• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI - DOCRPIJM bdad4bcdf1 BAB VIBAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN KAB. MEMPAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI - DOCRPIJM bdad4bcdf1 BAB VIBAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN KAB. MEMPAWAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN

6.1. Umum

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk

menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi

kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan

Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan

menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan

fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi

pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan

masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada

masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang

menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan.

Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga

adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan

yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan

keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan

anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Mempawah. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang

menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan

(2)

masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang

secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan

daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan

daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan

memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan

pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara

berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target

kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Mempawah didasarkan pada Kebijakan

Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati

bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA)

dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam

membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan

RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi

setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan

yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan

daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya

dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya

masing-masing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan

perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang

dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten

Mempawah disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

1. Partisipasi Masyarakat

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan

penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat

(3)

2. Transparansi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan

informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan,

sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/obyek belanja serta korelasi antara besaran

anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan

sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud

pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

3. Disiplin Anggaran

Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah

sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari

adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien

dan efektif.

Anggaran yang tersedia pada setiap pos/rekening merupakan batas tertinggi

belanja/pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui

batas kredit anggaran yang ditetapkan.

4. Keadilan Anggaran

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada

masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang

memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama,

sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan

beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah

daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa

ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus

mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu

menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan

tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban

(4)

melalui mekanisme pajak/retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran

yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang

pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran,

maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:

a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja

yang ingin dicapai;

b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga

satuan yang rasional.

6. Taat Azas

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan

daerah lainnya.

6.2. Profil Keuangan Kabupaten Mempawah

6.2.1. Komponen Penerimaan Pendapatan

Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah

yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun

anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten

Mempawah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain

PAD. Kondisi umum masing-masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Mempawah

adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Mempawah terdiri dari:

1) Pajak daerah;

2) Retribusi daerah;

3) Hasil pengelolaan PERUSDA dan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4) Lain-lain PAD.

(5)

Dana Perimbangan Kabupaten Mempawah terdiri dari:

1) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;

2) Dana Alokasi Umum (DAU);

3) Dana Alokasi Khusus (DAK);

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Dana lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari:

1) Pendapatan Hibah;

2) Dana Darurat;

3) Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya;

4) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus;

5) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.

Komponen pendapatan asli daerah (PAD) dalam 5 (lima) tahun terakhir masih merupakan

komponen terbesar kedua setelah dana perimbangan, namun demikian selalu memiliki

perkembangan (trend) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari

total penerimaan daerah selama kurun waktu 20102014 pada tabel berikut ini : Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Mempawah Tahun 20102014

No. Tahun Total PAD (Rp) Peningkatan

1. 2010 15.199.582.310,42 (25,19)

2. 2011 22.226.151.049,47 46,23

3. 2012 26.021.680.995,41 17,08

4. 2013 41.310.034.083,85 58,75

5. 2014 52.438.248.760,00 26,94

6. Rata-rata 31.439.139.439,83 24,76

Sumber:Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Mempawah Tahun 2010-2014.

6.2.2. Komponen Pengeluaran Belanja

Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang

mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun

anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja Daerah

dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi

kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam

(6)

kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,

pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta

mengembangkan sistem jaminan sosial.

Sedangkan pelaksanaan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang

secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah, seperti: perikanan, pertanian,

perkebunan, kehutanan dan pariwisata.

Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak

Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti:

a. Belanja Pegawai;

b. Bunga;

c. Subsidi;

d. Hibah;

e. Bantuan Sosial;

f. Belanja Bagi Hasil;

g. Bantuan Keuangan;

h. Bantuan Tidak Terduga.

Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung

dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti:

a. Belanja Pegawai;

b. Belanja Barang dan Jasa;

c. Belanja Modal.

Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Mempawah dapat dilihat dalam tabel berikut

ini.

Nomor Arah Kebijakan Belanja

1 Belanja Pegawai

Diarahkan sebagai kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah daerah sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

1.1 Gaji dan Tunjangan

(7)

Nomor Arah Kebijakan Belanja

tunjangan anak, tunjangan jabatan struktural/ fungsional, uang makan/ lauk pauk, tunjangan beras, tunjangan PPh, tunjangan kamahalan), baik dalam bentuk uang maupun barang.

1.2 Honorarium, Vakasi, Lembur dan lain-lain

Diarahkan sebagai kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah daerah berupa honorarium tim dan sebagainya, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan berbagai pembiayaan kepegawaian lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

1.3 Kontribusi Sosial

Diarahkan sebagai pembayaran yang dilakukan terhadap unit organisasi/ lembaga/ badan tertentu untuk mendapatkan hak tunjangan sosial pegawai pemerintah daerah.

1.4 Pensiun & Uang Tunggu

Diarahkan sebagai pengeluaran/ belanja pensiun/ uang tunggu pegawai pemerintah daerah yang disalurkan melalui PT Taspen dan PT Asabri.

1.5 Asuransi Kesehatan

Diarahkan sebagai pengeluaran/ belanja pemerintah daerah yang disalurkan melalui PT. Askes.

2 Belanja Barang dan Jasa

Diarahkan untuk pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.

2.1 Barang dan Jasa

Diarahkan sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan/ penggantian investasi kantor, langganan daya dan jasa dan lain-lain pengeluaran yang diperlukan untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi SKPD.

2.2 Pemeliharaan

Diarahkan sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai pemeliharaan gedung kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dan lain-lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk perbaikan peralatan dan sarana gedung.

2.3 Perjalanan

Diarahkan sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi serta jabatan.

3 Belanja Modal

Diarahkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal, baik dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, maupun dalam bentuk fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya.

(8)

Nomor Arah Kebijakan Belanja

Diarahkan sebagai pengeluaran yang diperlukan untuk pengadaan/ pembelian/ pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah, serta lain-lain yang bersifat administratif sehubungan dengan pembentukan modal.

3.2 Peralatan dan Mesin

Diarahkan sebagai pengeluaran yang diperlukan untuk pengadaan alat-alat dan mesin-mesin yang diperlukan dalam kegiatan pembentukan modal, termasuk di dalamnya biaya untuk penambahan, penggantian dan peningkatan kualitas peralatan dan mesin.

3.3 Gedung dan Bangunan

Diarahkan sebagai pengeluaran yang diperlukan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembentukan modal untuk pembangunan gedung dan bangunan, termasuk didalamnya pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan bangunan.

3.4 Jaringan

Diarahkan sebagai pengeluaran yang diperlukan untuk penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan prasarana dan sarana yang berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan, seperti jalan, jembatan dan jaringan irigasi atau air bersih.

3.5 Aset Fisik Lainnya

Diarahkan sebagai pengeluaran dipergunakan dalam kegiatan pembentukan modal dalam bentuk aset fisik lainnya seperti buku, hewan dan lain-lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi 3.1 s.d 3.4.

4 Pembayaran Bunga Utang

Diarahkan sebagai pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri, yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman.

4.1 Utang Dalam Negeri

Diarahkan sebagai pembayaran bunga utang dalam mata uang rupiah

4.2 Pemerintah

Diarahkan sebagai pembayaran bunga utang atas surat utang negara, obligasi dalam negeri, dan lainnya yang harus dibayarkan pemerintah daerah.

4.3 Lainnya

Diarahkan sebagai pembayaran bunga utang selain atas surat utang negara.

4.4 Utang Luar Negeri

Diarahkan sebagai pembiayaan bunga utang dalam mata uang negara pemberi pinjaman.

4.5 Pemerintah

(9)

Nomor Arah Kebijakan Belanja

4.6 Lainnya

Diarahkan sebagai pembayaran bunga utang luar negeri, selain pemerintah / lembaga internasional.

5 Subsidi

Diarahkan sebagai alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/ lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat.

6 Bantuan Sosial

Diarahkan sebagai transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Bantuan sosial dapat langsung diberikan untuk membantu meringankan beban kepada anggota masyarakat miskin dan/ atau lembaga kemasyarakatan antara lain, bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

7 Hibah

Diarahkan sebagai transfer rutin/ modal yang sifatnya tidak wajib kepada anggota masyarakat dan/ atau lembaga kemasyarakatan.

8 Belanja Lain-lain

Diarahkan sebagai pengeluaran/ belanja pemerintah daerah yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis belanja pegawai (1) s.d hibah (7) seperti belanja tidak tersangka yang dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam , bencana sosial dan pengeluaran lainnya yang diperlukan dalam rangka penyeslenggaraan urusan wajib pemerintah daerah dan belanja bagi hasil/belanja bantuan keuangan yang diberikan secara selektif dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas serta disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah yang tersedia.

6.3. Permasalahan dan Analisis Keuangan

6.3.1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten Mempawah

Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Mempawah adalah

pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), permasalahan yang masih

dijumpai adalah:

a. Kecilnya potensi PAD, yang menyebabkan ketergantungan Pemerintah Daerah

kepada Dana Perimbangan;

b. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

belum didasarkan pada potensi pendapatan yang ada;

c. Keterlambatan informasi dan penyaluran Dana Perimbangan dan Bagi Hasil sehingga

(10)

d. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena

terkait dengan permasalahan yang melingkupinya dan memerlukan langkah-langkah

pemecahan masalah secara komprehensif;

e. Beberapa perusahaan daerah masih memerlukan peningkatan manajemen

pengelolaan sehingga dapat memberikan kontribusi kepada PAD;

f. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan

memperhatikan keseimbangan dengan potensi yang ada;

g. Perlu adanya upaya penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dengan

tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan potensi yang ada serta tidak

memberatkan dunia usaha dan masyarakat;

h. Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur

administrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan

pembayar retribusi daerah.

Permasalahan lain adalah di dalam perencanaan maupun pelaksanaan Belanja Daerah.

Pada tahap perencanaan masih dijumpai beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD belum sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi SKPD dan perencanaan strategis daerah serta masih ditemukan adanya

ketidaksesuaian antara target kinerja yang akan dicapai dengan perincian kegiatan dan

anggaran yang akan dilaksanakan. Demikian juga dalam hal penetapan target kinerja

keluaran (output) dan hasil (output) tidak jelas indikator capaian kinerjanya. Sedangkan

pada tahap pelaksanaan, umumnya terkendala pada ketersediaan waktu pelaksanaan

khususnya pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan pada APBD Perubahan.

6.3.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Mempawah

Rata-rata peningkatan penerimaan Kabupaten Mempawah selama kurun waktu 5 (lima)

tahun terakhir adalah sebesar 19.01% dengan rincian sebagai berikut:

Total Penerimaan Kabupaten Mempawah Tahun 20102014

No. Tahun Total Penerimaan (Rp) Peningkatan

1. 2010 444.151.174.079,80 27,38

2. 2011 553.345.663.187,76 24,58

3. 2012 579.135.597.746,05 4,66

(11)

5. 2014 822.009.728.519,69 23,13

6. Rata-rata 5.688.278.582.528,50 19,01

Sumber:Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Mempawah Tahun 2010-2014.

6.4. Analisis Tingkat Ketersediaan Dana

6.4.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Mempawah untuk mendukung pembangunan

didasarkan pada skala prioritas pembangunan yang mendesak untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Dukungan dana melalui berbagai sumber

pendanaan, seperti: DAU dan DAK masih sangat dibutuhkan Kabupaten Mempawah.

Selain itu peningkatan PAD perlu ditingkatkan melalui optimalisasi pendapatan yang ada

selama ini dan pengawasan, seperti: retribusi parkir, kebersihan dan lainya, serta

peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mendukung kemampuan keuangan daerah, setiap kegiatan pembangunan dapat

melibatkan partisipasi dan swadaya masyarakat, swasta. Para investor yang akan masuk ke

Kabupaten Mempawah perlu didukung dengan memberikan insentif seperti kemudahan

perizinan yang tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Penggunaan tabungan masyarakat (public saving) juga dapat digunakan untuk mendukung

peningkatan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Mempawah atau bahkan melalui

pinjaman bila mendesak perlu dilakukan.

6.4.2. Aspek Keuangan Perusahaan

Salah satu dukungan keuangan perusahaan yang ada antara lain dari PDAM Kabupaten

Mempawah. Pelayanan PDAM ini sangat mendukung penyediaan prasarana dan sarana air

minum di Kabupaten Mempawah yang sangat dibutuhkan karena sebagian dari penduduk

belum terlayani air minum dengan baik.

6.5. Rencana Pembiayaan Program

6.5.1. Rencana Pembiayaan

Sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Kabupaten Mempawah didukung oleh

banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah

Kabupaten Mempawah melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan swasta turut

(12)

dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan strategis pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan

teknis (Bintek). Diharapkan dengan dukungan ini, pembangunan di Kabupaten Mempawah

menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih

sejahtera.

6.5.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPI2JM

Pelaksanaan pembiayaan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Mempawah Tahun 2014

–2019 direncanakan didukung oleh banyak sumber, baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi,

Pemerintah Kabupaten Mempawah, perusahaan daerah serta partisipasi masyarakat/pihak

swasta dan investor.

Pola pemberdayaan masyarakat juga diterapkan dalam pembangunan di Kabupaten

Mempawah sehingga kepedulian dan rasa memiliki setiap kegiatan pembangunan

dirasakan karena masyarakat sebagai pelaku pembangunan.

Diharapkan dengan adanya kesepakatan pelaksanaan program (project memorandum) di

dalam pelaksanaan RPI2JM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Mempawah,

program/kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan mendapat dukungan dari

semua pihak. Dukungan ini selain dukungan pembiayaan, juga dalam pelaksanaan dan

pengawasan di lapangan sehingga setiap program/kegiatan tetap sesuai dengan

perencanaan awal.

6.6. Peningkatan Kemampuan Pendanaan

Peningkatan kemampuan pendanaan RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Mempawah

Tahun 2014 2019 dengan mengoptimalkan pendapatan APBD Kabupaten Mempawah yang telah ada dan didukung oleh semua komponen masyarakat.

Partisipasi masyarakat/swasta, transparansi dalam perencanaan dan akuntabilitas anggaran

serta disiplin anggaran sangat dibutuhkan sehingga pembangunan menjadi lebih efisien dan

efektif. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat dan dukungan dalam

pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan pelaksanaan RPI2JM Bidang

Cipta Karya di lapangan.

(13)

Untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan ini, Pemerintah Kabupaten Mempawah

mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup

anggaran defisit. Alternatif sumber pembiayaan antara lain dari Sisa Lebih Pembiayaan

Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan

pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan

pembiayaan lain-lain.

Beberapa upaya yang dapat meningkatkan sumber-sumber penerimaan daerah (potensi

penerimaan daerah) adalah meliputi :

1. Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan mengoptimalkan perolehan Dana

Perimbangan yang lebih adil dan proporsional, melalui penyederhanaan proses

administrasi pemungutan dan penyempurnaan sistem palayanan, optimalisasi

pelaksanaan landasan hukum yang berkaitan dengan penerimaan daerah, sosialisasi

dan penyuluhan kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media

massa mengenai ketentuan pajak daerah dan retribusi daerah, peningkatan

pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan penerimaan daerah, peningkatan

koordinasi dan kerja sama dengan unit SKPD yang terkait agar penerimaan yang

bersumber dari PAD dan Dana Perimbangan dapat diiperoleh secara optimal.

2. Upaya peningkatan potensi dan realisasi PAD (khususnya dari pajak daerah)

merupakan konsep dinamis atau berkesinambungan. Sifat dinamis ini menyangkut

aspek intensifikasi dan ekstensifikasi. Pada satu sisi, tahap perencanaan dan

pengendalian operasional harus mampu meningkatkan kualitas sistem dan prosedur

yang ada sehingga total biaya administratif dapat diminimalisir. Pada sisi yang lain,

tahap perencanaan dan pengendalian operasional harus mampu pula mengidentifikasi

jenis-jenis pajak baru untuk ekstensifikasi selaras dengan perkembangan dinamis

perekonomian.

3. Meningkatkan kinerja dan efektifitas SKPD yang bertanggungjawab menangani

penerimaan daerah melalui pelayanan birokrasi secara profesional dan transparan

serta menciptakan kondisi yang kondusif bagi kegiatan usaha dan investasi. Dalam

upaya meningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dilarang menetapkan

perda tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan yang

menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan

(14)

4. Sumber-sumber pendanaan pelaksanaan Pemerintah Daerah terdiri atas Pendapatan

Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang

Sah.

5. Pendapatan Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak

daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan

keleluasaan kepada daerah untuk menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi

daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

6. Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang

terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi

Khusus (DAK). Dana perimbangan selain dimaksud untuk membantu daerah dalam

mendanai kewenangan, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber

pendanaan pemerintah antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan

pendanaan pemerintah antar daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan ini

merupakan tranfer dana dari pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

7. DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dibagihasilkan

kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu. Pengaturan DBH dalam

Undang-undang ini merupakan penyelarasan dengan Undang-undang Nomor 8

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2000. Dalam Undang-undang ini dimuat

pengaturan mengenai Bagi Hasil Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan

psl 29 Wajib Pajak Dalam Negeri dan PPh pasal 21 serta sektor pertambangan panas

bumi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.

Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi

DBH.

8. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang

dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah

melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.

DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu

daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi daerah. Daerah

yang potensi fiscalnya besal tetapi kebutuhan kecil akan memperoleh alokasi DAU

(15)

9. DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah

tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,

khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar

masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan

pembangunan daerah.

10. Pinjaman Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan yang bertujuan untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Pembiayaan yang bersumber dari pinjaman harus dikelola secara benar

agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah sendiri serta stabilitas

ekonomi dan moneter secara nasional. Oleh karena itu, pinjaman daerah perlu

mengikuti kriteria, persyaratan, mekanisme, dan sanksi pinjaman daerah yang diatur

dalam undang-undang termasuk larangan melakukan pinjaman langsung ke luar

negeri. Pinjaman yang bersumber dari luar negeri hanya dapat dilakukan melalui

Pemerintah dengan mekanisme penerusan pinjaman. Pengaturan ini dimaksudkan

agar terdapat prinsip kehati-hatian dan kesinambungan fiskal dalam kebijakan fiskal

dan moneter oleh Pemerintah. Di lain pihak, pinjaman daerah tidak hanya dibatasi

untuk membiayai prasarana dan sarana yang menghasilkan penerimaan, tetapi juga

dapat untuk membiayai proyek pembangunan prasarana dasar masyarakat walaupun

tidak menghasilkan penerimaan. Selain itu, dilakukan pembatasan pinjaman dalam

rangka pengendalian defisit APBD dan batas kumulatif pinjaman pemerintah daerah.

11. Selain itu daerah juga dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Daerah dengan

persyaratan tertentu, serta mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang pasar

modal dan memenuhi ketentuan nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang

mendapatkan persetujuan Pemerintah. Segala bentuk akibat atau risiko yang timbul

dari penerbitan Obligasi Daerah menjadi tanggung jawab daerah sepenuhnya.

12. Dalam lain-lain pendapatan yang sah termasuk dana hibah yang berasal dari

pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,

Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk

devisa, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli, dan

pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

13. Selain dana hibah, dalam lain-lain pendapatan yang sah memungkinkan

pencantuman pemberian dana darurat kepada daerah karena bencana nasional

(16)

samping itu, Pemerintah juga dapat memberikan dana darurat pada daerah yang

mengalami krisis solvabilitas, yaitu daerah yang mengalami krisis keuangan

berkepanjangan. Untuk menghindari menurunnya pelayanan kepada masyarakat

setempat, Pemerintah dapat memberikan Dana Darurat kepada daerah tersebut

setelah dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

14. Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan Dana

Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dengan peningkatan pemungutan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan

mengoptimal potensi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25 dan Pasal 29,

sehingga akan diperoleh secara maksimal sesuai dengan potensi daerah yang ada.

15. Melakukan kerjasama dengan pihak terkait dalam rangka peningkatan Iuran Hak

Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan dana

Reboisasi, demikian pula dengan pendapatan dari sumber sumber pertambangan

umum yang ada di Kabupaten Mempawah.

16. Menghitung secara cermat Celah Fiskal berupa kebutuhan fiskal dikurangi dengan

kapasitas fiskal daerah berupa kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan

fungsi layanan dasar umum yang diukur secara berturut-turut dengan jumlah

penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Kontruksi, PDRB Per Kapita dan Indek

Pembangunan Manusia (IPM), demikian pula dengan Alokasi Dasar yang dihitung

berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk memperoleh Dana

Alokasi Umum (DAU) secara optimal dan tepat.

17. Secara Maksimal memperjuangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan

mempertimbangkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis yang sesuai

dengan kemampuan keuangan daerah dan standar kualitas dan kuantitas konstruksi

Referensi

Dokumen terkait

Akbar) di MAN 1 Kudus. Hasil penelitian di MAN 1 Kudus yang menunjukkan bahwa yang melatar belakangi adanya penerapan teknik desentisasi sistematis melalui penguatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu fermentasi akhir (proofing) berpengaruh nyata terhadap sifat fisik roti tawar substitusi seperti tinggi roti, volume roti,

dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Konsep Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) pada Pembuatan Marning Jag ung di UKM “Mantab” Boyolali.. Tugas Akhir

A : Man bandu kam si nihamati kami puang kalimbubu kami emkapken singalo ulu emas kalimbubu kami Sembiring mergana si pemena kel lebe ersentabi kel kami ras kalimbubu

Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan hasil usaha. Kewajiban dari

maksud dan tujuan diadakannya musyawarah tersebut dan peraturan- peraturan yang diberlakukan dalam musyawarah tersebut, maka mediator akan memberikan kesempatan

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas

Dengan teknologi Program Sistem Informasi Geografis Sebagai Pendukung Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Kota Banjarmasin, bisa memberikan informasi