PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
Robertine Dhita P
101134114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
Robertine Dhita P
NIM : 101134114
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, skripsi ini kupersembahkan untuk :
Orangtuaku : Bapak Ignatius Wagi & Ibu Yuliana
Widiyati
Kakakku : Fransisca Bety P & Hadrianus
Lastaryo Puji R
Adikku : Mario Aditya P
Penyemangatku : Laurentius Beny Widya Ardika
v
MOTTO
Satu-satunya ukuran keberhasilan Anda yang jujur adalah apa yang
sedang anda lakukan dibandingkan dengan potensi Anda yang
sebenarnya (Pauk J. Meyer)
Untuk menemukan kebahagiaan bukan dengan jalan melarikan diri
dari kesulitan, melainkan dengan mengatasinya (Amix Saechard)
Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan
ketekunan dan kegigihan (Samuel Jhonson)
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
akan memberikan kelegaan kepadamu (Matius 11:28)
Bersukacilah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa (Roma 12:22)
Jangan takut gagal kalau ingin berhasil. Karena kegagalan adalah awal
dari kesuksesan. Keberhasilan harus diraih dengan kerja keras dan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya ataupun begian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Agustus 2014
Penulis
Robertine Dhita P
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEGIATAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Robertine Dhita P
NIM : 101134114
Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK”
Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta ijin dari saya, atau memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 26 Agustus 2014
Yang menyatakan
Robertine Dhita P
viii
ABSTRAK
Peningkatan Minat Dan Pretasi Belajar IPA Materi Mengidentifikasi Jenis-Jenis Tanah Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014. Yogyakarta. PGSD. FKIP. USD.
Oleh: Robertine Dhita P NIM : 101134114
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan kontekstual dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi jenis-jenis tanah kelas V SD Kanisius Jetisdepok.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok. Tindakan yang dilakukan adalah implementasi pendekatan kontekstual saat pembelajaran berlangsung. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal skala minat siswa, presentase minat siswa di atas rata-rata adalah 50%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan kontekstual, presentase minat siswa di atas rata-rata naik menjadi 55,55 %. Kemudian pada siklus II, presentase minat siswa di atas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 66,66 %. Hasil penelitian data awal observasi minat siswa, presentase minat siswa di atas rata-rata adalah 33,33%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan kontekstual, presentase minat siswa di atas rata-rata naik menjadi 61,11 %. Pada siklus II, presentase minat siswa di atas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 66,66 %. Hasil penelitian prestasi belajar siswa, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 55,55 %. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 61,11. Pada siklus II presentase siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 77,77 %.
ix
ABSTRACT
Increased Interest And Achievement Learning: Science Materials Identifying Types Of Soil Class V Kanisius Jetisdepok Academic Year 2013/2014.
Yogyakarta. PGSD. FKIP. USD. By :
Robertine Dhita P NIM : 101134114
This study aims to determine the implementation of a contextual approach in improving student achievement and interest in science material identified soil types Kanisius Jetisdepok fifth grade elementary school.
This study is a class action research, with the fifth grade students study the subject Elementary Kanisius Jetisdepok. The action taken is the implementation of a contextual approach when learning takes place. This research is a form of action research consists of two cycles, each cycle consisting of four phases: planning, action, observation and reflection.
Based on the results of research preliminary data indicate that students' interest scale, the percentage interest of the students in the above average is 50%. After the action in the first cycle by using a contextual approach, the percentage of student interest in the above-average rose to 55.55%. Then do the action in the second cycle, the percentage of student interest in the above-average increased to 66.66%. The results of the study observations indicate that the initial data interests of students, the percentage interest of the students in the above average is 33.33%. After the action in the first cycle by using a contextual approach, the percentage of student interest in the above-average rose to 61.11%. Then do the action in the second cycle, the percentage of student interest in the above-average increased to 66.66%. While the results of research shows that student achievement, the percentage of students who reach the KKM (minimum achievement score) is 55.55%. After the action in the first cycle, the percentage of students who reach the KKM (minimum achievement score) is 61.11%. Then for the action on the second cycle, the percentage of students who achieve KKM (minimum achievement score) increased to 77.77%.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1 PGSD USD.
Dalam menulis skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan yang
sangat berarti dan bermanfaat untuk penulisan ini, sehingga pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang telah membantu hingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Rohandi, Pd.D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Kaprodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantara, M. For. Sc selaku dosen pembimbing I
yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli., M.A selaku dosen pembimbing II yang
telah membantu membimbing dan mendampingi penulisan skripsi.
5. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius
Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
6. Bapak Y. Atik Fajar Rianto, selaku guru kelas V SD Kanisius Jetisdepok,
yang berkenan membantu dan menjadi mitra penulis dalam melaksanakan
penelitian.
7. Ibu Brigitta Erlita Tri. A., S.Psi., H.Psi yang telah membantu validasi
perangkat pembelajaran dalam skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku Bapak Ignatius Wagi dan Ibu Yuliana Widiyati yang
sangat aku cintai dan aku sayangi, sebagai rasa sayang dan rasa baktiku.
9. Seluruh Dosen PGSD USD dan Staf Sekretariat PGSD USD, yang telah
xi
10.Seluruh siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok tahun pelajaran 2013/2014,
yang menjadi subyek penelitian.
11.Teman-teman PPL Jetisdepok 2014 yang telah membantu banyak
memberikan bantuan pada penulis.
12.Teman-temanku Risma, Tri, Shinta, Nafisa dan Putra yang telah
senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
13.Kakakku Fransisca Bety P dan Hadrianus Lastaryo Puji R yang selalu
memberikan dukungan.
14.Adikku Mario Aditya Primandaru yang selalu memberikan dukungan.
15.Laurentius Beny Widya Ardika yang selalu menjadi penyemangatku.
16.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberi dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 26 Agustus 2014
Penyusun
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 9
2.1.1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual ... 10
2.1.1.3 Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual ... 12
2.1.2 Prestasi Belajar ... 15
xiii
2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar ... 16
2.1.2.3 Aspek Prestasi Belajar ... 17
2.1.3 Minat Belajar ... 19
2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar ... 19
2.1.3.2 Indikator Minat Belajar ... 20
2.1.3.3 Faktor Pendorong Minat Belajar ... 21
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 23
3.6 Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran Soal ... 54
3.7 Teknik Analisis Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Hasil Penelitian ... 67
4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 67
4.1.1.1 Siklus I ... 67
4.1.1.2 Siklus II ... 73
xiv
4.1.2.1 Skala Minat Siswa ... 78
4.1.2.2 Observasi Minat Belajar Siswa ... 80
4.1.2.3 Prestasi Belajar Siswa ... 82
4.2 Pembahasan ... 85
4.2.1 Minat Belajar ... 85
4.2.2 Prestasi Belajar ... 90
BAB V PENUTUP ... 92
5.1 Kesimpulan ... 92
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 94
5.3 Saran ... 94
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dan Pengambilan Data ... 43
Tabel 2. Blue Print Skala Minat ... 52
Tabel 3. Blue Print Observasi Minat Belajar ... 53
Tabel 4. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 53
Tabel 5. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 54
Tabel 6. Perhitungan SPSS Skala Minat ... 56
Tabel 7. Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 58
Tabel 8. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 58
Tabel 9. Hasil perhitungan SPSS tes prestasi ... 59
Tabel 10. Koefisien Reliabilitas ... 61
Tabel 11. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 62
Tabel 12. Perhitungan PAP II ... 63
Tabel 13. Ketegori Tingkat Minat Siswa ... 64
Tabel 14. Indikator Keberhasilan Skala Minat Belajar ... 64
Tabel 15. Indikator Keberhasilan Observasi Minat ... 64
Tabel 16. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 64
Tabel 17. Skor Rata-Rata Skala Sikap Siswa ... 78
Tabel 18. Skor Observasi Minat Belajar Siswa ... 81
Tabel 19. Skor Tes Prestasi ... 82
Tabel 20. Hasil Skor Tes Prestasi ... 84
Tabel 21. Peningkatan Skala Minat Belajar ... 86
Tabel 22. Peningkatan Observasi Minat ... 88
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lapisan Tanah ... 27
Gambar 2. Tanah Berhumus ... 30
Gambar 3. Tanah Berpasir ... 31
Gambar 4. Tanah Liat ... 31
Gambar 5. Skema ... 38
Gambar 6. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 41
Gambar 7. Presentase Skala Sikap ... 80
Gambar 8. Diagram Observasi Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 82
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 98
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 99
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi Sebelum Uji Validitas ... 139
Soal Tes Prestasi sebelum Uji Validitas ... 140
Uji Validitas Tes Prestasi ... 145
Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Sesudah Uji Validitas ... 152
Soal Tes Prestasi Sesudah Uji Validitas ... 153
Kisi-kisi Skala Minat Sebelum Uji Validitas ... 157
xviii
Contoh Lembar LKS Siklus II ... 193
Contoh Soal Tes Prestasi Siklus I ... 195
Contoh Soal Tes Prestasi Siklus II ... 196
Lampiran 7 Dokumen/Foto ... 197
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan
kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun negara. Oleh karena itu,
pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai
dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang
dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah
berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui
Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan
sumberdaya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta
pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang fenomena-fenomena alam, sehingga IPA juga diajarkan kepada siswa
SD untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Kualitas kehidupan
bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat
penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan
demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003: 1).
Dalam mewujudkan kualitas pendidikan di sekolah dasar harus
pikir yang konkret, maka dalam proses pembelajaran yang abstrak harus
dibantu agar menjadi lebih konkrit. Hal ini berarti bahwa strategi
pembelajaran IPA haruslah sesuai dengan perkembangan
intelektual/perkembangan tingkat berfikir anak, sehingga diharapkan
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran IPA di SD merupakan sarana yang tepat untuk mempersiapkan
para siswa agar dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang baru
sehingga apa yang mereka peroleh dapat dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada kenyataannya, minat dan prestasi belajar siswa dalam
mempelajari konsep-konsep dalam IPA tidak sesuai dengan harapan guru.
Guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang
dimilikinya seperti mesin, siswa mendengarkan, mencatat dan mengerjakan
tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan
pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental. Di dalam hal ini,
anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang
kepikiran orang lain,
Pembelajaran IPA pelaksanaannya diupayakan dalam kondisi
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Guru harus memberikan
tahapan dan pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang kondusif,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Siswa akan lebih
mudah memahami satu konsep jika belajar menemukan sendiri dan terlibat
menyenangkan dan pembelajaran yang banyak menggunakan ceramah akan
cepat membosankan.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V pada
tanggal 28 Januari 2014 di SD Kanisius Jetisdepok, dapat disimpulkan bahwa
perhatian guru terhadap pentingnya pendekatan, metode dan media
pembelajaran yang digunakan khususnya dalam pembelajaran IPA masih
kurang. Selama pengamatan, guru mengajar hanya berpatokan pada buku
pelajaran IPA. Guru menyampaikan materi pembelajaran menggunakan
ceramah yang tidak mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran yang disampaikan guru belum kontekstual.
Di samping itu, guru juga tidak menggunakan media yang mendukung proses
belajar mengajar yang dapat membantu membentuk pengetahuan siswa. Hal
tersebut, membuat siswa kurang konsentrasi pada pelajaran dan cenderung
bermain bersama temannya. Dalam hal ini, terlihat minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran berlangsung kurang menunjukkan minat belajar
terbukti ketika pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak diam dan enggan
bertanya pada guru ataupun pada siswa sehingga guru yang tampak aktif
dalam pembelajaran.
Dari fakta-fakta di atas, rendahnya minat belajar itulah yang diduga
menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Dapat dilihat dari hasil nilai
ulangan harian pada materi cahaya, data yang diperoleh menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran
Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai70. Peneliti ini, akan menerapkan
pendekatan kontekstual pada materi tanah. Dalam hal ini peneliti,
menggunakan nilai ulangan harian pada materi cahaya karena peneliti tidak
mendapatkan nilai materi tanah pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan
guru kelas V merupakan guru baru yang tidak memiliki berkas-berkas pada
tahun sebelumnya. Minat siswa pada mata pelajaran IPA terlihat dari hasil
observasi dengan persentase 33,33 % kategori sangat rendah yang dilakukan
peneliti sebelum melakukan penelitian. Dengan patokan 3 indikator yang
setiap indikator terdapat 5 deskriptor.
Mengingat pentingnya IPA, usaha yang harus dilakukan yaitu
dengan membenahi proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan suatu
pendekatan pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu juga mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Untuk mewujudkan itu,
salah satu caranya adalah dengan pendekatan kontekstual karena diharapkan
dapat membantu siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa,
1.2Pembatasan Masalah
Memahami dan mengatasi masalah tersebut tentu saja tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat, mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga,
biaya, dan kemampuan, maka peneliti hanya membatasi penelitian ini pada :
1. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mata pelajaran IPA khususnya pada
standar kompetensi (SK) 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumberdaya alam dan kompetensi dasar
(KD) 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.
2. Minat belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok saat mengikuti
pembelajaran masih rendah.
3. Prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok masih rendah.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang masih rendah
khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa kelas V SD Kanisius
Jetisdepok?
2. Apakah dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA
dapat meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis
3. Apakah dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pelajaran IPA
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi
Jenis-jenis Tanah, siswakelas V SD Kanisius Jetisdepok?
1.4Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang masih rendah
khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa kelas V SD Kanisius
Jetisdepok.
2. Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat
meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis
Tanah, siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok.
3. Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada pelajaran IPA dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis
Tanah, siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik
bersifat praktis maupun teoritis.
a) Hasil penelitian ini nanti secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada guru secara umum pada pembelajaran IPA melalui
pendekatan kontekstual.
b) Secara khusus, penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi
pembelajaran berupa penggeseran dari paradigma mengajar menuju ke
paradigma belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai
hasil.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi siswa, meningkatnya kemampuan siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam belajar
IPA selanjutnya.
b) Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa pendekatan
kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam KBM
IPA.
c) Bagi sekolah, memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha
perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada
peningkatan mutu sekolah.
1.6 Definisi Operasional
a. Minat adalah keadaan yang dimiliki seseorang yang dapat menarik
perhatian dan menimbulkan perasaan senang terhadap subyek yang
disenanginya.
b. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah
c. Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari secara langsung dan menghubungkannya dengansituasi
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Metode Pendekatan Kontekstual
2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Nurhadi (2003: 13) menyatakan pendekatan kontekstual adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks
yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
sebagai anggota masyarakat.
Wina (2006: 253) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Pengertian pendekatan kontekstual menurut Johnson adalah sistem
pembelajaran yang didasarkan pada pandangan bahwa siswa belajar bila
mereka akan melihat makna dalam tugas-tugas yang mereka kerjakan
bilamana mereka dapat menghubungkan informasi baru yang mereka
terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki.
Teori menurut Nurhadi dan Wina mempunyai teori yang sama
yaitu mengaitkan pengetahuan atau materi yang dimiliki siswa dengan
dunia nyata siswa. Teori Nurhadi dan Sanjaya mempunyai perbedaan
dengan teori menurut Johnson, pendekatan kontekstual adalah siswa
belajar bila mereka melihat makna dalam materi pelajaran yang mereka
ikuti dan mereka akan melihat makna dalam tugas-tugas yang mereka
kerjakan bilamana mereka dapat menghubungkan informasi baru yang
mereka terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki.
Berdasarkan pengertian pendekatan kontekstual tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari secara langsung
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2 Prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual
Tiga prinsip ilmiah pendekatan kontekstual menurut para ahli
fisika kuantum, para kosmolog, dan ahli biologi (Johnson, 2010: 68-89)
mengatakan bahwa:
Prinsip ini mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan
antara peserta didik dengan pendidik yang lain, dengan para siswa,
dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip kesalingbergantungan
menghubungkan semua hal yang ada di alam semesta dengan hal
lainnya yang bermakna untuk membangun pemikiran yang kritis dan
kreatif. Kedua proses itu terlibat dalam mengidentifikasi hubungan
yang akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru.
2) Prinsip diferensiasi dan pendekatan kontekstual
Prinsip diferensiasi mendorong alam semesta menuju
keragaman yang tak terbatas, dan hal itu menjelaskan kecenderungan
entitas-entitas yang berbeda untuk bekerja sama dalam bentuk yang
disebut simbiosis. Para pendidik akan melihat pentingnya prinsip
diferensiasi di sekolah-sekolah dan kelas-kelas untuk meniru sasaran
prinsip tersebut menuju kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerja
sama.
3) Prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual
Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk
mendorong setiap siswa mengeluarkan seluruh potensinya. Sasaran
utama sistem pendekatan kontekstual adalah menolong para siswa
mencapai keunggulan akademik, memperoleh ketrampilan karier, dan
mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah
Berdasarkan penjelasan prinsip-prinsip ilmiah pendekatan
kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada tiga prinsip
ilmiah pendekatan kontekstual yaitu: prinsip kesalingbergantungan
dan pendekatan kontekstual, prinsip diferensiasi dan pendekatan
kontekstual, dan prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual.
2.1.1.3 Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran pendekatan kontekstual menurut Sanjaya (dalam
Sugiyanto, 2007: 3) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran,
yaitu:
a) Kontruktivisme (Constructivisme)
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi
oleh dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh
dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan
kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.
Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada dasarnya
mendorong agar siswa bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui
proses pengamatan dan pengalaman nyata yang di bangun oleh
individu si pembelajar.
b) Menemukan (Inquiri)
Menemukan artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu : (1)
merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesa, (3) mengumpulkan
data, (4) menguji hipotesis, (5) membuat kesimpulan.
c) Bertanya (Questioning )
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya keingintahuanlah, pengetahuan selalu dapat
berkembang. Dalam pembelajaran pendekatan kontekstual guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan
bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan
demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat
diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan
pembelajaran lebih produktif yaitu berguna untuk : (a) menggali
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pembelajaran,
(b) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, (c) merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (d) memfokuskan siswa pada
sesuatu yang diinginkan, (e) membimbing siswa untuk menemukan
atau menyimpulkan sesuatu.
d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar menurut Gotsky (dalam Sugiyanto, 2007: 4),
bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh
komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin
dipecahkan sendirian. Tetapi membutuhkan bantuan orang lain.
bertukar pikiran dengan orang lain, teman, antar kelompok dan bukan
hanya guru. Dengan demikian, masyarakat belajar dapat diterapkan
melalui belajar kelompok dan sumber-sumber lain dari luar yang
dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.
e) Pemodelan ( Modeling )
Pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru setiap siswa. Pemodelan dalam kegiatan pembelajaran
bisa langsung dari guru, misalnya memberi contoh cara mengerjakan
sesuatu atau dengan melibatkan siswa sebagai model pembelajaran.
f) Refleksi ( Reflection )
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahuan baru yang diterima. Misalnya ketika pelajaran berakhir,
siswa mengevaluasi dan menginstropeksi diri apakah selama
mengikuti proses pembelajaran tadi dapat memahami materi yang
disampaikan, berpartisipasi aktif, termotivasi, dll.
g) Penilaian nyata ( Authentic Assessment )
Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan
untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.
Berdasarkan ketujuh komponen yang sudah dijelaskan di atas,
peneliti menyimpulkan kontruktivisme adalah proses membangun dan
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pencarian dan penemukan melalui proses berfikir secara sistematis.
Bertanya adalah bagian inti bertanya dan menemukan pengetahuan.
Masyarakat belajar adalah pengetahuan dan pengalaman yang dibentuk
oleh komunikasi dengan orang lain. Pemodelan adalah pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru setiap
siswa. Refleksi adalah respon/menginstropeksi diri terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan baru yang diterima. Penilaian nyata adalah
proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Di dalam hal ini, peneliti
menerapkan ketujuh komponen tersebut di dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
2.1.2 Prestasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Terdapat beberapa pengertian belajar menurut para ahli, yaitu
Sardiman, Anni dan Rifa’i dan Mulyati.
Menurut Sardiman (2007: 20), belajar merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya.
Menurut Anni dan Rifa’i (2009: 82), belajar didefinisikan sebagai
proses penting bagi perubahan perilaku manusia, mencakup segala
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, bahkan
persepsi manusia.
Menurut Mulyati (2005: 5) belajar adalah usaha sadar individu
untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui
latihan-latihan, pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi
bukan karena kebetulan.
Teori menurut Sardiman, Anni dan Rifa’I dan Mulyati secara garis
besar mempunyai teori yang sama bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku manusia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan manusia
untuk mencapai peningkatan diri atau perubahan perilaku.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan tingkah laku baik kemampuan, keterampilan
maupun sikap yang dilakukan oleh individu secara aktif dalam interaksi
dengan lingkungannya.
2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar
Terdapat beberapa pengertian prestasi belajar menurut para ahli,
yaitu Purnomo dan Djamara, Winkel dan Sukadji.
Pengertian prestasi belajar menurut Purnomo dan Djamara (2008:
370) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah
dikerjakan secara individu ataupun kelompok yang hasilnya berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan individu sebagai hasil dari
Prestasi belajar menurut Winkel (1983: 162) merupakan suatu
bukti keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Maka
prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan usaha-usaha dalam belajar. Menurut Sukadji (2000:
20) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang
dalam belajar.
Teori prestasi menurut Purnomo dan Djamara, Winkel dan Sukadji
mempunyai teori yang berbeda. Teori menurut Djamara dan Purnomo
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dikerjakan secara individu
ataupun kelompok yang hasilnya dapat membuat perubahan individu
sebagai hasil dari aktivis dalam belajar. Teori menurut Winkel bahwa
prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan seseorang dalam
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Sukadji adalah hasil
yang telah dicapai seseorang dalam belajar.
Berdasarkan pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah
seseorang melakukan kegiatan belajar.
2.1.2.3 Aspek Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin (2003: 214) ada tiga aspek dalam prestasi belajar,
yaitu:
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir
yaitu tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berfikir siswa. Aspek kognitif dari dahulu selalu menjadi faktor utama dalam sistem
pendidikan. Metode penilaian di sekolah terbukti menggunakan aspek
kognitif dengan mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.
b) Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap
yang berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) siswa. Penilaian pada aspek afektif dapat terlihat pada tanggung jawab, kedisiplinan,
sikap hormat terhadap guru, kepatuhan, dan sebagainya.
c) Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan
gerak fisik yang mempengaruhi sikap. Aspek psikomotorik berkaitan
dengan kemampuan atau keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.
Berdasarkan aspek prestasi belajar yang sudah dijelaskan di
atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek prestasi belajar ada tiga
yaitu aspek kognitif yang berkaitan dengan berpikir atau bernalar,
aspek afektif berkaitan dengan nilai sikap sedangkan aspek
psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan yang dimiliki siswa untuk
menerima pengetahuan. Pada hal ini, peneliti menggunakan aspek
kognitif dalam penelitian, karena peneliti menilai prestasi siswa
prestasi SD Kanisius Jetisdepok. Di samping itu, prestasi belajar siswa
kelas V di SD Kanisius Jetisdepok terutama pada mata pelajaran IPA
sangatlah rendah.
2.1.3 Minat Belajar
2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar
Terdapat beberapa pengertian minat belajar menurut para ahli,
yaitu Slameto, Muhibbin dan Bimo.
Menurut Slameto (2003: 180) yang dimaksud dengan minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
hubungan tersebut, maka semakin besar pula minat yang dimiliki.
Pengertian minat menurut Muhibbin (2003: 136) adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Bimo (2004: 38) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan
dimana seseorang memiliki perhatian yang besar terhadap suatu objek
yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari
hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tersebut.
Teori minat belajar menurut Slameto, Muhibbin dan Bimo
mempunyai teori yang berbeda. Teori minat belajar menurut Slameto
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Teori minat belajar
menurut Muhibbin adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Teori minat belajar menurut
Bimo suatu keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang besar
terhadap objek tertentu disertai keinginan untuk mengetahui dan
mempelajari hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek
tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa minat adalah keadaan yang dimiliki seseorang yang dapat menarik
perhatian dan menimbulkan perasaan senang terhadap subyek yang
disenanginya.
2.1.3.2 Indikator Minat Belajar
Menurut Slameto (1988: 58) indikator minat belajar adalah:
a) Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap
pelajaran misalnya pelajaran IPA, maka ia harus terus mempelajari
IPA. Siswa dalam mengikuti pembelajaran sama sekali tidak ada
perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b) Daya tarik siswa
Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau
kegiatan yang sedang dilakukan.
Perhatian merupakan konsentrasi yang dimiliki siswa terhadap
kegiatan yang dilakukan dengan mengesampingkan kegiatan lain.
Siswa yang memiliki minat belajar pada kegiatan tertentu maka
dengan sendirinya akan memperhatikan kegiatan tersebut.
Berdasarkan penjelasan dari Slameto tentang indikator minat
belajar, peneliti menyimpulkan jika seseorang memiliki perasaan senang
atau suka terhadap mata pelajaran tersebut maka dapat menimbulkan
daya tarik siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dan perhatian serta
konsentrasi siswa penuh tertuju pada mata pelajaran yang disenanginya.
2.1.3.3 Faktor-Faktor Pendorong Minat Belajar
Terdapat beberapa teori faktor pendorong minat menurut para ahli,
yaitu Kartawidjaya, Sri dan Sardiman.
Berikut ini penjelasan faktor- faktor pendorong minat menurut
Kartawidjaya (1987: 183) mengatakan bahwa minat didorong oleh
motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap
individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat
dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan yang mendorongnya.
Berikut adalah penjelasan faktor pendorong minat menurut Sri
(2002: 365) salah satu cara untuk menarik minat selama mengikuti
pembelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar siswa dengan
minat belajar siswa. Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa,
minat-minat siswa. Minat dan motivasi berhubungan erat, dimana minat-minat
merupakan alat motivasi yang utama.
Berikut ini penjelasan faktor pendorong minat menurut Sardiman
(2007: 93-94) mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk menciptakan
minat, antara lain:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar.
b. Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada
masa lampau.
c. Menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak
merasa bosan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan
hasil yang lebih baik.
Teori faktor pendorong minat menurut para ahli di atas mempunyai
pengertian yang berbeda-beda. Menurut Kartawidya bahwa minat
didorong oleh motivasi. Motivasi adalah suatu keinginan yang
mendorong seseorang untuk bertindak atau berbuat sesuatu di dalam
mencapai tujuan yang diingikan. Menurut Sri adalah menghubungkan
pengalaman belajar siswa dengan minat belajar siswa. Tugas guru disini
adalah mengajarkan suatu materi yang dapat dihubungkan dengan
minat-minat yang dimiliki seseorang. Dimana minat-minat merupakan alat motivasi
utama. Menurut Sardiman ada beberapa cara untuk menciptakan minat
diantaranya membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar,
menggunakan berbagai macam cara mengajar agar siswa tidak bosan,
mendorong siswa untuk berlomba-lomba didalam mendapatkan hasil
yang lebih baik.
Berdasarkan penjelasan faktor pendorong minat belajar di atas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa pendorong yang dapat
mendorong minat belajar siswa diantara faktor internal yang berasal dari
dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa.
Dalam penelitian ini menggunakan kedua faktor tersebut untuk melihat
faktor pendorong minat belajar siswa.
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar
Terdapat beberapa teori pengertian IPA di sekolah dasar menurut
beberapa ahli, yaitu Carin, KTSP dan Srini.
Pengertian IPA menurut Carin (dalam Mohamad, 1987: 4) adalah
suatu kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik, yang di
dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Dalam KTSP (2006: 142) telah disebutkan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian IPA menurut Srini (1996: 2) merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris Natural science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan.
Teori menurut Carin, KTSP dan Srini mempunyai teori yang
berbeda. Teori menurut Carin adalah kumpulan pengetahuan yang
disusun secara sistematik, yang di dalam penggunaanya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Dalam KTSP, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Menurut Srini adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan alam.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pengertian IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam beserta
isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang di alam,
peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam.
2.1.4.2 Hakekat Pengetahuan Alam
Pada hakikatnya, IPA dipandang dari segi produk, proses, dan
a) IPA sebagai produk
IPA sebagai produk adalah akumulasi dari upaya perintis IPA
terdahulu yang telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam
bentuk buku atau teks. Guru dituntut untuk melakukan pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar,
karena lingkungan alam merupakan pembelajaran yang sangat efektif
untuk peserta didik.
b) IPA sebagai proses
IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah, yaitu meliputi
sepuluh ketrampilan proses: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3)
interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel;
(7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9)
aplikasi; dan (10) komunikasi.
c) IPA sebagai pemupukan sikap
IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar.
Ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dikembangkan pada anak usia
SD atau MI, yaitu: (1) sikap jujur; (2) sikap ingin mendapatkan
sesuatu yang baru; (3) sikap kerjasama; (4) sikap tidak putus asa; (5)
sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap bertanggung
jawab; (8) sikap berpikir bebas; dan (9) sikap kedisiplinan diri. Sikap
tersebut dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi,
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa hakekat IPA yaitu IPA sebagai produk yang tersusun secara
lengkap dan sistematis dalam bentuk buku atau teks, IPA sebagai proses
adalah suatu kegiatan yang dilakukan melalui tahapan-tahapan untuk
memperoleh hasil di dalam mengumpulkan data melalui metode ilmiah,
sedangkan IPA sebagai sikap adalah sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada diri siswa.
2.1.4.3 Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Materi yang diambil untuk melakukan penelitian adalah Ilmu
Pengetahuan Alam, yang diajarkan di Kelas V SD pada Tahun Pelajaran
2013/2014.
STANDAR KOMPETENSI :
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
KOMPETENSI DASAR :
7.2Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
Penulis mengambil materi dari buku Kanisius dan BSE IPA kelas
V. Alasan penulis mengambil materi dari buku Kanisius dan BSE adalah
karena di SD tersebut memakai buku dari Kanisius. Di samping itu,
penulis juga mengambil dari BSE untuk menambah referensi.
Menurut susunannya, lapisan tanah terdiri atas lapisan
tanah atas, lapisan tanah bawah, dan bahan induk tanah. Tanah lapisan
paling atas umumnya sangat subur. Hal ini karena lapisan tanah atas
bercampur dengan humus. Tanah yang kaya dengan humus berwarna
lebih hitam dibandingkan jenis tanah yang lain. Sementara itu, tanah
lapisan bawah kurang subur dan mempunyai warna lebih terang.
Tanah lapisan bawah mengandung sedikit humus. Gambar 1 Lapisan
tanah (Muslim, Arifin dan Nurjhani, 2009: 94-96).
Gambar 1. Lapisan tanah
Lapisan atas, merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil
pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati.
Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur. Humus berasal dari
pembusukan hewan atau tumbuhan yang telah mati. Proses
pembusukan ini dibantu oleh hewan-hewan yang hidup di tanah,
misalnya cacing tanah. Cacing tanah ini memakan sampah-sampah
bahan-bahan organik. Sampah-sampah yang tidak dimakan oleh
hewan-hewan ini akan diuraikan oleh jamur.
Lapisan tengah, terbentuk dari campuran antara hasil
pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian
bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa
disebut tanah liat.
Lapisan bawah, merupakan lapisan yang terdiri atas
bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil
pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara
sempurna.
Lapisan tanah yang terakhir atau paling bawah yaitu bahan
induk tanah. Bahan induk tanah merupakan lapisan tanah yang terdiri
atas bahan-bahan asli hasil pelapukan batuan. Lapisan ini disebut
lapisan tanah asli karena tidak tercampur dengan hasil pelapukan dari
batuan lain. Biasanya lapisan tanah ini warnanya sama dengan warna
batuan asalnya.
Lapisan bawah , dilihat dari ukuran, bentuk, dan warnanya
butiran tanah berbeda-beda. Ada yang butirannya terasa kasar pada
jari-jari tangan dan ada yang halus. Ada yang warnanya gelap dan ada
yang agak terang.
Tanah yang kita tempati sekarang ini terdiri atas berbagai
batuan hasil pelapukan. Bahan padat lainnya berasal dari sisa-sisa
makhluk hidup atau sampah yang telah membusuk dan hancur.
2) Bahan-bahan pembentuk tanah
Menurut butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri atas
batu, kerikil, pasir, lumpur, tanah liat, serta debu. Batu kerikil
merupakan penyusun tanah yang terbesar ukurannya. Butiran pasir
berukuran lebih kecil daripada kerikil. Butiran lumpur lebih kecil
daripada pasir dan bercampur dengan air. Butiran tanah liat lebih kecil
daripada butiran lumpur. Butiran tanah yang paling kecil adalah debu.
Butiran debu ini sangat halus dan ringan sehingga mudah
diterbangkan angin.
Penyusun tanah sangat erat kaitannya dengan daya
peresapan air. Tanah yang mengandung banyak debu atau
butiran-butiran tanah liat sukar dilalui air. Sebaliknya, tanah yang
mengandung banyak pasir mudah dilalui air.
3) Jenis-jenis tanah
Bahan-bahan pembentuk tanah dapat berbeda-beda dari
satu tempat dengan tempat lainnya. Demikian juga dengan jenis-jenis
tanah. Jenis tanah juga dapat berbeda di setiap tempat. Hal ini
tergantung pada jenis batuan yang mengalami pelapukan di tempat itu.
Jenis tanah dapat dibedakan menjadi tanah berhumus, tanah berpasir,
dan tanah liat.
Tanah berhumus berwarna gelap karena banyak
mengandung humus. Humus berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang
telah mati. Tanah ini banyak mengandung unsur hara. Tanah
humud juga dapat menahan air. Tanah berhumus sangat subur bila
dibanding jenis tanah lain. Gambar 2 Tanah berhumus (Muslim,
Arifin dan Nurjhani, 2009: 94-96).
Gambar 2. Tanah berhumus
b) Tanah berpasir
Tanah berpasir tersusun atas banyak kerikil, pasir, sedikit
lempung dan humus. Ukuran partikel tanah pasir besar, selain itu,
rongga antar partikelnya besar sehingga dapat dilalui air dengan
cepat. Pada umumnya tanah berpasir ini kurang subur. Lain halnya
kalau di lereng gunung berapi. Tanah berpasir di lereng gunung
terdapat abu vulkanik. Abu vulkanik dari gunung berapi
mengandung unsur hara. Gambar 3 Tanah berpasir (Muslim, Arifin
Gambar 3. Tanah berpasir
c) Tanah liat
Tanah liat sebagian besar terdiri atas lempung. Penyusun
batuan lainnya adalah batuan berukuran sangat kecil, dan sedikit
pasir serta humus. Tanah liat memiliki pori-pori sangat rapat. Hal
ini membuat tanah liat sulit dilalui air. Udara yang dikandung tanah
liat pun sangat sedikit. Tanah liat juga sering digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan batu bata dan gerabah. Gambar 3 Tanah liat
(Muslim, Arifin dan Nurjhani, 2009: 94-96).
2.2 Kerangka Berpikir
IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan,
mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai
produk. Guru dalam mengajarkan pembelajaran IPA masih menggunakan
metode ceramah. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh
guru dan kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga
siswa kurang tertarik dengan materi yang sedang dijelaskan oleh guru.
IPA dianggap para siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok sebagai
pelajaran yang sulit. Permasalahan tersebut mengakibatkan hasil belajar
siswa di bawah KKM (70). Upaya yang dilakukan peneliti untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran.
Pendekatan kontekstual membantu para siswa menemukan makna
dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik
dengan konteks kehidupan keseharian mereka, sehingga apa yang mereka
pelajari melekat dalam ingatan untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar IPA.
Menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Minat merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka
minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung
akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa
mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan
memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena
pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya
mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian
pula halnya dengan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA, apabila
seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap mata pelajaran IPA
maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap mata
pelajaran IPA dan lebih giat dalam mempelajari materi ini dan
prestasinya pun akan memuaskan.
2.3 Penelitian Yang Relevan
a) Penelitian yang relevan terkait dengan pendekatan kontekstual
Penelitian yang dilakukan oleh Atik Fatimah (2009)
“Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Menulis Narasi Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Gumpang 1 Kartasura Pada Tahun Pelajaran 2008/2009”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi
siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dengan menerapkan
pendekatan kontekstual. Sumber data dalam penelitian ini adalah
peristiwa belajar mengajar menulis narasi yang terjadi di dalam kelas,
dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik observasi, wawancara, dan tes atau pemberian tugas.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil pembelajaran dapat
dilihat dari perolehan nilai siswa dalam menulis narasi yang
meningkat dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus I, jumlah
siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar sebesar 38% (14 siswa),
siklus II terjadi peningkatan sebesar 57% (21 siswa), dan siklus III
sebesar 81% (30 siswa). Hal ini membuktikan bahwa pendekatan
kontekstual mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar
mengajar dan sekaligus meningkatkan hasil belajar, yakni kemampuan
menulis narasi siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Kristiana Suwandari (2012)
“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Pembelajaran
Bunyi Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD
Kristen Kalam Kudus Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran
2011/2012”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan bunyi siswa kelas IV di SD Kristen
Kalam Kudus Yogyakarta. peningkatan prestasi belajar siswa terlihat
dari kondisi awal siswa dengan nilai rata-rata 6,5 dan sampai siklus II
b) Penelitian yang relevan terkait dengan minat belajar
Penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Babtista Ibnu
Pranowo (2012) “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi
Pembentukan Tanah Dengan Menggunakan Metode Penemuan
Terbimbing Pada Siswa Kelas V Semester 2 SDK Totogan Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V
SD Kanisius Totogan, Sleman pada tahun pelajaran 2011/2012.
Dengan jumlah 22 siswa, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi pembentukan tanah. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengamatan, wawancara, dan tes. Kondisi awal minat siswa
menunjukkan bahwa nilai rata-rata minat siswa (dalam skala 1-20)
adalah 10,409. Pada siklus I nilai rata-rata minat siswa adalah 14,136,
sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata minat siswa
meningkat menjadi 16,14. Sedangkan pada kondisi awal prestasi
belajar siswa menunjukkan bahwa 29, 63% (8 siswa) dari jumlah
siswa telah mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 70,03,
sedangkan pada siklus II sebanyak 95,45% (21 siswa) mencapai KKM
(70) dengan nilai rata-rata 81,19.
Penelitian yang dilakukan oleh Farida Nur Azizah (2012)
“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan
Berbagai Bentuk Pecahan Pada Siswa Kelas VA SD N Adisucipto 1
Tahun Pelajaran 2011/2012”. Peningkatan minat dan prestasi belajar
ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri
dari dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal siswa
sebelum dikenai tindakan pendekatan kontekstual dengan rata-rata
minat siswa adalah 7,71. Setelah dikenai tindakan pada siklus I
dengan menggunakan pendekatan kontekstual, rata-rata minat siswa
menjadi 11,5 yang menunjukkan kriteria minat siswa cukup.
Kemudian pada siklus II naik menjadi 14,38 yang menunjukkan pada
kriteria tinggi.
c) Penelitian yang relevan terkait dengan prestasi belajar
Penelitian yang dilakukan oleh Suharni (2012)
“Peningkatan Prestasi Belajar IPA Tentang Benda Dan Sifatnya
Dengan Media Realia Pada Siswa Kelas I SD Bentara Wacana
Muntilan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa
kelas I SD Bentara Wacana Muntilan yang berjumlah 37 orang yang
terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan
ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang
memenuhi KKM mencapai 72,9%, hal ini lebih besar daripada kondisi
awal yang hanya mencapai 65%. Siswa yang memenuhi KKM pada
Penelitian yang dilakukan oleh Muh Ardian Prasetyo Edi
(2011) “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode
Eksperimen Materi Sifat-Sifat Cahaya Siswa Kelas V SD Negeri
Bangunrejo 1 Semester 2 Tahun 2011”. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa
SD kelas V SD Negeri Bangunrejo 1 yang berjumlah 15 siswa. Obyek
penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen
pada pelajaran IPA materi mendiskripsikan sifat-sifat cahaya siswa
kelas V meningkat. Pada siklus I siswa yang lulus KKM hanya 20%
dengan nilai rata-rata 61,96%. Pada siklus II siswa yang lulus KKM
Pendekatan
Kontekstual Minat Belajar
Prestasi Belajar
Gambar 5. Skema pendekatan kontekstual, minat belajar, dan prestasi
belajar
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
a) Proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa khususnya pada
materi Jenis-jenis Tanah, siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok
Penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti adalah: Peningkatan Minat Dan
Pretasi Belajar Ipa Materi Mengidentifikasi Jenis-Jenis Tanah Dengan
Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
dengan menerapkan ketujuh komponen pendekatan kontekstual yaitu
kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi dan penilaian nyata.
b) Pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan
minat belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa
kelas V SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014.
c) Pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Zainal (2009: 13), penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi
dalam sebuah kelas. Menurut Kasihani (1998: 15), penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang
dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari kedua tokoh yang
mengemukakan pendapatnya tentang penelitian tindakan kelas, menurut
peneliti pendapat masing-masing tokoh saling mendukung.Bahwa
penelitian tindakan kelas adalah tindakan untuk memecahkan masalah
yang ada dalam kelas dan bertujuan untuk memperbaiki serta
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto, 2002:83) yaitu berbentuk spiral dari siklus satu
ke siklus berikutnya.Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, observasi,
dan refleksi.
Penelitian ini menggunakan model menurut Kemmis & Mc
Gambar 6.Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & Mc
Taggart
Berikut ini adalah tahap-tahap di dalam melakukan penelitian tindakan
kelas yaitu :
1. Perencanaan, yaitu merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan
suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan Perencanaan
Tindakan
Siklus 1
Pelaksanaan
Tindakan
Pengamatan/
Observasi Refleksi
Perencanaan
Tindakan
Siklus 2
Pelaksanaan
Tindakan
yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah
pembelajaran.
2. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
3. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan
atau tanpa alat bantu.
4. Refleksi, yaitu menerangkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi,
serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan
dilaksanan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki, sehingga
dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
3.2 Setting penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Jetis yang
terletak di Depok, Sendangsari, Minggir, Sleman, Yogyakarta pada
Tahun Pelajaran 2013/2014.
b. Subyek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius
Jetisdepok yang berjumlah 18 siswa yang terdiri dari 9 siswa
c. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah meningkatkan minat dan
prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa
pada mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi jenis-jenis tanah
siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014.
d. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret. Hari dan jam
disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran IPA. Berikut adalah jadwal
penelitian dan pengambilan data :
Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian dan pengambilan data
Hari, tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu Senin, 3 Maret
2014
I Pengamatan kelas sebelum penelitian
2x35 menit Senin, 10
Maret 2014
II Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan
III Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan kedua
2x35 menit Senin, 17
Maret 2014
IV Pelaksanaan penelitian siklus II pertemuan
V Pelaksanaan penelitian siklus II pertemuan kedua
2x35 menit
3.3 Rencana tindakan
3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan peneliti adalah meminta ijin kepada
kepala sekolah di SD Jetisdepok untuk melakukan penelitian tindakan