PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR
MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK-BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV
SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elisabeth Dwi Astuti
NIM: 101134165
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HALAMAN JUDUL
PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR
MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN
KINESTETIK-BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV
SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Elisabeth Dwi Astuti
NIM: 101134165
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku tercinta
Cornelia Tri Astuti & Thomas Thukul;
kedua saudara kandungku Putri dan Tommy;
sahabat kecilku Erine;
v MOTTO
Kehidupan ini seperti trampoline.
Kalau kita tahu caranya, bahkan saat kita jatuh pun,
kita akan melanting naik lebih tinggi.
Bukan jatuhku yang penting, tapi bangkitku!
-
Mario Teguh
–
“Selesaikan apa yang sudah kamu mulai
.
”
-
Elisabeth Dwi Astuti -
Yang perlu disiapkan
(1) Ketenangan hati, (2) Belajar yang rajin,
(3) Berdoa, (4) Percaya diri yakin bisa,
(5) Ingat mimpi yang sebentar lagi
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK-BADANIPADA SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD KANISIUS GAYAM I
YOGYAKARTA
Elisabeth Dwi Astuti Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani pada siswa berprestasi rendah pada mata pelajaran Matematika di Kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, (2) mengetahui produk modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badani dapat meningkatkan prestasi rendah siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau (Research and development/R and D). Penelitian dan pengembangan (R&D) ini menggunakan model pengembangan bahan ajar menurut Sugiyono, tetapi peneliti hanya mengambil 7 langkah-langkah penelitian R and D menurut Sugiyono yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi desain. Uji coba desain melibatkan sampel sebanyak 10 siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan April 2014.
Hasil penelitian ini adalah modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani untuk mata pelajaran matematika kelas IV SD semester genap. Modul bimbingan belajar yang dikembangkan mendapat kualitas baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Matematika kelas IV SD semester genap berdasarkan validasi dari empat pakar yaitu guru bidang studi Matematika, pakar pembelajaran Matematika, pakar tata bahasa, dan pakar multiple inteligensi. Hal itu ditunjukkan dengan rerata produk yang memperoleh skor 3,25 dan termasuk kategori tinggi. Modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badani dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
ix ABSTRACT
AN DEVELOPMENT OF MATHEMATICS COURSE MODULE BASED ON BODY KINESTHETIC INTELLIGENCE
TOWARDUNDERACHIEVING STUDENTS IN GRADE 4 OF SD KANISIUS GAYAM I YOGYAKARTA
Elisabeth Dwi Astuti Sanata Dharma University
2014
The purposes of this research are to (1) describe the validation result on the product’s quality of the course module based on body-kinestheticintelligence to students who have underachievement on Mathematics subject in GradeIVof SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, (2) find outthat the product of mathematics course module based on physical-kinesthetic is able to increase the underachievement of students in Grade 4 of SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.
The method which was used by the researcher was the Research and Yogyakarta as sample. It was conducted on April 2014.
The result of this research was the course module based on body-kinesthetic intelligence for Mathematics subject on the even semester of Grade 4. The course module which was developed in this research acquired a good quality. Besides, it was suitable to be applied in Mathematics learning in the even semester of Grade 4 based on the validation from four experts, namely mathematics teacher, mathematics learning expert, grammar expert, and multiple intelligences expert. This was pointed out by the average of the product score which was 3.25, moreover, well category. The mathematics course module based on the body kinesthetic could increase the students’ achievement.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat serta kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan
Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Kinestetik-Badani
Pada Siswa Berprestasi Rendah Di Kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karena itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ., M.S.T,selaku dosen pembimbing I, terima
kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama
proses penyusunan skripsi ini.
4. Brigitta Elita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi., selaku dosen pembimbing II,
yang telah mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Ibu Cristiyanti Aprinastuti, S. Si., M. A. dan Dr. Y. Karmin, M. Pd.selaku
validator yang telah memberikan saran untuk perbaikan kualitas produk
yang dikembangkan.
6. Elisabeth Listriyani, S.Pd selaku kepala sekolah SD Kanisius Gayam I
Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Yunanto selaku guru bidang studi Matematika kelas IV yang telah
memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dengan baik.
8. Siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I tahun ajaran 2013/2014 yang telah
mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Para dosen PGSD, yang selalu mendampingi serta mendidik penulis selama
xi
10. Sekretariat PGSD, yang telah ramah dalam memberikan informasi dan
kemudahan dalam berbagai urusan administrasi sehingga penulis tidak
menghadapi rintangan yang berarti.
11. Orangtuaku Cornelia Tri Astuti dan Thomas Thukul, yang selalu
memberikan dukungan, doa maupun dukungan secara materiil demi
terselesaikannya skripsi ini.
12. Saudara-saudaraku, adik Maria Putri Thalia dan kakak Andreas Tommy
Guntoro yang menjadi motivasiku untuk menyelesaikan skripsi ini,
terimakasih atas pengertian dan dukungannya.
13. Sahabat kecilku Agustina Erine Sugiyanto, yang selalu memberiku kekuatan
saat ku lelah.
persahabatan kita selama di bangku perkuliahan.
16. Teman-teman seperjuangan skripsi, Huda, Candra, Resti, Sr. Nanda, Marsel,
dan Cahyo yang telah senantiasa bekerja sama dan saling mendukung satu
sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman “Bhe Better” yang selalu mewarnai selama 4 tahun perkuliahan.
Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi banyak pihak.Penulis menyadari karya ini masih banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... viii
1. Pengertian Kecerdasan (Intelligence) ... 6
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan ... 7
3. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligence) ... 9
a. Pengertian Kecerdasan Ganda ... 9
xiii
1) Kecerdasan Linguistik-Verbal ... 10
2) Kecerdasan Logis-Matematis ... 11
3) Kecerdasan Ruang-Visual ... 11
4) Kecerdasan Ritmik Musik ... 12
5) Kecerdasan Kinestetik... 12
6) Kecerdasan Interpersonal ... 12
7) Kecerdasan Intrapersonal ... 13
8) Kecerdasan Naturalis ... 13
9) Kecerdasan Eksistensial ... 13
c. Prinsip Umum Pengembangan Inteligensi Ganda ... 14
B. Spesifikasi Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15
1. Pengertian Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15
2. Ciri-ciri Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15
3. Pengembangan Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 15
4. Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Kinestetik-Badani ... 16
C. Bimbingan Belajar ... 18
1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 18
2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 19
3. Fungsi Bimbingan Belajar ... 20
4. Peranan Guru dalam Bimbingan Belajar ... 20
D. Prestasi Belajar ... 21
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 22
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22
E. Materi dalam Modul dan Hakekat Matematika ... 23
F. Modul Bimbingan Belajar ... 24
1. Pengertian Modul ... 24
2. Cara Menyusun Modul ... 24
3. Evaluasi Modul ... 25
G. Penelitian yang Revelan ... 26
1. Penelitian yang berhubungan dengan Kecerdasan Ganda ... 26
2. Penelitian yang berhubungan dengan Bimbingan Belajar ... 27
xiv
G. Instrumen Penelitian... 37
1. Wawancara ... 38
1. Data Validasi Guru Bidang StudiMatematika dan Revisi Produk ... 41
2. Data Validasi Pakar Tata Bahasa dan Revisi Produk ... 42
3. Data Validasi Pakar Pembelajaran Matematika dan Revisi Produk .. 44
4. Data Validasi Pakar Multiple Inteligensi ... 45
I. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV DATA DAN DATA ANALISIS ... 50
A. Pelaksanaan Penelitian ... 50
1. Sebelum Penelitian ... 50
4. Tanggapan Siswa Terhadap Modul... 59
BAB V PENUTUP ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Keterbatasan penulis ... 61
xv
DAFTAR PUSTAKA ... 63
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Matematika Pretest dan Posttest ... 41
Tabel 3.2 Komentar Guru Bidang Studi Matematika serta Revisinya ... 42
Tabel 3.3 Komentar Pakar Tata Bahasa serta Revisinya ... 43
Tabel 3.4 Komentar Pakar Pembelajaran Matematika serta Revisinya ... 44
Tabel 3.5 Komentar Pakar Multiple Inteligensi serta Revisinya ... 45
Tabel 3.6 Konversi Skala Empat Berdasarkan Penelitian Acuan Patokan .... 46
Tabel 3.7 Resume Nilai dari Pakar/Validator ... 48
Tabel 3.8 Perhitungan SBx atau Standar Devisisasi (SD) ... 48
Tabel 3.9 Hasil Konversi Nilai Skala Empat ... 49
Tabel 3.10 Resume Nilai Kuesioner dari Para Ahli ... 49
Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas IV ... 56
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Penelitian yang Relevan ... 29
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2010) ... 31
Gambar 3.2 Tahap-Tahap Penelitian Research and Development... 32
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 66
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 67
Lampiran 3. Legger Penjasorkes Kelas IV Semester I ... 68
Lampiran 4. Daftar Nilai Rapor Penjasorkes Kelas IV Semester I ... 69
Lampiran 5. Legger Seni Tari Kelas IV Semester I ... 70
Lampiran 6. Daftar Nilai Matematika Kelas IV Semester Ganjil (1) ... 71
Lampiran 7. Daftar Nilai Matematika Kelas IV Semester Ganjil (2) ... 72
Lampiran 8. Resume Nilai Matematika Rapor Kelas IV Semester 1 ... 73
Lampiran 9. Silabus Pembelajaran... 74
Lampiran 10. RPP Bimbingan Belajar Pertemuan 1 (Revisi) ... 78
Lampiran 11. RPP Bimbingan Belajar Pertemuan 2 (Revisi) ... 86
Lampiran 12. RPP Bimbingan Belajar Pertemuan 3 (Revisi) ... 94
Lampiran 13. Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Matematika ... 102
Lampiran 14. Hasil Validasi Pakar Tata Bahasa ... 115
Lampiran 15. Hasil Validasi Guru Bidang Studi Matematika ... 118
Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Matematika Kelas IV ... 121
Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Validasi Tata Bahasa ... 123
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Validasi Pembelajaran Matematika ... 125
Lampiran 19. Hasil Pretest Sampel 10 ... 127
Lampiran 20. Pekerjaan Sampel 8 di Modul Matematika ... 135
Lampiran 21. Pekerjaan Sampel 4 di Modul Matematika ... 141
Lampiran 22. Hasil Posttest Sampel 10 ... 147
1
sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan enam tahun.Hal ini tercantum dalam Kurikulum Pendidikan Dasar
(1994; dalam Bafadal 2006: 6) dijelaskan bahwa pendidikan dasar bertujuan
memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Pendidikan non formal contohnya seperti home schoolling dan
bimbingan belajar. Tujuan bimbingan belajar menurut Hamalik (2009:195)
adalah agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi aspek
pribadinya sebagai individu yang potensial.Hal ini, dapat memberi dampak
positif bagi perkembangan belajar siswa sendiri dan raihan prestasi belajar
siswa tersebut.Bimbingan belajar yang ada hingga saat ini biasanya juga
menggunakan bahan ajar.Sukmadinata (2010:3) menyebutkan bahwa bahan
ajar menjadi salah satu komponen utama kurikulum.Bahan ajar yang
2
umum ini artinya belum berbasis kecerdasan ganda (inteligensi ganda)
sehingga siswa menerima pengetahuan dengan cara yang sama yang
mengakibatkan perbedaan pencapaian prestasi belajar.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SD Kanisius Gayam I
Yogyakarta, para guru di sana masih menggunakan modul yang belum
memperhatikan kecerdasan ganda yang dimiliki oleh setiap siswa. Antara
guru dan siswa menggunakan modul yakni modul yang berisi penjelasan
materi dan soal latihan.Menurut David Wechsler dalam Nini Subini (2012:
11), kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.Ada 9 kecerdasan
yang diungkap oleh Gardner.Kecerdasan itu adalah intelegensi linguistik,
intelegensi matematis-logis, intelegensi ruang-visual, intelegensi
kinestetik-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi
intrapersonal, intelegensi lingkungan, intelegensi eksistensial.
Wawancara yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa siswa kelas IV
SD Kanisius Gayam I yang berprestasi rendah memiliki kecerdasan
kinestetik-badani yang lebih dominan melihat dari hasil pretasi yang
ditunjukkan pada nilai rapor.Suparno (2004: 35) berpendapat bahwa siswa
yang mempunyai kecerdasan kinestetik-badani biasanya suka menari,
olahraga, dan suka bergerak.Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu
menggerakan tubuhnya.Bila waktu luang dan tidak ada pelajaran, anak-anak
ini dengan cepat main di lapangan. Bila belajar menari, anak seperti ini
3
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru penjasorkes, seni tari
dan juga Matematika.Hasil wawancara ditemukannya 12 siswa yang memiliki
kecerdasan kinestetik-badani.Kedua belas siswa tersebut bagus dalam
kinestetik-badani dan mereka lemah dalam mata pelajaran Matematika. Untuk
memastikan hal tersebut, maka peneliti membuat pertanyaan sederhana
tentang hobi dan mata pelajaran yang dirasa sulit. Peneliti meminjam bukti
dokumentasi yaitu rapor dari guru bidang studi Matematika. Setelah angket
itu selesai diisi dan melihat bukti rapor, peneliti melihat bahwa dari 12 siswa
tersebut ada 10 siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik-badani dan lemah
di bidang studi Matematika.
Peneliti memiliki keinginan untuk mengembangkan sebuah modul
bimbingan belajar Matematika dengan bertolak pada kecerdasan
kinestetik-badani.Dari modul bimbingan belajar ini, diharapkan siswa mampu
memahami mata pelajaran Matematika yaitu materi “Sifat-sifat bangun ruang sederhana” dengan baik.Penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan modul bimbingan belajar, kecerdasan kinestetik-badani, dan prestasi rendah
dalam mata pelajaran Matematika. Materi Matematika yang akan dibahas
terletak pada kelas IV semester genap yaitu Standar Kompetensi 8.
Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
Kompetensi Dasar 8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
Dengan demikian peneliti mengambil judul “Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Kinestetik-BadaniPada
4 B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil validasi kualitas produk modul bimbingan belajar
Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badanipada siswa berprestasi
rendah di kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta?
2. Apakah produk modul bimbingan belajar Matematika berbasis
kecerdasan kinestetik-badanidapat meningkatkan prestasi rendah siswa
kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk modul bimbingan
belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani pada siswa berprestasi
rendah pada mata pelajaran Matematika di Kelas IV SD Kanisius Gayam
I Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui produk modul bimbingan belajar Matematika berbasis
kecerdasan kinestetik-badani dapat meningkatkan prestasi rendah siswa
kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru
Guru bidang studi Matematika kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta mendapatkan inspirasi dari penelitian ini baik dari sisi
pengembangan modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan
kinestetik-badani maupun produk yang dihasilkan dapat menambah bahan
5 2. Bagi Siswa
Siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta dapat terbantu
prestasi belajarnya dengan adanya produk yang dikembangkan oleh
peneliti yaitu modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan
kinestetik-badani.
3. Bagi Sekolah
SD Kanisius Gayam I Yogyakarta mendapatkan tambahan
referensi modul bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan
kinestetik-badani dari hasil penelitian pengembangan (Research and
Development).
4. Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mendapatkan
tambahan referensi terkait dengan penelitian dan pengembangan (Research
and Development/ R & D) dan produk yang dihasilkan berupa modul
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecerdasan (Intelligence)
1. Pengertian Kecerdasan (Intelligence)
Menurut David Wechsler (dalam Nini Subini, 2012:11), kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.Kecerdasan secara
umum dapat juga diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan
kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan
tertentu.Kemampuan dan kecepatan kerja otak ini disebut juga dengan
efektifitas kerja otak. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan adalah suatu kemampuan mentalyang melibatkan proses
berpikir rasional. Oleh karena itu, kecerdasan tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Penelitian Gardner telah menghasilkan suatu pengertian tentang
kecerdasan. Kecerdasan tidak diketahui berdasarkan ukuran nilai atau skor
tes, tetapi kecerdasan seseorang diketahui dan dinilai dari: (1)kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari;
(2) kemampuan untuk memproduksi persoalan baru dan diselesaikan
sendiri; (3) kemampuan untuk menciptakan produk baru yang
7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Kita ketahui bahwa kecerdasan masing-masing orang berbeda, ada yang pintar sekali, sedang-sedang saja, dan ada juga yang bisa-biasa
saja.Namun tidak sedikit juga yang tingkat kecerdasannya dibawah
rata-rata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (Subini,2012:18-21), yakni:
a. Faktor genetik (keturunan atau bawaan)
Pandangan umum mengatakan bahwa seseorang yang lahir dari
keluarga berpendidikan tinggi atau mempunyai tingkat intelektual
diatas rata-rata akan mempunyai keturunan yang tidak jauh berbeda.
Meskipun bukan faktor utama, namun keturunan terbukti
mempengaruhi kecerdasan seseorang.Oleh karena itu di dalam satu
kelas dapat dijumpai anak yang berbeda secara akademis.
b. Faktor lingkungan
Selain faktor genetik (keturunan), lingkungan juga dapat memberi
pengaruh besar terhadap kecerdasan anak. Jadi tidak perlu bingung
ketika ada seorang anak jalanan, yang orangtuanya tidak pernah
sekolah, mempunyai kepandaian yang luar biasa dibanding temannya.
Bisa jadi anak tersebut belajar dari kehidupannya yang susah dan
bertekat mengubah keadaan hidupnya dengan rajin belajar. Ia bisa
belajar kapanpun dan kepada siapapun yang mau mengajarinya. Oleh
karena itu walaupun pada dasarnya inteligensi sudah dibawa sejak
lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan
8
benar juga berpengaruh untuk menciptakan orang-orang
cerdas.Rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif seperti
emosional dari lingkungan juga memegang peranan penting.
c. Faktor minat dan pembawaan yang khas
Minat merupakan suatu dorongan untuk mencapai sebuah
tujuan.Minat mengarahkan pernuatan kepada sesuatu. Dalam diri
manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorongnya untuk
berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh
manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik. Dengan belajar giat akan meningkatkan kecerdasan
seseorang.
d. Faktor gizi
Intelegensi tidak bisa lepas dari otak.Perkembangan otak
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.Otak cenderung dapat bekerja
dengan keras, lancar jika didukung dengan kandungan makanan yang
diserap.
e. Faktor kematangan
Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan setiap saat. Bagaimana seorang bayi yang mulanya
hanya bisa menangis kemudian dapat lari kesana ke mari, itu adalah
bagian dari proses tumbuh kembangnya.
f. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang
9
macam yakni: yang direncanakan dan yang tidak. Pembentukan yang
direncanakan seperti dilakukan disekolah atau pembentukan yang
tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam semesta.
g. Faktor kebebasan
Kebebasan yang dimaksud disini adalah dalam hal melakukan
pembelajaran.Seorang anak dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.Misalnya untuk belajar ilmu
murni, anak cenderung memilih melakukan praktik langsung daripada
duduk diam mendengarkan guru berceramah.Biarkan anak melakukan
hal yang disukainya asalkan itu baik, berguna dan tidak
membahayakan dirinya.
3. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) a. Pengertian Kecerdasan Ganda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 251) terdapat arti
kata dari kecerdasan ganda, kata “ganda” memiliki arti kali, lipat, lebih banyak, dan tidak tunggal.Gagasan tentang teori intelegensi
ganda (multiple intelegence) pertama kali dikemukakan oleh Howard
Gardner pada tahun 1983.Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:17)
Inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan
dalam situasi yang nyata.
Menurut pendapat Suparno (2004: 19) penelitian yang telah
10
kemudian ditambah lagi menjadi dua kecerdasan sehingga menjadi
sembilan kecerdasan anak, yaitu: (1) kecerdasan linguistik; (2)
kecerdasan matematis-logis; (3) kecerdasan ruang-visual; (4)
kecerdasan musikal; (5) kecerdasan jinestetik-badani; (6) kecerdasan
interpersonal; (7) kecerdasan intrapersonal; (8) kecerdasan naturalis;
dan (9) kecerdasan eksistensial. Sembilan kecerdasan tersebut yang
disebut dengan multiple intelligences.
b. Macam-macam Kecerdasan
Menurut Gardner dalam Suparno (2013: 19) pada awal
penelitiannya Gardner mengumpulkan banyak sekali kemampuan
manusia yang kiranya dapat dimasukkan dalam pengertiannya tentang
kecerdasan.Setelah semua kemampuan itu dianalisis secara teliti,
akhirnya dia menerima adanya tujuhkecerdasan yang dimiliki manusia.
Pada bukunya Intelligence Reframed, ia menambahkan adanya
duakecerdasan baru, yaitu kecerdasan lingkungan atau naturalis
(naturalist intelligence) dan kecerdasan eksistensial (existential
intelligence). Ada 9 kecerdasan yang diungkap oleh
Gardner.Kecerdasan itu adalah intelegensi linguistik, intelegensi
matematis-logis, intelegensi ruang-visual, intelegensi
kinestetik-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal, intelegensi
intrapersonal, intelegensi lingkungan, intelegensi eksistensial.
11
Menurut Suparno (2004: 26) kecerdasan linguistik-verbal
merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan kata-kata
secara lisan maupun tertulis seperti pencipta puisi, pemain film,
jurnalis.Menurut Gardner dalam Campbell (2006:2) menambahkan
bahwa linguistic intelligence (kecerdasan linguistic), adalah
kemampuan untuk berpikir dalm bentuk kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai
makna yang kompleks.
2) Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan logis-matematis menurut pendapat Suparno
(2004: 28) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengolah angka dan bilangan dalam melakukan
perhitungan.Menurut Gardner dalam Campbell
(2006:2)menambahkan bahwa logical–matehematical intelligence
(kecerdasan matematis-logis), merupakan kemampuan dalam
menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan
hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis.
3) Kecerdasan Ruang-Visual
Kecerdasan selanjutnya yaitu kecerdasan ruang-visual,
adalah kecerdasan atau kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melihat dan mengenal dunia melalui ruang-visualnya secara tepat
dan benar (Suparno, 2004: 32). Menurut Gardner dalam Campbell
(2006:2)menambahkan bahwa spatial intelligence (kecerdasan
12
untuk berpikir dalam tiga cara dimensi seperti yang dapat
dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, arsitek.
4) Kecerdasan Ritmik Musik
Kecerdasan ritmik-musik menurut Suparno (2004: 36)
adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengekspresikan
dan mengembangkan perasaan atau pikiran melalui lagu dan
musik.Menurut Gardner dalam Campbell (2006:2) menambahkan
bahwa musical intelligence (kecerdasan musik), kemampuan yang
sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme, dan nada.
5) Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik menurut pendapat Suparno (2004: 34)
adalah kemampuan seseorang dalam mengkombinasikan pikiran
dan gerak tubuh sehingga menjadi suatu bentuk gerakan yang
indah seperti yang dilakukan pada penari, atlet, pemahat.Menurut
Gardner dalam Campbell (2006:2) menambahkan bahwa
bodily-kinestetic intelligence (kecerdasan kinestetik), adalah kemampuan
yang memungkinkan seseorang untuk menggerakan objek dan
keterampilan-keterampilan fisik yang halus.
6) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melakukan hubungan komunikasi dengan orang
disekitarnya (Suparno: 40). Menurut Gardner dalam Campbell
13
(kecerdasan interpersonal), adalah kemampuan untuk memahami
dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
7) Kecerdasan Intrapersonal
Menurut Suparno (2004: 41) memiliki pendapat tentang
kecerdasan intrapersonal.Beliau mengatakan kecerdasan
intrapersonal adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan refleksi dan penilaian terhadap diri sendiri dalam
merumuskan tujuan hidupnya.Menurut Gardner dalam Campbell
(2006:2) menambahkan bahwa intrapersonal inteliligence
(kecerdasan intrapersoal), merupakan kemampuan untuk membuat
persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan
pengetahuan tersebut dalam merencanakan dan mengarahkan
kehidupan seseorang.
8) Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk
mengenal lingkungan baik tumbuhan dan hewan (Suparno, 2004:
42).
9) Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial ini memiliki kesamaan dengan
kecerdasan intrapersonal.Persamaan yang dimiliki oleh kedua
kecerdasan tersebut yaitu sama-sama tentang diri sendiri, tetapi
kecerdasan eksistensial lebih pada ke pertanyaan-pertanyaan
14
seseorang dalam menjawab pertanyaan tentang masalah-masalah
manusia seperti mengapa aku ada, mengapa manusia mati, makna
dari tujuan hidup (Suparno, 2004: 44).
c. Prinsip Umum Pengembangan Inteligensi Ganda
Haggerty (dalam Suparno, 2004: 65-66) ada beberapa prinsip
umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada siswa,
adalah:
1) Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan intelektual;
2) Pendidikan seharusnya individual. Pendidikan harusnya lebih
personal, dengan memperhatikan inteligensi setiap siswa;
3) Pendidikan harus menyemangati siswa untuk dapat menentukan
tujuan dan program belajar mereka. Siswa perlu diberi kebebasan
untuk menggunakan cara belajar dan cara kerja berdasarkan minat
mereka;
4) Sekolah sendiri harus menyediakan fasilitas dan sarana yang
dapat dipergunakan oleh siswa untuk melatih kemampuan
intelektual mereka berdasarkan inteligensi ganda;
5) Evaluasi belajar harus lebih kontekstual dan bukan tes tertulis.
Evaluasi lebih harus berupa pengalaman lapangan langsung dan
dapat diamati bagaimana performa siswa, apakah sungguh maju
atau tidak;
6) Pendidikan sebaiknya tidak dibatasi di dalam gedung sekolah.
15
dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat, kegiatan ekstra,
serta kontak dengan orang luar dan para ahli.
B. Spesifikasi Kecerdasan Kinestetik-badani 1. Pengertian Kecerdasan Kinestetik-badani
Menurut Gardner (dalam Suparno, 2004: 34) kecerdasan kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak
tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor,
atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah. Definisi ini merujuk pada tulisan
yang mengatakan bahwa “… Sebuah keselarasan antara pikiran dan tubuh, dimana pikiran dilatih untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya
dan tubuh dilatih untuk dapat merespon ekspresi kekuatan dari pikiran” (Linda C, Bruce C dan Dee D, 2002).
2. Ciri-ciri Kecerdasan Kinestetik-badani
Suparno (2004: 35) berpendapat bahwa siswa yang mempunyai kecerdasan kinestetik-badani biasanya suka menari, olahraga, dan suka
bergerak.Siswa ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu menggerakan
tubuhnya.Bila waktu luang dan tidak ada pelajaran, anak-anak ini dengan
cepat main di lapangan. Bila belajar menari, anak seperti ini dengan cepat
akan bisa dan tidak kaku karena tubuhnya fleksibel.
16
Menurut Lazear (dalam Suparno, 2013: 72-73) kapasitas yang berkaitan dengan inteligensi kinestetik-badani ini perlu dilatih, misalnya
dengan hal-hal berikut.
a. Bila sedang berjalan, baik bila secara sadar melatih bermacam-macam
model jalan. Misalnya, jalan pelan, jalan reflektif, tergesa-gesa,
semangat, jalan gembira, mau cepat sampai tujuan, dsb.
b. Bila merasakan reaksi tubuh terhadap rangsangan dari luar. Misalnya,
merasakan reaksi tubuh terhadap suasana tegang, bingung, suasana
menyenangkan, dsb. Melatih dan menyadari reaksi ini misalnya, tubuh
menggigil waktu mengalami ketakutan; wajah menjadi merah ketika
sedang marah;dsb.
c. Bila sedang berbicara dengan orang lain, cobalah perhatikan bahasa
tubuh mereka. Perhatikan postur tubuh, isyarat tubuh, ekspresi wajah,
gerak tubuh-nya.
d. Baik bila sekali menyadari apa yang dilakukan dengan tubuh anda
sebelum melakukan sesuatu. Misalnya, bila ingin memakai sepatu,
lalu duduk, dan menggunakannya.
e. Saat sibuk mengerjakan hal rutin, cobalah berhenti dan berpikir
sebentar, unuk menyadari serta merasakan bagaimana kaki, tangan,
dan tubuh kita melakukan dengan tugas itu.
4. Strategi Pengajaran untuk Kecerdasan Kinestetik-Badani
17
dipicu oleh gerak tubuhdan kinestetis ke dalam mata pelajaran akademis
tradisional seperti bahasa, matematika, dan ilmu pasti. Berikut uraiannya.
1) Respon Tubuh. Mintalah siswa menanggapi pelajaran menggunakan tubuh mereka sebagai medium respons. Strategi ini dapat divariaskina
dengan beberapa cara, misalnya siswa dapat tersenyum, mengedipkan
mata, mengangkat kelima jari, meniru gerakan burung yang terbang
dengan merentangkan tangan, dan lain-lain.
2) Teater Kelas. Misalnya, siswa dapat mendramakan soal matematika yang melibatkan tiga langkah pemecahan dengan memainkan drama
tiga langkah. Mereka dapat menciptakan pertunjukan boneka-boneka
prajurit mini di sebuah papan kayu dengan menggerak-gerakkannya
agar terlihat seperti gerakan pasukan.
3) Konsep kinestetis. Strategi konsep kinestetis dapat dilakukan, baik dengan cara mengajarkan konsep kepada siswa mempantomimkan
konsep atau istilah mata pelajaran tertentu. Kegiatan ini menuntut
kemampuan siswa menerjemahkan informasi dari sistem linguistik
atau simbol logis menjadi ekspresi yang sepenuhnya
kinestetis-jasmani.
4) Hands On Thinking. Siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis
seharusnya memperoleh kesempatan belajar melalui manipulasi objek
atau menciptakan sesuatu dengan tangan mereka. Pada tingkat
kognitif yang lebih tinggi, siswa dapat mengekspresikan konsep yang
abstrak, dengan membuat patung, kolase, atau bentuk-bentuk
18
5) Peta tubuh. Salah satu contoh paling umum dari pendekatan ini adalah penggunaan jari untuk berhitung dan menghitung seperti
sempoa. Dalam geografi misalnya, badan dapat mempresentasikan
Indonesia (jika kepala mewakili Kalimantan, di manakah posisi
Sumatera?), badan juga dapat digunakan dalam memetakan strategi
pemecahan masalah dalam matematika. Misalnya, dalam perkalian
angka dua digit, kedua kaki dapat menjadi angka dua digit dan lutut
dapat menjadi angka satu digit.
C. Bimbingan Belajar
1. Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut Hamalik (2009:193), bimbingan dalam arti yang luas
inheren dengan pendidikan. Banyak ahli yang sependapat bahwa
pengertian tentang bimbingan pada pokonya hampir bersesuaian satu
sama lain. Berikut ini beberapa definisi bimbingan yang dikemukakan
oleh beberapa ahli yakni:
a. Harol Alberty: bimbingan disekolah merupakan aspek program
pendidikan yang berkenan dengan bantuan terhadap para siswa agar
dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk
merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan,
dan kebutuhan sosialnya.
b. Chrisholm: bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal
dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat
19
c. Stikes dan Dorcy: bimbingan adalah suatu proses untuk menolong
individu dan kelompok supaya individu itu dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah-masalahnya. Definisi ini menekankan
pandangan pribadi.
d. Stoops: bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus untuk
membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan
kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Dari keempat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
merupakan suatu proses memberi bantuan kepada individu agar
individu itu dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan
masalah-masalah hidupnya sendiri sehingga ia dapat menikmati
hidup dengan bahagia.
2. Tujuan Bimbingan Belajar
Menurut Hamalik (2009: 195), bimbingan merupakan suatu proses
yang bertujuan agar:
1) Siswa bertanggungjawab menilai kemampuannya sendiri dan
menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya;
2) Siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan
menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri;
3) Semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi aspek
20
Menurut Skiner dalam Hamalik (2009:195), bimbingan bertujuan
untuk menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan
mnentukan sikap yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan
kesempatan yang ada yang sejalan dengan nilai-nilai sosialnya.
3. Fungsi Bimbingan Belajar
Menurut Hamalik (2009:195), fungsi bimbingan adalah:
a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang
objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan
kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang
tidak diinginkan.
b. Membantu individu siswa untuk mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuannya dan
membantu siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan
efisien dalam menyelesaikan bidang pendidikan yang telah
dipilihnya agar tercapai hasil yang diharapkan.
c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang kemungkinan-kemungkinan dan
kecenderungan-kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan
pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan. Disamping itu,
21
dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan secara
masksimal terhadap masyarakatnya.
4. Peranan Guru dalam Bimbingan Belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 109) guru sebagai
manager of instruction (pengelola pengajaran) dituntut untuk memiliki
kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan
menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap
murid dapat belajar dengan efektif dan efisien. Sebagai pembimbing
dalam belajar mengajar diharapkan mampu untuk:
1) Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses
belajar.
2) Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
yang dihadapinya.
3) Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
4) Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat
belajar sesuai dengan karateristik pribadinya.
5) Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual
maupun secara kelompok.
Menurut Perceivel Huston (dalam Ahmadi dan Supriyono,
1991: 111) dalam bukunya: The Guince Function Education” guru yang dapat berperan sebagai pembimbing yang efektif adalah guru
yang memiliki kemampuan kelebihan dalam hal mengajar bidang
22
1) Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang
diajarkan;
2) Memiliki kecakapan sebagai pemimpin murid;
3) Dapat menghubungkan materi pelajaran pada pekerjaan praktis.
D. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Winkel (1997:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Menurut Masidjo (1995), prestasi belajar adalah segala sesuatu yang
menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh setiap orang dalam proses belajarnya
dari proses belajar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar (Subini, 2012:20).
1) Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri:
(1)Faktor jasmaniah, berkaitan dengan penggunaan panca indra
yang dimiliki oleh seseorang.
(2) Faktor psikologis, merupakan faktor bawaan yang terdiri atas:
2) Faktor intelektif, meliputi:
(1)Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
23
3) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi,emosi, dan penyesuaian
diri.
4) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Kemudian yang termasuk
dalam faktor yang berasal dari luar diri:
a. Faktor sosial, seperti:
i. Lingkungan keluarga
ii.Lingkungan masyarakat
iii.Lingkungan sekolah
iv.Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengatahuan, tekhnologi,
dan kesenian.
c. Faktor lingkungan, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
E. Materi dalam Modul dan Hakekat Matematika
Penelitian ini menggunakan mata pelajaran Matematika. Materi
pembelajaran yang digunakan adalah berpedoman pada Standar Kompetensi
Bilangan: 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar
bangun datar. Kompetensi dasar yang diambil adalah 8.1 Menentukan
sifat-sifat bangun ruang sederhana.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Bahasa, 2008:888)
Matematika adalah ilmu tentang bilangan, dan prosedur operasional yang
24
memberikan definisi hakikat Matematika (Hamzah dan Muhlisrarini,2014:48)
adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas
masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem,
struktur dan alat.
Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang angka-angka dan perhitungan menggunakan pola pikir
yang logis.
F. Modul Bimbingan Belajar 1. Pengertian Modul
Menurut Nasution (1984: 206-208) modul adalah media
pembelajaran yang di dalamnya terdiri dari kegiatan belajar yang dibuat
untuk membantu siswa mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki siswa.
2. Cara Menyusun Modul
Menurut Nasution (1982: 217-218) penyusunan modul atau
pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk
kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
2. Urutan tujuan-tujuan itu menentukan langkah-langkah yang diikuti
dalam modul itu.
3. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan
25
menempuh modul itu (entry behaviour atau entering behaviour). Ada
hubungan antara butir-butir test ini dengan tujuan-tujuan modul.
4. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia
harus tahu apa gunanya ia mempelajari modul ini. Siswa harus yakin
akan manfaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya sepenuh
tenaga.
5. Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing
siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan
dalam tujuan. Adapun beberapa alternatif yang perlu disediakan,
misalnya cara yang dijalani oleh siswa sesuai dengan kepribadiannya.
Bagian ini merupakan inti dan aspek terpenting dari modul itu, karena
menyangkut proses belajar itu sendiri.
6. Menyusun posttest untuk mengukur hasil belajar murid, hingga
manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun
beberapa bentuk test yang paralel. Butir-butir tes harus bertalian erat
dengan tujuan-tujuan modul.
7. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi
siswa setiap waktu ia memerlukannya.
3. Evaluasi Modul
Suatu bahan ajar perlu dievaluasi untuk mengetahui sejauhmana
bahan ajar tersebut efektif.Cunningsworth mengemukakan beberapa
unsur untuk mengevaluasi suatu bahan ajar. Unsur tersebut meliputi:
aims and objectives, design and organization, language contents, skills,
26
Peneliti mengambil 5 unsur yang terdapat dalam instrumen validasi
modul yaitu tujuan dan pendekatan (aims objectibes), desain dan
pengorganisasian (design and organization), isi modul (language
contents), topik (topic), dan metodologi (methodology).
G. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang berhubungan dengan Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligence)
Nurani, Yuliani (2012). Penelitian ini berjudul “Pengembangan
Media Daur Ulang Berbasis Kecerdasan Jamak dalam Peningkatan
Keterampilan Hiudp Anak Usia Dini” menggunakan metode R and D.
Peneliti memiliki tujuan yaitu menghasilkan suatu model pengembangan
media daur ulang berbasis kecerdasan jamak dalam meningkatkan
keterampilan hidup anak usia dini. Penelitian tersebut dilakukan selama 4
minggu dengan 12x pertemuan tatap muka. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa anak yang berada di bawah nilai rata-rata sebanyak 3 anak atau
16,6%; sedangkan anak yang berada diatas kelas rata-rata sebanyak 9 anak
atau 50,2%. Kesimpulannya adalah 12 dari 18 anak memiliki kategori
berkembang sesuai harapan yang dibuktikan melalui kumpulan hasil dalam
bentuk karya/produk media daur ulang dan perilaku nyata yang dapat
diamati (observable) dan dapat diukur (measureable).Itu berarti
penggunaan media daur ulang dapat meningkatkan keterampilan hidup
anak usia dini pada Pos PAUD di Provinsi DKI Jakarta.
Reza, Muhammad & Fitrinti, Diah (2013). Penelitian ini berjudul
27
Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Usia 5-6 tahun”.Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R and D). Penelitian
ini bertujuanuntuk mengembangkan kegiatan gerak dan lagu yang nantinya
dapat digunakan sebagai pilihan kegiatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak serta untuk mengetahui
apakah kegiatan gerak dan lagu yang dikembangkan oleh peneliti efektif
untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak usia 5-6 tahun.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 10 sampel yang diteliti nilai
postest lebih tinggi daripada nilai pretest. Kesimpulannya adalah bahwa
kegiatan gerak dan lagu efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik
kasar anak pada anak usia 5-6 tahun.
2. Penelitian yang Berhubungan dengan Bimbingan Belajar
Firdausi, Nurmala (2008). Penelitian ini berjudul “Motivasi Siswa
SD Mengikuti Bimbingan Belajar ditinjau Dari Harapan Orangtua
Terhadap Prestasi Belajar Anak”.Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
harapan orangtua terhadap prestasi belajar anak dengan motivasi siswa SD
mengikuti bimbingan belajar. Hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) terdapat hubungan
positif antara harapan orangtua terhadap prestasi belajar dengan motivasi
siswa SD mengikuti bimbingan belajar, artinya semakin tinggi harapan
orangtua terhadap prestasi belajar anak maka semakin tinggi pula motivasi
28
efektif harapan orantua terhadap prestasi belajar anak dengan mpotivasi
siswa SD mengikuti bimbingan belajar sebesar 12,7%.
3. Penelitian yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar
Aisah, Siti (2008). Penelitian ini berjudul “Peningkatan Prestasi
Siswa dalam Diskusi Kelompok dengan adanya Penggunaan Alat Peraga
pada Pokok Bahasan Bangun Ruang (Kubus & Balok) di Kelas VIII MTs
Negeri Kota Madiun.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Hasil analisis pada siklus I adalah dari 42 siswa ada 22 siswa
(52%) yang tuntas dalam belajarnya.Kesimpulannya adalah bahwa
kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum berhasil sebab suatu kelas
dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajar paling sedikit 65%
dari jumlah siswa. Hasil analisis pada siklus II adalah dari 42 siswa ada 35
siswa (83%) yang mengalami ketuntasan belajar.Kesimpulannya adalah
bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti berhasil.
Lestari, Sri (2009). Penelitian ini berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Melalui Penggunaan Bangun Ruang Siswa Kelas IV
SD di SDN 3 Jenengan Sawit Boyolali Tahun 2009/2010”.Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Pada siklus I siswa yang
belajar dengan tuntas mencapai 96%, dilanjutkan siklus II yaitu siswa
yang tuntas belajar mencapai 100%. Dengan demikian penggunaan media
pembelajaran matematika bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar
29
Gambar 2.1
Skema Penelitian yang Relevan
Kecerdasan Ganda Bimbingan Belajar Prestasi Belajar
“Pengembangan Media Alat Peraga pada Pokok Bahasan Bangun Ruang (Kubus & Balok) di Kelas VIII MTs Negeri
Kota Madiun. Kasar pada Anak Usia
5-6 tahun”.
Oleh:
Reza, Muhammad & Fitrinti, Diah (2013)
Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Kinestetik-BadaniPada Siswa Berprestasi Rendah di Kelas IV SD Kanisius
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Gayam I Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Ki Mangunsarkoro No. 80 Yogyakarta.Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari – April (3 bulan).
B. Jenis Penelitan
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan atau
Research and development (R and D).Penelitian dan Pengembangan adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407).Penelitian ini
mengembangkan modul berbasis kecerdasan kinestetik-badani untuk
pelajaran Matematika yang berfokus pada kecerdasan dominan siswa yaitu
kecerdasan kinestetik-badani. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian
ini adalah modul pembelajaran Matematika berbasis kecerdasan
kinestetik-badani.
C. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengadaptasi model dari
Sugiyono yang terdiri dari 10 langkah.Langkah-langkah penelitian dan
31 Gambar 3.1
Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2010)
Penelitian yang dilakukan hanya sampai pada tahap ke tujuh yaitu tahap revisi
produk. Tahapan yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari:
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing langkah penelitian yang dapat
dilihat di Gambar 3.2
32 Gambar 3.2
33 Langkah 1: Potensi dan Masalah
Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan
wawancara kepada guru penjasorkes dan guru seni tari untuk mengetahui
siswa kelas IV yang menonjol di bidang studi penjasorkes dan seni
tari.Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada guru bidang
studi Matematika untuk mengetahui berdasarkan siswa yang menonjol di
bidang studi penjasorkes dan seni tari namun lemah di bidang studi
Matematika.
Setelah selesai, peneliti juga mencari tahu materi Matematika yang sulit
untuk siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta.
Langkah 2: Pengumpulan Data
Hasil wawancara, observasi, tes sederhana, dan dokumentasi
tersebut digunakan sebagai data awal untuk menganalisis kebutuhan terkait
dengan prestasi rendah bidang studi Matematika dan modul bimbingan
belajar berbasis kecerdasan kinestetik-badani. Sedangkan pengumpulan
data untuk desain dan materi bahan ajar dilakukan melalui kajian dokumen
dan browsing internet terkait dengan materi pelajaran Matematika kelas IV
untuk materi sifat-sifat bangun ruang sederhana.
Langkah 3: Desain Produk
Desain produk dimulai dengan menentukan desain awal modul bimbingan belajar dan materi sifat-sifat bangun ruang sederhana yang akan
diuraikan dalam modul bimbingan belajar. Desain awal dimulai dengan
membuat silabus dan RPP terkait dengan kecerdasan kinestetik-badani pada
34
dengan menyusun kerangka yang meliputi merancang tampilan modul,
menentukan isi modul dan menentukan urutan isi modul. Modul akan
dibuat menjadi 2 dengan isi yang berbeda. Pertama, modul untuk guru
berisikan daftar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, indikator
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi modul, kegiatan
bimbingan belajar (Menunjukkan pembelajaran berbasis kecerdasan
kinestetik-badani), latihan, soal evaluasi, refleksi, kunci jawaban, dan
daftar pustaka. Kedua, modul untuk siswa yang berisikan daftar isi,
halaman biodata siswa, materi modul, kegiatan bimbingan belajar
(Menunjukkan pembelajaran berbasis kecerdasan kinestetik-badani),
latihan, soal evaluasi, refleksi.
Langkah 4: Validasi Desain
Menurut Sugiyono (2010: 414) validasi desain merupakan proses
kegiatan untuk menilai apakah desain produk, dalam hal ini modul
bimbingan belajar akan lebih efektif dan berkualitas. Peneliti melakukan
validasi kepada empat pakar antara lain pakar multiple intelligence, pakar
pembelajaran matematika, pakar tata bahasa, dan guru bidang studi
matematika SD Kanisus Gayam I Yogyakarta. Setelah hasil validasi
didapatkan, maka peneliti memperbaikinya.
Langkah 5: Revisi Desain
Setelah mendapatkan kritik dan saran, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan revisi produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar.
Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan produk yang sudah
35 Langkah 6: Uji Coba Desain
Produk yang sudah direvisi berdasarkan saran dan komentar dari para
pakar selanjutnya digunakan dan diujicoba lapangan. Uji coba akan
dilakukan secara terbatas kepada 10 siswa kelas IV SD Kanisius Gayam I
Yogyakarta yang memiliki kecerdasan kinestetik-badani namun lemah di
bidang studi Matematika.
Langkah 7: Revisi Desain
Revisi desain diperoleh berdasarkan masukan dari siswa yang ikut
dalam uji coba produk.Pada tahap ini peneliti hanya memberikan catatan
tentang modul yang harus direvisi dan perbaikan modul dilakukan oleh
peneliti selanjutnya. Setelah itu, akan menjadi modul berbasis kecerdasan
kinestetik-badani mata pelajaran Matematika kelas IV SD Kanisius Gayam
I Yogyakarta.
D. Populasi dan Sampel
Populasi yang ditetapkan oleh peneliti adalah siswa kelas IV SD Kanisius
Gayam I Yogyakarta yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa
perempuan.Pengambilan sampel berdasarkan peneliti melakukan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.Pedoman yang digunakan dalam pengambilan
36 E. Perlakuan (Treatment)
Peneliti memberikan treatment selama 3x pertemuan di ruang aula untuk
memungkinkan siswa bebas bergerak dan bermain.Berikut penjelasan kegiatan
bimbingan belajar Matematika untuk setiap pertemuan.Pada setiap pertemuan
ada kegiatan awal, inti, dan akhir.
Pertemuan pertama, mempelajari tentang sifat-sifat kubus dan
balok.Kegiatan belajar diawali dengan apersepsi yaitu bermain rubik kubus
lalu siswa melakukan pengamatan pada rubik kubus tersebut untuk
mengetahui sifat-sifat dari bangun ruang kubus.Kegiatan selanjutnya, siswa
diminta untuk menuliskan benda-benda yang berbentuk di sekitarnya yang
berbentuk kubus lalu menarik kesimpulan yaitu menemukan jumlah titik sudut,
sisi, dan rusuk kubus.Materi kubus sudah selesai, masuk ke materi balok yaitu
siswa melakukan percobaan untuk menggabungkan 2 buah rubik kubus.Secara
berkelompok, siswa menyusun jaring-jaring kubus dan balok. Jika sudah
selesai, siswa mengerjakan soal latihan dilanjutkan mewarnai halaman
petak-petak membentuk jaring-jaring kubus dan balok. Kegiatan terakhir dari
kegiatan inti adalah membuat bangun ruang kubus “angry bird”.Siswa melakukan evaluasi dan refleksi.
Pertemuan kedua, mempelajari tentang sifat-sifat tabung dan kerucut.
Pembelajaran pertemuan kedua diawali dengan kegiatan apersepsi yaitu
pencarian harta karun. Siswa menuliskan benda-benda yang ditemukan beserta
37
celengan berbentuk tabung dari kertas karton. Kegiatan pada hari itu diakhiri
evaluasi dan refleksi.
Pertemuan ketiga, mempelajari tentang sifat-sifat bola.Kegiatan apersepsi
pada pertemuan kegiatan ketiga adalah bermain lempar tangkap bola.Lalu
mengerjakan soal.Secara berkelompok, siswa menyusun lego bangun ruang
lalu siswa mengerjakan soal evaluasi (pretest)selanjutnya refleksi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan
kuesioner untuk mengumpulkan data.Peneliti melalukan wawancara kepada
guru penjasorkes, seni tari dan bidang studi Matematika.Selanjutnya, peneliti
melakukan observasi untuk memastikan siswa yang memiliki kecerdasan
kinestetik-badani. Peneliti melihat dokumentasi nilai penjasorkes, seni tari,
dan Matematika untuk membuktikan ke-10 siswa benar rendah pada bidang
studi Matematika namun memiliki kecerdasan kinestetik-badani. Penilaian
modul yang dikembangkan peneliti dilakukan dengan menggunakan
kuesioner sedangkan pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa di bidang studi Matematika.
G. Instrumen Penelitian
Arikunto(2002:126), mengatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan dalam waktu penelitian dengan menggunakan
38
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan tes
tertulis.Instrumen untuk mengetahui hasil validasi kualitas produk modul
bimbingan belajar Matematika berbasis kecerdasan kinestetik-badani.
1. Wawancara
Wawancara (Sugiyono,2010:194) digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya kecil.Penelitian ini, menggunakan wawancara
tidak berstruktur. Menurut Masidjo (1995: 75), wawancara dengan
pertanyaan tak berstruktur atau terbuka atau bebas. Yang dimaksud adalah
suatu wawancara di mana pertanyaan-pertanyaan yang disediakan
memberi kebebasan interview untuk menjawabnya atau mengemukakan
pendapatnya.Hal ini, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
namun hanya sekadar obrolan ringan saja untuk membahas siswa yang
menonjol di bidang studi penjasorkes, seni tari.Selain itu, peneliti juga
bertanya kepada guru bidang studi Matematika mengenai siswa yang
menonjol di bidang studi penjasorkes dan seni tari namun lemah di bidang
studi Matematika.Hasil wawancara ini digunakan sebagai langkah awal
untuk menentukan mata pelajaran yang dipakai dalam modul.
39
Menurut Trianto (2010: 266) observasi merupakan pengamatan
yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan seluruh indra
seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecapan
terhadap suatu objek yang diamatai. Observasi dilakukan ketika siswa
kelas IV sedang beristirahat.Peneliti mengamati kegiatan yang mereka
lakukan selama istirahat.Sebagia besar siswa kelas IV senang bermain
yang melibatkan gerak tubuh seperti kejar-kejaran, sepak bola, dan petak
umpet.Selain itu, peneliti juga mengamati siswa kelas IV pelajaran
penjasorkes.Pada pertengahan bulan Januari, peneliti mengamati siswa
kelas IV sedang bermain bola kasti.Sebagian besar dari mereka dapat
menjadi pemukul yang baik dan pelari yang baik pula terutama siswa
laki-laki.Siswa perempuan cenderung lebih unggul ketika mengumpan atau
berlari menuju tempat asal sebelum berjaga.Selain penjasorkes, peneliti
juga mengamati ketika acara Natalan bersama di sekolah, ada seorang
siswa perempuan yang pandai ketika menari. Selain itu, ketika penjaga
sound system memutarkan lagu yang sedang tenar kala itu yakni “Goyang
Oplosan”, hampir separuh siswa kelas IV berhamburan untuk naik ke panggung lalu berjoged bersama.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002:149), mengatakan bahwa dokumentasi yaitu
metode yang dilakukan dengan cara mengutip langsung data yang sudah
terarsip atau ada pada masing-masing bagian. Data tersebut berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
40
Data yang digunakan untuk menentukan siswa yang memiliki
kecerdasan kinestetik-badani adalah nilai legger penjasorkes kelas IV
semester I yang dapat dilihat di lampiran 3, daftar nilai rapor penjasorkes kelas IV semester I yang dapat dilihat di lampiran 4.Selain nilai penjasorkes, peneliti juga mengambil dokumentasi legger seni tari kelas
IV semester I yang dapat di lihat pada lampiran 5.Peneliti menentukan sampel yang memiliki prestasi rendah di bidang studi matematika dengan
meminjam daftar nilai Matematika kelas IV semester ganjil (1) dan (2)
yang dapat dilihat di lampiran 6 dan 7.Untuk lebih memastikan sampel tersebut, peneliti juga meminjam nilai Matematika rapor yang dibuat
resume oleh peneliti yang dapat dilihat di lampiran 8. 4. Kuesioner
Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden baik laporan tentang pribadinya
maupun hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1998:140). Penelitian ini juga
menggunakan kuesioner untuk validasi ahli (expert judgment) yang
ditujukan kepada guru kelas IV SD Kanisius Gayam I Yogyakarta, pakar
tata bahasa, pakar pembelajaran matematika, dan pakar kecerdasan ganda
terhadap kualitas modul bimbingan belajar yang dikembangkan.
5. Test (pretest dan posttest)
Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian
pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil
belajar individu (Masidjo, 2010:38).Bentuk tes yang dipilih adalah tes