• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI ENERGI DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI ENERGI DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI ENERGI DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy)

Oleh : ATAINA THAIIN SURABAYA – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)
(3)
(4)
(5)

RINGKASAN

ATAINA THAIIN. Pengaruh Pemberian Lisin pada Pakan Komersial Terhadap Retensi Energi dan Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Dosen Pembimbing Agustono, Ir., M.Kes. dan Dr. M. Anam Al Arif, drh., MP.

Ikan gurami merupakan salah satu ikan bernilai ekonomis tinggi. Pertumbuhan ikan gurami termasuk lambat untuk mencapai berat rata-rata 250 gram/ekor pada gurami jantan dan 200 gram/ekor pada gurami betina diperlukan waktu 10-12 bulan. Proses pemeliharaan ikan gurami yang lama menyebabkan kebutuhan ikan gurami akan pakan semakin tinggi. Salah satu cara yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan gurami sehingga dapat mempersingkat masa pemeliharaan adalah dengan penambahan asam amino esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus ditambahkan dari pakan. Lisin merupakan asam amino esensial yang dibutuhkan gurami. Penambahan lisin pada pakan komersial diharapkan dapat meningkatkan retensi energi dan menurunkan rasio konversi pakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan lisin pada pakan berpengaruh terhadap retensi enrgi dan rasio konversi pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. terdiri atas lima perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah penambahan Lisin 0%, 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% pada pakan. Analisis data yang digunakan adalah statistik dan deskriptif.

(6)

SUMMARY

ATAINA THAIIN. Effect of Addition Lysine in Commercial Feed against Energy Retention and Feed Convertion Ratio Gouramy (Osphronemus gouramy). Academic Advisor Agustono, Ir., M.Kes. and Dr. M. Anam Al Arif, drh., MP.

Gouramy (Osphronemus gouramy) is one of the high economic value commodity. The biggest obstacle in gouramy cultivation is slow growth, to reach 250 gram in females and 200 gram in male takes one year maintenance. Long time maintenance effect in high feed needed, one of the solution is adding essensial amino acid. Essensial amino acid is amino acid that cannot be synthesized by the organism so must be added from the feed. Lysine is essensial amino acid needed for gouramy. Addition Lysine in commercial feed can increase energy retention of gouramy and expected can decrease feed convertion ratio.

Purpose of this research is to know Lysine in feed affect energy retention and feed convertion ratio of gouramy (Osphronemus gouramy). Research methods used was experimental methods with randomly complete design, included five treatments and four replication. Treatments used were addition of Lysine 0%, 1%, 1,5%, 2% and 2,5% in feed.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Skripsi yang berjudul Pengaruh

pemberian lisin pada pakan komersial terhadap retensi energi dan rasio konversi

pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy). Penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang mendukung hingga selesainya Penelitian Skripsi ini.

Penelitian Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan

Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari bahwa Penelitian Skripsi ini masih belum sempurna.

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat

memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program

Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga

Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang

perikanan, terutama budidaya perairan.

Surabaya, 12 Agustus 2016

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Skripsi ini banyak

melibatkan orang – orang yang sangat berjasa bagi penulis. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., M.P. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga.

2. Bapak Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet. selaku dosen wali yang telah

memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan dalam pengambilan mata kuliah

serta penelitian.

3. Bapak Agustono,Ir., M.Kes. selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan banyak masukan serta bimbingan selama proses berlangsungnya

penelitian hingga selesai.

4. Bapak Dr. M. Anam Al Arief., drh. M.P.. selaku dosen pembimbing serta

yang telah memberikan masukan serta bimbingan selama proses

berlangsungnya penelitian hingga selesai.

5. Prof. Moch Amin Alamsjah, Ir. M. Si., Ph.D. selaku ketua penguji skripsi

yang sudah memberikan masukan, saran, dan kritik sehingga dapat

terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Muhammad Arief, Ir., M.Kes. dan Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si.

selaku dosen penguji skripsi yang sudah memberikan masukan, saran, dan

(9)

7. Ibu Prof. Dr. Rr. Sri Pantja Madyawati, drh., M.Si. yang telah memberikan

banyak dukungan selama ini sehingga saya bisa menyelesaikan penelitian ini.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

atas segala ilmu yang telah bapak dan ibu berikan selama ini.

9. Seluruh staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Airlangga atas segala bantuannya.

10. Kedua orangtua tercinta, Ibu Sri Endah Wijayati dan Ayah Nur Halim serta

saudariku Ismi Minarsy yang selalu memberikan semangat, doa dan

dukungan yang tiada henti.

11. Tim penelitian Dian Ardianti, Deni Setiyawan, Faurina Oktaviandari yang

selalu membantu, memberikan motivasi, masukan dan semangat dalam

menyeleseikan skripsi ini.

12. Audy, Ainin, Holly, Lita, Mei, Puji, Mashita, Catherine, Mala, Dijjah, Ragil

dan Bima yang setia menemani dan memberi dukungan.

13. Sahabat tersayang Vidya, Erlyn, Kiki, Nurin dan Dyah terimakasih atas

segala kebaikan yang tidak terhingga.

14. Teman-teman Barracuda angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan,

semangat, dan kebersamaaan selama perkuliahaan hingga proses penyelesaian

penelitian skripsi.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan maupun penyelesaian

penelitian skripsi. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat-Nya dan

membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan oleh semua

(10)
(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Syarat Mutu Pakan Buatan Ikan Gurami ... 8

2. Kebutuhan Asam Amino Esensial Ikan Gurami ... 10

3. Rata-Rata Retensi Energi Ikan Gurami ... 26

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian ... 16

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Uji Proksimat Pakan Komersial dengan Penambahan Lisin ... 38

2. Hasil Uji Proksimat Daging Ikan Gurami ... 39

3. Data Penambahan Berat Ikan Gurami ... 41

4. Data Konsumsi Pakan Ikan Gurami ... 42

5. Perhitungan Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami... 44

6. Perhitungan Retensi Energi Ikan gurami ... 45

7. Hasil Analisis Statistik ANOVA Retensi Energi ... 48

8. Hasil Analisis Statistik ANOVA Retensi Energi Transformasi ... 49

9. Hasil Analisis Statistik ANOVA Rasio Konversi Pakan ... 51

10. Hasil Analisis Statistik ANOVA Rasio Konversi Pakan Transformasi 52 11. Data Rata-rata Kualitas Air ... 54

(15)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan gurami mengalami peningkatan jumlah produksi setiap tahunnya,

pada tahun 2011 permintaan pasar akan ikan gurami sejumlah 9.322 ton dan di

tahun 2012 permintaan meningkat menjadi 10.303 ton (Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, 2015). Peningkatan jumlah produksi ini dikarenakan ikan

gurami termasuk komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani karena

rasa dagingnya yang enak, pemeliharaan mudah dan harganya yang cukup stabil

(Zakaria, 2008).

Pertumbuhan ikan gurami termasuk lambat untuk mencapai berat rata-rata

250 gram/ekor pada gurami jantan dan 200 gram/ekor pada gurami betina

diperlukan waktu 10-12 bulan (Handajani, 2007). Proses pemeliharaan ikan

gurami yang lama menyebabkan kebutuhan ikan gurami akan pakan semakin

tinggi. Salah satu cara yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan gurami

sehingga dapat mempersingkat masa pemeliharaan adalah dengan penambahan

asam amino esensial.

Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh

hewan maupun tumbuhan untuk memicu pertumbuhan maksimal (Lovell, 1998).

Salah satu jenis asam amino esensial adalah lisin. Kebutuhan ikan gurami

terhadap lisin paling besar dibandingkan asam amino esensial lainnya yaitu 5,7 %

(NRC, 1983 dalam Viola et all., 1992). Lisin dapat meningkatkan keseimbangan

pemanfaatan asam amino lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

(16)

Pakan memiliki fungsi utama sebagai penyedia energi bagi aktivitas sel-sel

tubuh. Sumber energi bagi ikan adalah protein, lemak dan karbohidrat namun

karbohidrat digunakan dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan lemak

dan protein (Lovell, 1998). Kumar dan Tembre (1997), menyatakan retensi energi

berhubungan dengan kadar protein pakan, karena pakan selain mengandung

karbohidrat dan lemak, juga mengandung protein. Hariati (1989) menyatakan

retensi energi merupakan gambaran dari banyaknya energi yang tersimpan dalam

bentuk jaringan di tubuh ikan dibagi dengan banyaknya energi dalam pakan yang

dikonsumsi. Perbandingan antara retensi protein dan energi harus optimal agar

dapat memicu pertumbuhan, Apabila ransum mengandung energi yang rendah,

maka ikan akan menggunakan sebagian protein untuk memenuhi kebutuhan

energinya (Syamsunarno, 2008). Retensi energi normal pada ikan adalah 60 - 68

% (Buttery dan Landsay, 1980 dalam Subekti, 2011).

Menurut Junianto (2003) ikan menggunakan protein secara efisiensi

sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan sebagai sumber energi. Sebagian besar

energi yang dapat dicerna dalam protein dapat dimetabolisme dengan lebih baik

oleh ikan dibandingkan dengan hewan lainnya. Asam amino pada protein

digunakan sebagai pembentuk protein baru selama pertumbuhan dan reproduksi

atau mengganti protein yang rusak pada saat pemeliharaan Penambahan Lisin

yang merupakan asam amino esensial penyusun protein diharapkan mampu

meningkatkan retensi energi ikan gurami.

Manfaat lisin sebagai bahan pakan tambahan untuk mempercepat

(17)

3

konversi pakan merupakan perbandingan antara bobot kering pakan yang

dikonsumsi dan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Nilai

rasio konversi pakan yang semakin tinggi menunjukan bahwa semakin rendah

efisiensi pakannya atau nutrien terbuang dalam feses (Yuniarti dkk., 2002).

Penambahan lisin diharapkan mampu menurunkan rasio konversi pakan sehingga

dapat mempercepat pertumbuhan ikan gurami dan mempersingkat waktu

pemeliharaan hingga ukuran konsumsi.

Penelitian tentang penambahan lisin pada pakan komersial terhadap retensi

energi dan rasio konversi pakan ikan gurami perlu dilakukan untuk membuktikan

apakah penambahan lisin dapat meningkatkan retensi energi dan menurunkan

rasio konversi pakan pada ikan gurami.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan

retensi energi pada ikan gurami?

2. Apakah pemberian lisin pada pakan komersial dapat menurunkan rasio

konversi pakan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apakah pemberian lisin pada pakan komersial dapat

meningkatkan retensi energi ikan gurami.

2. Mengetahui apakah pemberian lisin pada pakan komersial dapat

(18)

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada

masyarakat bahwa melalui penambahan lisin pada pakan komersial dapat

(19)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) dapat di klasifikasikan sebagai

berikut (SNI, 2000):

Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Family : Osphronemidae Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy

Ikan gurami memiliki bentuk badan agak panjang, pipih dan tertutup sisik

yang berukuran besar serta terlihat kasar dan kuat, terdapat garis lateral tunggal,

lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang

bawah (Zakaria, 2008).

Ikan gurami mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti rawa,

situ dan danau. Ikan gurami jarang dijumpai di perairan yang memiliki arus deras.

Gurami dapat dibudidayakan di dataran rendah dekat pantai, namun perairan yang

paling optimal untuk budidaya adalah pada ketinggian 50-400 meter di atas

permukaan laut seperti daerah Bogor, Jawa Barat. Kondisi air yang ideal untuk

ikan gurami adalah pada suhu 24-28o C dan kisaran pH antara 6,5-8 (Sitanggang

(20)

2.1.2 Kebiasaan Makan

Jenis makanan yang dikonsumsi ikan gurami pada setiap fase

pertumbuhannya berbeda. Puspowardoyo dan Abbas (1992) menyatakan larva

gurami memakan kuning telur yang terdapat pada tubuhnya setelah menetas

hingga usia antara 5-7 hari, kemudian beralih makan fitoplankton dan

zooplankton hingga usia 1 bulan, setelah itu ikan gurami mulai memakan

tumbuh-tumbuhan air. Perubahan jenis makanan ikan gurami dari ikan karnivora ke

omnivora hingga akhirnya menjadi herbivora mengakibatkan ikan gurami

mengalami pertumbuhan yang lambat (Aslamsyah, 2009).

Ikan gurami dapat diberi pakan buatan pada usia satu bulan (Saparinto,

2008). Pakan yang diberikan pada budidaya ikan gurami secara intensif adalah

pakan buatan berupa pelet guna mendukung kelangsungan hidup dan

pertumbuhan ikan gurami (Badan Standarisasi Nasional, 2009).

2.1.3 Saluran Pencernaan

Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui cara fisik dan

kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus,

kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah.

Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut,

rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus (Affandi

(21)

7 2.2 Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menunjang

keberhasilan budidaya. Fungsi utama pakan adalah sebagai penyedia energi bagi

aktivitas sel-sel tubuh. Pakan memerlukan biaya kurang lebih 60% dari biaya

operasional (Aslianti, 2010). Pakan ikan dapat digolongkan menjadi dua yaitu

pakan ikan alami dan pakan ikan buatan. Pakan buatan merupakan makanan yang

dibuat dari campuran bahan-bahan alami atau bahan olahan yang selanjutnya

dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga

menciptakan daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya (Abbas, 1995).

Pakan buatan yang tersebar di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan

pakan komersial. Pakan komersial adalah pakan yang dibuat dengan formulasi

tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya. Pembuatan pakan berdasarkan

pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku dan nilai ekonomis. Pakan

komersial untuk ikan sering ditemui dalam bentuk pelet. Pelet memiliki

keunggulan yaitu mudah didapat, tidak tergantung musim, mudah dalam

pemberian dan tidak mencemari media pemeliharaan (Soemardjati dkk., 2008).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan terhadap

ikan peliharaan, yaitu (1) Berapa banyak kandungan energi dari pakan buatan

tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. (2) Pakan buatan yang tidak

dikonsumsi akan menambah kandungan bahan organik sehingga dapat

menimbulkan masalah ketersediaan oksigen terlarut, penyakit, maupun senyawa

toksik dan (3) Kualitas dan cara pemberian pakan dapat mempengaruhi jumlah

(22)

nutrisi ikan gurami menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) dapat dilihat

pada Tabel 1. Berikut ini :

Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Buatan Ikan Gurami

Parameter

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)

2.3 Protein dan Asam Amino

Sumber energi bagi ikan adalah protein, lemak dan karbohidrat namun

karbohidrat digunakan dalam jumlah yang sedikit dibandingkan lemak dan protein (Lovell, 1998). Protein, yang namanya berarti “pertama” atau “utama” tersusun

dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun atas banyak

unit asam amino (Lehninger, 1995). Menurut Supriyatna dkk. (2015), protein

merupakan senyawa kompleks yang terkandung dalam makanan yang akan

dipecah menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana yaitu asam amino dan

dipeptida.

Protein pada pakan diubah menjadi asam amino melalui lambung dan usus

(23)

9 Metabolisme asam amino dapat terjadi melalui dua tahap, yaitu transaminasi dan

deaminasi. Melalui peristiwa tersebut asam amino dapat diubah menjadi asetil

Ko-A yang kemudian masuk ke siklus krebs untuk menghasilkan energi (Buwono,

2000). Fungsi protein adalah untuk pembaharuan sel yang rusak serta

penambahan sel sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

(Syamsunarno, 2008).

Asam amino penyusun protein dibedakan menjadi dua yaitu asam amino

esensial dan asam amino non esensial (Buwono, 2000). Asam amino esensial

adalah asam amino yang tidak dapat di sintesis oleh hewan maupun tumbuhan

sehingga perlu ditambahkan dari luar sehingga mampu mencukupi kebutuhan

untuk pertumbuhan maksimal (Lovell, 1998).

2.4 Asam amino Esensial Lisin

Lisin merupakan asam amino esensial pembatas dalam protein nabati.

Asam amino esensial pembatas adalah asam amino esensial yang mempunyai

persentase terendah yang terkandung dalam suatu protein bahan pakan.

Kebutuhan asam amino esensial lisin bagi tubuh ikan berkisar antara 4%-6% dari

protein ransum (Buwono, 2000).

Lisin merupakan asam amino esensial yang dapat mengoptimalkan

pemanfaatan asam amino lainnya sehingga jumlah protein yang termanfaatkan

untuk pertumbuhan dapat meningkat (Alam et al., 2005). Kekurangan lisin dapat

menyebabkan pengikisan sirip dan kematian ikan (Lovell, 1998). Kebutuhan

(24)

Tabel 2. Kebutuhan Asam amino Esensial Ikan Gurami

Asam Amino Esensial Kebutuhan (%)

Arginin 4,3

Histidin 2,8

Isoleusin 2,5

Leusin 3,3

Lisin 5,7

Methionine 3,1

Fenilalanin 3,5

Treonin 3,9

Valin 3,6

Triptofan 0,8

Sumber : Akiyama et al (1997) dalam Gusrina (2008).

2.5 Retensi Energi

Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang

dikonsumsi. Energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi

oksidasi terhadap komponen pakan, yaitu protein, lemak, dan karbohidrat menjadi

senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, dan glukosa) sehingga

dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan atau disimpan (Afrianto dan Liviawaty,

2005).

Energi yang dibutuhkan ikan paling banyak berasal dari protein. Protein

merupakan zat terpenting dari semua zat gizi yang diperlukan ikan karena

(25)

11

ikan, protein lebih efektif digunakan sebagai sumber energi daripada karbohidrat

dan lemak. Hal ini disebabkan oleh rendahnya aktivitas enzim amilase dan lipase

dalam saluran pencenaan ikan dibandingkan dengan hewan terrestrial dan manusia

(Furuichi, 1988 dalam Nur, 2011).

Retensi energi merupakan gambaran dari banyaknya energi yang

tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan dibagi dengan banyaknya energi

dalam pakan yang dikonsumsi (Hariati, 1989). Linder (1992) dalam

Sukmaningrum dkk (2014) menyatakan energi dalam pakan secara fisiologis

digunakan untuk pemeliharaan dan metabolisme, apabila terdapat sisa akan

dideposisi sebagai jaringan tubuh dalam proses pertumbuhan dan untuk sintesa

produk reproduksi. Retensi energi yang dirumuskan oleh Thung dan Shiau (1991)

adalah energi tubuh akhir dikurangi energi tubuh awal dibagi dengan total energi

pakan yang diberikan.

Perbandingan antara retensi protein dan energi harus optimal agar dapat

memicu pertumbuhan, energi pakan yang tinggi dapat mengurangi protein dalam

pakan sebaliknya dengan pemberian protein yang tinggi maka energi pakan akan

berkurang (Souto dkk., 2010). Apabila ransum mengandung energi yang rendah

maka ikan akan menggunakan sebagian protein untuk memenuhi kebutuhan

energinya sehingga dengan demikian jumlah protein yang dapat dimanfaatkan

bagi pertumbuhan jaringan struktural akan berkurang.

Energi yang terkandung dalam ransum terlebih dahulu digunakan untuk

mencukupi energi pemeliharaan tubuh sehingga energi ransum harus memadai.

(26)

yang negatif yaitu turunnya jumlah nutrien yang dikonsumsi sehingga jumlah

energi dari pakan haruslah optimal (Buwono, 2000).

2.6 Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara bobot kering pakan

yang dikonsumsi dan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Nilai rasio konversi pakan yang semakin tinggi menunjukan bahwa semakin

rendah efisiensi pakannya atau nutrien terbuang dalam feses (Yuniarti dkk.,

2002). Menurut Mudjiman (2002) nilai konversi pakan berbanding terbalik

dengan pertumbuhan bobot ikan, sehingga semakin rendah nilainya semakin baik

kualitas pakan dan makin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan yang

dikonsumsinya untuk pertumbuhan. Sutarmat (2006) menyatakan tingginya rasio

konversi pakan disebabkan adanya pakan yang tidak tercerna atau jenis pakan

yang kurang disukai. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan

adalah spesies, jenis pakan, kualitas pakan, teknik pemberian pakan dan kualitas

air (Boyd, 2005). Menurut Kusriani dkk. (2012) rumus rasio konversi pakan

adalah jumlah pakan yang diberikan dibagi dengan berat hewan uji akhir

penelitian dikurangi berat hewan uji pada awal penelitian.

2.7 Parameter Lingkungan Hidup

Kualitas air sangat berpengaruh terhadap kesuksesan budidaya ikan.

Kualitas air dapat didefinisikan sebagai kesesuaian air bagi kelangsungan dan

pertumbuhan yang umumnya ditentukan oleh beberapa parameter kualitas air

(27)

13

terhadap suhu, salinitas, pH, DO, nitrit dan amonia. Menurut SNI (2000) keadaan

yang sesuai untuk hidup ikan adalah dengan DO lebih besar dari 5 ppm, suhu

berkisar antara 28- 320 celcius, nitrit < 1mg/l dan nitrat ,0,01 mg/l. Agar ikan tidak

stress dan mengakibatkan pertumbuhan kurang perlu dilakukan pengukuran

kualitas air setiap hari dan pembersihan akuarium agar sisa-sisa metabolisme tidak

(28)

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Ikan gurami termasuk komoditas yang banyak dikembangkan oleh para

petani karena rasa dagingnya yang enak, pemeliharaan mudah dan harganya yang

cukup stabil (Zakaria, 2008). Pertumbuhan ikan gurami termasuk lambat, untuk

mencapai berat rata-rata 250 gram/ekor pada gurami jantan dan 200 gram/ekor

pada gurami betina diperlukan waktu 10-12 bulan (Handajani, 2007). Proses

pemeliharaan ikan gurami yang lama menyebabkan kebutuhan ikan gurami akan

pakan semakin tinggi. Salah satu cara yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan

gurami sehingga dapat mempersingkat masa pemeliharaan adalah dengan

penambahan asam amino esensial lisin. Lisin dapat meningkatkan keseimbangan

pemanfaatan asam amino lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

(Alam et al., 2005).

Penambahan lisin menyebabkan retensi protein tinggi sehingga

pertumbuhan ikan meningkat (Dani, 2004). Perbandingan antara retensi protein

dan energi harus optimal agar dapat memicu pertumbuhan. Apabila ransum

mengandung energi yang rendah, maka ikan akan menggunakan sebagian protein

untuk memenuhi kebutuhan energinya (Syamsunarno, 2008). Penambahan Lisin

yang merupakan asam amino esensial penyusun protein diharapkan mampu

meningkatkan retensi energi ikan gurami.Manfatan lisin sebagai bahan pakan

tambahan untuk memicu pertumbuhan ikan gurami dapat dilihat dari nilai rasio

(29)

15

kering pakan yang dikonsumsi dan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan

Liviawaty, 2005). Menurut Mudjiman (2002), nilai konversi pakan berbanding

terbalik dengan pertumbuhan bobot ikan, sehingga semakin rendah nilainya

semakin baik kualitas pakan dan makin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan

yang dikonsumsinya untuk pertumbuhan. Nilai rasio konversi pakan yang

semakin tinggi menunjukan bahwa semakin rendah efisiensi pakannya atau

nutrient terbuang dalam feses (Yuniarti dkk., 2002). Penambahan lisin diharapkan

mampu menurunkan rasio konversi pakan sehingga dapat mempercepat

pertumbuhan ikan gurami dan mempersingkat waktu pemeliharaan hingga ukuran

(30)

Gambar 1. Bagan kerangka konsep penelitian

3.2Hipotesis

1. Penambahan lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi energi

ikan gurami.

2. Penambahan lisin pada pakan komersial dapat menurunkan rasio konversi

pakan.

Permintaan Gurami Tinggi

Budidaya Ikan Gurami

Meningkatkan Retensi Energi

Rasio Konversi Pakan Menurun

Produksi meningkat Pertumbuhan

Optimal

Pertumbuhan Ikan Gurami Lambat

Kualitas Pakan

(31)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai bulan Mei 2016 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Analisis

proksimat pakan dan daging ikan gurami dilakukan di Laboratorium Pakan,

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.

4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Peralatan Penelitian

Alat-alat yang digunakan meliputi akuarium 40 × 25 × 25 cm3 sebanyak

20 buah, aerator kecil, selang aerasi, batu aerasi, seser, kantong plastik, pH meter,

termometer, DO meter, refrakto meter, timbangan analitik dan alat sipon.

4.2.2 Bahan

Hewan uji yang digunakan pada penelitian kali ini adalah ikan gurami

(Osphronemus gouramy). Ikan gurami yang digunakan memiliki ukuran 8-10 cm

dan setiap akuarium diisi 10 ekor ikan. Peneliti menggunakan lima perlakuan dan

empat ulangan sehingga membutuhkan 20 akuarium dan 200 ekor ikan. Media

pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air tawar dengan

volume 15 liter per akuarium. Pakan yang digunakan merupakan pakan komersial

(32)

4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Prosedur Kerja

A. Persiapan Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi akuarium, selang

aerasi, batu aerasi. Akuarium dicuci terlebih dahulu, pencucian menggunakan

sabun dan dibilas hingga bersih kemudian dikeringkan dan diisi dengan air tawar

lalu dipasang aerasi selama 24 jam untuk meningkatkan oksigen terlarut (DO).

Ikan gurami diseleksi sebelum ditebar pada akuarium, seleksi berdasarkan

keseragaman ukuran dan kelengkapan organ tubuh sehingga dapat dipastikan

bahwa ikan gurami yang akan diteliti adalah ikan gurami yang sehat dan

homogen. Sebelum ditebar, ikan gurami diaklimatisasi terlebih dahulu selama 30

menit. Penebaran ikan gurami dilakukan pada pagi atau sore hari untuk

menghindari terjadinya stress yang dapat berakibat pada kematian.

B. Pakan Ikan Gurami

Bahan pakan disiapkan terlebih dahulu, setelah bahan yang diperlukan

sesuai dengan formulasi yang dikehendaki, mula-mula bahan tersebut digiling

sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Setelah pakan komersial yang berbentuk

pelet digiling pakan tersebut diayak untuk mendapatkan ukuran partikel yang

sesuai dengan kebutuhan. Proses selanjutnya adalah penimbangan, penimbangan

dilakukan dengan teliti sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan. Lisin yang

digunakan merupakan lisin dalam bentuk bubuk sehingga tidak perlu lagi

(33)

19

dan lisin yang takarannya telah sesuai, proses pencampuran dilakukan

perlahan-lahan dan ditambahkan dengan tepung tapioka yang telah dilarutkan dalam air

panas. Adonan diaduk hingga rata dan menjadi kalis. Adonan tersebut kemudian

dicetak menggunakan mesin pencetak pelet sesuai dengan ukuran yang

dikehendaki yaitu bukaan mulut ikan gurami. Adonan yang sudah dicetak

kemudian dioven dengan suhu 50oC agar kadar air berkurang sehingga daya

simpan menjadi lebih lama.

C. Pemeliharaan Ikan Gurami

Ikan gurami dipelihara dalam akuarium dengan ukuran 40 × 25 × 25 cm3

sebanyak 10 ekor. Waktu pemeliharaan selama 34 hari dengan pemberian pakan

3% dari berat tubuh. Pakan diberikan tiga kali sehari (pagi: 08.00, siang: 12.00,

sore: 16.00). Upaya untuk mengoptimalkan lingkungan hidup ikan gurami

dilakukan dengan cara penyiponan rutin setiap hari pada pagi hari agar media

pemeliharaan bersih dari sisa pakan dan kotoran yang dapat memengaruhi kualitas

air. Pengukuran kualitas air yang dilakukan adalah suhu, pH, oksigen terlarut

(DO) dan amoniak.

4.3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini membandingkan pengaruh antara pakan komersial yang

tidak diberi lisin dan pakan komersial yang diberi lisin dengan dosis yang berbeda

pada tiap perlakuan ( P0, P1, P2, P3, P4) terhadap retensi energi dan rasio konversi

(34)

eksperimental, rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dengan empat ulangan yaitu:

P0 : pakan komersial 99%

P1 : pakan komersial 98% + lisin 1 %

P2 : pakan komersial 97,5 % + lisin 1,5 %

P3 : pakan komersial 97 % + lisin 2 %

P4 : pakan komersial 96,5 % + lisin 2,5 %

Ikan diberi pakan sebanyak 3 % dari berat total ikan, pemberian pakan

dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari (Andrianto, 2005).

Setiap perlakuan ditambahkan tepung tapioka 1 % sebagai bahan perekat pakan.

Kualitas air dijaga dengan cara mengontrol suhu, DO dan pH setiap hari

serta penyiponan untuk membersihkan media dari sisa pakan dan kotoran.

Amoniak diukur satu minggu sekali. Pengukuran kualitas air ini dilakukan agar

peneliti dapat mengetahui bahwa lingkungan tempat hidup ikan gurami dalam

keadaan yang optimal. Pemeliharaan ikan gurami dilakukan selama 34 hari, setiap

satu minggu sekali ikan ditimbang.

Pengumpulan sisa pakan dilakukan setiap hari untuk mengetahui jumlah

pakan yang dikonsumsi sebagai data untuk menghitung rasio konversi pakan. Sisa

pakan diambil dengan cara penyiponan. Pada akhir pemeliharaan ikan diambil

dagingnya untuk dilakukan analisis proksimat yang selanjutnya digunakan untuk

(35)

21

4.3.3 Variabel Penelitian

A. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas, yaitu dosis pemberian lisin pada pakan komersial yaitu

0%; 1% ; 1,5 % ; 2% dan 2,5%

2. Variabel terikat, yaitu retensi energi dan rasio konversi pakan

3. Variabel terkontrol, yaitu jenis spesies ikan yang digunakan yaitu ikan

gurami, ukuran 8-10 cm, umur ikan 3 bulan dan kualitas air yang terdiri

dari suhu, pH, amonia dan salinitas, pakan komersial, tepung tapioka.

B. Deskripsi Variabel

Pengukuran retensi energi dilakukan dengan perhitungan pengurangan

energi tubuh akhir dengan energi tubuh awal dibagi dengan total energi pakan

yang diberikan. Pengukuran rasio konversi pakan dilakukan dengan cara

menghitung jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi dengan berat hewan uji

akhir dikurangi berat hewan uji awal penelitian. Perhitungan rasio konversi

pakan dilakukan setiap minggu.

4.3.4 Parameter

(36)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui retensi energi dan rasio

konversi pakan setelah pakan komersial ditambahkan dengan lisin. Parameter

utama dalam penelitian ini adalah retensi energi dan rasio konversi pakan. Retensi

energi didapatkan dari hasil analisa proksimat daging ikan gurami setelah masa

pemeliharaan 34 hari. Retensi energi yang dirumuskan oleh Thung dan Shiau

(1991) sebagai berikut:

Rasio konversi pakan dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh

Effendi (1997) sebagai berikut :

Keterangan :

FCR = Rasio Konversi Pakan

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)

W0 = Berat hewan uji penelitian (g)

Wt = Berat hewan uji akhir penelitian (g)

D = Bobot Ikan yang mati

Jumlah pakan yang dikonsumsi dapat diketahui dengan melakukan

penghitungan sisa pakan setiap harinya dengan cara penyiponan, sisa pakan

diletakan pada kertas saring kemudian dioven dan ditimbang. Jumlah pakan yang

(37)

23

antara jumlah pakan yang diberikan (3% dari berat total ikan) dengan jumlah sisa

pakan. Pengukuran bobot ikan dilakukan setiap satu minggu.

B. Parameter Penunjang

Parameter penunjang pada penelitian ini adalah kualitas air yang meliputi

pH, suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO) dan kadar amoniak. Pengukuran suhu,

pH dan DO dilakukan setiap hari sedangkan amoniak dilakukan setiap 7 hari

sekali selama proses penelitian pada ikan gurami.

4.3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan

Analisis of Variance (ANOVA). Uji lanjut yang digunakan adalah Uji Jarak

Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf nyata 5% untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh antar perlakuan dengan penambahan lisin

pada pakan komersial terhadap retensi energi dan rasio konversi pakan pada ikan

gurami. (Kusriningrum, 2015). Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar

(38)

Persiapan Bahan

Retensi Energi Rasio Konversi Pakan

(39)

25

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Retensi Energi

Hasil penelitian menunjukkan nilai retensi energi ikan gurami berkisar

antara 23,36 – 37,42 %. Data Retensi Energi dapat dilihat pada Lampiran 6. Data

rata-rata retensi energi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata- Rata Retensi Energi Ikan Gurami (%)

Perlakuan Retensi Energi ± SD (%) Retensi Energi

Hasil analisa statistik pemberian asam amino lisin pada pakan komersial

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap retensi energi ikan

gurami. Data hasil analisa statistik ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) terjadi

perbedaan antar perlakuan, retensi energi tertinggi adalah P3(37,42%)dan retensi

energi terendah adalah P0 (23,36 %). P3 tidak berbeda nyata dengan P4 namun

(40)

5.1.2 Rasio Konversi Pakan

Hasil penelitian menunjukkan rasio konversi pakan ikan gurami berkisar

antara 3,39 – 5,05. Data jumlah pakan yang dikonsumsi ikan gurami dapat dilihat

pada Lampiran 4. Data rata-rata rasio konversi pakan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata- Rata Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami Perlakuan Rasio Konversi Pakan ± SD Rasio Konversi Pakan

P0 5,05 ± 1,55 2,33 ± 0,32

P1 4,50 ± 0,91 2,23 ± 0,20

P2 4,15 ± 0,85 2,15 ± 0,19

P3 3,39 ± 1,00 1,96 ± 0,25

P4 3,82 ± 0,75 2,07 ± 0,18

Keterangan: P0 = Lisin 0%, P1 = Lisin 1%, P2 = Lisin 1,5%, P3 = Lisin 2%, P4 = Lisin 2,5 %, dan

SD = Standart deviasi

Hasil analisa statistik pemberian asam amino lisin pada pada pakan

komersial menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap rasio

konversi pakan ikan gurami. Hasil analisis statistik ANOVA dapat dilihat pada

Lampiran 9. Berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range

Test) diketahui bahwa tidak ada perbedaan antar perlakuan.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Retensi Energi

Energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi

oksidasi terhadap komponen pakan yaitu protein, lemak dan karbohidrat menjadi

senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak dan glukosa) sehingga

(41)

27

Liviawaty,2005). Retensi energi adalah besarnya energi pakan yang dapat

disimpan di dalam tubuh ikan (Haryati, 2011).

Hasil uji statistik ANOVA menunjukan bahwa pemberian asam amino

lisin pada pakan komersial menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05)

terhadap retensi energi ikan gurami. Berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan

(Duncan’s Multiple Range Test) terjadi perbedaan antar perlakuan, dengan

perlakuan tertinggi pada P3 dan perlakuan terendah P0. Hal ini menunjukan bahwa

penambahan lisin pada pakan komersial dapat meningkatkan retensi energi

dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan lisin. Peningkatan retensi energi

dapat terjadi karena lisin merupakan salah satu asam amino esensial yang tidak

dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus ditambahkan melalui pakan, dengan

pemberian pakan yang tepat dan dosis yang sesuai maka peningkatan retensi

energi dapat terjadi, karena sumber energi pada ikan yang utama adalah protein.

Penambahan lisin yang merupakan monomer dari protein menyebabkan

penyerapan akan lebih cepat karena terjadi langsung di usus. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Lovell (1998), protein merupakan komponen penting

penyusun energi pada ikan. Metabolisme asam amino dapat terjadi melalui dua

tahap, yaitu transaminasi dan deaminasi. Melalui peristiwa tersebut asam amino

dapat diubah menjadi asetil Ko-A yang kemudian masuk ke siklus krebs untuk

menghasilkan energi (Buwono, 2000).

(42)

energi pakan yang dikonsumsi, dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan

metabolisme sehari-hari pada ikan gurami sebesar (0,3742 x 3149,8179 Kkal/kg)

atau 1.178,66 Kkal/kg. Hasil perhitungan retensi energi terendah yaitu pada P0

23,36 % artinya energi yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan

metabolisme ikan gurami sehari-hari adalah (0,2336 x 3044,2726 Kkal/kg) atau

711,14 Kkal/kg.

Kumar dan Tembre (1997), menyatakan retensi energi berhubungan

dengan kadar protein pakan, karena pakan selain mengandung karbohidrat dan

lemak, juga mengandung protein. Kadar analisa protein pakan P0, P1, P2, P3 dan P4

adalah 25,15 ; 27,82 ; 28,94 ; 30,61 ; 32,06. Kadar analisa energi pakan P0, P1, P2,

P3 dan P4 sebagai berikut 3138,47 ; 3317,91 ; 3323,779 ; 3238,94 ; 3360,34

Retensi energi tertinggi adalah P3 dengan penambahan lisin 2%, kadar

protein pakan 30,61 % dan kadar energi 3238,94 Kkal/kg. Tingkat energi-protein

tersebut merupakan perbandingan yang optimal bagi ikan gurami karena kadar

protein pakan mendekati kebutuhan minimum protein pakan ikan gurami pada

fase pertumbuhan yaitu 32 %.

P4 dengan penambahan lisin 2,5 % menghasilkan kandungan protein pakan

yang sesuai dengan kebutuhan protein pakan ikan gurami, yaitu 32,06 % namun

retensi energi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan P3. Hal ini dikarenakan

terjadi ketidak seimbangan antara protein-energi dalam pakan, kelebihan protein

akan menyebabkan ikan memerlukan energi ekstra untuk melakukan proses

deaminasi sehingga energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan akan

(43)

29

mempunyai keseimbangan energi-protein yang tepat tidak akan berdampak pada

pertumbuhan, tingkat energi protein dalam pakan juga mempengaruhi konsumsi

pakan, jika tingkat energi protein melebihi kebutuhan maka akan menurunkan

konsumsi sehingga pengambilan nutrien lainnya termasuk protein akan menurun.

Perbandingan antara retensi protein dan energi harus optimal agar dapat memicu

pertumbuhan, energi pakan yang tinggi dapat mengurangi protein dalam pakan

sebaliknya dengan pemberian protein yang tinggi maka energi pakan akan

berkurang (Souto dkk., 2010).

5.2.2 Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara bobot kering pakan

yang dikonsumsi dan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

Rasio konversi pakan dijadikan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan baik

secara teknis budidaya maupun secara finansial (Hidayat, 2013). Menurut

Mudjiman (2002), nilai rasio konversi pakan berbanding terbalik dengan

pertumbuhan bobot ikan. Nilai rasio konversi pakan yang semakin tinggi

menunjukan bahwa pakan yang diberikan semakin tidak efektif dalam

pertumbuhan ikan gurami.

Hasil uji statistik ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda

Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) menunjukan bahwa penambahan lisin

pada pakan komersial tidak mempengaruhi nilai rasio konversi pakan ikan gurami

(p>0,05). Berdasarkan perhitungan pakan yang dikonsumsi, jumlah pakan yang

(44)

penurunan nilai konversi pakan terjadi pada P3. Data konsumsi pakan dapat dilihat

pada Lampiran 4. Nilai Rasio konversi pakan P3 adalah 3,39 artinya dalam 3,39

gram pakan akan memberikan penambahan berat ikan gurami sebanyak 1 gram.

Nilai rasio konversi pakan P0 yaitu 5,05 yang artinya untuk menambah 1 gram

berat ikan gurami diperlukan konsumsi pakan sebesar 5,05 gram.

Hasil statistik ANOVA pemberian lisin pada pakan komersial terhadap

rasio konversi pakan tidak berbeda nyata, hal ini dapat disebabkan karena

kandungan protein pada lisin yang digunakan pada penelitian ini adalah 66%

sedangkan lisin yang kualitasnya baik harus memiliki kandungan protein 98-99%.

Selain itu untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, energi pakan harus

mencukupi kebutuhan untuk aktifitas harian, metabolisme dan kebutuhan

pemeliharaan. Energi dalam pakan masih digunakan untuk kebutuhan hidup

sehari-hari ikan gurami yaitu untuk proses metabolisme sehingga belum terjadi

pertumbuhan yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handajani dan

Widodo (2010), tidak semua energi yang masuk dapat dicerna dan dimanfaatkan

untuk pertumbuhan. Linder (1992) dalam Sukmaningrum dkk (2014) menyatakan

energi dalam pakan secara fisiologis digunakan untuk pemeliharaan dan

metabolisme, apabila terdapat sisa akan dideposisi sebagai jaringan tubuh dalam

proses pertumbuhan.

5.2.3 Kualitas Air

Kualitas air memengaruhi kesuksesan dalam budidaya ikan. Kualitas air

(45)

31

ikan yang umumnya ditentukan oleh beberapa parameter kualitas air (Mahasri,

2009). Media pemeliharaan diupayakan sesuai dengan habitat asli ikan di alam

sehingga dalam proses pemeliharaan, fisiologis dan morfologis ikan tidak

terganggu. Kualitas air pada media pemeliharaan diharapkan nilainya sama

diantara satuan percobaan agar data yang didapat adalah akibat pengaruh setiap

perlakuan. Parameter yang diamati selama penelitian berlangsung adalah oksigen

terlarut (DO), Suhu, pH, dan ammonia.

Kisaran kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 11.

Kandungan oksigen terlarut (DO) adalah 4mg/l. Kandungan oksigen terlarut (DO)

pada penelitian ini tidak menjadi masalah bagi ikan pemeliharaan karena dilihat

dari segi fisiologis ikan masih dapat berenang dengan normal.

Suhu media pemeliharaan selama penelitian antara 28oC 31oC. Hal ini

sesuai dengan SNI (2000) keadaan suhu yang sesuai untuk hidup ikan antara 28-

32oC. Nilai pH selama penelitian berkisar 7,5 – 8,0. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Mahasri (2009), bahwa pH perairan optimal berkisar 7,5-8,5.

Konsentrasi amoniak yang optimal dalam budidaya menurut SNI (2000) adalah

tidak lebih dari 1 ppm. Konsentrasi amoniak pada penelitian ini tidak lebih dari 1

ppm. Nilai konsentrasi amoniak berkisar 0 – 0,09 (mg/l).

Kualitas air selama 34 hari pemeliharaan ikan gurami berdasarkan data

diatas menunjukan bahwa media pemeliharaan ikan gurami optimal dan tidak

menyebabkan toksik yang berakibat pada kematian, hal ini dibuktikan dengan SR

(46)

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penambahan lisin

pada pakan komersial terhadap retensi energi dan rasio konversi pakan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penambahan lisin sebanyak 2% pada pakan komersial dapat meningkatkan

retensi energi ikan gurami (Osphronemus gouramy).

2. Penambahan lisin pada pakan komersial dengan pemberian hingga 2,5%

tidak dapat menurunkan rasio konversi pakan pada ikan gurami

(Osphronemus gouramy).

6.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penambahan lisin pada

pakan komersial dengan dosis 2%, kadar protein 30,61% dan kadar energi

3238,94 Kkal/kg dapat digunakan untuk formulasi pakan ikan gurami

(Osphronemus gouramy) untuk meningkatkan retensi energi ikan gurami.

Penambahan lisin pada pakan disarankan menggunakan lisin murni dengan kadar

protein 99% sehingga dapat menurunkan rasio konversi pakan dan penggunaan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. D. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta

Affandi, R., D. S. Sjafei., M. F. Rahardjo dan Sulistiono. 2004. Fisiologi ikan (pencernaan dan penyerapan makanan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Afrianto, E dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 9-77.

Alam, M. S., S. Teshima., S. Koshio., M. Ishikawa., O. Uyan., L. H. H. Hernandez and F. R. Michael. 2005. Supplemental effect of coated methionine and lysin to soy protein isolate diet for juvenile kuruma shrimp (Marsupenaius japonicas). Aquaculture 248. (13-19). 6 p

Andrianto, T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut. Yogyakarta.

Aslamsyah, S., H. Y. Azis., Sriwulan dan Wiryawan, K. G. 2009. Mikroflora saluran pencernaan ikan gurami (Osphronemus gouramy). Jurnal Ilmu kelautan dan Perikanan. 19 (1) : 71

Aslianti, T. 2010. Pemeliharaan gelondongan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) dengan persentase pergantian air yang berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2 (2) : 26-33.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Pakan Buatan untuk Ikan Gurami (Osphronemus gourami, LAC). SNI no 7473: 2009. www.bsni.co.id

diakses pada 11 Desember 2015. 2-6 hal.

Biswas, P., A. K. Pal., N. P. Sahu., A. K. Reddy., A. K. Prusty and S. Mirsa. 2007. Lysine and phytase supplementation in the diet of Penaeus monodon

effect on growth, body composition and lipid profile. Aquaculture 265 (253-260). 7 p.

Boyd, C. 2005. Feed Efficiency Indicators for Responsible Aquaculture. Global Aquaculture Advocate. pp 73.

Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Dani, P. N.,A. Budiharjo dan S. Listiyawati. 2005. Komposisi pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan protein ikan tawes (Puntius javanicus). Jurusan Biologi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

(48)

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional . Jakarta. Hal 57. 177-179.

Haetami, K. 2009. Evaluasi daya cerna pakan limbah azola pada ikan bawal air tawar. Skripsi. Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan. Universitas Padjajaran. Bandung. Hal 3.

Handajani, H. 2007. Perendaman Larva Gurami (Osphronemus gourami) dengan Umur yang Berbeda pada Hormon Metiltestoteron terhadap Keberhasilan Pembentukan Monoseks Jantan. Jurusan Perikanan Universitas Muhamadiyah Malang. 7 hal.

Handajani, H. dan W. Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang.

Hariati, A. M. 1989. Makanan Ikan. Universitas Brawijaya. Malang.

Haryati., E. saade dan A. Pranata. 2011. Pengaruh tingkat substitusi tepung ikan dengan tepung maggot terhadap retensi dan efisiensi pemanfaatan nutrisi pada tubuh ikan bandeng. Fakultas Peternakan, Universitas Hassanudin, Makasar. Hal 6-9.

Hidayat. 2013. Feed Convertion Ratio. www.slideshare.com. Di akses pada tanggal 06 Desember 2015

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2015.

http://statistik.kkp.go.id/index.php/statistik/c/12/0/0/0/0/StatistikPerikanan Budidayakolam/?pulau_id=2&provinsi_id=13&sebentitas_id=61&view_d ata=2&thun_start=2012&tahun_to=2015&tahun=2008&filter=lihat+Data %C2%-. Di akses pada tanggal 03 desember 2015.

.

Kumar, S dan M. Tembhre. 1997. Anathomy and Physiology of Fish. Vikas Publishing house PVT Ltd. New Delhi

Kusriani., P. Widjanarko., N. Rohmawati., 2012. Uji pengaruh sublethal pestisida diazionon 60 EC terhadap rasio konversi pakan (FCR) dan pertumbuhan

ikan mas (Cyprinus Carpio). Jurnal Penelitiaan Perikanan. 1(1). 20 :2

Kusriningrum. 2015. Perancangan Percobaan. Universitas Airlangga Press. Surabaya.

(49)

35

Lovell, T. 1998. Nutrition and Feeding of Fish. Kluwer Academic Publisher Groups. United States of America.

Mahasri, G. 2009. Manajemen Kualitas Air. Universitas Airlangga Press. Surabaya.

Mudjiman, A. 2002. Makanan Ikan. Panebar Swadaya. Jakarta

Murtidjo, B.A. 2001. Beberapa Metode pembenihan ikan air tawar. Kanisius. Yogyakarta.

[NRC] National Research Council. 1997. Nutrient Requirment of Warm Water Fishesand Shellfish. National Academy. Press. Washington.

Nur, A. N. 2011. Pengaruh Pemberian Berbagai Kombinasi Kadar Karbohidrat Pakan dan Kromium (Cr+3) Terhadap Deposit Glikogen Hepatopankreas

dan Otot Gelondongan Udang Windu (Panaeus monodon). Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal 2.

Puspowardoyo, H dan A. S. Djarijah. 1992. Membudidayakan Gurami secara Intensif. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 18 hal.

Saparinto, C. 2008. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 3-17.

Sitanggang, M dan Sarwono, B. 2006. Budidaya Gurami. Panebar Swadaya. Jakarta

SNI. 2000. Produksi Benih Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis,Valenciences) Kelas Benih Sebar. SNI : 01-6487.3-2000.

Soemarjati , W., Veni, D.,Yani, L., dan Mizab, A. 2008. Rekayasa automatic feeder sederhana untuk meningkatkan kinerja pendederan ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) hasil perekayasaan Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Direktoran Jendral Perikanan Budidaya. 14 hal.

Souto, C.N., M.V.A. Lemos dan G. P. Martins. 2013. Protein to energy ratios in Goldfish diets. Cienc Agrotec Lavras. 37(6) : 550-558.

(50)

Sukmaningrum, S., N. Setyaningrum., A. E. Pulungsari. 2014. Retensi protein dan retensi energi ikan cupang Plakat yang mengalami pemuasaan. Fakultas Biologi. Universitas Jederal Soedirman. Purwokerto

Supriyatna, A., D. Amalia., A.A. Jauhari dan D. Holydaziah. 2015. Aktifitas enzim amylase, lipase dan protease dari larva Hermetia illucens yang diberi pakan jerami padi. Jurnal Online. 9 (2) : 20

Sutarmat, T. 2006. Studi pendahuluan pemeliharaan ikan kakap merah dalam KJA dengan Ukuran Tebar yang Berbeda. Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia. Hal 193-197

Syamsunarno, M. B. 2008. Penaaruh Rasio Energi-Protein yang Berbeda pada Kadar Protein 30% terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Thung, P.H. and S.Y. Shiau. 1991. Effect of meal frequency performance of hybrid tillapia, Oreochromis nilloticus x O. Aureus, fed different carbohydrate diet. Aquaculture, 92: 343-350.

Viola, S., E. lahav and H.Angconi. 1992. Reduction of protein levels and of nitrogenous N-excretion by Lysine supplement in intensive carp culture. Aquatic Living Research, 5 :278.

Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan. IPB. 40 hal.

Yuniarti, A., A. M. Hariyati dan E. Sanusi. 2002. Teknologi silase dengan starter bakteri asam laktat untuk pertumbuhan dan deposisi protein ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmu Ilmu Hayati. 14 (I) :42-49.

(51)

LAMPIRAN

(52)

Lampiran 2. Hasil Konversi Uji Proksimat Pakan Berdasarkan Bahan Kering 100%

No. Kode Sampel

Hasil Analsis (%) Bahan

Kering Abu

Protein Kasar

Lemak Kasar

Serat

Kasar Ca BETN

ME (Kcal/kg)

1. P0 100 8.351 25.151 7.395 11.810 1.443 47.293 3138.474

2. P1 100 8.225 27.824 11.604 10.764 1.388 41.583 3317.910

3. P2 100 8.434 28.941 11.084 9.725 1.834 41.816 3323.779

4. P3 100 10.170 30.616 10.667 9.742 1.928 38.806 3238.941

5. P4 100 9.064 32.065 9.009 5.552 1.480 44.310 3360.341

(53)
(54)
(55)

41

Lampiran 3. Data Penambahan Berat Ikan Gurami (Gram)

(56)
(57)

43

ULANGAN PAKAN YANG DIKONSUMSI

P0 P1 P2 P3 P4

1 127,19 161,10 182,73 186,84 135,70

2 183,39 155,69 134,77 118,33 169,63

3 126,66 151,80 117,36 166,78 147,40

(58)

Lampiran 5. Perhitungan Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami

F = Jumlah total pakan yang dikonsumsi Wt = Berat akhir (gram)

W0 = Berat awal (gram)

(59)

45

Lampiran 6. Perhitungan Retensi Energi Ikan Gurami

Analisis ULANGAN PERLAKUAN

P0 P1 P2 P3 P4

(60)
(61)

47

Contoh perhitungan retensi energi P0,1

3285,93 kkal/kg = 3,29 kkal/gram

3359,07 kkal/kg = 3,36 kkal/gram

(62)

Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik ANOVA Retensi Energi Ikan Gurami Lower Bound Upper Bound

P0 3 23.3600 9.84421 5.68356 -1.0944 47.8144 14.54 33.98

(63)

49

(64)

RE

Duncan

PERLA

KUAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

P0 3 4.7600

P1 4 4.8725

P2 4 4.9550

P4 4 5.0825 5.0825

P3 3 6.0900

(65)

51

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik ANOVA Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami Lower Bound Upper Bound

P0 4 5.0525 1.55586 .77793 2.5768 7.5282 3.29 7.08

(66)

Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik ANOVA Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami Transformasi

Descriptives

FCR

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

P0 4 2.3375 .32715 .16357 1.8169 2.8581 1.95 2.75

P1 4 2.2300 .20833 .10416 1.8985 2.5615 1.97 2.48

P2 4 2.1525 .19585 .09793 1.8409 2.4641 1.94 2.38

P3 4 1.9625 .25158 .12579 1.5622 2.3628 1.73 2.24

P4 4 2.0725 .18554 .09277 1.7773 2.3677 1.84 2.25

Total 20 2.1510 .25030 .05597 2.0339 2.2681 1.73 2.75

ANOVA

FCR

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .331 4 .083 1.444 .268

Within Groups .860 15 .057

(67)

53

FCR

Duncan

PERLA

KUAN N

Subset for alpha

= 0.05

1

P3 4 1.9625

P4 4 2.0725

P2 4 2.1525

P1 4 2.2300

P0 4 2.3375

Sig. .062

Means for groups in homogeneous

(68)
(69)

55

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Buatan Ikan Gurami
Tabel 2. Kebutuhan Asam amino Esensial Ikan Gurami
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dihasilkan dari penyebaran kuisioner nantinya akan diolah untuk menentukan bobot dari masing-masing key performance Indicatornya dan hasil output

dibutuhkan pasien. Berikan makanan yang terpilih udah dikonsultasikan dengan ahli gizi. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kolaborasi. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 7 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu telah dibuat prototype akses kendali pintu menggunakan sensor fingerprint (sidik jari) berbasis arduino

Kegiatan Usaha Bergerak dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas Jumlah Saham yang ditawarkan 210.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal

Dengan skenario moderat dan skenario optimis menunjukan bahwa investasi ini layak dijalankan serta skenario pesimis menunjukkan sebaliknya maka kesimpulan dari hasil studi

Forsyth (2010) mengatakan kelompok adalah dua atau lebih individu yang dihubungkan dengan dan dalam hubungan sosial.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia