• Tidak ada hasil yang ditemukan

FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KOTA DAN KABUPATEN DI PULAU KALIMANTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KOTA DAN KABUPATEN DI PULAU KALIMANTAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

87

FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA

DAERAH PADA KOTA DAN KABUPATEN DI PULAU

KALIMANTAN

Hasnan Ash Shiddieqy Rizki Amalia Afriana ashhasnan@yahoo.co.id STIE NASIONAL BANJARMASIN

Abstract,

This research aims to give empirical evidences about regional original income and general allocation fund to regions’ spendings partially and simultaneously, and the happening of flypaper effect on regions spendings cities and districts on Kalimantan Island.

In this research, model used is to analyze data or test the hypothesis in form of Multiple Linier Regression Model (MLRM).

The result of this research is that regional original income and general allocation fund impact simultaneously to regions’ spendings in cities and districts on Kalimantan Island. Based on partial testing is discovered that Regional Original Income is proven has significant impact to Regions’ Spendings in cities and districts on Kalimantan Island, on trust rate 90%. Meanwhile General Allocation empirically has no impact significantly to Regions’ Spendings in cities and districts on Kalimantan Island. Flypaper effect on Regional Government Financial so General Allocation impact must greater than impact of Regional original Income to Regions’ spendings. In cities and districts on Kalimantan Island based on realization of regions’ budget and income in 2012. After being tested empirically, discovered that impact of regional original income is greater than impact of general allocation fund to regions’ spendings. Therefore, we can conclude that flypaper effect does not happen on regional budgets of cities and districts on Kalimantan Island.

Keywords: Flypaper Effect, regions’ spending fund, regional original income and general allocation fund.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja daerah secara simultan dan parsial, dan terjadinya flypaper effect pada Belanja Daerah (BD) Kota dan Kabupaten di Pulau Kalimantan.

Dalam penelitian ini, model yang digunakan untuk menganalisis data atau menguji hipotesis berbentuk Model Regresi Linier Berganda ( Multiple Linier Regression Model ).

Adapun hasil penelitian bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah pada kota dan Kabupaten Pulau di Kalimantan. Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Daerah pada kota dan propinsi di pulau Kalimantan, pada tingkat kepercayaan 90 %. Sedangkan dana alokasi

(2)

88

umum secara empiris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah terhadap belanja daerah pada Kota dan Kabupaten di Pulau Kalimantan. Terjadinya flypaper effect pada keuangan pemerintah daerah maka pengaruh dana alokasi umum harus lebih besar dari pada pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah. Pada kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan berdasarkan realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja daerah tahun 2012, setelah diuji secara empiris diketahui pengaruh pendapatan asli daerah lebih besar dari pada pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi flypaper effect pada keuangan daerah pemerintah kota dan kabupaten di pulau Kalimantan.

Kata kunci : Flypaper Effect, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah

Pelaksanaan kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, dengan maksud pemberian otonomi kepada daerah untuk mempercepat pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Berpijak pada otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab daerah diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan kebutuhan dan kemampuan serta aspirasi masyarakat di daerahnya, dengan demikian pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri, termasuk mandiri dalam masalah finansial.

Pada kenyataannya kebijakan otonomi daerah yang diterapkan pemerintah pusat belum dapat berjalan dengan baik karena masih banyak terjadi kesenjangan antar daerah di Indonesia (Adi, 2005). Kesenjangan ini

muncul berkaitan dengan adanya sumbangan akan hasil eksploitasi sumber daya terhadap pembangunan ekonomi yang hanya berkutat di pusat (Kuncoro, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Bhinadi (2010) mengungkapkan bahwa adanya ketidakseimbangan pembangunan antara Jawa dengan pulau-pulau lain atau antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemerintah daerah harus pandai dalam mengeksplorasi dan mengelola sumber pendapatan sendiri yang berasal dari Pendapatan Asli Daerahnya (PAD), karena PAD juga menggambarkan tingkat kemakmuran suatu daerah.

Dengan adanya otonomi daerah, maka Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih mandiri, termasuk mandiri dalam masalah finansial. Meskipun demikian Pemerintah Pusat tetap memberi

(3)

89 bantuan berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebagaimana yang tercantum pada UU No.32 tahun 2004. Dalam Undang – Undang tersebut dinyatakan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Di samping dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan dan lain – lain pendapatan. Kebijakan pendanaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

Dalam kenyataannya, transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari – hari yang oleh Pemerintah daerah dilaporkan sebagai bagian dari APBD.

Beberapa peneliti menemukan perlakuan Pemerintah daerah berbeda untuk transfer dan pendapatan sendiri (seperti pajak), ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulus atas belanja yang

ditimbulkannya berbeda dengan stimulus yang muncul dari pendapatan daerah (terutama pajak daerah). Oates (dalam Halim, 2002) menyatakan bahwa ketika respon (belanja) daerah lebih besar terhadap transfer dari pada pendapatannya sendiri disebut flypaper effect. Abdul Halim dan Sukriy melakukan penelitian adanya flypaper effect pada belanja daerah pemerintah kota/kabupaten di pulau Jawa dan Bali pada tahun 2001. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa flypaper effect terjadi pada DAU periode t-1 terhadap Belanja Daerah periode t. Kemudian Mutiara Maimunah (2006) melakukan penelitian yang sama pada Pemerintah Daerah kabupaten/kota di pulau Sumatra pada tahun 2003 dan 2004. Diah Ayu K dan Arif Rahman (2007) melakukan penelitian pada kota dan kabupaten di Indonesia Hasil yang diperoleh konsisten dengan penelitian Abdul Halim dan Sukriy Abdullah yaitu terjadinya flypaper effect karena DAU pada periode t-1 memiliki pengaruh lebih besar dari pada PAD periode t-1 terhadap belanja daerah periode t. Dari hasil penelitian Ida dkk (2012), pada kota dan kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan, diketahui

(4)

90 pengaruh pendapatan asli daerah lebih besar dari pada pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi flypaper effect pada keuangan daerah pemerintah kota dan kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010.

Hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasi untuk daerah lainnya, karena tiap daerah mempunyai karakteristik tersendiri seperti perbedaan geografis dan sumber daya manusia yang dimiliki. Demikian juga dengan pulau Kalimantan, dimana perbedaan letak geografis, karakteristik daerah, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki antara daerah kota dan kabupaten di pulau Kalimantan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima masing –masing daerah yang diwujudkan dalam Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk melengkapi hasil penelitian tersebut, mengenai Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Pada Kota Dan Kabupaten Di Pulau Kalimantan yang terdiri dari Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

Dana Alokasi Umum (DAU) menurut UU No.25 tahun 1999 berasal dari APBN dan dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU ditetapkan sekurang – kurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. Kemudian, dari 25 % tersebut dibagi lagi menjadi menjadi 90 % untuk DAU bagi daerah Kabupaten/Kota dan 10 % untuk DAU bagi daerah propinsi. Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya, DAU berperan sebagai transfer yang bersifat block grants.

Menurut Halim (2002) Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pasal 157 Undang Undang No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sumber pendapatan asli daerah terdiri atas: 1. Hasil Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan

(5)

91 yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. 2. Hasil Retribusi Daerah

Belanja daerah menurut UUNo.33 Tahun 2004 adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa belanja daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.Dalam Permendagri No.13 Tahun 2006 Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan

dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja Daerah menurut kelompok belanja terdiri dari:

1. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. 2. Belanja Langsung merupakan belanja

yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri. Fenomena flypaper effect ini dapat terjadi dalam dua versi (Gorodnichenko, 2001). Pertama, merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang berlebihan. Kedua, mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah.

Anomali tersebut memicu diskusi yang intensif di antara ahli ekonomi. Perdebatan tersebut menghasilkan beberapa penjelasan yang ditawarkan. Dalam bidang ekonomi, penelitian tentang flypaper effect dapat

(6)

92 dikelompokkan menjadi 2 (dua) aliran pemikiran, yaitu model birokratik (bureaucratic model) dan ilusi fiskal (fiscal illusion model). Model birokratik meneliti flypaper effect dari sudut pandang birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan kajiannya dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap anggaran pemerintah daerahnya.

Dari hasil penelitian Ida dan Nurul (2012), pada kota dan kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan, diketahui pengaruh pendapatan asli daerah lebih besar dari pada pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi flypaper effect pada keuangan daerah pemerintah kota dan kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2010.

METODE

Desain penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Populasi penelitian adalah seluruh daerah kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan sebanyak 9 buah kota dan 46 buah Kabupaten. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara judgement-sampling, yang berarti sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (Jogiyanto, 2005). Kriteria tersebut antara lain ketersediaan data laporan realisasi APBD dari dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Daerah yang terdapat pada laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota dan kabupaten di pulau Kalimantan yang diperoleh dari internet melalui situs departemen keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah di http://www.djpk.go.id Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan teknik dokumentasi. Data yang diperoleh dikumpulkan dari situs resmi departemen keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah di http://www.djpk.go.id untuk memperoleh data Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Daerah yang terdapat pada laporan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kota dan kabupaten di pulau Kalimantan. Pada penelitian ini

(7)

93 variabel dependen yang digunakan adalah Belanja Daerah (Y) yaitu semua pengeluaran pemerintah daerah yang dikeluarkan dalam satu periode anggaran. Sedangkan variabel independen, terdiri dari : 1).Dana Alokasi Umum (X1) yaitu dana yang

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 2).Pendapatan Asli Daerah (X 2)

merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Flypaper effect terjadi bila pengaruh DAUt terhadap BDt lebih besar daripada PADt terhadap BDt pada kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan. Hal ini diketahui berdasarkan hasil Uji t. Bila P value t hitung DAU harus lebih signifikan (lebih kecil) dari pada P value t hitung PAD, atau P value t hitung PAD tidak signifikan.

Dalam penelitian ini, model yang digunakan untuk menganalisis data atau menguji hipotesis berbentuk Model Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression Model) menggunakan program SPSS versi 16,0.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Seluruh kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan merupakan populasi dalam penelitian ini, yang terdiri dari Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 2 buah kota dan 12 buah kabupaten, Provinsi Kalimantan Tengah 1 buah kota dan 13 buah kabupaten, Kalimantan Selatan 2 buah kota dan 11 buah kabupaten serta Kalimantan Timur terdiri dari 4 buah kota dan 10 buah Kabupaten. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian dengan tehnik penarikan sampel yaitu porpusive sampling adalah kota dan kabupaten di pulau Kalimantan yang mempunyai data sebagai variabel penelitian yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Daerah pada tahun 2010 sampai tahun 2012.. Berdasarkan kriteria sampel maka ada beberapa kota dan kabupaten yang dikeluarkan dari sampel yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Melawi, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabuaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Berau, Kota Tarakan dan

(8)

94 Kabupaten Tanah Tidung. Kota dan Kabupaten yang menjadi sampel terakhir dan diproses dalam penelitian adalah 41 kota/ kabupaten di pulau Kalimantan. Data dalam penelitian diperoleh dari situs departemen keuangan Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (www.djpk.go.id ).

Hipotesis utama yang diajukan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

Belanja Daerah pada kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan. Pengaruh PAD dan DAU secara simultan terhadap Belanja Daerah dianalisis dengan menggunakan uji F, yaitu dengan memperlihatkan signifikansi nilai F pada output perhitungan dengan tingkat alpha 10 %. Jika nilai signifikansi uji F lebih kecil dari 10 % maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian Uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.328E12 2 6.640E11 29.189 .000a

Residual 8.644E11 38 2.275E10

Total 2.192E12 40

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU Sumber : hasil analisis statistik

b. Dependent Variable: BD

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai uji F sebesar 29,189 dengan signifikansi 0,000. dimana disyaratkan nilai signifikansi F < 10 %. Dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa: Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Daerah kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan dapat diterima.

Pendapatan asli Daerah dan Alokasi Dana Umum mempunyai hubungan yang signifikan dengan Belanja Daerah, hal ini dapat dilihat dari nilai R yaitu sebesar 0,778 (Tabel 4) yang mendekati angka 1, sedangkan faktor variabel Pendapatan Asli

(9)

95 Daerah dan Dana Alokasi Umum mampu menjelaskan perubahan Belanja Daerah sebesar 60,6 % berdasarkan nilai R Square, sisanya sebesar 49,4 %

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Sebagaimana yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4. Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .778a .606 .585 1.50823E5 1.666

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU b. Dependent Variable: BD

Sumber: Hasil analisis

Penelitian mengenai pengaruh pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah sudah pernah dilakukan antara lain oleh Azis et al (2000), Bleckley (1986 ), Joulfaian dan Mokeerjee (1990),Legrenzi dan Milas (2001), Von Furstenberg et al (dalam Sukriy dan Halim, 2003), Mutiara Maimunah (2005) Diah Ayu K dan Arif Rahman (2006), Ida dkk (2012). Dalam beberapa penelitian, hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah disebut dengan

tax-spend hypothesis. Hipotesis ini

mengandung makna bahwa kebijakan pemerintah daerah dalam menganggarkan belanja daerah disesuaikan dengan pendapatan daerah yang diterima.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ida,dkk (2012) Mutiara Maimunah (2006) dan Diah Ayu K, Arief Rahman (2007) yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.

Hipotesis kedua yang akan diuji bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah pada kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan uji t. Uji t dilakukan dengan membandingkan P value t hitung yang dihasilkan oleh masing masing variabel independen dalam persamaan regresi dengan derajat signifikansinya () yaitu 0,10. Kriteria yang digunakan untuk

(10)

96 menarik kesimpulan hipotesis yang diajukan yaitu jika P value t hitung < 

( = 0,10) maka Ho ditolak.

Tabel 5. Hasil Uji t

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Cons tant) 309226.452 79988.186 3.866 .000 DAU .071 .165 .044 .431 .669 PAD 2.672 .351 .784 7.607 .000 a. Dependent Variable: BD Sumber: Hasil analisis

Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai t hitung untuk Pendapatan Asli Daerah sebesar 7,607 dengan nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,10. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Maimunah ( 2006 ) dan Ayu K dan Arif Rahman (2007), Ida dkk (2012) yang menyatakan PAD mempunyai pengaruh signifikan dengan belanja daerah. Hal ini sesuai pula dengan prinsip anggaran berimbang yang menyatakan besarnya belanja daerah disesuaikan dengan dana yang ada.

Belanja daerah adalah segala bentuk kewajiban daerah selama periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah terdiri dari Belanja Aparatur Daerah, Belanja Aparatur Daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan dan Belanja Tak tersangka. Jadi semakin besar pendapatan yang diperoleh dari PAD maka semakin besar pula dana yang harus disalurkan lewat belanja daerah untuk melaksanakan pemerintah daerah. Kenaikan dalam pajak akan meningkatkan belanja daerah sehingga akhirnya akan memperbesar defisit. Ini juga disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber – sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

(11)

97 sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Sumber pendapatan asli daerah berasal dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain – lain yang sah ( Mardiasmo,2002).

Adapun nilai t hitung untuk Dana Alokasi Umum sebesar 0,431 dengan nilai signifikansi 0,669, yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Dengan demikian hipotesis kedua yang diajukan ditolak.

Dana alokasi umum merupakan bentuk transfer dana yang paling penting selain bagi hasil. Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan keuangan dan otonomi daerah. Tujuan transfer dana adalah untuk mengurangi kesenjangan keuangan dan untuk menciptakan stabilitas aktifitas perekonomian di daerah. Dana Alokasi Umum merupakan dana yang berasal dari dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai

kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Seiring dengan makin seringnya terjadi keterlambatan dalam penyampaian informasi mengenai besarnya jumlah DAU yang akan direalisasi mengakibatkan pemerintah daerah sering menggunakan dasar realisasi DAU tahun sebelumnya dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selain itu Pulau Kalimantan terkenal dengan kekayaan sumber daya alam seperti tambang batu bara, tambang minyak, perkebunan kelapa sawit dan kekayaan alam lainnya. Kekayaan alam pulau Kalimantan merupakan sumber pendapatan asli daerah, sehingga pemerintah daerah di Pulau Kalimantan dalam membiayai penyelenggaraan daerahnya dalam bentuk belanja daerah lebih mengandalkan pendapatan asli daerah dari pada menggunakan Dana Alokasi Umum yang merupakan transfer dari pemerintah pusat.

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah lebih besar daripada pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan merupakan hipotesis ketiga yang akan diuji.

(12)

98 Setelah diperbandingkan nilai t hitung yang menunjukkan besarnya pengaruh dari kedua variabel tersebut terhadap belanja daerah, diketahui bahwa pengaruh pendapatan asli daerah lebih besar dari pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah sehingga hipotesis ketiga yang diajukan ditolak.

Hipotesis ketiga yang diajukan merupakan indikator untuk mengetahui flypaper effect. Flypaper Effect merupakan suatu kondisi keuangan pemerintah daerah yang membelanjakan lebih banyak atau lebih boros dengan menggunakan dana transfer atau Dana Alokasi Umum dibandingkan dengan menggunakan dana sendiri atau Pendapatan Asli Daerah.

Untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect pada keuangan pemerintah daerah maka pengaruh dana alokasi umum harus lebih besar dari pada pengaruh pendapatan asli daerah. Dari tabel 5 yang disajikan sebelumnya diketahui bahwa pada pemerintah daerah kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan pada realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja daerah tahun 2012, pengaruh pendapatan asli daerah lebih besar dari pada dana alokasi umum, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi flypaper

effect pada keuangan daerah pemerintah kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan pada tahun 2012

Sebagaimana diketahui Pulau Kalimantan yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah memiliki potensi alam yang sangat berlimpah.

Kalimantan Barat memiliki potensi pembangunan yang besar di bidang kehutanan. Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang ditetapkan sebagai "paru paru dunia" yang dikenal dengan "The Heart of Borneo”. Hutan hutan di Kalimantan Barat menyimpan kekayaan luar biasa, kawasan hutan cagar alamnya terhampar seluas 153.275 ha, belum termasuk hutan taman nasional yang luasnya mencapai 1.252.895 ha. Sebagai provinsi ketiga terluas di Indonesia, Kalimantan Tengah mempunyai kawasan hutan seluas 10.294.388,72 ha atau 64,04% diri total luas wilayahnya. Dengan karakteristik vegetasi penutupan lahan yang unik dan khas. Luas hutan yang mencapai 64,04% dari total luas wilayah ini bisa dipastikan sangat menguntungkan Provinsi Kalimantan Tengah. Sektor ini menyumbang penerimaan negara yang

(13)

99 cukup besar dalam bentuk provisi sumber daya hingga sebesar Rp132.347.418.067,50,- dan dana reboisasisebesarRp316.558.344.542,59. Penerimaan negara tersebut berasal dari pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPK), IPK dan Izin Sah Lain-nya (ISL) serta dari hasil lelang kayu temuan maupun kayu sitaan.

Provinsi Kalimantan Selatan juga mempunyai sektor perkebunan baik yang dikelola perusahaan besar swasta dan pemerintah perkebunan yang dikelola rakyat pada bersifat campuran dan hanya seluruh komoditi utama, sedangkan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah adalah komoditi perusahaan besar swasta adalah kelapa sawit. Sektor pertambangan di Provinsi Kalimantan Selatan di dominasi oleh migas dan batu bara, namun migas cenderung mengalami penurunan, batu bara justru mengalami peningkatan yang cepat.

Pada provinsi Kalimantan Timur Potensi sumberdaya alam dan sumberdaya mineral yang cukup besar dilihat dari segi geologi dan potensi lahan galian sangat mempunyai daya tarik yang cukup tinggi dimata para investor bidang pertambangan, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan

secara optimal terkait dengan masih perlunya secara terus menerus informasi geologi sumberdaya mineral dalam rangka mengelola sumberdaya mineral, energi, air tanah, pengelolaan lingkungan, investasi bencana alam, penggunaan lahan dan penataan ruang wilayah pertambangan. Saat ini terdapat enam perusahaan yang telah memproduksi minyak bumi, masing-masing Pertamina, OPEP Sangata, tiga perusahaan asing serta dua perusahaan swasta nasional. Di lihat dari perkembangannya, produksi minyak mentah, gas alam dan batu bara mengalami peningkatan.

Kekayaan alam pulau Kalimantan merupakan sumber pendapatan asli daerah, sehingga pemerintah daerah di Pulau Kalimantan dalam membiayai penyelenggaraan daerahnya dalam bentuk belanja daerah lebih mengandalkan pendapatan asli daerah dari pada menggunakan Dana Alokasi Umum yang merupakan transfer dari pemerintah pusat. Dengan perkataan lain di Pulau Kalimantan pada tahun 2012 tidak terjadi flypaper effect.

Kemandirian sebuah daerah diindikasikan dengan kemampuan daerah membiayai pemerintahannya

(14)

100 dengan kemampuannya sendiri terutama dengan pajak yang diperoleh dari kekayaan alamnya. Hal ini menjadi cita cita yang dicanangkan dalam pemerintah dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah pada kota dan Kabupaten Pulau di Kalimantan. Besarnya pengaruh kedua variabel 60,6 % yang berarti bahwa Belanja Daerah tidak hanya dipengaruhi oleh PAD dan DAU tetapi dipengaruhi juga oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini sebesar 39,4%,.

2. Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Daerah pada kota dan propinsi di pulau Kalimantan, pada tingkat kepercayaan 90%. Sedangkan dana alokasi umum secara empiris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah terhadap belanja daerah

pada Kota dan Kabupaten di Pulau Kalimantan.

3. Terjadinya flypaper effect pada keuangan pemerintah daerah bila pengaruh dana alokasi umum lebih besar dari pada pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah. Pada kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan berdasarkan realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja daerah tahun 2012, setelah diuji secara empiris diketahui pengaruh pendapatan asli daerah lebih besar dari pada pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja daerah, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi flypaper effect pada keuangan daerah pemerintah kota dan kabupaten di pulau Kalimantan.

Saran

1. Dalam upaya lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Bagi pemerintah daerah kota dan kabupaten di Pulau Kalimantan sebaiknya meningkatkan PAD dengan melakukan inovasi dan menggali potensi kekayaan alam daerahnya kemudian menggunakan semua pendapatan baik yang berasal Pendapatan Asli Daerah

(15)

101 maupun Dana Alokasi Umum secara tepat sasaran agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu perlu perencanaan yang tepat dalam menyusun anggaran belanjanya. 2. Untuk penelitian selanjutnya

diharapkan memasukkan Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal, perilaku pemda dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki daerah, serta memperhatikan efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran, sehingga hasil penelitian nantinya akan memberikan hasil yang lebih komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Sukriy dan Halim, Abdul. 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali, Simposium Nasional Akuntansi VI, Yogyakarta.

Adi, Priyo Hari. 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah. Proceddding Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Azis, Mariam Abdul,Muzafar Shah Habubullah, WNW. Azman Saini

dan M Gazali. 2000. The Causal Relationship Between Tax Revenue and Government Spending In Malaysia, Universitas Putra Malysia, Working Paper.

Bastian, Indra. 2001. Manual Akuntansi Keuangan Daerah, Yogyakarta, PPA FE UGM.

Bhinadi, Ardhito. 2003. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa dengan Luar Pulau Jawa. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 1: 39-48. Juni 2003.

Fitriyanti, Ismi Rizky dan Pratolo, Suryo. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian keuangan akuntansi sektor publik II Badan Litbang Departemen dalam Negeri, Bidakara, 2-3 Juni 2009.

Halim, Abdul. 2002. Seri Akuntansi Sektor Publik –Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta, Salemba Empat.

Ida,Nurul dan Rusmanto. 2012. Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan, Jurnal SPREAD STIE Indonesia Banjarmasin, Vol 2 No.2.

Jogiyanto. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi,

(16)

102 Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta. Erlangga.

Kusumadewi, Dewi Ayu dan Rahman,Arif. 2007. Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Indonesia, JAAI Volume 11 No.1.

Maimunah Mutiara. 2006. Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera,Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta, Penerbit Andi.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta, Penerbit Andi

Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Republik Indonesia. 2004. Undang – Undang Republik Indonesia No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Saragih, Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi, Jakarta, Ghalia Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Tuliskan Program 6.1 berikut ini pada editor Dev-C++ (program ini merupakan program untuk mencari nilai terbesar dari 3 buah bilangan yang diinput).. Program 6.1 di

Disadari bahwa antara transportasi dan tata guna lahan memiliki keterkaitan yang tinggi, termasuk keterkaitan 2 (dua) aspek tersebut di Kabupaten OKU Selat an. Transportasi

Pembelajaran merupakan interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik. Perwujudan keberhasilan proses pembelajaran diperlukan adanya motivasi

Angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Akdon dan Hadi,

Dengan adanya fitur penjadwalan on line ini member akan dimudahkan dalam mengatur jadwal latihan yang diinginkan dengan lebih tepat dan baik, waktu yang dibutuhkan untuk

Berdasarkan uji kesukaan warna terhadap 20 orang panelis, menujukkan hasil bahwa rangking kesukaan warna permen susu kambing lebih tinggi daripada susu sapi afkir (Gambar 2),

Dengan menerapkan prioritas pada berbagai kelas dari trafik, teknik congestion management akan mengoptimalkan aplikasi bisnis yang kritis atau delay sensitive untuk dapat

Manfaat dari lapisan troposfer yaitu adalah menyeimbangkan suhu udara yang ada diluar dengan didalam bumi, ternyata temperature di lapisan ini tidak konstan.. Inilah yang