• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK- BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK- BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR

MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN

KINESTETIK-BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV

SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elisabeth Dwi Astuti

NIM: 101134165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR

MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN

KINESTETIK-BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV

SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elisabeth Dwi Astuti

NIM: 101134165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku tercinta

Cornelia Tri Astuti & Thomas Thukul;

kedua saudara kandungku Putri dan Tommy;

sahabat kecilku Erine;

(6)

v MOTTO

Kehidupan ini seperti trampoline.

Kalau kita tahu caranya, bahkan saat kita jatuh pun,

kita akan melanting naik lebih tinggi.

Bukan jatuhku yang penting, tapi bangkitku!

-

Mario Teguh

“Selesaikan apa yang sudah kamu mulai

.

-

Elisabeth Dwi Astuti -

Yang perlu disiapkan

(1) Ketenangan hati, (2) Belajar yang rajin,

(3) Berdoa, (4) Percaya diri yakin bisa,

(5) Ingat mimpi yang sebentar lagi

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK-BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD KANISIUS GAYAM I

YOGYAKARTA

Elisabeth Dwi Astuti Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani pada siswa berprestasi rendah pada mata pelajaran Matematika di Kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, (2) mengetahui produk modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badani dapat meningkatkan prestasi rendah siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau (Research and development/R and D). Penelitian dan pengembangan (R&D) ini menggunakan model pengembangan bahan ajar menurut Sugiyono, tetapi peneliti hanya mengambil 7 langkah-langkah penelitian R and D menurut Sugiyono yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi desain. Uji coba desain melibatkan sampel sebanyak 10 siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan April 2014.

Hasil penelitian ini adalah modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani untuk mata pelajaran matematika kelas IV SD semester genap. Modul bimbingan belajar yang dikembangkan mendapat kualitas baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Matematika kelas IV SD semester genap berdasarkan validasi dari empat pakar yaitu guru bidang studi Matematika, pakar pembelajaran Matematika, pakar tata bahasa, dan pakar multiple inteligensi. Hal itu ditunjukkan dengan rerata produk yang memperoleh skor 3,25 dan termasuk kategori tinggi. Modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badani dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(10)

ix ABSTRACT

AN DEVELOPMENT OF MATHEMATICS COURSE MODULE BASED ON BODY KINESTHETIC INTELLIGENCE

TOWARDUNDERACHIEVING STUDENTS IN GRADE 4 OF SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA

Elisabeth Dwi Astuti Sanata Dharma University

2014

The purposes of this research are to (1) describe the validation result on the product’s quality of the course module based on body-kinestheticintelligence to students who have underachievement on Mathematics subject in GradeIVof SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, (2) find outthat the product of mathematics course module based on physical-kinesthetic is able to increase the underachievement of students in Grade 4 of SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

The method which was used by the researcher was the Research and Yogyakarta as sample. It was conducted on April 2014.

The result of this research was the course module based on body-kinesthetic intelligence for Mathematics subject on the even semester of Grade 4. The course module which was developed in this research acquired a good quality. Besides, it was suitable to be applied in Mathematics learning in the even semester of Grade 4 based on the validation from four experts, namely mathematics teacher, mathematics learning expert, grammar expert, and multiple intelligences expert. This was pointed out by the average of the product score which was 3.25, moreover, well category. The mathematics course module based on the body kinesthetic could increase the students’ achievement.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat serta kasih

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan

Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Kinestetik-Badani

Pada Siswa Berprestasi Rendah Di Kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu, dengan segala kerendahan

hati, penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ., M.S.T,selaku dosen pembimbing I, terima

kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama

proses penyusunan skripsi ini.

4. Brigitta Elita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi., selaku dosen pembimbing II,

yang telah mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Cristiyanti Aprinastuti, S. Si., M. A. dan Dr. Y. Karmin, M. Pd.selaku

validator yang telah memberikan saran untuk perbaikan kualitas produk

yang dikembangkan.

6. Elisabeth Listriyani, S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Gayam I

Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Yunanto selaku guru bidang studi Matematika kelas IV yang telah

memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian dengan baik.

8. Siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I tahun ajaran 2013/2014 yang telah

mendukung pelaksanaan penelitian.

9. Para dosen PGSD, yang selalu mendampingi serta mendidik penulis selama

(12)

xi

10. Sekretariat PGSD, yang telah ramah dalam memberikan informasi dan

kemudahan dalam berbagai urusan administrasi sehingga penulis tidak

menghadapi rintangan yang berarti.

11. Orangtuaku Cornelia Tri Astuti dan Thomas Thukul, yang selalu

memberikan dukungan, doa maupun dukungan secara materiil demi

terselesaikannya skripsi ini.

12. Saudara-saudaraku, adik Maria Putri Thalia dan kakak Andreas Tommy

Guntoro yang menjadi motivasiku untuk menyelesaikan skripsi ini,

terimakasih atas pengertian dan dukungannya.

13. Sahabat kecilku Agustina Erine Sugiyanto, yang selalu memberiku kekuatan

saat ku lelah.

persahabatan kita selama di bangku perkuliahan.

16. Teman-teman seperjuangan skripsi, Huda, Candra, Resti, Sr. Nanda, Marsel,

dan Cahyo yang telah senantiasa bekerja sama dan saling mendukung satu

sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Teman-teman “Bhe Better” yang selalu mewarnai selama 4 tahun perkuliahan.

Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

berguna bagi banyak pihak.Penulis menyadari karya ini masih banyak

kekurangan, untuk itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... viii

1. Pengertian Kecerdasan (Intelligence) ... 6

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan ... 7

3. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligence) ... 9

a. Pengertian Kecerdasan Ganda ... 9

(14)

xiii

1) Kecerdasan Linguistik-Verbal ... 10

2) Kecerdasan Logis-Matematis ... 11

3) Kecerdasan Ruang-Visual ... 11

4) Kecerdasan Ritmik Musik ... 12

5) Kecerdasan Kinestetik... 12

6) Kecerdasan Interpersonal ... 12

7) Kecerdasan Intrapersonal ... 13

8) Kecerdasan Naturalis ... 13

9) Kecerdasan Eksistensial ... 13

c. Prinsip Umum Pengembangan Inteligensi Ganda ... 14

B. Spesifikasi Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15

1. Pengertian Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15

2. Ciri-ciri Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15

3. Pengembangan Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15

4. Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 16

C. Bimbingan Belajar ... 18

1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 18

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 19

3. Fungsi Bimbingan Belajar ... 20

4. Peranan Guru dalam Bimbingan Belajar ... 20

D. Prestasi Belajar ... 21

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 22

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22

E. Materi dalam Modul dan Hakekat Matematika ... 23

F. Modul Bimbingan Belajar ... 24

1. Pengertian Modul ... 24

2. Cara Menyusun Modul ... 24

3. Evaluasi Modul ... 25

G. Penelitian yang Revelan ... 26

1. Penelitian yang berhubungan dengan Kecerdasan Ganda ... 26

2. Penelitian yang berhubungan dengan Bimbingan Belajar ... 27

(15)

xiv

G. Instrumen Penelitian... 37

1. Wawancara ... 38

1. Data Validasi Guru Bidang StudiMatematika dan Revisi Produk ... 41

2. Data Validasi Pakar Tata Bahasa dan Revisi Produk ... 42

3. Data Validasi Pakar Pembelajaran Matematika dan Revisi Produk .. 44

4. Data Validasi Pakar Multiple Inteligensi ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV DATA DAN DATA ANALISIS ... 50

A. Pelaksanaan Penelitian ... 50

1. Sebelum Penelitian ... 50

4. Tanggapan Siswa Terhadap Modul... 59

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan penulis ... 61

(16)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Matematika Pretest dan Posttest ... 41

Tabel 3.2 Komentar Guru Bidang Studi Matematika serta Revisinya ... 42

Tabel 3.3 Komentar Pakar Tata Bahasa serta Revisinya ... 43

Tabel 3.4 Komentar Pakar Pembelajaran Matematika serta Revisinya ... 44

Tabel 3.5 Komentar Pakar Multiple Inteligensi serta Revisinya ... 45

Tabel 3.6 Konversi Skala Empat Berdasarkan Penelitian Acuan Patokan .... 46

Tabel 3.7 Resume Nilai dari Pakar/Validator ... 48

Tabel 3.8 Perhitungan SBx atau Standar Devisisasi (SD) ... 48

Tabel 3.9 Hasil Konversi Nilai Skala Empat ... 49

Tabel 3.10 Resume Nilai Kuesioner dari Para Ahli ... 49

Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas IV ... 56

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Penelitian yang Relevan ... 29

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2010) ... 31

Gambar 3.2 Tahap-Tahap Penelitian Research and Development... 32

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 66

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 67

Lampiran 3. Legger Penjasorkes Kelas IV Semester I ... 68

Lampiran 4. Daftar Nilai Rapor Penjasorkes Kelas IV Semester I ... 69

Lampiran 5. Legger Seni Tari Kelas IV Semester I ... 70

Lampiran 6. Daftar Nilai Matematika Kelas IV Semester Ganjil (1) ... 71

Lampiran 7. Daftar Nilai Matematika Kelas IV Semester Ganjil (2) ... 72

Lampiran 8. Resume Nilai Matematika Rapor Kelas IV Semester 1 ... 73

Lampiran 9. Silabus Pembelajaran... 74

Lampiran 10. RPP Bimbingan Belajar Pertemuan 1 (Revisi) ... 78

Lampiran 11. RPP Bimbingan Belajar Pertemuan 2 (Revisi) ... 86

Lampiran 12. RPP Bimbingan Belajar Pertemuan 3 (Revisi) ... 94

Lampiran 13. Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Matematika ... 102

Lampiran 14. Hasil Validasi Pakar Tata Bahasa ... 115

Lampiran 15. Hasil Validasi Guru Bidang Studi Matematika ... 118

Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Matematika Kelas IV ... 121

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Validasi Tata Bahasa ... 123

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Validasi Pembelajaran Matematika ... 125

Lampiran 19. Hasil Pretest Sampel 10 ... 127

Lampiran 20. Pekerjaan Sampel 8 di Modul Matematika ... 135

Lampiran 21. Pekerjaan Sampel 4 di Modul Matematika ... 141

Lampiran 22. Hasil Posttest Sampel 10 ... 147

(20)

1

sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan enam tahun.Hal ini tercantum dalam Kurikulum Pendidikan Dasar

(1994; dalam Bafadal 2006: 6) dijelaskan bahwa pendidikan dasar bertujuan

memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan

anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti

pendidikan menengah.

Pendidikan non formal contohnya seperti home schoolling dan

bimbingan belajar. Tujuan bimbingan belajar menurut Hamalik (2009:195)

adalah agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi aspek

pribadinya sebagai individu yang potensial.Hal ini, dapat memberi dampak

positif bagi perkembangan belajar siswa sendiri dan raihan prestasi belajar

siswa tersebut.Bimbingan belajar yang ada hingga saat ini biasanya juga

menggunakan bahan ajar.Sukmadinata (2010:3) menyebutkan bahwa bahan

ajar menjadi salah satu komponen utama kurikulum.Bahan ajar yang

(21)

2

umum ini artinya belum berbasis kecerdasan ganda (inteligensi ganda)

sehingga siswa menerima pengetahuan dengan cara yang sama yang

mengakibatkan perbedaan pencapaian prestasi belajar.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SD Kanisius Gayam I

Yogyakarta, para guru di sana masih menggunakan modul yang belum

memperhatikan kecerdasan ganda yang dimiliki oleh setiap siswa. Antara

guru dan siswa menggunakan modul yakni modul yang berisi penjelasan

materi dan soal latihan.Menurut David Wechsler dalam Nini Subini (2012:

11), kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir

rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.Ada 9 kecerdasan

yang diungkap oleh Gardner.Kecerdasan itu adalah intelegensi linguistik,

intelegensi matematis-logis, intelegensi ruang-visual, intelegensi

kinestetik-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi

intrapersonal, intelegensi lingkungan, intelegensi eksistensial.

Wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa siswa kelas IV

SD Kanisius Gayam I yang berprestasi rendah memiliki kecerdasan

kinestetik-badani yang lebih dominan melihat dari hasil pretasi yang

ditunjukkan pada nilai rapor.Suparno (2004: 35) berpendapat bahwa siswa

yang mempunyai kecerdasan kinestetik-badani biasanya suka menari,

olahraga, dan suka bergerak.Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu

menggerakan tubuhnya.Bila waktu luang dan tidak ada pelajaran, anak-anak

ini dengan cepat main di lapangan. Bila belajar menari, anak seperti ini

(22)

3

Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru penjasorkes, seni tari

dan juga Matematika.Hasil wawancara ditemukannya 12 siswa yang memiliki

kecerdasan kinestetik-badani.Kedua belas siswa tersebut bagus dalam

kinestetik-badani dan mereka lemah dalam mata pelajaran Matematika. Untuk

memastikan hal tersebut, maka peneliti membuat pertanyaan sederhana

tentang hobi dan mata pelajaran yang dirasa sulit. Peneliti meminjam bukti

dokumentasi yaitu rapor dari guru bidang studi Matematika. Setelah angket

itu selesai diisi dan melihat bukti rapor, peneliti melihat bahwa dari 12 siswa

tersebut ada 10 siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik-badani dan lemah

di bidang studi Matematika.

Peneliti memiliki keinginan untuk mengembangkan sebuah modul

bimbingan belajar Matematika dengan bertolak pada kecerdasan

kinestetik-badani.Dari modul bimbingan belajar ini, diharapkan siswa mampu

memahami mata pelajaran Matematika yaitu materi “Sifat-sifat bangun ruang sederhana” dengan baik.Penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan modul bimbingan belajar, kecerdasan kinestetik-badani, dan prestasi rendah

dalam mata pelajaran Matematika. Materi Matematika yang akan dibahas

terletak pada kelas IV semester genap yaitu Standar Kompetensi 8.

Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar

Kompetensi Dasar 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.

Dengan demikian peneliti mengambil judul “Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Kinestetik-BadaniPada

(23)

4 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil validasi kualitas produk modul bimbingan belajar

Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badanipada siswa berprestasi

rendah di kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta?

2. Apakah produk modul bimbingan belajar Matematika berbasis

kecerdasan kinestetik-badanidapat meningkatkan prestasi rendah siswa

kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk modul bimbingan

belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani pada siswa berprestasi

rendah pada mata pelajaran Matematika di Kelas IV SD Kanisius Gayam

I Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui produk modul bimbingan belajar Matematika berbasis

kecerdasan kinestetik-badani dapat meningkatkan prestasi rendah siswa

kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Guru bidang studi Matematika kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta mendapatkan inspirasi dari penelitian ini baik dari sisi

pengembangan modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan

kinestetik-badani maupun produk yang dihasilkan dapat menambah bahan

(24)

5 2. Bagi Siswa

Siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta dapat terbantu

prestasi belajarnya dengan adanya produk yang dikembangkan oleh

peneliti yaitu modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan

kinestetik-badani.

3. Bagi Sekolah

SD Kanisius Gayam I Yogyakarta mendapatkan tambahan

referensi modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan

kinestetik-badani dari hasil penelitian pengembangan (Research and

Development).

4. Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mendapatkan

tambahan referensi terkait dengan penelitian dan pengembangan (Research

and Development/ R & D) dan produk yang dihasilkan berupa modul

(25)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecerdasan (Intelligence)

1. Pengertian Kecerdasan (Intelligence)

Menurut David Wechsler (dalam Nini Subini, 2012:11), kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir

rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.Kecerdasan secara

umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan

kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan

tertentu.Kemampuan dan kecepatan kerja otak ini disebut juga dengan

efektifitas kerja otak. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan adalah suatu kemampuan mentalyang melibatkan proses

berpikir rasional. Oleh karena itu, kecerdasan tidak dapat diamati secara

langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang

merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Penelitian Gardner telah menghasilkan suatu pengertian tentang

kecerdasan. Kecerdasan tidak diketahui berdasarkan ukuran nilai atau skor

tes, tetapi kecerdasan seseorang diketahui dan dinilai dari: (1)kemampuan

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;

(2) kemampuan untuk memproduksi persoalan baru dan diselesaikan

sendiri; (3) kemampuan untuk menciptakan produk baru yang

(26)

7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan

Kita ketahui bahwa kecerdasan masing-masing orang berbeda, ada yang pintar sekali, sedang-sedang saja, dan ada juga yang bisa-biasa

saja.Namun tidak sedikit juga yang tingkat kecerdasannya dibawah

rata-rata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (Subini,2012:18-21), yakni:

a. Faktor genetik (keturunan atau bawaan)

Pandangan umum mengatakan bahwa seseorang yang lahir dari

keluarga berpendidikan tinggi atau mempunyai tingkat intelektual

diatas rata-rata akan mempunyai keturunan yang tidak jauh berbeda.

Meskipun bukan faktor utama, namun keturunan terbukti

mempengaruhi kecerdasan seseorang.Oleh karena itu di dalam satu

kelas dapat dijumpai anak yang berbeda secara akademis.

b. Faktor lingkungan

Selain faktor genetik (keturunan), lingkungan juga dapat memberi

pengaruh besar terhadap kecerdasan anak. Jadi tidak perlu bingung

ketika ada seorang anak jalanan, yang orangtuanya tidak pernah

sekolah, mempunyai kepandaian yang luar biasa dibanding temannya.

Bisa jadi anak tersebut belajar dari kehidupannya yang susah dan

bertekat mengubah keadaan hidupnya dengan rajin belajar. Ia bisa

belajar kapanpun dan kepada siapapun yang mau mengajarinya. Oleh

karena itu walaupun pada dasarnya inteligensi sudah dibawa sejak

lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan

(27)

8

benar juga berpengaruh untuk menciptakan orang-orang

cerdas.Rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif seperti

emosional dari lingkungan juga memegang peranan penting.

c. Faktor minat dan pembawaan yang khas

Minat merupakan suatu dorongan untuk mencapai sebuah

tujuan.Minat mengarahkan pernuatan kepada sesuatu. Dalam diri

manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorongnya untuk

berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh

manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan

lebih baik. Dengan belajar giat akan meningkatkan kecerdasan

seseorang.

d. Faktor gizi

Intelegensi tidak bisa lepas dari otak.Perkembangan otak

dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.Otak cenderung dapat bekerja

dengan keras, lancar jika didukung dengan kandungan makanan yang

diserap.

e. Faktor kematangan

Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan setiap saat. Bagaimana seorang bayi yang mulanya

hanya bisa menangis kemudian dapat lari kesana ke mari, itu adalah

bagian dari proses tumbuh kembangnya.

f. Faktor pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang

(28)

9

macam yakni: yang direncanakan dan yang tidak. Pembentukan yang

direncanakan seperti dilakukan disekolah atau pembentukan yang

tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam semesta.

g. Faktor kebebasan

Kebebasan yang dimaksud disini adalah dalam hal melakukan

pembelajaran.Seorang anak dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.Misalnya untuk belajar ilmu

murni, anak cenderung memilih melakukan praktik langsung daripada

duduk diam mendengarkan guru berceramah.Biarkan anak melakukan

hal yang disukainya asalkan itu baik, berguna dan tidak

membahayakan dirinya.

3. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) a. Pengertian Kecerdasan Ganda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 251) terdapat arti

kata dari kecerdasan ganda, kata “ganda” memiliki arti kali, lipat, lebih banyak, dan tidak tunggal.Gagasan tentang teori intelegensi

ganda (multiple intelegence) pertama kali dikemukakan oleh Howard

Gardner pada tahun 1983.Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:17)

Inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan

menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan

dalam situasi yang nyata.

Menurut pendapat Suparno (2004: 19) penelitian yang telah

(29)

10

kemudian ditambah lagi menjadi dua kecerdasan sehingga menjadi

sembilan kecerdasan anak, yaitu: (1) kecerdasan linguistik; (2)

kecerdasan matematis-logis; (3) kecerdasan ruang-visual; (4)

kecerdasan musikal; (5) kecerdasan jinestetik-badani; (6) kecerdasan

interpersonal; (7) kecerdasan intrapersonal; (8) kecerdasan naturalis;

dan (9) kecerdasan eksistensial. Sembilan kecerdasan tersebut yang

disebut dengan multiple intelligences.

b. Macam-macam Kecerdasan

Menurut Gardner dalam Suparno (2013: 19) pada awal

penelitiannya Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan

manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertiannya tentang

kecerdasan.Setelah semua kemampuan itu dianalisis secara teliti,

akhirnya dia menerima adanya tujuhkecerdasan yang dimiliki manusia.

Pada bukunya Intelligence Reframed, ia menambahkan adanya

duakecerdasan baru, yaitu kecerdasan lingkungan atau naturalis

(naturalist intelligence) dan kecerdasan eksistensial (existential

intelligence). Ada 9 kecerdasan yang diungkap oleh

Gardner.Kecerdasan itu adalah intelegensi linguistik, intelegensi

matematis-logis, intelegensi ruang-visual, intelegensi

kinestetik-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi

intrapersonal, intelegensi lingkungan, intelegensi eksistensial.

(30)

11

Menurut Suparno (2004: 26) kecerdasan linguistik-verbal

merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan kata-kata

secara lisan maupun tertulis seperti pencipta puisi, pemain film,

jurnalis.Menurut Gardner dalam Campbell (2006:2) menambahkan

bahwa linguistic intelligence (kecerdasan linguistic), adalah

kemampuan untuk berpikir dalm bentuk kata-kata dan

menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai

makna yang kompleks.

2) Kecerdasan Logis-Matematis

Kecerdasan logis-matematis menurut pendapat Suparno

(2004: 28) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

mengolah angka dan bilangan dalam melakukan

perhitungan.Menurut Gardner dalam Campbell

(2006:2)menambahkan bahwa logical–matehematical intelligence

(kecerdasan matematis-logis), merupakan kemampuan dalam

menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan

hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis.

3) Kecerdasan Ruang-Visual

Kecerdasan selanjutnya yaitu kecerdasan ruang-visual,

adalah kecerdasan atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

melihat dan mengenal dunia melalui ruang-visualnya secara tepat

dan benar (Suparno, 2004: 32). Menurut Gardner dalam Campbell

(2006:2)menambahkan bahwa spatial intelligence (kecerdasan

(31)

12

untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat

dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, arsitek.

4) Kecerdasan Ritmik Musik

Kecerdasan ritmik-musik menurut Suparno (2004: 36)

adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengekspresikan

dan mengembangkan perasaan atau pikiran melalui lagu dan

musik.Menurut Gardner dalam Campbell (2006:2) menambahkan

bahwa musical intelligence (kecerdasan musik), kemampuan yang

sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme, dan nada.

5) Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik menurut pendapat Suparno (2004: 34)

adalah kemampuan seseorang dalam mengkombinasikan pikiran

dan gerak tubuh sehingga menjadi suatu bentuk gerakan yang

indah seperti yang dilakukan pada penari, atlet, pemahat.Menurut

Gardner dalam Campbell (2006:2) menambahkan bahwa

bodily-kinestetic intelligence (kecerdasan kinestetik), adalah kemampuan

yang memungkinkan seseorang untuk menggerakan objek dan

keterampilan-keterampilan fisik yang halus.

6) Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang dalam melakukan hubungan komunikasi dengan orang

disekitarnya (Suparno: 40). Menurut Gardner dalam Campbell

(32)

13

(kecerdasan interpersonal), adalah kemampuan untuk memahami

dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif.

7) Kecerdasan Intrapersonal

Menurut Suparno (2004: 41) memiliki pendapat tentang

kecerdasan intrapersonal.Beliau mengatakan kecerdasan

intrapersonal adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk

melakukan refleksi dan penilaian terhadap diri sendiri dalam

merumuskan tujuan hidupnya.Menurut Gardner dalam Campbell

(2006:2) menambahkan bahwa intrapersonal inteliligence

(kecerdasan intrapersoal), merupakan kemampuan untuk membuat

persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan

pengetahuan tersebut dalam merencanakan dan mengarahkan

kehidupan seseorang.

8) Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk

mengenal lingkungan baik tumbuhan dan hewan (Suparno, 2004:

42).

9) Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial ini memiliki kesamaan dengan

kecerdasan intrapersonal.Persamaan yang dimiliki oleh kedua

kecerdasan tersebut yaitu sama-sama tentang diri sendiri, tetapi

kecerdasan eksistensial lebih pada ke pertanyaan-pertanyaan

(33)

14

seseorang dalam menjawab pertanyaan tentang masalah-masalah

manusia seperti mengapa aku ada, mengapa manusia mati, makna

dari tujuan hidup (Suparno, 2004: 44).

c. Prinsip Umum Pengembangan Inteligensi Ganda

Haggerty (dalam Suparno, 2004: 65-66) ada beberapa prinsip

umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada siswa,

adalah:

1) Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual;

2) Pendidikan seharusnya individual. Pendidikan harusnya lebih

personal, dengan memperhatikan inteligensi setiap siswa;

3) Pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan

tujuan dan program belajar mereka. Siswa perlu diberi kebebasan

untuk menggunakan cara belajar dan cara kerja berdasarkan minat

mereka;

4) Sekolah sendiri harus menyediakan fasilitas dan sarana yang

dapat dipergunakan oleh siswa untuk melatih kemampuan

intelektual mereka berdasarkan inteligensi ganda;

5) Evaluasi belajar harus lebih kontekstual dan bukan tes tertulis.

Evaluasi lebih harus berupa pengalaman lapangan langsung dan

dapat diamati bagaimana performa siswa, apakah sungguh maju

atau tidak;

6) Pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah.

(34)

15

dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat, kegiatan ekstra,

serta kontak dengan orang luar dan para ahli.

B. Spesifikasi Kecerdasan Kinestetik-badani 1. Pengertian Kecerdasan Kinestetik-badani

Menurut Gardner (dalam Suparno, 2004: 34) kecerdasan kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak

tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor,

atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Definisi ini merujuk pada tulisan

yang mengatakan bahwa “… Sebuah keselarasan antara pikiran dan tubuh, dimana pikiran dilatih untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya

dan tubuh dilatih untuk dapat merespon ekspresi kekuatan dari pikiran” (Linda C, Bruce C dan Dee D, 2002).

2. Ciri-ciri Kecerdasan Kinestetik-badani

Suparno (2004: 35) berpendapat bahwa siswa yang mempunyai kecerdasan kinestetik-badani biasanya suka menari, olahraga, dan suka

bergerak.Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu menggerakan

tubuhnya.Bila waktu luang dan tidak ada pelajaran, anak-anak ini dengan

cepat main di lapangan. Bila belajar menari, anak seperti ini dengan cepat

akan bisa dan tidak kaku karena tubuhnya fleksibel.

(35)

16

Menurut Lazear (dalam Suparno, 2013: 72-73) kapasitas yang berkaitan dengan inteligensi kinestetik-badani ini perlu dilatih, misalnya

dengan hal-hal berikut.

a. Bila sedang berjalan, baik bila secara sadar melatih bermacam-macam

model jalan. Misalnya, jalan pelan, jalan reflektif, tergesa-gesa,

semangat, jalan gembira, mau cepat sampai tujuan, dsb.

b. Bila merasakan reaksi tubuh terhadap rangsangan dari luar. Misalnya,

merasakan reaksi tubuh terhadap suasana tegang, bingung, suasana

menyenangkan, dsb. Melatih dan menyadari reaksi ini misalnya, tubuh

menggigil waktu mengalami ketakutan; wajah menjadi merah ketika

sedang marah;dsb.

c. Bila sedang berbicara dengan orang lain, cobalah perhatikan bahasa

tubuh mereka. Perhatikan postur tubuh, isyarat tubuh, ekspresi wajah,

gerak tubuh-nya.

d. Baik bila sekali menyadari apa yang dilakukan dengan tubuh anda

sebelum melakukan sesuatu. Misalnya, bila ingin memakai sepatu,

lalu duduk, dan menggunakannya.

e. Saat sibuk mengerjakan hal rutin, cobalah berhenti dan berpikir

sebentar, unuk menyadari serta merasakan bagaimana kaki, tangan,

dan tubuh kita melakukan dengan tugas itu.

4. Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Kinestetik-Badani

(36)

17

dipicu oleh gerak tubuhdan kinestetis ke dalam mata pelajaran akademis

tradisional seperti bahasa, matematika, dan ilmu pasti. Berikut uraiannya.

1) Respon Tubuh. Mintalah siswa menanggapi pelajaran menggunakan tubuh mereka sebagai medium respons. Strategi ini dapat divariaskina

dengan beberapa cara, misalnya siswa dapat tersenyum, mengedipkan

mata, mengangkat kelima jari, meniru gerakan burung yang terbang

dengan merentangkan tangan, dan lain-lain.

2) Teater Kelas. Misalnya, siswa dapat mendramakan soal matematika yang melibatkan tiga langkah pemecahan dengan memainkan drama

tiga langkah. Mereka dapat menciptakan pertunjukan boneka-boneka

prajurit mini di sebuah papan kayu dengan menggerak-gerakkannya

agar terlihat seperti gerakan pasukan.

3) Konsep kinestetis. Strategi konsep kinestetis dapat dilakukan, baik dengan cara mengajarkan konsep kepada siswa mempantomimkan

konsep atau istilah mata pelajaran tertentu. Kegiatan ini menuntut

kemampuan siswa menerjemahkan informasi dari sistem linguistik

atau simbol logis menjadi ekspresi yang sepenuhnya

kinestetis-jasmani.

4) Hands On Thinking. Siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis

seharusnya memperoleh kesempatan belajar melalui manipulasi objek

atau menciptakan sesuatu dengan tangan mereka. Pada tingkat

kognitif yang lebih tinggi, siswa dapat mengekspresikan konsep yang

abstrak, dengan membuat patung, kolase, atau bentuk-bentuk

(37)

18

5) Peta tubuh. Salah satu contoh paling umum dari pendekatan ini adalah penggunaan jari untuk berhitung dan menghitung seperti

sempoa. Dalam geografi misalnya, badan dapat mempresentasikan

Indonesia (jika kepala mewakili Kalimantan, di manakah posisi

Sumatera?), badan juga dapat digunakan dalam memetakan strategi

pemecahan masalah dalam matematika. Misalnya, dalam perkalian

angka dua digit, kedua kaki dapat menjadi angka dua digit dan lutut

dapat menjadi angka satu digit.

C. Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut Hamalik (2009:193), bimbingan dalam arti yang luas

inheren dengan pendidikan. Banyak ahli yang sependapat bahwa

pengertian tentang bimbingan pada pokonya hampir bersesuaian satu

sama lain. Berikut ini beberapa definisi bimbingan yang dikemukakan

oleh beberapa ahli yakni:

a. Harol Alberty: bimbingan disekolah merupakan aspek program

pendidikan yang berkenan dengan bantuan terhadap para siswa agar

dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk

merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan,

dan kebutuhan sosialnya.

b. Chrisholm: bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal

dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat

(38)

19

c. Stikes dan Dorcy: bimbingan adalah suatu proses untuk menolong

individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri

dan memecahkan masalah-masalahnya. Definisi ini menekankan

pandangan pribadi.

d. Stoops: bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus untuk

membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan

kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

Dari keempat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

merupakan suatu proses memberi bantuan kepada individu agar

individu itu dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan

masalah-masalah hidupnya sendiri sehingga ia dapat menikmati

hidup dengan bahagia.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Hamalik (2009: 195), bimbingan merupakan suatu proses

yang bertujuan agar:

1) Siswa bertanggungjawab menilai kemampuannya sendiri dan

menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya;

2) Siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan

menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri;

3) Semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi aspek

(39)

20

Menurut Skiner dalam Hamalik (2009:195), bimbingan bertujuan

untuk menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan

mnentukan sikap yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan

kesempatan yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai sosialnya.

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Menurut Hamalik (2009:195), fungsi bimbingan adalah:

a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang

objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan

kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang

tidak diinginkan.

b. Membantu individu siswa untuk mendapatkan pendidikan yang

sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuannya dan

membantu siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan

efisien dalam menyelesaikan bidang pendidikan yang telah

dipilihnya agar tercapai hasil yang diharapkan.

c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang kemungkinan-kemungkinan dan

kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan

pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan. Disamping itu,

(40)

21

dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan secara

masksimal terhadap masyarakatnya.

4. Peranan Guru dalam Bimbingan Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 109) guru sebagai

manager of instruction (pengelola pengajaran) dituntut untuk memiliki

kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan

menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap

murid dapat belajar dengan efektif dan efisien. Sebagai pembimbing

dalam belajar mengajar diharapkan mampu untuk:

1) Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses

belajar.

2) Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi

yang dihadapinya.

3) Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.

4) Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat

belajar sesuai dengan karateristik pribadinya.

5) Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual

maupun secara kelompok.

Menurut Perceivel Huston (dalam Ahmadi dan Supriyono,

1991: 111) dalam bukunya: The Guince Function Education” guru yang dapat berperan sebagai pembimbing yang efektif adalah guru

yang memiliki kemampuan kelebihan dalam hal mengajar bidang

(41)

22

1) Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang

diajarkan;

2) Memiliki kecakapan sebagai pemimpin murid;

3) Dapat menghubungkan materi pelajaran pada pekerjaan praktis.

D. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Winkel (1997:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu

bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam

melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Menurut Masidjo (1995), prestasi belajar adalah segala sesuatu yang

menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil yang diperoleh setiap orang dalam proses belajarnya

dari proses belajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar (Subini, 2012:20).

1) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri:

(1)Faktor jasmaniah, berkaitan dengan penggunaan panca indra

yang dimiliki oleh seseorang.

(2) Faktor psikologis, merupakan faktor bawaan yang terdiri atas:

2) Faktor intelektif, meliputi:

(1)Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

(42)

23

3) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi,emosi, dan penyesuaian

diri.

4) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Kemudian yang termasuk

dalam faktor yang berasal dari luar diri:

a. Faktor sosial, seperti:

i. Lingkungan keluarga

ii.Lingkungan masyarakat

iii.Lingkungan sekolah

iv.Lingkungan kelompok

b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengatahuan, tekhnologi,

dan kesenian.

c. Faktor lingkungan, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

E. Materi dalam Modul dan Hakekat Matematika

Penelitian ini menggunakan mata pelajaran Matematika. Materi

pembelajaran yang digunakan adalah berpedoman pada Standar Kompetensi

Bilangan: 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar

bangun datar. Kompetensi dasar yang diambil adalah 8.1 Menentukan

sifat-sifat bangun ruang sederhana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Bahasa, 2008:888)

Matematika adalah ilmu tentang bilangan, dan prosedur operasional yang

(43)

24

memberikan definisi hakikat Matematika (Hamzah dan Muhlisrarini,2014:48)

adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas

masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari

hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem,

struktur dan alat.

Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang

mempelajari tentang angka-angka dan perhitungan menggunakan pola pikir

yang logis.

F. Modul Bimbingan Belajar 1. Pengertian Modul

Menurut Nasution (1984: 206-208) modul adalah media

pembelajaran yang di dalamnya terdiri dari kegiatan belajar yang dibuat

untuk membantu siswa mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki siswa.

2. Cara Menyusun Modul

Menurut Nasution (1982: 217-218) penyusunan modul atau

pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk

kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.

2. Urutan tujuan-tujuan itu menentukan langkah-langkah yang diikuti

dalam modul itu.

3. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan

(44)

25

menempuh modul itu (entry behaviour atau entering behaviour). Ada

hubungan antara butir-butir test ini dengan tujuan-tujuan modul.

4. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia

harus tahu apa gunanya ia mempelajari modul ini. Siswa harus yakin

akan manfaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya sepenuh

tenaga.

5. Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing

siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan

dalam tujuan. Adapun beberapa alternatif yang perlu disediakan,

misalnya cara yang dijalani oleh siswa sesuai dengan kepribadiannya.

Bagian ini merupakan inti dan aspek terpenting dari modul itu, karena

menyangkut proses belajar itu sendiri.

6. Menyusun posttest untuk mengukur hasil belajar murid, hingga

manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun

beberapa bentuk test yang paralel. Butir-butir tes harus bertalian erat

dengan tujuan-tujuan modul.

7. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi

siswa setiap waktu ia memerlukannya.

3. Evaluasi Modul

Suatu bahan ajar perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauhmana

bahan ajar tersebut efektif.Cunningsworth mengemukakan beberapa

unsur untuk mengevaluasi suatu bahan ajar. Unsur tersebut meliputi:

aims and objectives, design and organization, language contents, skills,

(45)

26

Peneliti mengambil 5 unsur yang terdapat dalam instrumen validasi

modul yaitu tujuan dan pendekatan (aims objectibes), desain dan

pengorganisasian (design and organization), isi modul (language

contents), topik (topic), dan metodologi (methodology).

G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang berhubungan dengan Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligence)

Nurani, Yuliani (2012). Penelitian ini berjudul “Pengembangan

Media Daur Ulang Berbasis Kecerdasan Jamak dalam Peningkatan

Keterampilan Hiudp Anak Usia Dini” menggunakan metode R and D.

Peneliti memiliki tujuan yaitu menghasilkan suatu model pengembangan

media daur ulang berbasis kecerdasan jamak dalam meningkatkan

keterampilan hidup anak usia dini. Penelitian tersebut dilakukan selama 4

minggu dengan 12x pertemuan tatap muka. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa anak yang berada di bawah nilai rata-rata sebanyak 3 anak atau

16,6%; sedangkan anak yang berada diatas kelas rata-rata sebanyak 9 anak

atau 50,2%. Kesimpulannya adalah 12 dari 18 anak memiliki kategori

berkembang sesuai harapan yang dibuktikan melalui kumpulan hasil dalam

bentuk karya/produk media daur ulang dan perilaku nyata yang dapat

diamati (observable) dan dapat diukur (measureable).Itu berarti

penggunaan media daur ulang dapat meningkatkan keterampilan hidup

anak usia dini pada Pos PAUD di Provinsi DKI Jakarta.

Reza, Muhammad & Fitrinti, Diah (2013). Penelitian ini berjudul

(46)

27

Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Usia 5-6 tahun”.Penelitian ini

menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R and D). Penelitian

ini bertujuanuntuk mengembangkan kegiatan gerak dan lagu yang nantinya

dapat digunakan sebagai pilihan kegiatan yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak serta untuk mengetahui

apakah kegiatan gerak dan lagu yang dikembangkan oleh peneliti efektif

untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 10 sampel yang diteliti nilai

postest lebih tinggi daripada nilai pretest. Kesimpulannya adalah bahwa

kegiatan gerak dan lagu efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik

kasar anak pada anak usia 5-6 tahun.

2. Penelitian yang Berhubungan dengan Bimbingan Belajar

Firdausi, Nurmala (2008). Penelitian ini berjudul “Motivasi Siswa

SD Mengikuti Bimbingan Belajar ditinjau Dari Harapan Orangtua

Terhadap Prestasi Belajar Anak”.Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

harapan orangtua terhadap prestasi belajar anak dengan motivasi siswa SD

mengikuti bimbingan belajar. Hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) terdapat hubungan

positif antara harapan orangtua terhadap prestasi belajar dengan motivasi

siswa SD mengikuti bimbingan belajar, artinya semakin tinggi harapan

orangtua terhadap prestasi belajar anak maka semakin tinggi pula motivasi

(47)

28

efektif harapan orantua terhadap prestasi belajar anak dengan mpotivasi

siswa SD mengikuti bimbingan belajar sebesar 12,7%.

3. Penelitian yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar

Aisah, Siti (2008). Penelitian ini berjudul “Peningkatan Prestasi

Siswa dalam Diskusi Kelompok dengan adanya Penggunaan Alat Peraga

pada Pokok Bahasan Bangun Ruang (Kubus & Balok) di Kelas VIII MTs

Negeri Kota Madiun.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Hasil analisis pada siklus I adalah dari 42 siswa ada 22 siswa

(52%) yang tuntas dalam belajarnya.Kesimpulannya adalah bahwa

kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum berhasil sebab suatu kelas

dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar paling sedikit 65%

dari jumlah siswa. Hasil analisis pada siklus II adalah dari 42 siswa ada 35

siswa (83%) yang mengalami ketuntasan belajar.Kesimpulannya adalah

bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti berhasil.

Lestari, Sri (2009). Penelitian ini berjudul “Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Melalui Penggunaan Bangun Ruang Siswa Kelas IV

SD di SDN 3 Jenengan Sawit Boyolali Tahun 2009/2010”.Jenis penelitian

ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Pada siklus I siswa yang

belajar dengan tuntas mencapai 96%, dilanjutkan siklus II yaitu siswa

yang tuntas belajar mencapai 100%. Dengan demikian penggunaan media

pembelajaran matematika bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar

(48)

29

Gambar 2.1

Skema Penelitian yang Relevan

Kecerdasan Ganda Bimbingan Belajar Prestasi Belajar

“Pengembangan Media Alat Peraga pada Pokok Bahasan Bangun Ruang (Kubus & Balok) di Kelas VIII MTs Negeri

Kota Madiun. Kasar pada Anak Usia

5-6 tahun”.

Oleh:

Reza, Muhammad & Fitrinti, Diah (2013)

Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Kinestetik-BadaniPada Siswa Berprestasi Rendah di Kelas IV SD Kanisius

(49)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang

beralamat di Jl. Ki Mangunsarkoro No. 80 Yogyakarta.Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari – April (3 bulan).

B. Jenis Penelitan

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan atau

Research and development (R and D).Penelitian dan Pengembangan adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407).Penelitian ini

mengembangkan modul berbasis kecerdasan kinestetik-badani untuk

pelajaran Matematika yang berfokus pada kecerdasan dominan siswa yaitu

kecerdasan kinestetik-badani. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian

ini adalah modul pembelajaran Matematika berbasis kecerdasan

kinestetik-badani.

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengadaptasi model dari

Sugiyono yang terdiri dari 10 langkah.Langkah-langkah penelitian dan

(50)

31 Gambar 3.1

Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2010)

Penelitian yang dilakukan hanya sampai pada tahap ke tujuh yaitu tahap revisi

produk. Tahapan yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari:

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing langkah penelitian yang dapat

dilihat di Gambar 3.2

(51)

32 Gambar 3.2

(52)

33 Langkah 1: Potensi dan Masalah

Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan

wawancara kepada guru penjasorkes dan guru seni tari untuk mengetahui

siswa kelas IV yang menonjol di bidang studi penjasorkes dan seni

tari.Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada guru bidang

studi Matematika untuk mengetahui berdasarkan siswa yang menonjol di

bidang studi penjasorkes dan seni tari namun lemah di bidang studi

Matematika.

Setelah selesai, peneliti juga mencari tahu materi Matematika yang sulit

untuk siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.

Langkah 2: Pengumpulan Data

Hasil wawancara, observasi, tes sederhana, dan dokumentasi

tersebut digunakan sebagai data awal untuk menganalisis kebutuhan terkait

dengan prestasi rendah bidang studi Matematika dan modul bimbingan

belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani. Sedangkan pengumpulan

data untuk desain dan materi bahan ajar dilakukan melalui kajian dokumen

dan browsing internet terkait dengan materi pelajaran Matematika kelas IV

untuk materi sifat-sifat bangun ruang sederhana.

Langkah 3: Desain Produk

Desain produk dimulai dengan menentukan desain awal modul bimbingan belajar dan materi sifat-sifat bangun ruang sederhana yang akan

diuraikan dalam modul bimbingan belajar. Desain awal dimulai dengan

membuat silabus dan RPP terkait dengan kecerdasan kinestetik-badani pada

(53)

34

dengan menyusun kerangka yang meliputi merancang tampilan modul,

menentukan isi modul dan menentukan urutan isi modul. Modul akan

dibuat menjadi 2 dengan isi yang berbeda. Pertama, modul untuk guru

berisikan daftar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator

dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi modul, kegiatan

bimbingan belajar (Menunjukkan pembelajaran berbasis kecerdasan

kinestetik-badani), latihan, soal evaluasi, refleksi, kunci jawaban, dan

daftar pustaka. Kedua, modul untuk siswa yang berisikan daftar isi,

halaman biodata siswa, materi modul, kegiatan bimbingan belajar

(Menunjukkan pembelajaran berbasis kecerdasan kinestetik-badani),

latihan, soal evaluasi, refleksi.

Langkah 4: Validasi Desain

Menurut Sugiyono (2010: 414) validasi desain merupakan proses

kegiatan untuk menilai apakah desain produk, dalam hal ini modul

bimbingan belajar akan lebih efektif dan berkualitas. Peneliti melakukan

validasi kepada empat pakar antara lain pakar multiple intelligence, pakar

pembelajaran matematika, pakar tata bahasa, dan guru bidang studi

matematika SD Kanisus Gayam I Yogyakarta. Setelah hasil validasi

didapatkan, maka peneliti memperbaikinya.

Langkah 5: Revisi Desain

Setelah mendapatkan kritik dan saran, maka tahap selanjutnya adalah

melakukan revisi produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar.

Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan produk yang sudah

(54)

35 Langkah 6: Uji Coba Desain

Produk yang sudah direvisi berdasarkan saran dan komentar dari para

pakar selanjutnya digunakan dan diujicoba lapangan. Uji coba akan

dilakukan secara terbatas kepada 10 siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I

Yogyakarta yang memiliki kecerdasan kinestetik-badani namun lemah di

bidang studi Matematika.

Langkah 7: Revisi Desain

Revisi desain diperoleh berdasarkan masukan dari siswa yang ikut

dalam uji coba produk.Pada tahap ini peneliti hanya memberikan catatan

tentang modul yang harus direvisi dan perbaikan modul dilakukan oleh

peneliti selanjutnya. Setelah itu, akan menjadi modul berbasis kecerdasan

kinestetik-badani mata pelajaran Matematika kelas IV SD Kanisius Gayam

I Yogyakarta.

D. Populasi dan Sampel

Populasi yang ditetapkan oleh peneliti adalah siswa kelas IV SD Kanisius

Gayam I Yogyakarta yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.Pengambilan sampel berdasarkan peneliti melakukan wawancara,

observasi, dan dokumentasi.Pedoman yang digunakan dalam pengambilan

(55)

36 E. Perlakuan (Treatment)

Peneliti memberikan treatment selama 3x pertemuan di ruang aula untuk

memungkinkan siswa bebas bergerak dan bermain.Berikut penjelasan kegiatan

bimbingan belajar Matematika untuk setiap pertemuan.Pada setiap pertemuan

ada kegiatan awal, inti, dan akhir.

Pertemuan pertama, mempelajari tentang sifat-sifat kubus dan

balok.Kegiatan belajar diawali dengan apersepsi yaitu bermain rubik kubus

lalu siswa melakukan pengamatan pada rubik kubus tersebut untuk

mengetahui sifat-sifat dari bangun ruang kubus.Kegiatan selanjutnya, siswa

diminta untuk menuliskan benda-benda yang berbentuk di sekitarnya yang

berbentuk kubus lalu menarik kesimpulan yaitu menemukan jumlah titik sudut,

sisi, dan rusuk kubus.Materi kubus sudah selesai, masuk ke materi balok yaitu

siswa melakukan percobaan untuk menggabungkan 2 buah rubik kubus.Secara

berkelompok, siswa menyusun jaring-jaring kubus dan balok. Jika sudah

selesai, siswa mengerjakan soal latihan dilanjutkan mewarnai halaman

petak-petak membentuk jaring-jaring kubus dan balok. Kegiatan terakhir dari

kegiatan inti adalah membuat bangun ruang kubus “angry bird”.Siswa melakukan evaluasi dan refleksi.

Pertemuan kedua, mempelajari tentang sifat-sifat tabung dan kerucut.

Pembelajaran pertemuan kedua diawali dengan kegiatan apersepsi yaitu

pencarian harta karun. Siswa menuliskan benda-benda yang ditemukan beserta

(56)

37

celengan berbentuk tabung dari kertas karton. Kegiatan pada hari itu diakhiri

evaluasi dan refleksi.

Pertemuan ketiga, mempelajari tentang sifat-sifat bola.Kegiatan apersepsi

pada pertemuan kegiatan ketiga adalah bermain lempar tangkap bola.Lalu

mengerjakan soal.Secara berkelompok, siswa menyusun lego bangun ruang

lalu siswa mengerjakan soal evaluasi (pretest)selanjutnya refleksi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan

kuesioner untuk mengumpulkan data.Peneliti melalukan wawancara kepada

guru penjasorkes, seni tari dan bidang studi Matematika.Selanjutnya, peneliti

melakukan observasi untuk memastikan siswa yang memiliki kecerdasan

kinestetik-badani. Peneliti melihat dokumentasi nilai penjasorkes, seni tari,

dan Matematika untuk membuktikan ke-10 siswa benar rendah pada bidang

studi Matematika namun memiliki kecerdasan kinestetik-badani. Penilaian

modul yang dikembangkan peneliti dilakukan dengan menggunakan

kuesioner sedangkan pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa di bidang studi Matematika.

G. Instrumen Penelitian

Arikunto(2002:126), mengatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan dalam waktu penelitian dengan menggunakan

(57)

38

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan tes

tertulis.Instrumen untuk mengetahui hasil validasi kualitas produk modul

bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badani.

1. Wawancara

Wawancara (Sugiyono,2010:194) digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya kecil.Penelitian ini, menggunakan wawancara

tidak berstruktur. Menurut Masidjo (1995: 75), wawancara dengan

pertanyaan tak berstruktur atau terbuka atau bebas. Yang dimaksud adalah

suatu wawancara di mana pertanyaan-pertanyaan yang disediakan

memberi kebebasan interview untuk menjawabnya atau mengemukakan

pendapatnya.Hal ini, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

namun hanya sekadar obrolan ringan saja untuk membahas siswa yang

menonjol di bidang studi penjasorkes, seni tari.Selain itu, peneliti juga

bertanya kepada guru bidang studi Matematika mengenai siswa yang

menonjol di bidang studi penjasorkes dan seni tari namun lemah di bidang

studi Matematika.Hasil wawancara ini digunakan sebagai langkah awal

untuk menentukan mata pelajaran yang dipakai dalam modul.

(58)

39

Menurut Trianto (2010: 266) observasi merupakan pengamatan

yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan seluruh indra

seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecapan

terhadap suatu objek yang diamatai. Observasi dilakukan ketika siswa

kelas IV sedang beristirahat.Peneliti mengamati kegiatan yang mereka

lakukan selama istirahat.Sebagia besar siswa kelas IV senang bermain

yang melibatkan gerak tubuh seperti kejar-kejaran, sepak bola, dan petak

umpet.Selain itu, peneliti juga mengamati siswa kelas IV pelajaran

penjasorkes.Pada pertengahan bulan Januari, peneliti mengamati siswa

kelas IV sedang bermain bola kasti.Sebagian besar dari mereka dapat

menjadi pemukul yang baik dan pelari yang baik pula terutama siswa

laki-laki.Siswa perempuan cenderung lebih unggul ketika mengumpan atau

berlari menuju tempat asal sebelum berjaga.Selain penjasorkes, peneliti

juga mengamati ketika acara Natalan bersama di sekolah, ada seorang

siswa perempuan yang pandai ketika menari. Selain itu, ketika penjaga

sound system memutarkan lagu yang sedang tenar kala itu yakni “Goyang

Oplosan”, hampir separuh siswa kelas IV berhamburan untuk naik ke panggung lalu berjoged bersama.

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002:149), mengatakan bahwa dokumentasi yaitu

metode yang dilakukan dengan cara mengutip langsung data yang sudah

terarsip atau ada pada masing-masing bagian. Data tersebut berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

(59)

40

Data yang digunakan untuk menentukan siswa yang memiliki

kecerdasan kinestetik-badani adalah nilai legger penjasorkes kelas IV

semester I yang dapat dilihat di lampiran 3, daftar nilai rapor penjasorkes kelas IV semester I yang dapat dilihat di lampiran 4.Selain nilai penjasorkes, peneliti juga mengambil dokumentasi legger seni tari kelas

IV semester I yang dapat di lihat pada lampiran 5.Peneliti menentukan sampel yang memiliki prestasi rendah di bidang studi matematika dengan

meminjam daftar nilai Matematika kelas IV semester ganjil (1) dan (2)

yang dapat dilihat di lampiran 6 dan 7.Untuk lebih memastikan sampel tersebut, peneliti juga meminjam nilai Matematika rapor yang dibuat

resume oleh peneliti yang dapat dilihat di lampiran 8. 4. Kuesioner

Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden baik laporan tentang pribadinya

maupun hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:140). Penelitian ini juga

menggunakan kuesioner untuk validasi ahli (expert judgment) yang

ditujukan kepada guru kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, pakar

tata bahasa, pakar pembelajaran matematika, dan pakar kecerdasan ganda

terhadap kualitas modul bimbingan belajar yang dikembangkan.

5. Test (pretest dan posttest)

Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian

pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil

belajar individu (Masidjo, 2010:38).Bentuk tes yang dipilih adalah tes

Gambar

Gambar 4.1 Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Secara Keseluruhan .........  56
Gambar 2.1
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2010)
Tahap-Tahap Penelitian Gambar 3.2 Research and Development
+7

Referensi

Dokumen terkait

Refleksi pada siklus III digunakan untuk membandingkan hasil dari siklus I dengan siklus II apakah ada peningkatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

Petugas pelaksanaan, dibantu oleh siswa yang telah memahami tugas masing-masing yaitu seorang yang menghitung bola yang masuk, seorang yang mencatat hasil, dua orang

Undang-undang (KUH Perdata) hanya menetukan bahwa orang- orang tertentu tidak cakap untuk membuat perjanjian sebagaimana di atur dalam Pasal 1330 KUH Perdata. Oleh karena itu,

Jika harga 1 pensil dinyatakan dengan a dan harga 1 buku dinyatakan dengan b maka sistem persamaan linier dua variabel yang berkaitan dengan pernyataan di atas

The questions are (1) How are the lower class’s sufferings described in Steinbeck’s In Dubious Battle, Of Mice and Men, and The Grapes of Wrath?, (2) What possible background

[r]

Sahabat MQ/ Hampir semua bahan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia diperoleh dari IMPOR// Beras/ kedelai/ daging/ ayam/ telur/ gula/ sayuran/ dan

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat. baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak