• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi mengidentifikasi jenis-jenis tanah dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi mengidentifikasi jenis-jenis tanah dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok - USD Repository"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Robertine Dhita P

101134114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DENGAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Robertine Dhita P

NIM : 101134114

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa, skripsi ini kupersembahkan untuk :

 Orangtuaku : Bapak Ignatius Wagi & Ibu Yuliana

Widiyati

 Kakakku : Fransisca Bety P & Hadrianus

Lastaryo Puji R

 Adikku : Mario Aditya P

 Penyemangatku : Laurentius Beny Widya Ardika

(6)

v

MOTTO

 Satu-satunya ukuran keberhasilan Anda yang jujur adalah apa yang

sedang anda lakukan dibandingkan dengan potensi Anda yang

sebenarnya (Pauk J. Meyer)

 Untuk menemukan kebahagiaan bukan dengan jalan melarikan diri

dari kesulitan, melainkan dengan mengatasinya (Amix Saechard)

 Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan

ketekunan dan kegigihan (Samuel Jhonson)

 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku

akan memberikan kelegaan kepadamu (Matius 11:28)

 Bersukacilah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa (Roma 12:22)

 Jangan takut gagal kalau ingin berhasil. Karena kegagalan adalah awal

dari kesuksesan. Keberhasilan harus diraih dengan kerja keras dan

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya ataupun begian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Agustus 2014

Penulis

Robertine Dhita P

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEGIATAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Robertine Dhita P

NIM : 101134114

Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR KANISIUS JETISDEPOK”

Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola

dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan

mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa meminta ijin dari saya, atau memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat

dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2014

Yang menyatakan

Robertine Dhita P

(9)

viii

ABSTRAK

Peningkatan Minat Dan Pretasi Belajar IPA Materi Mengidentifikasi Jenis-Jenis Tanah Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014. Yogyakarta. PGSD. FKIP. USD.

Oleh: Robertine Dhita P NIM : 101134114

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan kontekstual dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi jenis-jenis tanah kelas V SD Kanisius Jetisdepok.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok. Tindakan yang dilakukan adalah implementasi pendekatan kontekstual saat pembelajaran berlangsung. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal skala minat siswa, presentase minat siswa di atas rata-rata adalah 50%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan kontekstual, presentase minat siswa di atas rata-rata naik menjadi 55,55 %. Kemudian pada siklus II, presentase minat siswa di atas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 66,66 %. Hasil penelitian data awal observasi minat siswa, presentase minat siswa di atas rata-rata adalah 33,33%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan kontekstual, presentase minat siswa di atas rata-rata naik menjadi 61,11 %. Pada siklus II, presentase minat siswa di atas rata-rata mengalami peningkatan menjadi 66,66 %. Hasil penelitian prestasi belajar siswa, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 55,55 %. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, presentase siswa yang mencapai KKM adalah 61,11. Pada siklus II presentase siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 77,77 %.

(10)

ix

ABSTRACT

Increased Interest And Achievement Learning: Science Materials Identifying Types Of Soil Class V Kanisius Jetisdepok Academic Year 2013/2014.

Yogyakarta. PGSD. FKIP. USD. By :

Robertine Dhita P NIM : 101134114

This study aims to determine the implementation of a contextual approach in improving student achievement and interest in science material identified soil types Kanisius Jetisdepok fifth grade elementary school.

This study is a class action research, with the fifth grade students study the subject Elementary Kanisius Jetisdepok. The action taken is the implementation of a contextual approach when learning takes place. This research is a form of action research consists of two cycles, each cycle consisting of four phases: planning, action, observation and reflection.

Based on the results of research preliminary data indicate that students' interest scale, the percentage interest of the students in the above average is 50%. After the action in the first cycle by using a contextual approach, the percentage of student interest in the above-average rose to 55.55%. Then do the action in the second cycle, the percentage of student interest in the above-average increased to 66.66%. The results of the study observations indicate that the initial data interests of students, the percentage interest of the students in the above average is 33.33%. After the action in the first cycle by using a contextual approach, the percentage of student interest in the above-average rose to 61.11%. Then do the action in the second cycle, the percentage of student interest in the above-average increased to 66.66%. While the results of research shows that student achievement, the percentage of students who reach the KKM (minimum achievement score) is 55.55%. After the action in the first cycle, the percentage of students who reach the KKM (minimum achievement score) is 61.11%. Then for the action on the second cycle, the percentage of students who achieve KKM (minimum achievement score) increased to 77.77%.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1 PGSD USD.

Dalam menulis skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan yang

sangat berarti dan bermanfaat untuk penulisan ini, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak

yang telah membantu hingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada :

1. Bapak Rohandi, Pd.D, selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A, selaku Kaprodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantara, M. For. Sc selaku dosen pembimbing I

yang telah membimbing dan mendampingi penulisan proses penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli., M.A selaku dosen pembimbing II yang

telah membantu membimbing dan mendampingi penulisan skripsi.

5. Ibu Florentina Rusmini, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius

Jetisdepok, yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

6. Bapak Y. Atik Fajar Rianto, selaku guru kelas V SD Kanisius Jetisdepok,

yang berkenan membantu dan menjadi mitra penulis dalam melaksanakan

penelitian.

7. Ibu Brigitta Erlita Tri. A., S.Psi., H.Psi yang telah membantu validasi

perangkat pembelajaran dalam skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku Bapak Ignatius Wagi dan Ibu Yuliana Widiyati yang

sangat aku cintai dan aku sayangi, sebagai rasa sayang dan rasa baktiku.

9. Seluruh Dosen PGSD USD dan Staf Sekretariat PGSD USD, yang telah

(12)

xi

10.Seluruh siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok tahun pelajaran 2013/2014,

yang menjadi subyek penelitian.

11.Teman-teman PPL Jetisdepok 2014 yang telah membantu banyak

memberikan bantuan pada penulis.

12.Teman-temanku Risma, Tri, Shinta, Nafisa dan Putra yang telah

senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan

skripsi.

13.Kakakku Fransisca Bety P dan Hadrianus Lastaryo Puji R yang selalu

memberikan dukungan.

14.Adikku Mario Aditya Primandaru yang selalu memberikan dukungan.

15.Laurentius Beny Widya Ardika yang selalu menjadi penyemangatku.

16.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 26 Agustus 2014

Penyusun

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 9

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual ... 10

2.1.1.3 Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual ... 12

2.1.2 Prestasi Belajar ... 15

(14)

xiii

2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2.1.2.3 Aspek Prestasi Belajar ... 17

2.1.3 Minat Belajar ... 19

2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar ... 19

2.1.3.2 Indikator Minat Belajar ... 20

2.1.3.3 Faktor Pendorong Minat Belajar ... 21

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 23

3.6 Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran Soal ... 54

3.7 Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Hasil Penelitian ... 67

4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 67

4.1.1.1 Siklus I ... 67

4.1.1.2 Siklus II ... 73

(15)

xiv

4.1.2.1 Skala Minat Siswa ... 78

4.1.2.2 Observasi Minat Belajar Siswa ... 80

4.1.2.3 Prestasi Belajar Siswa ... 82

4.2 Pembahasan ... 85

4.2.1 Minat Belajar ... 85

4.2.2 Prestasi Belajar ... 90

BAB V PENUTUP ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 94

5.3 Saran ... 94

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dan Pengambilan Data ... 43

Tabel 2. Blue Print Skala Minat ... 52

Tabel 3. Blue Print Observasi Minat Belajar ... 53

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 53

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 54

Tabel 6. Perhitungan SPSS Skala Minat ... 56

Tabel 7. Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 58

Tabel 8. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 58

Tabel 9. Hasil perhitungan SPSS tes prestasi ... 59

Tabel 10. Koefisien Reliabilitas ... 61

Tabel 11. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 62

Tabel 12. Perhitungan PAP II ... 63

Tabel 13. Ketegori Tingkat Minat Siswa ... 64

Tabel 14. Indikator Keberhasilan Skala Minat Belajar ... 64

Tabel 15. Indikator Keberhasilan Observasi Minat ... 64

Tabel 16. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 64

Tabel 17. Skor Rata-Rata Skala Sikap Siswa ... 78

Tabel 18. Skor Observasi Minat Belajar Siswa ... 81

Tabel 19. Skor Tes Prestasi ... 82

Tabel 20. Hasil Skor Tes Prestasi ... 84

Tabel 21. Peningkatan Skala Minat Belajar ... 86

Tabel 22. Peningkatan Observasi Minat ... 88

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lapisan Tanah ... 27

Gambar 2. Tanah Berhumus ... 30

Gambar 3. Tanah Berpasir ... 31

Gambar 4. Tanah Liat ... 31

Gambar 5. Skema ... 38

Gambar 6. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 41

Gambar 7. Presentase Skala Sikap ... 80

Gambar 8. Diagram Observasi Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 82

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 98

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 99

Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi Sebelum Uji Validitas ... 139

Soal Tes Prestasi sebelum Uji Validitas ... 140

Uji Validitas Tes Prestasi ... 145

Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Sesudah Uji Validitas ... 152

Soal Tes Prestasi Sesudah Uji Validitas ... 153

Kisi-kisi Skala Minat Sebelum Uji Validitas ... 157

(19)

xviii

Contoh Lembar LKS Siklus II ... 193

Contoh Soal Tes Prestasi Siklus I ... 195

Contoh Soal Tes Prestasi Siklus II ... 196

Lampiran 7 Dokumen/Foto ... 197

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan

kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun negara. Oleh karena itu,

pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga sesuai

dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang

dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui

Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan

sumberdaya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta

pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang fenomena-fenomena alam, sehingga IPA juga diajarkan kepada siswa

SD untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Kualitas kehidupan

bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat

penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan

demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003: 1).

Dalam mewujudkan kualitas pendidikan di sekolah dasar harus

(21)

pikir yang konkret, maka dalam proses pembelajaran yang abstrak harus

dibantu agar menjadi lebih konkrit. Hal ini berarti bahwa strategi

pembelajaran IPA haruslah sesuai dengan perkembangan

intelektual/perkembangan tingkat berfikir anak, sehingga diharapkan

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar itu lebih efektif dan menyenangkan.

Pembelajaran IPA di SD merupakan sarana yang tepat untuk mempersiapkan

para siswa agar dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang baru

sehingga apa yang mereka peroleh dapat dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Pada kenyataannya, minat dan prestasi belajar siswa dalam

mempelajari konsep-konsep dalam IPA tidak sesuai dengan harapan guru.

Guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang

dimilikinya seperti mesin, siswa mendengarkan, mencatat dan mengerjakan

tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan

pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental. Di dalam hal ini,

anggapan bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang

kepikiran orang lain,

Pembelajaran IPA pelaksanaannya diupayakan dalam kondisi

pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Guru harus memberikan

tahapan dan pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang kondusif,

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Siswa akan lebih

mudah memahami satu konsep jika belajar menemukan sendiri dan terlibat

(22)

menyenangkan dan pembelajaran yang banyak menggunakan ceramah akan

cepat membosankan.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V pada

tanggal 28 Januari 2014 di SD Kanisius Jetisdepok, dapat disimpulkan bahwa

perhatian guru terhadap pentingnya pendekatan, metode dan media

pembelajaran yang digunakan khususnya dalam pembelajaran IPA masih

kurang. Selama pengamatan, guru mengajar hanya berpatokan pada buku

pelajaran IPA. Guru menyampaikan materi pembelajaran menggunakan

ceramah yang tidak mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran yang disampaikan guru belum kontekstual.

Di samping itu, guru juga tidak menggunakan media yang mendukung proses

belajar mengajar yang dapat membantu membentuk pengetahuan siswa. Hal

tersebut, membuat siswa kurang konsentrasi pada pelajaran dan cenderung

bermain bersama temannya. Dalam hal ini, terlihat minat siswa dalam

mengikuti pembelajaran berlangsung kurang menunjukkan minat belajar

terbukti ketika pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak diam dan enggan

bertanya pada guru ataupun pada siswa sehingga guru yang tampak aktif

dalam pembelajaran.

Dari fakta-fakta di atas, rendahnya minat belajar itulah yang diduga

menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Dapat dilihat dari hasil nilai

ulangan harian pada materi cahaya, data yang diperoleh menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran

(23)

Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai70. Peneliti ini, akan menerapkan

pendekatan kontekstual pada materi tanah. Dalam hal ini peneliti,

menggunakan nilai ulangan harian pada materi cahaya karena peneliti tidak

mendapatkan nilai materi tanah pada tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan

guru kelas V merupakan guru baru yang tidak memiliki berkas-berkas pada

tahun sebelumnya. Minat siswa pada mata pelajaran IPA terlihat dari hasil

observasi dengan persentase 33,33 % kategori sangat rendah yang dilakukan

peneliti sebelum melakukan penelitian. Dengan patokan 3 indikator yang

setiap indikator terdapat 5 deskriptor.

Mengingat pentingnya IPA, usaha yang harus dilakukan yaitu

dengan membenahi proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan suatu

pendekatan pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara

materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Selain itu juga mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan

penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Untuk mewujudkan itu,

salah satu caranya adalah dengan pendekatan kontekstual karena diharapkan

dapat membantu siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa,

(24)

1.2Pembatasan Masalah

Memahami dan mengatasi masalah tersebut tentu saja tidak dapat

dilakukan dalam waktu singkat, mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga,

biaya, dan kemampuan, maka peneliti hanya membatasi penelitian ini pada :

1. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mata pelajaran IPA khususnya pada

standar kompetensi (SK) 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumberdaya alam dan kompetensi dasar

(KD) 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

2. Minat belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok saat mengikuti

pembelajaran masih rendah.

3. Prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok masih rendah.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dapat dideskripsikan

sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang masih rendah

khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa kelas V SD Kanisius

Jetisdepok?

2. Apakah dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA

dapat meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis

(25)

3. Apakah dengan penerapan pendekatan kontekstual pada pelajaran IPA

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi

Jenis-jenis Tanah, siswakelas V SD Kanisius Jetisdepok?

1.4Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas,

tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang masih rendah

khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa kelas V SD Kanisius

Jetisdepok.

2. Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis

Tanah, siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok.

3. Mengetahui proses pendekatan kontekstual pada pelajaran IPA dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis

Tanah, siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik

bersifat praktis maupun teoritis.

(26)

a) Hasil penelitian ini nanti secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan kepada guru secara umum pada pembelajaran IPA melalui

pendekatan kontekstual.

b) Secara khusus, penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi

pembelajaran berupa penggeseran dari paradigma mengajar menuju ke

paradigma belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai

hasil.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa, meningkatnya kemampuan siswa sehingga dapat

mengembangkan potensi diri secara optimal terutama dalam belajar

IPA selanjutnya.

b) Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa pendekatan

kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam KBM

IPA.

c) Bagi sekolah, memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha

perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada

peningkatan mutu sekolah.

1.6 Definisi Operasional

a. Minat adalah keadaan yang dimiliki seseorang yang dapat menarik

perhatian dan menimbulkan perasaan senang terhadap subyek yang

disenanginya.

b. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah

(27)

c. Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari secara langsung dan menghubungkannya dengansituasi

(28)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Metode Pendekatan Kontekstual

2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Nurhadi (2003: 13) menyatakan pendekatan kontekstual adalah

konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,

sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks

yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi

sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya

sebagai anggota masyarakat.

Wina (2006: 253) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual

adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka.

Pengertian pendekatan kontekstual menurut Johnson adalah sistem

pembelajaran yang didasarkan pada pandangan bahwa siswa belajar bila

(29)

mereka akan melihat makna dalam tugas-tugas yang mereka kerjakan

bilamana mereka dapat menghubungkan informasi baru yang mereka

terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki.

Teori menurut Nurhadi dan Wina mempunyai teori yang sama

yaitu mengaitkan pengetahuan atau materi yang dimiliki siswa dengan

dunia nyata siswa. Teori Nurhadi dan Sanjaya mempunyai perbedaan

dengan teori menurut Johnson, pendekatan kontekstual adalah siswa

belajar bila mereka melihat makna dalam materi pelajaran yang mereka

ikuti dan mereka akan melihat makna dalam tugas-tugas yang mereka

kerjakan bilamana mereka dapat menghubungkan informasi baru yang

mereka terima dengan pengetahuan atau pengalaman yang mereka miliki.

Berdasarkan pengertian pendekatan kontekstual tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan pendekatan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari secara langsung

dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2 Prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual

Tiga prinsip ilmiah pendekatan kontekstual menurut para ahli

fisika kuantum, para kosmolog, dan ahli biologi (Johnson, 2010: 68-89)

mengatakan bahwa:

(30)

Prinsip ini mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan

antara peserta didik dengan pendidik yang lain, dengan para siswa,

dengan masyarakat, dan dengan bumi. Prinsip kesalingbergantungan

menghubungkan semua hal yang ada di alam semesta dengan hal

lainnya yang bermakna untuk membangun pemikiran yang kritis dan

kreatif. Kedua proses itu terlibat dalam mengidentifikasi hubungan

yang akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru.

2) Prinsip diferensiasi dan pendekatan kontekstual

Prinsip diferensiasi mendorong alam semesta menuju

keragaman yang tak terbatas, dan hal itu menjelaskan kecenderungan

entitas-entitas yang berbeda untuk bekerja sama dalam bentuk yang

disebut simbiosis. Para pendidik akan melihat pentingnya prinsip

diferensiasi di sekolah-sekolah dan kelas-kelas untuk meniru sasaran

prinsip tersebut menuju kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerja

sama.

3) Prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual

Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk

mendorong setiap siswa mengeluarkan seluruh potensinya. Sasaran

utama sistem pendekatan kontekstual adalah menolong para siswa

mencapai keunggulan akademik, memperoleh ketrampilan karier, dan

mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah

(31)

Berdasarkan penjelasan prinsip-prinsip ilmiah pendekatan

kontekstual di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada tiga prinsip

ilmiah pendekatan kontekstual yaitu: prinsip kesalingbergantungan

dan pendekatan kontekstual, prinsip diferensiasi dan pendekatan

kontekstual, dan prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual.

2.1.1.3 Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran pendekatan kontekstual menurut Sanjaya (dalam

Sugiyanto, 2007: 3) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran,

yaitu:

a) Kontruktivisme (Constructivisme)

Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman. Pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi

oleh dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk oleh

dua faktor penting yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan

kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut.

Pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada dasarnya

mendorong agar siswa bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui

proses pengamatan dan pengalaman nyata yang di bangun oleh

individu si pembelajar.

b) Menemukan (Inquiri)

Menemukan artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian

(32)

proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu : (1)

merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesa, (3) mengumpulkan

data, (4) menguji hipotesis, (5) membuat kesimpulan.

c) Bertanya (Questioning )

Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.

Dengan adanya keingintahuanlah, pengetahuan selalu dapat

berkembang. Dalam pembelajaran pendekatan kontekstual guru tidak

menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan

bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan

demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya sangat

diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan

pembelajaran lebih produktif yaitu berguna untuk : (a) menggali

informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pembelajaran,

(b) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, (c) merangsang

keingintahuan siswa terhadap sesuatu, (d) memfokuskan siswa pada

sesuatu yang diinginkan, (e) membimbing siswa untuk menemukan

atau menyimpulkan sesuatu.

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar menurut Gotsky (dalam Sugiyanto, 2007: 4),

bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh

komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin

dipecahkan sendirian. Tetapi membutuhkan bantuan orang lain.

(33)

bertukar pikiran dengan orang lain, teman, antar kelompok dan bukan

hanya guru. Dengan demikian, masyarakat belajar dapat diterapkan

melalui belajar kelompok dan sumber-sumber lain dari luar yang

dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.

e) Pemodelan ( Modeling )

Pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang

dapat ditiru setiap siswa. Pemodelan dalam kegiatan pembelajaran

bisa langsung dari guru, misalnya memberi contoh cara mengerjakan

sesuatu atau dengan melibatkan siswa sebagai model pembelajaran.

f) Refleksi ( Reflection )

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan baru yang diterima. Misalnya ketika pelajaran berakhir,

siswa mengevaluasi dan menginstropeksi diri apakah selama

mengikuti proses pembelajaran tadi dapat memahami materi yang

disampaikan, berpartisipasi aktif, termotivasi, dll.

g) Penilaian nyata ( Authentic Assessment )

Proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang

perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan

untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.

Berdasarkan ketujuh komponen yang sudah dijelaskan di atas,

peneliti menyimpulkan kontruktivisme adalah proses membangun dan

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

(34)

pencarian dan penemukan melalui proses berfikir secara sistematis.

Bertanya adalah bagian inti bertanya dan menemukan pengetahuan.

Masyarakat belajar adalah pengetahuan dan pengalaman yang dibentuk

oleh komunikasi dengan orang lain. Pemodelan adalah pembelajaran

dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru setiap

siswa. Refleksi adalah respon/menginstropeksi diri terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan baru yang diterima. Penilaian nyata adalah

proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang

perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Di dalam hal ini, peneliti

menerapkan ketujuh komponen tersebut di dalam proses belajar mengajar

untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

2.1.2 Prestasi Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Terdapat beberapa pengertian belajar menurut para ahli, yaitu

Sardiman, Anni dan Rifa’i dan Mulyati.

Menurut Sardiman (2007: 20), belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain

sebagainya.

Menurut Anni dan Rifa’i (2009: 82), belajar didefinisikan sebagai

proses penting bagi perubahan perilaku manusia, mencakup segala

(35)

perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, bahkan

persepsi manusia.

Menurut Mulyati (2005: 5) belajar adalah usaha sadar individu

untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui

latihan-latihan, pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi

bukan karena kebetulan.

Teori menurut Sardiman, Anni dan Rifa’I dan Mulyati secara garis

besar mempunyai teori yang sama bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku manusia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan manusia

untuk mencapai peningkatan diri atau perubahan perilaku.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu perubahan tingkah laku baik kemampuan, keterampilan

maupun sikap yang dilakukan oleh individu secara aktif dalam interaksi

dengan lingkungannya.

2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar

Terdapat beberapa pengertian prestasi belajar menurut para ahli,

yaitu Purnomo dan Djamara, Winkel dan Sukadji.

Pengertian prestasi belajar menurut Purnomo dan Djamara (2008:

370) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah

dikerjakan secara individu ataupun kelompok yang hasilnya berupa

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan individu sebagai hasil dari

(36)

Prestasi belajar menurut Winkel (1983: 162) merupakan suatu

bukti keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Maka

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melakukan usaha-usaha dalam belajar. Menurut Sukadji (2000:

20) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang

dalam belajar.

Teori prestasi menurut Purnomo dan Djamara, Winkel dan Sukadji

mempunyai teori yang berbeda. Teori menurut Djamara dan Purnomo

bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dikerjakan secara individu

ataupun kelompok yang hasilnya dapat membuat perubahan individu

sebagai hasil dari aktivis dalam belajar. Teori menurut Winkel bahwa

prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan seseorang dalam

melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Sukadji adalah hasil

yang telah dicapai seseorang dalam belajar.

Berdasarkan pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah

seseorang melakukan kegiatan belajar.

2.1.2.3 Aspek Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin (2003: 214) ada tiga aspek dalam prestasi belajar,

yaitu:

(37)

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berfikir

yaitu tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berfikir siswa. Aspek kognitif dari dahulu selalu menjadi faktor utama dalam sistem

pendidikan. Metode penilaian di sekolah terbukti menggunakan aspek

kognitif dengan mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.

b) Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap

yang berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) siswa. Penilaian pada aspek afektif dapat terlihat pada tanggung jawab, kedisiplinan,

sikap hormat terhadap guru, kepatuhan, dan sebagainya.

c) Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan

gerak fisik yang mempengaruhi sikap. Aspek psikomotorik berkaitan

dengan kemampuan atau keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

Berdasarkan aspek prestasi belajar yang sudah dijelaskan di

atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek prestasi belajar ada tiga

yaitu aspek kognitif yang berkaitan dengan berpikir atau bernalar,

aspek afektif berkaitan dengan nilai sikap sedangkan aspek

psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan yang dimiliki siswa untuk

menerima pengetahuan. Pada hal ini, peneliti menggunakan aspek

kognitif dalam penelitian, karena peneliti menilai prestasi siswa

(38)

prestasi SD Kanisius Jetisdepok. Di samping itu, prestasi belajar siswa

kelas V di SD Kanisius Jetisdepok terutama pada mata pelajaran IPA

sangatlah rendah.

2.1.3 Minat Belajar

2.1.3.1 Pengertian Minat Belajar

Terdapat beberapa pengertian minat belajar menurut para ahli,

yaitu Slameto, Muhibbin dan Bimo.

Menurut Slameto (2003: 180) yang dimaksud dengan minat adalah

suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,

tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

hubungan tersebut, maka semakin besar pula minat yang dimiliki.

Pengertian minat menurut Muhibbin (2003: 136) adalah

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.

Bimo (2004: 38) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan

dimana seseorang memiliki perhatian yang besar terhadap suatu objek

yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari

hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek tersebut.

Teori minat belajar menurut Slameto, Muhibbin dan Bimo

mempunyai teori yang berbeda. Teori minat belajar menurut Slameto

(39)

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Teori minat belajar

menurut Muhibbin adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Teori minat belajar menurut

Bimo suatu keadaan dimana seseorang memiliki perhatian yang besar

terhadap objek tertentu disertai keinginan untuk mengetahui dan

mempelajari hingga akhirnya membuktikan lebih lanjut tentang objek

tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa minat adalah keadaan yang dimiliki seseorang yang dapat menarik

perhatian dan menimbulkan perasaan senang terhadap subyek yang

disenanginya.

2.1.3.2 Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto (1988: 58) indikator minat belajar adalah:

a) Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pelajaran misalnya pelajaran IPA, maka ia harus terus mempelajari

IPA. Siswa dalam mengikuti pembelajaran sama sekali tidak ada

perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b) Daya tarik siswa

Siswa cenderung memiliki rasa tertarik pada orang, benda, atau

kegiatan yang sedang dilakukan.

(40)

Perhatian merupakan konsentrasi yang dimiliki siswa terhadap

kegiatan yang dilakukan dengan mengesampingkan kegiatan lain.

Siswa yang memiliki minat belajar pada kegiatan tertentu maka

dengan sendirinya akan memperhatikan kegiatan tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari Slameto tentang indikator minat

belajar, peneliti menyimpulkan jika seseorang memiliki perasaan senang

atau suka terhadap mata pelajaran tersebut maka dapat menimbulkan

daya tarik siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dan perhatian serta

konsentrasi siswa penuh tertuju pada mata pelajaran yang disenanginya.

2.1.3.3 Faktor-Faktor Pendorong Minat Belajar

Terdapat beberapa teori faktor pendorong minat menurut para ahli,

yaitu Kartawidjaya, Sri dan Sardiman.

Berikut ini penjelasan faktor- faktor pendorong minat menurut

Kartawidjaya (1987: 183) mengatakan bahwa minat didorong oleh

motivasi. Motivasi merupakan suatu tenaga yang mendorong setiap

individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Minat

dimanifestasikan berdasarkan komponen dorongan yang mendorongnya.

Berikut adalah penjelasan faktor pendorong minat menurut Sri

(2002: 365) salah satu cara untuk menarik minat selama mengikuti

pembelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar siswa dengan

minat belajar siswa. Jika seorang guru tahu apa yang diminati siswa,

(41)

minat-minat siswa. Minat dan motivasi berhubungan erat, dimana minat-minat

merupakan alat motivasi yang utama.

Berikut ini penjelasan faktor pendorong minat menurut Sardiman

(2007: 93-94) mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk menciptakan

minat, antara lain:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar.

b. Menghubungkan pengalamannya dengan persoalan atau masalah pada

masa lampau.

c. Menggunakan berbagai macam cara mengajar supaya siswa tidak

merasa bosan.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlomba mendapatkan

hasil yang lebih baik.

Teori faktor pendorong minat menurut para ahli di atas mempunyai

pengertian yang berbeda-beda. Menurut Kartawidya bahwa minat

didorong oleh motivasi. Motivasi adalah suatu keinginan yang

mendorong seseorang untuk bertindak atau berbuat sesuatu di dalam

mencapai tujuan yang diingikan. Menurut Sri adalah menghubungkan

pengalaman belajar siswa dengan minat belajar siswa. Tugas guru disini

adalah mengajarkan suatu materi yang dapat dihubungkan dengan

minat-minat yang dimiliki seseorang. Dimana minat-minat merupakan alat motivasi

utama. Menurut Sardiman ada beberapa cara untuk menciptakan minat

diantaranya membangkitkan adanya suatu kebutuhan untuk belajar,

(42)

menggunakan berbagai macam cara mengajar agar siswa tidak bosan,

mendorong siswa untuk berlomba-lomba didalam mendapatkan hasil

yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan faktor pendorong minat belajar di atas,

penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa pendorong yang dapat

mendorong minat belajar siswa diantara faktor internal yang berasal dari

dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa.

Dalam penelitian ini menggunakan kedua faktor tersebut untuk melihat

faktor pendorong minat belajar siswa.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar

Terdapat beberapa teori pengertian IPA di sekolah dasar menurut

beberapa ahli, yaitu Carin, KTSP dan Srini.

Pengertian IPA menurut Carin (dalam Mohamad, 1987: 4) adalah

suatu kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematik, yang di

dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Dalam KTSP (2006: 142) telah disebutkan Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

(43)

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian IPA menurut Srini (1996: 2) merupakan terjemahan dari

Bahasa Inggris Natural science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan.

Teori menurut Carin, KTSP dan Srini mempunyai teori yang

berbeda. Teori menurut Carin adalah kumpulan pengetahuan yang

disusun secara sistematik, yang di dalam penggunaanya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam. Dalam KTSP, Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Menurut Srini adalah pengetahuan

yang berhubungan dengan alam.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pengertian IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam beserta

isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang di alam,

peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam.

2.1.4.2 Hakekat Pengetahuan Alam

Pada hakikatnya, IPA dipandang dari segi produk, proses, dan

(44)

a) IPA sebagai produk

IPA sebagai produk adalah akumulasi dari upaya perintis IPA

terdahulu yang telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam

bentuk buku atau teks. Guru dituntut untuk melakukan pembelajaran

dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar,

karena lingkungan alam merupakan pembelajaran yang sangat efektif

untuk peserta didik.

b) IPA sebagai proses

IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah, yaitu meliputi

sepuluh ketrampilan proses: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3)

interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel;

(7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9)

aplikasi; dan (10) komunikasi.

c) IPA sebagai pemupukan sikap

IPA dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar.

Ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dikembangkan pada anak usia

SD atau MI, yaitu: (1) sikap jujur; (2) sikap ingin mendapatkan

sesuatu yang baru; (3) sikap kerjasama; (4) sikap tidak putus asa; (5)

sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap bertanggung

jawab; (8) sikap berpikir bebas; dan (9) sikap kedisiplinan diri. Sikap

tersebut dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi,

(45)

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa hakekat IPA yaitu IPA sebagai produk yang tersusun secara

lengkap dan sistematis dalam bentuk buku atau teks, IPA sebagai proses

adalah suatu kegiatan yang dilakukan melalui tahapan-tahapan untuk

memperoleh hasil di dalam mengumpulkan data melalui metode ilmiah,

sedangkan IPA sebagai sikap adalah sikap ilmiah yang dapat

dikembangkan pada diri siswa.

2.1.4.3 Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Materi yang diambil untuk melakukan penelitian adalah Ilmu

Pengetahuan Alam, yang diajarkan di Kelas V SD pada Tahun Pelajaran

2013/2014.

STANDAR KOMPETENSI :

7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam

KOMPETENSI DASAR :

7.2Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

Penulis mengambil materi dari buku Kanisius dan BSE IPA kelas

V. Alasan penulis mengambil materi dari buku Kanisius dan BSE adalah

karena di SD tersebut memakai buku dari Kanisius. Di samping itu,

penulis juga mengambil dari BSE untuk menambah referensi.

(46)

Menurut susunannya, lapisan tanah terdiri atas lapisan

tanah atas, lapisan tanah bawah, dan bahan induk tanah. Tanah lapisan

paling atas umumnya sangat subur. Hal ini karena lapisan tanah atas

bercampur dengan humus. Tanah yang kaya dengan humus berwarna

lebih hitam dibandingkan jenis tanah yang lain. Sementara itu, tanah

lapisan bawah kurang subur dan mempunyai warna lebih terang.

Tanah lapisan bawah mengandung sedikit humus. Gambar 1 Lapisan

tanah (Muslim, Arifin dan Nurjhani, 2009: 94-96).

Gambar 1. Lapisan tanah

Lapisan atas, merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil

pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati.

Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur. Humus berasal dari

pembusukan hewan atau tumbuhan yang telah mati. Proses

pembusukan ini dibantu oleh hewan-hewan yang hidup di tanah,

misalnya cacing tanah. Cacing tanah ini memakan sampah-sampah

(47)

bahan-bahan organik. Sampah-sampah yang tidak dimakan oleh

hewan-hewan ini akan diuraikan oleh jamur.

Lapisan tengah, terbentuk dari campuran antara hasil

pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian

bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa

disebut tanah liat.

Lapisan bawah, merupakan lapisan yang terdiri atas

bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil

pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara

sempurna.

Lapisan tanah yang terakhir atau paling bawah yaitu bahan

induk tanah. Bahan induk tanah merupakan lapisan tanah yang terdiri

atas bahan-bahan asli hasil pelapukan batuan. Lapisan ini disebut

lapisan tanah asli karena tidak tercampur dengan hasil pelapukan dari

batuan lain. Biasanya lapisan tanah ini warnanya sama dengan warna

batuan asalnya.

Lapisan bawah , dilihat dari ukuran, bentuk, dan warnanya

butiran tanah berbeda-beda. Ada yang butirannya terasa kasar pada

jari-jari tangan dan ada yang halus. Ada yang warnanya gelap dan ada

yang agak terang.

Tanah yang kita tempati sekarang ini terdiri atas berbagai

(48)

batuan hasil pelapukan. Bahan padat lainnya berasal dari sisa-sisa

makhluk hidup atau sampah yang telah membusuk dan hancur.

2) Bahan-bahan pembentuk tanah

Menurut butiran-butiran penyusunnya, tanah terdiri atas

batu, kerikil, pasir, lumpur, tanah liat, serta debu. Batu kerikil

merupakan penyusun tanah yang terbesar ukurannya. Butiran pasir

berukuran lebih kecil daripada kerikil. Butiran lumpur lebih kecil

daripada pasir dan bercampur dengan air. Butiran tanah liat lebih kecil

daripada butiran lumpur. Butiran tanah yang paling kecil adalah debu.

Butiran debu ini sangat halus dan ringan sehingga mudah

diterbangkan angin.

Penyusun tanah sangat erat kaitannya dengan daya

peresapan air. Tanah yang mengandung banyak debu atau

butiran-butiran tanah liat sukar dilalui air. Sebaliknya, tanah yang

mengandung banyak pasir mudah dilalui air.

3) Jenis-jenis tanah

Bahan-bahan pembentuk tanah dapat berbeda-beda dari

satu tempat dengan tempat lainnya. Demikian juga dengan jenis-jenis

tanah. Jenis tanah juga dapat berbeda di setiap tempat. Hal ini

tergantung pada jenis batuan yang mengalami pelapukan di tempat itu.

Jenis tanah dapat dibedakan menjadi tanah berhumus, tanah berpasir,

dan tanah liat.

(49)

Tanah berhumus berwarna gelap karena banyak

mengandung humus. Humus berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang

telah mati. Tanah ini banyak mengandung unsur hara. Tanah

humud juga dapat menahan air. Tanah berhumus sangat subur bila

dibanding jenis tanah lain. Gambar 2 Tanah berhumus (Muslim,

Arifin dan Nurjhani, 2009: 94-96).

Gambar 2. Tanah berhumus

b) Tanah berpasir

Tanah berpasir tersusun atas banyak kerikil, pasir, sedikit

lempung dan humus. Ukuran partikel tanah pasir besar, selain itu,

rongga antar partikelnya besar sehingga dapat dilalui air dengan

cepat. Pada umumnya tanah berpasir ini kurang subur. Lain halnya

kalau di lereng gunung berapi. Tanah berpasir di lereng gunung

terdapat abu vulkanik. Abu vulkanik dari gunung berapi

mengandung unsur hara. Gambar 3 Tanah berpasir (Muslim, Arifin

(50)

Gambar 3. Tanah berpasir

c) Tanah liat

Tanah liat sebagian besar terdiri atas lempung. Penyusun

batuan lainnya adalah batuan berukuran sangat kecil, dan sedikit

pasir serta humus. Tanah liat memiliki pori-pori sangat rapat. Hal

ini membuat tanah liat sulit dilalui air. Udara yang dikandung tanah

liat pun sangat sedikit. Tanah liat juga sering digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan batu bata dan gerabah. Gambar 3 Tanah liat

(Muslim, Arifin dan Nurjhani, 2009: 94-96).

(51)

2.2 Kerangka Berpikir

IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan,

mempunyai tiga aspek yaitu sebagai proses, sebagai prosedur dan sebagai

produk. Guru dalam mengajarkan pembelajaran IPA masih menggunakan

metode ceramah. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh

guru dan kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga

siswa kurang tertarik dengan materi yang sedang dijelaskan oleh guru.

IPA dianggap para siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok sebagai

pelajaran yang sulit. Permasalahan tersebut mengakibatkan hasil belajar

siswa di bawah KKM (70). Upaya yang dilakukan peneliti untuk

mengatasi masalah tersebut adalah dengan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran.

Pendekatan kontekstual membantu para siswa menemukan makna

dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik

dengan konteks kehidupan keseharian mereka, sehingga apa yang mereka

pelajari melekat dalam ingatan untuk meningkatkan minat dan prestasi

belajar IPA.

Menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Minat merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan hasilnya maka

minat dapat mempengaruhi kwalitas pencapaian hasil belajar siswa

dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung

(52)

akan menghasilkan prestasi yang rendah. Maka apabila seorang siswa

mempunyai minat yang besar terhadap suatu bidang studi ia akan

memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena

pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang

memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya

mencapai prestasi yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian

pula halnya dengan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA, apabila

seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap mata pelajaran IPA

maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya terhadap mata

pelajaran IPA dan lebih giat dalam mempelajari materi ini dan

prestasinya pun akan memuaskan.

2.3 Penelitian Yang Relevan

a) Penelitian yang relevan terkait dengan pendekatan kontekstual

Penelitian yang dilakukan oleh Atik Fatimah (2009)

“Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Menulis Narasi Pada Siswa Kelas V SD Negeri

Gumpang 1 Kartasura Pada Tahun Pelajaran 2008/2009”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi

siswa kelas V SD Negeri Gumpang 1 Kartasura dengan menerapkan

pendekatan kontekstual. Sumber data dalam penelitian ini adalah

peristiwa belajar mengajar menulis narasi yang terjadi di dalam kelas,

(53)

dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik observasi, wawancara, dan tes atau pemberian tugas.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil pembelajaran dapat

dilihat dari perolehan nilai siswa dalam menulis narasi yang

meningkat dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus I, jumlah

siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar sebesar 38% (14 siswa),

siklus II terjadi peningkatan sebesar 57% (21 siswa), dan siklus III

sebesar 81% (30 siswa). Hal ini membuktikan bahwa pendekatan

kontekstual mampu mengaktifkan siswa dalam proses belajar

mengajar dan sekaligus meningkatkan hasil belajar, yakni kemampuan

menulis narasi siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Kristiana Suwandari (2012)

“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Pembelajaran

Bunyi Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD

Kristen Kalam Kudus Yogyakarta Semester Genap Tahun Ajaran

2011/2012”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa pada pokok bahasan bunyi siswa kelas IV di SD Kristen

Kalam Kudus Yogyakarta. peningkatan prestasi belajar siswa terlihat

dari kondisi awal siswa dengan nilai rata-rata 6,5 dan sampai siklus II

(54)

b) Penelitian yang relevan terkait dengan minat belajar

Penelitian yang dilakukan oleh Yohanes Babtista Ibnu

Pranowo (2012) “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPA Materi

Pembentukan Tanah Dengan Menggunakan Metode Penemuan

Terbimbing Pada Siswa Kelas V Semester 2 SDK Totogan Tahun

Pelajaran 2011/2012”. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V

SD Kanisius Totogan, Sleman pada tahun pelajaran 2011/2012.

Dengan jumlah 22 siswa, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPA materi pembentukan tanah. Penelitian ini dilakukan

dalam dua siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengamatan, wawancara, dan tes. Kondisi awal minat siswa

menunjukkan bahwa nilai rata-rata minat siswa (dalam skala 1-20)

adalah 10,409. Pada siklus I nilai rata-rata minat siswa adalah 14,136,

sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata minat siswa

meningkat menjadi 16,14. Sedangkan pada kondisi awal prestasi

belajar siswa menunjukkan bahwa 29, 63% (8 siswa) dari jumlah

siswa telah mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 70,03,

sedangkan pada siklus II sebanyak 95,45% (21 siswa) mencapai KKM

(70) dengan nilai rata-rata 81,19.

Penelitian yang dilakukan oleh Farida Nur Azizah (2012)

“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan

(55)

Berbagai Bentuk Pecahan Pada Siswa Kelas VA SD N Adisucipto 1

Tahun Pelajaran 2011/2012”. Peningkatan minat dan prestasi belajar

ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri

dari dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data awal siswa

sebelum dikenai tindakan pendekatan kontekstual dengan rata-rata

minat siswa adalah 7,71. Setelah dikenai tindakan pada siklus I

dengan menggunakan pendekatan kontekstual, rata-rata minat siswa

menjadi 11,5 yang menunjukkan kriteria minat siswa cukup.

Kemudian pada siklus II naik menjadi 14,38 yang menunjukkan pada

kriteria tinggi.

c) Penelitian yang relevan terkait dengan prestasi belajar

Penelitian yang dilakukan oleh Suharni (2012)

“Peningkatan Prestasi Belajar IPA Tentang Benda Dan Sifatnya

Dengan Media Realia Pada Siswa Kelas I SD Bentara Wacana

Muntilan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa

kelas I SD Bentara Wacana Muntilan yang berjumlah 37 orang yang

terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan

ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang

memenuhi KKM mencapai 72,9%, hal ini lebih besar daripada kondisi

awal yang hanya mencapai 65%. Siswa yang memenuhi KKM pada

(56)

Penelitian yang dilakukan oleh Muh Ardian Prasetyo Edi

(2011) “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode

Eksperimen Materi Sifat-Sifat Cahaya Siswa Kelas V SD Negeri

Bangunrejo 1 Semester 2 Tahun 2011”. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa

SD kelas V SD Negeri Bangunrejo 1 yang berjumlah 15 siswa. Obyek

penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode eksperimen

pada pelajaran IPA materi mendiskripsikan sifat-sifat cahaya siswa

kelas V meningkat. Pada siklus I siswa yang lulus KKM hanya 20%

dengan nilai rata-rata 61,96%. Pada siklus II siswa yang lulus KKM

(57)

Pendekatan

Kontekstual Minat Belajar

Prestasi Belajar

Gambar 5. Skema pendekatan kontekstual, minat belajar, dan prestasi

belajar

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

a) Proses pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat

meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa khususnya pada

materi Jenis-jenis Tanah, siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok

Penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti adalah: Peningkatan Minat Dan

Pretasi Belajar Ipa Materi Mengidentifikasi Jenis-Jenis Tanah Dengan

Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar

(58)

dengan menerapkan ketujuh komponen pendekatan kontekstual yaitu

kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi dan penilaian nyata.

b) Pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

minat belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa

kelas V SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014.

c) Pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa khususnya pada materi Jenis-jenis Tanah, siswa

(59)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

Menurut Zainal (2009: 13), penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi

dalam sebuah kelas. Menurut Kasihani (1998: 15), penelitian tindakan

kelas merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang

dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari kedua tokoh yang

mengemukakan pendapatnya tentang penelitian tindakan kelas, menurut

peneliti pendapat masing-masing tokoh saling mendukung.Bahwa

penelitian tindakan kelas adalah tindakan untuk memecahkan masalah

yang ada dalam kelas dan bertujuan untuk memperbaiki serta

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, 2002:83) yaitu berbentuk spiral dari siklus satu

ke siklus berikutnya.Setiap siklus meliputi rencana, tindakan, observasi,

dan refleksi.

Penelitian ini menggunakan model menurut Kemmis & Mc

(60)

Gambar 6.Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & Mc

Taggart

Berikut ini adalah tahap-tahap di dalam melakukan penelitian tindakan

kelas yaitu :

1. Perencanaan, yaitu merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan

suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan Perencanaan

Tindakan

Siklus 1

Pelaksanaan

Tindakan

Pengamatan/

Observasi Refleksi

Perencanaan

Tindakan

Siklus 2

Pelaksanaan

Tindakan

(61)

yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah

pembelajaran.

2. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan.

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

3. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan

atau tanpa alat bantu.

4. Refleksi, yaitu menerangkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi,

serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan

dilaksanan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki, sehingga

dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

3.2 Setting penelitian

a. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Jetis yang

terletak di Depok, Sendangsari, Minggir, Sleman, Yogyakarta pada

Tahun Pelajaran 2013/2014.

b. Subyek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius

Jetisdepok yang berjumlah 18 siswa yang terdiri dari 9 siswa

(62)

c. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah meningkatkan minat dan

prestasi belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa

pada mata pelajaran IPA materi mengidentifikasi jenis-jenis tanah

siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok Tahun Pelajaran 2013/2014.

d. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret. Hari dan jam

disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran IPA. Berikut adalah jadwal

penelitian dan pengambilan data :

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian dan pengambilan data

Hari, tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu Senin, 3 Maret

2014

I Pengamatan kelas sebelum penelitian

2x35 menit Senin, 10

Maret 2014

II Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan

III Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan kedua

2x35 menit Senin, 17

Maret 2014

IV Pelaksanaan penelitian siklus II pertemuan

V Pelaksanaan penelitian siklus II pertemuan kedua

2x35 menit

3.3 Rencana tindakan

3.3.1 Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti adalah meminta ijin kepada

kepala sekolah di SD Jetisdepok untuk melakukan penelitian tindakan

Gambar

Gambar 1. Lapisan Tanah  ..................................................................................
Gambar 1. Lapisan tanah
Gambar 2. Tanah berhumus
Gambar 3. Tanah berpasir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PAI dalam pelaksanaan strategi. pembelajaran PAI di SMK Islam 1 Durenan diantaranya ada

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik dan memisahkan senyawa yang mempunyai kelarutan berbeda–beda dalam berbagai pelarut komponen kimia yang terdapat dalam bahan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai

Kalaulah sunnah fajar saja lebih baik dari dunia dan seisinya, berupa harta, istana, sungai-sungai, istri-istri dan lain-lain baik segala kebutuhan yang disenangi manusia

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe Team Accelarated Instruction adalah rendah,

Hipotesis yang terjawab yaitu H1 (Individual yang memiliki regulasi diri yang tinggi akan mengurangi perilaku cyberloafing dibandingkan dengan individual yang

DISTRIBUSI MATA KULIAH KONSENTRASI &.MATA KULIAH PILIHAN PENDUKUNG. No Mata Kuliah Kosentrasi SKS Mata Kuliah