• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7

KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Menurut Abdillah yang dikutip Aunurrahman (2009 : 35)” Belajar adalah suatu usaha sadar yang dikemukakan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek – aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu”. Menurut H.C Witherington yang dikutip Aunurrahman (2009 : 35) mengemukakan bahwa ” belajar suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola baru dalam reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian”. Menurut James O. Whittaker yang d ikutip Aunurrahman (2009 : 35) mengemukakan bahwa:

Belajar adalah dimana proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Djamarah dan Zain (1995: 11) “Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Perubahan perilaku tersebut menyangkut perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi” . Menurut Sukartiningsih (2005: 13) mendefinisikan

Belajar sebagai aktivitas manusia dimana semua potensi dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati adalah dimensi-dimensi yang turut terlibat dalam proses belajar.

(2)

b. Hasil Belajar

Setiap orang yang melakukan kegiatan proses belajar tentunya ada hasil yang ingin dicapai. Hasil belajar tersebut mencakup proses dan pengalaman secara individu maupun kelompok baik yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah. Poerwadarmita (2005: 9)” mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh seseorang setelah mengerjakan sesuatu yang tertentu, atau tinggi rendahnya hasil yang dicapai seseorang dari suatu kegiatan yang dapat diukur dengan alat ukur tertentu”.

Pengertian hasil belajar juga dikemukakan oleh Risda yang dikutip Sunarto (2006: 6) “hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh atau dicapai oleh siswa pada bidang studi tertentu dengan menggunakan tes atau evaluasi sebagai alat pengukur keterampilan”. Menurut Nana Sudjana (1990:22) adalah “Kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (1990:22) mengklarifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

a) Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Ciri – ciri proses belajar mengajar yang optimal menurut Nana Sudjana (1990:56), adalah sebagai berikut.

(3)

a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan

lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menila i dan mengendalikan

diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

c. Pengertian Pembelajaran

Menurut Isjoni ( 2010 : 14) “Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar”. Menurut Aip Syarifuddin (1997) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan dan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:297) “pembelajaran adalah kegiatan secara terprogram dalam desain intruksional,untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”

d. Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Menurut Abdul Kadir Ateng (1993:15) bahwa “pendidikan jasmani merupakan integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai

(4)

kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional”. Menurut Samsudin (2008 : 2) dikemukakan bahwa

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan, motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajara diatur secara sak sama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana h, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.

Jadi pembelajaran pendidikan jasmani adalah proses pembelajaran dengan sarana jasmani melalui gerakan – gerakan besar ketangkasan dan ketrampilan,yang tidak perlu terlalu tepat,terlalu halus dan sempurna atau berkualitas tinggi untuk meningkatkan kesegaran jasmani siwa serta untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan pelatihan.Tujuan pendidikan jasmani menurut Samsudin (2008:3) :

a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat,sikap cinta damai,sikap sosial,dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya,etnis,dan agama.

c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas – tugas pembelajaran pendidikan jamani.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani e. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan tehnik serta

strategi berbagai permainan dan olahraga,aktifitas pengembangan,senam,aktifitas ritmis,akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

f. Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seperti pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

g. Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan,kebugaran,dan pola hidup sehat.

i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

(5)

e. Hakikat Belajar Pendidikan Jasmani

Belajar pendidikan jasmani berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk menggerakkan anggota badan. Namun, siswa bukan hanya menggerakkan anggota badan melainkan juga memerlukan keterampilan intelektual dan sikap. Bagi seseorang yang ingin mempelajari keterampilan gerak, terlebih dahulu harus memahami dan menguasai prosedur gerakan yang dilakukan serta konsep cara-cara untuk melakukannya.

Di dalam program pengajaran pendidikan jas mani, setiap bentuk bahan pelajaran, keterampilan gerak, biasanya memiliki rangkaian gerak yang harus dilakukan dengan cepat, tepat, luwes, dan lancar. Menurut Aip Syarifuddin (1997:30). Oleh karena itu, di dalam belajar keterampilan gerak/pendidikan jasmani, ada tiga fase yang harus dilalui yaitu: fase awal atau fase kognitif, fase antara atau fase asosiatif, dan fase akhir atau fase autonum

a) Fase awal atau fase kognitif

Fase ini merupakan fase awal dalam melakukan keterampilan gerak. Dalam fase ini, terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami prosedur gerakan yang harus dilakukan serta konsep cara-cara untuk melakukannya. Jadi, fase ini lebih menekankan kegiatan intelektual terhadap pemahaman untuk keterampilan gerak.

b) Fase antara atau fase asosiatif

Fase ini disebut fase fiksasi, yaitu masa untuk mengadakan latihan, memperhatikan bentuk-bentuk keterampilan gerak yang dipelajari hingga dipahami. Untuk menggiatkan kerja otot yang berkaitan dengan bentuk urutan gerak. Pada masa latihan ini setiap bentuk urutan gerak harus dilakukan secara berulang- ulang.

c) Fase akhir atau fase autonum

Fase ini merupakan latihan untuk menjadikan bentuk gerakan otomatis. Pada fase akhir ini, semua bentuk gerakan dapat

(6)

dirangkaikan dan dilakukan dengan baik, benar, tepat, luwes, dan lancar.

f. Model Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model – model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Menurut Joyce yang dikutip Trianto (2007:5) :

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Sementara menurut Soekamto yang dikutip Trianto (2007:5) mengemukakan :

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas pembelajaran.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model p embelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur yang dikutip Trianto (2007:7).Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya

(7)

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembe lajarn itu dapat tercapai.

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen yang dikutip Trianto, (2007:6) suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kreteria :

1) sahih (valid), aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu : apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal

2) praktis, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang di kembangkan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapakan.

3) efektif, berkaitan dengan efektivitas ini ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif dan secara operasional model tersebut memberikan ha sil sesuai dengan yang diharapkan.

g. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide, bertanya, melakukan diskusi/sharing pendapat dengan anggota kelompoknya sehingga diharapkan mampu membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di bawah bimbingan guru. Tugas dari masing masing kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan membantu anggotanya untuk mencapai ketuntasan materi. Proses belajar belum selesai jika salah seorang dari anggota kelompoknya belum mencapai ketuntasan materi. Ketuntasan materi dalam seting belajar kooperatif terjadi jika dan hanya jika semua anggota kelompok berhasil dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa belajar dengan kelompok kooperatif merupakan suatu sistem gotong-royong untuk mencapai ketuntasan materi.

(8)

Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Menurut Slavin (2005:144) “pembelajaran koperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar da n bekerja anggotanya 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan “pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.

Lie (1999: 74) mengemukakan “Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur – unsur interaksi social pada pembelajaran. Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain”. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6 orang dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku, Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

1) Pembelajaran Koope ratif Tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Menurut Slavin (2011 : 143) “STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif ”. Dalam metode Student Teams Achievement Division (STAD) yang diperuntukan untuk pembelajaran diluar kelas ini sangat efektif dan sederhana untuk digunakan dalam praktik dilapangan. Dalam model Student Teams Achievement Division

(9)

(STAD) kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Tiap anggota tim melakukan gerakan lay up yang telah diajarkan oleh guru dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui latihan berkelompok dan berdiskusi antar sesama anggota tim.

Secara individual atau tim, tiap minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaa n mereka terhadap materi lay up shoot yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa tiap individu atau tim yang meraih hasil belajar yang tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Model ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari model pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan model Student Teams Achievement Division untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Menurut Slavin (2005:143) menyebutkan lima komponen utama dalam Student Teams Achievement Division yaitu :

1. Presentasi kelas

Materi pembelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan ceramah dan diskusi siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama guna persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.

2. Tim

Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dan terdiri dari siswa yang heterogen dimana dalam satu kelompok terdapat siswa yang prestasi tinggi sampai sedang dan prestasi rendah, Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah dalam kelompok, memberi solusi untuk teman satu kelompok, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi-materi pelajaran. 3. Tes (kuis)

Setelah kegiatan presentasi guru dan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenalkan saling membantu.

(10)

4. Skor Kemajuan Individual

Adalah untuk memberikan tiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Komponen utama pembelajaran lay up shoot bola basket di lapangan dengan tipe Student Team Achievement Division (STAD) yaitu :

1. Penyajian materi

Materi pembelajaran diberikan oleh guru kepada murid dengan menggunakan gaya komando dan guru juga memberikan apersepsi tentang materi lay up shoot terhadap murid.

2. Kegiatan kelompok

Pembagian kelompok untuk pembelajaran lay up shoot yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang dan setiap kelompok terdiri dari siswa yang heterogen dimana dalam suatu kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan lay up shoot yang baik, sedang dan rendah. Dimana dalam kelompok itu siswa diharuskan saling mengoreksi dan membenarkan gerakan lay up shoot dari teman didalam kelompoknya.

3. Evaluasi individu

Setelah memberikan apersepsi terhadap siswa dan siswa di minta mempraktikan materi lay up shoot yang sudah di ajarkan oleh guru. Siswa diberi tes yang d i lakukan oleh masing – masing individu muridnya setelah dua atau tiga kali pertemuan. Poin yang di nilai dalam pembelajaran lay up shoot antara lain :

a. Cara memegang bola b. Cara mendribble bola

(11)

c. Langkah kaki saat melakukan lay up shoot

d. Pandangan mata saat melakukan langkah lay up shoot 4. Skor perkembangan individu

Dengan skor kemajuan individual ini dapat melihat kemampuan lay up shoot dari siswa, apa kemampuannya mengalami kenaikan atau penurunan. Sehingga dapat memotivasi siwa untuk memperbaiki teknik dasar lay up shoot masing – masing individu agar dapat memperoleh nilai tinggi dan mendapatkan nilai baik untuk kelompoknya.

5. Pemberian penghargaan

Tim yang mendapatkan nilai rata- rata yang sesuai kriteria tertinggi saat melakukan lay up shoot akan mendapatkan reward dari guru yang mengajar.

Evaluasi pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yaitu dengan penilaian tes individu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan masing – masing individu mengenai materi yang telah di ajarkan oleh guru. Tes individual ini diadakan pada pertemuan kedua atau ketiga. Tes ini dilakukan agar bisa diketahui kemampuan siswa mengenai materi yang diajarkan oleh guru setelah bekerja sama dalam kelompok. Skor ini di data dan akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. Setelah tahap tes individu dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan skor untuk kelompoknya berdasarakan skor yang di milikinya. Dengan perhitungan skor perkembangan individu siswa di harapkan dapat lebih terpacu dalam memperoleh prestasi terbaik untuk kelompoknya. Adapun perhitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Isjoni (2010 : 76) seperti terlihat pada table berikut :

(12)

Tabel 1.1 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

Skor tes Skor perkembangan

individu a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal e. Nilai sempurna (tidak berdasar skor

awal) 5 10 20 30 30 (Sumber :Isjoni , 2010 : 76)

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing – masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata – rata yang di kategorikan menjadi kelompok baik, hebat dan kelompok super. Kriteria yang digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut :

a) Kelompok dengan skor rata – rata 15 sebagai kelompok baik b) Kelompok dengan skor rata – rata 20 sebagai kelompok hebat c) Kelompok dengan skor rata – rata 25 sebagai kelompok super

Evaluasi pembelajaran kooperatif tipe Student Teamm Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran lay up shoot bola basket dilihat dari nilai yang diperoleh saat dilakukan tes pada pertemuan kedua dan ketiga. Skor awal yang didapatkan dari guru tersebut menjadi patokan penilaian untuk siswa. Penilain ini untuk mengukur kemampuan masing – masing siswa terhadap kemampuan lay up shoot nya. Dan skor yang diperoleh masing – masing siswa ini akan diakumulasikan dengan nilai – nilai dari siswa lain yang ada didalam kelompoknya tersebut.. Setelah melakukan tes individual akan dilanjutkan dengan

(13)

mengevaluasi skor perkembangan individu yang kemudian dijumlahkan dan dirata – rata sesuai dengan jumlah siswa satu kelompok dan di kategorikan kedalam kriteria yang sudah ditentukan. 2. Permainan Bola Basket

a. Pengertian Permainan Bola Basket

Permainan bola basket merupakan salah satu cabang permainan yang banyak digemari di dunia. Permainan bola basket ini ditem ukan oleh Dr. A. James Naismith pada Desember 1891. Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing – masing lima orang yang saling beradu dalam mencetak poin dengan memasukan bola ke keranjang lawan. Hal ini sesuai dengan Hal Wissel (2000:2) bahwa :

Bola Basket dimainkan oleh dua tim dengan lima pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan men- dribble- nya (batting, pushing, dan tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa permainan bola basket adalah permainan yang didalam menggunakan teknik – teknik seperti melempar, menangkap ke semua arah didalam lapangan. Olahraga bola basket juga diberikan pada bidang pendidikan khususnya pada pelajaran jasmani di sekolah. Hal inilah sebenarnya yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pelajar mengenal bola basket khususnya pada kegiatan ekstrakulikuler bola basket yang diadakan di sekolah akan menarik minat para pelajar menggemarinya. Menguasai teknik bola basket itu perlu untuk sebuah permainan biarpun bola basket adalah sebuah permainan tim tapi setiap individu juga harus menguasai teknik – teknik dasar dalam permainan bola basket. Agar bias menunjang dalam permainan bola basket.

(14)

b. Teknik Dasar Menembak (Shooting)

Dalam permaianan bola basket pemain dituntut untuk bias melakukan teknik dasar yaitu menembak (shooting). Selain itu teknik dasar seperti menggiring, mengoper, bertahan dan rebounding juga sangat membantu serta menunjang dalam sebuah permainan bola basket dalam menciptakan sebuah permaianan yang bagus danpoin yang diinginkan. Menembak (shooting) merupakan usaha untuk memasukan bola ke dalam keranjang (ring) basket. Hal Wissel (2000:43) menyatakan “Shooting (menembak) adalah keahlian yang sangat penting didalam olahraga bola basket”. Pendapat lain di kemukakan oleh Soebagio Hartoko (1991:38) bahwa “Teknik dasar terpenting dalam bola basket adalah kemahiran menembak karena kemenangan suatu pertandingan di tentukan dengan jumlah tembakan yang dibuat oleh suatu regu”.

Untuk memperoleh hasil tembakan yang baik seorang penambak harus mampu mengkoordinasikan unsur – unsur yang ada didalam gerakan menembak yang baik. Dasar mekanika dalam dalam melakukan tembakan menurut Hal Wissel (2000:46) antara lain “(1) pandangan, (2) keseimbangan, (3) posisi tangan, (4) pengaturan siku, (5) irama tembakan, dan (6) follow through. Menurut Akros Abidin (1999:59) :

Hampir semua pemain bola basket pada umumnya, saat menggunakan tembakan menggunakan 7 (tujuh) teknik dasar tembakan, yaitu : (1) One hand set shoot (tembakan satu tangan), (2) Free throw (tembakan bebas), (3) Jump shoot (tembakan sambil melompat), (4) Three point shot (tembakan tiga angka), (5) Hook shoot ( tembakan mengkait), (6) Lay up shoot (7) Runner (Lay up shoot yang diperpanjang).

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tembakan lay up shoot, yaitu :

1) Saat menerima bola, badan harus dalam keadaan melayang.

2) Saat melangkah, langkah pertama harus lebar dan jauh guna mendapatkan jarak maju sejauh mungkin, langkah kedua pendek

(15)

untuk memperoleh awalan tolakan agar dapat melompat setinggi – tingginya.

3) Saat melepaskan bola, bola harus dilepaskan dengan kekuatan kecil.

c. Lay Up Shoot Bola Basket

Lay up shoot merupakan salah satu tembakan dalam permainan bola basket yang memiliki unsur yang sangat kompleks. Dan gerakan lay up shoot diawalai dengan menggiring sambil melangkah dan diakhiri dengan sebuah lompatan ke atas mendekati ring. Arma Abdullah (1981:104) mengemukakan bahwa “Lay up shoot adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak yang dekat sekali dengan keranjang hingga seolah – olah diletakkan ke dalam keranjang yang didahului dengan gerakan melangkah lebar dan melompat setinggi – tingginya”. Menurut A. Sarumpaet dkk (1992:233) mengemukakan bahwa “Tembakan Lay up gerakannya terdiri dari lari, langkah, lompat dan menembak”. Sedangkan menurut Hel Wissel (2000:61) mengemukakan bahwa “Tembakan lay up dilakukan dekat dengan keranjang setelah menangkap bola atau menggiring bola”.

Menurut Nuril Ahmadi (2007:20) teknik dasar melakukan lay up shoot dapat dilakukan sebagai berikut

1) Bila tolakan pertama dengan kaki kanan maka langkah pertama dengan kaki kiri dan langkah kedua dengan kaki kanan atu sebaliknya.

Gambar 2.1 Dua langkah sebelum melakukan lay up shoot (Sumber: Nuril Ahmadi 2007:20)

(16)

Gambar 2.2 Irama langkah untuk tembakan Lay up shoot (Sumber: Nuril Ahmadi 2007:22)

2) Ketika melakukan lay up shoot, biasakan berlari dengan langkah lebar dengan badan condong kedepan. Kemudian berilah dan rintangan agar dapat melangkahkan kaki sesuai dengan langkah lay up shoot, langkah pertama lebar kemudian langkah kedua pendek dan diakhiri dengan lompatan setinggi – tingginya.

3) Langkah pertama harus lebar dan badan condong ke depan untuk memperoleh jarak maju sejauh mungkin dan memelihara keseimbangan. Langkah kedua pendek dengan maksud mempersiapkan diri untuk membuat awalan agar dapat menolakkan kaki sekuat – kuatnya supaya memperoleh lompatan setinggi – tingginya.

4) Lompatan terakhir harus setinggi – tingginya dengan maksud mendekatkan diri dengan keranjang basket, dan menghilangkan kecepatan kedepan.

5) Setelah langkah kaki terakhir, kaki ditolakkan sekuat – kuatnya agar dapat mencapai titik tinggi sedekat mungkin dengan keranjang basket. Pada saat berhenti pada titik tertinggi, luruskan tangan memegang bola keatas dan pada saat berhenti lepaskan tangan kiri yang membantu memegang bola, serta lecutkan pergelangan

(17)

tangan yang memegang bola (tangan kanan) hingga jalannya bola tidak kencang.

B. Kerangka Berfikir

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan pada guru disekolah pada umumnya masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang cenderung menimbulkan rasa bosan siswa terhadap suatu pembelajaran. Begitulah yang masih terjadi di SMK Negeri 2 Salatiga. Yang dalam pembelajarannya masih berpusat kepada guru dan guru kurang memperhatikan kemampuan individual siswanya. Sehingga tidak semua siswa dapat memenuhi criteria pembelajaran yang diinginkan.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan sebuah solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Solusi ini dirasa tepat untuk menghidupkan suatu pembelajaran yang terkesan membosankan dan menimbulkan rasa malas siswa dalam melakukan pembelajaran olahraga terlebih pembelajaran atletik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran tipe STAD(Student Team Achievement Division).

Model pembelajaran ini merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang diama dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok yang masing – masing kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa yang telah dibagi berdasarkan kemampuan masing – masing siswa. Semua kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dari peniliti dan akan diberikan sebuah penilaian yang di lakukan oleh semua siswa dalam semua kelompok. Dan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan reward terhadapa prestasi yang diraih oleh kelompoknya.

Tim dalam Student Team Achievement Divison (STAD) mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Tim terdiri siswa yang heterogen dan terdiri dari siswa yang berprestasi tinggi, berprestasi rendah dan berprestasi rendah.

(18)

Dengan dilakukan tes terlebih dahulu agar bias mengetahui kemampuan dari masing – masing siswa dan membagi nya dalam suatu kelompok

Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Alur Kerangka Berpikir Kondisi Awal Guru kurang kreatif

dalam pembelajaran

a.Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pelajaran penjas

b.Tingkat kesegaran jasmani renda

c.Dan yang paling utama hasil belajar lay up shot bola basket

Melalui model pembelajaran STAD akan dapat memotivasi siswa dalam

pembelajaran penjasorkes dapat meningkatkan hasil belajar lay up shoot bola basket siswa sehingga dapat sesuai target yang di harapkan

Kondisi Akhir

Siklus II : Upaya perbaikan dari siklus I apabila dalam siklus I

tidak mencapai target yang

dikehendaki dengan menggunakan mode l pembe lajaran STAD yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar lay up shot bola

Tindakan Menerapkan model pembelajaran STAD

(Student Team

Achievement Division)

Siklus I : Guru dan kolabolator

menyusun bentuk penga jaran lay

up shoot bola basket menggunakan mode l pembe lajaran STAD yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dasar lay up shot bola basket

Gambar

Tabel  1.1 Pedoman  Pemberian  Skor Perkembangan  Individu
Gambar  2.1 Dua langkah  sebelum  melakukan  lay  up shoot  (Sumber:  Nuril  Ahmadi  2007:20)
Gambar  2.2  Irama  langkah  untuk  tembakan  Lay up shoot  (Sumber:  Nuril  Ahmadi  2007:22)
Gambar  2.3 Alur  Kerangka  Berpikir Kondisi  Awal Guru  kurang  kreatif

Referensi

Dokumen terkait

(2) Melalui proses penelitian tindakan kelas yang menggunakan metode drill (latihan) dapat meningkatkan keterampilan membatik siswa kelas VIII B semester II SMP

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, hambatan pada kegiatan skrining IMS dengan VCT itu terletak pada sarana prasarana Lapas terkait tidak adanya

Bahan-bahan yang digunakan dalam kajian ini meliputi benih sayuran sebagai tanaman uji, pupuk organik cair asal limbah pasar (Hasil uji Balitbangda Kabupaten

[r]

Pada penelitian ini, peneliti ingin meneliti 4 faktor yang mempengaruhi perilaku audit disfungsional yaitu kompleksitas tugas, time budget pressure , client importance , dan

matba való belépést kívánja tőlünk. Bármely művet csakis más alkotásokhoz képest  lehet  olvasni. Továbbá  „egy  adott  irodalmi  mű  minősége 

Contoh berikut ini membandingkan dengan perhitungan biaya tradisional dan mendemonstrasikan distorsi biaya produk yang dapat terjadi di sistem traisional.. Dual

kegiatan eksploitasi maupun konversi lahan hutan yang menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan dengan menggunakan data yang diperoleh dari Sistem Informasi Geografis