC Standar Wax Massa 5,3 mg ... 30
Gambar 5.11. Struktur Asphaltene ... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center ... 46
Lampiran 2 Perhitungan ... 47
Lampiran 2.1. Perhitungan Kandungan Parafin dalam Aspal ... 47
Lampiran 2.2. Perhitungan Persen Kelarutan dalam Trikloroetilen ... 47
Lampiran 2.3. Perhitungan Densitas ... 48
Lampiran 3 Surat Tugas Kerja Praktik ... 49
Lampiran 4 Daftar Hadir Pelaksanaan Kerja Praktik ... 50
Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik ... 55
ix
DAFTAR SINGKATAN
Lambang/Singkatan Keterangan
KP Kerja Praktik
PEN Penetrasi
SNI Standar Nasional Indonesia
AASHTO The American Association of State Highway and Transportation Officials
ASTM American Standard Testing and Materials
CFF Crude Feedstock Fuel
PPD Process and Product Development
CM Catalyst & Material
AAS Atomic Absorption Spectrometry
XRF X-ray Fluoroscene
ICP Inductively Coupled Plasma
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
DSC Differential Scanning Calorimetry
SNI Standar Nasional Indonesia
AASHTO American Association of State Highway and Transportation Officials
ATSM American Standard and Testing Materials
RTFOT Rolling Thin Oven Test
TFOT Thin Film Oven Test
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspal adalah material sisa proses pengolahan minyak bumi yang sudah tidak dapat diolah lagi. Aspal umumnya dimanfaatkan sebagai bahan perekat agregat dalam perkerasan jalan pada sarana transportasi. Aspal digunakan sebagai bahan perekat agregat pada perkerasan jalan karena, lapisan perkerasan yang terbentuk bersifat menahan dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar (Sukirman, 2003). PT Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas di Indonesia yang selain memproduksi minyak dan gas (BBM) juga menghasilkan produk non BBM seperti aspal. Spesifikasi produk aspal yang dipasarkan adalah jenis Aspal 60/70 yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi negara Indonesia yang beriklim tropis. Pada pengujian sampel aspal di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center dilatarbelakangi oleh adanya :
a. Adanya surat yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga perihal Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan yaitu terdapat pembaharuan spesifikasi produk Aspal Tipe I PEN 60/70 sesuai pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Pembaharuan Spesifikasi Produk Aspal Tipe I PEN 60/70 Parameter
Metode Uji Batasan
Existing Pembaharuan Existing Pembaharuan Titik Lembek (oC) ASTM D-36 SNI 2434-2011 48-58 ≥ 48
Daktilitas (cm) ASTM D-133 SNI 2432-2011 ≥ 100 ≥ 100 Daktilitas aspal
pada 25oC setelah
RTFOT (cm)
ASTM D-133 SNI 2432-2011 ≥ 50
Kadar parafin lilin (%) - SNI 03-3639-2002 ≤ 2 Penetrasi pada 25oC (0,1 mm) SNI 2456-2011 60-70 60-70 Penetrasi pada 25oC setelah RTFOT SNI 2456-2011 ≥ 54
Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 Kelarutan dalam trikloroetilen (%) ASTM D2024 AASHTO T44-14 ≥ 99 ≥ 99 Viskositas pada 135oC (cSt) ASTM D-2170-10 ≥ 300
2 Titik nyala (oC) ASTM D-92 SNI
06-2433-2011 ≥ 200 ≥ 232 Storage stability – difference softening SNI 06-2434-2011
Densitas (g/cm3) ASTM D-70 SNI
06-2441-2011
≥ 1,0 ≥ 1,0
b. Adanya sisa aspal penjualan oleh PT Pertamina kurang lebih lima tahun yang lalu dari gudang yang berada di Dumai yang ingin diketahui kualitasnya apakah masih sesuai dengan spesifikasi atau tidak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah
a. Memenuhi mata kuliah wajib Kerja Praktik (KP) sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan jenjang program pendidikan tingkat strata satu (S-1) di Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Komputer Universitas Pertamina.
b. Melihat dan mengenal proses yang terjadi di dunia kerja yang nyata, mengenali budaya organisasi, mempelajari sistem kerja yang berlaku, memahami standar kerja, dan profesionalisme dunia kerja, serta mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.
c. Memperluas wawasan tentang dunia kerja yang akan digeluti.
d. Mengimplementasikan pengetahuan berupa soft atau hardskills analisis kimia yang telah didapat dari perkuliahan.
e. Mengetahui perkembangan teknologi dalam dunia industri modern.
f. Memperoleh pemahaman dan pengalaman pada dunia kerja melalui learning by doing.
g. Mengembangkan pola pikir dan kreatifitas dalam penerapan teori untuk melakukan analisis suatu produk atau sampel.
h. Menambah pengetahuan yang belum pernah diperoleh selama perkuliahan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Menganalisa kualitas sampel aspal sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Dd/2018 September 2018.
1.3 Tempat Pelaksanaan
Tempat kegiatan kerja praktik dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Research dan Technology Center, berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km 20, RT.1 RW.2, Rw. Terate, Kecamatan Cakung, Pulogadung, Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13920.
1.4 Waktu pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan kerja praktik berlangsung selama 30 hari, terhitung dari tanggal 8 Juli 2019 sampai dengan 16 Agustus 2019, dimulai dari jam 07.00-16.00 WIB.
3 BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT Pertamina (Persero) adalah sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berfungsi mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional, yang disingkat PERMINA. Tanggal ini diperingati sebagai hari lahirnya Pertamina hingga sampai saat ini. Kemudian, pada tahun 1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina. Setelah itu, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin menjadi PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada tanggal 20 Agustus 1968. Selanjutnya, melalui Undang-Undang No.8 tahun 1971, pemerintah mengatur fungsi Pertamina sebagai perusahaan yang menghasilkan dan mengolah migas dari ladang-ladang minyak serta menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia. Melalui Undang-Undang No.22 tahun 2001, pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga, penyelenggaraan Public Service Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.
PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh menteri Hukum dan HAM melalui surat keputusan No.C-4025 HT.01.01 pada tanggal 9 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 bahwa, Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina (Persero) yang melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir pada tanggal 18 Juni 2003. Setelah itu, pada tanggal 20 Juli 2006, PT Pertamina (Persero) melakukan transformasi fundamental dan usaha Perusahaan. PT Pertamina (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia“ pada 10 Desember 2007. Kemudian tahun 2011, Pertamina menyempurnakan visinya, yaitu “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia“.
PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center adalah bagian dari Pertamina yang melakukan aktivitas operasional. Pada beberapa waktu tertentu, PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center mengalami perubahan nama selama beberapa periode, diantaranya yaitu :
a. Periode tahun 1973-1976
PT Pertamina mendirikan Sales Service Laboratory (SSL) pada tahun 1973, yang berfungsi untuk menunjang pemasaran produk pertama petrokimia yaitu propilena (PP) atau dengan nama dagang polytam. Kemudian, selain memasarkan produk pertamanya SSL bekerja sama dengan PT Pusri untuk menyusun Engineering Package untuk Pabrik Karung Plastik I dan PT Karuna. Pada periode ini, SSL juga melakukan penelitian-penelitian yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri mengenai penyempurnaan formula sistem aditif Polytam yang berguna untuk pembuatan film dan serat.
b. Periode tahun 1976-1980
Pada periode ini Sales Service Laboratory (SSL) berubah nama menjadi Pusat Pramuteknik Petrokimia Laboratorium Plastik (P3LP). Kegiatan yang dilakukan oleh P3LP menjadi lebih luas yaitu dengan melakukan kerja sama penelitian dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
4 Periode ini Pusat Pramuteknik Petrokimia Laboratorium Plastik (P3LP), selanjutnya berganti nama menjadi Pusat Pramuteknik Petrokimia (PPP). Kegiatan yang dilakukan selain memproduksi polipropilena yaitu, mendirikan Petrokimia Plant yang memproduksi metanol, asam tereftalat murni/PTA, dan Petroleum Cokes. Kemudian, PPP juga membangun Olefin Centre di Aceh Utara yang memproduksi Polietilen (PE) serta mengadakan pembelajaran mengenai pemasaran polietilena.
d. Periode tahun 1987-1991
Pada periode ini Pusat Pramuteknik Petrokimia (PPP) diubah menjadi Pusat Pengendalian Mutu Petrokimia (PPMP). Kegiatan yang dilaksanakan pada periode ini yaitu berupa pengadaan dan peningkatan berbagai penelitian dengan sasaran yaitu meningkatkan nilai tambah produk kilang minyak Pertamina dan ikut membantu pengembangan industri petrokimia di Indonesia dengan cara menawarkan fasilitas yang dimiliki supaya terjalin kerja sama yang saling menguntungkan antara Pertamina dengan industri petrokimia di Indonesia.
e. Periode tahun 1991-2002
Pada tahun 1991, Pusat Pengendalian Mutu Petrokimia (PPMP), berubah menjadi Dinas pengendalian Mutu Petrokimia (DPMP). Kegiatan yang dilakukan yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan produk non BBM dan Petrokimia. Industri non BBM dan petrokimia yang dilakukan yaitu Polypropilene Plant, Methanol Plant, Pure Terepthalic Acid/PTA Plant, Aromatic Centre, LPG, LNG, dan pelumas.
f. Periode tahun 2002-2003
Berdasarkan fungsi dan tujuan, Dinas pengendalian Mutu Petrokimia (DPMP) diubah menjadi Penelitian dan Laboratoriun Bidang Pengolahan (P dan L). Fungsi yang dilakukan oleh Penelitian dan Laboratoriun Bidang Pengolahan (P dan L) meliputi :
− Plan Suport
Melakukan pengendalian produk-produk dari kilang petrokimia dan membantu permasalahan proses dari kilang bersama Dinas Teknologi.
− Research and Development
Melakukan penelitian dalam skala laboratorium untuk usaha diversikasi produk kilang supaya memiliki nilai tambah.
− Plan Service
Memberikan jasa pengujian, jasa penelitian, pelatihan berdasarkan ISO Guide 25 dan ISO 9001-2000.
g. Periode tahun 2003-2010
Penelitian dan Laboratorium Bidang Pengolahan (P dan L) berganti menjadi Penelitian dan Laboratorium PT Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003.
h. Periode tahun 2010 sampai 2017
Pada tahun 2010 sampai 2017, Penelitian dan Laboratorium PT Pertamina (Persero) berubah nama menjadi PT Pertamina Research and Development, yang berfungsi menyelenggarakan dan mengembangkan jasa layanan teknis dan laboratorium untuk mendukung kegiatan operasional pengolahan.
i. Periode 2017 sampai sekarang
Sejak tahun 2017 sampai sekarang, PT Pertamina Research and Development berganti nama menjadi PT Pertamina Research and Technology Center.
5
2.2 Latar Belakang Terbentuknya Research and Technology Center (RTC)
Pada Agustus 2016, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menargetkan untuk melahirkan pusat riset dan teknologi atau Pertamina Research and Technologi Center yang bertujuan agar Indonesia tidak hanya memanfaatkan teknologi dari asing, tetapi juga mandiri dalam dunia teknologi. Tujuan dibentuknya RTC selain itu adalah agar investasi lebih efisien, mengingat persaingan pada masa depan adalah terkait teknologi, efisiensi, dan produktivitas.
PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center terbentuk berdasarkan sasaran strategis RJPP 2008-2012 untuk membangun kemampuan teknologi, riset dan pengembangan, untuk itu perusahaan memerlukan engineering center dan research & development yang handal, seperti pada perusahaan minyak kelas dunia.
2.2.1 Visi
Sebagai fungsi Research and Technology Center Pertamina yang handal dan efisien dalam rangka meningkatkan daya saing produk dan margin pengolahan, Pertamina guna mendukung pengembangan bisnis perusahaan mencapai kinerja kelas dunia.
2.2.2 Misi
a. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, jasa layanan teknis, dan jasa laboratorium untuk mendukung kegiatan operasional pengolahan yang berdaya saing searah dengan kebijakan perusahaan.
b. Memberikan nilai tambah bagi PT Pertamina Persero dalam mendukung operasional bisnis pengolahan sebagai penugasan utama dan pemasaran.
c. Melaksanakan kajian pengembangan energi ke depan yang sejalan dengan kebijakan Pertamina dan penugasan daerah.
2.3 Struktur Organisasi
Organisasi merupakan alat bagi manajemen agar tujuan perusahaan dapat tercapai, oleh karena itu peroalan terkait organisasi sangat berperan. Struktur organisasi yang berada di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center terdapat pada Lampiran 1.
2.4 Makna Logo
Logo adalah sebuah gambar yang mewakili suatu arti tertentu bagi perusahaan. Berikut adalah logo PT Pertamina (Persero) yang terdapat pada Gambar.2.1.
Gambar 2.1. Logo Pertamina
2.4.1 Makna Logo
a. Warna biru memiliki arti handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. b. Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
c. Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.
6
2.4.2 Arti Simbol Grafis
a. Bentuk anak panah menggambarkan aspirasi organisasi Pertamina untuk senantiasa bergerak ke depan, maju dan progresif. Simbol ini mengisyaratkan huruf “P” yakni huruf pertama dari Pertamina.
b. Tiga elemen berwarna melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang merupakan bentuk negara indonesia.
2.5 Tata Kerja Perusahaan
Waktu kerja yang berlaku di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center
adalah sebagai berikut : Hari kerja : Senin - Jumat
Masuk : Fleksibel (07.00-07.30) Istirahat : 11.30 – 12.30
Pulang : Fleksibel (16.00 – 16.30)
Pada hari Jumat dilakukan olahraga bersama-sama oleh seluruh karyawan PT pertamina (Persero) research and Technology Center sebelum memulai aktivitas perusahaan.
2.6 Penempatan Kerja Praktik
Pada era globalisasi, calon pekerja dituntut untuk memiliki kompetensi, kreativitas, dan pengalaman dalam dunia kerja yang akan digeluti, karena pada kenyataannya perusahaan menginginkan pekerja yang berkualitas dan mampu bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pekerja yang berkualitas adalah salah satu faktor tercapainya tujuan dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, calon pekerja diminta untuk dapat meningkatkan kualitas diri dan mengembangkan diri supaya mampu bersaing pada perkembangan era globalisasi dalam dunia kerja yang semakin maju. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membekali mahasiswa sebagi calon pekerja adalah dengan mengadakan program kerja praktik di suatu lembaga, instansi, atau perusaaan baik pemerintahan ataupun swasta. Kerja praktik merupakan aspek pendidikan yang menggabungkan antara perencanaan dan tujuan relasi kerja dengan pengalaman kerja sehingga, perusahaan atau instansi diharapkan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk lebih mengenal dunia kerja dengan cara menerima mahasiswa yang ingin melaksanakan kegiatan kerja praktik.
Kerja praktik berdasarkan Pedoman Kerja Praktik Universitas Pertamina adalah salah satu mata kuliah wajib yang ada pada kurikulum program sarjana Universitas Pertamina dimana mahasiswa melakukan praktik kerja pada dunia nyata dalam bidang ilmunya masing-masing. Maksud dari praktik kerja dalam bidang ilmunya masing-masing adalah melakukan kegiatan praktik kerja di lingkungan pekerjaan yang sebenarnya, berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan, dengan tujuan dapat meningkatkan keterampilan, etika pekerjaan, disiplin dan tanggung jawab. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kerja praktik ini, diharapkan memperoleh penempatan kerja praktik sesuai bidang ilmu yang dipelajari, sehingga mampu meningkatkan soft skill dan hard skill yang telah dimiliki. Mata kuliah ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mencoba mempraktikan teori yang diperoleh pada perkuliahan sesuai dengan jurusan mahasiswa yang bersangkutan. Meskipun demikian, tujuan utama dari pelaksanaannya kerja praktik ialah melihat dan mengalami langsung proses kerja dan budaya organisasi yang terjadi di dunia kerja yang nyata.
Penempatan kerja praktik oleh penulis dilatar belakangi oleh adanya matakuliah wajib kerja praktik (KP) Program Studi Kimia Universitas Pertamina. Penulis memperoleh penempatan kerja
7 praktik di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center Direktorat Perencanaan, Investasi dan Manajemen Risiko yang berlokasi di Jl. Raya Bekasi Km 20, Pulogadung, Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui program kerja praktik Pertamina Holding yang diadakan oleh Direktorat Akademik Universitas Pertamina. PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center merupakan pusat riset dan teknologi yang melakukan penelitian dan pengembangan, jasa layanan teknis, dan jasa laboratorium untuk mendukung kegiatan operasional pengolahan. Pemilihan tempat kerja praktik ini disesuaikan dengan disiplin ilmu penulis yaitu ilmu kimia yang diaplikasikan melalui kegiatan pengujian di laboratorium.
PT Pertamina Research and Technology Center adalah bagian dari PT Pertamina (Persero) yang melakukan kegiatan operasional, meliputi pengembangan produk dan proses serta technical service yang dipisahkan berdasarkan orientasi laboratorium. Kegiatan operasional pengembangan produk dan proses serta technical service PT Pertamina Research and Technology Center dibagi menjadi Laboratorium Instrument Analysis, Laboratorium CFF, Laboratorium PPD, dan Laboratorium CM, yang posisinya dipisahkan pada beberapa gedung akan tetapi, secara global fungsi laboratorium adalah menunjang operasional kilang dari segi pengendalian mutu, bahan baku, dan sampai produk jadi.
Penulis selama melaksanakan kerja praktik ditempatkan di bagian Technical Service (Jasa Layanan Teknis) di Laboratorium Instrument Analysis. Berikut adalah fokus kerja yang terdapat di dalam Laboratorium Instrument Analysis :
a. Pengujian atas permintaan pelanggan b. Pengujian atas permintaan kilang c. Meningkatkan loyalitas pelanggan
d. Peningkatan layanan teknis kepada pelanggan
e. Seleksi kualitas material, baik sebelum, sedang, dan sesudah proses f. Mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh unit operasi kilang g. Mempengaruhi kehandalan, produktifitas unit operasi kilang
h. Mempengaruhi mutu atau kualitas pelayanan
Melalui kerja praktik ini, penulis ingin mengetahui tugas, fungsi, serta kegiatan kerja yang dilakukan di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center khususnya pada laboratorium Laboratorium Instrument Analysis.
8 BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
3.1 Bidang Kerja
Penulis selama melaksanakan kegiatan kerja praktik di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center Direktorat Perencanaan, Investasi dan Manajemen Risiko ditempatkan pada bagian Laboratorium Instrument Analysis. Laboratoium yang biasa disebut sebagai laboratorium instrumen ini merupakan salah laboratory service yang berada dibawah VP of Downstream yang berlokasi di gedung satu PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center. Kegiatan atau fokus kerja yang terdapat di laboratorium instrumen adalah melaksanakan pengujian serta analisis terhadap suatu sampel yang berkaitan dengan produk non fuel BBM, petrokimia seperti polimer, limbah dan produk lain atas permintaan pelanggan atau dari kilang PT Pertamina itu sendiri. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat fisik, mekanik, optik, kimia, dan lain-lain. Akan tetapi, proses pengujian sampel tidak selalu dilakukan di Laboratorium Instrument Analysis, karena instrumen yang dibutuhkan untuk menguji sampel sebagian tidak terdapat di Laboratorium
Instrument Analysis sehingga proses pengujian harus dilakukan di laboratorium lain seperti, di Laboratorium CFF atau Laboratorium CM, oleh karena itu proses kerja yang dilakukan tergantung dari parameter pengujian suatu sampel. Sehingga, kegiatan kerja dari setiap harinya tidak selalu sama, karena sampel yang akan diuji memiliki proses pengujian yang berbeda-beda. Kemudian, kegiatan kerja praktik yang dilakukan oleh penulis yaitu berdasarkan ada atau tidaknya sampel yang akan dianalisis. Apabila sampel ada, maka melakukan pengujian. Akan tetapi jika sampel tidak ada, kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan proses administrasi laboratorium seperti, pengisian buku log pengujian, menginput data serta mengolah data di dalam komputer.
3.2 Pelaksanaan Kegiatan Kerja Praktik
3.2.1 Minggu I
Pada pelaksanaan kerja praktik hari pertama, penulis beserta teman-temanya disambut oleh Ibu Riyanti. Pada hari tersebut penulis diberi beberapa berkas untuk dilengkapi. Berkas-berkas yang diberi yaitu berkaitan dengan tata tertib praktikan, daftar hadir praktikan, serta formulir penelitian. Berkas-berkas tersebut diminta untuk dikumpulkan setelah kerja praktik selesai. Setelah proses administrasi berkas selesai, penulis diajak bertemu dengan pembimbing untuk pembagian fungsi penempatan kerja. Penulis pada saat itu mendapatkan fungsi kerja pada bagian non fuel. Kemudian penulis diantar ke Laboratorium Instrument Analysis untuk melakukan pengenalan dan orientasi lingkungan laboratorium. Sesampainya di laboratorium, penulis diajak dan diperkenalkan mengenai instrumen-instrumen apa saja yang terdapat di laboratorium oleh analis. Setelah kegiatan orientasi selesai, penulis diminta untuk membantu melakukan pengujian sampel, karena pada saat itu di laboratorium instrumen sedang terdapat sampel yang sedang diuji. Selama satu minggu pelaksanaan kerja praktik, penulis melakukan beberapa pengujian terhadap seberapa sampel dengan berbagai parameter.
3.2.2 Minggu II
Pada minggu kedua, penulis melaksanakan rutinitas kerja yang diberikan oleh analis, seperti membantu preparasi pengujian dan melakukan pengujian yang sebelumnya telah dicontohkan oleh analis. Selain itu, pada minggu kedua ini, penulis melakukan pengujian terhadap sampel aspal yang dijadikan sebagai topik pembahasan pada laporan.
9 3.2.3 Minggu III
Pada minggu ketiga, penulis melakukan preparasi pengujian sampel menggunakan instrumen baru seperti AAS dan XRF namun, pada mingu ketiga penulis juga masih melakukan pengujian pada sampel aspal yang akan dijadikan topik laporan. Pada proses pengujian, penulis dibantu dengan analis. Setiap hasil dari pengujian, penulis melaporkan setiap hasil yang diperoleh. Jika hasil yang diperoleh belum sesuai, penulis harus kembali mengulang pengujian sampai memperoleh hasil yang sesuai dengan spesifikasi.
3.2.4 Minggu IV
Pada minggu keempat, penulis melakukan pengujian sampel lain. Pada minggu ini penulis banyak mempelajari proses pengujian sampel menggunakan berbagai instrumen. Seperti, instrumen uji color, aniline point, flash point abel, danICP.
3.2.5 Minggu V
Pada pelaksanaan kerja praktik minggu kelima, penulis tidak banyak mempelajari pengujian-pengujian sampel. Oleh karena itu, pana minggu kelima, penulis lebih banyak melakukan studi literatur di perpustakaan.
3.2.6 Minggu VI
Minggu keenam adalah minggu terakhir penulis melaksanakan kegiatan kerja praktik di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center. Pada minggu ini, penulis masih melakukan kegiatan pengujian sampel. Penulis melakukan pengujian kandungan amonia terhadap sampel limbah IPAL yang berada di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center.
Selama melaksanakan kegiatan kerja praktik, penulis dibantu bersama dengan analis laboratorium instrumen. Pada Tabel 3.2. terdapat tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan kerja praktik di PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center
di Laboratorium Instrument Analysis.
Tabel 3.2. Tugas dan Kegiatan Kerja Praktik dan Pencapaiannya No. Tugas/Kegiatan
yang diberikan
Tujuan Metode dan Aspek-aspek
Pencapaian
1. Melakukan
ekstraksi pada pengujian kadar Cl dalam crude oil
dan dianalisis menggunakan metode titrasi potensiometri Menentukan kadar Cl dalam crude oil - Ekstraksi - Titrasi potensiometri - Mengetahui bahwa di dalam crude oil
terkandung unsur Cl - Mengetahui cara preparasi sampel pada pengujian menggunakan tritrasi potensiometri - Mengetahui cara kerja titrasi potensiometri Metrom
10 4. Uji gloss film
polipropilena (PP) Menentukan nilai gloss (kekilatan) pada film polipropilen - Proses pengoperasian instrumen uji gloss - Mengatahui bagaimana cara melakukan uji gloss menggunakan instrument 5. Preparasi uji fenol
IPAL menggunakan UV-vis Menentukan kandungan fenol dalam IPAL - Pembuatan larutan standar - Praparasi sampel IPAL - Penggunaan instrumen UV-vis - Mampu melakukan analisis menggunakan uv-vis otomatis 6. Preparasi uji sulfida IPAL menggunakan UV-vis Menentukan kandungan sulfida dalam IPAL - Pembuatan larutan standar - Praparasi sampel IPAL - Penggunaan instrumen UV-vis − Mampu melakukan analisis menggunakan uv-vis otomatis 7. Uji pH pada sampel IPAL Menentukan pH pada sampel IPAL - Kalibrasi pH meter - Cara mengukur pH menggunakan pH meter - Dapat melakukan kalibrasi pH meter dan cara menggunakannya 8. Uji density pada
sampel oil Menentukan nilai density dalam sampel oil - Pengoperasian instrumen automatic density - Dapat mengoperasikan intrumen automatic density
9. Uji pour point
sampel PEL
Menentukan temperatur
pour point pada sampel PEL - Proses pengujian pour point - Dapat melakukan pengujian pour point menggunakan instrumennya 10. Uji viskositas pada
sampel exdo Menentukan viskositas sampel exdo - Proses pengujian viskositas - Mengetahui macam-macam pipa kapiler untuk viskositas
- Mampu melakukan pengujian
viskositas pada sampel exdo 11. Preparasi uji ICP
dengan metode digeste Melakukan preparasi sampel padat - Proses preparasi sampel ke dalam vessel - Mengetahui bahwa sampel berbentuk padat perlu digeste
11 untuk uji ICP
supaya logam pada sampel dapat terdestruksi - Proses operasi instrumen terlebih dahulu pada proses pengujian ICP - Dapat melakukan preparasi sampel (digeste) pada pengujian ICP 12. Preparasi uji XRF sampel PERC Menentukan kandungan logam pada sampel PERC - Proses preparasi pengujian XRF - Mampu melakukan preparasi pengujian XRF 13. Pengujian viskositas, flash point, daktilitas, penetrasi pada sampel aspal Menentukan nilai viskositas, flash point, penetrasi, dan duktilitas pada sampel aspal - Proses preparasi pengujian aspal - Cara penggunaan instrumen pengujian aspal - Mampu melakukan pengujian sampel aspal pada parameter tertentu, yaitu flash point, daktilitas,
vikositas, dan - penetrasi. 14. Uji kandungan
wax dalam sampel aspal menggunakan DSC Menentukan persentase kandungan wax di dalam sampel aspal - Preparasi penguan aspal menggunakan DSC - Penggunaan instrumen DSC - Dapat menggunakan instrumen DSC, dan melakukan analisis pada puncak yang dihasilkan dari DSC
15. Uji softening point
pada sampel aspal
Menentukan titik lembek dari sampel aspal - Proses preparasi uji softening point - Proses pengujian softening point - Mampu melakukan uji softening point
sampel aspal
16. Uji kadar logam sampel IPAL menggunakan Atomic absorption spectrometry (AAS) Menentukan kadar logam (Cd, Cu, dan Pb) pada sampel IPAL - Proses pengujian menggunakan AAS - Mengetahui proses pengujian menggunakan AAS
17. Uji color sampel solphy
Maenentukan nilai uji color
yang terdapat pada sampel apakah masuk - Proses pengoperasian instrumen uji color - Dapat melakukan uji color menggunakan instrumennya
12 ke dalam spesifikasi atau tidak 18. Uji acidity of benzene, toluene, xylene, solvent naphthas and similar industrial aromatic hydrocarbon Menentukan acidity dalam benzena, toluena, xylene, solvent naphthas dan industri aromatik hidrokarbon - Proses preparasi dan pengujian acidity - Mengetahui proses pengujian acidity
19. Uji aniline point Mengetahui kelarutan sampel di dalam anilin - Proses pengoperasian instrumen aniline point - Mengetahui cara melakukan uji aniline point
20. Uji flash point
otomatis pada sampel Solphy Menentukan titik nyala sampel Solphy - Proses penggunaan instrumen flash point - Mampu melakukan uji flash point
otomatis 21. Uji sampel residu
menggunakan ICP Menentukan kadar logam Cd, Cr, dan Pb dalam sampel residu - Pembuatan larutan standar - Proses pengoperasian - ICP - Mengetahui cara pengoperasian ICP 22. Pengujian kadar amonia di dalam sampel limbah IPAL menggunakan uv vis Menentukan kadar amonia dalam sampel limbah IPAL - Proses preparasi larutan standar - Proses pengoperasian instrumen uv-vis - Proses pengujian - Dapat membuat larutan standar pengujian amonia - Dapat mengoperasikan instrumen uv vis untuk pengujian ammonia
13
3.3. Metode Pengujian Sampel Aspal
Selama melaksanakan kerja praktik, penulis melakukan pengujian pada berbagai jenis sampel dan beberapa parameter pengujian namun, dalam laporan ini penulis hanya memfokuskan pada pengujian sampel aspal.
3.3.1 Titik Lembek (SNI 06-2434-2011)
A. Tujuan
Menentukan temperatur titik lembek sampel aspal pada batas 85 sampai 392oF (30
hingga 200oC).
B. Prinsip
Titik lembekmerupakan temperatur ketika sejumlah sampel yang berbentuk keping dan berada dalam cincin dengan posisi horizontal jatuh sejauh 25,4 mm (1 inchi). Proses ini terjadi karena adanya bola yang diletakkan di atasnya dan sampel dipanaskan dengan kecepatan pemanasan tertentu dalam bath yang berisi air atau
glycerin. Prinsip dari pengujian titik lembekaspal yaitu tidak terjadi dari temperatur tertentu melainkan berangsur-angsur berubah dari keadaan padat, keras atau rapuh (brittle) ataupun sangat kental menjadi lembek karena kekentalannya menurun. C. Alat dan Bahan
− Cincin yang terbuat dari kuningan dengan ukuran tertentu − Pelat dari kuningan
− Bola yang terbuat dari metal dengan berat 3,45-3,55 gram dan diameter 9,53 mm.
− Ball-centering-guide
− Gelas beker − Hot plate
− Ring holder atau penyangga ring yang terbuat dari kuningan
− Termometer (ASTM-E.1 : 15 F (-2 sampai 80oC) atau 16F (30 sampai 200oC))
− Stopwatch
− Air
− Sampel aspal
− Es
D. Preparasi
− Sampel aspal dipanaskan pada temperatur 165oC, diaduk hingga mencair dan
cukup untuk dituang. Pemanasan dilakukan tidak lebih dari dua jam dan pembentukan gelembung udara dihindari.
− Sampel dituangkan ke dalam cetakan dua buah cincin yang diletakkan di atas pelat kuningan yang telah dilapisi dengan silicon oil untuk mencegah agar sampel tidak melekat pada pelat kuningan. Sampel didinginkan kurang lebih selama 30 menit atau selama-lamanya 240 menit.
− Setelah sampel didinginkan, kelebihan sampel pada cincin cetakan dipotong menggunakan pisau yang dipanaskan.
E. Pengujian
− Ball-centering-guide, cincin, dan terometer disusun
− Gelas beker diisi dengan air hingga kedalaman 101,6-108 mm dan diatur temperaturnya 5±1oC selama 15 menit menggunakan es, kemudian susunan alat
14 − Bola diletakkan pada ball-centering-guide setelah didinginkan sampai
temperatur yang sama seperti gelas beker.
− Gelas beker dan susunan alat yang berada di dalamnya dipanaskan dengan kecepatan 5oC per menit menggunakan pemanasan atau setiap kenaikan 2oF
adalah 12 detik. Kenaikan temperatur harus seragam dan tidak boleh diambil dari rata-rata keselurahan tes. Sehingga data yang diperoleh harus berulang. − Temperatur ketika bola yang dilapisi sampel menyentuh plat dasar dicatat
sebagai softening point.
− Pengujian diulangi menggunakan sampel yang baru apabila pengujian kedua memiliki perbedaan titik lembek lebih dari 1oC.
3.3.2 Daktilitas Aspal pada 25oC (SNI 06-2432-2011)
A. Tujuan
Menentukan kuat tarik aspal. B. Prinsip
Ductility bituminous material ditentukan dengan mengukur pertambahan panjang aspal apabila kedua ujungnya ditarik menggunakan alat uji daktilitas dengan kecepatan tarikan 5cm/menit ± 5% dan akan putus. Pengujian daktilitas dilakukan pada temperatur pengujian 25±0.5oC.
C. Alat dan Bahan − Cetakan daktilitas
− Bak air (conditioning sample) dengan temperatur 25±0.1oC untuk
mendinginkan sampel aspal − Hot plate
− Alat testing ductility
− Sampel aspal
− Air
D. Preparasi
− Sampel aspal dipanaskan pada temperatur ±165oC sampai mencair.
− Setelah sampel mencair, sampel dituangkan ke dalam cetakan dari ujung satu ke ujung lainnya hingga terisi penuh pada tempat cetakan yang sudah dilapisi dengan silicon oil supaya tidak lengket.
− Sampel yang telah dicetak didinginkan pada temperatur ruang sampai menjadi padat.
− Apabila sampel sudah padat, sampel dipotong sesuai cetakan menggunakan pisau panas dalam cetakan mendatar.
− Kemudian sampel dikondisikan pada temperatur 25±0.1oC selama 2 jam.
− Pelat dan cetakan yang berbentuk seperti segitiga dilepaskan dari sampel. E. Pengujian
− Lubang ujung cetakan dimasukkan ke dalam pen yang ada pada alat testing ductility.
− Motor alat pengujian dinyalakan hingga sampel mulai ditarik dengan kecepatan 1 menit dalam 5 cm ± 5%.
15 − Selama pengujian, air yang berada di dalam tanki mesin, harus merendam sampel sedikitnya 2,5 cm diatasnya dan dibawahnya, dan temperatur air dijaga konstan 25±0.1oC.
3.3.3 Daktilitas Aspal pada 25oC setelah RTFOT (SNI 06-2432-2011)
A. Tujuan
Menentukan kuat tariknya aspal setelah Rolling Thin Film Oven Test. B. Prinsip
Daktilitas setelah RTFOT ditentukan dengan mengukur pertambahan panjang aspal apabila kedua ujungnya ditarik menggunakan alat uji daktilitas dengan kecepatan tarikan 5cm/menit ± 5% pada temperatur pengujian 25 ± 0.5oC. Pengujian daktilitas
setelah RTFOT yaitu pengujian daktilitas yang dilakukan setelah sampel aspal dipanaskan di dalam oven pada temperatur 110oC selama 4 jam.
C. Alat dan Bahan − Oven
− Cetakan daktilitas − Gelas beker
− Bak air (conditioning sample) dengan temperatur 25 ± 0.1oC untuk
mendinginkan sampel aspal − Alat testing ductility
− Sampel aspal
− Air
D. Preparasi
− Sampel aspal dioven pada temperatur ±110oC selama 4 jam.
− Sampel dituang ke dalam cetakan dari ujung satu ke ujung lainnya hingga terisi lebih dari penuh pada tempat cetakan yang sudah dilapisi dengan silicon oil
supaya tidak lengket.
− Sampel yang telah dicetak didinginkan pada suhu kamar selama 30 – 40 menit. − Apabila sampel sudah padat, sampel dipotong sesuai cetakan menggunakan
pisau panas dalam cetakan mendatar.
− Kemudian sampel dikondisikan pada temperatur 25 ± 0.1oC selama 2 jam.
− Pelat dan cetakan yang berbentuk seperti segitiga dilepaskan dari sampel. E. Pengujian
− Lubang ujung cetakan dimasukkan ke dalam pen yang ada pada alat testing ductility
− Motor alat pengujian dinyalakan hingga sampel mulai ditarik dengan kecepatan 1 menit dalam 5 cm±5%.
− Motor dihentikan ketika sampel mulai putus, dan jarak (dalam cm) diukur. − Selama pengujian, air yang berada di dalam tanki mesin, harus merendam
sampel sedikitnya 2,5 cm diatasnya dan dibawahnya, dan temperatur air dijaga konstan 25±0.1oC.
3.3.4 Kandungan Parafin Lilin (SNI 3-3639-2002)
A. Tujuan
Menentukan persentase kandungan parafin dalam sampel aspal. B. Prinsip
16 Pengukuran menggunakan DSC yaitu sebuah teknik analisis termal yang mengukur energi yang diserap atau diemesikan oleh sampel dan pembanding sebagai fungsi waktu dan suhu. Sampel akan mengalami tranformasi perubahan fisik seperti transisi suatu fasa. Selain itu, sampel dan referensi dipertahankan pada temperatur yang sama selama percobaan.
C. Alat dan Bahan − Instrumen DSC − Neraca analitik − Spatula − Aspal D. Preparasi
− Siapkan pan DSCyang digunakan sebagai tempat sampel aspal − Sampel aspal ditimbang sebanyak 5 mg ke dalam pan
− Pan yang berisi sampel ditutup menggunakan penutup pan
E. Pengujian
− Pan yang berisi sampel di tempatkan pada bagian pemanas DSC dan ditutup. − Pada komputer, sampel dirunning menggunakan metode sebagai berikut :
• Sampling interval: 0.20 s/pt
• Select gas 1
• Flow rate 50mL/min
• Equilibrate at 80.00oC
• Isothermal for 1.00 min
• Ramp 5.000oC/min to -35.00oC
• Isothermal for 1.00 min
− Setiap sampel diuji secara duplo atau hingga menghasilkan data yang berulang. − Grafik kandungan parafin yang dihasilkan dianalisis.
3.3.5 Penetrasi (SNI 06-2456-2011)
A. Tujuan
Menentukan nilai penetrasi atau kekerasan sampel aspal. B. Prinsip
Pengujian penetrasi digunakan untuk menentukan kekerasan aspal dengan cara menembuskan suatu jarum standar menggunakan alat penetrometer dibawah kondisi temperatur 25oC dalam waktu 5 detik dan beban jarum 100 gram.
C. Alat dan Bahan
− Penetrometer Controller MK VI − Jarum penetrasi − Hot plate − Sample container − Transfer dish − Termometer − Aspal − Air D. Preparasi
17 − Sampel aspal dipanaskan sampai temperatur 165oC sampai cair dan cukup untuk
dituang. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit untuk menghindari gelembung udara dalam sampel.
− Sampel dituang ke dalam sample container, hingga jarak antara ujung jarum yang telah diperkirakan menembus sampel dengan dasar dari container tidak kurang dari 10 mm.
− Sampel didiamkan pada temperatur ruang selama 1,5 jam.
− Kemudian, sampel dikondisikan pada temperatur 25oC selama 1,5 jam di dalam
transfer dish yang berisi air. E. Pengujian
− Alat penetrasi dipastikan dalam kondisi yang baik.
− Jarum penetrasi dibersihkan dengan kapas yang bersih dan ditempatkan pada penetrometer.
− Transfer dish yang berisi sampel ditempatkan pada penetrometer
− Jarum diturunkan secara perlahan-lahan sampai ujungnya dapat menyentuh permukaan sampel.
− Pengujian penetrasi dimulai paling sedikit 3 kali sampai 5 kali pengujian pada jarak minimum 10 mm dari tepi container dan masing-masing pengujian tidak kurang dari 10 mm.
− Pengujian dilakukan dalam waktu 5 detik.
3.3.6 Penetrasi pada 25oC setelah RTFOT (SNI 06-2456-2011)
A. Tujuan
Menentukan nilai penetrasi sampel aspal setelah RTFOT. B. Prinsip
Pengujian penetrasi digunakan untuk menentukan kekerasan aspal dengan cara menembuskan suatu jarum standar menggunakan alat penetrometer dibawah kondisi temperatur 25oC dalam waktu 5 detik dan beban jarum 100 gram setelah sampel
aspal dilakukan RTFOT yaitu pemanasan di dalam oven pada temperatur 110oC
selama 4 jam. C. Alat dan Bahan
− Penetrometer − Jarum penetrasi − Hot plate − Sample container − Transfer dish − Termometer − Oven − Aspal − Air D. Preparasi
− Sampel aspal dipanaskan sampai pada temperatur 110oC selama 4 jam.
− Sampel dituang ke dalam sample container, hingga jarak antara ujung jarum yang telah diperkirakan menembus sampel dengan dasar dari container tidak kurang dari 10 mm.
18 − Kemudian, sampel dikondisikan pada temperatur 25oC selama 1,5 jam di dalam
transfer dish yang berisi air. E. Pengujian
− Alat penetrasi dipastikan dalam kondisi yang baik.
− Jarum penetrasi dibersihkan dengan kapas yang bersih dan ditempatkan pada penetrometer.
− Transfer dish yang berisi sampel ditempatkan pada penetrometer
− Jarum diturunkan secara perlahan-lahan sampai ujungnya dapat menyentuh permukaan sampel.
− Pengujian penetrasi dimulai paling sedikit 3 kali sampai 5 kali pengujian pada jarak minimum 10 mm dari tepi container dan masing-masing pengujian tidak kurang dari 10 mm.
− Pengujian dilakukan dalam waktu 5 detik.
3.3.7 Berat yang Hilang (SNI 06-2441-1991)
A. Tujuan
Menentukan jumlah massa sampel aspal yang hilang selama proses pemanasan. B. Prinsip
Pengujian loss after heating dilakukan menggunakan prinsip pemanasan di dalam oven pada temperatur 165oC selama 4 jam. Pada proses pemanasan digunakan untuk
menentukan seberapa banyak komponen aspal yang hilang. Massa dari komponen yang hilang ditentukan dengan cara mengetahui massa aspal awal dan massa aspal setelah proses pemanasan.
C. Alat dan Bahan − Oven − Gelas beker − Desikator − Neraca analitik − Aspal D. Preparasi
− Sampel aspal dipanaskan pada temperatur 160oC sampai cair dan cukup untuk
dituang. E. Pengujian
− Gelas beker kosong ditimbang dan dicatat massanya.
− Kemudian, gelas beker dioven selama 30 menit pada temperatur 165oC dan
disimpan pada desikator selama 1 jam
− Setelah itu, gelas beker ditimbang kembali dan dicatat massanya
− Sampel yang telah dipanaskan dituang ke dalam gelas beker yang sudah ditimbang.
− Sampel ditunggu hingga mengeras di dalam desikator.
− Selanjutnya, sampel yang berada di dalam gelas beker ditimbang dan kemudian dioven selama 4 jam pada temperatur 165oC.
− Setelah dioven selama 4 jam, sampel disimpan pada desikator selama 1 jam, dan kemudian ditimbang massanya.
19
3.3.8 Kelarutan dalam Trikloroetilen (AASHTO T44-14)
A. Tujuan
Menentukan persentase kelarutan aspal di dalam trikloroetilen. B. Prinsip
Sampel dilarutkan dalam trikloroetilen, kemudian disaring menggunakan kertas saring pada penyaring vakum. Zat yang tidak larut pada kertas saring dikeringkan dan ditimbang.
C. Alat dan Bahan − Penyaring vakum − Corong penyaring − Neraca analitik − Cawan − Kertas saring − Labu enlemeyer − Trikloroetilen − Aspal D. Preparasi
− Kertas saring dioven selama 30 menit dan didiamkan di dalam desikator selama 30 menit. Percobaan dilakukan 2 kali untuk mendapatkan berat konstan.
− Kemudian sampel aspal ditimbing sebanyak 2 gram ke dalam labu erlenmeyer − Setelah itu, sampel ditambahkan trikloroetilen 100 ml sedikit demi sedikit
sampai semua aspal larut. E. Pengujian
− Larutan aspal disaring menggunakan penyaring vakum yang sudah diberi kertas saring.
− Kertas saring dikeringkan di dalam oven selama 30 menit, setelah itu dipindahkan ke dalam desikator dan didiamkan selama 30 menit, dan kemudian ditimbang serta dicatat massanya.
3.3.9 Viskositas pada 135oC (ASTM D 2170-10)
A. Tujuan
Menentukan nilai viskositas dari sampel aspal pada temperatur 135oC.
B. Prinsip
Penentuan nilai viskositas atau kekentalan dari sampel aspal menggunakan viskometer digital brookfield pada temperatur 135oC. Nilai viskositas ditunjukkan
pada display viskometer ketika sampel aspal ditempatkan pada thermocell dan diaduk menggunakan spindel dengan kecepaan 100 rpm.
C. Alat dan Bahan
− Viskometer digital brookfield
− Hot plate
− Gelas beker
− Tube atau tabung slongsong − Penjepit
− Spindel − Neraca analitik − Aspal
20 D. Preparasi
− Sampel aspal dipanaskan dalam gelas beker sampai berubah fasa menjadi cair pada temperatur 165oC.
− Kemudian sampel ditimbang sebanyak 10 gram pada tabung sampel dan dimasukkan ke dalam viskometer brookfield, serta spindel dipasang.
E. Pengujian
− Viskometer dinyalakan dan diatur temperaturnya pada 135oC. Setelah itu
spindel diturunkan secara perlahan.
− Sampel dirunning dan ditunggu sampai muncul “stop”.
− Nilai viskositas dicatat.
3.3.10 Titik Nyala (SNI 06-2433-2011)
A. Tujuan
Menentukan titik nyala dari sampel aspal. B. Prinsip
Flash point adalah temperatur pada saat uap yang dihasilkan dari sampel terbakar. C. Alat dan Bahan
− Instrumen flash point open cup
− Mangkok sampel − Hot plate
− Aspal D. Preparasi
− Sampel dipanaskan pada temperatur 165oC sampai mencair.
− Mangkok diisi dengan sampel sampai tanda batas dan ditempatkan pada instrumen.
E. Pengujian
− Sampel dipanaskan dan instrumen diatur temperaturnya mendekati temperatur
flash point aspal.
− Pembacaan alat ditunggu sampai muncul percikan dan pelat pada alat tertutup. − Hasil dicatat sebagai nilai flash point.
3.3.11 Storage Stability-Difference Softening (SNI 06-2434-2011)
A. Tujuan
Menentukan perbedaan titik lunak antara lapisan atas dengan lapisan bawah aspal yang disimpan dalam tabung slongsong penyimpanan.
B. Prinsip
Pengukuran temperatur titik lunak pada aspal lapisan atas dan lapisan bawah yang disimpan dalam tabung penyimpan. Perbedaan titik lunak yang dimiliki oleh sampel aspal lapisan atas dan bawah mendeskripsikan perbandingan komposisi aspal lapisan atas dengan lapisan bawah. Pengujian dilakukan seperti pada pengujian softening point dengan meggunakan cincin dan bola baja.
C. Alat dan Bahan − Hot plate
− Tabung slongsong aspal − Oven
21 − Cincin yang terbuat dari kuningan dengan ukuran tertentu
− Pelat persiapan benda uji dari kuningan
− Bola yang terbuat dari metal dengan berat 3,45-3,55 gram dan diameter 9,53 mm.
− Ball-centering-guide
− Gelas beker
− Ring holder atau penyangga ring yang terbuat dari kuningan
− Termometer (ASTM-E.1 : 15 F (-2 sampai 80oC) atau 16F (30 sampai 200oC))
− Air
− Aspal
− Es
D. Preparasi
− Sampel aspal dipanaskan pada temperatur 165oC sampai berubah fasa menjadi
cair.
− Sampel aspal kemudian dimasukkan ke dalam tabung/slongsong besi hingga terisi penuh. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam oven selama 48 jam atau 2 hari pada temperatur 165oC.
− Setelah 2 hari, slongsong diambil dari oven dan sampel bagian atas diambil menggunakan spatula dan kemudian dicetak pada cincin kuningan.
− Selanjutnya, sisa dari sampel aspal yang telah diambil bagian atas didiamkan hingga memadat.
− Kemudian, tabung/slongsong dipotong dengan mesin pemotong untuk diambil bagian bawahnya.
− Sampel tabung bagian bawah dipanaskan sampai menjadi cair dan dicetak pada cincin kuningan.
− Sampel aspal yang dicetak didinginkan dan kelebihan aspal dipotong sampai permukaan sampel aspal rata dengan permukaan cincin.
− Ball-centering-guide, cincin, dan terometer disusun
− Gelas beker diisi dengan air hingga kedalaman 101,6-108 mm dan diatur temperaturnya 5 ± 1oC selama 15 menit menggunakan batu es, kemudian
susunan alat dimasukkan kedalam gelas beker yang sudah dikondisikan. − Bola diletakkan pada ball-centering-guide setelah didinginkan sampai
temperatur yang sama seperti gelas beker. E. Pengujian
− Gelas beker dan susunan alat yang berada di dalamnya dipanaskan dengan kecepatan 5oC per menit menggunakan pemanasan atau setiap kenaikan 2oF
adalah 12 detik. Kenaikan temperatur harus seragam dan tidak boleh diambil dari rata-rata keselurahan tes. Sehingga data yang diperoleh harus berulang. − Temperatur ketika bola yang dilapisi sampel menyentuh plat dasar dicatat
sebagai titik lembek.
− jika beda temperatur dari duplikat lebih dari 1oC, pengujian diulangi
22
3.3.12 Densitas (SNI-06-2441-2011)
A. Tujuan
Menentukan nilai densitas atau massa jenis sampel aspal. B. Prinsip
Perbandingan massa dari sampel aspal dan aquades menggunakan piknometer. C. Alat dan Bahan
− Piknometer − Termometer − Neraca analitik − Gelas beker − Aspal − Aquades D. Preparasi
− Aspal dipanaskan pada temperatur 165oC hingga mencair.
− Piknometer beserta tutupnya ditimbang.
− Kemudian, piknometer diisi dengan aquades dan temperaturnya diatur pada 20oC. Setelah itu, bagian luar dari piknometer dibersihkan dan ditimbang.
E. Pengujian
− Setelah itu, sampel aspal yang sudah dipanaskan dituangkan ke dalam piknometer bersih secara hati-hati dan jangan sampai mengenai mulut piknometer.
− Piknometer yang berisi aspal didinginkan dan ditimbang massanya. − Kemudian, ditambahkan aquades dan diatur temperaturnya pada 20oC.
23 BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
4.1 Hasil Kegiatan
Pelaksanaan kerja praktik di PT Pertamina Research and Technology Center di bagian Laboratorium Instrument Analysis yaitu melakukan pengujian pada suatu sampel yang ada. Hal ini karena penulis ditempatkan pada bagian yang berorientasi pengujian-pengujian sampel atas permintaan pelanggan. Analisis atau pengujian yang dilakukan di laboratorium instrumen bergantung dari permintaan pelanggan, sehingga setiap sampel memiliki parameter pengujian yang berbeda-beda. Selain itu, waktu pengerjaan dalam analisis suatu sampel juga berbeda-beda. Berdasarkan hal ini, penulis memperoleh berbagai pengetahuan terkait sampel-sampel yang diuji di Laboratorium Instrument Analysis PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center
dan parameter pengujian dari setiap sampel tersebut. Pada pelaksanaan kerja praktik, penulis memperoleh banyak manfaat dengan adanya berbagai pengujian-pengujian sehingga, dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baru bagi penulis.
Pengetahuan-pengetahuan diperoleh selama melaksanakan kerja praktik di Laboratorium
Instrument Analysis PT Pertamina (Persero) Research and Technology Center yaitu mengenai sampel dan parameter pengujian yang secara umum belum pernah dilakukan di perkuliahan. Contoh sampel yang pernah dianalisis dan parameter pengujiannya yaitu terdapat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Sampel dan Parameter Pengujian
No. Sampel Parameter Pengujian
1. Crude oil Kandungan Cl 2. Film polipropilena Nilai gloss
3. Sampel IPAL - Kandungan amonia - Kandungan fenol - Kandungan sulfida - pH
- Kandungan logam Cd, Cu, dan Pb
4. Sampel oil - Density
- Pour point
5. Exdo Viskositas
6. Sampel PERC XRF
7. Sampel aspal - Flash point
- Duktilitas pada 25oC
- Duktilitas pada 25oC setelah RTFOT
- Penetrasi pada 25oC
- Penetrasi pada 25oC setelah RTFOT
- Kadar parafin wax
- Viskositas pada 135oC
- Softening point
24 - Densitas
- Kelarutan dalam trikloroetilen - Storage Stability-Difference Softening
8. Solphy - Acidity
- Uji color
- Aniline point
- Flash point
9. Residu (TDAE dan ARMAX)
- Kandungan logam Cd, Cr, dan Pb - Kadar merkuri
Pada pelaksanaan kerja praktik, penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengujian sampel secara langsung. Pengujian ini mulai dari preparasi hingga pengujiannya menggunakan instrumen. Oleh karena itu, dengan hal ini dapat menambah pengalaman dan keterampilan baru bagi penulis. Berikut adalah contoh keterampilan yang diperoleh selama melaksanakan kerja praktik terdapat Pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Keterampilan yang diperoleh Selama Melaksanakan Kerja Praktik
No. Keterampilan yang diperoleh
1. Preparasi titrasi potensiometri 2. Uji gloss menggunakan instrument 3. Uji densitas kinematic
4. Uji pour point
5. Preparasi uji ICP (digeste) 6. Pengujian ICP
7. Preparasi uji XRF 8. Pengujian aspal
- Uji wax menggunakan DSC - Uji viskositas dinamik - Uji softening point - Uji daktilitas
9. Pengujian menggunakan AAS 10. Uji flash pointclose cup
11. Uji color
12. Uji acidity of benzene, toluene, xylene, solvent napthhasnand similar industrial aromatic hydrocarbon
25
4.2 Data Hasil Pengujian
4.2.1 Titik Lembek
Titik Lembek adalah ketika sejumlah sampel yang berbentuk keeping dengan posisi horizontal jatuh ke dasar pelat ketika sampel tersebut dipanaskan dengan kecepatan pemanasan yang tertentu. Data hasil pengujian titik lembek terdapat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Data Pengujian Titik Lembek
No. Sampel Temperatur (F) Temperatur (oC) Spesifikasi SNI 06-2434-2011 1. Aspal A 120 119 49 ≥48 2. Aspal B 122 121 50 3. Aspal C 122 121 50 4. Aspal D 120 120 49 4.2.2 Daktilitas pada 25oC
Pengujian daktilitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui pertambahanan panjang aspal ketika ditarik menggunakan alat daktilitas. Hasil pengujian daktilitas dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Data Pengujian Daktilitas
No. Sampel Daktilitas(cm) Spesifikasi SNI 06-2432-2011 1. Aspal A >150
≥100 2. Aspal B >150
3. Aspal C >150 4. Aspal D >150
4.2.3 Daktilitas pada 25oC setelah RTFOT
Pengujian daktilitas setelah RTFOT adalah pengujian daktilitas setelah sampel aspal dipanaskan di dalam oven selama 4 jam pada temperatur 110oC. Hasil pengujian
daktilitas setelah RTFOT dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Data Pengujian Daktilitas setelah RTFOT
No. Sampel Daktilitas(cm) Spesifikasi SNI 06-2432-2011 1. Aspal A >150
≥50 2. Aspal B >150
3. Aspal C >150 4. Aspal D >150
26
4.2.4 Kadar Parafin Lilin
Kandungan parafin lilin di dalam sampel aspal diuji menggunakan instrumen DSC. Kandungan lilin dapat diketahui dengan melakukan analisis terhadap kurva DSC yang dihasilkan. Pada pengujian kadar parafin lilin, dilakukan secara duplo.
A. Aspal A
Hasil kurva aspal A terdapat pada Gambar 4.2. dan Gambar 4.3.
Gambar 4.2. Kurva DSC Aspal A Massa 4,7 mg
27
B. Aspal B
Hasil kurva pengujian kadar parafin lilin sampel aspal B dapat dilihat pada Gambar 4.4. dan Gambar 4.5.
Gambar 4.4. Kurva DSC Aspal B Massa 5 mg
28
C. Aspal C
Hasil kurva pengujian kadar parafin lilin sampel aspal C dapat dilihat pada Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.
Gambar 4.6. Kurva DSC Aspal C Massa 4,9 mg
29
D. Aspal D
Hasil kurva pengujian kadar parafin lilin sampel aspal D dapat dilihat pada Gambar 4.8. dan Gambar 4.9.
Gambar 4.8. Kurva DSC Aspal D Massa 4,5 mg
30
E. Standar parafin lilin
Standar parafin lilin digunakan untuk melihat perbandingan jumlah kadar parafin lilin standar dengan parafin lilin yang terdapat di dalam sampel. Kurva standar parafin lilin terdapat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Kurva DSC Standard Parafin Lilin Massa 5,3 mg
4.2.5 Penetrasi pada 25oC
Penetrasi adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal. Pengujian dilakukan dengan cara menembuskan jarum penetrometer pada sampel aspal. Data hasil pengujian penetrasi pada kondisi temperatur 25oC terdapat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Data Pengujian Penetrasi
No. Sampel Skala Pembacaan Awal (Dmm) Skala Pembacaan Akhir (Dmm) Np (Dmm) 𝑁𝑝̅̅̅̅ (Dmm) Spesifikasi SNI 06-2456-2011 1. Aspal A 167 217 50 50 60-70 171 220 49 172 223 51 2. Aspal B 167 217 50 49 60-70 174 222 48 173 222 49 3. Aspal C 173 223 50 50 60-70 174 224 50 165 215 50 4. Aspal D 164 210 46 46 60-70 170 217 47 172 217 45