i
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI RANGKA MANUSIA DAN PEMELIHARAANNYA
MELALUI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA
KELAS IV SEMESTER I MADRASAH IBTIDAIYAH
MIFTAHUL HUDA LOPAIT, KECAMATAN TUNTANG,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
AFIF TRISIDHA SARI
NIM 115-13-011
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
iii
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI RANGKA MANUSIA DAN PEMELIHARAANNYA
MELALUI METODE EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA
KELAS IV SEMESTER I MADRASAH IBTIDAIYAH
MIFTAHUL HUDA LOPAIT, KECAMATAN TUNTANG,
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
AFIF TRISIDHA SARI
NIM115-13-011
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii
MOTTO
Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap (QS
Al-Insyiroh : 6-8)
Manusia tersandung dan jatuh bukan karena batu besar namun hanya karena
batu kecil, karena itu jangan pernah mengesampingkan hal yang kecil karena
kita gagal bukan karena hal yang besar (Kahlil Gibran)
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil
(Mario Teguh)
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur Alhmadulillah
Atas segala limpahan rahmat dari Allah SWT
KUPERSEMBAHKAN KARYA SKRIPSI INI UNTUK:
Ibu tercinta Sri Lestari, untuk kasih sayang dalam suka maupun dukaku, yang
selalu mendengarkan keluh kesahku, sabar menghadapiku
Bapak Ahmad Rifai, yang selalu memberi dukungan dengan setia menemani di
setiap langkahku, memberikan motivasi,
Adik tercinta Nesla Noer Rahmawati dengan pemikiran yang lebih dewasa di
bandingkan kakaknya yang selalu memberi nasihat dan masukannya,
Kakak ponakan yang menyemangatiku dengan kata-kata yang tidak biasa untuk
mengajariku lebih dewasa,
Adik ponakan Arfiana Wahyu Kartika yang telah menemani dan membantuku,
Sahabatku mbak Nanda Dwi Lestari yang selalu ada dan memberikan solusi-solusi,
masukannya, nasehat yang baik menemani saat susah,
Muslikatun Mardiyah, Riky Febrianyah yang telah menemani perjuanganku,
Teman-teman Faktultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 2013,
Teman-teman konsentrasi IPA 2013 yang telah memberikan kebersamaan yang
indah,
Teman-teman KKN Wahyu Lestyowati, Susi Fitriyanti terimakasih buat
kebersamaannya di detik-detik terakhir, memberikan kesan yang indah,
menyemangati satu sama lain
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman kaya ilmu pengetahuan sekarang ini.
Skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA
Materi Rangka Manusia dan Pemeliharaannya Melalui Metode Example Non Example pada Kelas IV Semester I Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018” ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Peni Susapti, S. Si. M. Si. selaku ketua jurusan PGMI dan pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Jaka Siswanta, selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar mendengarkan keluh kesah dan memberikan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa IAIN Salatiga.
xi ABSTRAK
Sari, Afif Trisidha. 2017. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Rangka Manusia dan Pemeliharaannya Melalui Metode Example Non Example pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Peni Susapti, S.Si. M.Si.
Kata kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Rangka Manusia dan Pemeliharaannya, Metode
Example Non Example
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahul Huda Lopait dalam pembelajaran IPA materi rangka manusia dan pemeliharaannya masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh data persentase siswa yang belum tuntas atau belum mencapai nilai KKM pada hasil belajar pra siklus 73,07% atau 19 siswa dari 26 siswa.
Permasalahan dalam pembelajaran IPA yang disampaikan secara monoton dengan pembelajaran berpusat pada guru, keterbatasan alat peraga, guru kurang memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif menjadikan siswa pasif dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas dan hasil belajar yang didapatkan tidak mencapai nilai KKM.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 26 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Instrumen pengumpulan data digunakan adalah lembar observasi, skala aktivitas siswa, dan lembar kerja siswa (LKS) teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
xii ABSTRACT
Sari, Afif Trisidha. 2017. “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ipa Materi Rangka Manusia Dan Pemeliharaannya Melalui Metode Example Non Example Pada Siswa Kelas Iv Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang”. Graduating Paper. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Faculty of Teacher Training and Education, State Institute for Islamic Studies Salatiga. Counselor: Peni Supapti, Si. M.Si.
Keywords: Aktivitas,Hasil Belajar, Rangka Manusia dan Pemeliharaannya, Metode Example Non Example.
This research motivates on reality that the activity and the learning outcomes on the fourth grade students of MI Miftahul Huda Lopait in Science learning that the human framework material and its maintenance is still low. This case indicates by the percentage data of the students who have not yet completed or have not achieved KKM score on the pre-cycle of learning outcomes is 73,07% or 19 of 26 students.
The problem in science learning that delivered monotonically by the teacher centered learning, limitation of props, the teachers lack of having creative skill to create the learning situation to be active that finally, the students become passive during cycle consists of planning, implementation of the action and observation, and reflection. The instrument of collecting the data uses the observation sheets, the scale of the student activity, and student worksheet. The technique of the data analysis uses the descriptive qualitative and quantitative data analysis.
Based on the data analysis, the data on pre-cycle students learning outcomes is 26,92% with the average of 59,03%. After doing the evaluation on the cycle I, the
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
xiv
G. Metode Penelitian... 9
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 9
2. Subjek Penelitian ... 10
3. Langkah-langkah Penelitian ... 10
4. Instrumen Penelitian... 14
5. Pengumpulan Data ... 15
6. Analisis Data ... 16
7. Kriteria Penelitian ... 19
H. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan ... 21
B. Landasan Teori ... 23
1. Pengertian Belajar ... 23
2. Aktivitas Siswa ... 26
3. Hasil Belajar ... 31
4. Materi Rangka Manusia dan Pemeliharaannya ... 36
5. Metode Example Non Examaple ... 43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46
B. Pelaksanaan Per Siklus ... 53
1. Deskripsi Siklus I ... 54
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil ... 63
B. Pembahasan ... 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Skor Alternatif Jawaban Skala Aktivitas Siswa ... 17
Tabel 1.2 Katagori Persentase Aktivitas Siswa... 18
Tabel 1.3 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 18
Tabel 2.1 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1 ... 36
Tabel 3.1 Data Ruang MI Miftahul Huda Lopait ... 48
Tabel 3.2 Data Sarana Prasarana Pembelajaran ... 48
Tabel 3.3 Data Sarana Pendukung Lainnya ... 49
Tabel 3.4 Nama Siswa Kelas IV MI Miftahul Huda Lopait ... 51
Tabel 3.5 Jadwal Alokasi Waktu Penelitian ... 53
Tabel 4.1 Hasil Belajar Pra Siklus ... 63
Tabel 4.2 Hasil Performansi Guru Siklus I ... 67
Tabel 4.3 Data Aktivitas Siswa Kelas IV Siklus I ... 70
Tabel 4.4 Hasil Skala Aktivitas Siswa Siklus I ... 72
Tabel 4.5 Frekuensi Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 73
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Kelas IV Siklus I ... 74
Tabel 4.7 Hasil Performansi Guru Siklus II ... 80
Tabel 4.8 Data Aktivitas Siswa Kelas IV Siklus II ... 83
Tabel 4.9 Hasil Skala Aktivitas Siswa Siklus II ... 85
Tabel 4.10 Frekuensi Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 86
Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Kelas IV Siklus II ... 86
Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa yang Mencapai Nilai KKM ... 91
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK... 13
Gambar 2.1 Tengkorak Manusia ... 37
Gambar 2.11 Makanan dan Minuman yang Mengandung Vitamin ... 42
Gambar 2.12 Olahraga ... 43
Gambar 2.13 Posisi Duduk dan Berdiri yang Baik ... 43
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 76
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 89
Gambar 4.3 Peningkatan Aktivitas Belajar ... 91
Gambar 4.4 Diagram Rekapitulasi Gabungan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 92
Gambar 4.5 Diagram Rekapitulasi Peningkatan Aspek Aktivitas Belajar Siklus I dan Siklus II ... 93
Gambar 4.6 Diagram Rakapitulasi Gabungan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 94
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Rangka Manusia dan Pemeliharaannya ... 100
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 104
Lampiran 3. Instrumen Penelitian II ... 120
Lampiran 4. Hasil Penelitian ... 151
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ... 169
1 A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dalam menjamin keberlangsungan pembangunan
suatu bangsa. Pendidikan menekankan pentingnya belajar dan berilmu bagi
kehidupan seseorang. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT
akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu seperti dalam
QS. Al-Mujadillah (58): 11 seperti berikut ini:
هالل ِعَفْرَي ...
ِ َتََََ َوَِْْذََِمهالهت َايِنيذََِل ْوهْاُِ َمهاََُ َايِنيذَِ
Artinya: “…niscaya Allah akan meningkatkan (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas. Dengan demikian, seseorang
dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya
latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh
sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses dapat
berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Hamdani, 2011: 20).
Dimana Harold Spears (dalam Suprijono, 2013: 2) menyatakan bahwa
listen, to follow direction”. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti
arah tertentu.
Banyaknya obyek kajian IPA mendorong seorang guru harus ekstra
keras memberikan asupan-asupan yang lebih mengena dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam hasil belajar IPA bukan hanya semata-mata diukur
dengan nilai yang memuaskan. Melainkan dapat diukur dari materi IPA
yang dipelajari, dihayati, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan mengajar guru tidak hanya ditentukan oleh penguasaannya
terhadap materi yang diajarkan, tetapi sangat dipengaruhi oleh kemampuan
memahami anak didik beserta aspek lainnya.
Salah satu materi IPA SD/MI adalah tentang rangka tubuh manusia
dan pemeliharannya. Berdasarkan bagian rangka tubuh yang disusunnya,
tulang-tulang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu tulang
tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota badan. Selain itu, materi ini
akan membahas mengenai fungsi rangka tubuh dan cara memelihara rangka
tubuh manusia.
Berdasarkan problematika yang muncul di MI Miftahul Huda Lopait
faktor rendahnya aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA, antara
lain disebabkan oleh siswa yang kurang aktif, siswa cenderung kurang dapat
mempertahankan daya ingatnya dalam jangka panjang, guru masih
menggunakan metode ceramah dan hanya sekedar mentransfer ilmu.
penjelasan dari guru. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di kelas
diarhkan kepada guru sebagai pusat pembelajaran. Kemudian siswa
diarahkan kemampuannya untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya sehingga aktivitas siswa kurang
berperan di dalam kelas. Akibatnya kemampuan dalam menyerap mata
pelajaran IPA materi rangka manusia dan pemeliharaannya tergolong masih
rendah. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa yang belum mencapai
KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 70. Hanya 7 siswa yang
tuntas dan dapat mencapai nilai KKM 70 atau sebanyak 26,92% dan siswa
yang belum tuntas ada 19 siswa atau sebanyak 73,07% dengan rata-rata
59,03 dari 26 siswa dalam satu kelas.
Agar pelajaran IPA khususnya materi rangka manusia dan
pemeliharaannya dapat mencapai suatu keberhasilan dan sasaran yang tepat,
maka harus memilih dan merencanakan metode pembelajaran yang akan
digunakan dalam penyampaian berbagai masalah. Gagasan Dewey (dalam
Huda, 2011: 4) secara revolusioner mulai dikenal luas oleh para pendidik
dunia. Gagasan tentang dinamika kelompok menjadi salah satu sasaran
pengembangan dunia pendidikan.
Lebih lanjut, studi Deutch (dalam Huda, 2011: 11) membuktikan
bahwa ketika suatu kelompok lebih memilih untuk berkooperasi atau
saling berkomunikasi dengan lebih efektif, dan memiliki rasa kebersamaan
dari pada mereka yang lebih memilih untuk berkompetisi atau bersaing satu
sama lain. Salah satu metode pembelajaran melibatkan peran serta seluruh
siswa adalah metode example non example. Metode ini merupakan metode
berkelompok dengan bantuan gambar-gambar yang menarik sesuai dengan
lingkup materi pembelajarannya. Penggunaan gambar-gambar yang sesuai
dan menarik tersebut akan mengurangi dominasi guru dalam kegiatan
pembelajaran sehingga siswa dapat mengkontruksikan pengetahuannya
sendiri. Metode ini juga melibatkan keaktifan dan kerja sama siswa dalam
pembelajaran yaitu melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan hasil
diskusinya.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk
mengangkat sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Rangka Manusia dan
Pemeliharaannya Melalui Metode Example Non Example pada Siswa Kelas
IV Semester I Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Lopait, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah dengan
menggunakan metode example non example dapat meningkatkan aktivitas
pemeliharaannya kelas IV semester I di MI Miftahul Huda Lopait,
Kecamtan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui metode example non
example dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi rangka manusia dan pemeliharaannya kelas IV
semester I di MI Miftahul Huda Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut
kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas
(Suharsimi, 2014; 110-112).
1. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis atau jawaban dari penelitian ini adalah penggunaan
metode example non example dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPA materi rangka manusia dan pemeliharaannya pada siswa
kelas IV semester I MI Miftahul Huda Lopait, Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penggunaan metode example non example ini dikatakan berhasil apabila
belajar dibuat mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Indikator pencapaian hasil belajar merupakan acuan yang digunakan
dalam melakukan penelitian. Siklus berhenti pada saat 85% dari jumlah
semua siswa telah memenuhi KKM mata pelajaran IPA yaitu 70.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan teoritis bagi
bidang pendidikan di Indonesia khususnya pada mata pelajaran IPA di
sekolah dasar maupun madrasah ibtidaiyah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Membantu siswa agar belajar dengan mudah, menyenangkan,
kreatif, dan dinamis.
2) Agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru
1) Memberikan gambaran kepada guru tentang variasi metode
pembelajaran.
2) Memberikan pengalaman kepada guru dalam mengajarkan metode
example non example.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan nformasi kepada sekolah dalam meningkatkan
2) Menciptakan pembelajaran yang berkualitas untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah.
d. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat memotovasi peneliti lain untuk melakukan
penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan beragam teknik
pembelajaran baru dalam membaca khususnya dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.
F. Definisi Operasional
Seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati
dan bagaimana mengukur variabel untuk membantu mengklasifikasikan
gejala di sekitar disebut dengan definisi operasioanl. Definisi operasional
bertujuan agar tidak ada kelasah pahaman dalam menafsirkan setiap maksud
penelitian dan memberikan interprestasi beberapa istilah yang penulis
gunakan dalam penelitian.
Adapun istilah-istilah tersebut, antara lain:
1. Aktivitas
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses
belajar agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran (Sadirman, 2009: 45).
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA menurut James Conant (dalam Samatowa, 2010: 1) “suatu deretan
konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna
untuk diamati dan dieksperimentasikan”. Jadi secara singkat IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan
segala isinya.
4. Rangka Manusia dan Pemeliharaannya
Rangka menurut Zukmadini (2015: 3) merupakan organ tubuh yang
tersusun atas tulang-tulang, rangka memiliki bentuk yang keras dan kuat
karena rangka tersusun atas zat pembentuk tulang yaitu kalsium, fosfor,
dan kalium.
5. Metode Example Non Example
Example non example merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi
G. Metode Penelitian
Metode penelitian menjelaskan bagaimana prosedur penelitian itu
akan dilaksanakan. Unsur yang harus terdapat dalam metodologi penelitian
adalah metode dan desain penelitian, instrumen (alat pengumpulan data),
sampel penelitian dan teknik analisis data. Metode penelitian meliputi:
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka
rancangan penelitian yang dipergunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Dimana Hamdani (2011: 326) menyatakan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas hakikatnya kegiatan ilmiah yang mampu
merefleksikan kegiatan pembelajaran di kelas melalui penelitian ilmiah
yang dapat dipertanggung jawabkan dengan prosedur dan persyaratan,
yang bisa dilakukan seorang guru tanpa mengurangi perhatiannya pada
kelas dan prestasi siswa. Hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa
karakteristik PTK antara lain:
a. Adanya persoalan yang dirasakan atau diketahui guru, kemudian
guru memutuskan untuk bertindak (melakukan tindakan) guna
menemukan cara untuk mengatasinya.
b. Memperbaiki pola pembelajaran secara terus-menerus. Siklus demi
siklus di dalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan
yang dicapai. Siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Miftahul
Huda Lopait yang berjumlah 26 siswa dengan 13 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan. Karakteristik siswa kelas IV yang menjadi subjek
penelitian ini pada umumnya cenderung mempunyai aktivitas belajar
rendah. Hanya beberapa siswa yang terlihat aktif sedangkan siswa yang
lain terlihat kurang memperhatikan pelajaran. Ketika guru memberikan
kesempatan bertanya, semua siswa cenderung pasif. Namun, ketika
diberi pertanyaan beberapa siswa terlihat kurang menguasai materi yang
diberikan. Hal tersebut menunjukkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA cenderung rendah.
3. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari
empat tahap meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), refleksi (reflecting):
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah
menentukan fokus penelitian. Selanjutnya guru mengevaluasi
pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya,
mendata kelemahan-kelemahannya, diidentifikasi dan dianalisis
kelayakannya untuk diatasi dengan PTK. Peneliti juga menentukan
titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung.
Perencanaan dalam setiap siklus meliputi :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
berkaitan dengan materi rangka manusia dan cara
memeliharanya menggunakan metode example non example.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat proses
pembelajaran menggunakan metode example non example.
3) Mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru.
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan metode
example non example.
5) Membuat soal tes formatif.
b. Tindakan (Acting)
Tahap ini mencakup seluruh implementasi dari perencanaan
yang telah dibuat. Guru menjalankan kegiatan belajar berdasarkan
RPP yang telah dibuat, serta melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Tahap tindakan digunakan untuk mengatasi masalah yang telah
terpilih. Penelitian tindakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPA melalui metode example non
example.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti ialah mengamati dan
Tujuan dari pengamatan ini untuk menggali data, oleh karena itu
diperlukan lembar observasi siswa dan guru dalam proses
pembelajaran.
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dengan
maksud mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan. Pengamatan dilakukan
secara komprehensif dengan menggunakan pedoman observasi.
Fokus pengamatan adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA
melalui penerapan metode example non example di kelas IV MI
Miftahul Huda Lopait.
d. Refleksi (refelcting)
Pada tahap refleksi yang dilakukan guru adalah siap
mengatakan kepada peneliti pengamatan tentang hal-hal yang
dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum.
Refleksi dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan tindakan dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA melalui metode
example non example di kelas IV MI Miftahul Huda Lopait. Apabila
hasil refleksi menunjukkan telah tercapainya kriteria keberhasilan
yang ditentukan, maka penelitian dihentikan. Namun apabila hasil
yang terjadi adalah sebaliknya, maka dilakukan perbaikan tindakan
pada siklus selanjutnya. Kelemahan dan kekurangan yang telah
penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Berikut ini
merupakan skema siklus PTK:
Gambar 1.1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK
(Suharsimi, 2014: 137) Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan Refleksi
4. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengumpul data dalam penelitian,
instrumen yang digunakan terdiri dari:
a. Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan peneliti adalah mengamati siswa
dan guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan metode
example non example dalam mata pelajaran IPA materi rangka
manusia dan pemeliharaannya.
b. Tes terulis
Soal tes tertulis berupa pilihan ganda yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa menggunakan metode example non
example materi rangka manusia dan pemeliharaannya. Pada siklus I
indikator soal tes menyebutkan bagian-bagian rangka manusia dan
fungsinya. Siklus II menyebutkan cara pemeliharaan rangka
manusia dan kelainan tulang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dipilih peneliti berupa gambar. Gambar yang
diambil melalui foto berisi aktivitas siswa saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam PTK seperti pada umumnya suatu
macam pengumpulan data yang dapat dipergunakan dalam penelitian
tindakan kelas:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan
telah mencapai sasaran (Kunandar, 2008: 143).
b. Skala
Skala yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA menggunakan frekuensi terjadinya atau
timbulnya aktivitas tertentu, seperti: selalu, sering, jarang, dan tidak
pernah. Skala digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA melalui metode example non example pada siswa
kelas IV MI Miftahul Huda Lopait.
c. Dokumen
Ada beberapa dokumen yang dapat membantu peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian yang ada relevansinya dengan
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas, seperti:
1) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Lembar observasi
3) Foto dokumntasi kegiatan pembelajaran
d. Tes
Soal tes pilihan ganda yang digunakan untuk mengetahui hasil
manusia dan pemeliharaannya melalui metode example non
example.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang diperoleh dari data penelitian yang telah dilakukan pada setiap
pertemuan. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan yang berasal dari lembar observasi
skala aktivitas siswa. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah
data dari hasil LKS. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
lembar observasi aktivitas siswa, skala aktivitas siswa, dan hasil belajar
siswa. Adapun analisis yang digunakan adalah sebagi berikut:
a. Analisis Data Aktivitas Siswa
1) Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran
Data hasil observasi dalam penelitian ini dapat dilihat
dari hasil skor pada lembar observasi aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA. Persentase perolehan skor pada lembar
observasi diakumulasi untuk menentukan seberapa besar
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA selama mengikuti
proses pembelajaran untuk setiap siklus. Persentase diperoleh
2) Analisis Skala Aktivitas Siswa
Skala yang digunakan berbentuk skala likert yang berisi
pernyataan dengan pilian jawaban selalu (SL), sering (SR),
jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Skala aktivitas siswa terdiri
dari 25 butir pernyataan dengan rincian 13 butir pernyataan
positif (+) dan 12 butir pernyataan negatif (-).
Skala aktivitas siswa digunakan untuk mengamti kesesuaian
antara hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan
pendapat dari responden itu sendiri. Hasil data skala aktivitas
siswa dianalisis dengan pedoman berikut:
Tabel 1.1 Skor Alternatif Jawaban Skala Aktivitas Siswa
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor
Selalu (SL) 4 Selalu (SL) 4
Sering (SR) 3 Sering (SR) 3
Kadang-kadang (KD) 2 Kadang-kadang (KD) 2 Tidak Pernah (TP) 1 Tidak Pernah (TP) 1
(Sumber: Purwanto, 2006: 102)
Data observasi aktivitas siswa yang diperoleh dihitung
kemudian diperesentase. Cara menghitung persentase skor
aktivitas siswa dalah sebagai berikut:
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari
R = skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
Persentase skor aktivitas siswa yang diperoleh ditafsirkan
dengan katagori interpretasi sebagai berikut:
Tabel 1.2 Katagori Persentase Aktivitas Siswa
Persentase Aktivitas Siswa (%) Kriteria
86 - 100 Sangat Tinggi
71 – 85 Tinggi
56 – 70 Sedang
41 – 55 Rendah
≤ 40 Sangat Rendah
(Sumber: Purwanto, 2006: 103)
b. Analisis Hasil Belajar Siswa
Nilai yang diperoleh dikelompokkan ke dalam dua katagori
berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa MI Miftahul
Huda Lopait dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1.3 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria
≥ 70 Tuntas
≤ 70 Belum Tuntas
Pengukuran persentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
P =∑ siswa yang tuntas belajar∑ siswa × 100%
7. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu:
a. Meningkatnya persentase rata-rata aktivitas siswa dari keseluruhan
siswa telah mencapai kriteria tinggi yakni sebesar 80%.
b. Nilai rata-rata hasil belajar minimal 85% dari keseluruhan siswa
telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni sebesar
70 (Purwanto, 2006: 104).
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, lembar pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari:
BAB I Berisi pendahuluan yang mencakup Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis
Definisi Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Dalam bab ini penulis meguraikan penelitian yang relevan,
dan landasan teori yang mencakup Aktivitas, Hasil Belajar,
IPA, Materi Rangka Manusia dan Pemeliharaannya, Metode
Example Non Example.
BAB III Dalam bab ini penulis berupaya mengurai tentang
pelaksanaan tindakan yang terdiri dari Subjek Penelitian,
Pelaksanaan Penelitian, Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Siklus I, Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II.
BAB IV Dalam bab ini penulis memaparkan hasil penelitian, antara
lain meliputi deskripsi per siklus yang membahas mengenai
data hasil pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan,
kenaikan presentase aktivitas dan hasil belajar siswa siklus I
dan II kelas IV.
BAB V Berisi penutup yang mencakup Kesimpulan dan Saran
3. Bagian Akhir
Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar
21 A. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang mendukung pada penelitian ini
diantaranya adalah:
Pertama, penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Devi Nurvita
Dianawati, yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran Matematika
Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Example Non Example
Siswa Kelas IV SDN Selokajang 01 Kabupaten Blitar”. Berdasar hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 21 orang siswa rata-rata mengalami
peningkatan ketuntasan belajar. Persentase ketuntasan belajar siswa pada
pratindakan adalah 38%, pada siklus I pertemuan 1 sebesar 57%, siklus I
pertemuan 2 sebesar 57%, siklus II pertemuan 1 sebesar 71% dan siklus II
pertemuan 2 sebesar 81%, dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode example non example dapat meningkatkan
pembelajaran matematika dalam mencapai ketuntasan belajar.
Kedua, penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Yunita,
Ariyanti dengan judul “Penerapan Model Example Non Example Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD 3 Wates Tahun
2014/2015”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 23 siswa
mengalami peningkatan hasil belajar. Persentase ketuntasan hasil belajar
89% dari rata-rata kelas siklus I 69,72 menjadi 74,72 pada siklus II. Melalui
lembar observasi aktivitas pada siklus I persentase 65,07% dengan
kualifikasi baik, pada siklus II sebesar 76,1%, hasil belajar aspek
psikomotorik pada siklus I memperoleh persentase 69,96%, pada siklus II
sebesar 78,64%dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model
example nonexample dapat meningkatkan hasil belajar IPA dalam mencapai
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Hendra Wijaya dengan judul
“Pengaruh Model Example Non Example Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas
V Sekolah Dasar”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pegaruh model example non example. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan persentase pada pratindakan sebelum memakai model
example non example adalah 60,27. Kemudian dilanjutkan pada tindakan
memakai model example non example dengan memberikan tes evaluasi
sebesar 80,22 terdapat selisih pada keduanya sebesar 19,95. Dengan
demikian penggunaan model example non example memberikan konstribusi
peningkatan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 12 Pontianak
Selatan sebesar 19,95.
Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metode example
non example terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan memberikan
B. Landasan Teori
Penelitian merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
teori. Seorang peneliti yang akan melakukan penelitian harus memiliki
teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori-teori yang relevan itu
nantinya akan dijadikan sebagai landasan dalam melaksanakan penelitian.
Dalam penelitian ini, teori-teori yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha sadar dan terencana yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan ke arah yang lebih baik, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
menurut W.S. Winkel (2002) dalam Susanto (2013: 4) adalah suatu
aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang
dengan lingkungan, dan menghasilkan perubaham-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat
relatif konstan dan berbekas. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai
suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Berdasarkan pengertian belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu
tahu menjadi tahu, dari awalnya tidak paham menjadi paham, dan dari
tidak bisa menjadi bisa.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan (Sanjaya, 2006: 112). Proses belajar
pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat
(Sanjaya,2011: 112) artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang belajar tidak belajar dapat kita saksikan, kita hanya
mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan
perilaku yang tampak. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses peralihan dari tidak bisa menjadi bisa.
Akan tetapi, belajar secara berkelompok lebih efektif
dibandingkan dengan belajar secara individu atau sendiri. Hal tersebut
dikarenakan ada banyak kelebihan yang dapat dilihat berdasarkan tujuan
belajar berkelompok baik untuk masing-masing individu atau siswa,
belajar kelompok membuat anak tidak tertekan dengan tugas yang harus
ia kerjakan sendiri, mengurangi rasa bosan anak yang biasa dalam
pembelajaran pada umumnya, dan membuat anak merasa percaya diri
dengan apa yang dilakukan bersama kelompoknya. Hasil belajar dari
kerja kelompok tersebut juga dapat mengajarkan siswa belajar tanggung
jawab.
a. Tujuan Belajar
Menurut Hamalik (2008: 72), tujuan belajar adalah suatu
siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar
merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran.
Tujuan belajar merupakan hal yang penting dalam sistem
pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem
pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang
efektif.
b. Ciri-ciri Belajar
Menurut Baharudin dan Wahyuni (2008: 15) adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini
berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah
laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu, dari
tidak terampil menjadi terampil.
2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu
tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada
saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku
tersebut bersifat potensial.
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman. Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan.
Sesuatu yang memperkuat akan memberikan semangat atau
2. Aktivitas Siswa
a. Pengertian Aktivitas Siswa
Aktivitas berasal dari kata dasar aktif yang berarti giat atau
sibuk. Sehingga aktivitas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting,
karena prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah
tingkah laku, menjadi melakukan kegiatan (Sadirman, 2009: 95).
Dikatakan belajar jika ada perubahan perilaku atau aktivitas siswa.
Menurut Slameto (2003: 10) bagi sebagian orang aktivitas
belajar sering dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak
menarik, bahkan pada beberapa siswa dinilai sebagai mencemaskan.
Adanya perasaan cemas, takut, dan khawatir maka menghambat
terjadinya proses berpikir dan daya ingat yang baik.
Lebih lanjut Kaswul dan Hendra (2011:116) menyampaikan
bahwa aktivitas siswa merupakan kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran dengan aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Guru berperan aktif sebagai fasilitator
yang bertugas membimbing dan mengarahkan siswa dalam upaya
mencapai tujuan. Pembelajaran tidak hanya sebatas transfer of
knowledge tetapi membutuhkan peran aktif siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri.
Aktivitas belajar berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh
belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam setiap proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa aktivitas siswa adalah kegiatan siswa untuk membangun
pengetahuannya dengan aktif bertanya, mengemukakan gagasan,
memecahkan permasalahan dan beraktivitas langsung. Siswa tidak
hanya menerima konsep yang disampaikan guru tetapi juga
mempraktikan dan mencoba.
Aktivitas belajar mengandung beberapa kiat yang dapat
menumbuhkan belajar aktif pada diri siswa dan mengenal potensi
siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam proses belajar
mengajar.
Sadirman (2004: 100) menggolongkan aktivitas belajar
siswa menjadi delapam meliputi:
1) Visual Aktivities, yang termasuk di dalamnya ini membaca,
mempraktekkan, demonstrasi, percobaan.
2) Oral Aktivities, seperti: menyatukan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi.
3) Listening Aktivities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan,
4) Writing Aktivities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan,
angket.
5) Drawing Aktivities, seperti: menggambar, membuat grafis, peta
diagram.
6) Motor Aktivities, seperti: melakukan aktivitas, membuat
konstruksi, metode, permainan, berkebun, berternak.
7) Mental Aktivities, seperti: memecahkan soal, menganalisa,
mengingat, mengambil keputusan.
8) Emotional Aktivities, sepeti: merasa bosan, bergimbira,
bersemangat, berani, tenang, gugup.
Dengan demikian aktivitas pembelajaran disekolah sangat
bervariasi. Guru hendaknya dapat memotivasi peserta didik agar
aktivitas dalam pembelajaran dapat optimal. Dengan demikian,
proses belajar akan lebih dinamis dan tidak membosankan.
b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Siswa
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan
demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan
aktivitas. Kegiatan belajar disekolah melibatkan guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Sehingga kegiatan belajar
di sekolah sering disebut proses pembelajaran.
Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai
pembimbing peserta didik untuk belajar. Sehingga, peserta didik
aktivitas siswa berperan penting dalam pembelajaran agar tujuan
pembelajaran tercapai secara maksimal (Usman, 2010: 22). Artinya
siswa yang belajar dan aktif dalam belajar, sedangkan guru bertugas
sebagai fasilitator.
Belajar yang berhasil pasti melalui berbagai macam
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis (Rohani, 2004: 6).
Aktivitas fisik adalah peserta didik giat dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk
dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki
aktivitas psikis atau kejiwaan adalah jika daya jiwanya bekerja
sebaik-baiknya atau banyak fungsi dalam rangka penjelasan. Kedua
aktivitas tersebut harus berjalan seimbang sehingga proses belajar
dapat berjalan secara maksimal.
Nana Sudjana (2009: 61) mengemukakan aktivitas siswa
dapat dilihat dalam hal sebagai berikut:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain/ guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapi.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah.
5) Melaksanakan diskusi kelompok.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal/ masalah.
8) Kesempatan menggunakan/ menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas/ persolan yang dihadapinya.
9) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Siswa
Yamin (2007: 83) menjelaskan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas meliputi 9 aspek untuk
menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa, diantaranya:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar) kepada
siswa.
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan
dipelajari.
5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
7) Memberikan umpan balik (feed back).
8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampikan diakhir
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas siswa:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran.
3) Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
4) Memberikan stimulus berupa masalah, topik, dan konsep untuk
merangsang keingintahuan siswa.
5) Membimbing dan mengarahkan siswa dalam upaya menemukan
pengetahuannya.
6) Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7) Memberikan umpan balik.
8) Memberikan tes untuk menilai kemampuan siswa.
9) Menyimpulkan materi pembelajaran.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Suprijono (2013: 5) adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,
dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suprijono (2013: 6) hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengertian hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas
hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
atau nilai yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
tertentu.
Menurut Nana Sudjana (2005: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Lebih lanjut Susanto (2013: 5) secara
sederhana hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Anak yang berhasil adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang
dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui
melalui evaluasi. Susanto (2013: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar
adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
belajar.
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang diberikan. Hasil
mempelajari materi di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal
maupun eksternal. Masing-masing faktor dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Faktor internal
Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu keluarga, sekolah, lingkungan sekitar. Berdasarkan
pengertiannya, peneliti menyimpulkan faktor yang
mempengaruhi belajar seseorang dipengaruhi oleh kuat tidaknya
kemauan dirinya sendiri untuk menjadi yang lebih baik, dan
4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam menurut Subiyanto (1988) dalam
Wisudawati dan Eka (2014: 23) merupakan suatu cabang
pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta yang tersusun secara
sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum.
Carin dan Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal),
dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen
(Wisudawati dan Eka, 2014: 24). Berdasarkan beberapa definisi di
atas IPA adalah pengetahuan yang didapatkan berdasarkan teori,
praktek, dan fakta yang terjadi di lapangan mengenai gejala atau
fenomena alam.
b. Tujuan IPA di Madrasah Ibtidaiyah
Tujuan pembelajaran IPA di SD/ MI dalam KTSP
(Sulistiyorini dan Supartono, 2007: 40) sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi, masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memcahkan masalah, membuat keputusan.
5) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
selanjutnya.
Berdasarkan beberapa tujuan di atas, peneliti memberi
kesimpulan tujuan pembelajaran IPA di SD/ MI supaya menambah
keyakinan terhadap kebesaran-Nya, mengembangkan pengetahuan
yang dimiliki untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, dapat menyalurkan pengetahuannya kepada sesama sehingga
memberi manfaat kepada sesama ataupun lingkungan sekitarnya.
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI (Sulistiyorini
dan Supartono, 2007: 40) meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,
dan gas.
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tat surya, dan
benda-benda langit lainya.
Berdasarkan silabus KTSP materi IPA siswa kelas IV adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Materi Pelajaran IPA Kelas IV Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Makhluk hidup dan proses
kehidupan memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharannya
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh
5. Materi Rangka Manusia dan Pemeliharaannya
a. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara struktur tubuh manusia dengan
fungsinya serta pemeliharaannya.
b. Kompetensi Dasar
1.1Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh
manusia dengan fungsinya.
c. Rangka Manusia dan Fungsinya
Menurut Zukmadini (2015: 3) rangka adalah organ tubuh
yang tersusun atas tulang-tulang, rangka memiliki bentuk keras dan
kuat karena rangka tersusun atas zat pembentuk tulang yaitu
kalsium, fosfor, dan kalium. Rangka manusia menurut Riski (2015:
25) merupakan susunan tulang-tulang tubuh yang bersambungan
secara teratur. Rangka manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu rangka
kepala (tengkorak), rangka badan, dan rangka anggota gerak.
1) Rangka kepala (tengkorak)
Gambar 2.1 Tengkorak manusia tampak samping (kiri)
dan tampak depan (kanan)
(Sumber: Buku BSE IPA SD kelas 4 Achyar, 2009: 5)
Secara umum rangka kepala (tengkorak) terdiri atas
bagian depan dan bagian belakang. Rangka kepala bagian depan
terdiri atas tulang dahi, tulang hidung, tulang pipi, tulang rahang
atas, dan tulang rahang bawah. Rangka bagian belakang terdiri
atas tulang ubun-ubun, tulang pelipis. Tulang tengkorak
berfungsi melindungi otak, mata, telinga, hidung, dan saluran
2) Rangka Badan
Gambar 2.2 Rangka badan
(Sumber: Buku BSE IPA SD kelas IV Azmiyawati, 2009: 3)
a) Tulang leher
Menopang kepala sehingga kepala dapat bergerak, serta
melindungi organ-organ yang ada di dalamnya seperti
tenggorokan dan kerongkongan.
b) Tulang dada dan tulang rusuk
Menopang dada dan perut serta melindungi organ-organ
penting seperti jantung, paru-paru, hati, dan organ penting
lainnya.
c) Tulang punggung
Menopang punggung agar dapat tegak serta dapat
d) Tulang panggul
Berfungsi melindungi organ yang terdapat di bagian dalam
perut seperti usus.
3) Tulang Anggota Gerak
Rangka anggota gerak ini terdiri atas anggota gerak atas
dan anggota gerak bawah. Rangka anggota gerak atas: tulang
lengan atas, tulang hasta, tulang pengupil, tulang pergelangan
tangan, dan tulang-tulang jari tangan.
Gambar 2.3 Anggota gerak atas
(Sumber: Buku BSE IPA SD kelas IV Azmiyawati, 2009: 4)
Sementara itu, rangka anggota gerak bawah terdiri atas:
tulang paha, tulang tempurung lutut, tulang betis, tulang kering,
tulang pergelangan kaki, tulang telapak kaki, dan tulang-tulang
jari kaki.
Gambar 2.4 Anggota gerak bawah
d. Pemeliharaan Rangka
Kebiasaan cara duduk, berdiri, dan cara tidur yang tidak tepat
akan berpengaruh pada pertumbuhan tulang. Kebiasaan duduk yang
tidak tepat akan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tulang
punggung sebagai berikut:
(a) (b) (c)
Gambar 2.5 Gangguan tulang belakang, antara lain (a) kifosis,
(b) lordosis, (c) skoliosis
(Sumber: Buku BSE IPA SD kelas IV Sulistyanto, 2008: 6)
1) Kifosis, yaitu kelainan tulang punggung yang menonjol ke
depan. Hal ini disebabkan sikap duduk dan berdiri yang sering
membungkuk.
2) Lordosis, yaitu kelainan pada tulang punggung yang menonjol
ke belakang. Ini disebabkan kebiasaan duduk dan berjalan yang
terlalu membusungkan dada ke depan.
3) Skoliosis, yaitu kelainan pada tulang punggung yang
membengkok ke kiri dan ke kanan. Biasanya disebabkan
kebiasaan duduk dengan posisi miring. Atau mengangkat beban
Selain mengalami ganggguan pada pertumbuhan rangka,
juga dapat terganggu karena penyakit. Berikut beberapa penyakit
yang berhubungan dengan tulang antara lain:
1) Polio, penyakit ini biasanya menyerang anak-anak. Nama polio
diambil dari nama virus penyebabnya, yaitu virus polio myelitis.
Kaki anak yang terserang polio menjadi kecil. Ini terjadi karena
kaki tidak dapat tumbuh/berkembang. Bahkan, penderitanya
bisa lumpuh. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi polio
bagi balita.
Gambar 2.6 Polio
(Sumber: Buku BSE IPA kelas 4 Wahyono, 2008: 9)
2) Rakitis, kelainan tulang yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin D sehingga menyebabkan tulang kaki pada saat berjalan
berbentuk seperti huruf O atau X.
Gambar 2.7 Kaki berbentuk X Gambar 2.8 Kaki berbentuk O
3) Osteoporosis, yaitu tulang menjadi rapuh dan keropos akibat
kekurangan kalsium.
Gambar 2.9 Osteoporosis
(Sumber: Buku BSE IPA SD kelas 4 Wahyono, 2008: 10)
4) Rematik, penyakit ini menyerang pada persendian seperti
pergelangan tangan, kaki, dan sendi siku.
Gambar 2.10 Rematik
(Sumber: Buku BSE IPA SD kelas 4 Wahyono, 2008: 10)
Cara memelihara kesehatan rangka antara lain sebagai berikut:
1) Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
vitamin D, kalsium, kalium, dan fosfor seperti susu, ikan, keju,
dan sayuran.
2) Berolahraga yang cukup dan teratur.
Gambar 2.12 Olahraga
3) Menjaga sikap duduk, berdiri, dan tidur yang baik.
Gambar 2.13 Posisi duduk dan berdiri yanng baik
4) Menghindari diri dari hal-hal yang dapat merusak tulang seperti
melakukan olahraga keras dan mengangkat beban berat
(Zukmadini, 2015: 7).
6. Metode Example Non Example
Metode example non example merupakan metode pembelajaran
yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan
media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis
gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa
yang ada di dalam gambar. Penggunaan metode pembelajaran example
Example non example merupakan metode pembelajaran dengan
mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai dengan bahan ajar
dan kompetensi, sajiann gambar ditempel atau memakai LCD/ OHP,
dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok
tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan
penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Roestiyah, 2001: 73).
Selanjutnya Djamarah (2006: 1) dijelaskan bahwa example non
example adalah metode pembelajaran yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang
relevan dengan kompetensi dasar.
Menurut Suprijono (2009: 125) metode pembelajaran example
non example:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar
yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan kompetensi
dasar.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
LCD/ OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada
tahapan ini guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk
mempersiapkan gambar yang telah dibuat dan sekaligus
pembentukan kelompok siswa.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detail gambar
dapat dipahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan
deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati siswa.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis
gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan
lebih baik jika disediakan oleh guru.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui
perwakilan kelompok masing-masing.
f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil
dari analisa yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
g. Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan yang dibahas.
Kelebihan dalam metode pembelajaran example non example
diantaranya:
a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis grambar.
b. Siswa mengetahui aplikasi dari meteri berupa contoh gambar.
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan metode pembelajaran example non example:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.