• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAK 2012 Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAK 2012 Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ii

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1011/M-DAG/KEP/12/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan, tiap unit diberikan arahan untuk menerapkan sistem pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel. Sehubungan dengan berakhirnya pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen diwajibkan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja yang berisi rencana, penetapan, dan pencapaian kinerja sekaligus gambaran sejauh mana tingkat keberhasilan, kendala yang dihadapi dan solusi masalah dalam pelaksanaan pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen.

Sebagai tindak lanjut kebijakan tersebut di atas dan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pencapaian kinerja serta mendukung terciptanya akuntabilitas kinerja demi terwujudnya kepemerintahan yang baik, maka Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 kepada Menteri Perdagangan.

Akhir kata, Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk pertanggungjawaban serta mendorong peningkatan kinerja bagi unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen di masa mendatang.

Jakarta, Maret 2013

Direktur Jenderal

Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

(3)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sehubungan dengan telah berakhirnya pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2012, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen diwajibkan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja yang berisi rencana, penetapan, dan pencapaian kinerja sekaligus gambaran sejauh mana tingkat keberhasilan, kendala-kendala yang dihadapi, maupun tindak lanjut pemecahan masalah dalam melaksanakan pembangunan di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen.

Rencana strategis pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen 2011−2014 merupakan pedoman bagi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk mendukung Kementerian Perdagangan dalam mewujudkan pencapaian visi dan misi Kementerian Perdagangan sepanjang periode 2010 - 2014. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen sebagai unit kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan yang memiliki tugas pokok “merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen” mendukung rencana strategis Kementerian Perdagangan yang tercermin dari kinerja Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen.

Dari target kinerja secara umum persentase capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melebihi target yang menunjukkan indikasi capaian kinerja tersebut sangat baik. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama Target

2012 Realisasi 2012 Prosentase Capaian 2012 (%) Realisasi Capaian 2011

1. Rumusan harmonisasi standar barang

dan jasa perdagangan 2 rumusan 2 rumusan 100 2 rumusan

2. Persentase tindak lanjut hasil

pengawasan barang beredar 50 persen 50 persen 100 41 persen

3. Akumulasi jenis barang beredar ber-SNI

wajib yang diawasi (notifikasi WTO) 28 Jenis 28 jenis 100 20 jenis 4. Standar ukuran yang tertelusur secara

nasional dan internasional 20 standar 32 standar 160 47 standar 5. UTTP yang ditera dan ditera ulang 7.411.000

Unit

11.239.325

Unit 152

11.793.573 Unit 6. Akumulasi Jumlah BPSK Yang Terbentuk 60 Unit 84 Unit 140 65 unit 7. UPT dan UPTD Yang Terbina dan dinilai 49 UPTD 49 UPTD 100 60% 8. Akumulasi Jumlah SDM Perlindungan

Konsumen 3.065 Orang 3.885 Orang 126 2.964 Orang 9. Waktu penyelesaian perizinan/

(4)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen iv

Walaupun pencapaian telah melewati target, namun dalam pencapaian kinerja tersebut, masih ditemui beberapa permasalahan, seperti:

1. Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait di daerah dan ketertutupan industri dalam memberikan informasi serta sebagian industri belum memandang perlu pentingnya pemenuhan standar dalam suatu produksi. Produsen cenderung hanya memenuhi persyaratan standar yang ditentukan oleh buyer.

2. Keterbatasan SDM, peralatan, dan anggaran yang dimiliki oleh UPTD Metrologi Legal untuk menunjang pelayanan tera dan tera ulang. Dalam hal pendataan jumlah UTTP yang ditera dan ditera ulang, belum semua UPTD Metrologi Legal menyampaikan laporan pelayanan secara berkala kepada Direktorat Metrologi sebagaimana diamanatkan dalam Permendag No.50 tahun 2009.

3. Masih rendahnya peran pemerintah daerah dalam membentuk BPSK dan masih rendahnya kesadaran masyakat dan LPKSM dalam mendorong pembentukan BPSK di daerah.

4. Pengetahuan yang belum merata dan kesiapan UPTD yang bervariasi dalam hal penerapan sistem mutu menjadi kendala dalam pelaksanaan penilaian.

5. Terbatasnya kuantitas dan kualitas SDM dalam melakukan pelayanan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen.

Solusi yang diambil oleh Ditjen SPK dalam mengatasi permasalahan pencapaian kinerja adalah:

1.

perlu lebih banyak dilakukan sosialisasi dan pembinaan dalam rangka penerapan regulasi teknis yang ada, Food Hygiene, GMP, HACCP dan perjanjian pengakuan MRA di tingkat ASEAN maupun perjanjian internasional lainnya di kalangan industri-industri pangan olahan.

2.

program kegiatan yang dilakukan secara bersinergi dengan pemerintah daerah seperti pembentukan Pasar Tertib Ukur dan Daerah Tertib Ukur serta penilaian UPTD Metrologi Legal memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan jumlah UTTP yang ditera dan ditera ulang secara nasional. Di samping itu pula, untuk terus menjaga kesinambungan peningkatan pelayanan tyera dan tera ulang serta memonitor perkembangan pelaporan tera dan tera ulang di daerah, diperlukan peran BSML untuk memberikan dukungan dalam memperlancar pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan untuk merekapitulasi data jumlah tera dan tera ulang.

3.

Sosialisasi pembentukan BPSK secara intensif dan berkelanjutan dengan memberikan informasi tentang peran dan fungsi penting dari BPSK dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, khususnya dalam penyelesaian sengketa konsumen.

4.

Penyempurnaan kebijakan sehingga mempermudah Pemerintah Daerah dalam hal pengangkatan Anggota dan Sekretariat BPSK, yang sebelumnya banyak menjadi hambatan.

5.

Meningkatnya dukungan dari Pemerintah Pusat dalam upaya penguatan dan pembentukan BPSK salah satunya melalui pemberian alokasi dana dekonsentrasi yang digunakan oleh Pemerintah Provinsi untuk mensosialisasikan pembentukan BPSK di daerah.Optimalisasi bimbingan terhadap UPTD dalam hal penerapan sistem mutu.

6.

Meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi SDM untuk meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen.

Berdasarkan akuntabilitas keuangan, total realisasi seluruh kegiatan sebesar Rp. 165.432.208.211,- (termasuk di dalamnya realisasi anggaran BPKN Rp. 11.340.259.724,), dari realisasi tersebut sebagian merupakan realisasi operasional untuk mendanai pencapaian 9 IKU Ditjen SPK pada tahun 2012 sebesar Rp 87.679.836.000,- atau 51,95% dari seluruh anggaran kegiatan.

(5)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... II RINGKASAN EKSEKUTIF ... III DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL... VI DAFTAR GAMBAR ... VII

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATARBELAKANGDANPERANSTRATEGISDIREKTORATJENDERALSTANDARDISASIDAN PERLINDUNGANKONSUMEN ... 1

B. STRUKTURORGANISASIDIREKTORATJENDERALSTANDARDISASIDANPERLINDUNGAN KONSUMEN ... 2

C. ISUSTRATEGISTAHUN2012 ... 2

BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA ... 8

A. PERENCANAANSTRATEGIS ... 8

B. RENCANAKINERJA ... 11

C. KONTRAKKINERJADANRENCANAAKSI ... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ...19

A. CAPAIANINDIKATORKINERJAUTAMA... 19

B. ANALISISDANEVALUASICAPAIANKINERJA ... 20

C. AKUNTABILITASKEUANGAN ... 45

BAB IV PENUTUP... 49 LAMPIRAN ... II

(6)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Stndardisasi Dan Perlindungan

Konsumen Tahun 2011... 19

Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1... 191

Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Penguatan Pengawasan Barang beredar dan Jasa Perdagangan dan Penegakan Hukum... 22

Tabel 4. Jenis Produk yang di Awasi Tahun 2012 dan 2011... 24

Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Peningkatan Tertib Ukur... 195

Tabel 6. Pelayanan Tera dan Tera Ulang UTTP secara Nasional Tahun 2012 berdasarkan Provinsi... 27

Tabel 7. Capaian Indikator Kinerja Peningkatan Kesadaran dan Memberdayakan Masyarakat Konsumen... 29

Tabel 8. Capaian Indikator Kinerja Peningkatan Infrastruktur Layanan Perlindungan Konsumen... 31

Tabel 9. Realisasi Anggaran Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun 2012 (Menurut Satuan Kerja) Periode : s/d 31 Desember 2012... 46

Tabel 10. Realisasi Anggaran Menurut Capaian Sasaran Tahun 2012... 47

(7)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Keterkaitan Misi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan

Konsumen dengan Tujuan Kementerian Perdagangan ... 9

Gambar 2. Penyegelan temuan hasil pengawasan produk pompa air ... ... 23

Gambar 3. Grafik perkembangan UTTP yang ditera dan ditera ulang yang dilaporkan oleh UPT dan UPTD Metrologi Legal ... ... 28

Gambar 4. Persebaran BPSK di Indonesia ... ... 30

Gambar 5. Forum Komunikasi Nasional BPSK ... ... 31

Gambar 6. Kegiatan evaluasi dan pembinaan UPT dan UPTD ... ... 32

Gambar 7. Perbandingan peningkatan jumlah SDM Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 33

Gambar 8. Contoh Surat Keputusan Pendaftaran Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) ... ... 34

Gambar 9. Pelaksanaan Pertemuan Teknis tahun 2012 ... ... 34

Gambar 10. Perkembangan Pelayanan Ijin Tipe, Ijin Tanda Pabrik dan Ijin Percobaan Tanda Pabrik Tahun 2012 dan 2011 ... ... 36

Gambar 11. Publikasi temuan hasil pengawasan 600 produk ... ... 39

Gambar 12. Edukasi Konsumen Cerdas ... ... 40

Gambar 13. Layanan Informasi dan Perlindungan Konsumen ... ... 40

Gambar 14. Peresmian Penetapan Kota Surakarta sebagai Daerah Tertib Ukur 2012 oleh Wakil Menteri Perdagangan sekaligus penetapan 17 pasar tradisional sebagai Pasar Tertib Ukur tahun 2012 ... ... 42

Gambar 15. Penetapan Pasar Aviari di Batam sebagai Pasar Tertib Ukur 2012 oleh Menteri Perdagangan sekaligus kunjungan pasar ... ... 42

(8)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG DAN PERAN STRATEGIS DIREKTORAT

JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Globalisasi perdagangan dunia yang terjadi saat ini memberikan dampak yang bersifat positif maupun negatif. Di satu sisi, globalisasi merupakan peluang sekaligus tantangan bagi perkembangan perdagangan di pasar dalam negeri maupun industri domestik. Dengan tumbuhnya persaingan usaha yang kian ketat menuntut pelaku usaha untuk selalu meningkatkan daya saingnya, baik dari segi kualitas produk maupun harga melalui efisiensi produksi.

Namun di sisi lain dengan maraknya variasi barang dan jasa yang beredar, diduga banyak pula barang dan jasa yang tidak sesuai ketentuan sehingga merugikan konsumen dan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Selain itu, globalisasi perdagangan juga membawa dampak bagi perkembangan dan keberlangsungan produk-produk barang maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha serta industri dalam negeri. Peningkatan kualitas dan daya saing bagi produk-produk yang dihasilkan di dalam negeri menjadi mutlak diperlukan jika tidak ingin kalah bersaing dengan derasnya arus barang impor.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Serta Kedudukan Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, dimana dalam pasal 254, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi dibidang standardisasi mutu barang dan jasa serta perlindungan konsumen.

Mulai 6 Nopember 2012, Ditjen SPK ditunjuk sebagai unit pelaksana dalam menjalankan Komitmen Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan Delegasi Uni Eropa (EUD) dalam kerangka Trade Support Programme (TSP) II. Sebagai ketua Programme Steering Committee, Dirjen SPK mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program ini dengan 6 (enam) kementerian teknis lainnya. Adapun Kementerian yang tersebut adalah Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Standardisasi Nasional/ Komite Akreditasi Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pada intinya program ini merupakan bantuan hibah dari Uni Eropa yang digunakan untuk meningkatkan kompetensi infrastruktur Mutu Nasional, terutama terkait dengan kinerja ekspor Indonesia ke Uni Eropa.

(9)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 2

B.

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL

STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas:

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen

Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Standardisasi dan perlindungan Konsumen menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu Barang dan Jasa, Metrologi Legal, serta Pemberdayaan Konsumen dan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu Barang dan Jasa, Metrologi Legal, serta Pemberdayaan Konsumen dan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu Barang dan Jasa, Metrologi Legal, serta Pemberdayaan Konsumen dan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu Barang dan Jasa, Metrologi Legal, serta Pemberdayaan Konsumen dan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa; e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Standardisasi dan

Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Standardisasi;

c. Direktorat Pemberdayaan Konsumen;

d. Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa; dan e. Direktorat Metrologi; dan

f.

Direktorat Pengembangan Mutu Barang.

C.

ISU STRATEGIS TAHUN 2012

Secara umum isu strategis di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen sepanjang tahun 2012 dapat diuraikan sebagai berikut:

(10)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 3 Harmonisasi Standar

Barang dan Jasa Perdagangan

1.

Peningkatan Standardisasi Perdagangan

Persaingan pemasaran produk mendorong banyak negara untuk menggunakan instrumen standar barang sebagai salah satu alat untuk melindungi konsumennya yang dikaitkan dengan keselamatan, kesehatan, keamanan, dan fungsi lingkungan (K3L). Namun dari sisi negara pengekspor, hal tersebut dapat dipandang sebagai hambatan teknis perdagangan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan hambatan teknis perdagangan adalah melalui harmonisasi standar di tingkat regional, bilateral maupun multilateral.

Penyelesaian Pendaftaran Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)

Pendaftaran Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) dilaksanakan sesuai amanat Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14/M-DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang dan Jasa yang Diperdagangkan. LPK (LSPro dan Laboratorium uji) yang wajib melakukan pendaftaran adalah LPK yang memiliki ruang lingkup produk yang telah diberlakukan SNI secara wajib. Tujuan pendaftaran LPK adalah untuk memudahkan ketertelusuran atas produk-produk dimaksud yang beredar dipasar. Pengembangan Indonesia Technical Regulation Information Management System (INATRIMS)

Sejak 6 Nopember 2012, Direktorat Standardisasi ditunjuk sebagai Program Office Management dan Program Director yang bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi teknis dengan Kementerian/ Lembaga terkait. Disamping itu Direktorat Standardisasi juga merupakan Program Implementing Unit yang berfungsi sebagai koordinator pelaksanaan kegiatan Trade Support Program di Kementerian Perdagangan, dimana pada tahun 2012 terdapat 1 (satu) Direktorat yang dibantu, selain Direktorat Standardisasi, yaitu Pusat Pengujian Mutu Barang.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah pembuatan sistem Indonesia Technical Regulation Information Management System (INATRIMS). Adapun fungsi INATRIMS adalah untuk menyediakan data dan informasi melalui sistem web mengenai standar dan regulasi teknis di negara tujuan ekspor. Sistem ini akan berisi tentang peraturan terhadap 20 sektor/ komoditi utama dan potensial. Sebagai permulaan, informasi baru mencakup pengaturan di Uni Eropa, dan dilanjutkan ke negara-negara pasar produk Indonesia lainnya, diantaranya ASEAN, USA, Jepang, EFTA dan lain sebagainya. Pembentukan petugas pengawas melalui diklat PPBJ dan PPNS Perlindungan Konsumen

2. Peningkatan Efektivitas Pengawasan Barang Beredar dan Jasa

Dalam rangka meningkatkan pengawasan barang beredar dan jasa guna menjaga keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen secara berkesinambungan meningkatkan tenaga pengawas baik secara kuantitas maupun kualitas. Tenaga pengawas tersebut adalah Petugas Pengawas Barang dan/atau Jasa (PPBJ) dan Penyidik Pengawai Negeri Sipil

(11)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 4

Perlindungan Konsumen (PPNS-PK). Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi PPBJ dan PPNS-PK dilakukan secara rutin. Untuk tahun 2012 telah dilakukan diklat sebanyak 6 angkatan sebanyak 166 orang dan Diklat PPNS-PK 3 angkatan sebanyak 61 orang. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah peserta Diklat PPBJ sebanyak 90 orang atau naik 84% dan untuk Diklat PPNS0PK sebanyak 47 orang atau naik 23%. Secara keseluruhan, ada peningkatan peserta Diklat PPNS-PK dan peserta Diklat PPBJ sebanyak 107%.

Pengawasan terhadap 621 produk dari 14 jenis produk

Di samping itu pula, peningkatan kegiatan pengawasan terus diupayakan. Pada tahun 2012, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melakukan kegiatan pengawasan dengan target setiap 2 bulan sebanyak 100 produk, dengan demikian secara keseluruhan pada tahun 2012 telah dilaksanakan pengawasan sebanyak 621 produk dari 14 jenis produk.

Jumlah temuan ini meningkat sebesar 28 produk dibandingkan tahun 2011. Dari temuan tersebut, 61% merupakan produk impor dan 39% merupakan produksi dalam negeri. Berdasarkan jenis pelanggarannya antara lain:

1. Sebesar 34% produk diduga melanggar persyaratan SNI, 2. Sebesar 22% diduga melanggar MKG,

3. 43% diduga melanggar ketentuan label dalam Bahasa Indonesia,

4. 1% diduga tidak memenuhi ketentuan produk yang diawasi distribusinya. Sedangkan berdasarkan kelompok produk yang diduga tidak memenuhi ketentuan, sebanyak 39% merupakan produk elektronika dan alat listrik, 20% produk alat rumah tangga, 13% produk suku cadang kendaraan, serta sisanya adalah produk bahan bangunan, produk makanan minuman dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

Adapun langkah-langkah yang telah diambil sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut yaitu untuk pelanggaran pidana, sebanyak 2 kasus telah dilimpahkan ke Kejaksaan (P21), 3 kasus tidak dapat dilanjutkan karena tersangkanya meninggal dunia, dan beberapa produk masih dalam penyidikan. Sementara untuk pelanggaran administrasi, telah dilakukan pemberian peringatan tertulis kepada para pelaku usaha dari 348 produk, permintaan penarikan 8 produk, dan sisanya pembinaan terhadap asosiasi, serta pemanggilan para pelaku usaha guna keperluan penyidikan dan pengumpulan bahan keterangan.

Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan efektivitas pengawasan secara menyeluruh terhadap barang dan atau jasa yang beredar di masyarakat, dikembangkanlah sistem pengawasan terpadu yang melibatkan instansi terkait seperti Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Bareskrim Polri, dan stakeholder lainnya.

(12)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 5 Sistem Pengawasan

Perlindungan Konsumen

Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat khususnya dalam hal perlindungan konsumen, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen telah mengembangkan Sistem Pengawasan Perlindungan Konsumen (SISWAS-PK). SISWAS-PK merupakan sistem yang dikembangkan untuk melayani pengaduan konsumen secara online. Sistem ini memiliki jaringan pengaduan di 33 provinsi yang dapat diakses langsung oleh konsumen melalui jaringan internet pada alamat http://siswaspk.kemendag.go.id. Pengembangan SISWAS-PK ini juga menjadi akses sarana konsumen menyalurkan pendapat dan keluhannya terhadap barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan pelaku usaha.

Melalui SISWAS-PK, diharapkan konsumen dapat dengan mudah melakukan pengaduan terhadap barang dan atau jasa yang digunakan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, dapat meningkatan pemahaman konsumen terhadap barang dan jasa yang sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meningkatkan pemahaman mengenai hak dan kewajiban konsumen, memudahkan pelaksanakan pengawasan barang beredar dan jasa, serta memudahkan monitoring dan evaluasi tindak lanjut pengaduan konsumen terhadap barang beredar dan jasa melalui SISWAS-PK.

Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen melakukan monitoring terhadap penyelesaian kasus dan keluhan dari konsumen sehingga dapat memberikan masukan/peringatan bila kasus belum terselesaikan dengan baik. Laporan hasil pengawasan pengaduan konsumen akan dilakukan secara transparan dan terbuka sehingga masyarakat dapat mengetahui status pengaduannya kapan saja secara online. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ditandai dengan tren fluktuatif, jumlah pengaduan yang telah ditangani oleh institusi perlindungan konsumen adalah: 1.223 kasus oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), 2.681 kasus oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), serta 456 kasus oleh Direktorat Pemberdayaan Konsumen Kemendag.

Penyelenggaraan kemetrologian di era otonomisasi

3.

Peningkatan Tertib Ukur

Penyelenggaraan kemetrologian sejalan dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan berdasarkan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, menjadi urusan pilihan bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Di samping itu pula, sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, biaya penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dalam rangka desentralisasi seperti urusan kemetrologian dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing

(13)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 6

daerah, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).

Percepatan peningkatan tertib ukur melalui Daerah Tertib Ukur

Daerah Tertib Ukur merupakan langkah percepatan peningkatan tertib ukur dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kepentingan umum/konsumen dalam hal jaminan kebenaran hasil pengukuran dan mendorong pemerintah daerah aktif dalam mewujudkan tertib ukur dan meningkatkan kinerja kemetrologian. Pada tahun 2011 telah ditetapkan 1 (satu) kota yaitu kota Singkawang sebagai Daerah Tertib Ukur 2011, sedangkan untuk tahun 2012 telah ditetapkan 3 (tiga) kota menjadi Daerah Tertib Ukur yaitu Kota Batam pada tanggal 6 November 2012, Kota Balikpapan pada tanggal 30 Oktober 2012 dan Kota Surakarta pada tanggal 16 Oktober 2012. Peresmian penetapan Daerah Tertib Ukur tahun 2012 dilakukan oleh Wakil Menteri Perdagangan. Pada kesempatan itu pula dilakukan juga penyerahan bantuan timbangan dengan total sebanyak 2025 (dua ribu dua puluh lima) unit kepada ketiga Walikota untuk diberikan kepada usaha mikro pemilik UTTP yang telah rusak maupun tidak memenuhi persyaratan teknis kemetrologian. Upaya pembentukan Daerah Tertib Ukur ini mendapat perhatian besar dari Pemerintah Daerah. Untuk tahun 2013, telah ada 7 Kabupaten/Kota yang mengusulkan membentuk Daerah TertibUkur antara lain: Kota Padang, Kota Bontang, Kabupaten Tebing Tinggi, Kota Tanjung Balai Karimun, dan Kabupten Mojokerto dan Kota Gorontalo.

“METROLOGY AWARD” sebagai motivasi dan apresiasi terhadap upaya mendukung pelaksanaan program tertib ukur

Dalam rangka meningkatkan kinerja UPTD Metrologi Legal dan memotivasi kerja Pegawai Berhak dalam memberikan pelayanan tera dan tera ulang serta memberikan apresiasi kepada perusahaan dalam negeri yang memiliki ketaatan/kepatuhan dalam menggunakan UTTP dan mengedarkan BDKT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen memberikan penghargaan “Metrology Award” kepada 3 (tiga) UPTD terbaik, 3 (Tiga) Pegawai Berhak Teladan dan 5 (lima) perusahaan pengguna UTTP peduli tertib ukur yang diberikan oleh Wakil Menteri Perdagangan.

Penanaman elemen metrologi legal di pasar tradisional melalui Pasar Tertib Ukur

Dalam rangka peningkatan perlindungan terhadap konsumen dalam hal kebenaran hasil pengukuran, peningkatan citra pasar tradisional, dan penanaman elemen perlindungan konsumen di pasar tradisional, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menetapkan program pembentukan Pasar Tertib Ukur. Kriteria ditetapkannya pasar tradisional sebagai Pasar Tertib Ukur, antara lain dikelola dengan manajemen yang baik, memiliki data base tentang jumlah, jenis, lokasi, dan pemilik UTTP, dan semua UTTP yang digunakan dalam transaksi perdagagan bertanda tera sah. Pembentukan Pasar Tertib Ukur dimulai pada tahun 2010 dengan ditetapkan 56 Pasar Tertib Ukur di 33 Ibukota Provinsi. Selanjutnya pada tahun 2012 telah ditetapkan 35 Pasar Tertib Ukur di 28 Kabupaten/Kota. Bagi pasar yang telah memperoleh predikat Pasar Tertib Ukur, Direktorat

(14)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 7

Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyediakan bantuan timbangan ukur ulang yang dapat digunakan oleh konsumen untuk memastikan kebenaran hasil pengukuran dan juga bantuan timbangan masing-masing 20 unit tiap pasar untuk digunakan sebagai timbangan pengganti pada saat dilaksanakan tera ulang.

Peningkatan pemahaman metrologi legal melalui rangkaian Seminar Regional di 4 kota besar

Untuk meningkatkan kinerja metrologi legal sejalan dengan pelaksanaan otonomisasi, maka dilakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui seminar regional yang dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen yaitu: Regional I untuk wilayah Sumatera di Medan pada tanggal 3 April 2012, Regional II untuk wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada tanggal 10 Mei 2012, Regional III untuk wilayah Kalimantan pada tanggal 17 April 2012, dan Regional IV untuk wilayah Timur Indonesia pada tanggal 1 Mei 2012.

Edukasi Konsumen Cerdas

4.

Peningkatan Pemberdayaan Konsumen

Sosialisasi kebijakan pemberdayaan konsumen terhadap konsumen dan pelaku usaha di berbagai daerah, termasuk salah satunya adalah sosialisasi terhadap pelaku usaha terkait ketentuan bahan berbahaya, dilakukan oleh Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan. Pendekatan melalui media cetak dan elektronik dilakukan dalam bentuk penyebaran pamflet, brosur, iklan layanan masyarakat di media elektronik, dengan mengusung tema perlindungan konsumen yang difokuskan pada 5 kiat menjadi konsumen cerdas, yaitu : tegakkan hak dan kewajiban, teliti sebelum membeli, perhatikan label dan masa kadaluarsa, pastikan produk bertanda jaminan mutu SNI, beli sesuai kebutuhan bukan keinginan.

Pembentukan dan Penguatan BPSK

Jumlah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), yang pada tahun 2009 baru sebanyak 45 BPSK, pada tahun 2011 sudah mencapai 65 BPSK. Untuk tahun 2012 sendiri sudah mencapai 84 BPSK. Untuk mendorong pertumbuhan BPSK di daerah Kabupaten/Kota, dilakukan melalui fasilitasi pembentukan dan penguatan BPSK secara intensif dan berkelanjutan dengan metode sosialisasi secara langsung kepada Pemerintah Daerah mengenai peran dan fungsi penting BPSK. Selain itu, diselenggarakan Forum Komunikasi Nasional BPSK dalam rangka persiapan pelaksanaan Munas BPSK yang akan diselenggarakan pada tahun 2013, serta dengan tujuan lain untuk membentuk jejaring komunikasi diantara BPSK dan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia, memberikan award kepada 15 BPSK dengan kinerja terbaik.

(15)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 8

BAB II

PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA

A.

PERENCANAAN STRATEGIS

Visi dan Misi Visi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen sejalan dengan Visi Kementerian Perdagangan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2010-2014 menetapkan bahwa visi organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010-2014 adalah :

”Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat yang Berkeadilan”

Dari visi tersebut, Kementerian Perdagangan menetapkan dua Prioritas pembangunan yakni Prioritas Bidang Perdagangan Luar Negeri dan

Prioritas Bidang Perdagangan Dalam Negeri, yang mana Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen diamanatkan untuk mendukung kedua prioritas tersebut khususnya pada Fokus Prioritas

Peningkatan Kualitas Dan Keberagaman Produk Ekspor dan Fokus Prioritas Peningkatan Efektivitas Pengawasan Dan Iklim Usaha Perdagangan.

Selain itu, pembangunan Standardisasi dan Perlindungan Konsumen ditujukan untuk mendukung pencapaian terhadap Tujuan Kementerian Perdagangan khususnya tujuan:

1. Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor, 2. Peningkatan Daya Saing Ekspor,

3. Peningkatan Pengawasan dan Perlindungan Konsumen.

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, Misi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen pada periode 2010 - 2014 adalah: 1. Peningkatan pengawasan dan perlindungan konsumen,

2. Pengamanan pasar dalam negeri.Meningkatkan kinerja pengawasan dan penegakan hukum dalam.

Tujuan Untuk dapat mewujudkan Visi dan Misi tersebut, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menetapkan Tujuan, sebagai berikut:

1. Pengembangan Kebijakan Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, 2. Pengembangan Kelembagaan Standardisasi dan Perlindungan

Konsumen,

3. Pengembangan SDM Perlindungan Konsumen, 4. Peningkatan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa,

5. Peningkatan Layanan Perlindungan Konsumen dan Kemetrologian, 6. Peningkatan Pengawasan di bidang Mutu Barang.

(16)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 9 Sasaran Dengan tujuan tersebut, pembangunan standardisasi dan perlindungan

konsumen diarahkan untuk mencapai sasaran strategis yaitu meningkatnya efektifitas kebijakan yang menunjang pengembangan standardisasi dan perlindungan konsumen. Dengan demikian penyelenggaraan standardisasi dan perlindungan konsumen dapat menjadi benteng pengaman dan stabilisator pasar dalam negeri yang mendukung efektifitas pengawasan dan iklim usaha perdagangan serta menjadi kunci masuk akses pasar global yang mendukung peningkatan kualitas dan keberagaman produk ekspor.

Gambar 1. Diagram Keterkaitan Misi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen dengan Tujuan Kementerian Perdagangan

Arah Kebijakan dan Strategi

Arah kebijakan pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan perdagangan nasional periode 20102014. Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Arah kebijakan standardisasi dan perlindungan konsumen dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pengembangan standardisasi di bidang perdagangan melalui :

1) Penyusunan kebijakan standardisasi bidang perlindungan konsumen yang mencakup barang, jasa, sistem, proses, metode uji, personel dan kelembagaan di bidang perdagangan.

2) Peningkatan partisipasi dalam forum nasional, regional dan internasional dalam mengembangkan kebijakan.

3) Peningkatan peran pemangku kepentingan seperti pelaku usaha/asosiasi, akademisi, lembaga penelitian, dan lain-lain dalam pengembangan standardisasi barang (komoditas ekspor dan konsumsi dalam negeri) di bidang perdagangan.

(17)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 10 b. Optimalisasi pengendalian mutu komoditas ekspor dan impor dilakukan

melalui:

1) Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait pelaksanaan pengawasan pra-pasar.

2) Pembinaan terhadap pelaku usaha dalam negeri dalam penerapan standar bagi komoditas ekspor dan konsumsi dalam negeri.

3) Peningkatan kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian dan tenaga penguji mutu barang.

c. Perkuatan pengawasan barang beredar dan jasa perdagangan dan penegakan hukum yang dilakukan melalui:

1) Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan instasi terkait penyelenggaraan pengawasan dan penegakan hukum.

2) Peningkatan kemampuan aparat/SDM pengawas dan penegak hukum.

3) Aktivasi penyelenggaraan pengawasan dan penegakan hukum pada instansi pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. 4) Peningkatan publikasi terhadap hasil temuan pengawasan barang

beredar dan jasa yang tidak memenuhi ketentuan.

d. Peningkatan tertib ukur dilakukan melalui:

1) Peningkatan pelayanan di bidang metrologi legal mencakup ketertelusuran standar, pembinaan SDM Kemetrologian, pembinaan UPT dan UPTD Metrologi Legal, pelayanan tera dan tera ulang serta perijinan di bidang kemetrologian.

2) Peningkatan pengawasan terhadap UTTP, BDKT, dan penggunaan SI.

3) Pembentukan Pasar Tertib Ukur dan Daerah Tertib Ukur.

e. Peningkatan kesadaran dan memberdayakan masyarakat konsumen dilakukan melalui:

1) Peningkatan penyelesaian pengaduan konsumen. 2) Penguatan lembaga perlindungan konsumen.

3) Peningkatan program konsumen cerdas dan edukasi kepada masyarakat.

4) Peningkatan pembinaan dan pengembangan motivator perlindungan konsumen.

5) Peningkatan pemahaman tentang standardisasi dan perlindungan konsumen bagi masyarakat konsumen dan pelaku usaha.

f. Peningkatan penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah dilakukan melalui:

1) Monitoring implementasi kebijakan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen di daerah.

2) Pengembangan sarana dan prasarana standardisasi dan perlindungan konsumen berbasis teknologi informasi.

Program dan Kegiatan Pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tersebut akan dilaksanakan

(18)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 11

melalui Program Peningkatan Perlindungan Konsumen yang akan didukung dengan 7 (tujuh) kegiatan yaitu:

1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen;

2. Pengembangan Standardisasi Bidang Perdagangan; 3. Pengembangan Kebijakan dan Pemberdayaan Konsumen; 4. Peningkatan Efektifitas Pengawasan Barang Beredar dan Jasa; 5. Peningkatan Tertib Ukur;

6. Penguatan Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional; dan 7. Peningkatan Perlindungan Konsumen Daerah.

B.

RENCANA KINERJA

Sesuai Rencana Strategis yang telah dijabarkan di atas, maka kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan, Program pembangunan standardisasi dan perlindungan konsumen tahun 2012 dikelompokkan ke dalam 8 Indikator Kinerja Utama yaitu:

A.

Sasaran : Terlaksananya standardisasi bidang perdagangan yang mengacu pada standar

internasional

Rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan

Penyelarasan standar nasional dengan standar internasional ditujukan untuk menciptakan adanya transparansi dalam perdagangan internasional. Kegiatan ini antara lain dilakukan melalui penyusunan rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan. Melalui rumusan harmonisasi standar barang dan jasa diharapkan diperoleh gambaran tingkat standar yang dapat dipenuhi oleh industri domestik. Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi dasar tentang kemampuan industri bila akan disusun regulasi untuk melindungi konsumen. Regulasi pro konsumen yang dirancang dengan memperhatikan kemampuan produsen ini diharapkan nantinya dapat menurunkan biaya produksi menciptakan produk yang kompetitif, sekaligus menjamin kemanan produk yang beredar di pasar domestik. Pada gilirannya, hal tersebut akan meningkatkan daya saing produk di pasar internasional dan meningkatkan akses pasar produk-produk ekspor Indonesia. Target yang ditetapkan pada periode 2012 adalah 2 rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan.

B.

Sasaran : Meningkatnya efektifitas pengawasan barang dan jasa

Persentase tindak lanjut hasil temuan

Untuk mendukung terwujudnya target persentase tindak lanjut hasil temuan, untuk tahun 2012 dilakukan kegiatan penegakan hukum terhadap 10 kasus atau 20 temuan produk yang tidak sesuai dengan ketentuan yang meliputi ketentuan petunjuk penggunaan manual dan kartu garansi serta bahan berbahaya.

(19)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 12 wajib yang diawasi

(notifikasi WTO)

wajib yang diawasi, untuk tahun 2012 dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Operasional Pengawasan Berkala / Khusus Pertambangan dan Aneka

Industri.

2. Operasional Pengawasan Berkala / Khusus Pertanian, Kimia dan Kehutanan.

3. Crash Program dalam Rangka Operasional Pengawasan Produk Tertentu (pertambangan dan aneka industri).

4. Crash Program dalam Rangka Operasional Pengawasan Produk Tertentu (pertanian, kimia dan kehutanan).

C.

Sasaran : Meningkatnya pelayanan dan pengawasan di bidang metrologi legal

Standar ukuran yang tertelusur secara nasional dan internasional

Salah satu pendukung peningkatan tertib ukur adalah ketertelusuran alat standar yang dipergunakan dalam pengujian dan tera/tera ulang UTTP. Untuk tahun 2012, telah disusun kegiatan-kegiatan yang mendukung tertelusurnya alat standar guna menciptakan keakuratan alat ukur yang dipergunakan dalam setiap transaksi perdagangan antara lain Verifikasi alat-alat standar milik UPT ke tingkat nasional dan internasional.

UTTP yang ditera dan ditera ulang

Untuk mendukung terwujudnya target jumlah UTTP yang ditera dan ditera ulang, untuk tahun 2012 dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Pembentukan Daerah Tertib Ukur dan Pasar Tertib Ukur.

2. Penyelenggaraan Forum Konsultasi Kemetrolgian, Pertemuan Teknis Kemetrologian, Forum Pengawasan, dan Seminar Regional di 4 kota untuk memantapkan landasan bekerja, membahas permasalahan teknis kemetrologian yang aktual, dan mengharmoniskan kebijakan teknis kemetrologian secara nasional.

3. Pengawasan Terpadu Pompa Ukur BBM di SPBU dalam rangka Pengamanan Hari Raya Idul Fitri, untuk melindungi konsumen dalam transaksi bahan bakar minyak di SPBU.

4. Meningkatkan pemahaman tentang metrologi legal melalui penyebaran informasi kemetrologian, Output yang diharapkan pada kegiatan ini adalah pembuatan leaflet/brosur, penayangan iklan layanan/spot program masyarakat, dan Penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.

5. Bimbingan teknis tentang syarat teknis UTTP, untuk meningkatkan kualitas SDM kemetrologian dari UPT dan UPTD Metrologi Legal diseluruh Indonesia.

6. Partisipasi dalam sidang di organisasi metrologi legal, untuk menciptakan harmonisasi penyelenggaraan metrologi legal secara regional dan internasional dan secara terus menerus mengikuti perkembangan terkini sistem dan regulasi metrologi internasional.

D.

Sasaran : Terlaksananya kebijakan pemberdayaan perlindungan konsumen

BPSK yang terbentuk Untuk mendukung terwujudnya target jumlah BPSK yang terbentuk, untuk tahun 2012 dilakukan kegiatan sebagai berikut:

(20)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 13

bertujuan untuk menginformasikan atau mensosialisakan tata cara pembentukan BPSK.

2. Penyelenggaraan Forum Komunikasi Nasional BPSK sebagai jejaring komunikasi antar anggota BPSK serta persiapan penyelenggaraan Musyawarah Nasional BPSK pada tahun 2013.

3. Fasilitasi koordinasi kelembagaan perlindungan konsumen yang bertujuan untuk meningkatkan koordinasi lembaga perlindungan konsumen (BPSK, LPKSM) dalam pelaksanaan perlindungan konsumen.

E.

Sasaran : Optimalisasi peran lembaga perlindungan konsumen

UPT dan UPTD yang dinilai dan dibina

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kemetrologian di daerah maka Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah harus memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 50 tahun 2009 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi legal dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 tahun 2009 tentang Penilaian terhadap Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal, oleh karena itu telah disusun kegiatan yang mendukung hal tersebut di atas, yaitu:

1. Evaluasi dan pembinaan UPT dan UPTD Metrologi Legal untuk memantau kesesuaian pemenuhan persyaratan standar teknis dan manajemen UPT dan UPTD Metrologi Legal setelah mendapatkan penilaian. Output yang diharapkan adalah terselenggaranya evaluasi di 52 UPT dan UPTD yang telah dinilai.

2. Bimbingan teknis tenaga auditor UPT dan UPTD Metrologi Legal untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis para auditor dalam rangka audit internal di masing-masing UPT dan UPTD. Output yang diharapakan adalah tersedianya 56 auditor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis para auditor dalam rangka audit internal di masing-masing UPT dan UPTD.

SDM Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

Untuk mendukung terwujudnya target jumlah SDM Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, untuk tahun 2012 dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi PPBJ dan PPNS-PK.

2. Bimbingan teknis bagi SDM kemetrologian di UPT dan UPTD metrologi legal.

3. Pembinaan/ edukasi Motivator Perlindungan Konsumen.

Waktu penyelesaian perizinan/pendaftaran di bidang SPK

Dalam upaya peningkatan pelayanan kemetrologian serta untuk meningkatkan tertib Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen telah menyusun kegiatan berupa :

1. Penyempurnaan Teknologi Informasi dalam mendukung sistem perijinan kemetrologian secara online. Kegiatan ini bertujuan Memberikan pelayanan informasi kemetrologian guna mendukung terwujudnya Sistem Metrologi Legal yang Efisien dan Efektif dan

(21)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 14

meningkatkan sarana pendukung sebagai pusat informasi mengenai kemetrologian. Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah waktu penyelesaian perijinan dibidang kemetrologian secara online dalam 5 (lima) hari kerja.

2. Dalam rangka menjamin diperolehnya hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang yang akan dipakai dan dimanfaatan oleh konsumen, maka dirumuskanlah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/5/2010 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 62/M-DAG/PER/12/2009 tentang Kewajiban Pencantuman Label Pada Barang.

Peraturan tersebut mengatur tentang 4 jenis barang, yaitu:

a. Jenis barang elektronika keperluan rumah tangga, komunikasi, dan informatika;

b. Jenis barang sarana bahan bangunan;

c. Jenis barang keperluan kendaraan bermotor (suku cadang dan lainnya), dan;

d. Jenis barang lainnya (alas kaki, pakaian anak, pakaian dewasa, dan lainnya).

Pengajuan permohonan pendaftaran label dapat diajukan secara langsung dengan datang ke Unit Pelayanan Perdagangan, atau dapat juga dengan mengirimkan berkas melalui pos. Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22/M-DAG/PER/5/2010, jangka waktu untuk menyelesaikan pendaftaran label adalah 5 hari kerja.

3. Salah satu indikator yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kinerja sasaran Peningkatan kualitas layanan pendaftaran/ perizinan di bidang SPK adalah lamanya waktu pelayanan pendaftaran/ perizinan di bidang SPK. Indikator ini mencerminkan meningkatnya layanan perijinan UTTP yaitu ijin tipe dan ijin tanda pabrik sebagai pengendalian kemetrologian dalam hal minimasi waktu layanan maupun transparansi layanan serta kecepatan pelayanan pendaftaran LPK pada Direktorat Standardisasi. Target yang ditetapkan untuk waktu penyelesaian perizinan/ pendaftaran di bidang SPK Tahun 2012 adalah 4 (empat) dan 5 (lima) hari.

C.

KONTRAK KINERJA DAN RENCANA AKSI

Agar kinerja dapat tercapai secara maksimal untuk mencapai tujuan-tujuan strategis, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen menyusun Kontrak Kinerja sebagai acuan dalam mengimplemetasikan kegiatan pada tahun 2012. Rincian Kontrak Kinerja yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja outcome, target, program, serta anggaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran II. Kontrak Kinerja diuraikan sebagai berikut.

(22)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 15

A.

Sasaran : Terlaksananya standardisasi bidang perdagangan yang mengacu pada standar

internasional

IKU-1 Rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan

Penyelarasan standar nasional dengan standar internasional ditujukan untuk menciptakan adanya transparansi dalam perdagangan internasional. Kegiatan ini antara lain dilakukan melalui penyusunan rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan. Melalui rumusan harmonisasi standar barang dan jasa diharapkan diperoleh gambaran tingkat standar yang dapat dipenuhi oleh industri domestik. Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi dasar tentang kemampuan industri bila akan disusun regulasi untuk melindungi konsumen. Regulasi pro konsumen yang dirancang dengan memperhatikan kemampuan produsen ini diharapkan nantinya dapat menurunkan biaya produksi menciptakan produk yang kompetitif, sekaligus menjamin kemanan produk yang beredar di pasar domestik. Pada gilirannya, hal tersebut akan meningkatkan daya saing produk di pasar internasional dan meningkatkan akses pasar produk-produk ekspor Indonesia.

Target yang ditetapkan pada periode 2012 adalah 2 rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan.

B.

Sasaran : Meningkatnya efektifitas pengawasan barang dan jasa

IKU-2 Persentase tindak lanjut hasil temuan

Indikator yang digunakan untuk mengukur persentase tindaklanjut terhadap hasil temuan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah perbandingan antara jumlah temuan yang ditangani dengan jumlah jenis temuan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa tersebut dilaksanakan dalam mengawasi penerapan parameter-parameter yang diatur dalam peraturan perlindungan konsumen yang meliputi standar, label, klausula baku, pelayanan purna jual, cara menjual, pengiklanan.

Tujuan dari tindak lanjut hasil temuan tersebut adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku usaha yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga akan berakibat berkurangnya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha barang dan jasa.

Target persentase jumlah temuan yang ditangani pada tahun 2012 ditetapkan sebesar 50% dari jumlah jenis temuan dimana capaian untuk hasil kegiatan ini mencapai 100%.

IKU-3 Barang beredar ber-SNI wajib yang diawasi (notifikasi WTO)

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya jenis barang beredar SNI wajib yang diawasi adalah jumlah jenis barang beredar ber-SNI Wajib yang diawasi (sesuai notifikasi WTO).

Tujuan dari pengawasan SNI Wajib yang dinotifikasi adalah untuk menjamin bahwa barang yang beredar di pasar tidak mengancam keselamatan dan kesehatan konsumen.

(23)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 16

beredar ber-SNI wajib yang diawasi menjadi sebanyak 20 jenis.

C.

Sasaran : Meningkatnya pelayanan dan pengawasan di bidang metrologi legal

IKU-4 Standar ukuran yang tertelusur secara nasional dan internasional

Pengembangan Sistem Ketertelusuran Standar Ukuran Metrologi Legal bertujuan untuk memberikan jaminan kebenaran terhadap hasil pengukuran. Indikator pengembangan sistem ketertelusuran standar ukuran yang digunakan dalam penyelenggaraan metrologi legal adalah jumlah standar ukuran yang tertelusur ke tingkat internasional/nasional. Outcome kegiatan ini adalah membaiknya rantai ketertelusuran standar ukuran yang digunakan dalam penyelenggaraan metrologi legal sehingga kepastian hasil pengukuran dan jaminan keseragaman hasil pengukuran dapat diberikan kepada masyarakat. Target jumlah standar ukuran yang tertelusur ke tingkat internasional/nasional tahun 2012 adalah 20 unit standar ukuran ke tingkat internasional/nasional per tahun.

IKU-5 UTTP yang ditera dan ditera ulang

Peningkatan tera/tera ulang UTTP bertujuan untuk meningkatkan jumlah UTTP yang dapat ditangani oleh UPT dan UPTD Metrologi Legal sehingga kinerja kemetrologian dapat meningkat secara nasional. Indikator yang digunakan dalam mengukur peningkatan tera/tera ulang adalah jumlah UTTP yang memerlukan penanganan khusus yang dapat ditangani untuk ditera dan ditera ulang per tahun hingga 2014.

Outcome yang ingin dicapai adalah terstandarnya alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang beredar di masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Target yang ingin dicapai tahun 2011 adalah 7. 411.000 unit UTTP telah dilakukan tera dan tera ulang secara nasional.

D.

Sasaran : Terlaksananya kebijakan pemberdayaan perlindungan konsumen

IKU-6 BPSK yang terbentuk

Indikator Kinerja Utama yang digunakan adalah untuk mengukur meningkatnya akumulasi BPSK yang terbentuk di daerah (kota/kabupaten). Target yang ditetapkan pada periode 2012 adalah terbentuknya 60 BPSK.

E.

Sasaran : Optimalisasi peran lembaga perlindungan konsumen

IKU-7 UPT dan UPTD yang dinilai dan dibina

Peningkatan kemampuan Pelayanan Tera dan Tera Ulang UPT dan UPTD dilakukan melalui kegiatan penilaian dan pembinaan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51 tahun 2009 tentang Penilaian terhadap Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Metrologi Legal. Indikator yang digunakan dalam mengevaluasi kemampuan pelayanan tera dan tera ulang adalah persentase UPT dan UPTD yang dinilai dan dibina pada tahun 2010 hingga tahun 2014.

Outcome yang ingin dicapai adalah semakin kompetennya Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis Daerah dalam memberikan pelayanan tera dan tera ulang UTTP melalui sistem penilaian kemampuan pelayanan. Target yang ingin dicapai dalam peningkatan kemampuan pelayanan tera dan tera ulang UPT dan UPTD pada tahun 2012 adalah 49 UPTD yang telah dinilai.

(24)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 17 IKU-8

SDM Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

Indikator yang digunakan adalah untuk melihat existing akumulasi jumlah SDM yang meliputi tenaga Penyidik Pengawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK), Petugas Pengawas Barang Beredar dan Jasa (PBBJ), Motivator Perlindungan Konsumen, Pengamat Tera dan Penera (termasuk Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi atau PPNS-Met). Target yang ditetapkan untuk tahun 2012 adalah 3.065 orang pada akhir tahun 2012.

IKU-9 Waktu penyelesaian perizinan/pendaftaran di bidang SPK

Dalam upaya peningkatan pelayanan di bidang standardisasi dan perlindungan konsumen, diperlukan upaya untuk mempercepat waktu penyelesaian perijinan/pendaftaran yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen.

Outcome kegiatan ini adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya stakeholder dibidang standardisasi dan perlindungan konsumen. Target yang ingin dicapai adalah waktu penyelesaian perijinan/pendaftaran dibidang dibidang standardisasi dan perlindungan konsumen dalam 5 (lima) hari kerja.

Selain kontrak kinerja sebagaimana diuraikan diatas, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen juga menetapkan Rencana Aksi sebagai berikut:

1. Rencana Aksi sasaran stabilisasi dan penguatan pasar dalam negeri meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Pembuatan regulasi perlindungan konsumen berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, standar nasional dan standar internasional. Output dari kegiatan ini adalah tersedianya 6 (enam) rumusan regulasi teknis terkait kebijakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan mutu produk serta terkait dengan kebijakan impor.

b. Peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa. Output dari kegiatan ini adalah terawasinya 600 barang/jasa dan pengawasan distribusi 3 jenis komoditi serta tersujudnya penegakan hukum terhadap pelaku usaha yang melanggar.

c. Gerakan Konsumen Cerdas dan peningkatan kelembagaan BPSK. Output dari kegiatan ini adalah

1) Terlaksananya sosialisasi/diseminasi informasi dan edukasi konsumen cerdas, yang meliputi:

- Penayangan iklan/film

- Talkshow di 4 radio

- Sosialisasi oleh 7 LPKSM

- 13 edukasi/dialog dengan mahasiswa/siswa sekolah/guru

- 48 klinik konsumen terpadu di SMP/SMA

- 8 information corner di perguruan tinggi

2) Berkembangnya BPSK sebanyak 5 BPSK dan terselenggaranya MUNAS BPSK.

(25)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 18 1) Terwujudnya 1 Daerah Tertib Ukur

2) Terbentuknya 10 Pasar Tertib Ukur

3) Terbentuknya 1 UPTD Metrologi Legal Kota

4) Terlaksananya kegiatan peningkatan pemahaman metrologi legal melalui seminar regional di 4 kota dan bimbingan teknis. 2. Rencana Aksi dengan sasaran ekspor dan kerjasama internasional

meliputi kegiatan pembangunan Information Management Body (IMB)/Information Management System (IMS). Output dari kegiatan ini adalah tersedianya sistem informasi terkait standar dan regulasi teknis negera tujuan ekspor yang dapat diakses secara online.

3. Rencana Aksi dengan sasaran reformasi birokrasi dan good governance yang meliputi kegiatan peningkatan kualitas SDM. Output dari kegiatan tersebut adalah

a. Tersedianya 120 PPNS PK, 180 PPBJ, 60 penera, 30 pengamat tera melalui diklat.

b. Meningkatnya keterampilan 150 PPNS PK dan 150 PPBJ, 772 orang Motivator PK melalui Bimtek.

c. Meningkatnya kemampuan bahasa melalui 60 org peserta kursus bahasa asing.

(26)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 19

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A.

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen.

Indikator kinerja utama di lingkungan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen disusun dengan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Perdagangan tahun 2010-2014 dan Draft Rencana Strategis Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen.

Indikator kinerja utama yang dirumuskan memang masih jauh dari sempurna, namun diharapkan telah memberikan gambaran kepada berbagai pihak yang berkepentingan tentang hasil-hasil yang akan diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Adapun capaian indikator kinerja utama Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tahun 2012 dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Tahun 2012

No Indikator Kinerja Utama Target 2012 Realisasi 2012 Prosentase Capaian 2012 (%) Realisasi Capaian 2011

1. Rumusan harmonisasi standar

barang dan jasa perdagangan 2 rumusan 2 rumusan 100 2 rumusan

2. Persentase tindak lanjut hasil

pengawasan barang beredar 50 persen 50 persen 100 41 persen

3. Akumulasi jenis barang beredar ber-SNI wajib yang diawasi (notifikasi WTO)

28 Jenis 28 jenis 100 20 jenis

4. Standar ukuran yang tertelusur

secara nasional dan internasional 20 standar 32 standar 160 47 standar 5. UTTP yang ditera dan ditera ulang 7.411.000

Unit

11.239.325

Unit 152

11.793.573 Unit 6. Akumulasi Jumlah BPSK Yang

Terbentuk 60 Unit 84 Unit 140 65 unit

7. UPT dan UPTD Yang Terbina dan

dinilai 49 UPTD 49 UPTD 100 60%

8. Akumulasi Jumlah SDM

Perlindungan Konsumen 3.065 Orang 3.885 Orang 126

2.964 Orang

(27)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 20

9. Waktu penyelesaian perizinan/

pendaftaran di bidang SPK 5 hari 5 hari 100 5 Hari

Sumber: Sekretariat DIrektorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen

Dari tabel capaian indikator kinerja utama, terlihat ada 5 indikator kinerja utama yang melebihi target yang telah ditentukan pada awal tahun, yaitu :

1. Standar ukuran yang tertelusur secara nasional dan internasional sebesar 160%;

2. Akumulasi jumlah BPSK yang terbentuk sebesar 140%;

3. Akumulasi jumlah SDM Perlindungan Konsumen sebesar 126%;

4. Waktu penyelesaian perizinan/pendaftaran di bidang SPK sebesar 108%;

5. UTTP yang ditera dan tera ulang sebesar 152%.

Secara keseluruhan capaian indikator kinerja utama di atas 100%. Capaian indikator kinerja utama ini bersama dengan indikator-indikator kinerja lainnya akan dibahas lebih lanjut di bagian analisis dan evaluasi kinerja Ditjen SPK tahun 2012.

B.

ANALISIS DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA

Analisis dan evaluasi akuntabilitas berisikan penjabaran hasil capaian indikator-indikator kinerja menurut tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Kontrak/Penetapan Kinerja (Tapkin) Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tahun 2012 secara terperinci. Analisis dan evaluasi akan menggambarkan perkembangan setiap sasaran dan indikator‐ indikatornya dan mengulas kembali capaian IKU yang telah dijelaskan sebelumnya.

Perlu dicatat bahwa kegiatan yang mengarah pada tujuan optimalisasi pengendalian mutu komoditas ekspor dan impor dengan sasaran terlaksananya pengawasan dan pengembangan mutu barang belum dilaksanakan mengingat struktur DIrektorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen baru mengalami perubahan pada ulan Agustus 2012 dengan penambahan unit Eselon 2 baru yaitu Direktorat Pengembangan Mutu Barang. Untuk itu uraian berikut tidak mencakup tujuan dan sasaran tersebut.

Sasaran 1.1

Terlaksananya standardisasi bidang perdagangan yang mengacu pada standar internasional

Tujuan 1

(28)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 21

Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Pengembangan Standardisasi di Bidang Perdagangan

Indikator Kinerja capaian

2011

Tahun 2012

Target Capaian %

Rumusan harmonisasi standar barang dan

jasa perdagangan 2 rumusan 2 rumusan 2 rumusan 100

Sumber: Direktorat Standardisasi

IKU-1 Rumusan harmonisasi standar barang dan jasa perdagangan

Instrumen standar dewasa ini sudah dianggap hal yang lumrah untuk diterapkan sebagai salah satu alat untuk memproteksi pasar suatu negara yang dikaitkan dengan keselamatan, kesehatan, keamanan, dan fungsi lingkungan (K3L). Meskipun dari sisi negara pengekspor, hal tersebut dapat dipandang sebagai unnecessary trade barriers. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan hambatan teknis perdagangan antara lain melalui kerjasama dalam harmonisasi standar dan perjanjian saling pengakuan dalam keberterimaan sertifikat dan hasil uji serta penilaian kesesuaian di tingkat regional, bilateral maupun multilateral.

Target yang telah ditetapkan di tahun 2012, yaitu 2 rumusan telah berhasil dicapai 100%. Namun demikian masih terdapat kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam melakukan penyusunan yang antara lain disebabkan kurangnya koordinasi dengan instansi di daerah dan ketertutupan industri dalam memberikan informasi. Rumusan harmonisasi standar yang disusun adalah rumusan untuk kesiapan industri kecil pangan olahan produk selai, saus dan jelly dalam menghadapi ASEAN Economic Integration (AEI). Kegiatan dilaksanakan melalui identifikasi terkait penerapan industri terhadap ketentuan Regulasi Teknis, Food Hygiene, Good Manufacturing Practices (GMP), Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), dan pengetahuan tentang MRA di tingkat ASEAN. Kegiatan tersebut dilakukan melalui kunjungan ke pelaku usaha dan industri pangan olahan di daerah Lampung, Lombok (Nusa Tenggara Barat), Manado (Sulawesi Utara), Padang (Sumatera Barat) dan Jambi. Pemilihan produk ditetapkan berdasarkan pertimbangan tingkat resiko (dipilih produk yang memiliki tingkat resiko dalam hal tingkat keamanan pangan) dan pangsanya dalam perdagangan ASEAN (ekspor dan impor). Sedangkan pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan wilayah yang menjadi basis produksi produk yang dipilih.

Berdasarkan hasil identifikasi, dapat disimpulkan bahwa perlu lebih banyak dilakukan sosialisasi dan pembinaan dalam rangka penerapan regulasi teknis yang ada, Food Hygiene, GMP, HACCP dan perjanjian pengakuan MRA di tingkat ASEAN maupun perjanjian internasional lainnya di kalangan industri-industri tersebut. Kegiatan identifikasi ini dilaksanakan sebagai lanjutan dari kegiatan identifikasi tahun 2011 melalui kunjungan ke daerah-daerah yang belum dikunjungi.

Rumusan harmonisasi standar yang kedua adalah rumusan identifikasi kesenjangan standar untuk produk dalam kemasan (biskuit) terhadap

(29)

LAK 2012 |Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen 22

pemenuhan harmonisasi standar di tingkat internasional. Pertimbangan pemilihan produk biskuit dikarenakan pemanfaatan kapasitas produksi industri biskuit sudah hampir optimal dan terus berkembang serta selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Industri yang diidentifikasi tersebar di Medan (Sumatera Utara), Surabaya (Jawa Timur), Palembang (Sumatera Selatan) dan Makassar (Sulawesi Selatan), yang merupakan wilayah utama penghasil produk biskuit.

Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh data bahwa sebagian industri belum memandang perlu pentingnya pemenuhan standar dalam suatu produksi. Produsen cenderung hanya memenuhi persyaratan standar yang ditentukan oleh buyer.

Capaian target untuk tahun 2012 berbanding lurus dengan capaian di tahun 2011 yang juga telah mencapai target 100%, dengan terpenuhinya penyusunan 2 rumusan di tahun 2011, yaitu Rumusan identifikasi produk pangan olahan dalam menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) dan rumusan identifikasi produk kelapa sawit dan turunannya melalui perbandingan standar nasional dan standar internasional.

Rumusan harmonisasi standar ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan, apakah suatu produk akan diusulkan dalam daftar produk yang akan diharmonisasikan atau tidak. Untuk produk dengan kualitas spesifikasi teknis yang lebih baik dibandingkan standar nasional atau internasional, tentunya mempunyai potensi untuk dipasarkan di pasar internasional dan sebaiknya direkomendasikan untuk diusulkan dalam kerjasama dimaksud. Sebalikhya untuk produk dengan kualitas spesifikasi teknis yang lebih rendah dibandingkan standar nasional atau internasional maka harus dilakukan pembenahan internal terlebih dahulu sehingga dapat disejajarkan bahkan ditingkatkan kualitasnya sebelum diusulkan dalam perjanjian harmonisasi standar dan peraturan teknis.

Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Penguatan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Perdagangan dan Penegakan Hukum

Indikator Kinerja capaian

2011

Tahun 2012

Target Capaian %

Persentase tindak lanjut hasil pengawasan

barang beredar 41 persen 50 persen 50 persen 100

Akumulasi jenis Barang beredar ber-SNI

wajib yang diawasi (notifikasi WTO) 20 jenis 28 jenis 28 jenis 100

Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa

Sasaran 2.1.1

Meningkatnya efektifitas pengawasan barang dan jasa

Tujuan 2.1

Gambar

Gambar 1. Diagram Keterkaitan Misi Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen dengan Tujuan  Kementerian Perdagangan
Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan  Konsumen Tahun 2012
Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Pengembangan Standardisasi di Bidang Perdagangan
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Penguatan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Perdagangan  dan Penegakan Hukum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Pintrich, 2003, Santrock, 2007, Brophy 2004). mahasiswa yang memiliki

Getaran pada kapal dapat diklasifikasikan menjadi getaran global dan getaran lokal. Getaran global terjadi karena adanya resonansi global [1]. Resonansi global

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan buku ajar berbasis pemaknaan, menganalisis peran buku ajar berbasis pemaknaan

Majmu’ merupakan khazanah terbesar (Fikih Induk) dalam bidang fikih Islam yang isinya menjelaskan konsep-konsep dasar, hukum-hukum Islam, dan etika dalam

Dari hasil penelitian mengenai hubungan terpaan pesan persuasif Nusatrip di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Pinterest) dan persepsi kualitas website

 Namun pengamat tidak bisa mencatat burung yang di luar waktu dan jarak yang di tentukan..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan bungkil biji kapuk dan sekam padi yang memiliki kadar air, kadar abu, kadar karbon, dan nilai kalor sesuai

Untuk pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah maka pembinanya adalah gubernur/bupati/walikota yang memiliki tugas untuk melakukan pembinaan,