B. Waduk Jatiluhur
B.1 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk setiap Jenis Kelembagaan
Persepsi responden mengenai efektifitas kelembagaan pelaku utama dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat secara keseluruhan menyatakan bahwa kelembagaan tersebut termasuk dalam kategori cukup efektif. Tabel 11 menunjukkan bahwa efektifitas kelembagaan tersebut tersebar kedalam empat kategori, namun didominasi oleh dua kategori, yaitu: cukup efektif (50 % responden) dan kurang efektif (36,67 % responden).
Tabel 11. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 7.80 3 10,00 Kurang efektif 7.81 - 15.60 11 36,67 Cukup efektif 15.61 - 23.40 15 50,00 Efektif 23.41 - 31.20 1 3,33 Sangat Efektif 31.21 - 39.00 0 0,00 Total 30,00 100,00
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 35
B.1.2 Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan
Persepsi responden mengenai efektifitas kelembagaan penyedia saran peroduksi perikanan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat secara keseluruhan menyatakan bahwa kelembagaan tersebut termasuk dalam kategori efektif. Tabel 12 menunjukkan bahwa efektifitas kelembagaan tersebut tersebar kedalam empat kategori, namun didominasi oleh dua kategori, yaitu: efektif (50 % responden) dan sangat efektif (23,33 % responden).
Tabel 12. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH RESPONDEN %
Tidak efektif 0.00 - 8.00 0 0.00 Kurang efektif 8.01 - 16.00 3 10.00 Cukup efektif 16.01 -24.00 5 16.67 Efektif 24.01 - 32.00 15 50.00 Sangat Efektif 32.01 - 40.00 7 23.33 Total 30.00 100.00
B.1.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan
Efektifitas kelembagaan pembinaan dan penyuluhan dalam pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Jatiluhur, secara umum berdasarkan persepsi responden dinilai kurang efektif. Sebanyak 46,67 % responden menyatakan kelembagaan tersebut kurang efektif dan 33,33% tidak efektif, serta 20,00% menyatakan cukup efektif (Tabel 13).
Tabel 13. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan pembinaan dan penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 5.00 10 33,33 Kurang efektif 5.01 - 10.00 14 46,67 Cukup efektif 10.01 - 15.00 6 20,00 Efektif 15.01 - 20.00 0 0,00 Sangat Efektif 20.01 - 25.00 0 0,00 Total 30,00 100,00
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 36
B.1.4 Kelembagaan Konservasi
Berdasarkan persepsi responden, secara keseluruhan kelembagaan konservasi terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Jatiluhur dinilai tidak efektif. Seluruh responden (100%) memberikan penilaian bahwa kelembagaan konservasi tergolong tidak efektif sebagaimana tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 7.80 30 100,00 Kurang efektif 7.81 - 15.60 0 0,00 Cukup efektif 15.61 - 23.40 0 0,00 Efektif 23.41 - 31.20 0 0,00 Sangat Efektif 31.21 - 39.00 0 0,00 Total 30,00 100,00
Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)
B.1.5 Kelembagaan Pengawasan
Persepsi responden mengenai efektifitas kelembagaan pengawasan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat secara keseluruhan menyatakan bahwa kelembagaan tersebut termasuk dalam kategori kurang efektif. Berdasarkan persepsi responden tersebut diketahui bahwa kelembagaan pengawasan tersebut dinilai cukup efektif oleh sebanyak 53,33 % responden dan sisanya sebanyak 36,67 % dinilai kurang efektif, 6,67% tidak efektif dan hanya 3,33% responden menyatakan efektif (Tabel 15).
Tabel 15. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 9.40 2 6,67 Kurang efektif 9.41 - 18.80 11 36,67 Cukup efektif 18.81 - 28.20 16 53,33 Efektif 28.21 - 37.60 1 3,33 Sangat Efektif 37.61 - 47.00 0 0,00 Total 30,00 100,00
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 37
B.1.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan
Efektifitas kelembagaan pemsaran hasil dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur, secara umum berdasarkan persepsi responden dinilai cukup efektif. Sebanyak 36,67 % responden menyatakan kelembagaan tersebut cukup efektif, 30% efektif, 16,67% kurang efektif, dan 10,00% tidak efektif. Hanya 6,67% responden yang menyatakan kelembagaan ini sangat efektif (Tabel 16).
Tabel 16. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 6.00 3 10,00 Kurang efektif 6.01 - 12.00 5 16,67 Cukup efektif 12.01 - 18.00 11 36,67 Efektif 18.01 - 24.00 9 30,00 Sangat Efektif 24.01 - 30.00 2 6,67 Total 30,00 100,00
Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)
B.1.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi
Berdasarkan persepsi responden, secara keseluruhan kelembagaan Monitoring dan Evaluasi terkait dengan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur dinilai tidak efektif. Seluruh responden (100%) menyatakan bahwa kelembagaan monitoring dan evaluasi terkait pemanfaatan dan pengelolaan waduk Jatiluhur tidak efektif (Tabel 17).
Tabel 17. Sebaran Kategori Efektivitas Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 9.40 30 100,00 Kurang efektif 9.41 - 18.80 0 0,00 Cukup efektif 18.81 - 28.20 0 0,00 Efektif 28.21 - 37.60 0 0,00 Sangat Efektif 37.61 - 47.00 0 0,00 Total 30,00 100,00
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 38
B.2 Deskripsi Sebaran Kategori Efektifitas untuk Keseluruhan Jenis Kelembagaan Untuk kelembagaan secara keseluruhan, efektifitasnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur, berdasarkan persepsi responden termasuk dalam kategori Kurang efektif. Sebanyak 83,33% responden menilai kelembagaan dalam pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Jatiluhur masih kurang efektif, sedangkan sisanya sebanyak 16,67% menilai tidak efektif. Hal ini tertera dalam Tabel 18.
Tabel 18. Sebaran Kategori Efektivitas Keseluruhan Kelembagaan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden Tahun 2011
KATEGORISASI INTERVAL SKOR JUMLAH
RESPONDEN % Tidak efektif 0.00 - 53.40 5 16,67 Kurang efektif 53.41 - 106.80 25 83,33 Cukup efektif 106.81-160.20 0 0,00 Efektif 160.21 - 213.60 0 0,00 Sangat Efektif 213.61 - 267.00 0 0,00 Total 30 100,00
Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)
Bila dicermati lebih lanjut, kurang efektifnya kelembagaan-kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur disebabkan oleh masih lemahnya lima jenis kelembagaan, yaitu: (1) Kelembagaan konservasi; (2) Kelembagaan monitoring dan evaluasi pemasaran hasil produksi perikanan; (3) Kelembagaan pengawasan; (4) Kelembagaan pembinaan dan penyuluhan; dan (5) kelembagaan pelaku utama. Berdasarkan Gambar 10, diketahui bahwa dua jenis kelembagaan yang pertama seluruhnya tidak efektif, sedangkan tiga jenis kelembagaan lainnya didominasi oleh kategori kurang efektif dan tidak efektif. Hal ini mengindikasikan pentingnya inovasi (penguatan) kelembagaan-kelembagaan untuk menjaga keberlanjutan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan waduk tersebut.
Dalam rangka inovasi (penguatan) kelembagaan-kelembagaan tersebut, upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah melalui: (1) Penguatan kapasitas masyarakat nelayan melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap/perilaku dan peningkatan kemampuan keterampilan manajerial (skill); (2) Inisiasi pembentukan lembaga koperasi yang dapat menjembatani kebutuhan masyarakat nelayan dalam hal permodalan usaha, sarana produksi
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 39
dan pemasaran hasil perikanan; dan (3) Peningkatan peran penyuluh perikanan dalam memperkuat keberlanjutan pemanfaatan dan pengelolaan perairan waduk.
Sementara terhadap dua jenis kelembagaan yang lain, yaitu: Kelembagaan pemasaran hasil produksi perikanan dan Kelembagaan penyedia sarana produksi perikanan perlu dipertahankan efektifitasnya, karena berdasarkan persepsi responden kelembagaan-kelembagaan tersebut dinilai sudah cukup efektif. Hal ini diperlukan untuk mempertahankan keberlanjutan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Jatiluhur.
Gambar 10.Proporsi Sebaran Efektifitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Tahun 2011.
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
B.3 Kondisi Kelembagaan menurut Dimensi Aturan Main
Berdasarkan dimensi aturan main dari masing-masing maupun keseluruhan kelembagaan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan waduk, kondisi kelembagaan dapat tersebar kedalam lima kategori, yaitu: (1) Sangat lemah; (2) Lemah; (3) Sedang; (4) Kuat; dan (5) Sangat Kuat. Hasil penilaian berdasarkan persepsi responden terhadap tujuh dimensi aturan main yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, diketahui bahwa ketujuh kelembagaan yang terkait tersebar dalam kondisi sangat lemah hingga sedang (cukup kuat). Kelembagaan konservasi dan kelembagaan monitoring dan evaluasi dinilai sangat lemah, sedangkan kelembagaan pembinaan dan penyuluhan, kelembagaan pengawasan dan kelembagaan pelaku utama dinilai berada dalam kondisi yang lemah. Sementara
0% 20% 40% 60% 80% 100% Pelaku Utama Saprokan Penyuluhan Konservasi Pengawasan Pemasaran Monev KE LE MBAG AAN Tidak efektif Kurang efektif Cukup efektif Efektif Sangat Efektif
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 40
kelembagaan pemasaran hasil produksi perikanan dan penyedia sarana produksi perikanan dinilai berada dalam kondisi sedang (cukup kuat). Hal ini tertera dalam Tabel 19.
Tabel 19. Kategori Efektifitas Jenis Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Menurut Persepsi Responden, Tahun 2011
DIMENSI ATURAN MAIN
KATEGORISASI DAN SKOR KELEMBAGAAN Pelaku
Utama Saprokan Penyuluhan Konservasi Pengawasan Pemasaran Monev
1. Prinsip Batas Lemah Sedang Sedang
Sangat
Lemah Lemah Sedang
Sangat Lemah 1.88 2.62 2.33 0.00 1.86 3.31 0.00 2. Distribusi
Manfaat Sedang Sedang Lemah
Sangat
Lemah Lemah Kuat
Sangat Lemah 2.67 3.44 1.83 0.00 2.64 4.06 0.00 3. Pilihan Kolektif Lemah Kuat Lemah
Sangat
Lemah Lemah Sangat Kuat
Sangat Lemah 1.57 3.23 1.44 0.00 2.14 3.56 0.00 4. Kegiatan
Memonitor Sedang Kuat Lemah
Sangat
Lemah Lemah Kuat
Sangat Lemah 2.78 1.72 1.06 0.00 1.83 1.56 0.00 5. Pemberian
Sanksi Lemah Lemah
Sangat Lemah
Sangat
Lemah Kuat Lemah
Sangat Lemah 1.73 1.00 0.67 0.00 1.93 1.13 0.00 6. Penyelesaian Konflik Lemah Sangat Lemah Lemah Sangat
Lemah Sedang Lemah
Sangat Lemah 1.80 0.83 1.10 0.00 1.40 1.73 0.00 7. Hak Kepemilikan Sedang
Sangat
Lemah Lemah
Sangat
Lemah Lemah Lemah
Sangat Lemah 2.22 0.75 1.07 0.00 1.43 2.72 0.00
Sumber: Data primer hasil wawancara dengan responden (2011)
Setiap dimensi aturan main dari masing-masing kelembagaan berperan dalam menentukan kondisi dari kelembagaan-kelembagaan tersebut. Secara rinci, peran dari aturan main tersebut dapat dijelaskan dalam uraian berikut.
B.3.1 Kelembagaan Kelompok Pelaku Utama
Kelembagaan pelaku utama (kelompok nelayan) berdasarkan dimensi aturan mainnya termasuk dalam kondisi sedang (cukup kuat). Hal ini didukung oleh tiga dimensi atura main kelembagaan yang termasuk dalam kategori sedang (cukup kuat), yaitu: (1) distribusi manfaat; (2) kegiatan memonitor; dan (3) hak kepemilikan. Meskipun demikian kelembagaan ini maih dihadapkan pada beberapa kelemahan dalam beberapa dimensi aturan main, yaitu:
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 41
(1) kegiatan pilihan kolektif; (2) pemberian sanksi; (3) penyelesaian konflik; dan (3) prinsip batas sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 11.
Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut, maka upaya untuk lebih meningkatkan/ menguatkan peran kelembagaan pelaku utama dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur dapat dilakukan dengan memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan keempat dimensi aturan main tersebut.
Gambar 11.Kondisi Kelembagaan Pelaku Utama (Kelompok Nelayan) dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
B.3.2 Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan
Berdasarkan dimensi aturan mainnya, kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Perikanan termasuk dalam kondisi cukup kuat. Hal ini didukung oleh tiga dimensi aturan main kelembagaan yang masuk dalam kategori kuat dan cukup kuat. Akan tetapi masih ada 3 dimensi aturan main yang sangat lemah, yaitu: (1) Pemberian sanksi; (2) Penyelesaian konflik; dan (3) Hak kepemilikan serta satu dimensi yang lemah yaitu kegiatan memonitor. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 12.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikan
1,88 2,67 1,57 2,78 1,73 1,80 2,22
PELAKU UTAMA
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 42
Gambar 12.Kondisi Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
B.3.3 Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan
Kelembagaan pembinaan dan penyuluhan secara umum berdasarkan dimensi aturan mainnya sudah termasuk dalam kategori lemah. Hal ini disebabkan oleh lemahnya keseluruhan dimensi aturan main kecuali dimensi prinsip batas yang termasuk dalam kategori sedang (cukup kuat).. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 13.
Gambar 13.Kondisi Kelembagaan Pembinaan dan Penyuluhan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikan
2,62 3,44 3,23 1,72 1,00 0,83 0,75
SAPROKAN
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikan2,33 1,83 1,44 1,06 0,67 1,10 1,07
PEMBINAAN & PENYULUHAN
Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 43
Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut, maka upaya untuk lebih meningkatkan/ menguatkan peran kelembagaan penyuluhan dapat dilakukan dengan meningkatkan peran penyuluh perikanan dalam kegatan pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Malahayu.
B.3.4 Kelembagaan Konservasi
Seluruh dimensi aturan main dalam kelembagaan Konservasi termasuk dalam kategori sangat lemah sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 14. Berdasarkan kondisi ini, maka upaya untuk menghidupkan kembali kawasan konservasi perikanan di perairan waduk Jatiluhur sangat mendesak untuk dilakukan dan perlu penyadaran kepada pemanfaat sumberdaya perikanan dan perairan Waduk Jatiluhur .
Gambar 14.Kondisi Kelembagaan Konservasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
B.3.5 Kelembagaan Pengawasan
Kelembagaan pengawasan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan Waduk Jatiluhur berdasarkan dimensi aturan mainnya termasuk dalam kondisi lemah. Hal ini disebabkan oleh lemahnya seluruh dimensi aturan main yang ada dalam kelembagaan tersebut kecuali dimensi distribusi manfaat dan dimensi pengaturan pilihan kolektif sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 15.
Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut, maka upaya untuk lebih meningkatkan/ menguatkan peran kelembagaan pengawasan dalam pemanfaatan dan pengelolaan perairan
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikan
KONSERVASI
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 44
Waduk Jatiluhur dapat dilakukan dengan memperhatikan pentingnya dimensi distribusi manfaat dan dimensi pengaturan pilihan kolektif para pemanfaat sumberdaya perairan Waduk Jatiluhur khususnya yang terjadi akibat adanya kegiatan pengawasan.
Gambar 15.Kondisi Kelembagaan Pengawasan dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
B.3.6 Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi Perikanan
Berdasarkan dimensi aturan mainnya, kelembagaan pemasaran hasil produksi Perikanan termasuk dalam kondisi Sedang (cukup kuat). Hal ini didukung oleh kuatnya tiga dimensi aturan main yang masuk dalam kategori kuat dan satu dimensi dalam kategori sedang (cukup kuat). Akan tetapi masih ada tiga dimensi lainnya yang masih lemah, sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 16.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikan
1,86 2,64 2,14 1,83 1,93 1,40 1,43
PENGAWAS
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 45
Gambar 16.Kondisi Kelembagaan Pemasaran Hasil Produksi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
B.3.7 Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi
Secara keseluruhan kelembagaan monitoring dan evaluasi berdasarkan dimensi aturan mainnya, termasuk dalam kondisi sangat lemah yang ditunjukkan oleh ketujuh dimensi aturam main dalam kelembagaan tersebut. Diperlukan upaya yang sangat kuat untuk bisa meningkatkan kapasitas kelembagaan monitoring dan evaluasi dalam mendukung kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Jatiluhur.
Gambar 17.Kondisi Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Berdasarkan Dimensi Aturan Mainnya Tahun 2011
Sumber: Data primer yang diolah, 2011.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikan
3,31 4,06 3,56 1,56 1,13 1,73 2,72
PEMASARAN
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 Prinsip batas Distribusi manfaat Pengaturan pilihan-kolektif Kegiatan monitoring Pemberian sanksi Mekanisme penyelesaian konflik Pengorganisasian hak kepemilikanMONEV
Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
Model Pengembangan Inovasi Kelembagaan Waduk dan Situ 46