• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING DENGAN STRATEGI PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DAN REGULASI DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEMBARAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING DENGAN STRATEGI PROBING PROMTING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DAN REGULASI DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEMBARAN - repository perpustakaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukandaya pikir manusia. Hal ini yang harus dipahami oleh guru dan ditekankan kepada siswa sebelum mempelajari matematika. Konsep matematika disajikan dengan bahasa yang jelas dan spesifik. Bahasa matematika sangat efisien dan merupakan alat yang ampuh untuk menyatakan konsep-konsep matematika,merekonstruksi konsep atau menata suatu penyelesaian secara sistematis setelah terlaksananya eksplorasi, dan terutama untuk komunikasi.

(2)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(3)

Salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan komunikasi matematika. Sebagaimana diungkapkan NCTM (2000: 60) bahwa komunikasi merupakan bagian yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Tanpa komunikasi yang baik, maka perkembangan matematika akan terhambat. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematika harus digali dan dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran matematika agar siswa memiliki kemampuan untukmemberikan informasi yang padat, singkat, dan akurat tentang nilai-nilai yang dibahasakan.Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menyampaikan secara lisan maupun tertulis mengenai ide-ide matematika, yang berupa konsep, rumus atau strategi penyelesaian suatu masalah. Komunikasi dalam pembelajaran matematika penting dimiliki oleh setiap siswa karena dengan adanya kemampuan komunikasi matematis siswa mampu mengungkapkan kembali secara lisan maupun tertulis mengenai konsep,rumus atau strategi penyelesaian suatu masalah, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika yang biasa disebut dengan bahasa matematika, berkomunikasi dengan teman atau guru untuk memperoleh informasi dan berbagi ide-ide matematika (Susanto,2013). Pada kenyataanya kemampuan komunikasi matematis siswa belum sepenuhnya dimaksimalkan.

(4)

kesempatan lebih dalam mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya. Selain itu, komunikasi dalam matematika dapat membantu guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahaman tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.

Di dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya dapat untuk mengkomunikasikan hasil belajarnya tetapi juga dapat membekali siswa mengembangkan kemampuan matematis lainnya. Namun dalam belajar matematika siswa seringkali mengalami kesulitan khususnya dalam menyelesaikan soal. Oleh karena permasalahan tersebut, maka dibutuhkan kemampuan yang harus dimiliki siswa yaitu kemampuan mengatur diri (regulasi diri). Regulasi diri yaitu upaya mengatur diri dalam belajar dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku. Siswa yang memiliki regulasi diri akan secara aktif dalam melakukan aktivitas belajarnya Zimmerman (Ormord,2008 ). Jadi, jika siswa kurang paham apa yang sedang dipelajari, maka siswa akan lebih aktif untuk mempelajarinya. Seperti membuat perencanaan yang akan dipelajari lagi, melakukan pemantauan terhadap hasil belajarnya, mengevaluasi hasil belajar yang diperoleh, mengulang, mengorganisasi belajarnya, berusaha untuk mencapai prestasi yang optimal, dan mencari bantuan kepada teman, guru,atau orang yang dianggap lebih mengerti.

(5)

maka kurang dapat melakukan perencanaan, pemantauan evaluasi pembelajaran dengan baik, sehingga hasil belajarnya tidak optimal, sesuai dengan potensi diri yang dimilikinya.

Model pembelajaran yang kurang efektif dan efisien menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu kewaktu sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat. Model pembelajaran matematika yang umumnya digunakan oleh guru matematika adalah model pembelajaran langsung yang mengandalkan ceramah dan alat bantu utama papan tulis, sehingga siswa cenderung pasif dan kurang dilibatkan dalam pembelajaran di kelas. Ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran matematika dapat menghambat pencapaian hasil belajar matematika. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika adalah problem based learning. Problem based learning adalah salah satu pembelajaran berbasis masalah yang memungkinkan dikembangkannya komunikasi matematis siswa.

Problem based learning dapat merangsang siswa untuk belajar melalui

berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Problem based learning bertujuan agar siswa memperoleh dan membentuk pengetahuannya

(6)

pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok, dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik.

Menurut Trianto (2011) bahwa problem based learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham kontruktivisme yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Problem based learning menjadi salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis siswa karena pembelajaran dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Problem based learning dapat diterapkan karena dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis melalui masalah yang berkaitan dengan konteks dunia nyata. Dalam problem based learning, siswa memecahkan masalah yang diberikan dengan mengintegrasikan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnnya.

Problem based learning juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

(7)

menumbuhkan kepercayaan diri serta melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-idenya, strategi ini erat kaitannya dengan pertanyaan.

Strategi pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkontruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberikan. Strategi pembelajaran ini, tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif. Oleh karena itu guru harus bisa mengkondisikan keadaan agar siswa tidak merasa tegang saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa secara acak. Dengan strategi ini siswa diharapkan mampu meningkatkan hasil belajarnyaserta mengarahkan siswa untuk selalu berpikir dalam memecahkan masalah atau pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Melalui problem based learning dengan strategi probing prompting serta kemampuan komunikasi matematis siswa dan regulasi diri siswa diharapkan lebih baik, karena siswa belajar lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok dan siswa mudah menyerap materi pelajaran. Maka dari itu, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengenai “Pengaruh Problem Based Learning dengan

(8)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana capaian kemampuan komunikasi matematis dan regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran problem based learning dengan strategi Probing Prompting ?

2. Bagaimana capaian kemampuan komunikasi matematis dan regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran langsung ?

3. Apakah capaian kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran problem based learning dengan strategi Probing Promting lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung ?

4. Apakah capaian regulasi dirisiswa mengikuti pembelajaran problem based learning dengan strategi Probing Prompting lebih baik dari pada regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui capaian kemampuan komunikasi matematis dan regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran problem based learning dengan strategi Probing Prompting.

(9)

3. Untuk mengetahui apakah capaian kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran problem based learning dengan strategi Probing Prompting lebih baik dari pada capaian kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

4. Untuk mengetahui apakah capaianregulasi diri siswa mengikuti pembelajaran problem based learning dengan strategi Probing Prompting lebih baik dari pada regulasi diri siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Siswa dapat memperoleh pembelajaran matematik yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan regulasi diri siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa

(10)

Referensi

Dokumen terkait

memperoleh pembelajaran dengan strategi probing-prompting (PP) ditinjau dari (a) keseluruhan mahasiswa; (b) kemampuan awal mahasiswa (tinggi, sedang, rendah); dan

Dan untuk siswa dengan kemampuan komunikasi matematis sedang dapat dikatakan memiliki sikap percaya diri yang tinggi dan kemampuan komunikasi yang cukup, hanya saja pada

Advance Organizer tidak berbeda dengan kemampuan analogi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran Probing Prompting.. Kata kunci : Model Pembelajaran Advance Organizer,

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing

Prompting menuntut konsentrasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Model Problem Based Learning menggunakan metode Probing-Prompting dicirikan dengan adanya

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif adalah untuk menguji apakah ada pengaruh metode pembelajaran problem posing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh model probing- prompting

Dengan adanya tindakan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi matematis