• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan peringkasan data, serta upaya untuk menggambarkan berbagai karateristik yang penting pada data yang telah terorganisir tersebut. Dari pengujian statistik deskriptif diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR 32 .19 .96 .4453 .20010 SIZE 32 1.63 88.94 20.4347 24.78272 MAN 32 50.11 85.00 72.3091 11.32750 LEV 32 .18 .77 .4619 .16562 PMA 32 .00 85.00 40.5063 33.61421 Valid N (listwise) 32

Sumber: Data sekunder yang diolah 2006 s.d. 2009

Tabel 4.1 menyatakan statistik deskriptif dari variabel. Statistik deskriptif masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

(2)

1. Statistik deskriptif pengungkapan sosial perusahaan (CSR) dengan

format GRI

Dari hasil pengujian statistik deskriptif dari variable pengungkapan CSR dengan format GRI penelitian ini selanjutnya diperoleh data penelitian pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pengungkapan CSR Dengan Format GRI

No. Nama Perusahaan Item Prosentase

1. PT. Antam, Tbk. 37 69,81%

2. PT. Asahimas Flat Glass 20 37,74%

3. PT. Astra International, Tbk. 16 30,19%

4. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. 38 71,7%

5. PT. Indosat 15 28,3%

6. PT. Jasa Marga, Tbk. 30 56,6%

7. PT.Holcim 19 35,85%

8. PT. Unilever, Tbk. 15 28,3%

Sumber: Data sekunder yang diolah 2006 s.d. 2009

Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada tabel 4.1 diatas, variabel dependen pengungkapan sosial perusahaan (CSR) menunjukkan angka rata-rata sebesar 0.4453 yang berarti perusahaan sample rata-rata mengungkapkan informasi sosial perusahaan sebanyak 23 item pengungkapan pada laporan

(3)

tahunan mereka. Dari 8 sampel perusahaan, diperoleh hasil maksimum 51 item pengungkapan atau sebesar 96,23% dari 53 item total pengungkapan, dan hasil minimum 11 item pengungkapan atau sebesar 20,75%.

Dan pada perhitungan secara rata-rata selama empat tahun berjalan, dari tahun 2006 s.d. 2009 diperoleh data seperti pada tabel 4.2 yang memberi informasi bahwa pengungkapan paling banyak adalah 38 item dari total item sebanyak 53. Dan pengungkapan rata-rata paling sedikit adalah 15 item.

2. Statistik deskriptif ukuran perusahaan (SIZE) dan tingkat leverage

Dari hasil pengujian statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian ini selanjutnya diperoleh data penelitian pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Ukuran Perusahaan (SIZE) dan Tingkat Leverage

No. Nama Perusahaan

Prosentase

GRI Size Leverage

1. PT. Antam, Tbk. 69,81% 9,88 26,75%

2. PT. Asahimas Flat Glass 37,74% 1,85 26,50%

3. PT. Astra International, Tbk. 30,19% 72,78 49,75%

4. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. 71,7% 5,32 29,75%

5. PT. Indosat 28,3% 46,49 62,75%

6. PT. Jasa Marga, Tbk. 56,6% 13,73 59,25%

(4)

8. PT. Unilever, Tbk. 28,3% 5,99 50%

Sumber: Data sekunder yang diolah 2006 s.d. 2009

Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.1 diatas, dapat terlihat bahwa ukuran perusahaan (SIZE) dari perusahaan sample menunjukkan rata-rata sebesar 20.4347 miliyar rupiah. Nilai minimum menunjukkan sebesar 1.63 miliyar rupiah dan nilai maksimum menunjukkan sebesar 88.94 miliyar rupiah. Aset yang semakin besar menunjukkan lebih banyaknya sumber-sumber aset, sehingga dimungkinkan akan menambah jumlah pengungkapan sosial yang dapat diberikan perusahaan. Karena data total aset dari sampel perusahaan memiliki variasi yang sangat besar (standar deviasi yang besar) yaitu sebesar 24.78272 miliyar rupiah, maka data ukuran perusahaan dan sebagaimana pada penelitian terdahulu, selanjutnya variabel ukuran perusahaan akan disajikan dalam bentuk transformsi logaritma natural dari total aset.

Dari tabel 4.1 diatas juga terlihat bahwa variabel leverage yang diukur dengan total hutang dibanding dengan total aset menunjukkan rata-rata sebesar 0,4619. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata memiliki hutang sebesar 46,19% dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Nilai aset total perusahaan berasal dari hutang dan modal sendiri. Nilai rasio leverage 46,19% menunjukkan bahwa aset perusahaan didanai oleh hutang sebesar 46,19%, sisanya sebesar 53,81% didanai oleh modal sendiri. Nilai leverage minimum diperoleh sebesar 18% dan leverage terbesar adalah sebesar 77%.

Dan pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa variable size memiliki pengaruh dalam pengungkapan CSR. Semakin tinggi size yang dimiliki perusahaan,

(5)

semakin tinggi pula penggungkapan CSR. Berbanding terbalik dengan pengungkapan tingkat leverage terhadap CSR. Dari data tersebut diperoleh bahwa semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka semakin rendah tingkat pengungkapan CSR perusahaan.

3. Statistik deskriptif kepemilikan manajemen (MAN) dan kepemilikan

asing (PMA)

Dari hasil pengujian statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian ini selanjutnya diperoleh data penelitian pada Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Kepemilikan Manajemen dan Kepemilikan Asing (PMA)

No. Nama Perusahaan

Prosentase

GRI MAN PMA

1. PT. Antam, Tbk. 69,81% 65,00% 0,00%

2. PT. Asahimas Flat Glass 37,74% 84,94% 43,86%

3. PT. Astra International, Tbk. 30,19% 50,11% 50,11%

4. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. 71,7% 65,02% 0,00%

5. PT. Indosat 28,3% 79,29% 65,00%

6. PT. Jasa Marga, Tbk. 56,6% 71,78% 2,75%

7. PT.Holcim 35,85% 77,33% 77,33%

8. PT. Unilever, Tbk. 28,3% 85,00% 85,00%

(6)

Dari tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa kepemilikan saham oleh manajerial (MAN) dari perusahaan sampel menunjukkan rata-rata sebesar 72,3091%. Nilai tersebut mempunyai makna bahwa dari 8 perusahaan sampel, rata-rata 72,3091% sahamnya dimiliki oleh jajaran manajerial. Kepemilikan saham manajerial terendah adalah sebesar 50,11% dan kepemilikan saham manajerial tertinggi adalah 85%. Adanya manajer yang memiliki saham perusahaan akan memungkinkan pihak manajer akan mempertimbangkan kepentingan investor dalam tata kelola perusahaan.

Melihat tabel 4.1 diatas variabel kepemilikan asing menunjukkan nilai rata-rata sebesar 40,50%. Karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,50, hal ini berarti bahwa sebagian besar perusahaan sampel tidak termasuk dalam kategori perusahaan berkepimilikan asing.

Jika melihat tabel 4.4 dapat sedikit memberi gambaran bahwa kepemilikan manajemen dan kepemilikan asing hampir dominan dalam mengungkapkan pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan dalam format GRI. Dan jika sedikit mengkomparasikan terhadap tabel 4.5 diperoleh argumentasi bahwa semakin tinggi kepemilikan manajemen dan kepememilikan asing sangat berpengaruh terhadap pengunkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan dengan format GRI.

B. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan agar persamaan regresi yang dikembangkan tidak melanggar aturan-aturan dalam asumsi klasik. Hasil pengujian asumsi klasik masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

(7)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji K-S dapat dilihat pada table 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Predicted Value

N 32

Normal Parametersa,,b Mean .4453125

Std. Deviation .16252947

Most Extreme Differences Absolute .166

Positive .166

Negative -.139

Kolmogorov-Smirnov Z .942

Asymp. Sig. (2-tailed) .338

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder yang diolah 2006 s.d. 2009

Besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov adalah 0,942 dan signifikan pada 0,338 karena melebihi 5%. Hal ini berarti Ho yang menyebutkan bahwa data residual terdistribusi secara normal diterima. Berdasarkan uji statistik yang lebih valid daripada analisis grafik untuk menentukan normalitas residual, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(8)

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas di dalam model regresi dapat diketahui dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Hasil pengujian multikolineritas pada model regresi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinearitas dengan Tolerance dan VIF

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 SIZE .359 2.788 MAN .310 3.224 LEV .686 1.458 PMA .424 2.356 a. Dependent Variable: CSR

Sumber: Data sekunder yang diolah 2006 s.d. 2009

Dari table 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independent. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memilik nilai VIF lebih dari 0,10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independent dalam model regresi.

(9)

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujun untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pegamatan lain tetap, maka disebut homoskeditas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskeditas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Karena analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil, salah satunya adalah Uji Glejser.

Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai-nilai absolute residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas (Ghozali, 2007). Hasil uji glejser berdasarkan data-data penelitian diatas, dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

(10)

Tabel 4.7

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .931 .254 3.664 .001 SIZE .002 .002 .266 1.418 .168 MAN .003 .004 .177 .880 .386 LEV -.166 .164 -.138 -1.015 .319 PMA .003 .001 .575 3.339 .022 a. Dependent Variable: CSR

Sumber: Data sekunder yang diolah 2006 s.d. 2009

Hasil tabel 4.7 dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroksiditas.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah regresi berganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.00

Dari hasil output regresi tersebut, maka dapat diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut:

(11)

Dari hasil persamaan model regresi tersebut diperoleh bahwa size, kepemilikan saham manajerial, dan kepemilikan asing memiliki koefisien positif, sedangkan leverage memiliki arah koefisien negatif. Hal ini berarti bahwa peningkatan kepemilikan saham manajerial, ukuran perusahaan (aset perusahaan), kepemilikan asing akan meningkatkan pengungkapan sosial, sedangkan tingkat

leverage akan memiliki pengungkapan sosial yang lebih sedikit.

Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, hal tersebut dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik f, dan nilai koefisien determinasi yang akan dijelaskan berikut ini:

1. Nilai Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square dari model regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .812a .660 .609 .12506 1.955

a. Predictors: (Constant), PMA, SIZE, LEV, MAN b. Dependent Variable: CSR

(12)

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang menunjukkan nilai adjusted R-square sebesar 0,609. Hal ini berarti bahwa 60,9% variasi jumlah pengungkapan sosial perusahaan dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel size, kepemilikan saham, leverage, dan kepemilikan asing. Sedangkan 39,1% jumlah pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh variabel lain.

2. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Uji Statistik F

ANOVAb Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .819 4 .205 13.089 .000a

Residual .422 27 .016

Total 1.241 31

a. Predictors: (Constant), PMA, SIZE, LEV, MAN b. Dependent Variable: CSR

Sumber: data sekunder yang diolah, 2010

Hasil pengolahan data terlihat bahwa nilai F = 13,089 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Nilai probabilitas pengujian yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa pengungkapan sosial perusahaan dapat dijelaskan secara

(13)

signifikan oleh variabel size, kepemilikan saham, leverage, dan kepemilikan asing. Dengan kata lain, variabel size, kepemilikan saham, leverage, dan kepemilikan asing secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.

3. Uji Statistik t

Hasil analisis SPSS untuk menguji hipotesis adalah pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Output Regresi Coefficientsa Model Unstandardize d Coefficients Standardiz ed Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .931 .254 3.664 .001 SIZE .002 .002 .266 1.418 .018 .359 2.788 MAN .003 .004 .177 .880 .386 .310 3.224 LEV -.166 .164 -.138 -1.015 .319 .686 1.458 PMA .003 .001 .575 3.339 .022 .424 2.356 a. Dependent Variable: CSR

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2009

Hasil pengujian dapat dilihat dari nilai uji t dan hasil signifikansi pengujiannya dapat dilihat dari tabel 4.10 diatas. Dari uji statistik t antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan

(14)

Hasil pengujian terhadap variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai t sebesar 1,418 dengan probabilitas sebesar 0,018 < 0,05 dengan nilai signifikansi yang lebih rendah dari 0,05. Menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama (H1) diterima. Arah koefisien regresi bertanda positif berarti bahwa ukuran perusahaan yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak.

b. Pengaruh kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan

Hasil pengujian terhadap variabel kepemilikan manajemen menunjukkan nilai t sebesar 0,880 dengan probabilitas sebesar 0,368 > 0,05. Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama (H2) ditolak. Arah koefisien regresi bertanda positif berarti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang lebih besar cenderung mengungkapkan pengungkapan sosial yang lebih banyak.

c. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan tanggungjawab

(15)

Hasil pengujian terhadap variabel leverage menunjukkan nilai t sebesar -1,015 dengan probabilitas sebesar 0,319 > 0,05 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H3) ditolak. Arah koefisien regresi bertanda negatif berarti bahwa perusahaan dengan leverage yang lebih besar cenderung mengungkapkan pengungkapan sosial yang lebih sedikit.

d. Pengaruh kepemilikan asing terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan

Hasil pengujian terhadap variabel basis perusahaan menunjukkan nilai t sebesar 3,339 dengan probabilitas sebesar 0,022 < 0,05 dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa kepemilikan asing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian ini menolak hipotesis keempat (H4). Arah koefisien regresi bertanda positif berarti bahwa perusahaan dengan kepemilikan modal asing (PMA) cenderung mengungkapkan pengungkapan sosial yang lebih banyak.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh karateristik perusahaan yang berupa size, kepemilikan saham, leverage, dan kepemilikan asing terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan

(16)

dengan variasi pengaruh sebesar 60,9%. Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Size (ukuran) berpengaruh positif terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hipotesis dengan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan sosial perusahaan dapat diterima. Hal ini terkait dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memilki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Disamping itu perusahaan besar merupakan contoh emiten yang banyak diperhatikan terutama dalam hal pengungkapan sosial. Pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan.

Menurut Cowen et al. (1987), secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi akan mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap masyarakat selaku pemegang saham yang memperhatikan program-program sosial yang dibuat perusahaan. Sehingga pengungkapan akan tanggungjawab sosial perusahaan akan semakin luas. Selain itu Tjakradinata (2000) menyatakan bahwa:

a. Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat secara umum maupun pemerintah. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif lebih diawasi oleh

(17)

lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan besar dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil.

b. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memilki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar. Dengan demikian, biaya pengumpulan, pemrosesan, dan penyajian informasi pada perusahaan besar merupakan suatu kebutuhan yaitu untuk kepentingan pelaporan internal dan eksternal perusahaan, sehingga pengungkapan informasi bagi perusahaan besar bukanlah suatu masalah.

c. Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal.

(18)

Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang memadai termasuk pengungkapan informasi sosialnya.

Semua alasan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai insentif untuk memberikan pengungkapan sosial perusahaan lebih luas dibanding perusahaan kecil. Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan tanggungjawab sosial perusahaan. Akan tetapi penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hackston dan Milne (1996), Hasibuan (2001), dan Sembiring (2005) yang menunjukkan terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

2. Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap

pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada hipotesis kepemilikan manajemen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa kepemilikan saham manajemen akan membantu penyatuan kepentingan antar manajer dan pemegang saham. Hal ini diduga disebabkan oleh ukuran sampel perusahaan dimungkinkan tidak menjawab atau mempresentasikan populasi, sehingga hasil yang diperoleh

(19)

menjadi bias. Dalam penelitian ini pada umumnya Kepemilikan manajemen mempunyai proporsi kepemilikan manajemen yang kecil. Selain itu Chariri dan Ghozali (2001) menyatakan bahwa perusahaan menolak mengungkapkan pengungkapan laporan keuangan kecuali ada tekanan dari profesi akuntansi dan pemerintah. Alasan yang diajukan atas penolakan pengungkapan yang lebih adalah sebagai berikut:

a. Pengungkapan hanya akan memberi manfaat bagi pesaing dan merugikan pemegang saham.

b. Serikat kerja akan mendapatkan manfaat dari adanya pengungkapan sebagai dasar tawar-menawar upah pegawai.

c. Banyak diyakini bahwa investor tidak dapat memahami kebijakan akuntansi dan prosedur pengungkapan penuh yang akan menyesatkan.

d. Informasi keuangan dapat diperoleh dari sumber lain dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan apabila harus disediakan oleh perusahaan secara langsung.

e. Kurangnya pengetahuan akan kebutuhan investor juga menjadi penyebab pembatasan pengungkapan.

Meskipun demikian, penelitian ini tidak berhasil membuktikan pengaruh yang signifikan dari variabel kepemilikan manajemen terhadap jumlah pengungkapan sosial perusahaan. Sebagian besar perusahaan sampel prosentase kepemilikan manajemen yang sangat kecil sehingga tidak menjelaskan pengaruh

(20)

variabel kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini menolak hipotesis kedua, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996), Hasibuan (2001), Sembiring (2003). Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kepemilikan saham yang dimiliki manajemen dengan pengungkapan sosial perusahaan.

3. Tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan.

Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage perusahaan. Variabel leverage juga dapat mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Manajer perusahaan dengan tingkat leverage

yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari debtholders.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat leverage

perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan sosial perusahaan. Diduga karena terdapat keterbatasan pengetahuan tentang informasi keuangan oleh pemakai laporan keuangan. Selain itu, kurangnya perhatian dari kreditor atau pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan sehingga kurang

(21)

memperhatikan kualitas leverage perusahaan. Akibatnya tidak begitu banyak mempengaruhi luas pengungkapan sosial perusahaan. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung teori agensi, tetapi hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Kokubu dkk (2001), Sembiring (2003), dan Anggraini (2006).

4. Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan.

Dalam hal ini basis perusahaan dikategorikan menjadi 2 yaitu: perusahaan yang kepemilikannya dalam negri (PMDN) dan perusahaan yang kepemilikannya dimiliki oleh asing (PMA). Perusahaan PMA adalah perusahaan yang dimiliki oleh asing, dimana perusahaan asing umumnya memiliki tingkat pertimbangan yang besar terhadap lingkungan, tingkat resiko politis yang tinggi atau tingkat kompetisi yang ketat yang dimungkinkan akan mengungkapkan tanggungjawab sosial perusahaan lebih besar. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa variabel basis perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial. Menyatakan bahwa basis perusahaan bengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial. Akan tetapi hasil ini konsisten dengan penelitian Suripto (1998) dan Marwata (2001), dan Amalia (2005) yang menunjukkan bahwa basis perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan artinya perusahaan dalam mengungkapan tanggungjawab sosialnya, tidak mendasarkan pada kepemilikan asing maupun domestik.

Gambar

Tabel 4.8  Koefisien Determinasi  Model Summary b Model  R  R Square  Adjusted R Square  Std

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang diberikan bahwa, Keberadaan Komisi Yudisial merupakan kebutuhan dan konsekuensi logis dari tuntutan kearah pemerintahan yang lebih menjamin keseimbangan

Dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan sangatlah bermanfaat, sebab dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut sebagai salah satu upaya untuk membekali para

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan

Berdasarkan latar belakang diatas dan belum adanya penelitian mengenai ekstrak biji delima merah terhadap waktu perdarahan, maka penulis tertarik untuk

Teknisi yang sudah melakukan pekerjaan dilapangan dapat langsung mengisi berita acara yang isinya adalah melaporkan gangguan dan penanganan dilapangan sehingga seorang manager

Hasil penelitian menunjukan nilai konsisten pada dua pengamatan yang dilakukan pada varietas yang berpotensi toleran kekeringan adalah Dodokan, Gata, Kalimutu,

Hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa variabel inovasi pelanggan (X 1 ) terdapat nilai t hitung sebesar 2,156 dan probabilitas sebesar 0,040 yang berarti

Globalisasi yang melanda dunia saat ini berpengaruh pada perkembangan bahasa di seluruh dunia. Terjadi penyerapan berbagai unsur dari berbagai bahasa akibat