• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua bidang pekerjaan menggunakan teknologi komputer untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua bidang pekerjaan menggunakan teknologi komputer untuk"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada abad ke-21 ini, teknologi komputer berkembang dengan sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan menggunakan teknologi komputer untuk mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti pada bidang ekonomi, sosial, bahasa, manajemen, dan sains. Di kota-kota besar di Indonesia, banyak sekali orang yang sudah mahir menggunakan komputer, bahkan jari-jari kecil siswa SD pun sudah lihai memainkan tombol-tombol keyboard dan mouse ketika mengoperasikan program komputer. Hal ini, menunjukkan bahwa komputer sangat menarik perhatian banyak orang dan mudah untuk diterima hampir di semua kalangan.

Penggunaan komputer pun sudah diterapkan dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan Eric Ashy (dalam Rusman, 2012), bahwa “dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima, yaitu dengan ditemukan dan dimanfaatkannya komputer dan internet dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih bervariasi seperti dengan menggunakan multimedia interaktif berbasis komputer (pembelajaran berbasis komputer), pembelajaran berbasis web/internet, seperti: e-learning, blended learning, m-learning, e-library,

e-book, e-journal, dan sebagainnya”.

Di negara-negara yang maju pendidikannya, seperti Singapura, Jepang, dan Jerman, komputer sudah bagian dari pembelajaran. Berdasarkan pemaparan

(2)

National Library Singapore (2009), Singapura telah memanfaatkan teknologi di dalam kelas khususnya pada pembelajaran matematika sejak tahun 1970. Pada tahun 1997-2002, pemerintah Singapura menganggarkan dana khusus untuk memberikan pelatihan kepada guru-guru di sana agar mahir menggunakan TIK (komputer) dalam pembelajaran. Kemudian, pada tahun 2003-2008 pemerintah Singapura menganggarkan dana untuk pengintergrasikan TIK ke dalam pembelajaran. Pada tahun 2009-2014, pemerintah Singapura menganggarkan dana khusus untuk mengembangkan lingkungan interaktif yang lebih baik antara siswa dengan TIK dan meng-upgrade infrastruktur TIK sekolah.

Pemerintah Singapura sangat ingin meningkatkan penggunaan teknologi komputer dalam dunia pendidikan bukan tanpa alasan. Banyak sekali manfaat dari penggunaan teknologi komputer dalam dunia pendidikan khususnya untuk pembelajaran matematika, seperti yang tercantum dalam NCTM (Walle, 2008), yaitu “teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika; teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa.” Komputer dan kalkulator adalah teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, “teknologi memungkinkan siswa untuk memfokuskan diri pada ide-ide matematika, pemahaman, dan menyelesaikan soal yang tidak mungkin dikerjakan tanpa bantuan kalkulator atau komputer” (Walle, 2008). Selain itu, menurut Kusumah (2010) keunggulan-keunggulan pembelajaran interaktif berbasis komputer, antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan akademik; 2. Mempercepat penguasaan konsep siswa;

(3)

3. Mempertinggi retensi siswa;

4. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika.

Manfaat-manfaat dari penggunaan teknologi komputer dalam pembelajaran, diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia, yaitu perlu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Khususnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika di Indonesia.

Pembelajaran matematika perlu ditingkatkan terus, karena matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting. Di semua negara, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga di perguruan tinggi, dan penerapan matematika pun banyak digunakan bidang-bidang lainnya, seperti sains, ekonomi, sosial, pertanian, bahkan teknologi dan komputer sendiri pun berdasar dari matematika.

Banyak sekali manfaat yang didapatkan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung ketika mempelajari matematika. Salah satu manfaat langsungnya adalah ketika memecahkan permasalahan-permasalahan matematis yang berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun manfaat matematika yang tidak langsung dirasakan oleh siswa dan bahkan sering tidak disadari oleh siswa adalah pembentukan pola pikir siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, walaupun permasalahan tersebut tidak berhubungan dengan matematika. Oleh karena itu, kualitas pembelajaran matematika sangat perlu ditingkatkan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

(4)

Meningkatnya kualitas pembelajaran matematika, akan berdampak pada meningkatnya kemampuan-kemampuan matematis siswa dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran matematika, seperti yang telah tercantum dalam Permen No. 22 tahun 2006 mengenai standar isi untuk mata pelajaran matematika SMA, secara umum yaitu setelah pembelajaran matematika siswa diharapkan memiliki kemampuan pemahaman, komunikasi, koneksi, penalaran, pemecahan masalah matematis, serta meningkatkan kualitas disposisi matematis siswa.

Dari semua kemampuan matematis tersebut, penelitian ini akan difokuskan pada peningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, namun bukan berarti kemampuan-kemampuan matematis lain tidak perlu ditingkatkan. Peneliti memilih untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa dalam penelitian ini, dikarenakan dalam kehidupan setiap individu pasti akan menemui permasalahan, dan dalam menyelesaikan permasalahan, setiap individu harus mampu mengkoneksikan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, alasan peneliti memilih untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masaah matematis dalam penelitian ini, karena permasalahan yang dihadapi antara individu satu dan yang lainnya pastilah berbeda-beda, yang artinya permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu adalah permasalahan yang non-routine. Dengan demikian, diharapkan dengan meningkatnya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, baik yang

(5)

berhubungan dengan matematika maupun yang tidak berhubungan dengan matematika sekalipun.

Koneksi dapat diartikan sebagai hubungan dan standar hubungan ini termasuk dalam salah satu standar proses yang ditetapkan oleh NCTM (Walle, 2008). Artinya, dalam mempelajari matematika siswa perlu mengetahui bahwa matematika memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, seni, sains, dan ilmu sosial (Walle, 2008). Dengan mengetahui hubungan-hubungan tersebut, siswa akan mempelajari materi matematika dengan lebih bermakna. Oleh karena itu, kemampuan koneksi matematis siswa sangat penting dimiliki siswa dalam mempelajari matematika. Sejalan dengan pendapat Ausubel (Munthe, 2009) yang menyatakan jika siswa mampu mengoneksikan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep telah dimiliki oleh siswa maka pembelajaran bermakna akan dicapai.

Kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa akan mempengaruhi satu sama lain. Karena indikator kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo (2012), yaitu menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalam/di luar matematika dan menyelesaikan model matematika dan masalah nyata, berkaitan dengan indikator kemampuan koneksi matematis menurut Sumarmo (2012), yaitu memahami dan menggunakan hubungan antara topik matematika dan dengan topik bidang studi lain, dan menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan koneksi matematis siswa yang rendah akan mengakibatkan ketika akan memecahkan permasalahan matematika, siswa akan mengalami kesulitan.

(6)

Pada kurikulum matematika di Singapura, kemampuan koneksi merupakan bagian dari pemecahan masalah matematis siswa dan kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan tujuan dari proses belajar-mengajar matematika (Thohari).

Namun, dalam kenyataannya pendidikan di Indonesia yang hanya bertumpu pada aspek kognisinya saja dan bukan pada pemecahan masalah, menyebabkan pembelajaran matematika di Indonesia tidak relevan dengan tren global (Kompas.com, 2010). Hal ini senada dengan pendapat Suryadi (Kompas.com, 2010) yang menyatakan bahwa “praktik pendidikan di Tanah Air seolah telah melawan arus global, di banyak negara maju, seperti Singapura, pendidikan sains, khususnya Matematika, diarahkan untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah”. Selain itu, karena pendidikan di Indonesia hanya bertumpu pada aspek kognitif, bedampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan Human Development Index (HDI) dalam sebuah situs Wikipedia melaporkan data kualitas sumber daya manusia dari negara-negara di dunia yang dilakukan pada tahun 2011, kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang berada diposisi ke 124 dari 187 negara, (Wikipedia, 2011). Singapura yang memiliki kualitas pendidikan yang baik, dan dalam pembelajaran matematikanya bertumpu pada kemampuan pemecahan masalah matematis, berada pada posisi ke 26 (Wikipedia, 2011).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan mutu pembelajaran matematika, khususnya untuk kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf

(7)

sebelumnya tentang pentingnya kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis, diharapkan dengan meningkatkan kemampuan-kemampuan matematis ini dapat memberikan dampak yang besar pada meningkatnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa.

Selain untuk meningkatkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, pembelajaran matematika yang dipilih harus dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran matematika. Sikap positif siswa terhadap matematika sangat perlu ditingkatkan, selain untuk mencapai tujuan pembelajaran maematika di Indinonesia, dengan meningkatnya sikap postif siswa terhadap matematika, akan memberikan dampak pada kemampuan-kemampuan matematis siswa.

Dalam kenyataannya, siswa di Indonesia belum memberikan sikap positif terhadap pelajaran dan pembelajaran matematika. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya kemampuan-kemampuan matematis siswa di Indonesia. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara sebelum penelitian pada siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, sebagian besar siswa menyatakan lebih menyukai pelajaran lain dibandingkan pelajaran matematika. Sebagian besar siswa malas mengikuti pembelajaran matematika, hal ini pun berdampak pada rendahnya prestasi hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru pun, menggambarkan keadaan yang serupa dengan keadaan yang ungkapkan oleh siswa. Guru menjelaskan bahwa siswa baru berkeinginan memperhatikan

(8)

penjelasan guru dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka, setelah memdapatkan “ancaman” terlebih dahulu.

Selain itu, keadaan yang harus lebih diperhatikan lagi adalah keadaan seperti yang diungkapkan oleh Pranoto (Kompasiana, 2011), menyatakan bahwa penderita phobia matematika lebih banyak dibandingkan pelajaran lain, hal ini dikarenakan seorang anak telah mempelajari matematika sejak TK dan SD. Dibandingkan dengan pelajaran fisika yang baru dipelajari di SMA, sedangkan kimia baru dipelajari ketika SMA. Phobia fisika dan phobia kimia tidak begitu krusial dibandingkan dengan phobia matematika. Dep (about.com, dalam kompasiana, 2011) menyebutkan bahwa “biasanya rasa takut berasal dari pengalaman yang tidak menyenangkan dalam pelajaran matematika”. Salah satu cara penanggulangan phobia matematika (Kompasiana, 2011) adalah meningkatkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran matematika, dengan memberikan pembelajaran yang berkualitas untuk memahami yang sering tidak terjadi pada pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Berdasarkan pemaparan mengenai sikap siswa terhadap matematika tersebut, maka perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap positif siswa terdapat matematika dan untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan matematis siswa.

Salah satu pembelajaran yang telah dipaparkan di atas yang sudah digunakan di berbagai negara dan memiliki banyak manfaat, yaitu pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer. Diharapkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan

(9)

matematis siswa terutama kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, serta meningkatkan sikap posistif siswa terhadap matematika.

Ada berbagai macam pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer, salah satunya adalah pembelajaran berbasis komputer. Ciri khas dari pembelajaran seperti ini akan dibuat suatu bahan ajar (multimedia) interaktif berbasis komputer.

Bahan ajar interaktif berbasis komputer ini menurut Kusumah (2011) “didesain khusus sehingga ada interaksi antara siswa dan komputer dalam bentuk stimulus-respon berlangsung secara dinamis”. Misalnya ketika siswa memberikan solusi untuk permasalahan yang diberikan, komputer akan memberikan respon mengenai solusi yang diberikan siswa. Jika solusi yang diberikan siswa kurang tepat, maka respon komputer tersebut akan membuat siswa memikirkan solusi yang benar-benar cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan (komputer memberikan stimulus pada siswa yang akan mengakibatkan adanya respon lanjutan). Hal ini akan meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa akan meningkat, karena menurut Foong (Thohari) “mengajar melalui pemberian masalah-masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk membangun konsep matematika dan mengembangkan keterampilan matematikanya”.

Selain itu, bahan ajar yang dibuat dalam penelitian ini disesuai dengan karaketeristik untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa, bahan ajar dibuat dengan mengaitkan materi matematika yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, materi matematika sebelumnya, dan

(10)

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang akan menghasilkan suatu pembelajaran bermakna, serta memberikan pengalaman pada siswa untuk mendapatkan penjelasan secara visual dan interaktif dengan menggunakan komputer, dan menuntun siswa bekerja sama dengan siswa lainnya.

Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan mengenai pembelajaran matematika berbasis komputer, pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa SMP, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hendrayana (2010) dalam tesisnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2006) menyatakan bahwa pembelajaran matematika berbasiskan komputer dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis siswa.

Tentunya dalam pembuatan bahan ajar dibutuhkan suatu software komputer. Software komputer yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

adobe flash cs5. Karena, kelebihan dari flash yang dapat menganimasikan suatu

objek dirasa cocok untuk membuat bahan ajar matematika interaktif.

Salah satu materi matematika yang sangat membutuhkan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis yang baik adalah materi peluang SMA. Materi peluang SMA sering kali menjadi materi yang sangat dihindari siswa. Salah satu alasan siswa menghindari soal peluang SMA adalah mereka tidak mengetahui apakah konsep permutasi ataukah kombinasi yang harus mereka gunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena itu, materi peluang SMA memerlukan suatu alternatif pembelajaran, yaitu pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer yang diharapkan dapat meningkatkan

(11)

kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa untuk materi peluang SMA.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan untuk materi Peluang untuk siswa kelas XI SMA untuk meningkatakan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa. Sehingga peneliti mengambil judul untuk diteliti yaitu, “Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA.”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada

(12)

siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?

4. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional?

5. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer lebih

(13)

baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.

4. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional.

5. Mengkaji sikap siswa terhadap pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini:

1. Bagi siswa, diharapkan dari pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dapat membantu siswa dalam mengoneksikan konsep matematika yang sedang dipelajari dengan konsep yang telah dimiliki siswa, dan siswa mampu mengoneksikan suatu konsep matematika yang sedang dipelajari dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan dihasilkan pembelajaran bermakna bagi siswa. Dengan pembelajaran seperti ini pun diharapkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa meningkat, sehingga siswa dapat terbantu dalam memecahkan masalah-masalah matematika baik yang berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari maupun tidak. Selain itu, pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer dengan pendekatan kontekstual ini, diharapkan dapat

(14)

meningkatkan minat dan dapat memotivasi siswa dalam mempelajari matematika.

2. Bagi guru, diharapkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer ini dapat membantu guru dalam menyampaikan materi matematika pada siswa dan dapat menciptakan pembelajaran matematika berdasarkan karakteristik siswa melalui bahan ajar matematika interaktif berbasis komputer, serta dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa mengenai konsep matematika yang sedang dipelajari.

3. Bagi sekolah penyelengaraan pendidikan, diharapkan pembelajaran matematika interaktif berbasis komputer ini dapat memfasilitasi siswanya dalam menimba ilmu di sekolah dan dapat meningkatkan kualitas output pendidikan terutama mata pelajaran matematika.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar dalam pemahaman penulisan ini tidak terjadi kerancuan makna atau salah persepsi, maka dipandang perlu dalam penulisan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat:

1. Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan dalam menghubungkan keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan konsep-konsep matematika itu sendiri (hubungan internal) ataupun keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari.

(15)

Indikator untuk kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini, antara lain:

a. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.

b. Memahami dan menggunakan hubungan antartopik matematika dan dengan topik bidang studi lain.

c. Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.

d. Menggunakan matematika dalam bidang kehidupan sehari-hari. e. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk memahami masalah, menyusun rencana/memilih strategi, melaksanakan strategi dan mendapatkan hasil, serta memeriksa proses dan hasil dalam menyelesaikan berbagai permasalahan/persoalan matematis yang nonrutin. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan pada penelitian ini, antara lain.

a. Membuat model matematika.

b. Menerapkan strategi menyelesaikan masalah di luar matematika. c. Menjelaskan/menginterpretasikan hasil.

d. Menyelesaikan model matematika.

e. Menggunakan matematika secara bermakna.

3. Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran dengan bahan ajar dibuat dari software komputer yang digunakan untuk membantu siswa memahami suatu materi. Dalam pembelajaran berbasis komputer,

(16)

pembelajaran tidaklah lagi berpusat pada guru, tetapi pembelajaran berpusat pada siswa (student center).

4. Pembelajaran interaktif berbasis komputer adalah suatu pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar interaktif berbasis komputer, bahan ajar interaktif berbasis komputer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari koneksi antara pengetahuan yang sedang dipelajari siswa dengan pengetahuan yang dimiliki siswa serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar ini dibuat untuk membantu siswa dalam belajar dan guru dalam mengajarkan suatu materi matematika.

5. Peningkatan dalam penelitian ini diperoleh dari skor pretes dan postes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematis siswa, yang dinyatakan dalam skor gain ternormalisasi.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu untuk mengetahui dinamis tidaknya suatu kelompok tersebut dikatakan baik atau tidak, dapat dilakukan dengan menganalisis anggota kelompok tani melalui

Manufacturing firms operating in a post-industrial environment have customers who demand specialized products and short lead times. To meet these needs, organizations are

Gambar 9 menunjukkan laporan pemakaian listrik dalam jangka waktu satu bulan, dan didapatkan hasil total penggunaan listrik sebesar 317,076447 KWh dengan total

Unsur pertama dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini membuat siswa saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai

MODUL BAHASA INGGRIS UNTUK FAKUTAS TEHNIK..

Pada OS ini tampilannya lebih baik daripada versi sebelumnya, adanya fitur-fitur baru seperti virtual folders, FLIP, security center, user account protection dan lain-lain yang

Serta merupakan sarana promosi yang mencakup lingkup internasional yang dapat diakses oleh setiap orang di dunia ini melalui internet, dan sarana informasi dengan biaya yang

 Setelah melakukan diskusi kelompok tentang pengungkit dengan media tiga dimensi, siswa dapat mengidentifikasi letak titik tumpu, titik beban, titik kuasa pada 5