• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Rury RD Niakhiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Rury RD Niakhiri"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN DI KELAS VII MTs NEGERI MODEL

LIMBOTO JURNAL

Oleh

Rury RD Niakhiri

411 411 098

JURUSAN MATEMATIKA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(2)
(3)

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN DI KELAS VII MTS NEGERI

MODEL LIMBOTO

(PROBLEM SOLVING MATH ON THE SUBJECTS OF OPERATION COUNT THE NUMBER OF FRACTIONS IN CLASS VII THEIR ISLAMIC

COUNTERPARTS MODEL LIMBOTO)

Rury RD Niakhiri1, Nurhayati Abbas2, Novianita Achmad3 (rury.rdniakhiri@yahoo.co.id)

Jurusan Matematika, Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Pemecahan masalah matematika merupakan kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah matematika, seperti menyelesaikan soal yang tidak rutin dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah pada materi operasi hitung bilangan pecahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan pecahan. Empat indikator yang digunakan untuk mendeskripsikan pemecahan masalah matematika yaitu kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesain masalah, melakukan perhitungan dan membuat simpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs Negeri Model Limboto. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate random sampling, data penelitian diperoleh dari tes pemecahan masalah matematika dalam bentuk essay selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian diperoleh bahwa pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan operasi hitung bilangan pecahan yang dimiliki siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto paling tinggi 65%. Temuan ini menunjukan bahwa pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto rendah.

Kata kunci : matematika, pemecahan masalah, pecahan. ABSTRACT

Problem solving ability of mathematics is an ability that one has to solve the mathematics problem such as solving unusual problem and implementing

1 Nama Penulis

2 Prof. Dr. Nurhayati Abbas, M.Pd selaku dosen Pembimbing I 3 Hj. Novianita Achmad, M.Si selaku dosen Pembimbing II

(4)

mathematics in daily life based on the steps of problem solving in arithmetic operation of fractional number topic. This research aimed at describing the problem solving ability of mathematic of students in srithmetic operation of fractional number topic. Four indicators that were used to describe the problem solving ability of mathematic were ability to recognize the problem, to plan the problem solving, to account, and to conclude. The population of this research were all class VII students of MTs Negeri Model Limboto. The sampling technique used in this research was proportinote random sampling. The data or research were gained from test of mathematic problem solving in form of essay test, and than analyzed by using descriptive and inferential statistical test. The research result showed that the highest number topic at class VII of MTs Negeri Model Limboto was 65%. This finding shows that ability to solve the problem of students of class VII MTs Negeri Model Limboto was lack.

Keywords : Mathematics, Problem Solving Ability, Fractional Number PENDAHULUAN

Matematika dapat digunakan sebagai wahana untuk membentuk kepribadian dan cara berpikir peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Tiro (2010: 4) bahwa untuk melaksanakan hal ini, berbagai nilai yang dapat diperoleh dari belajar matematika perlu diketahui oleh guru dan peserta didik. Sedangkan menurut Fadillah (2011: 144) dengan mempelajari matematika diharapkan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika itu akan tercapai dengan sendirinya. Pelajaran matematika diberikan kepada setiap anak bertahap sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh, dengan tujuan agar anak memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Pemecahan masalah matematika merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena tujuan belajar yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah siswa diharapkan dapat memahami proses dan prosedurnya, sehingga siswa terampil menentukan dan mengidentifikasi kondisi dan data yang relevan, generalisasi, merumuskan dan mengorganisasikan keterampilan yang dimiliki. Menurut Priyo (2012: 148) pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki

(5)

untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Susanto (2013: 195) mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan komponen yang sangat penting dalam matematika, yaitu proses menerapkan pengetahuan

(knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya kedalam situasi yang baru. Ruseffendi (2006: 27) juga mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah amat penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasrakan pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan kompenen penting dalam matematika, siswa dilatih untuk memperoleh penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi berdasarkan teori yang dipelajari sebelumnya, berkaitan dengan soal nonrutin dan menerapkannya ke dalam situasi baru.

Kesanggupan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah dapat dilihat dari pemecahan masalah matematis yang dimiliki. Menurut Runtukahu dan Kandou (2014: 192) pemecahan masalah matematis merupakan prasyarat bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Banyak situasi yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya merupakan situasi memecahkan masalah. Machmud (2013: 21) mengatakan bahwa pemecahan masalah matematika adalah kesanggupan siswa untuk dapat memahami masalah melalui identifikasi unsur-unsur yang diketahui , dinyatakan dan kecukupan unsur-unsur yang diperlukan, membuat/menyusun strategi penyelesaian dan merepresentasikannya (dengan simbol, gambar, grafik, tabel, diagram, model dan lain-lain), memilih/menerapkan strategi pemecahan untuk mendapatkan solusi, dan memeriksa kebenaran solusi dan merefleksikannya. Akhirnya siswa dapat belajar mandiri mengenai pemecahan masalah. Selanjutnya Aisyah (2007: 5) mengungkapkan bahwa memberikan soal-soal nonrutin kepada siswa berarti melatih mereka menerapkan berbagai konsep matematika dalam situasi baru sehingga pada akhirnya mereka mampu menggunakan berbagai konsep ilmu yang telah mereka pelajari untuk

(6)

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Polya dalam Fauziah (2010) mengemukakan empat langkah pemecahan masalah matematika, yaitu : (1) Memahami persoalan, (2) Membuat rencana penyelesaian, (3) Menjalanakan rencana, (4) Melihat kembali apa yang telah dilakukan.

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah matematika dan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan masalah matematika, seperti menyelesaikan soal non rutin dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pada empat langkah-langkah pemecahan masalah yaitu : kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melakukan peritungan dan membuat simpulan pada materi operasi hitung bilangan pecahan dengan indikator materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa dan pecahan campuran, perkalian dan pembagian pecahan biasa dan pecahan campuran.

Dengan hipotesis penelitian “Paling tinggi 65% siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto memiliki pemecahan masalah matematika dalam pemebelajaran matematika”

METODOLOGI PENELITIAN

Meode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung bilangan pecahan di kelas VII MTs Negeri Model Limboto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs Negeri Model Limboto yang berjumlah 214 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah

proportionate random sampling, yakni teknik yang dilakukan untuk memperoleh sampel yang representatif, seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing kelas populasi yang tersebar dalam 8 kelas. Instrumen yang digunakan berupa soal tes pemecahan masalah matematika.

(7)

Kisi-kisi instrumen pemecahan masalah matematika dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Pemecahan Masalah Matematika Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Indikator Materi Aspek Soal C1 C2 C3 C4 C5 C6 1. Memahami masalah 2. Merencanakan penyelesaian masalah 3. Melakukan perhitungan 4. Membuat Kesimpulan Penjumlahan pecahan campuran 1 5 Pengurangan pecahan

biasa dan pecahan campuran

4 3 Perkalian pecahan

biasa dan pecahan campuran 2 4 Pembagian pecahan biasa 8 9 7

Rubrik penskoran pemecahan masalah matematika dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Rubrik Penskoran Pemecahan Masalah Matematika

NO Indikator Deskripsi Skor

1. Memahami masalah

Menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dengan benar.

3 Menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, tetapi masih salah.

2 Menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanya, tetapi masih kurang lengkap

1 2. Merencanakan

penyelesaian masalah

Ada penyelesaian/model matematika dari masalah atau butir soal yang diberikan

3 Ada penyelesaian/model matematika dari masalah atau butir soal yang diberikan, tetapi masih kurang lengkap.

2

Ada penyelesaian/model matematika dari masalah atau butir soal yang diberikan, tetapi masih salah

1

3. Melakukan perhitungan

Ada penyelesaian dengan prosedur benar serta memiliki solusi jelas dan lengkap

4 Ada penyelesaian dengan prosedur yang tepat, tetapi masih terdapat sedikit kekeliruan.

3 Ada penyelesaian tetapi prosedur yang digunakan kurang tepat.

(8)

Ada penyelesaian, tetapi prosedur yang digunakan salah

1 4. Membuat

kesimpulan

Ada kesimpulan dan benar 2

Ada kesimpulan tetapi masih salah atau kurang tepat

1

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah menggunakana analisis statistik yang meliputi statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan kecenderungan data hasil penelitian dalam bentuk besaran-besaran statistik seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), simpangan baku (standar deviasi) dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Anlisis statistik inferensial pada penelitian ini menggunkan Uji-t satu sampel, namun terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Pengujian normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji lilliefors.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan data setiap variabel dalam bentuk besaran-besaran statistik seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), simpangan baku (standar deviasi) dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Variabel Data

N Skor Min Skor Maks M Me Mo S

X 32 23 87 49,66 55,67 39,61 16,17

(9)

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh dari 32 orang siswa diperoleh skor minimum 23, skor maksimal 87, Dari skor minimum dan maksimal diperoleh rentang skor sebesar 64, panjang kelas 11, dan banyak kelas interval ada 6. Dari informasi ini dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi

NO Kelas Interval Frek. Relatif (%)

1 23-33 5 5 15,625 2 34-44 10 15 31,25 3 45-55 6 21 18,75 4 56-66 4 25 12,5 5 67-77 6 31 18,75 6 78-88 1 32 3,125 Jumlah 32 100

Dari Tabel 4. Diperoleh rata-rata ( ) , median ( ) , modus ( ) dan standar deviasi ( ) . Berdasarkan acuan norma letak Mean, Median, Modus maka dapat dilihat bahwa pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto cenderung rendah. 2. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah tekhnik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Dalam penelitian ini analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis statistik inferensial pada penelitian ini menggunkan Uji-t satu sampel.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai dan nilai untuk dengan adalah . Berdasarkan kriteria pengujian yaitu jika maka H0 ditolak, dan dalam hal lainnya H1

diterima untuk dan . Hipotesis statistik digunakan Uji-t pihak kiri, maka nilai . Karena nilai maka tolak atau terima hipoteis yang menyatakan bahwa “paling tinggi 65% pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Model

(10)

Limboto dalam pembelajaran matematika” hipotesis yang diajukan peneliti teruji kebenarannya.

PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pemecahan masalah matematika yang dimiliki siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada pokok bahasan operasi hitung bilangan pecahan. Berdasarkan hasil penelitian melalui penilaian indikator-indikator pemecahan masalah dan dilakukan pengujian hipotesis, diperoleh pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto masih cenderung rendah, dengan kata lain hipotesis yang menyatakan “paling tinggi 65% siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto memiliki pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran matematika” teruji kebenarannya.

Berdasarkan pada penyelesaian soal-soal nonrutin yang dilakukan siswa dalam penelitian melalui tes essay, dapat dikemukakan bahwa mayoritas siswa mampu menyelesaikan hanya pada tahap pertama, yaitu tahap memahami masalah. Memahami masalah, baik mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanya siswa dengan mudah memahaminya. Namun, pada tahap kedua, ketiga dan keempat yaitu merencanakan penyelesaian masalah, melakukan perhitungan dan membuat kesimpulan, siswa masih mengalami kesulitan. Pada tahap kedua, siswa mengalami kesulitan dalam membuat model matematika dari soal cerita yang diberikan. Selanjutnya, dalam melakukan perhitungan siswa juga mengalami beberapa kesulitan, diantaranya dalam menyamakan penyebut dan melakukan operasi hitung bilangan pecahan. Kesalahan dalam melakukan operasi hitung dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan. Selain hal tersebut, masih banyak siswa yang tidak menuliskan kesimpulan setelah menemukan hasil akhir dari soal nonrutin yang diberikan.

Rendahnya pemecahan masalah matematika siswa perlu mendapatkan perhatian khusus bagi para pendidik untuk dapat meningkatkan pemecahan masalah matematika. Pemecahan masalah matematika sangat diperlukan dalam

(11)

kegiatan pemebelajaran matematika, terutama dalam menyelesaikan soal-soal nonrutin. Melalui pemecahan masalah dapat memberikan pengetahuan pada siswa sebagai cara penyelesaian dari masalah matematika. Empat langkah yang diperlukan dalam menyelesaiakan masalah matematika yaitu : (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian masalah, (3) melakukan perhitungan, dan (4) membuat simpulan.

Keempat langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut, harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Sehingga siswa dapat dengan mudah menemukan penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi.

Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika yang baik, dapat dengan mudah menemukan penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematika yang rendah, akan mengalami kesulitan dalam meyelesaikan soal-soal nonrutin yang diberikan. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa perlu ditingkatkan. Kemampuan pemecahan masalah matematika dapat ditingkatakan melalui pemahaman yang baik oleh siswa pada saat guru menjelaskan langkah-langkah penyelesaian. Kreatifitas guru sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam menyelesaikan masalah adalah terbatasnya pemberian contoh masalah atau soal. Keterbatasan pemberian contoh masalah atau soal menyebabkan siswa mengalami banyak kesulitan dalam menemukan penyelesaian suatu masalah. Siswa hanya mengerjakan soal yang diberikan berdasarkan contoh masalah atau soal yang diberikan. Pemahaman siswa terhadap konsep materi yang diajarkan sangat rendah. Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga cenderung rendah. Faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika yaitu sulitnya siswa mencerna materi pelajaran

(12)

yang diberikan, rendahnya motivasi, minat serta perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi pelajaran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan operasi hitung bilangan pecahan yang dimiliki siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto paling tinggi 65%. Hipotesis yang menyatakan “Paling tinggi 65% siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto memiliki pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran matematika” teruji kebenarannya atau dengan kata lain pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto cenderung rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Fadillah, Syarifah. 2013. Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelahjaran

Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2.

Machmud, Tedy. 2013. Peningkatan Komunikasi Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Eficacy Siswa SMPMelalui Pendekatan Problem-Centered Learning dengan Strategi Scafofolding. Bandung : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Priyo Utomo, Dwi. 2012. Pembelajaran Lingkaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Versi Polya pada Kelas VIII di SMP PDRI 01 DAU.

Widya Warta. No. 01 Tahun XXXVI/Januari 2012. ISSN 0854-1981. Runtukahu, J. Tombokan dan Kandou, Selpius. 2014. Pembelajaran Matematika

(13)

Ruseffendi. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkaatkan CBSA. Bandung :Tarsito

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.

Tiro, Muhammad. 2010. Cara Efektif Belajar Matematika. Makassar : Andira Publisher.

Gambar

Tabel 2. Rubrik Penskoran Pemecahan Masalah Matematika
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Tabel 4. Distribusi Frekuensi

Referensi

Dokumen terkait

Cara penambangan konvensional saat ini harus membuka lahan dengan menggunakan alat-alat berat sehingga lahan menjadi rusak, menimbulkan kerusakan ekologi air,

Habitat perkembangbiakan yang ditemukan adalah genangan air bersifat tidak tetap / temporer yaitu pada tapak roda kendaraan berat, lempeng besi yang tidak

Informasi atau berita yang disampaikan melalui beberapa media online baik blog pewarta warga maupun media online milik media utama, umumnya sudah melalui proses

Tulisan ini merupakan hasil kajian dari kegiatan pendidikan keluarga berwawasan gender melalui penyuluhan dan pemanfaatan limbah pertanian, yang merupakan kegiatan pengabdian

Alpha test dilakukan dengan menguji secara teknis untuk menguji apakah ada kesalahan dalam perancangan animasi 3D atau tidak. Pengujian ini meliputi pengujian dari

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pertimbangan hukum dalam putusan Nomor 175/Pid.B/LH//2018/PN.Bjn setelah hakim memeriksa semua bukti-bukti yang diajukan oleh

Fraktur basis cranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah- daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita); transmisi energy

Pada tahun 2013 di Distrik Windesi sudah ada bangunan pasar tradi- sional yang dibuat oleh pemerintah daerah kabupaten Teluk wondama, namun sampai sekarang pasar