• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Molekul, dan Nanomaterial dengan

Metode Ikatan Terkuat

Ahmad Ridwan Tresna Nugraha (NIM: 10204001),

Pembimbing: Sukirno, Ph.D

(2)

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(3)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(4)

Latar Belakang dan Motivasi

Penentuanstruktur elektronikmerupakan kajian yang paling penting dalam bidangfisika material.

Sifat-sifat fisis material⇔tingkat-tingkat energiyang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat⇔pemecahan

persamaan Schr ¨odinger untuk banyak partikel.

Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schr ¨odinger sesuai dengan sistem elektron tertentu.

(5)

Latar Belakang dan Motivasi

Penentuanstruktur elektronikmerupakan kajian yang paling penting dalam bidangfisika material.

Sifat-sifat fisis material⇔tingkat-tingkat energiyang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat⇔pemecahan

persamaan Schr ¨odinger untuk banyak partikel.

Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schr ¨odinger sesuai dengan sistem elektron tertentu.

(6)

Latar Belakang dan Motivasi

Penentuanstruktur elektronikmerupakan kajian yang paling penting dalam bidangfisika material.

Sifat-sifat fisis material⇔tingkat-tingkat energiyang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat⇔pemecahan

persamaan Schr ¨odinger untuk banyak partikel.

Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schr ¨odinger sesuai dengan sistem elektron tertentu.

(7)

Latar Belakang dan Motivasi

Penentuanstruktur elektronikmerupakan kajian yang paling penting dalam bidangfisika material.

Sifat-sifat fisis material⇔tingkat-tingkat energiyang diizinkan. Kendala penentuan struktur elektronik: kerumitan perhitungan seiring banyaknya elektron yang terlibat⇔pemecahan

persamaan Schr ¨odinger untuk banyak partikel.

Dibutuhkan beberapa aproksimasi untuk menyederhanakan persamaan Schr ¨odinger sesuai dengan sistem elektron tertentu.

(8)

Metode dan Objek Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(9)

Metode dan Objek Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian

I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(10)

Metode dan Objek Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(11)

Metode dan Objek Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis

Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(12)

Model Atom Klasik

Spektrum energi:

h

Panaskan gas atom-atom bersifat seperti hidrogen

spektrum energi diskret dapat teramati

Pola emisi foton: hν =E0Z2 1 n2 − 1 m2

,ndanmbilangan bulat; En=−

Z2

n2

E0

Persamaan Schr ¨odinger satu partikel: i~∂Ψ(~r,t)

∂t =− ~2 2m∇

(13)

Model Atom Klasik

Spektrum energi:

h

Panaskan gas atom-atom bersifat seperti hidrogen

spektrum energi diskret dapat teramati

Pola emisi foton:

hν =E0Z2 1 n2 − 1 m2

,ndanmbilangan bulat; En=−

Z2

n2

E0

Persamaan Schr ¨odinger satu partikel: i~∂Ψ(~r,t)

∂t =− ~2 2m∇

(14)

Model Atom Klasik

Spektrum energi:

h

Panaskan gas atom-atom bersifat seperti hidrogen

spektrum energi diskret dapat teramati

Pola emisi foton:

hν =E0Z2 1 n2 − 1 m2

,ndanmbilangan bulat; En=−

Z2

n2

E0

Persamaan Schr ¨odinger satu partikel:

i~∂Ψ(~r,t)

∂t =−

~2 2m∇

(15)

Model Atom Klasik

Energi diskret untuk atom hidrogen (abaikan gerak inti masif):

U(~r) =− Ze

2

0r maka tebakan solusinya:

Ψ(~r,t) =e−iEnt/~φ nlm(~r) Ze En=− Z2 n2 E0 rn= n2 Z a0 a0=4π0~2/(me2)≈0,053 nm

(16)

Pentingnya Metode Numerik

Solusi analitik pers. Schr ¨odinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau.

Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karenainteraksi elektron-elektron

I Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial.

Besaranyang selanjutnya perlu dihitung:

I Tingkat energi dasar(ground state) + struktur pita energi I Kerapatan elektron:: konsekuensi postulat probabilitas Born

n(x,t) =X

i

(17)

Pentingnya Metode Numerik

Solusi analitik pers. Schr ¨odinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau.

Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karenainteraksi elektron-elektron

I Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan

diferensial.

Besaranyang selanjutnya perlu dihitung:

I Tingkat energi dasar(ground state) + struktur pita energi I Kerapatan elektron:: konsekuensi postulat probabilitas Born

n(x,t) =X

i

(18)

Pentingnya Metode Numerik

Solusi analitik pers. Schr ¨odinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau.

Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karenainteraksi elektron-elektron

I Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial.

Besaranyang selanjutnya perlu dihitung:

I Tingkat energi dasar(ground state) + struktur pita energi I Kerapatan elektron:: konsekuensi postulat probabilitas Born

n(x,t) =X

i

(19)

Pentingnya Metode Numerik

Solusi analitik pers. Schr ¨odinger lebih banyak yang sulit ditentukan meski hanya 1 partikel yang ditinjau.

Semakin banyak elektron yang terlibat, perhitungan akan semakin rumit karenainteraksi elektron-elektron

I Bentuk fungsi potensial menyulitkan pemecahan persamaan diferensial.

Besaranyang selanjutnya perlu dihitung:

I Tingkat energi dasar(ground state) + struktur pita energi I Kerapatan elektron:: konsekuensi postulat probabilitas Born

n(x,t) =X

i

(20)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(21)

Kerangka Matriks Hamiltonian

Notasi Matriks−→Kunci utama pemecahan pers. Schr ¨odinger secara numerik.

DefinisikanHˆ ≡ −~2

2m∇2+U(~r): i~∂

∂tΨ(~r,t) = ˆHΨ(~r,t)

NyatakanΨ(~r,t)sebagai vektor (matriks) kolom{ψ(t)}, sehingga i~d dt h ψ1 ψ2 . . . iT = [H] h ψ1 ψ2 . . . iT

Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret−→Beda hingga(finite difference)

(22)

Kerangka Matriks Hamiltonian

Notasi Matriks−→Kunci utama pemecahan pers. Schr ¨odinger secara numerik.

DefinisikanHˆ ≡ −~2

2m∇2+U(~r):

i~∂

∂tΨ(~r,t) = ˆHΨ(~r,t)

NyatakanΨ(~r,t)sebagai vektor (matriks) kolom{ψ(t)}, sehingga i~d dt h ψ1 ψ2 . . . iT = [H] h ψ1 ψ2 . . . iT

Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret−→Beda hingga(finite difference)

(23)

Kerangka Matriks Hamiltonian

Notasi Matriks−→Kunci utama pemecahan pers. Schr ¨odinger secara numerik.

DefinisikanHˆ ≡ −~2

2m∇2+U(~r):

i~∂

∂tΨ(~r,t) = ˆHΨ(~r,t)

NyatakanΨ(~r,t)sebagai vektor (matriks) kolom{ψ(t)}, sehingga

i~d dt h ψ1 ψ2 . . . iT = [H] h ψ1 ψ2 . . . iT

Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret−→Beda hingga(finite difference)

(24)

Kerangka Matriks Hamiltonian

Notasi Matriks−→Kunci utama pemecahan pers. Schr ¨odinger secara numerik.

DefinisikanHˆ ≡ −~2

2m∇2+U(~r):

i~∂

∂tΨ(~r,t) = ˆHΨ(~r,t)

NyatakanΨ(~r,t)sebagai vektor (matriks) kolom{ψ(t)}, sehingga

i~d dt h ψ1 ψ2 . . . iT = [H] h ψ1 ψ2 . . . iT

Konversi ke bentuk matriks dilakukan dengan menggunakan kisi (sejumlah titik) diskret−→Beda hingga(finite difference)

(25)

Beda Hingga

Tinjau sistem 1D: xn=na n x 1 2 3 n−1nn1 ... N a

Operasi turunan kedua: (bagian dari suku kinetik) ∂2Ψ ∂x2 x=xn = 1 a2 [Ψ(xn+1)−2Ψ(xn) + Ψ(xn−1)] Potensial: [U(x)Ψ(x)]x=xn =U(xn)Ψ(xn)

(26)

Beda Hingga

Tinjau sistem 1D: xn=na n x 1 2 3 n−1nn1 ... N a

Operasi turunan kedua: (bagian dari suku kinetik) ∂2Ψ ∂x2 x=xn = 1 a2 [Ψ(xn+1)−2Ψ(xn) + Ψ(xn−1)] Potensial: [U(x)Ψ(x)]x=xn =U(xn)Ψ(xn)

(27)

Beda Hingga

Tinjau sistem 1D: xn=na n x 1 2 3 n−1nn1 ... N a

Operasi turunan kedua: (bagian dari suku kinetik) ∂2Ψ ∂x2 x=xn = 1 a2 [Ψ(xn+1)−2Ψ(xn) + Ψ(xn−1)] Potensial: [U(x)Ψ(x)]x=xn =U(xn)Ψ(xn)

(28)

Beda Hingga

Misalkan~2/2ma2=τ0danUn=U(xn), maka persamaan

Schr ¨odinger untukψn: i~dψn dt = [ ˆHψ]x=xn = (Un+2τ0)−τ0ψn−1−τ0ψn+1 =X m (Un+2τ0)δn,m−τ0δn,m+1−τ0δn,m−1 ψm

Bentuk matriks lengkap: i~d

dt{ψ(t)}= [H]{ψ(t)} dengan

(29)

Beda Hingga

Misalkan~2/2ma2=τ0danUn=U(xn), maka persamaan

Schr ¨odinger untukψn: i~dψn dt = [ ˆHψ]x=xn = (Un+2τ0)−τ0ψn−1−τ0ψn+1 =X m (Un+2τ0)δn,m−τ0δn,m+1−τ0δn,m−1 ψm

Bentuk matriks lengkap:

i~d

dt{ψ(t)}= [H]{ψ(t)} dengan

(30)

Beda Hingga

Lebih eksplisit: i~d dt             ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN             =              2τ0+U1 −τ0 0 0 0 0 −τ0 2τ0+U2 −τ0 0 0 0 0 −τ0 . .. ... 0 0 0 0 . .. ... ... 0 0 0 0 . .. ... −τ0 0 0 0 0 −τ0 2τ0+UN                          ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN             .

Reduksi parameter waktu:

[H]{α}=Eα{α}; Eαnilai eigen dari[H]

{ψ(t)}=X

α

(31)

Beda Hingga

Lebih eksplisit: i~d dt             ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN             =              2τ0+U1 −τ0 0 0 0 0 −τ0 2τ0+U2 −τ0 0 0 0 0 −τ0 . .. ... 0 0 0 0 . .. ... ... 0 0 0 0 . .. ... −τ0 0 0 0 0 −τ0 2τ0+UN                          ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN             .

Reduksi parameter waktu:

[H]{α}=Eα{α}; Eαnilai eigen dari[H]

{ψ(t)}=X

α

(32)

Beda Hingga untuk 3D

Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks[H].

Secara umum, elemen diagonal[H]adalah potensialU(~r)yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah denganτ0kali banyaknya titik tetangga terdekat.

Jumlah titik-titik tetangga:

dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D.

Separasi variabel−→supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama

dengan sistem 1D.

Ψ(~r) =X(x)Y(y)Z(z)

(33)

Beda Hingga untuk 3D

Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks[H].

Secara umum, elemen diagonal[H]adalah potensialU(~r)yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah denganτ0kali banyaknya titik tetangga terdekat.

Jumlah titik-titik tetangga:

dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D.

Separasi variabel−→supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama

dengan sistem 1D.

Ψ(~r) =X(x)Y(y)Z(z)

(34)

Beda Hingga untuk 3D

Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks[H].

Secara umum, elemen diagonal[H]adalah potensialU(~r)yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah denganτ0kali banyaknya titik tetangga terdekat.

Jumlah titik-titik tetangga:

dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D.

Separasi variabel−→supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama

dengan sistem 1D.

Ψ(~r) =X(x)Y(y)Z(z)

(35)

Beda Hingga untuk 3D

Bagian yang membedakan sistem 1D, 2D, dan 3D adalah elemen diagonal pada matriks[H].

Secara umum, elemen diagonal[H]adalah potensialU(~r)yang dievaluasi pada titik kisi tertentu ditambah denganτ0kali banyaknya titik tetangga terdekat.

Jumlah titik-titik tetangga:

dua untuk 1D, empat untuk 2D, enam untuk 3D.

Separasi variabel−→supaya ukuran matriks 2D/3D tetap sama dengan sistem 1D.

Ψ(~r) =X(x)Y(y)Z(z)

(36)

Beda Hingga untuk 3D

Setiap fungsiX(x),Y(y), danZ(z)merupakan solusi dari persamaan Schr ¨odinger 1D yang saling bebas:

ExX(x) = −~ 2 2m d2 dx2 +Ux(x) X(x), EyY(y) = −~ 2 2m d2 dy2 +Uy(y) Y(y), EzZ(z) = −~ 2 2m d2 dz2 +Uz(x) Z(z) dan energi total:

(37)

Potensial Simetri Bola

Fungsi gelombang lengkap:

Ψ(~r) = Ψ(r, θ, φ) = f(r) r Y

m l (θ, φ)

Solusif(r)diperoleh dari penyelesaian persamaan Schr ¨odinger radial yang ternyata tereduksi menjadi bentuk 1D:

Ef(r) = −~ 2 2m d2 dr2 + l(l+1)~2 2mr2 +U(r) f(r)

l=0: keadaan s (sharp),l=1: keadaan p (principal), dan seterusnya

FungsiYlm(θ, φ)adalah fungsi harmonik sferis: Y00(θ, φ) = r 1 4π; Y 0 1(θ, φ) = r 3 4π; Y ±1 1 (θ, φ) =± r 3 8πsinθ e±iφ ;. . .

(38)

Potensial Simetri Bola

Fungsi gelombang lengkap:

Ψ(~r) = Ψ(r, θ, φ) = f(r) r Y

m l (θ, φ)

Solusif(r)diperoleh dari penyelesaian persamaan Schr ¨odinger radial yang ternyata tereduksi menjadi bentuk 1D:

Ef(r) = −~ 2 2m d2 dr2 + l(l+1)~2 2mr2 +U(r) f(r) l=0: keadaan s (sharp),l=1: keadaan p (principal), dan seterusnya

FungsiYlm(θ, φ)adalah fungsi harmonik sferis: Y00(θ, φ) = r 1 4π; Y 0 1(θ, φ) = r 3 4π; Y ±1 1 (θ, φ) =± r 3 8πsinθ e±iφ ;. . .

(39)

Potensial Simetri Bola

Fungsi gelombang lengkap:

Ψ(~r) = Ψ(r, θ, φ) = f(r) r Y

m l (θ, φ)

Solusif(r)diperoleh dari penyelesaian persamaan Schr ¨odinger radial yang ternyata tereduksi menjadi bentuk 1D:

Ef(r) = −~ 2 2m d2 dr2 + l(l+1)~2 2mr2 +U(r) f(r) l=0: keadaan s (sharp),l=1: keadaan p (principal), dan seterusnya

FungsiYlm(θ, φ)adalah fungsi harmonik sferis:

Y00(θ, φ) = r 1 4π; Y 0 1(θ, φ) = r 3 4π; Y ±1 1 (θ, φ) =± r 3 8πsinθ e±iφ ;. . .

(40)

Potensial Simetri Bola

Normalisasi: Z ∞ r=0 Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Ψ|2r2sinθdrdθdφ=1 Z ∞ 0 |f(r)|2dr=1; Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Yml |2sinθdθdφ=1

|f(r)|disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga|f(r)|2drmerupakan probabilitas untuk menemukan

elektron dalam volume antarardan(r+dr).

Hasil numerik dengan jarak antartitik kisiaharus dibandingkan dengan nilai analitik|f(r)|2a.

Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah |f1s(r)|2= 4 a3 0 e2r/a0; |f 2s(r)|2 = r2 8a3 0 2− r a0 2 e−r/a0

(41)

Potensial Simetri Bola

Normalisasi: Z ∞ r=0 Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Ψ|2r2sinθdrdθdφ=1 Z ∞ 0 |f(r)|2dr=1; Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Yml |2sinθdθdφ=1

|f(r)|disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga|f(r)|2drmerupakan probabilitas untuk menemukan

elektron dalam volume antarardan(r+dr).

Hasil numerik dengan jarak antartitik kisiaharus dibandingkan dengan nilai analitik|f(r)|2a.

Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah |f1s(r)|2= 4 a3 0 e2r/a0; |f 2s(r)|2 = r2 8a3 0 2− r a0 2 e−r/a0

(42)

Potensial Simetri Bola

Normalisasi: Z ∞ r=0 Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Ψ|2r2sinθdrdθdφ=1 Z ∞ 0 |f(r)|2dr=1; Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Yml |2sinθdθdφ=1

|f(r)|disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga|f(r)|2drmerupakan probabilitas untuk menemukan

elektron dalam volume antarardan(r+dr).

Hasil numerik dengan jarak antartitik kisiaharus dibandingkan dengan nilai analitik|f(r)|2a.

Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah |f1s(r)|2= 4 a3 0 e2r/a0; |f 2s(r)|2 = r2 8a3 0 2− r a0 2 e−r/a0

(43)

Potensial Simetri Bola

Normalisasi: Z ∞ r=0 Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Ψ|2r2sinθdrdθdφ=1 Z ∞ 0 |f(r)|2dr=1; Z π θ=0 Z 2π φ=0 |Yml |2sinθdθdφ=1

|f(r)|disimpulkan sebagai fungsi distribusi probabilitas radial, sehingga|f(r)|2drmerupakan probabilitas untuk menemukan

elektron dalam volume antarardan(r+dr).

Hasil numerik dengan jarak antartitik kisiaharus dibandingkan dengan nilai analitik|f(r)|2a.

Untuk tingkat 1s dan 2s, hasil analitiknya adalah

|f1s(r)|2= 4 a3 0 e2r/a0; |f 2s(r)|2 = r2 8a3 0 2− r a0 2 e−r/a0

(44)

Pembenaran: Potensial Simetri Bola

Tingkat 1s. Energi eigen numerik:E=−13,56 eV. Kisi:N=100, a=0,05×10−10m.

(45)

Pembenaran: Potensial Simetri Bola

(46)

Pembenaran: Potensial Simetri Bola

Tingkat 1s. Energi eigen numerik:E=−13,56 eV. Kisi:N=100, a=0,1×10−10m.

(47)

Pembenaran: Potensial Simetri Bola

(48)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(49)

Hidrogen versus Helium

Berdasarkan rumus tingkat energi atom hidrogen, sebuah elektron yang berada pada tingkat 1s memiliki energi ionisasi E=13,6 eV pada tingkat 2s ionisasinyaE=3,4 eV.

Energi sebesar itu dapat diukur dari prosesemisi optik −→dibalik menjadi pengukuran energi ionisasi. Bagaimana denganHelium(atau atom-atom lain yang berelektron banyak)?

(50)

Hidrogen versus Helium

Berdasarkan rumus tingkat energi atom hidrogen, sebuah elektron yang berada pada tingkat 1s memiliki energi ionisasi E=13,6 eV pada tingkat 2s ionisasinyaE=3,4 eV.

Energi sebesar itu dapat diukur dari prosesemisi optik −→dibalik menjadi pengukuran energi ionisasi.

1s

2p

foton

Bagaimana denganHelium(atau atom-atom lain yang berelektron banyak)?

(51)

Hidrogen versus Helium

Berdasarkan rumus tingkat energi atom hidrogen, sebuah elektron yang berada pada tingkat 1s memiliki energi ionisasi E=13,6 eV pada tingkat 2s ionisasinyaE=3,4 eV.

Energi sebesar itu dapat diukur dari prosesemisi optik −→dibalik menjadi pengukuran energi ionisasi.

1s

2p

foton

Bagaimana denganHelium(atau atom-atom lain yang berelektron banyak)?

(52)

Hidrogen versus Helium

Atom Helium

Helium dengan model klasik:E=22(13,6 eV) =54,4 eV.

Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama):E≈24,8 eV E=54,4 eV muncul di ionisasi kedua,

He+ (hν = +24,8 eV)→He++e− He+ (hν =He++54,4 eV)→H2++e−

Model klasik belum menyertakaninteraksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom):

(53)

Hidrogen versus Helium

Atom Helium

Helium dengan model klasik:E=22(13,6 eV) =54,4 eV.

Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama):E≈24,8 eV E=54,4 eV muncul di ionisasi kedua,

He+ (hν = +24,8 eV)→He++e− He+ (hν =He++54,4 eV)→H2++e−

Model klasik belum menyertakaninteraksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom):

(54)

Hidrogen versus Helium

Atom Helium

Helium dengan model klasik:E=22(13,6 eV) =54,4 eV.

Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama):E≈24,8 eV E=54,4 eV muncul di ionisasi kedua,

He+ (hν = +24,8 eV)→He++e− He+ (hν =He++54,4 eV)→H2++e−

Model klasik belum menyertakaninteraksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom):

(55)

Hidrogen versus Helium

Atom Helium

Helium dengan model klasik:E=22(13,6 eV) =54,4 eV.

Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama):E≈24,8 eV E=54,4 eV muncul di ionisasi kedua,

He+ (hν = +24,8 eV)→He++e− He+ (hν =He++54,4 eV)→H2++e−

Model klasik belum menyertakaninteraksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom):

(56)

Hidrogen versus Helium

Atom Helium

Helium dengan model klasik:E=22(13,6 eV) =54,4 eV.

Akan tetapi, hasil eksperimen (ionisasi pertama):E≈24,8 eV E=54,4 eV muncul di ionisasi kedua,

He+ (hν = +24,8 eV)→He++e− He+ (hν =He++54,4 eV)→H2++e−

Model klasik belum menyertakaninteraksi elektron-elektron. Koreksi bentuk potensial (untuk segala macam atom):

(57)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Persamaan Schr ¨odinger radial:

Ef(r) = −~ 2 2m d2 dr2 + ~2l(l+1) 2mr2 − Ze2 4π0r +Uscf(r) f(r) Self-consistent field menurut Hartree:

∇2Uscf(~r) =−e 2 0 n(~r)atauUscf(~r) = e 2 4π0 Z n(~r0)d~r0 |~r−~r0|

Dalam koordinat bola, jumlah elektron total menjadi

Ne= Z  r02sinθdθdφdr0× X n,l,m fn(r) r 2 |Yml |2  

(58)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Persamaan Schr ¨odinger radial:

Ef(r) = −~ 2 2m d2 dr2 + ~2l(l+1) 2mr2 − Ze2 4π0r +Uscf(r) f(r) Self-consistent field menurut Hartree:

∇2Uscf(~r) =−e 2 0 n(~r)atauUscf(~r) = e 2 4π0 Z n(~r0)d~r0 |~r−~r0| Dalam koordinat bola, jumlah elektron total menjadi

Ne= Z  r02sinθdθdφdr0× X n,l,m fn(r) r 2 |Yml |2  

(59)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Persamaan Schr ¨odinger radial:

Ef(r) = −~ 2 2m d2 dr2 + ~2l(l+1) 2mr2 − Ze2 4π0r +Uscf(r) f(r) Self-consistent field menurut Hartree:

∇2Uscf(~r) =−e 2 0 n(~r)atauUscf(~r) = e 2 4π0 Z n(~r0)d~r0 |~r−~r0| Dalam koordinat bola, jumlah elektron total menjadi

Ne= Z  r02sinθdθdφdr0× X n,l,m fn(r) r 2 |Yml |2  

(60)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Yml ternormalisasi, sehingga Ne= Z σ(r)drdenganσ(r) = X n,l,m |fn(r)|2

Jumlahkan pada seluruh keadaan energi yang terisi: n(~r) =X α |ψα(~r)|2= X n,l,m fn(r) r 2 |Yml (θ, φ)|2

Besaranσ(r)memberikan informasi seberapa banyak muatan terdistribusi di kulit yang berada pada jarak tertentu dari inti

(61)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Yml ternormalisasi, sehingga Ne= Z σ(r)drdenganσ(r) = X n,l,m |fn(r)|2

Jumlahkan pada seluruh keadaan energi yang terisi:

n(~r) =X α |ψα(~r)|2= X n,l,m fn(r) r 2 |Yml (θ, φ)|2

Besaranσ(r)memberikan informasi seberapa banyak muatan terdistribusi di kulit yang berada pada jarak tertentu dari inti

(62)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Yml ternormalisasi, sehingga Ne= Z σ(r)drdenganσ(r) = X n,l,m |fn(r)|2

Jumlahkan pada seluruh keadaan energi yang terisi:

n(~r) =X α |ψα(~r)|2= X n,l,m fn(r) r 2 |Yml (θ, φ)|2

Besaranσ(r)memberikan informasi seberapa banyak muatan terdistribusi di kulit yang berada pada jarak tertentu dari inti

(63)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Perhitungan integral padaNe: bagi dua daerah

r  rr dalam luar (a) (b)

(a) Kulit muatan berjarakrdari pusat.

(b) Ruang bola dibagi menjadi dua daerah, dalam dan luar. Kontribusi pada potensial SCF:

Uscf(r) = Z−1 Z e2 4π0r Z r 0 σ(r0)dr0+ e 2 4π0 Z ∞ r σ(r0)dr0 r0

(64)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Perhitungan integral padaNe: bagi dua daerah

r  rr dalam luar (a) (b)

(a) Kulit muatan berjarakrdari pusat.

(b) Ruang bola dibagi menjadi dua daerah, dalam dan luar. Kontribusi pada potensial SCF:

Uscf(r) = Z−1 Z e2 4π0r Z r 0 σ(r0)dr0+ e 2 4π0 Z ∞ r σ(r0)dr0 r0

(65)

Suku Interaksi dan Pendekatan Hartree

Uscf

Tebak (misalnya nol)

Pecahkan persamaan Schrödinger: dapatkan nilai eigen dan fungsi eigen

nr Hitung kerapatan HitungUscfpendekatan Hartree Periksa Konvergensi Belum Konvergen Sudah Konvergen AWAL AKHIR

(66)

Terapan SCF pada Helium

(67)

Terapan SCF pada Helium

Distribusi probabilitas radial untuk keadaan 1s atom helium dan hidrogen. Energi eigen numerik untuk helium:E=24,73 eV

(68)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(69)

Ikatan Ionik

Pedoman konfigurasi elektron:

→Pers. Schr ¨odinger dan Prinsip larangan Pauli

Ikatan ionikbiasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl)−→elektronegativitas ekstrem.

Konfigurasi NaCl:

Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi−5 eV. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi−29,2 eV) dan 3p (energi−13,8 eV) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi

−→“turun tingkat” dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron.

(70)

Ikatan Ionik

Pedoman konfigurasi elektron:

→Pers. Schr ¨odinger dan Prinsip larangan Pauli

Ikatan ionikbiasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl)−→elektronegativitas ekstrem.

Konfigurasi NaCl:

Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi−5 eV. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi−29,2 eV) dan 3p (energi−13,8 eV) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi

−→“turun tingkat” dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron.

(71)

Ikatan Ionik

Pedoman konfigurasi elektron:

→Pers. Schr ¨odinger dan Prinsip larangan Pauli

Ikatan ionikbiasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl)−→elektronegativitas ekstrem.

Konfigurasi NaCl:

Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi−5 eV. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi−29,2 eV) dan 3p (energi−13,8 eV) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi

−→“turun tingkat” dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron.

(72)

Ikatan Ionik

Pedoman konfigurasi elektron:

→Pers. Schr ¨odinger dan Prinsip larangan Pauli

Ikatan ionikbiasanya dibentuk antara atom pada bagian kiri tabel periodik (misalnya Na) dengan atom pada bagian kanan tabel periodik (misalnya Cl)−→elektronegativitas ekstrem.

Konfigurasi NaCl:

Elektron valensi pada atom Na: 3s, energi−5 eV. Elektron valensi pada atom Cl: 3s (energi−29,2 eV) dan 3p (energi−13,8 eV) Elektron atom Na memiliki energi lebih tinggi

−→“turun tingkat” dalam proses pembentukan ikatan. Hasilnya: Keadaan 3s atom Na tidak terisi elektron.

(73)

Ikatan Kovalen Gas Hidrogen

Argumen “penurunan tingkat” tidak berlaku untuk molekul dengan atom penyusun yang elektronegatifnya sama. −→menghasilkanikatan kovalen.

(74)

Ikatan Kovalen Gas Hidrogen

Argumen “penurunan tingkat” tidak berlaku untuk molekul dengan atom penyusun yang elektronegatifnya sama. −→menghasilkanikatan kovalen.

(75)

Ikatan Kovalen Gas Hidrogen

Argumen “penurunan tingkat” tidak berlaku untuk molekul dengan atom penyusun yang elektronegatifnya sama. −→menghasilkanikatan kovalen.

Contoh: H2. Pembentukan molekul H2. H H E0=−13,6 eV 1s 1s H H E0 E0 EB EA

(76)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(77)

Formalisme

Persamaan Schr ¨odinger tak bergantung waktu, dalam bentuk persamaan nilai eigen:

ˆ

HΦα=EαΦα

Fungsi gelombangΦαdapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari himpunanfungsi basis{um}:

Φα(~r) = M

X

m=1

cmum(~r)

atau dalam matriks:Φ(~r)→ {c1 c2 . . . .cM}T

Pemilihan basis yang tepat dapat mereduksi ukuran matriks Hamiltonian[H]dan waktu komputasi secara signifikan.

(78)

Formalisme

Persamaan Schr ¨odinger tak bergantung waktu, dalam bentuk persamaan nilai eigen:

ˆ

HΦα=EαΦα

Fungsi gelombangΦαdapat dinyatakan sebagai kombinasi linear

dari himpunanfungsi basis{um}:

Φα(~r) =

M X

m=1

cmum(~r)

atau dalam matriks:Φ(~r)→ {c1 c2 . . . .cM}T

Pemilihan basis yang tepat dapat mereduksi ukuran matriks Hamiltonian[H]dan waktu komputasi secara signifikan.

(79)

Formalisme

Persamaan Schr ¨odinger tak bergantung waktu, dalam bentuk persamaan nilai eigen:

ˆ

HΦα=EαΦα

Fungsi gelombangΦαdapat dinyatakan sebagai kombinasi linear

dari himpunanfungsi basis{um}:

Φα(~r) =

M X

m=1

cmum(~r)

atau dalam matriks:Φ(~r)→ {c1 c2 . . . .cM}T

Pemilihan basis yang tepat dapat mereduksi ukuran matriks Hamiltonian[H]dan waktu komputasi secara signifikan.

(80)

Formalisme

Substitusikan ekspansiΦαke dalam persamaan Schr ¨odinger: ˆ HX m cmum(~r) =E X m cmum(~r)

Kalikan denganu∗n(~r)dan integrasi kedua ruas untuk seluruhr: Z u∗n(~r) " ˆ HX m cmum(~r) # d~r= Z u∗n(~r) " EX m cmum(~r) # d~r X m Hnmcm=E X m Snmcm dengan Z u∗n(~r) ˆHum(~r)d~r=Hnm, Z u∗n(~r)um(~r)d~r=Snm.

I Persamaan Schr ¨odinger matriks dalam fungsi basis:

(81)

Formalisme

Substitusikan ekspansiΦαke dalam persamaan Schr ¨odinger: ˆ HX m cmum(~r) =E X m cmum(~r)

Kalikan denganu∗n(~r)dan integrasi kedua ruas untuk seluruhr:

Z u∗n(~r) " ˆ HX m cmum(~r) # d~r= Z u∗n(~r) " EX m cmum(~r) # d~r X m Hnmcm=E X m Snmcm dengan Z u∗n(~r) ˆHum(~r)d~r=Hnm, Z u∗n(~r)um(~r)d~r=Snm.

I Persamaan Schr ¨odinger matriks

dalam fungsi basis:

(82)

Formalisme

Substitusikan ekspansiΦαke dalam persamaan Schr ¨odinger: ˆ HX m cmum(~r) =E X m cmum(~r)

Kalikan denganu∗n(~r)dan integrasi kedua ruas untuk seluruhr:

Z u∗n(~r) " ˆ HX m cmum(~r) # d~r= Z u∗n(~r) " EX m cmum(~r) # d~r X m Hnmcm=E X m Snmcm dengan Z u∗n(~r) ˆHum(~r)d~r=Hnm, Z u∗n(~r)um(~r)d~r=Snm.

I Persamaan Schr ¨odinger matriks dalam fungsi basis:

(83)

Aplikasi pada H

2

+

+

R

UN UN '

uNr uN 'r

Pemilihan fungsi basis untuk molekul hidrogen. Ditunjukkan pula sketsa potensial akibat dua inti positif.

(84)

Aplikasi pada H

2

Kerapatan elektron di sumbu yang menghubungkan dua atom hidrogen dalam molekul.

(85)

Energi Ikat Gas Hidrogen

Beberapa energi yang terlibat dalam pembentukan molekul gas hidrogen. Energi ikat sebuah molekul H2diestimasi dari

(86)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(87)

Alur Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(88)

Alur Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(89)

Alur Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(90)

Alur Perhitungan

Perangkat Matematik + Komputasi:

I Trik komputasi−→persamaan matriks ::Matriks Hamiltonian I Aproksimasi

Beda Hingga :: Self-Consistent Field :: Pemilihan Fungsi Basis

Objek yang diamati:

Atom: Hidrogen dan Helium Molekul: Gas Hidrogen (H2)

Struktur ”Bulk”: Rantai Atomik, Graphene, Galium Arsenida Nanomaterial: Carbon Nanotube

(91)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Pemodelan zat padat:periodisitas fungsi gelombang

Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi: Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan:

H=diag(E0 E0 . . . E0).

Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan

antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol.

(92)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Pemodelan zat padat:periodisitas fungsi gelombang

Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi:

...

1 2 3 N−1 N

...

...

Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan: H=diag(E0 E0 . . . E0).

Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan

antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol.

(93)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Pemodelan zat padat:periodisitas fungsi gelombang

Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi:

...

1 2 3 N−1 N

...

...

Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan:

H=diag(E0 E0 . . . E0).

Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan

antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol.

(94)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Pemodelan zat padat:periodisitas fungsi gelombang

Rantai atomik satu dimensi dengan satu atom per titik kisi:

...

1 2 3 N−1 N

...

...

Jika irisan fungsi gelombang antaratom diabaikan:

H=diag(E0 E0 . . . E0).

Jika atom-atom dibawa saling mendekat dan terjadi irisan

antaratom, maka tetangga terdekat dari elemen diagonal matriks Hamiltonian tidak lagi bernilai nol.

(95)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Irisan dua fungsi gelombang yang bertetangga pada rantai atomik:

...

...

fungsi gelombang beririsan 1s 1s Matriks Hamiltonian: H=          E0 Ess 0 0 0 Ess E0 Ess 0 0 0 Ess E0 . .. 0 0 0 . .. ... Ess 0 0 0 Ess E0         

(96)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Irisan dua fungsi gelombang yang bertetangga pada rantai atomik:

...

...

fungsi gelombang beririsan 1s 1s Matriks Hamiltonian: H=          E0 Ess 0 0 0 Ess E0 Ess 0 0 0 Ess E0 . .. 0 0 0 . .. ... Ess 0 0 0 Ess E0         

(97)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Ditambah syarat periodisitas:

E             ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN             =              E0 Ess 0 0 0 Ess Ess E0 . .. 0 Ess 0 0 . .. ... Ess 0 0 0 0 Ess . .. ... 0 0 Ess 0 . .. E0 Ess Ess 0 0 0 Ess E0                          ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN            

Untuk setiap baris matriks berlaku:

(98)

Prinsip Dasar: Rantai Atomik 1D

Ditambah syarat periodisitas:

E             ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN             =              E0 Ess 0 0 0 Ess Ess E0 . .. 0 Ess 0 0 . .. ... Ess 0 0 0 0 Ess . .. ... 0 0 Ess 0 . .. E0 Ess Ess 0 0 0 Ess E0                          ψ1 ψ2 .. . ψn .. . ψN            

Untuk setiap baris matriks berlaku:

(99)

Solusi Rantai 1D

Tebak:ψn=ψ0einφ, sehingga E=Ess ψn−1 ψn +E0+Ess ψn+1 ψn =Esse−iφ+E0+Esse+iφ =E0+2Esscosφ.

Beri batasanE→terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga,tidak kontinu.

Batasi rentangφdan diskretisasi nilainya:

ψn=ψ0ein(φ+2π)=ψ0einφ; ψn+1=ψ0ein(N+1)φ=ψ1

eiNφ=

1⇒Nφ=2πα⇒φ=α2π

N Jika jarak antartitik kisia, maka:

φα=kαa=α

(100)

Solusi Rantai 1D

Tebak:ψn=ψ0einφ, sehingga E=Ess ψn−1 ψn +E0+Ess ψn+1 ψn =Esse−iφ+E0+Esse+iφ =E0+2Esscosφ.

Beri batasanE→terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga,tidak kontinu.

Batasi rentangφdan diskretisasi nilainya:

ψn=ψ0ein(φ+2π)=ψ0einφ; ψn+1=ψ0ein(N+1)φ=ψ1

eiNφ=

1⇒Nφ=2πα⇒φ=α2π

N Jika jarak antartitik kisia, maka:

φα=kαa=α

(101)

Solusi Rantai 1D

Tebak:ψn=ψ0einφ, sehingga E=Ess ψn−1 ψn +E0+Ess ψn+1 ψn =Esse−iφ+E0+Esse+iφ =E0+2Esscosφ.

Beri batasanE→terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga,tidak kontinu.

Batasi rentangφdan diskretisasi nilainya:

ψn=ψ0ein(φ+2π)=ψ0einφ; ψn+1=ψ0ein(N+1)φ=ψ1 eiNφ=

1⇒Nφ=2πα⇒φ=α2π

N

Jika jarak antartitik kisia, maka:

φα=kαa=α

(102)

Solusi Rantai 1D

Tebak:ψn=ψ0einφ, sehingga E=Ess ψn−1 ψn +E0+Ess ψn+1 ψn =Esse−iφ+E0+Esse+iφ =E0+2Esscosφ.

Beri batasanE→terkait dengan jumlah nilai eigen yang berhingga,tidak kontinu.

Batasi rentangφdan diskretisasi nilainya:

ψn=ψ0ein(φ+2π)=ψ0einφ; ψn+1=ψ0ein(N+1)φ=ψ1 eiNφ=

1⇒Nφ=2πα⇒φ=α2π

N

Jika jarak antartitik kisia, maka:

φα=kαa=α

(103)

Struktur Dua Atom per Titik Kisi

Distorsi Peirl mengubah bentuk 1 atom (orbital) per titik kisi menjadi 2 atom (orbital) per titik kisi.

...

...

...

1 1' 2 2' 3 3' NN' Pers. matriks: E          ψ1 ψ10 .. . ψN ψN0          =          E0 Ess E0ss Ess E0 E0ss E0ss E0 . .. . .. ... E0ss                   ψ1 ψ10 .. . ψN ψN0         

(104)

Struktur Dua Atom per Titik Kisi

Distorsi Peirl mengubah bentuk 1 atom (orbital) per titik kisi menjadi 2 atom (orbital) per titik kisi.

...

...

...

1 1' 2 2' 3 3' NN' Pers. matriks: E          ψ1 ψ10 .. . ψN ψN0          =          E0 Ess E0ss Ess E0 E0ss E0ss E0 . .. . .. ... E0ss                   ψ1 ψ10 .. . ψN ψN0         

(105)

Struktur Dua Atom per Titik Kisi

Triks solusi{φn}= ( ψn ψn0 ) E       φ1 φ2 .. . φN       =        H11 H12 H21 H22 H23 H32 H33 . .. . .. ...              φ1 φ2 .. . φN       dengan Hnm= " E0 Ess Ess E0 # , Hn,n+1 = " 0 0 E0ss 0 # , Hn,n−1= " 0 Ess 0 0 #

(106)

Solusi Dua Orbital Rantai Atom

Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan

Eφn=Hnnφn+Hn,n−1φn−1+Hn,n+1φn+1

Tebak solusi:φn=φ0eikna

Substitusikan:

Eφ0=Hnnφ0+Hn,n−1e−ikaφ0+Hn,n+1eikaφ0,

menghasilkan E{φ0}= " E0 Ess+E0sse−ika Ess+E0sseika E0 # {φ0}.

(107)

Solusi Dua Orbital Rantai Atom

Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan

Eφn=Hnnφn+Hn,n−1φn−1+Hn,n+1φn+1

Tebak solusi:φn=φ0eikna

Substitusikan:

Eφ0=Hnnφ0+Hn,n−1e−ikaφ0+Hn,n+1eikaφ0,

menghasilkan E{φ0}= " E0 Ess+E0sse−ika Ess+E0sseika E0 # {φ0}.

(108)

Solusi Dua Orbital Rantai Atom

Untuk setiap baris persamaan matriks, dapat dituliskan

Eφn=Hnnφn+Hn,n−1φn−1+Hn,n+1φn+1

Tebak solusi:φn=φ0eikna

Substitusikan: Eφ0=Hnnφ0+Hn,n−1e−ikaφ0+Hn,n+1eikaφ0, menghasilkan E{φ0}= " E0 Ess+E0sse−ika Ess+E0sseika E0 # {φ0}.

(109)

Solusi Dua Orbital Rantai Atom

Tentukan nilai eigen: E0−E Ess+E0sse−ika Ess+E0sseika E0 =0 Hasilnya: E=E0± q E2 ss+E0ss2+2EssE0sscos(ka)

Muncul dua cabang kurva yang berkaitan dengan jumlah basis (orbital atom) yang dipilih per titik kisi.

(110)

Solusi Dua Orbital Rantai Atom

Tentukan nilai eigen: E0−E Ess+E0sse−ika Ess+E0sseika E0 =0 Hasilnya: E=E0± q E2 ss+E0ss2+2EssE0sscos(ka)

Muncul dua cabang kurva yang berkaitan dengan jumlah basis (orbital atom) yang dipilih per titik kisi.

(111)

Solusi Dua Orbital Rantai Atom

Tentukan nilai eigen: E0−E Ess+E0sse−ika Ess+E0sseika E0 =0 Hasilnya: E=E0± q E2 ss+E0ss2+2EssE0sscos(ka)

Muncul dua cabang kurva yang berkaitan dengan jumlah basis (orbital atom) yang dipilih per titik kisi.

(112)

Hubungan Dispersi

Hubungan dispersi untuk rantai atomik satu dimensi dengan dua atom per titik kisi.

(113)

Generalisasi Prosedur

Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan)

Tinjau sebuah sel satuannyang terkait dengan sel satuan tetangganyamoleh matriks[Hnm]berukuran(b×b), denganb adalah jumlah fungsi basis per sel satuan:

X

m

[Hnm]{φm}=E{φn}

Tebakan solusi:{φm}={φ0}ei~k·~rm sehingga

E{φ0}= [h(~k)]{φ0}; [h(~k)] =

X

m

[Hnm]ei

(114)

Generalisasi Prosedur

Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan)

Tinjau sebuah sel satuannyang terkait dengan sel satuan tetangganyamoleh matriks[Hnm]berukuran(b×b), denganb

adalah jumlah fungsi basis per sel satuan:

X

m

[Hnm]{φm}=E{φn}

Tebakan solusi:{φm}={φ0}ei~k·~rm sehingga

E{φ0}= [h(~k)]{φ0}; [h(~k)] =

X

m

[Hnm]ei

(115)

Generalisasi Prosedur

Prosedur perhitungan struktur energi untuk rantai atomik dapat diperluas untuk sembarang zat padat periodik dengan sembarang jumlah fungsi basis per titik kisi (atau sel satuan)

Tinjau sebuah sel satuannyang terkait dengan sel satuan tetangganyamoleh matriks[Hnm]berukuran(b×b), denganb

adalah jumlah fungsi basis per sel satuan:

X

m

[Hnm]{φm}=E{φn}

Tebakan solusi:{φm}={φ0}ei~k·~rm sehingga

E{φ0}= [h(~k)]{φ0}; [h(~k)] =

X

m

(116)

Geometri Graphene

a0 sel satuan y x

Sketsa graphene: sel satuan dipilih terdiri dari dua atom karbon.

~ R=m~a1+n~a2 ~a1=aˆx+bˆy ~a2=aˆx−bˆy a= 3a0 2 dan b= √ 3a0 2 .

(117)

Geometri Graphene

Kisi nyata dan kisi resiprok graphene.

a1a2a , b a ,b  b1  b2 0, 2 /3b  /a ,/3b − /a ,− /3b

Vektor kisi resiprok

~ K=M~b1+N~b2 ~b 1= 2π(~a2׈z) ~a1·(~a2׈z = π aˆx+ π bˆy; ~b 2 = 2 π(ˆz×~a1) ~a2·(ˆz×~a1) = π aˆx− π bˆy.

(118)

Perhitungan Dispersi Graphene

Ukuran matriks[h(~k)]bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan.

Cukup gunakan orbital pzuntuk graphene ini:

[h(~k)] = " E0 −t −t E0 # + " 0 −tei~k·~a1 0 0 # + " 0 −tei~k·~a2 0 0 # + " 0 0 −te−i~k·~a1 0 # + " 0 0 −te−i~k·~a2 0 # [h(~k)] = " E0 h0 h∗0 E0 # denganh0=−t(1+ei ~k·~a 1 +ei~k·~a2) =t(1+2eikxacos(k yb).

(119)

Perhitungan Dispersi Graphene

Ukuran matriks[h(~k)]bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan.

Cukup gunakan orbital pzuntuk graphene ini:

[h(~k)] = " E0 −t −t E0 # + " 0 −tei~k·~a1 0 0 # + " 0 −tei~k·~a2 0 0 # + " 0 0 −te−i~k·~a1 0 # + " 0 0 −te−i~k·~a2 0 # [h(~k)] = " E0 h0 h∗0 E0 # denganh0=−t(1+ei ~k·~a 1 +ei~k·~a2) =t(1+2eikxacos(k yb).

(120)

Perhitungan Dispersi Graphene

Ukuran matriks[h(~k)]bergantung pada jumlah fungsi basis per sel satuan.

Cukup gunakan orbital pzuntuk graphene ini:

[h(~k)] = " E0 −t −t E0 # + " 0 −tei~k·~a1 0 0 # + " 0 −tei~k·~a2 0 0 # + " 0 0 −te−i~k·~a1 0 # + " 0 0 −te−i~k·~a2 0 # [h(~k)] = " E0 h0 h∗0 E0 # denganh0=−t(1+ei ~k·~a 1 +ei~k·~a2) =t(1+2eikxacos(k yb).

(121)

Kurva Dispersi (

Surface

) untuk Graphene

E=E0± |h0|=E0±t

1+4 cos2(kyb) +4 cos(kxa)cos(kyb)

1/2 kya0 kxa0 E t42 0 2 442 0 2 4 0 1 2 3123

(122)

Semikonduktor Zat Padat

a

x y

Penampang dua dimensi dari kisi fcc. Setiap titik ditempati oleh satu macam atom. Dua kisi yang sama kemudian dapat membentuk struktur intan jika dipisahkan oleh seperempat jarak diagonal ruang.

(123)

Galium Arsenida

−→StrukturZincblende

(124)

Galium Arsenida

PlotE(~k)galium arsenida untuk setiap nilai~kdalam rentangΓ−XdanΓ−L. DaerahΓ−Xterbentang pada~k=0→ 2π

aˆx(digambarkan di sumbu

horizontal positif), sedangkanΓ−Lpada~k=0→ π

a(ˆx+ ˆy+ ˆz)(sumbu

(125)

Quantum Well, Wire, dan Dot

Quantum well Quantum wire Quantum dot Zat padat biasa

StrukturBulk: Aproksimasi parabolik,

E(~k)≈Ec+

~2(k2x+k2y+k2z)

2m∗

Quantum well:kz = nzLzπ (nzbilangan bulat)

Enz(kx,ky)≈Ec+n2zz+ ~2(k2x+k2y) 2m∗ z = ~ 2π2 2m∗L2 z

(126)

Quantum Well, Wire, dan Dot

Quantum wire: Eny,nz(kx)≈Ec+n2yy+n2zz+~ 2k2 x 2m∗ y = ~ 2π2 2m∗L2 y Quantum dot: Enx,ny,nz ≈Ec+~ 2π2 2m∗ n2x L2 x + n 2 y L2 y +n 2 z L2 z !

(127)

Ketersediaan Keadaan Energi pada Graphene

Carbon Nanotube−→penggulungan graphene

kya0 kxa0 E t42 0 2 442 0 2 4 0 1 2 3123

(128)

Konduksi Graphene untuk CNT

Titik-titik denganE=0 pada bidangkx−ky: (h0 =0)

(kxa,kyb) = (0,−2π/3), (−π,+π/3), (+π,+π/3) (kxa,kyb) = (0,+2π/3), (−π,−π/3), (+π,−π/3) kx ky kx ky

Translasi titik zona Brillouin pada graphene yang berperan dalam konduksi: (k a,k b) = (0,±2π/3)

(129)

Vektor Chiral dan Periodisitas

Begitu graphene digulung menjadi CNT, nilai-nilaikyang diizinkan akan tergantung pada syarat periodik di bagian kelilingnya.

Definisikan vektor keliling (chiral):

~ch=m~a1+n~a2=a(m+n)ˆx+b(m−n)ˆy

Syarat batas periodik yang berlaku adalah

~k·~c

(130)

Konsep Subpita Energi

kx ky 0,−2/3b 0,2/3b kontur energi (konstan) kc∣ ch∣=2 

Garis-garis sejajar sebagai subpita pada CNT.

−→Kurva dispersi energi dapat digambarkan terhadapkxaataukyb

(131)

Kurva Dispersi CNT

Aproksimasi kurva dispersi energi untuk CNT sebagai fungsikyb

(132)

Kurva Dispersi CNT

Dua subpita terendah pada zigzag-CNT denganm=45. Tidak adanya celah energi menunjukkan sifat yang seperti logam.

(133)

Kurva Dispersi CNT

Dua subpita terendah pada zigzag-CNT denganm=44. Keberadaan celah energi menunjukkan sifatnya yang semikonduktorEg=0,25 eV.

(134)

Sistematika

1 Pendahuluan

2 Persamaan Schr ¨odinger dalam Matriks 3 Metode SCF untuk Atom

4 Ikatan pada Molekul 5 Konsep Fungsi Basis

6 Pita Energi Molekul dan Nanomaterial Rantai Atomik 1D

Graphene dan Semikonduktor Struktur Nanomaterial

(135)

Simpulan

Struktur elektronik, atom, molekul, dan khususnya nanomaterial, telah diturunkan secara analitik disertai visualisasi numerik. Banyak sifat menarik yang dapat diketahui dari suatu material apabila rumusan struktur elektronik, yakni hubungan dispersi, dijabarkan secara lengkap.

Beberapa aproksimasi yang digunakan dalam metode ikatan terkuat dengan memecahkan matriks Hamiltonian menunjukkan hasil yang cukup baik sesuai eksperimen.

Pilihan fungsi basis yang tepat akan sangat membantu dalam kemudahan dan kecepatan perhitungan.

(136)

Simpulan

Struktur elektronik, atom, molekul, dan khususnya nanomaterial, telah diturunkan secara analitik disertai visualisasi numerik. Banyak sifat menarik yang dapat diketahui dari suatu material apabila rumusan struktur elektronik, yakni hubungan dispersi, dijabarkan secara lengkap.

Beberapa aproksimasi yang digunakan dalam metode ikatan terkuat dengan memecahkan matriks Hamiltonian menunjukkan hasil yang cukup baik sesuai eksperimen.

Pilihan fungsi basis yang tepat akan sangat membantu dalam kemudahan dan kecepatan perhitungan.

(137)

Simpulan

Struktur elektronik, atom, molekul, dan khususnya nanomaterial, telah diturunkan secara analitik disertai visualisasi numerik. Banyak sifat menarik yang dapat diketahui dari suatu material apabila rumusan struktur elektronik, yakni hubungan dispersi, dijabarkan secara lengkap.

Beberapa aproksimasi yang digunakan dalam metode ikatan terkuat dengan memecahkan matriks Hamiltonian menunjukkan hasil yang cukup baik sesuai eksperimen.

Pilihan fungsi basis yang tepat akan sangat membantu dalam kemudahan dan kecepatan perhitungan.

(138)

Simpulan

Struktur elektronik, atom, molekul, dan khususnya nanomaterial, telah diturunkan secara analitik disertai visualisasi numerik. Banyak sifat menarik yang dapat diketahui dari suatu material apabila rumusan struktur elektronik, yakni hubungan dispersi, dijabarkan secara lengkap.

Beberapa aproksimasi yang digunakan dalam metode ikatan terkuat dengan memecahkan matriks Hamiltonian menunjukkan hasil yang cukup baik sesuai eksperimen.

Pilihan fungsi basis yang tepat akan sangat membantu dalam kemudahan dan kecepatan perhitungan.

(139)

In the end...

“We haveno rightto assume that anyphysical lawsexist or if they have existed up to now, that they will continue to exist in asimilar mannerin

the future”

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komponen senyawa dalam minyak daging biji kepuh yang aktif antiradikal bebas serta mengetahui

Bayi kurang bulan, tanpa gejala klinis tetapi ibu tidak. mendapat terapi antibiotika

Long-term memory merupakan tahapan ketiga dari memori yang meliputi proses penyimpanan informasi dalam waktu yang lama (Lahey, 2003). Informasi yang dapat disimpan di dalam

Status gizi selama kehamilan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kehamilan dengan umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau umur ibu yang terlalu

yang dilakukan oleh anak usia dini terhadap anak usia dini lain adalah bullying jenis verbal non fisik berupa ejekan dan julukan nama yang tidak pantas. Penyebab

Upaya penetapan jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan (Depkes, 2004). Proses yang secara sistematis mengkaji keadaan SDM

Penelitian tersebut berisi mengenai kisah moral yang pada relief Jataka, yang kedua adalah karya dari Dewanti berjudul “Studi Relief Jataka”, isinya mengenai

Kontribusi lain Hugo Grotius bagi hubungan internasional adalah dukungannya terhadap teori just war yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas,