• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN

MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN

TIM PENELITI : Dr. Asnawi Risna Yusuf, M.Si Ir. Zahri Nasution, M.Si

Ir. Tajerin, MM, ME Drs. Sastrawidjaja Dr. Hendra Yusran Siry Ir. Pujoyuwono M. M.Sc

Baden Mucharam, S.Pi Tikkyrino Kurniawan M.SE Freshty Yulia Arthatiani, S.Pi Hertria Maharani Putri, S.Sos

BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2011

(2)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Keluaran ... 4

1.4 Tahapan Penelitian ... 5

II. METODOLOGI ... 7

2.1 Kerangka Pemikiran ... 7

2.2 Waktu dan Lokasi Riset / Kajian ... 9

2.3 Data Yang Dikumpulkan ... 9

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 10

2.5 Metoda Analisa Data ... 11

2.6 Tahapan Penelitian... 12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

3.1 Kelembagaan Eksisting Sebelum dan Setelah Penguatan ... 14

3.1.1. Asesment Efektifitas Kelembagaan Eksisting Sebelum Penguatan ... 14

A. Waduk Malahayu ... 14

A.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan ... 15

A.1.1 Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) ... 15

A.1.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan ... 15

A.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 16

A.1.4 Kelembagaan Konservasi ... 16

A.1.5 Kelembagaan Pengawasan ... 17

A.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 17

(3)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ iii

A.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan ... 18

A.3 Kondisi Kelembagaan menurut Dimensi Aturan Main ... 20

A.3.1 Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama ... 21

A.3.2 Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan ... 22

A.3.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 23

A.3.4 Kelembagaan Konservasi ... 24

A.3.5 Kelembagaan Pengawasan ... 25

A.3.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 26

A.3.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 27

A.4 Bahan Penguatan Kapasitas Kelembagaan di Waduk Malahayu ... 28

B. Waduk Jatiluhur ... 34

B.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan ... 34

B.1.1 Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan)... 34

B.1.2 Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan ... 35

B.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 35

B.1.4 Kelembagaan Konservasi ... 36

B.1.5 Kelembagaan Pengawasan... 36

B.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 37

B.1.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 37

B.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan ... 38

B.3 Kondisi Kelembagaan menurut Dimensi Aturan Main ... 39

B.3.1 Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama ... 40

B.3.2 Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan ... 41

B.3.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 42

B.3.4 Kelembagaan Konservasi ... 43

B.3.5 Kelembagaan Pengawasan... 43

B.3.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 44

B.3.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 45

B.4 Bahan Penguatan Kapasitas Kelembagaan di Waduk Jatiluhur ... 46

C. Waduk Gajah Mungkur ... 55

C.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan ... 58

(4)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ iv

C.1.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan ... 59

C.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan... 59

C.1.4 Kelembagaan Konservasi ... 60

C.1.5 Kelembagaan Pengawasan ... 61

C.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 61

C.1.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 62

C.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan ... 62

C.3 Kondisi Kelembagaan menurut Dimensi Aturan Main ... 65

C.3.1 Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama ... 66

C.3.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan ... 67

C.3.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan... 69

C.3.4 Kelembagaan Konservasi ... 71

C.3.5 Kelembagaan Pengawasan ... 72

C.3.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 73

C.3.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 75

3.1.2 Komparasi Efektifitas Kelembagaan Eksisting Sebelum Penguatan ... 76

A. Komparasi Per Jenis Kelembagaan Eksisting Sebelum Penguatan ... 76

A.1 Kelembagaan Pelaku Utama... 76

A.2 Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan ... 77

A.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 78

A.4 Kelembagaan Konservasi ... 80

A.5 Kelembagaan Pengawasan ... 81

A.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 82

A.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 84

B. Komparasi Keseluruhan Kelembagaan Eksisting Setelah Penguatan ... 85

B.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan ... 86

B.1.1 Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) ... 86

B.1.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan ... 87

B.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 87

B.1.4 Kelembagaan Konservasi ... 88

B.1.5 Kelembagaan Pengawasan ... 89

(5)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ v

B.1.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 90

B.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan ... 90

B.3 Kondisi Kelembagaan menurut Dimensi Aturan Main ... 92

B.3.1 Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama ... 93

B.3.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan... 94

B.3.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan ... 95

B.3.4 Kelembagaan Konservasi ... 96

B.3.5 Kelembagaan Pengawasan ... 97

B.3.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan ... 98

B.3.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi ... 98

3.1.3 Asesment Efektifitas Kelembagaan Eksisting Setelah Penguatan ... 99

A. Waduk Malahayu ... 99

A.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan Setelah Penguatan di Waduk Malahayu ... 100

A.1.1 Kelembagaan Pelaku Utama Setelah Penguatan di Waduk Malahayu ... 100

A.1.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan di Waduk Malahayu ... 101

A.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan di Waduk Malahayu ... 102

A.1.4 Kelembagaan Konservasi Setelah Penguatan di Waduk Malahayu ... 104

A.1.5 Kelembagaan Pengawasan Setelah Penguatan di Waduk Malahayu... 105

A.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan Setelah Penguatandi Waduk Malahayu ... 106

A.1.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi Setelah Penguatan di Waduk Malahayu ... 107

A.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan Setelah Penguatan di Waduk Malahayu ... 108

B. Waduk Jatiluhur ... 112

B.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan Setelah Penguatan di Waduk Jatiluhur ... 112

B.1.1 Kelembagaan Pelaku Utama Setelah Penguatan di Waduk Jatiluhur ... 112

B.1.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan di Waduk Jatiluhur ... 113

B.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan di Waduk Jatiluhur ... 114

B.1.4 Kelembagaan Konservasi Setelah Penguatan di Waduk Jatiluhur ... 116

B.1.5 Kelembagaan Pengawasan Setelah Penguatan di Waduk Jatiluhur ... 117

B.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan Setelah Penguatandi Waduk Jatiluhur ... 118

(6)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ vi

B.1.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi Setelah Penguatan di Waduk Jatiluhur... 120

B.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan Setelah Penguatan di Waduk Jatiluhur ... 121

3.1.4 Komparasi Efektifitas Kelembagaan Eksisting Antar Lokasi Waduk ... 125

3.2. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik Nelayan ... 131

3.2.1 Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik Nelayan di Waduk Malahayu ... 131

3.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya dan Politik Nelayan di Waduk Jatiluhur ... 138

3.3 Respon Masyarakat Nelayan ... 145

3.3.1 Respon Masyarakat Nelayan BerdasarkanHasil Diskusi Kelompok Terfokus ... 145

3.3.1.1 Respon Masyarakat Nelayan Berdasarkan Hasil FGDdi Waduk Malahayu ... 146

3.3.1.2 Respon Masyarakat Nelayan Hasil FGDdi Waduk Jatiluhur ... 148

3.3.2 Respon Masyarakat Nelayan Setelah Penguatan KelembagaanBerdasarkan Hasil Survey ... 149

3.3.2.1 Respon Masyarakat Nelayan Setelah Penguatan Kelembagaan Berdasarkan Hasil Survey di Waduk Malahayu ... 149

3.3.2.2 Respon Masyarakat Nelayan Setelah Penguatan Kelembagaan Berdasarkan Hasil Survey di Waduk Jatiluhur ... 152

3.3.2.3 Perbandingan Respon Masyarakat Nelayan Setelah Penguatan Kelembagaan Berdasarkan Hasil Survey di Waduk Jatiluhur dan Waduk Malahayu ... 155

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SEMENTARA ... 158

4.1 Kesimpulan ... 158

4.2 Rekomendasi Sementara ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 162

(7)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ vii

DAFTAR TABEL

NO. TABEL JUDUL HAL

Tabel 1. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 15 Tabel 2. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 16 Tabel 3. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 16 Tabel 4. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 17 Tabel 5. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 17 Tabel 6. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 18 Tabel 7. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 18 Tabel 8. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 19 Tabel 9. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu,

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya , Tahun 2011 ... 21 Tabel 10. Upaya perbaikan dan bentuk penguatan kapasitas kelembagaan dalam

pemanfaatan dan pengelolaan perairan waduk Malahayu berdasarkan jenis kelembagaan dan permasalahannya. ... 29 Tabel 11. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan)

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 34 Tabel 12. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan)

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 35

(8)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ viii

Tabel 13. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan pembinaan dan penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 35 Tabel 14. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan konservasi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 36 Tabel 15. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 36 Tabel 16. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 37 Tabel 17. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 37 Tabel 18. Sebaran Kategori Efektivitas Keseluruhan Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 38 Tabel 19. Kategori Efektifitas Jenis Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden, Tahun 2011 ... 40 Tabel 20. Upaya perbaikan dan bentuk penguatan kapasitas kelembagaan dalam

pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur berdasarkan jenis kelembagaan dan permasalahannya. ... 47 Tabel 21. Tabel 1 Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok

Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 59 Tabel 22. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 59 Tabel 23. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 60 Tabel 24. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 60 Tabel 25. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 61

(9)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ ix

Tabel 26. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 62 Tabel 27. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 62 Tabel 28. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 63 Tabel 29. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Gajah

Mungkur,Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun 2011 ... 65 Tabel 30. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan)

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 87 Tabel 31. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 87 Tabel 32. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 88 Tabel 33. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 88 Tabel 34. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 89 Tabel 35. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 90 Tabel 36. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011... 90 Tabel 37. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ

Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 91 Tabel 38. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten

Ciamis, Jawa Barat Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya, Tahun 2011 ... 93 Tabel 39. Perubahan Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 100

(10)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ x

Tabel 40. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Pengutan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 102 Tabel 41. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 103 Tabel 42. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 104 Tabel 43. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 106 Tabel 44. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 107 Tabel 45. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 108 Tabel 46. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 109 Tabel 47. Kategorisasi Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu,

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Jenis dan Dimensi Aturan Mainnya , Tahun 2011 ... 111 Tabel 48. Perubahan Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 112 Tabel 49. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Pengutan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 114 Tabel 50. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 115 Tabel 51. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 116 Tabel 52. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 118

(11)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ xi

Tabel 53. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa

Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 119

Tabel 54. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 120

Tabel 55. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 121

Tabel 56. Sebaran Kategori Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Setelah Penguatan Menurut Persepsi Responden Tahun 2011 ... 124

Tabel 57. Karakteristik Perairan Waduk Jatiluhur ... 139

Tabel 58. Daftar Jenis-jenis Ikan Yang Tertangkap di Waduk Jatiluhur Tahun 2005 ... 141

Tabel 59. Jumlah Nelayan dan Alat Tangkap di Waduk Jatiluhur, Tahun 2004 ... 142

Tabel 60. Topik dan Hasil Kesepakatan FGD Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 2011 ... 146

Tabel 61. Topik dan Hasil Kesepakatan FGD Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, 2011 ... 148

Tabel 62. Jenis Kendala, Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasinya dalam Pelaksanaan Kegiatan Penelitian, Per 31 Mei 2011 ... 163

(12)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ ii

DAFTAR GAMBAR

NO. GAMBAR JUDUL HAL

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Rancang Bangun Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan ... 8 Gambar 2. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Tahun 2011. ... 20 Gambar 3. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan

dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 22 Gambar 4. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 23 Gambar 5. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 24 Gambar 6. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 25 Gambar 7. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 26 Gambar 8. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 27 Gambar 9. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 28 Gambar 10. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Tahun 2011. ... 39 Gambar 11. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan

dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 41 Gambar 12. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 42 Gambar 13. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 42

(13)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ iii

Gambar 14. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 43 Gambar 15. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 44 Gambar 16. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 45 Gambar 17. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 45 Gambar 18. Gambar 1. Peta Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Wonogiri, Propinsi

Jawa Tengah. ... 55 Gambar 19. Gambar Papan Perda no. 9 tahun 2003 ... 56 Gambar 20. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Tahun 2011. ... 64 Gambar 21. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan

dan Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 66 Gambar 22. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 68 Gambar 23. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 70 Gambar 24. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 71 Gambar 25. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 73 Gambar 26. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 74 Gambar 27. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 75

(14)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ iv

Gambar 28. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 76 Gambar 29. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Penyedia Sarana

Produksi Perikanan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 78 Gambar 30. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Pembinaan dan

Penyuluhan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 79 Gambar 31. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Konservasi dari Tiga

Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 80 Gambar 32. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Pengawasan dari Tiga

Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 81 Gambar 33. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Pemasaran Hasil

Produksi Perikanan dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 83 Gambar 34. Perbandingan Kondisi Eksisting Efektifitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi

dari Tiga Waduk (Malahayu, Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011... 84 Gambar 35. Komparasi Keseluruhan Kelembagaan Eksisting dari Tiga Waduk (Malahayu,

Jatiluhur dan Gajah Mungkur), 2011 ... 86 Gambar 36. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ

Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Tahun 2011... 91 Gambar 37. Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan

dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 94 Gambar 38. Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 95 Gambar 39. Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 95 Gambar 40. Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ

Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 96 Gambar 41. Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ

Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 97 Gambar 42. Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan

Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 98

(15)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ v

Gambar 43. Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011 ... 99 Gambar 44. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Sebelum dan Sesudah

Dilakukan Penguatan ... 101 Gambar 45. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dari

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan ... 102 Gambar 46. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Perikanan dari

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan ... 103 Gambar 47. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Konservasi Perikanan dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 105 Gambar 48. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 106 Gambar 49. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Perikanan dari Sebelum

dan Sesudah Dilakukan Penguatan ... 107 Gambar 50. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 108 Gambar 51. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Tahun 2011. ... 110 Gambar 52. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama dari Sebelum dan Sesudah

Dilakukan Penguatan ... 113 Gambar 53. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan dari

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan ... 114 Gambar 54. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Perikanan dari

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan ... 115 Gambar 55. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Konservasi Perikanan dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 117 Gambar 56. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 118 Gambar 57. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 119 Gambar 58. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pengawasan Perikanan dari Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Penguatan ... 120 Gambar 59. Perubahan Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk dari

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penguatan ... 122 Gambar 60. Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk

(16)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ vi

Gambar 61. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Malahayu Terhadap materi penguatan kelembagaan melalui pengembangan organisasi dan usaha, 2011 ... 150 Gambar 62. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Malahayu Terhadap aspek pemahaman

dan aspek manfaat dari materi pengembangan organsiasi dan usaha dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan, 2011 ... 151 Gambar 63. Respon pelaku Unit Pembenihan Rakyat (UPR) terhadap materi penguatan

kapasitas kelembagaan perbenihan di sekitar Waduk Malahayu, 2011 ... 151 Gambar 64. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Jatiluhur Terhadap materi penguatan

kelembagaan melalui pengembangan organisasi dan usaha, 2011 ... 152 Gambar 65. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Jatiluhur Terhadap aspek pemahaman

dan aspek manfaat dari materi pengembangan organsiasi dan usaha dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan, 2011 ... 153 Gambar 66. Respon pelaku Unit Pembenihan Rakyat (UPR) terhadap materi penguatan

kapasitas kelembagaan perbenihan di sekitar Waduk Malahayu, 2011 ... 154 Gambar 67. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Jatiluhur Terhadap materi penguatan

kelembagaan melalui pengembangan organisasi dan usaha, 2011 ... 155 Gambar 68. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Jatiluhur Terhadap materi penguatan

kelembagaan melalui pengembangan organisasi dan usaha, 2011 ... 156 Gambar 69. Respon Masyarakat Nelayan Di Waduk Jatiluhur Terhadap materi penguatan

(17)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ vii

DAFTAR LAMPIRAN

NO. LAMPIRAN JUDUL HAL

A. Kendala dan Upaya Mengatasinya ... 163 B. Rencana Tindak Lanjut ... 164 C. Notulensi Pelaksanaan Kegiatan FGD IPTEKMAS Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes ... 165

(18)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum seyogyanya berdasarkan atas prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara mendasar arti dari pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (WCED, 1988). Dalam prinsip ini, pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum harus mempertimbangkan beberapa aspek penting; yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi.

Dari aspek ekologi, pemanfaatannya harus menggunakan teknologi yang bersifat ramah lingkungan, sementara dari aspek ekonomi, pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut menghasilkan nilai ekonomi terhadap pengguna; misalnya sumber penghasilan. Kemudian, dari aspek sosial, pemanfaatan dan pengelolaan yang dilakukan terhadap sumberdaya perikanan perairan umum tersebut dapat diterima masyarakat yang berkepentingan (pemangku kepentingan; stakeholders). Ketiga aspek yang dikemukakan diatas terbentuk dalam suatu kerangka peraturan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum yaitu dalam suatu kelembagaan.

Di lain pihak, pengembangan produksi perikanan perairan umum tidak akan optimal jika tidak terintegrasi dengan pengembangan pemasaran, lingkungan, kelembagaan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan rasionalitas eko-sosial yang berkeyakinan bahwa segala permasalahan lingkungan hidup berakar pada masalah sosial. Kemudian, secara garis besar masalah-masalah sosial itu bersifat kelembagaan, ideologis, psikologis dan budaya (Little, 2000).

Beberapa perairan umum waduk dan situ ini telah melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan dengan sistem re-stocking atau penebaran kembali ikan, khususnya masyarakat nelayan yang melaksanakan usaha penangkapan ikan di perairan umum tersebut (BBRSEKP, 2010). Penebaran ikan tersebut, tidak saja dilaksanakan oleh masyarakat nelayan, tetapi juga dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penebaran tersebut dilakukan hampir setiap tahun dan telah berlangsung lama beberapa dekade terakhir ini. Terkait dengan penebaran kembali ikan (restocking) yang diadakan oleh berbagai pihak, maka seyogyanya telah dibentuk kelembagaan yang melaksanakan pengelolaan terhadap

(19)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 2 sumberdaya perikanan yang ada di perairan umum waduk atau situ tersebut (Purnomo et al., 2008).

Sebagai contoh telah ada kelembagaan nelayan di perairan waduk Malahayu, yang didalamnya telah pula tercakup beberapa fungsi pengaturan seperti pengaturan penangkapan ikan, pengaturan konservasi perairan, pengaturan pengawasan penangkapan ikan, dan pengaturan pemasaran ikan (Dislutkan Brebes, 2009). Semua fungsi pengaturan tersebut diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga produksi ikan di perairan umum waduk dapat berlangsung secara terus-menerus (berkelanjutan) dan pemanfaatan serta pengelolaan sumberdaya perikanannya dapat berlangsung sesuai dengan prinsip-perinsip pembangunan perikanan yang bertanggungjawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries; CCRF) (Purnomo et al., 2009). Berfungsinya suatu pengaturan (aturan main; rule of the game), dapat terlihat dengan efektifnya sanksi dalam penegakan aturan yang dilaksanakan melalui suatu mekanisme yang telah ditentukan (Yustika, 2006).

Ostrom (1990) mengemukakan bahwa solusi kebijakan dilema sumberdaya bersama; peranan kelembagaan atau institusi sosial komunitas pengguna sumberdaya yang bersangkutan yang telah terbukti efektif dalam mengendalikan pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana dan berkelanjutan dalam periode waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, konsepsi sumberdaya bersama sebagai sumberdaya bebas akses tanpa aturan maupun sumberdaya yang diatur komunitas masih relevan untuk memahami pelbagai fenomena penggunaan dan penyalahgunaan sumberdaya alam, sepanjang penerapan masing-masing konsepsi tersebut memperhitungkan konteks sosial ekonomi politik dan ekologis dari fenomena yang bersangkutan.

Tambahan pula, terkait dengan sumberdaya alam milik bersama (common-pool resources), Ostrom (1990) dalam Ostrom (1999) berpendapat pula bahwa dalam kelembagaan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya milik bersama terdapat beberapa prinsip yang harus terkandung didalamnya, agar kelembagaan tersebut dapat berfungsi untuk mencapai tujuannya secara berkesinambungan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut;

1. Prinsip batas yang dapat ditentukan dengan jelas untuk dapat menentukan kepemilikan seseorang atau rumah tangga terhadap sumberdaya tersebut;

2. Distribusi manfaat dari aturan yang tepatguna proporsional dengan pembiayaannya; kemudian aturan yang tepatguna juga terkait dengan waktu, tempat, teknologi, dan kuantitas unit sumberdaya terkait dengan kondisi lokal;

(20)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 3 3. Pengaturan pilihan-kolektif, yaitu hampir semua individu dipengaruhi oleh aturan

operasional yang dapat merubah partisipasinya dalam pelaksanaan pengaturan;

4. Adanya kegiatan yang bersifat memonitor kondisi sumberdaya dan perilaku penggunanya yang akuntabel;

5. Pemberian sanksi kepada pengguna yang melanggar aturan yang diterapkan sesuai dengan tingkatan kesalahan dan konsteks kejadian pengguna tersebut dari petugas yang akuntabel atau dari pengguna lainnya atau keduanya.

6. Ada mekanisme penyelesaian konflik diantara pengguna dan antara pengguna dan petugas yang dapat diakses secara cepat, biaya rendah dan tersedia secara lokal;

7. Ada pengorganisasian hak kepemilikan yang diakui bagi para pengguna atau kelembagaannya yang tidak dapat dikuasai atau dicampurtangani oleh pemerintah.

Dengan demikian, tujuan akhir yang ingin dicapai dalam program dan atau kegiatan penebaran kembali ikan (restocking) pada suatu perairan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar perairan yang dikelola melalui peningkatan produktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan (DJPB, 2003). Secara sosial ekonomi, kegiatan penebaran kembali ikan ke dalam peraian waduk harus dapat memberikan manfaat kepada masyarakat nelayan, dan hal ini dapat dicapai jika kelembagaan nelayan yang ada dan terbentuk telah melembaga pada masyarakat nelayan tersebut.

Sejauhmana inovasi kelembagaan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat dan pengelola sumberdaya perikanan di suatu perairan waduk dan situ akan sangat tergantung dengan efektitivitas inovasi tersebut dalam penerapannya. Disamping itu, karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat juga merupakan aspek yang berpengaruh dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan umum waduk dan situ (Kartamihardja et al., 2008). Untuk itu perlu diteliti kondisi yang terkait dengan efektivitas inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan teknologi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan.

1.2 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model pengembangan inovasi kelembagaan pemanfaatan dan pengelolaan waduk dan situ dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan nelayan.

(21)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 4 1. Mengidentifikasi dan menganalisis kelembagaan eksisting pemanfaatan dan pengelolaan

waduk dan situ dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan.

2. Mempelajari gambaran karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat yang berkaitan dengan aspek kelembagaan pengelolaan waduk dan situ.

3. Mengkaji respon masyarakat nelayan terhadap inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat nelayan dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk yang berkelanjutan.

4. Mengkaji penerapan diseminasi inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan di waduk..

5. Mengkaji percepatan diseminasi dan penguatan kapasitas kelembagaan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan terkait dengan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan waduk.

6. Menganalisis prakiraan dampak inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk terhadap produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan.

1.3 Keluaran

Secara umum keluaran kegiatan ini berupa model pengembangan inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan nelayan.

Keluaran khusus penelitian ini adalah;

1. Data dan informasi kelembagaan eksisting pemanfaatan dan pengelolaan waduk dan situ dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan.

2. Data dan informasi karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan politik masyarakat berkaitan dengan aspek kelembagaan pengelolaan waduk dan situ.

3. Data dan informasi respon masyarakat nelayan terhadap inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat nelayan dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk yang berkelanjutan.

4. Data dan informasi efektifitas inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas masyarakat nelayan dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk.

5. Data dan informasi berkaitan dengan upaya percepatan diseminasi dan penguatan kapasitas masyarakat dalam bentuk kegiatan pelatihan dan pendampingan.

(22)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 5 6. Data dan informasi prakiraan dampak inovasi kelembagaan melalui penguatan kapasitas

masyarakat nelayan dalam pemanfaatan dan pengelolaan waduk.

1.4 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian ini adalah:

1. Persiapan dan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan a. Penyusunan ROKR

b. Pemantapan ROKR c. Finalisasi ROKR

d. Studi literatur dalam rangka persiapan FGD, terutama bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kelembagaan eksisting pengelolaan waduk serta menformulasi rencana inovasi kelembagaan terkait upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan waduk.

2. Focus Group Discussion (FGD) dengan Stakeholders

FGD dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah (Sekda), Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda, LSM dan masyarakat nelayan dan pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan lainnya.

3. Implementasi Pelaksanaan di Lapangan

a. Melakukan survei identifikasi dan analisis kelembagaan eksisting pengelolaan waduk serta faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik yang mendukung atau menghambat berfungsinya kelembagaan tersebut.

b. Melakukan survei untuk mengetahui dan mempelajari respon masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan sumberdaya perairan terhadap inovasi kelembagaan1 pengelolaan sumberdaya terkait upaya penerapan aturan yang bersinergi untuk tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam perairan waduk yang berkelanjutan.

c. Melakukan kaji terap (implementasi) inovasi kelembagaan dengan melakukan penguatan kapasitas masyarakat nelayan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam perairan waduk.

1Inovasi kelembagaan akan diidentifikasi dan ditentukan kemudian setelah dilakukan tahapan: (a) Identifikasi

kelembagaan eksisting; dan (b) Identifikasi karakteristik ekonomi, sosial, budaya dan politik; dan (c) Pelaksanaan FGD.

(23)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 6 4. Pelatihan dan Pendampingan

a. Melakukan bentuk-bentuk pelatihan kepada masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan perairan, terutama nelayan dalam kerangka pengembangan model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan. Dalam hal ini dapat saja berupa topik-topik yang berkaitan dengan pengembangan inovasi kelembagaan.

b. Melakukan pendampingan dan mengevaluasi model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan.

5. Analisis Data dan Penyusunan Laporan 6. Sosialisasi Hasil

(24)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 7

II. METODOLOGI

2.1 Kerangka Pemikiran

Setiap aktivitas pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pasti mewakili struktur organisasi. Organisasi akan berjalan manakala memiliki institusi atau kelembagaan yang mencakup aturan-aturan formal maupun informal serta individu-individu yang menyediakan ataupun melaksanakan aturan-aturan tersebut (Yustika, 2006). Secara formalitas penegakan aturan maupun pengendaliannya dilakukan melalui pengenaan sanksi atas pelanggaran ataupun insentif atas pelaksanaan kelembagaan. Aturan informal dalam hal ini dilatar belakangi oleh interaksi antar individu yang berbadasarkan pada nilai-nilai positif kehidupan setempat (Soekanto, 2003).

Dalam kaitannya dengan pengembangan nilai-nilai positif dalam masyarakat dapat pula dilakukan melalui pemberian insentif oleh pemerintah kepada pelaku-pelaku ekonomi di dalam suatu komunitas pemanfaat dan pengelola sumberdaya. Melalui aktivitas tersebut, telah terbangun sebuah kelembagaan yang telah menjembatani dua kepentingan sekaligus yakni pemerintah dan masyarakat. Kelembagan itu merupakan kelembagaan yang sangat relevan di dalam meminimalisir ketidakpastian atas perolehan manfaat dan distribusi manfaat setiap pihak-pihak yang berkepentingan. Diperolehnya kelembagaan yang tersebut diatas dengan demikian memerlukan pemahaman yang mendalam atas aspek ekonomi, sosial, dan pengambilan keputusan pelaku pemanfaat dan pengelola sumberdaya di tingkat masyarakat beserta manfaat dan distribusi manfaatnya (Yustika, 2006). Di sisi lain, dikemukakan pula bahwa kebijakan pemerintah tidak hanya berdasarkan pada kekuasaan, umumnya dalam bentuk penentuan kebijakan tanpa dasar, namun harus berdasarkan informasi mengenai segala aspek kehidupan di masyarakat, khususnya yang terkait dengan manfaat dan distribusi manfaat atas pengelolaan sumberdaya. Adanya insentif kebijakan diharapkan dapat meningkatkan manfaat dan memperbaiki distribusi manfaat pengelolaan sumberdaya dalam kerangka inovasi kelembagaan.

(25)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 8 KETERANGAN: Evaluasi Efektivitas: 1. Prinsip batas 2. Distribusi manfaat 3. Pilihan kolektif 4. Kegiatan monitoring 5. Penerapan sanksi 6. Penyelesaian konflik 7. Hak kepemilikan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Rancang Bangun Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Pengelolaan Waduk dan Situ Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan

Pada pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan di perairan umum, khususnya waduk dan situ, kegiatan pengembangan perikanan berbasis budidaya (CBF; Culture Based Fisheries) merupakan suatu upaya yang telah berhasil diterapkan di beberapa perairan waduk dan situ di Jawa (Purnomo, 2009). Keberhasilan program CBF

Culture Base Fisheries: - Pengkayaan stok - Pemberdayaan Unit Pembenihan - Pemberdayaan masyarakat sekitar Subsistem Pasca Penangkapan:  Kelembagaan Pemasaran  Kelembagaan Nelayan dan

Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan  Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi Subsistem Penangkapan:  Kelembagaan Nelayan dan

Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Konservasi  Kelembagaan Pengawasan (Pemanfaatan dan Konservasi)  Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan

Subsistem Pra Penangkapan :

 Kelembagaan Penyedia Sarana Usaha

Penangkapan

 Kelembagaan Nelayan dan Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan

dan Penyuluhan

Subsistem Pra Penangkapan :

 Kelembagaan Penyedia Sarana Usaha

Penangkapan

 Kelembagaan Nelayan dan Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan

dan Penyuluhan

Subsistem Penangkapan:  Kelembagaan Nelayan dan

Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Konservasi  Kelembagaan Pengawasan (Pemanfaatan dan Konservasi)  Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan Peningkatan Produktivitas Usaha dan Pendapatan Masyarakat Subsistem Pra Penangkapan

:

 Kelembagaan Penyedia Sarana Usaha

Penangkapan

 Kelembagaan Nelayan dan Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan

dan Penyuluhan

Subsistem Pra Penangkapan :

 Kelembagaan Penyedia Sarana Usaha

Penangkapan

 Kelembagaan Nelayan dan Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan

dan Penyuluhan

Subsistem Pasca Penangkapan:

 Kelembagaan Pemasaran  Kelembagaan Nelayan dan

Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan  Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi Subsistem Penangkapan:

 Kelembagaan Nelayan dan Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Konservasi  Kelembagaan Pengawasan (Pemanfaatan dan Konservasi)  Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan

Subsistem Pra Penangkapan :

 Kelembagaan Penyedia Sarana Usaha Penangkapan  Kelembagaan Nelayan dan

Pemanfaat SD lainnya  Kelembagaan Pembinaan

dan Penyuluhan

(26)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 9 tersebut tidak terlepas dari upaya pembentukan dan pengembangan kelembagaan yang berfungsi secara baik terkait pengaturan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan yang dikembangkan. Adapun kelembagaan yang secara fungsinya harus dipenuhi agar program CBF dapat berjalan dengan baik adalah kelembagaan yang terkait dengan subsistem pra penangkapan, subsistem penangkapan dan sub sistem pasca penangkapan; sebagaimana dikemukakan oleh Mintoro (1999). Ketiga kelompok kelembagaan tersebut terdiri dari beberapa kelembagaan yang satu sama lain harus dikembangkan secara terpadu dan efektif sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan dan pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan (Gambar 1).

2.2 Waktu dan Lokasi Riset / Kajian

Keseluruhan aktivitas kegiatan penelitian akan dilakukan dalam rentang waktu mulai dari Januari sampai dengan Desember 2011. Lokasi kegiatan adalah sentra kegiatan perikanan perairan umum di perairan waduk dan situ pada beberapa propinsi terpilih yang dominan memiliki sumberdaya dan usaha perikanan perairan umum waduk dan situ. Lokasi tersebut adalah Waduk Malahayu- Jawa Tengah; Waduk Jatiluhur-Jawa Barat; Waduk Gajah Mungkur – Jawa Tengah; dan Situ Panjalu-Jawa Barat. Waduk Malahayu dan Waduk Jatiluhur dijadikan lokasi utama penelitian (mendapatkan tahapan penelitian secara lengkap) sedangkan Waduk Gajah Mungkur dan Situ Panjalu dalam penelitian ini merupakan lokasi pendukung yang hanya mendapatkan perlakuan survey kondisi awal (Baseline Survey). Wilayah Propinsi Jawa Barat juga digunakan sebagai lokasi untuk kegiatan studi literatur dan atau konsultasi, koordinasi, dan konsinyasi kegiatan riset / kajian.

2.3 Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan pada kegiatan riset ini berupa data sekunder maupun data primer. Data sekunder yang dapat dikumpulkan antara lain berupa laporan hasil penelitian dan atau kajian yang terkait dengan berbagai aspek sosial ekonomi dan kelembagaan pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan di perairan umum waduk dan situ. Data primer yang dikumpulkan disesuaikan dengan fokus kajian dan tujuan penelitian yaitu:

1. Data kelembagaan eksisting pengelolaan waduk dan situ dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan dan masyarakat pemanfaat lainnya. 2. Data karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat terkait dengan

(27)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 10 3. Data respon masyarakat nelayan dan pemanfaat sumberdaya lainnya terhadap inovasi

kelembagaan melalui penerapan teknologi pengelolaan waduk dan situ yang berkelanjutan.

4. Data efektifitas implementasi inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi pengelolaan sumberdaya perikanan (restoking, pembatasan mata jaring, pembatasan musim penangkapan, dan pembatasan areal penangkapan) berdasarkan indikator: (a) Prinsip batas; (b) distribusi manfaat; (c) pengaturan pilihan-kolektif; (d) kegiatan yang bersifat memonitor; (e) pemberian sangsi; (f) mekanisme penyelesaian konflik; dan (g) pengorganisasian hak kepemilikan.

5. Data penguatan kelembagaan yang disampaikan pada pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan perairan, terutama nelayan dalam kerangka pengembangan model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan.

6. Data prakiraan dampak inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder akan dikumpulkan dengan cara mempelajari terhadap bahan pustaka atau laporan penelitian yang terkait dengan focus kajian (studi literatur). Di lain pihak, data primer akan dikumpulkan melalui survey terstruktur menggunakan panduan kuesioner dan FGD (Focus Group Discussion). Kuesioner yang dipersiapkan dikembangkan dari topik data yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang diperlukan untuk kegiatan penelitian/kajian ini juga dikumpulkan menggunakan teknik Rapid Rural Appraisal (RRA) (Townsley, 1996). RRA dilakukan dengan menggunakan topik data sesuai dengan fokus penelitian.

Fokus kajian penelitian ini adalah;

1. Identifikasi kelembagaan eksisting dan rencana inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi pengelolaan waduk dan situ dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan dan masyarakat pemanfaat lainnya.

2. Karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat terkait dengan kelembagaan eksisting pengelolaan waduk.

3. Respon masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan sumberdaya perairan terhadap kegiatan sosialisasi yang dilakukan.

(28)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 11 4. Efektifitas implementasi inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi pengelolaan

sumberdaya perikanan yaitu berupa restoking, pembatasan mata jaring, pembatasan musim penangkapan, dan pembatasan areal penangkapan (reservat).

5. Penguatan kelembagaan yang disampaikan pada pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan perairan, terutama nelayan dalam kerangka pengembangan model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan.

6. Prakiraan dampak inovasi kelembagaan melalui penerapan teknologi terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan.

Responden yang terkait dengan penelitian adalah masyarakat pemanfaat sumberdaya periran dan usaha perikanan perairan umum waduk dan situ termasuk masyarakat nelayan, tokoh masyarakat, petugas pengawas, dan pedagang (bakul ikan). Disamping itu, juga pejabat dinas terkait dengan pengambil kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan dan atau petugas pemerintahan sebagai informan kunci, dan responden perorangan yang terdapat pada instansi terkait dengan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat nelayan.

2.5 Metoda Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang hubungan antar berbagai kategori data yang berasal dari data yang tersedia (Marshall dan Rossman, 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (1990), yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirnya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Oleh karena itu, pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan, data yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan tujuan penelitian, dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi analisis, termasuk kaitannya dengan orientasi sosial masing-masing para pemanfaat sumberdaya (Burns, 1987).

Berkaitan dengan permasalahan validitas internal dalam penelitian kualitatif, maka agar hasil penelitian ini dapat diyakini sebagai sebuah kebenaran dan dapat dipercaya (sekalipun derajat kebenaran dalam penelitian kualitatif tidak dapat ditetapkan secara pasti), maka peneliti menerapkan prinsip pengamatan berulang, mempertimbangkan masukan

(29)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 12 sumber data dan informasi, sebagaimana dimaksudkan oleh Moleong (2004). Akhirnya, kesimpulan yang dirumuskan akan diverifikasi kepada subjek penelitian, sehingga diperoleh kesesuaian pemahaman antara peneliti dengan tineliti.

2.6 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian ini adalah:

1. Persiapan dan Pemantapan Pelaksanaan Kegiatan a. Penyusunan ROKR

b. Pemantapan ROKR c. Finalisasi ROKR

d. Studi literatur dalam rangka persiapan FGD, terutama bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kelembagaan eksisting pengelolaan waduk serta menformulasi rencana inovasi kelembagaan terkait upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan waduk.

2. Focus Group Discussion (FGD) dengan Stakeholders

FGD dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah (Sekda), Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda, LSM dan masyarakat nelayan dan pemanfaat sumberdaya perairan dan perikanan lainnya.

3. Implementasi Pelaksanaan di Lapangan

a. Melakukan survei identifikasi dan analisis kelembagaan eksisting pengelolaan waduk serta faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik yang mendukung atau menghambat berfungsinya kelembagaan tersebut.

b. Melakukan survei untuk mengetahui dan mempelajari respon masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan sumberdaya perairan terhadap inovasi kelembagaan2 pengelolaan sumberdaya terkait upaya penerapan aturan yang bersinergi untuk tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam perairan waduk yang berkelanjutan.

c. Melakukan kaji terap (implementasi) inovasi kelembagaan dengan melakukan penguatan kapasitas masyarakat nelayan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam perairan waduk.

2Inovasi kelembagaan akan diidentifikasi dan ditentukan kemudian setelah dilakukan tahapan: (a) Identifikasi

kelembagaan eksisting; dan (b) Identifikasi karakteristik ekonomi, sosial, budaya dan politik; dan (c) Pelaksanaan FGD.

(30)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 13 4. Pelatihan dan Pendampingan

a. Melakukan bentuk-bentuk pelatihan kepada masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan dan perairan, terutama nelayan dalam kerangka pengembangan model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan. Dalam hal ini dapat saja berupa topik-topik yang berkaitan dengan pengembangan inovasi kelembagaan.

b. Melakukan pendampingan dan mengevaluasi model inovasi kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya perikanan.

5. Analisis Data dan Penyusunan Laporan 6. Sosialisasi Hasil

(31)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 14

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang didapatkan sampai dengan periode akhir Bulan Juli 2011 telah mencakup dan menjawab tujuan satu dan tujuan dari rencana penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu: (1) Mengidentifikasi dan menganalisis eksisting kelembagaan pengelolaan waduk dalam rangka peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat nelayan dan masyarakat pemanfaat lainnya; dan (2) Mempelajari gambaran karakteristik sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat yang berkaitan dengan aspek kelembagaan pengelolaan waduk. Hasil dan analisis (pembahasan) penelitian dari kedua hal tersebut, selanjutnya digunakan sebagai bahan penyusunan inovasi kelembagaan dalam bentuk penguatan kapasitasnya. Secara rinci kelembagaan eksisting dari lokasi yang diteliti dijelaskan pada uraian berikut.

3.1 Kelembagaan Eksisting Sebelum dan Setelah Penguatan

3.1.1. Asesment Efektifitas Kelembagaan Eksisting Sebelum Penguatan

A. Waduk Malahayu

Kelembagaan terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dalam penelitian ini terdiri dari tujuh jenis kelembagaan, yaitu: (a) Kelembagaan Pelaku Utama; (b) Kelembagaan Penyediaan sarana Produksi Perikanan; (c) Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan; (d) Kelembagaan Konservasi; (e) Kelembagaan Pengawasan; (f) Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan; dan (g) Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi. Hasil asesmen setiap jenis dan keseluruhan kelembagaan tersebut dijelaskan menurut sebaran kategori efektifitas dan dimensi aturan mainnya. Dalam hal ini aturan main yang digunakan sebagai ukuran efektifitas kelembagaan tersebut terdiri dari: (a) Prinsip Batas; (b) Distribusi Manfaat; (c) Pilihan Kolektif; (d) Kegiatan Memonitor; (e) Pemberian sanksi; (f) Mekanisme Penyelesaian Konflik; dan (g) Pengorganisasian Hak Kepemilikan.

Informasi sebaran kategori dan kondisi efektifitas kelembagaan eksisting tersebut, selanjutnya dalam penelitian ini digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan inovasi kelembagaan dalam bentuk penguatan kapasitas kelembagaan terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Keterangan

(32)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 15 lebih lanjut mengenai hasil asesmen dan sajian bahan penguatan kapasitas kelembagaan tersebut dijelaskan pada uraian berikut.

A.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan A.1.1 Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan)

Berdasarkan hasil survey dilapangan diketahui bahwa persepsi responden mengenai efektifitas kelembagaan pelaku utama (kelompok nelayan) dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah secara keseluruhan kelembagaan tersebut dinilai cukup efektif. Berdasarkan persepsi responden tersebut diketahui bahwa kelembagaan pelaku utama dinilai cukup efektif oleh 80 % responden dan sisanya 20 % dinilai kurang efektif, seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011

KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH

RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 7.80 0 0,00 Kurang efektif 7.81 - 15.60 6 20,00 Cukup efektif 15.61 - 23.40 24 80,00 Efektif 23.41 - 31.20 0 0,00 Sangat Efektif 31.21 - 39.00 0 0,00 Total 30,00 100,00

Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)

A.1.2 Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan

Persepsi responden mengenai efektifitas kelembagaan penyedia sarana produksi perikanan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah secara keseluruhan menyatakan bahwa kelembagaan tersebut termasuk dalam kategori tidak efektif. Tabel 2 menunjukkan bahwa efektifitas kelembagaan tersebut tersebar kedalam dua kategori, yaitu : tidak efektif (60 % responden) dan kurang efektif ( 40 % responden).

(33)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 16 Tabel 2. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Penyediaan Sarana Produksi Perikanan

dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011

KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH

RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 7.80 18 60,00 Kurang efektif 7.81 - 15.60 12 40,00 Cukup efektif 15.61 - 23.40 0 0,00 Efektif 23.41 - 31.20 0 0,00 Sangat Efektif 31.21 - 39.00 0 0,00 Total 30,00 40,00

Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)

A.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan

Efektifitas kelembagaan pembinaan dan penyuluhan dalam pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Malahayu, secara umum berdasarkan persepsi responden dinilai kurang efektif. Sebanyak 60,00 % respon den menyatakan kelembagaan tersebut kurang efektif dan sisanya 40,00 % responden menyatakan cukup efektif (Tabel 3).

Tabel 3. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011

KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH

RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 5.00 0 0,00 Kurang efektif 5.01 – 10.00 18 60,00 Cukup efektif 10.01 – 15.00 12 40,00 Efektif 15.01 – 20.00 0 0,00 Sangat Efektif 20.01 - 25.00 0 0,00 Total 30,00 100,00

Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)

A.1.4 Kelembagaan Konservasi

Berdasarkan persepsi responden, secara umum kelembagaan konservasi terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Malahayu dinilai cukup efektif. Sebanyak 86,67 % responden memberikan penilaian bahwa kelembagaa konservasi tergolong cukup efektif dan sisanya tersebar dala dua kategori, yaitu sebanyak 33,33 % menyatakan kurang efektif dan 10,00 % menyatakan efektif, sebagaimana tertera pada Tabel 4.

(34)

Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 17 Tabel 4. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Konservasi Terkait dengan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011

KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH

RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 7.80 0 0,00 Kurang efektif 7.81 - 15.60 1 3,33 Cukup efektif 15.61 - 23.40 26 86,67 Efektif 23.41 - 31.20 3 10,00 Sangat Efektif 31.21 - 39.00 0 0,00 Total 30,00 100,00

Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)

A.1.5 Kelembagaan Pengawasan

Persepsi responden mengenai efektifitas kelembagaan pengawasan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah secara keseluruhan menyatakan bahwa kelembagaan tersebut termasuk dalam kategori kurang efektif. Berdasarkan persepsi responden tersebut diketahui bahwa kelembagaan pengawasan tersebut dinilai cukup efektif oleh sebanyak 73,33 % responden dan sisanya sebanyak 16,67 % dinilai kurang efektif, sebagaimana tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Menurut Persepsi Responden Tahun 2011

KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH

RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 6.60 0 0,00 Kurang efektif 6.61 - 13.20 5 16,67 Cukup efektif 13.21 - 19.80 22 73,33 Efektif 19.81 - 26.40 3 10,00 Sangat Efektif 26.41 - 33.00 0 0,00 Total 30,00 100,00

Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)

A.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan

Efektifitas kelembagaan pemasaran hasil dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu, secara umum berdasarkan persepsi responden dinilai kurang efektif. Sebanyak 70,00 % respon den menyatakan kelembagaan tersebut kurang efektif dan sisanya 30,00 % responden menyatakan tidak efektif (Tabel 6).

Gambar

Tabel 19. Kategori  Efektifitas  Jenis  Kelembagaan  Pemanfaatan  dan  Pengelolaan  Waduk  Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden, Tahun  2011
Gambar 17.Kondisi  Kelembagaan  Monitoring  dan  Evaluasi  dalam  Pemanfaatan  dan  Pengelolaan  Waduk  Jatiluhur,  Kabupaten  Purwakarta,  Berdasarkan  Dimensi  Aturan Mainnya Tahun 2011
Tabel 20. Upaya  perbaikan  dan  bentuk  penguatan  kapasitas  kelembagaan  dalam  pemanfaatan  dan  pengelolaan  perairan  Waduk  Jatiluhur  berdasarkan jenis kelembagaan dan permasalahannya
Gambar 18.Gambar 1. Peta Potensi Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Wonogiri, Propinsi  Jawa Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait