• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

27 ANALISIS

A. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten Sukoharjo

Sebelum melakukan penetapan pajak reklame, Bagian Pajak Daerah melakukan langkah-langkah yaitu melakukan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dengan tujuan untuk mengetahui jenis usaha yang dilakukan wajib pajak dan sebagai dasar penerbitan nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Dan menentukan dasar pengenaan tarif pajak reklame karena besarnya pajak terutang dihitung dan ditetapkan dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

Setelah ditentukan besarnya pajak reklame terutang maka kantor DPPKAD Kabupaten Sukoharjo menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) yang merupakan besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Didalam SKPD tersebut tercantum jenis pajak reklame, ukuran, lokasi atau alamat, serta periode pembayaran pajak. SKPD tersebut kemudian akan dikirimkan kepada wajib pajak yang bersangkutan dan harus dibayar sebelum jatuh tempo yaitu 30 hari setelah diterbitkannya SKPD.

Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame Oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sukoharjo. Pelaksanaan juga merupakan sebuah proses manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

(2)

pengawasan (George Terry dalam Manullang 2001:8). Dalam upaya mencapai tujuan untuk mendukung terciptanya pelaksanaan pemungutan pajak reklame yang baik maka sangat dibutuhkan pelaksanaan yang sesuai dengan prosedur di Kabupaten Sukoharjo.

Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak reklamame di Kabupaten Sukoharjo serta faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pemungutan pajak reklame di Kabupaten Sukoharjo tersebut maka, penulis menguraikan dan menjelaskan hal-hal tersebut didukung oleh data dan informasi yang berhasil diperoleh baik dari fenomena dilapangan, hasil wawancara dan data yang peneliti peroleh dari informan penelitian.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta serta menggunakan asumsi mengenai masa yang akan dating dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui penetapan tujuan dan cara penyampaianya. Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pemungutan pajak reklame ditentukan dengan adanya perencanaan yang baik serta berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Karena kita sadar bahwa suatu kegiatan yang dilakukan tanpa perencanaan besar kemungkinan sulit untuk mencapai tujuan secara optimal.

(3)

2. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian merupakan pengaturan dalam pembagian kerja, tugas, hak dan kewajiban semua orang yang masuk dalam suatu kesatuan kelompok atau kelompok organisasi. Secara umum batasan pengorganisasian adalah merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga membentuk suatu wadah (organisasi) yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan. Proses pengorganisasian adalah suatu proses pengelompokan, yakni disamping pengelompokan orang-orang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, juga akan diikut sertakan pula dengan pengelompokan fasilitas dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tersebut.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan adalah membangkitkan atau mendorong semua anggota kelompok agar berkehendak dan berusaha dengan keras. Untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dari pihak pimpinan atau juga sebagai usaha untuk mengarahkan anggota operasi untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran dan tujuan organisasi dengan baik dan benar.

(4)

Pengawasan merupakan upaya control, evaluasi dan monitoring terhadap sumber daya manusia, organisasi hasil kegiatan dari bagian-bagian ataupun dari seluruh kegiatan yang ada untuk memastikan kegiatan dan kinerja organisasi sesuai dengan yang diharapkan. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting dalam suatu organisasi semua fungsi yang sebelumnya tidak akan efektif tanpa adanya pengawasan. Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja organisasi menjadi ukuran, sampai dimana pelaksanaan pengawasan terhadap organisasi tersebut.

B. Kontribusi Pajak Reklame terhadap PAD Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan laporan realisasi anggaran pendapatan daerah tahun 2012-2015 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo diketahui pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Kontribusi Pajak Reklame terhadap PAD Kabupaten Sukoharjo.

D ata di atas men unju kkan bahwa kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah cukup Tahun Pajak Reklame

Realisasi Penerimaan Pajak Reklame

Realisasi Pajak

Asli Daerah Persentase Kontribusi Tahun 2012 2.589.471.200 99.864.300.164 0,03% Kontribusi Tahun 2013 4.228.787.275 127.641.966.136 0,03% Kontribusi Tahun 2014 3.693.997.000 144.909.181.712 0,03% Kontribusi Tahun 2015 3.721.488.660 169.939.241.919 0,02% Jumlah Kontribusi 14.233.744.135 542.354.689.931 0,11%

(5)

stabil dari tahun ke tahun. Persentase kontribusi penerimaan pajak reklame pada tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan persentase dari 0,03% menjadi 0,02%. Terjadinya penurunan pada tahun 2014 ke tahun 2015 dikarenakan Wajib Pajak yang telah terdaftar di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo banyak yang tidak membayar kewajibannya. Melihat kondisi seperti ini perlu diperhatikan kembali hal apa yang mempengaruhi penurunan persentase bahkan ketidakmampuan pencapaian target yang telah ditetapkan. Keadaan ini pula yang membuat peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai sistem dan prosedur pemungutan pajak reklame di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo.Selain menganalisis sistem dan prosedur pemungutan pajak reklame, hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah pelaksanaan sistem dan prosedur pemungutan pajak reklame telah mendukung pengendalian intern yang ada.

C. Hambatan Wajib Pajak Saat Membayar Pajak

Kesadaran pajak dan kepatuhan pajak di Indonesia memang masih perlu ditingkatkan, untuk dapat menjadi ujung tombak penerimaan Negara karena sekitar ±80% sumber penerimaan Negara berasal dari pajak . Tampaknya setiap fiskus perlu secara bertahap mengubah paradigma pajak yang berkesan penuh paksaan dan menyeramkan menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran.

(6)

Wajib pajak masih merasa tidak mendapatkan timbal balik yang berarti dari apa yang telah dibayarkannya kepada negara. Wajib pajak membayar pajak seringkali bukan karena bangga berstatus sebagai wajib pajak seperti di negara-negara maju. Kepatuhan pajak masyarakat kita nampaknya sebagian besar masih harus dipaksakan karena untuk saat ini faktanya memang belum bisa sepenuhnya hanya mengandalkan kesadaran pajak masyarakat. Karena hal tersebut banyak WP yang enggan membayar pajaknya dan bagi fiskus dalam pemungutan pajak secara umum baik pajak pusat maupun pajak daerah, seringkali terdapat kendala-kendala yang melemahkan dalam pemungutan pajak dan merupakan penyebab WP tidak mau membayar pajaknya. Kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Berbagai peraturan pelaksanaan undang-undang yang sering kali tidak konsisten dengan undang-undangnya.

Melaksanakan tax reform lebih pelik dan makan waktu dibandingkan dengan ketika merancang tax reform dalam undang-undang, apabila peraturan pelaksanaan yang dijadikan dasar dalam melaksanakan aturan hukum pajak tidak konsisten dengan undang-undang, tentu akan mengakibatkan kendala yang fatal dalam pemungutan pajak.

2. Database yang masih jauh dari standar Internasional.

Kendala lain yang dihadapi aparatur pajak adalah database yang masih jauh dari standar internasional. Padahal database sangat menentukan untuk menguji kebenaran pembayaran pajak dengan sistem

(7)

self-assessment. Persepsi masyarakat, bahwa banyak dana yang dikumpulkan oleh pemerintah digunakan secara boros atau dikorupsi, juga menimbulkan kendala untuk meningkatkan kepatuhan pembayar pajak. Berbagai pungutan resmi dan tidak resmi, baik di pusat maupun di daerah, yang membebani masyarakat juga menimbulkan hambatan untuk menaikkan penerimaan pajak.

3. Lemahnya penegakan hukum (law enforcement) terhadap kepatuhan membayar pajak bagi penyelenggara negara.

Law enforcement merupakan pelaksanaan hukum oleh pejabat yang berwenang di bidang hukum, misalnya pelaksanaan hukum oleh polisi, jaksa, hakim dan sebagainya. Tidak kalah penting untuk disoroti pelaksanaan hukum di lingkungan birokrasi, khususnya badan pemerintahan di bidang perpajakan) dalam melakukan pemeriksaan terhadap para penyelenggara negara, ternyata belum ada gebrakannya. Seharusnya bila dilakukan tentu membantu dalam mewujudkan good governance dalam bentuk pemerintahan yang bersih.

Untuk mengatasi kendala-kendala di atas ada bebrapa langkah yang harus dilakukan agar Wajib Pajak membayar pajaknya,yaitu :

1. Orientasi Peningkatan Sumber Daya Manusia Aparatur

Orientasi adalah suatu kegiatan pemberian pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur dibidang

(8)

Perpajakan dan meningkatkan pengetahuan aparatur manajemen pendapatan pusat maupun daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah 2. Penyuluhan Wajib Pajak

Penyuluhan terhadap wajib pajak pusat dan daerah adalah suatu kegiatanpenyuluhan yang berbentuk sosialisasi pendapatan pusat dan daerah serta untuk memberikan penjelasan atau pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya pendapatan pusat dan daerah bagi Negara dan masyarakat.

3. Evaluasi Hasil Sosialisasi Pajak Daerah

Evaluasi hasil sosialisasi pajak daerah adalah suatu kegiatan penilaiandan pengukuran sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan pajak daerah yang dilakukan oleh dinas–dinas pemungut .

4. Sinkronisasi ketentuan antara pihak bank dan DJP sangat diperlukan agar terwujudnya kepatuhan masyarakat untuk membayar pajaknya.

D. Hambatan dalam Proses Pemungutan Pajak Reklame

Ada beberapa hambatan yang ditemui oleh DPPKA Sukoharjo dalam Pelaksanaan pemungutan pajak reklame. Hambatan tersebut dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Hambatan dari luar

a. Ada titik-titik lokasi yang dianggap strategis namun ternyata hasilnya kurang memuaskan yang disebabkan karena banyaknya pepohonan yang menutup lokasi pemasangan reklame. Seperti di Jalan Menteri Supeno dan Jalan Mr. Moh Yamin.

(9)

b. Adanya wajib pajak yang membandel dalam hal pemasangan Reklame tanpa melalui prosedur yang berlaku. Hal ini terjadi karena wajib pajak merasa bahwa prosedur/mekanisme perijinan untuk pemasangan reklame dinilai terlalu rumit, sehingga mereka enggan mengurus perijinan tersebut

c. Adanya pemasangan reklame liar. Disebut reklame liar dikarenakan reklame tersebut tidak mengantongi ijin dari Bupati Sukoharjo sesuai dengan PERDA No. 5 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame.

d. Kurangnya kesadaran pemasang reklame sebagai wajib pajak dalam membayar pajak reklame. Misalnya pemasangan reklame melalui selebaran, sering ditemukan selebaran yang tidak diporporasi dahulu sebelum disebarkan. Porporasi adalah melubangi selebaran sebagai tanda selebaran tersebut sudah dibayar lunas pajaknya dan siap disebarkan.

2. Hambatan dari dalam

a. Kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembongkaran Reklame yang sudah kadaluarsa. Sarana dan prasarana tersebut Meliputi mobil lapangan, truk, tangga, dan helmet sebagai pengaman. b. Adanya pelimpahan kewajiban untuk membayar pajak reklame antara

pengusaha dengan biro iklan yang tidak diketahui secara jelas statusnya. Hal ini menyebabkan perselisihan tentang siapa yang seharusnya membayar pajak, apakah biro jasa ataukah pengusaha yang ingin memasang iklan itu sendiri.

(10)

c. Kurangnya tenaga lapangan untuk mengawasi pelaksanaan pajak reklame. Tenaga lapangan yang bertugas mengawasi, memantau, dan menertibkan reklame sekarang masih sedikit dan tidaksebanding dengan banyaknya reklame yang terpasang di Kota Sukoharjo.

E. Upaya-upaya yang Ditempuh DPPKAD Kabupaten Sukoharjo

Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh DPPKA Sukoharjo untuk Mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pemungutan pajak reklame. Upaya tersebut dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

1. Upaya dari luar

a. Melakukan kerjasama antara dppka dan pengusaha berupa pemberian hak pengelolaan titik reklame untuk jangka waktu tertentu dengan cara menyewakan lokasi strategis untuk pemasangan reklame dengan sistem pelelangan terbuka. Sistem pelelangan terbuka biasanya dibuka di tempat strategis, disini peran biro iklan sangat membantu dalam pelelangan terbuka ini.

b. Pihak dppka menghubungi wajib pajak yang berdomisili di luar Kota Sukoharjo melalui surat dan telepon. Cara ini dirasa cukup efektif, karena dengan adanya terobosan seperti itu pihak DIPENDA dapat mengetahui dengan cepat apakah wajib pajak tersebut memperpanjang masa pemasangan reklame atau tidak, sehingga DPPKA dapat segera melakukan tindakan yang diinginkan oleh wajib pajak tersebut.

(11)

c. Dalam hal ijin pemasangan reklame, masa kadaluarsa segera Dimintakan perpanjangan ijin oleh pemilik. Jika sampai masa, DPPKA akan mengambil tindakan untuk mencabut ijin dan melakukan pembongkaran terhadap reklame yang dipasang.

d. Memberikan penyuluhan kepada wajib pajak reklame agar lebih paham dan mengerti tentang prosedur dan mekanisme perijinan serta pembayaran pajak reklame.

e. Melakukan pembongkaran reklame liar yang tidak mendapatkan ijin pemasangan dari DPPKA.

f. Melakukan kerjasama dengan pihak kejaksaan dalam hal wajib pajak yang membandel. Memberikan sangsi yang tegas serta denda kepada wajib pajak yang terlambat atau tidak membayar reklame.

2. Upaya dari dalam

a. Dipenda berusaha mendatangkan peralatan yang lengkap untuk melakukan pembongkaran reklame yang sudah kadaluarsa. Peralatan untuk melakukan pembongkaran tersebut antara lain mobil lapangan dan tangga.

b. Mengusahakan kerjasama yang baik antara DPPKA, pengusaha, dan biro iklan agar pemasangan reklame berjalan dengan baik dan tidak menemui hambatan. Kerjasama tersebut perlu digalakkan, karena antara DPPKA, pengusaha, dan biro iklan saling membutuhkan. Biasanya DPPKA menghubungi biro iklan bila ada lokasi strategis yang akan dilelang, selanjutnya biro iklan menghubungi pengusaha.

(12)

c. Dibentuk tim khusus/tim penataan reklame oleh DPPKA untuk mengawasi, memantau, menertibkan penempatan reklame yang terdiri dari DKP, DLLAJ, dan DPU.

TEMUAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai Evaluasi dan Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame di DPPKAD Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2012-2015, maka penulis menemukan kelebihan dan kelemahan.

A. KELEBIHAN

1. Memberikan penyuluhan kepada Wajib Pajak agar lebih paham dan mengerti tentang prosedur dan mekanisme perijinan serta pembayaran pajak reklame.

2. Melakukan pembongkaran reklame liar yang tidak mendapatkan ijin pemasangan dari DPPKA maupun reklame yang sudah kadaluarsa.

3. Meskipun kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak kurang dan sulitnya menghubungi wajib pajak yang berdomisili di luar kota tapi Penerimaan Pajak Reklame masih dapat mencapai target.

4. Pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah membuka stan konsultasi pajak saat pameran pembangunan yang diadakan setiap tahun serta memasang spanduk yang isinya mengingatkan wajib wajib pajak kapan masa jatuh tempo pembayaran pajaknya.

(13)

5. Sudah diterapkan system self assessment, wajib pajak diajak proaktif dengan menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

B. KELEMAHAN

1. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam penertiban dan monitoring reklame. Sarana dan prasarana tersebut antara lain mobil lapangan, truk, tangga, helmet, serta minimnya tenaga lapangan dalam penertiban reklame.

2. Adanya titik lokasi tertentu yang sebenarnya dianggap strategis namun kurang dioptimalkan pemanfaatannya, seperti di Jalan Raya Sukoharjo – Wonogiri yang notabene selalu ramai tetapi reklame yang terpasang di jalan tersebut tidak terlalu banyak.

3. Kurangnya kesadaran pemasang reklame sebagai Wajib Pajak untuk membayar pajak reklame. Misalnya pemasangan reklame melalui selebaran, sering ditemukan selebaran yang tidak diporporasi dahulu sebelum disebarkan. Porporasi adalah melubangi selebaran sebagai tanda selebaran tersebut sudah dibayar lunas pajaknya dan siap disebarkan. 4. Penetapan sanksi-sanksi bagi pelanggar kewajiban pajak belum optimal,

sehingga para pelanggar kewajiban pajak reklame merasa tidak terlalu terbeban atau jera dengan hukuman yang diberikan.

5. Keterbatasan personil untuk tim penertib, sehingga pemasangan reklame dapat mengganggu pemandangan jalan atau lingkungan sekitarnya.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

“%hu” Menampilkan sebuah nilai unsigned short integer terformat “%lu” Menampilkan sebuah nilai unsigned long integer terformat “%ni”, “%nd” Menampilkan sebuah nilai

i) Sebarang kos perundangan dan perbelanjaan yang boleh diperolehi semula daripada Anda atau pasangan oleh mana-mana pihak yang menuntut dengan syarat kos dan perbelanjaan

1) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses

Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara faktor kebutuhan modal, promosi dan pelayanan terhadap keputusan nasabah mengambil

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang didapatkan paa peneltian mengenai pengaruh variasi jarak dan panjang stabilisasi tanah ekspansif di Bojonegoro dengan metode

Kerja praktek hari kesebelas di bidang Pencatatan Sipil Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, agenda saya hari ini yaitu melakukan pengecekan

Peti kemas hewan ternak model 1 hasil modifikasi dari peti kemas general cargo kondisi 80-85% yang didesain bisa dioperasikan di atas kapal 2 in 1 , dengan cara

Sehingga balita yang bermukim di sekitar lingkungan dengan kadar debu total di udara ambiennya melebihi NAB (230µg/Nm 3 ) akan berpeluang untuk mengalami kejadian ISPA dibandingkan