2020
LAPORAN KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA
http://ditjenpktn.kemendag.go.id
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 i KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas bimbingan dan izin- Nya, Laporan Kinerja (Lapkin) Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN) Tahun 2020 dapat diselesaikan pada waktunya. Laporan ini disusun sebagai wujud penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dalam rangka pemantauan atas kinerja dan program yang dilaksanakan selama satu tahun. Setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Perdagangan berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga. Lapkin juga dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja kementerian dan unit organisasi dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan, sasaran dan target organisasi.
Lapkin disusun dengan format mengacu pada Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan Kementerian Perdagangan dengan menggunakan Rencana Strategis 2020-2024. Lapkin ini berisi uraian capaian target-target indikator kinerja Ditjen PKTN dalam mewujudkan sasaran program yang telah ditetapkan yaitu Meningkatnya Konsumen Berdaya dan Pelaku Usaha yang Bertanggungjawab.
Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada para direktur di lingkungan Ditjen PKTN atas kerja samanya dalam pengumpulan bahan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap pegawai pada Ditjen PKTN, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tahunan ini yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan pada laporan ini. Oleh karena itu, masukan dan saran yang bersifat membangun dapat menjadi perbaikan kinerja dan kemajuan organisasi kedepannya. Akhirnya, laporan triwulan ketiga ini diharapkan bisa memberi gambaran yang jelas atas pelaksanaan kegiatan, memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja, serta sebagai salah satu alat evaluasi kinerja Ditjen PKTN.
Jakarta, Maret 2021 Direktur Jenderal
Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
Veri Anggrijono
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 ii
Daftar Isi
Daftar Isi ... ii
Daftar Tabel ... iv
Daftar Gambar ... vi
RINGKASAN EKSEKUTIF ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II AKUNTABILITAS KINERJA ... 4
A. Capaian Kinerja ... 4
Sasaran Meningkatnya Konsumen Berdaya dan Pelaku Usaha Yang Bertanggungjawab 4 Indikator Kinerja Program (IKP) 1: Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) ... 4
A) Meningkatnya Pemahaman Terkait Perlindungan Konsumen ... 9
B) Meningkatnya Peran Serta Masyarakat dalam Menyuarakan Aspirasi dan Memperjuangkan Hak Konsumen ... 12
C) Meningkatnya Penyelesaian Pengaduan Konsumen ... 13
D) Meningkatnya badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Yang Aktif ... 14
Indikator Kinerja Program (IKP) 2: Indeks Tertib Ukur ... 15
A) Meningkatnya Penegakan Hukum di Bidang Kemetrologian ... 19
B) Meningkatnya Pemahaman Masyarakat di Bidang Kemetrologian ... 22
C) Meningkatnya Kinerja Daerah di Bidang Kemetrologian ... 27
D) Meningkatnya Keberterimaan dan Jaminan Hasil Pengukuran Tingkat Nasional dan Internasional ... 32
E) Meningkatnya Kinerja Direktorat Metrologi Yang Bersih, Akuntabel, dan Profesional ... 45
Indikator Kinerja Program (IKP) 3: Indeks Tertib Mutu ... 45
A) Meningkatnya Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Bidang Perlindungan Konsumen ... 63
B) Meningkatnya Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen ... 65
C) Meningkatnya Kualitas SDM Pengawasan Bidang Perlindungan Konsumen ... 67
Indikator Kinerja Program (IKP) 4: Indeks Kendali Mutu ... 71
A) Meningkatnya Penerapan Standar / Persyaratan Teknis ... 76
B) Meningkatnya Kualitas Lembaga Penilaian Kesesuaian ... 80
C) Meningkatnya Efektifitas Kerjasama dan Informasi Terkait Mutu / Persyaratan Teknis ... 82
D) Meningkatnya Kualitas Layanan Publik Terkait Pengendalian Mutu ... 96
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 iii
Indikator Kinerja Program (IKP) 5: Indeks Tertib Niaga ... 98
A) Meningkatnya Pengawasan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Perdagangan ... 104
B) Meningkatnya Penegakan Hukum di Bidang Perdagangan ... 108
C) Meningkatnya Kualitas SDM Pengawasan Bidang Perdagangan ... 111
Program Dukungan Manajemen ... 116
A) FGD Rencana Strategis Ditjen PKTN Tahun 2020 – 2024 ... 117
B) Pembangunan Zona Integritas menuju WTA ZI di lingkungan Ditjen PKTN ... 118
B. Realisasi Anggaran ... 119
BAB III PENUTUP ... 123
LAMPIRAN ... 124 A. Bagan Struktur Organisasi
B. Dokumen Perjanjian Kinerja
C. Formulir Pengukuran Pencapaian Kinerja
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 iv
Daftar Tabel
Tabel 1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Ditjen PKTN Tahun 2020 ... ix
Tabel 2 Indeks Keberdayaan Konsumen ... 4
Tabel 3 Pembobotan dalam Dimensi Indeks Keberdayaan Konsumen ... 6
Tabel 4 Variabel dan Unsur Penelitian Indeks Keberdayaan Konsumen ... 7
Tabel 5 IKK Indonesia Tahun 2020 Berdasarkan Dimensinya ... 8
Tabel 6 Nilai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) ... 8
Tabel 7 Pelayanan Pengaduan Konsumen ... 13
Tabel 8 Indeks Tertib Ukur ... 15
Tabel 9 Kesesuaian BDKT 2020 ... 17
Tabel 10 Capaian BDKT yang Diawasi Bidang PHBOK Direktorat Metrologi Tahun 2020 ... 21
Tabel 11 Kegiatan Webinar yang Dilaksanakan oleh Direktorat Metrologi Tahun 2020 ... 24
Tabel 12 Pasar Tertib Ukur yang Ditetapkan pada Tahun 2020 ... 29
Tabel 13 Data Layanan Verifikasi Standar Ukuran (Internal) ... 33
Tabel 14 Pemenuhan syarat rekomendasi OIML ... 34
Tabel 15 Indeks Tertib Mutu ... 45
Tabel 16 Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa s/d Bulan Desember 2020... 49
Tabel 17 Hasil Pengawasan Jasa s/d bulan Desember Tahun 2020 ... 54
Tabel 18 Hasil Pengawasan Jasa s/d bulan Desember Tahun 2020 ... 59
Tabel 19 Rekapitulasi Laporan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa s.d bulan Desember Tahun 2020 ... 64
Tabel 20 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Pengawasan yang Dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan s.d. Desember 2020 ... 64
Tabel 21 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan s.d. bulan Desember 2020 ... 66
Tabel 22 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Pemenuhan Kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK s.d. Desember 2020 ... 68
Tabel 23 Rekapitulasi PPBJ dan PPNS-PK yang Aktif Melakukan Pengawasan s.d. bulan Desember 2020 ... 69
Tabel 24 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase SDM Pengawasan Bidang Perdagangan yang Aktif s.d. bulan Desember 2020 ... 70
Tabel 25 Indeks Kendali Mutu ... 71
Tabel 26 Target, Realisasi dan Capaian Persentase Produk yang Memenuhi Parameter SNI/Persyaratan Teknis... 77
Tabel 27 Hasil Pelaksanaan Uji Kompetensi ... 81
Tabel 28 Indeks Tertib Niaga ... 98
Tabel 29 Target Sasaran Strategis Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Rencana Strategis Tahun 2020-2024 ... 99
Tabel 30 Matriks Rekapitulasi Pelaku Usaha Kegiatan Perdagangan yang Diawasi Tahun 2020 ... 101
Tabel 31 Rekapitulasi Pengawasan Post Border per BPTN Tahun 2020 ... 102
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 v
Tabel 32 Matriks Rekapitulasi Laporan Pengawasan Kegiatan Perdagangan Tahun 2020 ... 105
Tabel 33 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Pengawasan yang Dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan Tahun 2020 ... 105
Tabel 34 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Dugaan Pelanggaran (Siap Inspeksi) yang Diperiksa Tahun 2020 ... 107
Tabel 35 Matriks Rekapitulasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Tahun 2020 ... 109
Tabel 36 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Bidang Perdagangan yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan Tahun 2020 .. 110
Tabel 37 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Pemenuhan Kebutuhan SDM Pengawasan Bidang Perdagangan Tahun 2020 ... 112
Tabel 38 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase SDM Pengawasan Bidang Perdagangan yang Aktif Tahun 2020 ... 113
Tabel 39 Rekapitulasi Pendaftaran Barang K3L Menurut Ruang Lingkup Tahun 2020 ... 114
Tabel 40 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Jumlah Layanan Pendaftaran Barang K3L Tahun 2020 ... 115
Tabel 41 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah SLA (Layanan Pendaftaran Barang K3L) Tahun 2020 ... 115
Tabel 42 Capaian Kinerja dibandingkan dengan Target ... 116
Tabel 43 Capaian Kinerja dibandingkan dengan tahun sebelumnya ... 116
Tabel 44 Pagu dan Target Anggaran Kementerian Perdagangan T.A. 2020 Menurut Program ... 119
Tabel 45 Capaian Kinerja Anggaran Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Menurut Kegiatan Tahun 2020 ... 121
Tabel 46 Kinerja Realisasi Anggaran Kementerian Perdagangan MenurutJenis Belanja Januari - Desember 2020 ... 121
Tabel 47 Tingkat Efisiensi Anggaran Ditjen PKTN Berdasarkan IKP Tahun 2020 ... 122
Tabel 48 Tingkat Efisiensi Anggaran Ditjen PKTN Berdasarkan Program Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Tahun 2020 ... 122
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 vi
Daftar Gambar
Gambar 1 Unit Eselon II Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga ... 2
Gambar 2 Strategi Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga ... 3
Gambar 3 Pembahasan penyusunan kebijakan ... 10
Gambar 4 Peringatan Harkonas 2020 ... 11
Gambar 5 Audiensi YLKI ... 12
Gambar 6 3rd ACCP Online Meeting ... 14
Gambar 7 Pembinaan SDM BPSK ... 15
Gambar 8 Kesesuaian UTTP Terhadap Ketentuan Yang Berlaku ... 17
Gambar 9 Grafik Perbandingan Capaian UTTP dan BDKT Sesuai Ketentuan Direktorat Metrologi 2019-2020 ... 18
Gambar 10 Kegiatan Berkas Perkara Penyelesaian Penegakkan Hukum di Provinsi Bali ... 20
Gambar 11 Sebaran Kegiatan Pengawasan Kemetrologian sampai dengan Triwulan III tahun 2020 ... 20
Gambar 12 Pengawasan UTTP oleh Pengawas Kemetrologian Direktorat Metrologi ... 21
Gambar 13 Pengawasan BDKT oleh Pengawas Kemetrologian Direktorat Metrologi ... 22
Gambar 14 Model Konseptual Indeks Pemahaman Masyarakat Terhadap Metrologi Legal ... 23
Gambar 15 Tahapan penilaian Daerah Tertib Ukur ... 27
Gambar 16 Hasil Penilaian Daerah Tertib Ukur Tahun 2020 terhadap 509 Kab/Kota... 28
Gambar 17 Data Layanan Verifikasi Standar Ukuran (Internal) ... 34
Gambar 18 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Layanan Pengujian Standar Ukuran ... 34
Gambar 19 Layanan Verifikasi Standar Ukuran kepada UML dan Pihak Ketiga Lainnya ... 35
Gambar 20 Capaian Layanan Verifikasi Standar Ukuran UML oleh BSML pada Tahun 2020 ... 36
Gambar 21 Kegiatan Layanan Verifikasi Standar Ukuran UML oleh BSML ... 36
Gambar 22 Pembahasan Draft Rancangan Undang-Undang tentang Metrologi dengan Dirjen PKTN dan Kepala BPPP ... 39
Gambar 23 Perizinan Tipe dan Perizinan Tanda Pabrik pada tahun 2020 ... 41
Gambar 24 Jumlah Pelayanan Pengujian UTTP dan Tera/Tera Ulang UTTP Penanganan Khusus Tahun 2020 ... 42
Gambar 25 Contoh UTTP Penanganan Khusus yang Diuji di Direktorat Metrologi ... 42
Gambar 26 Penerapan Protokol Kesehatan di Unit pelayanan Terpadu Perdagangan (UPTP) IV Direktorat Metrologi ... 43
Gambar 27 Partisipasi Aktif Direktorat Metrologi dalam Forum metrologi Internasional ... 44
Gambar 28 Penganugerahan ZI tahun 2020 ... 45
Gambar 29 Pengawasan Jasa di Tangerang Selatan ... 55
Gambar 30 Pengawasan Jasa di Bandung ... 56
Gambar 31 Pengawasan Platform Digital Layanan Jasa Kesehatan Dan Akomodasi ... 59
Gambar 32 Pengawasan Jasa Digital ... 61
Gambar 33 Pengawasan Barang secara online di Marketplace... 62
Gambar 34 Proses Pengamanan Terhadap Barang yang tidak sesuai Ketentuan ... 66
Gambar 35 Pelaksanaan Pelatihan PPBJ Tahun 2020 ... 68
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 vii Gambar 36 Pengambilan contoh dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemantauan mutu Bokor di
daerah sentra produksi ... 73
Gambar 37 Hasil pelaksanaan monitoring kinerja LPK melalui penyebaran kuisioner secara daring ... 74
Gambar 38 Persiapan Sampel Uji Profisiesi dan Pemaparan program kegiatan Uji Profisiensi secara online ... 75
Gambar 39 Pemetaan Pasar Rakyat di Provinsi Jawa Barat ... 76
Gambar 40 Penyerahan Sertifikat SNI Pasar Rakyat oleh Menteri Perdagangan ... 77
Gambar 41 Pelaksanaan Pengawasan Berkala Mutu Bokar SIR Secara Virtual ... 79
Gambar 42 Perbandingan Jumlah Temuan hasil Pengawasan Berkala Mutu Bokar SIR pertahun ... 79
Gambar 43 Target, Realisasi dan Capaian IKK Sasaran Kegiatan Meningkatnya Kualitas Lembaga Penilaian Kesesuaian ... 80
Gambar 44 Target, Realisasi dan Capaian IKK Sasaran Kegiatan Meningkatnya Efektifitas Kerjasama dan Informasi Terkait Mutu / Persyaratan Teknis ... 82
Gambar 45 Kegiatan Komnas Codex 2020 ... 90
Gambar 46 Kegiatan FGD CCFICS ... 91
Gambar 47 Aplikasi INATRIMS dalam versi SS Android ... 95
Gambar 48 Sistem Keanggotaan/membership INATRIMS ... 95
Gambar 49 Tautan link antar website ... 95
Gambar 50 Pembahasan Pengelolaan Website INATRIMS ... 96
Gambar 51 Target, Realisasi dan Capaian IKK Saran Kegiatan Meningkatnya Kualitas Layanan Publik Terkait Pengendalian Mutu ... 97
Gambar 52 Indeks Kepuasan Total Tahun 2016 - 2020 ... 98
Gambar 53 Pengawasan Kegiatan Perdagangan ... 101
Gambar 54 Pelaksanaan Pengawasan Post Border ... 107
Gambar 55 Pemusnahan Dalam Rangka Penegakan Hukum Perdagangan ... 110
Gambar 56 Pelaksanaan Pelatihan PPNS-DAG Tahun 2020 ... 111
Gambar 57 Pelaksanaan FGD Rencana Startegis Ditjen PKTN ... 117
Gambar 58 Rangkaian Pembahasan PMPRB dan PMPZI ... 118
Gambar 59 Penghargaan Juara Umum WTA Tahun 2020 ... 119
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Berdasarkan dokumen Perjanjian Kinerja Terbaru Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga kepada Menteri Perdagangan Tahun 2020 di bulan Juni Nomor:
01/PKTN/PK/06/2020 memiliki sasaran program yaitu Meningkatnya Konsumen Berdaya dan Pelaku Usaha yang Bertanggungjawab. Pencapaian sasaran program tersebut diukur dengan 5 (lima) indikator kinerja program (IKP) Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN), antara lain: IKP1: Indeks Keberdayaan Konsumen; IKP2: Indeks Tertib Ukur; IKP3: Indeks Tertib Mutu; IKP4: Indeks Kendali Mutu; IKP5: Indeks Tertib Niaga. Secara ringkas hasil pengukuran indikator kinerja program Ditjen PKTN pada Tahun 2020, sebagai berikut:
1. IKP1: Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK), tahun 2020 diperoleh sebesar 49,07 atau mencapai 116,83% dari target yang telah ditetapkan. Dengan pencapaian tersebut nilai IKK Indonesia saat ini masih dalam kategori “Mampu” dengan rentang nilainya antara 40,1 – 60.
Dari Target pelaksanaan survey di 34 (tiga puluh empat) propinsi dengan responden pada penelitian ini sebesar 150 responden per provinsi, didapatkan nilai IKK tertinggi adalah di Provinsi Jawa Barat (51,95) dan nilai IKK terendah adalah di Provinsi Papua (45,63).
2. IKP2: Indeks Tertib Ukur, berdasarkan capaian kesesuaian UTTP dan BDKT tersebut diperoleh nilai Indeks Tertib Ukur (ITU) sebesar 59,57 atau mencapai 108,31%, angka tersebut melebihi target tahun 2020 yaitu sebesar 55. Capaian indeks tertib ukur, UTTP dan BDKT sesuai ketentuan mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan penurunan kinerja tera dan tera ulang akibat dari sempat terhentinya pelayanan tera dan tera ulang di beberapa daerah dan juga terhambatnya kegiatan pengawasan kemetrologian dampak pandemi Covid 19.
3. IKP3: Indeks Tertib Mutu, diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja yaitu Persentase barang beredar yang diawasi sesuai ketentuan dan Persentase jasa yang diawasi sesuai ketentuan.
Dari kedua indikator tersebut didapatkan realisasi Indeks Tertib Mutu sebesar 39,48 atau mencapai 109,66% dari target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 36. Kelompok produk yang dilakukan pengawasan yaitu terdiri atas produk logam, mesin, elektronika, hasil pertanian, kimia dan aneka. Sedangkan jasa diantaranya jasa pendidikan (bimbingan belajar), jasa perparkiran, jasa pengiriman, jasa perdagangan ritel, jasa perdagangan property, jasa biro perjalanan wisata, umroh, haji khusus, jasa perhotelan, jasa kecantikan, jasa forwarder, jasa perusahaan pelayaran, dan jasa agen distribusi alat kesehatan.
4. IKP4: Indeks Kendali Mutu, capaian indeks kendali mutu dapat dilihat dari indikator Persentase Eksportir yang tertelusur mutunya, Persentase LSPro yang memenuhi ketentuan dan Persentase Laboratorium Pengujian BPSMB yang nilai uji profisiensinya memuaskan.
Pada akhir tahun 2020 didapatkan realisasi indeks kendali mutu sebesar 58,20 dengan capaian 126,53% dari target yang ditetapkan pada tahun 2020 sebesar 46.
5. IKP5: Indeks Tertib Niaga, tahun 2020 telah terealisasi Persentase Ketaatan Pelaku Usaha dalam Tertib Niaga sebesar 51,33% dan Persentase PIB Post Border Sesuai Ketentuan sebesar 60,55%. Dengan demikian, realisasi Indeks Tertib Niaga sebesar 53,64 atau mencapai 105,17% dari target yang telah ditetapkan.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 ix Penetapan sasaran terwujudnya konsumen berdaya dan pelaku usaha yang bertanggung
jawab adalah untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya serta menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga meningkatkan kualitas barang/jasa di pasar dalam negeri. Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan pencapaian sasaran ini adalah Indeks Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (IPKTN).
Indeks Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (IPKTN) merupakan indeks komposit yang mengukur tingkat pemahaman dan kemampuan konsumen dalam menerapkan hak dan kewajibannya dalam interaksinya di pasar serta tingkat tanggung jawab pelaku usaha dalam pemenuhan tertib ukur, tertib mutu dan tertib niaga. Komponen indeks terdiri dari Indeks Keberdayaan Konsumen, Indeks Tertib Ukur, Indeks Tertib Mutu, dan Indeks Tertib Niaga.
Adapun nilai IPKTN tersebut tahun 2020 terealisasi sebesar 50,93 atau mencapai 113,18% dari target yang telah ditetapkan.
Realisasi dan capaian kinerja Ditjen PKTN Tahun 2020 disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Sasaran dan Indikator Kinerja Program Ditjen PKTN Tahun 2020
No Sasaran Program Indikator Kinerja Program (IKP)
TARGET 2020
TAHUN 2020 Prediksi
Capaian (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Meningkatnya
Konsumen Berdaya dan Pelaku Usaha yang Bertanggungjawab
1. Indeks Keberdayaan
Konsumen 42 100 49,07 116,83
2. Indeks Tertib Ukur 55 100 59,57 108,31 3. Indeks Tertib Mutu 36 100 39,48 109,66 4. Indeks Kendali Mutu 46 100 58,20 126,53 5. Indeks Tertib Niaga 51 100 53,64 105,17 Indeks Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (IPKTN) 45 100 50,93 113,18 Sumber: Ditjen PKTN (diolah)
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN) sebagai instansi pemerintah dan unsur penyelenggara negara wajib untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi, serta peranannya dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan. Sebagaimana diamanatkan dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perdagangan dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga yang merupakan salah satu unit kerja pemerintah yang berada di lingkungan Kementerian Perdagangan pada tahun 2017 telah melakukan penyusunan Laporan Kinerja.
Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2020 Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga tersebut dimaksudkan sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas keberhasilan pencapaian perjanjian kinerja yang diperjanjikan. Selain itu laporan kinerja diharapkan dapat menjadi tolak ukur atau umpan balik untuk perbaikan terus menerus kinerja Unit Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan, dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan konsumen, standardisasi perdagangan dan pengendalian mutu barang, tertib ukur, dan pengawasan barang beredar dan/atau jasa di pasar, serta pengawasan kegiatan perdagangan.
Adapun susunan organisasi Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga;
2. Direktorat Pemberdayaan Konsumen;
3. Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu;
4. Direktorat Metrologi;
5. Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa; dan 6. Direktorat Tertib Niaga.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 2 Gambar 1 Unit Eselon II Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
Sekretariat Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga mempunyai tugas melakukan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal. Direktorat Pemberdayaan Konsumen mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan konsumen. Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang standardisasi dan pengendalian mutu. Direktorat Metrologi mempunyai tugas melaksanakan perumusan, pelaksanaan dan pengendalian kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang metrologi legal. Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan barang beredar dan jasa. Direktorat Tertib Niaga mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang tertib niaga.
Upaya perlindungan konsumen dan tertib niaga dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi serta meningkatkan konsumsi. Peningkatan pelaku usaha yang bertanggung jawab juga mewujudkan iklim usaha yang berkeadilan (fair trade), etos kerja masyarakat yang berintegritas serta interaksi sosial yang sesuai dengan budaya dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Selain itu, dari prioritas nasional penguatan ekonomi, Kementerian Perdagangan mengemban arah kebijakan untuk meningkatkan nilai tambah lapangan kerja dan investasi di sektor riil dan
DITJEN PKTN
Dit. Pemberdayaan Konsumen Dit. Standardisasi dan Pengendalian Mutu Dit. Metrologi Dit. Pengawasan BBJ Dit. Tertib Niaga
Sekretariat Ditjen PKTN
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 3 industrialisasi. Untuk mendukung arah kebijakan Kementerian Perdagangan yang berkaitan
langsung dengan Ditjen PKTN, yaitu:
1. Peningkatan pemberdayaan konsumen melalui edukasi dan perlindungan hak konsumen Dalam mendukung arah kebijakan peningkatan perlindungan konsumen, maka strategi yang diperlukan adalah dengan meningkatkan edukasi konsumen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan perlindungan konsumen. Pelaksanaan strategi tersebut dilakukan antara lain melalui: (i) Penguatan regulasi pro-konsumen; (ii) Peningkatan edukasi konsumen untuk mendorong konsumsi produk yang sesuai ketentuan dan penggunaan produk lokal yang berkelanjutan; (iii) Penyediaan sarana informasi yang responsif untuk ruang konsultasi konsumen; (iv) Penguatan kapasitas kelembagaan perlindungan konsumen
2. Peningkatan pelaku usaha yang bertanggung jawab melalui penerapan tertib niaga, tertib mutu, dan tertib ukur
Dalam rangka mendukung arah kebijakan peningkatan tertib niaga, maka strategi yang diperlukan adalah dengan meningkatkan edukasi pelaku usaha dalam kegiatan perdagangan, serta meningkatkan pengawasan kegiatan perdagangan dan kepastian penegakan hukum. Pelaksanaan strategi tersebut dilakukan antara lain melalui: (i) Peningkatan edukasi pelaku usaha dalam kegiatan perdagangan; (ii) Peningkatan pendaftaran barang/jasa sebagai upaya perlindungan konsumen; (iii) Peningkatan standardisasi dan pengendalian mutu barang/jasa beredar; (iv) Peningkatan layanan metrologi dan kesesuaian kuantitas barang/jasa yang dijual; (v) Peningkatan pengawasan dan kepastian penegakan hukum.
Strategi perlindungan konsumen dan tertib niaga dapat dilihat berdasarkan gambar berikut ini.
Gambar 2 Strategi Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 4
BAB II
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja
Pada bagian ini dilakukan pembahasan capaian kinerja Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN) selama 1 (satu) tahun dalam rangka mewujudkan sasaran Meningkatnya Konsumen Berdaya dan Pelaku Usaha yang Bertanggungjawab.
Pembahasan capaian kerja yang tertuang pada Perjanjian Kinerja Dirjen PKTN kepada Menteri Perdagangan Tahun 2020 Nomor 01/PKTN/PK/06/2020, mencakup 5 (lima) Indikator Kinerja Program yaitu: (i) Indeks Keberdayaan Konsumen; (ii) Indeks Tertib Ukur;
(iii) Indeks Tertib Mutu; (iv) Indeks Kendali Mutu; (v) Indeks Tertib Niaga.
Sasaran Meningkatnya Konsumen Berdaya dan Pelaku Usaha Yang Bertanggungjawab
Indikator Kinerja Program (IKP) 1: Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK)
Tabel 2 Indeks Keberdayaan Konsumen
INDIKATOR KINERJA STRATEGIS
TARGET 2020
TAHUN 2020 PREDIKSI
CAPAIAN (%)
REALISASI (%) CAPAIAN (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks Keberdayaan
Konsumen 42 100 49,07 116,83
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Konsumen, Ditjen PKTN (diolah)
Penyelenggaraan perlindungan konsumen dilakukan secara preventif dan represif.
Perlindungan konsumen secara preventif dilakukan sebelum konsumen mengalami kerugian atau menderita sakit akibat mengkonsumsi/ menggunakan barang dan/ atau jasa melalui berbagai bentuk edukasi konsumen. Sementara itu upaya perlindungan konsumen secara represif dilakukan setelah konsumen mengalami kerugian atau menderita sakit akibat mengkonsumsi/ menggunakan barang dan/ atau jasa melalui jaminan kepastian hukum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, serta ketersediaan lembaga-lembaga perlindungan konsumen yang mudah diakses untuk mengadukan kerugian yang dialami.
Dari kedua upaya tersebut tentunya akan lebih baik apabila konsumen dapat dilindungi sebelum mengalami kerugian atau menderita sakit dengan perlindungan konsumen secara preventif. Untuk mewujudkannya maka keberdayaan konsumen masyarakat perlu
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 5 ditingkatkan melalui edukasi secara langsung kepada berbagai komunitas konsumen di
tempat-tempat yang strategis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mampu menggunakan hak dan kewajibannya sebagai konsumen dan menentukan pilihan terbaik bagi diri dan lingkungannya.
Indikator yang mengambarkan kondisi keberdayaan konsumen disebut Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK). Indeks Keberdayaan Konsumen merupakan indeks yang mengukur kesadaran, pemahaman dan kemampuan menerapkan hak dan kewajiban konsumen dalam berinteraksi dengan pasar. Nilai Indeks Keberdayaan Konsumen ini dinilai dapat dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan perlindungan konsumen guna meningkatkan pemberdayaan konsumen melalui berbagai upaya edukasi kepada konsumen sebagai langkah preventif terhadap ekses negatif.
Secara operasional Indeks Keberdayaan Konsumen diukur melalui tiga tahap keputusan pembelian yaitu sebelum pembelian, saat pembelian, dan pasca pembelian. Tahapan sebelum pembelian diukur dengan dua dimensi, yaitu pencarian informasi serta pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen. Sedangkan tahapan saat pembelian diukur dengan tiga dimensi, yaitu pemilihan produk, preferensi produk serta perilaku pembelian. Sementara tahapan pasca pembelian juga diukur dengan dua dimensi, yaitu kecenderungan untuk bicara dan perilaku komplain. Dengan demikian terdapat 7 dimensi yang digunakan untuk mengukur Indeks Keberdayaan Konsumen.
Responden pada penelitian ini sebesar 150 responden per provinsi, sehingga jenis sampel yang dipakai adalah Non Probability Sampling, dimana penentuan jumlah sampel tidak memperhitungkan kembali jumlah populasi pada setiap provinsi. Berkaitan dengan jumlah sampel di setiap provinsi yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan jangkauan kewilayahan (perkotaan dan perdesaan) dan dibandingkan dengan jumlah sektor perdagangan (16 sektor) yang harus dihimpun di setiap wilayah provinsi (perkotaan dan perdesaan), maka teknik penarikan sampel menggunakan teknik Sampling Aksidental (Accidental Sampling) dan dalam pelaksanaannya jumlah sampel ditingkatkan menjadi 200 responden per provinsi. Pada teknik ini, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu, melainkan data langsung dikumpulkan dari unit sampling yang ditemui.
Nilai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-masing unsur. Dalam perhitungan indeks keberdayaan konsumen terhadap jumlah unsur yang dikaji, setiap unsur memiliki penimbang yang sama. Bobot nilai rata-rata tertimbang diperoleh dari jumlah bobot dibagi dengan jumlah unsur, sama dengang 1 (satu) dibagi dengan jumlah unsur nya, didapat dengan rumus sebagai berikut:
Data dientri, dilakukan skoring terhadap item pertanyaan penelitian. Skor komposit setiap dimensi diperoleh dengan menghitung rata-rata skor indeks setiap item pertanyaan yang dianggap telah reliabel atau valid. Dengan demikian, diperoleh skor komposit untuk setiap dimensi keberdayaan konsumen dalam bentuk indeks. Untuk memperoleh nilai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang. Indeks
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 6 Keberdayaan Konumen (IKK) tertimbang diperoleh berdasarkan total dari nilai persepsi per
unsur dibagi dengan total unsur yang terisi di kali nilai, dengan rumus sebagai berikut:
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) yaitu antara 20-100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 20. Kuesioner dalam survey menggunakan skala 1-5, sehingga skor paling tinggi adalah 5.
Jika dikonversi ke skala 100 maka 100 di bagi 5 (100/5) sehingga didapat angka 20.
Sehingga Indeks keberdayaan konsumen (IKK) dikali 20 dengan rumus sebagai berikut:
Data yang telah masuk kemudian dianalisa secara manual maupun dengan menggunakan software statistik SPSS. Pengolahan data akan menghasilkan output Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK).
Survei Keberdayaan Konsumen dilakukan dengan menggunakan variabel survei yang telah ditetapkan menyangkut seluruh aspek mengenai keberdayaan konsumen dan dimensinya berdasarkan wilayah, demografi, aspek sosial dan ekonomi. Variabel utama dilihat dari segala upaya untuk memberi perlindungan kepada konsumen, yaitu mencakup 3 (tiga) tahapan pembelian, mulai dari pra pembelian, saat pembelian, dan pasca pembelian.
Dimensi dari masing-masing tahapan pembelian dirinci dalam tabel berikut.
Tabel 3 Pembobotan dalam Dimensi Indeks Keberdayaan Konsumen
Tahap Pembelian Dimensi Pembobotan
Pra Pembelian - Pencarian Informasi
- Pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen
- 20%
- 5%
Saat Pembelian - Pemilihan barang dan jasa - Preferensi barang dan jasa - Perilaku Pembeli
- 10%
- 5%
- 15%
Pasca Pembelian - Kecenderungan untuk bicara - Perilaku Komplain
- 20%
- 25%
Sumber: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen; Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen, Laporan Akhir Analisis Kelompok Konsumen (Consumer Group) Dalam Upaya Peningkatan Pemberdayaan Konsumen Tahun 2016, Laporan Akhir Analisis Optimalisasi Perlindungan Konsumen di Indonesia Tahun 2016, dan koreksi dari PPK/PPTK
Dimensi masing-masing tahapan pembelian tersebut telah dikembangkan menjadi variabel atau unsur sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan. Jumlah variabel yang digunakan pada survei sebelumnya sebanyak 7 (tujuh) variabel, dimana variabel tersebut dirasa masih bersifat umum sehingga kurang spesifik untuk menjangkau ukuran keberdayaan konsumen.
Dengan demikian, variabel yang digunakan sebelumnya perlu dikembangkan lebih spesifik sesuai dengan ukuran keberdayaan konsumen agar dapat lebih mencerminkan ciri keberdayaan konsumen mulai dari tahap pra pembelian, saat pembelian, sampai pasca
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 7 pembelian. Pada tabel di bawah ini merupakan variabel atau unsur penelitian yang
digunakan.
Tabel 4 Variabel dan Unsur Penelitian Indeks Keberdayaan Konsumen
Sumber: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Analisis data
Berdasarkan hasil survei didapatkan Indeks pra pembelian adalah 44,95; Saat pembelian 59,61; dan pasca pembelian 37,70. Jika dibandingkan berdasarkan kategori wilayah, tingkat keberdayaan masyarakat di wilayah perkotaan cenderung lebih baik dibandingkan dengan pedesaan. Hal ini terlihat dari nilai indeks di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai indeks di wilayah perdesaan pada seluruh dimensi.
Pencarian Informasi Pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen
Pemilihan barang dan jasa
Preferensi barang dan jasa
Perilaku Pembeli Kecenderungan untuk bicara
Perilaku Komplain
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 8 Tabel 5 IKK Indonesia Tahun 2020 Berdasarkan Dimensinya
Sumber: Hasil Survey IKK Tahun 2020
Tingkat keberdayaan konsumen atau skor IKK dikelompokkan menjadi 5 (berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen) yaitu:
1. Sadar; mengenali hak dan kewajiban dasar sebagai konsumen (skor indeks 0,0 – 20,0).
2. Paham; memahami hak dan kewajiban sebagai konsumen untuk melindungi dirinya (skor indeks 20,1 – 40,0).
3. Mampu; mampu menggunakan hak dan kewajiban konsumen untuk menentukan pilihan terbaik termasuk menggunakan produk dalam negeri bagi diri dan lingkungannya (skor indeks 40,1 – 60,0).
4. Kritis; berperan aktif memperjuangkan hak dan melaksanakan kewajibannya serta mengutamakan produk dalam negeri (skor indeks 60,1 – 80,0).
5. Berdaya; memiliki nasionalisme tinggi dalam berinteraksi dengan pasar dan memperjuangkan kepentingan konsumen (skor indeks 80,1 – 100,0).
Tabel 6 Nilai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) Nilai Persepsi Skor Indeks Mutu Keberdayaan
Konsumen
1 0 – 20 E Sadar
2 20,1 – 40 D Paham
3 40,1 – 60 C Mampu
4 60,1 – 80 B Kritis
5 80,1 – 100 A Berdaya
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen
Hasil Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) Indonesia Tahun 2020 adalah 49,07 (Mampu) dengan pencapaian indeks seluruh Provinsi juga berada pada kategori Mampu dengan rentang nilai antara 40,1 – 60. Nilai IKK tertinggi adalah di Provinsi Jawa Barat (51,95) dan nilai IKK terendah adalah di Provinsi Papua (45,63). Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 42, capaian kinerja mencapai 116,83%.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 9 Nilai IKK Indonesia Tahun 2020 (49,07; Mampu) dibandingkan dengan IKK Indonesia Tahun
2019 (41,7; Mampu) mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Selain karena cakupan wilayah survei yang berbeda, hal ini juga dikarenakan kondisi perilaku konsumsi masyarakat saat ini sangat dipengaruhi oleh perubahan eksternal/lingkungan karena adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan masyarakat banyak melakukan pembelian secara online. Pembelian online memudahkan masyarakat untuk mencari informasi sebelum pembelian, seperti metode pembayaran, jaminan pengembalian barang cacat, jaminan uang kembali, dan jaminan kerusakan barang/garansi. Selain itu, pada pembelian online, konsumen dimudahkan untuk mencari harga, kualitas, pelayanan toko, dan brand/merek yang diinginkan. Pada pembelian online, hal yang sangat membedakan dari pembelian secara konvensional yaitu konsumen lebih mudah memberikan review kepuasan atau ketidakpuasan atas barang/jasa yang diterima.
IKK Indonesia Tahun 2020 masih sama dengan IKK Indonesia tahun sebelumnya yang berada pada kategori Mampu, dimana tahun ini IKK Indonesia belum mencapai kategori maksimal yaitu konsumen yang Kritis atau Berdaya.
Strategi peningkatan keberdayaan konsumen dilakukan dengan 2 (dua) langkah berikut:
1. Penyelenggaraan edukasi dan advokasi konsumen yang efektif.
Penyelenggaraan edukasi dan advokasi konsumen dilakukan melalui integrasi isu-isu perlindungan konsumen dalam pendidikan formal; dan mendorong terbentuknya komunitas/kelompok konsumen cerdas di sekolah menengah dan atas. Internalisasi isu perlindungan konsumen melalui jalur pendidikan akan difokuskan pada Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan keluarga. Dengan demikian, masyarakat dapat diperkenalkan dengan isu perlindungan konsumen di usia sedini mungkin dan lingkungan terkecil.
2. Penyediaan sistem informasi konsumen yang terintegrasi, handal, dan terpercaya.
Penyediaan sistem informasi dan media center konsumen bertujuan untuk mengatasi permasalahan asimetris informasi yang dapat mengurangi kemampuan konsumen untuk menjalankan hak dan kewajibannya. Penyediaan sistem informasi dan media center konsumen dilakukan melalui penyediaan sistem informasi terpadu perlindungan konsumen secara online yang akan mengintegrasikan seluruh informasi terkait perlindungan konsumen yang ada di Kementerian/Lembaga; dan penyebaran informasi perlindungan konsumen secara merata di tingkat Pusat dan Daerah dengan memanfaatkan sarana informasi yang dimiliki Kementerian Kominfo.
A) Meningkatnya Pemahaman Terkait Perlindungan Konsumen
1. Persentase Peningkatan Pemahaman Konsumen Pra Pembelian
Tahapan pra pembelian merupakan salah satu tahapan dalam pengukuran IKK, diukur dengan dua dimensi, yaitu pencarian informasi dengan bobot 20% serta pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen dengan bobot 5%.
Pada tahun 2020 nilai pemahaman konsumen pra pembelian mencapai 12,68, hasil tersebut didapatkan dari survey IKK dengan hasil pengukuran dimensi pencarian informasi sebesar 56,42 dan dimensi pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen sebesar 45,26. Dibandingkan dengan pemahaman konsumen pra pembelian pada tahun 2019 yang sebesar 9,85 peningkatan pemahaman konsumen pra pembelian tahun 2020 sebesar 2,83%.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 10 Rancangan kebijakan dan NSPK bidang perlindungan konsumen merupakan
perangkat peraturan perlindungan konsumen untuk meningkatkan perlindungan konsumen dan mewujudkan hak-hak konsumen. Tersediaannya informasi dan pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen dapat mendukung peningkatan pemahaman konsumen pra pembelian. Pada tahun 2020 rancangan dan NSPK yang disusun adalah:
a. Rancangan Perubahan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 302 Tahun 2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat;
b. Rancangan Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06 Tahun 2017 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;
c. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK);
d. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan;
e. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Penilaian Pemerintah Daerah Terbaik Peduli Perlindungan Konsumen.
Gambar 3 Pembahasan penyusunan kebijakan
2. Persentase Peningkatan Pemahaman Konsumen Saat Pembelian
Tahapan saat pembelian merupakan salah satu tahapan dalam pengukuran IKK, diukur dengan tiga dimensi, yaitu pemilihan barang dan jasa dengan bobot 10%, preferensi barang dan jasa dengan bobot 5% serta perilaku pembelian dengan bobot 15%. Pada tahun 2020 nilainya mencapai 18,95, hasil tersebut didapatkan dari survey IKK dengan hasil pengukuran dimensi pemilihan barang dan jasa dengan sebesar 68,77, preferensi barang dan jasa sebesar 69,31 serta perilaku pembelian sebesar 64,26. Dibandingkan dengan pemahaman konsumen saat pembelian pada tahun 2019 yang sebesar 17,13, persentase peningkatan pemahaman konsumen saat pembelian tahun 2020 sebesar 1,82%.
1. Edukasi konsumen
Upaya penyebarluasan informasi mengenai perlindungan konsumen dilakukan dengan pemberian edukasi kepada masyarakat luas. Edukasi dapat meningkatkan keberdayaan konsumen dan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pemilihan barang/jasa, preferensi barang/jasa dan perilaku pembelian, sehingga dapat mendukung peningkatan pemahaman konsumen saat pembelian. Jumlah konsumen yang teredukasi pada tahun 2020 tercatat sebanyak 13.591 orang melalui berbagai sosialisasi yaitu:
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 11 a. Penyuluhan perlindungan konsumen untuk Ibu PKK, kelompok organisasi
pemuda, tokoh masyarakat dan masyarakat, 410 orang;
b. Penyuluhan perlindungan konsumen untuk mahasiswa, 150 orang;
c. Penyuluhan perlindungan konsumen oleh LPKSM, 125 orang;
d. Seminar Online (webinar) dalam rangka Harkonas: Perlindungan Konsumen di Masa New Normal, 1.100 orang;
e. Seminar Online (webinar) dalam rangka Harkonas: Pembiayaan Leasing, 165 orang;
f. Virtual Run and Bike dalam rangka Harkonas, 2.195 orang;
g. Acara puncak Harkonas dengan jumlah peserta yang hadir langsung 200 orang, aplikasi zoom 246 orang dan viewers youtube 9.000 orang.
2. Edukasi pelaku usaha terkait perlindungan konsumen
Pembinaan kebijakan perlindungan konsumen bagi pelaku usaha dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman pelaku usaha dalam hal perlindungan konsumen sehingga pada akhirnya dapat mendukung peningkatan pemahaman konsumen saat pembelian. Tercatat sebanyak 240 pelaku usaha telah mengikuti pembinaan kebijakan perlindungan konsumen di tahun 2020.
3. Hari Konsumen Nasional.
Indonesia memperingati Hari Konsumen Nasional setiap tanggal 20 April yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh Kementerian Perdagangan.
Momentum Hari Konsumen Nasional diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap hak konsumen akan informasi yang benar, jelas dan jujur serta mampu menjadi agen perubahan dan penentu ekonomi nasional melalui gerakan konsumen cerdas, mandiri dan cinta produk dalam negeri serta dengan nasionalisme tinggi menggunakan produk dalam negeri sehingga pada akhirnya dapat meningkatan keberdayaan masyarakat yang tercermin dalam Indeks Keberdayaan Konsumen.
Namun kali ini peringatan Harkonas berbeda dengan tahu sebelumnya karena diadakan pada saat pandemi sehingga semua rangkaian kegiatan Harkonas dan peringatan harkonas diadakan secara virtual.
Gambar 4 Peringatan Harkonas 2020
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 12 B) Meningkatnya Peran Serta Masyarakat dalam Menyuarakan Aspirasi dan
Memperjuangkan Hak Konsumen
3. Persentase Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Yang Aktif
Persentase Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang aktif pada tahun 2020 sebesar 62,31%. Nilai tersebut didapat dari jumlah LPKSM yang menyelenggarakan kegiatan perlindungan konsumen yang pada tahun 2020 sejumlah 86 LPKSM dibandingkan dengan jumlah total LPKSM yang tercatat beraktifitas sejumlah 138 LPKSM. Kegiatan perlindungan konsumen yang diselenggarakan oleh LPKSM meliputi kegiatan monitoring evaluasi, korespondensi, koordinasi dan penyampaian laporan kegiatan ke Dinas Perdagangan Provinsi dan/atau Ditjen PKTN.
Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 60% maka capaian kinerja mencapai 103,85%.
LPKSM dinyatakan aktif apabila menyelenggarakan kegiatan perlindungan konsumen dan mengirimkan laporan kegiatan ke Dinas Perdagangan Provinsi dan/atau mengirimkan laporan ataupun surat pemberitahuan ke Ditjen PKTN.
Indikator ini dihitung dari jumlah LPKSM yang menyelenggarakan kegiatan perlindungan konsumen dibandingan dengan jumlah total LPKSM yang tercatat beraktifitas dan memiliki TDLPK.
Gambar 5 Audiensi YLKI
4. Persentase Pemahaman SDM LPKSM Teredukasi Terkait Standar Perlindungan Konsumen
Persentase pemahaman SDM Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) teredukasi terkait standar perlindungan konsumen pada tahun 2020 sebesar 70%. Nilai tersebut merupakan hasil dari penyebaran kuesioner kepada LPKSM yang tercatat pernah mengikuti Bimbingan Teknis SDM Bagi Anggota LPKSM periode 2016-2019. Pemahaman SDM LPKSM teredukasi terkait standar perlindungan konsumen diperoleh dari rata-rata skor penilaian kuesioner atas kedua dimensi dengan pembobotan 35% pencarian informasi dan 15% pengetahuan tentang hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha serta yang tergolong 6 parameter perlindungan konsumen.
Perhitungan persentase indikator dilakukan dengan metode ‘scoring’ yaitu menjumlahkan total nilai dari masing-masing responden hingga mendapatkan total nilai sebesar 1330. Total nilai tersebut kemudian dibagi dengan jumlah responden sebanyak 19 orang hingga mendapatkan angka persentase sebesar 70 persen.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 13 Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 50% maka
capaian kinerja mencapai 140%.
C) Meningkatnya Penyelesaian Pengaduan Konsumen 5. Persentase Penyelesaian Pengaduan Konsumen
Persentase penyelesaian pengaduan konsumen pada tahun 2020 adalah sebesar 93,12% yang merupakan pembagian antara jumlah pengaduan yang selesai sebanyak 867 aduan (aduan selesai 863 dan ditolak 4) dengan jumlah pengaduan yang diterima sebanyak 931 aduan. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 90% maka capaian kinerja mencapai 103,46%.
Peningkatan perlindungan konsumen dapat dilihat dari persentase penanganan pengaduan konsumen Indonesia yang berhasil ditindaklanjuti/ditangani. Layanan pengaduan konsumen terdiri dari pengaduan, pertanyaan, dan informasi yang dapat disampaikan melalui datang langsung, surat, email, whatsapp, SISWAS PK dan LAPOR.
Layanan pengaduan konsumen dari tanggal 1 Januari s.d 31 Desember 2020 yaitu 588 pengaduan, 154 pertanyaan dan 189 informasi, dengan total 931 aduan yang diterima dan telah diselesaikan sebanyak 863 aduan, 64 aduan dalam proses penanganan dan 4 aduan ditolak. Pengaduan terbanyak yang diterima meliputi sektor e-commerce, jasa keuangan dan properti.
Tabel 7 Pelayanan Pengaduan Konsumen
No. Sumber Pengaduan Pertanyaan Informasi Dalam
Proses Selesai Tolak Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Datang Langsung
7 - - - 6 1 7
2. Surat 2 - - - 2 - 2
3. Email 147 11 3 - 161 - 161
4. WA 386 11 5 51 348 3 402
5. SISWAS- PK
45 130 181 13 343 - 356
6. LAPOR 1 2 - - 3 - 3
JUMLAH 588 154 189 64 863 4 931
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Konsumen, Ditjen PKTN (diolah) 6. Tingkat Implementasi Online Dispute Resolution
Implementasi Online Dispute Resolution adalah proses membangun sebuah aplikasi bernama SIPENA yang akan digunakan untuk menyelesaikan sengketa secara online dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam arti bahwa proses penyelesaiannya dilakukan oleh para pihak yang berada dalam wilayah lintas batas negara (boderless) tanpa harus bertemu muka. Pembangunan aplikasi ini dibagi kedalam 5 tahapan setiap tahunnya dimulai dari tahun 2020 sampai dengan tahun
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 14 2024, dimana tahap pembangunan aplikasi di tahun pertama telah selesai
dilaksanakan dengan capaian sebesar 25%. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 20% maka capaian kinerja mencapai 125%.
Dalam rangka kerjasama di tingkat ASEAN, Direktorat Pemberdayaan Konsumen berpartisipasi aktif sebagai focal point untuk ACCP (ASEAN Committee on Consumer Protection). Direktorat Pemberdayaan Konsumen telah mengikuti 3 sidang online ACCP dengan agenda pembahasan terkait kegiatan perlindungan konsumen ASEAN di masa pandemi, pengembangan jaringan penyelesaian sengketa konsumen secara online (ASEAN Online Dispute Resolution Network / ODR), implementasi survey keberdayaan konsumen ASEAN (ASEAN Consumer Empowerment Index / ACEI), dan penilaian kinerja ACCP 5 tahunan dalam mengimplementasikan ASEAN Strategic Action Plan on Consumer Protection (ASAPCP Mid-Term Review). Selain sidang, terdapat beberapa online workshop yang diadakan oleh ACCP yaitu workshop studi kelayakan ASEAN ODR Network dan workshop pembahasan hasil ASAPCP Mid-Term Review beserta tindak lanjutnya.
Gambar 6 3rd ACCP Online Meeting
D) Meningkatnya badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Yang Aktif 7. Persentase BPSK Yang Aktif
Persentase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang aktif pada tahun 2020 dalah sebesar 49,20%. Persentase tersebut didapat dari jumlah BPSK yang menyampaikan laporan yaitu sebanyak 31 BPSK dibagi dengan jumlah BPSK yang dianggarkan beroperasional di tahun 2020 sebanyak 63 BPSK. Dibandingan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 50% maka capaian kinerja mencapai 98,4%.
BPSK yang telah memiliki Anggota BPSK dan Sekretariat BPSK, menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan peraturan perundang-ndangan yang berlaku (Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, dan lain sebagainya), serta menyampaikan laporan penanganan sengketa konsumen secara tahunan.
8. Persentase Pemahaman SDM BPSK Teredukasi Terkait Pelayanan BPSK
Persentase pemahaman SDM Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) teredukasi terkait pelayanan BPSK pada tahun 2020 dalah sebesar 100%. Persentase pemahaman tersebut berdasarkan anggota BPSK yang telah mengikuti Bimtek SDM Bagi Anggota BPSK dan telah lulus mengikuti ujian serta memperoleh Sertifikat Kelulusan. Indikator ini dihitung dari jumlah peserta bimtek anggota BPSK yang lulus
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 15 dibandingkan dengan jumlah peserta bimtek anggota BPSK, dari 33 orang yang
mengikuti Bimtek SDM Bagi Anggota BPSK di tahun 2020 seluruhnya lulus dan mendapatkan sertifikat. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 80% maka capaian kinerja mencapai 125%.
Bimbingan teknis bagi SDM BPSK dilaksanakan bekerja sama dengan Universitas Katholik Parahyangan Bandung. dengan peserta berjumlah 33 orang yang seluruhnya dinyatakan lulus merupakan wakil-wakil dari BPSK Kabupaten Aceh Utara, BPSK Kota Batam, BPSK Kabupaten Sumbawa, BPSK Kota Medan, BPSK Kota Pematangsiantar, BPSK Kabupaten Asahan, BPSK Kota Sibolga, BPSK Kabupaten Purwakarta, BPSK Kabupaten Sumedang, BPSK Kota Palembang, dan BPSK Kota Bekasi. Peningkatan kualitas SDM penyelenggara perlindungan konsumen dilakukan dengan memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman kepada anggota BPSK untuk menjalankan kegiatan penyelesaian sengketa berupa mediasi, konsiliasi dan arbritrase. Melalui kegiatan ini para peserta memperoleh pengetahuan yang bermanfaat dalam rangka pelaksanaan tugas sebagai Anggota BPSK sehingga dapat diterapkan di BPSK masing-masing.
Gambar 7 Pembinaan SDM BPSK
Indikator Kinerja Program (IKP) 2: Indeks Tertib Ukur
Tabel 8 Indeks Tertib Ukur
INDIKATOR KINERJA STRATEGIS
TARGET 2020
TAHUN 2020 PREDIKSI
CAPAIAN (%)
REALISASI (%) CAPAIAN (%)
(1) (2) (3) (4) (5)
Indeks Tertib Ukur 55 100 59,57 108,31
a. Persentase UTTP
sesuai ketentuan 60 100 61,59 102,65
b. Persentase BDKT sesuai ketentuan
45 100 55,2 122,67
Sumber: Direktorat Metrologi, Ditjen PKTN (diolah)
Perdagangan yang adil tercermin pada kondisi dimana konsumen memperoleh haknya secara penuh terhadap kesesuaian dalam pengukuran sesuai dengan harga yang telah
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 16 dibayarkan dan sebaliknya penjual tidak mengalami kerugian atas nilai harga barang yang
dijualnya. Jaminan kesesuaian hasil pengukuran diberikan melalui pemberian cap tanda tera sah yang berlaku terhadap Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) serta kesesuaian kuantitas dengan label yang tertera dari Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT). Indikator yang dapat menggambarkan kondisi tersebut adalah Indeks Tertib Ukur (ITU).
Indeks Tertib Ukur (ITU) adalah indeks yang mengukur pencapaian tertib ukur dengan indikator Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang beredar di masyarakat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Indeks Tertib Ukur digunakan sebagai Indikator Kinerja Program Direktorat Metrologi untuk periode tahun 2020-2024, dengan berdasarkan pada UTTP yang sesuai ketentuan dan BDKT yang sesuai ketentuan. Pendekatan dengan menggunakan hasil Pengawasan UTTP dan BDKT ini digunakan mengingat belum adanya nilai/angka potensi UTTP nasional yang cukup valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Angka Potensi UTTP nasional merupakan angka pembanding dalam indikator kinerja Direktorat Metrologi sebelumnya. Namun begitu belum semua kabupaten/kota dapat melakukan pendataan terhadap jumlah UTTP yang berada di wilayahnya dikarenakan kendala penyelenggaraan metrologi yang belum menyeluruh di tingkat nasional maupun kendala lainnya seperti kendala anggaran, infrastruktur, SDM dan sebagainya. Perhitungan indikator kinerja Direktorat Metrologi dengan menggunakan pendekatan pengawasan diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih real mengenai kondisi tertib ukur di Indonesia berdasarkan hasil temuan pengawasan UTTP dan BDKT langsung di lapangan.
Langkah awal dalam perhitungan Indeks Tertib Ukur adalah melakukan perencanaan dan perancangan sampling, perhitungan sampling pengawasan UTTP digunakan berdasarkan data jumlah pedagang yang ada di setiap pasar di seluruh Kabupaten/Kota dengan mengasumsikan bahwa 1 orang pedagang memiliki 1 unit UTTP. Berdasarkan data pendataan pasar yang dilakukan oleh Bappenas, diketahui bahwa pedagang di seluruh Kabupaten/kota berjumlah 1.435.090 orang, dengan menggunakan teknik Proportional Random Sampling (dengan derajat kepercayaan 99%), diperoleh jumlah sampel nasional sebanyak 16.324 sampel UTTP. Namun dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia maka ditetapkan 9.500 sampel UTTP. Sementara untuk penentuan jumlah sampel Pengawasan BDKT dengan mempertimbangkan jumlah jenis BDKT yg teridentifikasi untuk 9 jenis komoditi (beras, gula, susu, mie kering, kecap, minyak kemasan, minuman buah, kopi dan teh) sebanyak 490 jenis yang beredar dan mempertimbangkan metode pengambilan sampling berdasarkan petunjuk teknis pengujian BDKT maka ditetapkan sebanyak 6.000 sampel BDKT. Berkenaan dengan realokasi anggaran dan situasi Covid-19, jumlah sampel disesuaikan hingga diperoleh jumlah sampel 4.697 untuk UTTP dan 3.375 untuk BDKT.
Adapun pemilihan daerah yang menjadi target Pengawasan UTTP dan BDKT adalah daerah yang memiliki tenaga pengawasan, belum pernah dilakukan kegiatan pengawasan, adanya laporan dari dinas dan masyarakat serta daerah yang menjadi jalur mudik, selain itu daerah- daerah yang memiliki resiko rendah dan tidak berada pada zona merah penyebaran Covid-
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 17 19 juga menjadi pertimbangan untuk memaksimalkan kegiatan pengawasan UTTP dan
BDKT. Indeks Tertib Ukur diperoleh dari:
Karena Jumlah UTTP dan BDKT yang diawasi nilainya berubah terhadap waktu (terus bertambah seiring meningkatnya jumlah sampel yang diawasi, maka nilai pembagi untuk indikator tersebut juga terus bergerak/tidak tetap). Dari periode Januari-Desember tahun 2020 telah dilakukan kegiatan Pengawasan terhadap 8.209 UTTP dan 3.480 BDKT. UTTP yang diawasi terdiri dari 7.675 unit UTTP di pasar, 512 unit pompa ukur BBM di SPBU, 15 unit timbangan jembatan, 4 unit meter kadar air, 2 unit Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak (TUTSIT) dan 1 unit Meter arus BBM. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut diperoleh sejumlah 5.056 unit UTTP yang sesuai ketentuan (61,59%).
Gambar 8 Kesesuaian UTTP Terhadap Ketentuan Yang Berlaku
Sementara itu, dari 3.480 unit BDKT yang diawasi dapat diidentifikasi sebanyak 1.921 unit BDKT yang sesuai ketentuan (55,21%).
Tabel 9 Kesesuaian BDKT 2020
No Komoditas Sesuai
Ketentuan
Tidak Sesuai
Ketentuan TOTAL % Sesuai Ketentuan
1 Beras 257 175 432 59,49%
2 Gula Pasir 201 209 410 49,02%
3 Minyak Goreng 210 155 365 57,53%
4 Susu 310 41 351 88,32%
5 Teh 73 183 256 28,52%
6 Kopi 319 130 449 71,05%
7 Kecap/Saus 215 151 366 58,74%
ITU = 68,4% UTTP yang sesuai ketentuan + 31,6% BDKT yang sesuai ketentuan
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 18
No Komoditas Sesuai
Ketentuan
Tidak Sesuai
Ketentuan TOTAL % Sesuai Ketentuan
8 Mie Instan 76 278 354 21,47%
9 Minuman Buah 200 117 317 63,09%
10 LPG 0 90 90 0,00%
11 Makanan Kemasan 40 10 50 80,00%
12 Tepung 10 10 20 50,00%
13 Garam 10 10 20 50,00%
TOTAL 1921 1559 3480 55,20%
Sumber: Direktorat Metrologi, Ditjen PKTN (diolah)
BDKT yang diawasi pada tahun 2020 meliputi 9 jenis komoditi sesuai dengan priotitas ASEAN dalam hal penerapan ASEAN Common Requirement for prepacakged product, yang terdiri dari beras, gula pasir, minyak goreng, susu, the, kopi, kecap/saus, mie instan dan minuman buah. Selain itu terdapat beberapa komoditas BDKT lainnya yang diawasi seperti LPG 3 kg, makanan kemasan, tepung dan garam. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut dapat terlihat bahwa dari 9 komoditi prioritas yang memiliki persentase sesuai ketentuan masih rendah (dibawah 50%) antara lain gula pasir, the dan mie instan. Sementara komoditas yang non prioritas yang persentasenya masih rendah adalah LPG 3 kg.
Berdasarkan capaian kesesuaian UTTP dan BDKT tersebut diperoleh nilai Indeks Tertib Ukur (ITU) pada tahun 2020 sebesar 59,57 angka tersebut telah melampaui target ITU tahun 2020 yaitu sebesar 55. Sementara itu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2019), rincian persentase UTTP sesuai ketentuan mengalami penurunan dari 96,76%
menjadi 61,59% dan persentase BDKT sesuai ketentuan mengalami penerunan dari 61,26%
menjadi 55,2%. Capaian indeks tertib ukur, UTTP dan BDKT sesuai ketentuan mengalami berbagai kendala sebagai dampak pandemi Covid 19.
Gambar 9Grafik Perbandingan Capaian UTTP dan BDKT Sesuai Ketentuan Direktorat Metrologi 2019-2020
2019 2020
UTTP Sesuai Ketentuan 96.76 61.59
BDKT Sesuai Ketentuan 61.26 55.2
0 20 40 60 80 100 120
Axis Title
Perbandingan Tahun 2019 dan 2020
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 19 Walaupun terdapat beberapa kendala yang menghambat pencapaian target kinerja
Direktorat Metrologi yang diantaranya adalah tingkat pemahaman masyarakat, kinerja tera dan tera ulang daerah, kebijakan daerah khususnya mengenai SDM Kemetrologian dan anggaran operasional, perhatian dari kepala dinas dan kepala daerah serta pandemi Covid 19 yang berdampak pada refocusing anggaran dan pembatasan penyelenggaraan kegiatan termasuk pelayanan, surveillance dan pengawasan di bidang metrologi legal. Namun begitu Direktorat Metrologi mampu mencapai target kinerjanya di tahun 2020, Adapun faktor pendukung dalam pencapaian target kinerja tersebut antara lain, semakin bertambahnya jumlah Unit Metrologi Legal yang secara langsung dapat emningkatkan kinerja tera dan tera ulang, masih berjalannya pelayanan di beberapa daerah di masa pandemic Covid-19, komitmen yang tinggi dari Direktorat Metrologi untuk dapat memaksimalkan sumber daya yang ada serta dukungan dari beberapa daerah untuk dapat berkolaborasi dalam menciptakan berbagai inovasi ditengah keterbatasan ditengah pandemi Covid 19.
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Metrologi untuk memenuhi target indikator kinerja ditengah pandemi Covid-19 adalah mengoptimalkan platform online untuk beberapa kegiatan yang memungkinkan dilakukan secara online seperti penilaian/surveillance Unit Metrologi Legal, Edukasi Masyarakat, serta pengembangan kompetensi SDM. Selain itu keberlanjutan kegiatan pelayanan dan pengawasan kemetrologian dilakukan secara optimal di era new normal dengan tetap memperhatikan keselamatan petugas di area pelayanan dan pengawasan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, melakukan rapid res, serta memperhatikan faktor-faktor resiko penyebaran Covid-19 dalam menentukan area pengawasan.
A) Meningkatnya Penegakan Hukum di Bidang Kemetrologian 1. Persentase Penyelesaian Penegakan Hukum
Pada tahun 2020 telah diterbitkan 4 (empat) Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) dari 5 (lima) penyelesaian kasus yang ditargetkan di tahun ini. Dengan demikian capaian kinerja sasaran persentase penyelesaian penegakkan hukum di tahun 2020 adalah sebesar 80%. Target persentase penyelesaian penegakan hukum tahun 2020 adalah sebesar 60%, dengan demikian realisasi tahun ini telah melampaui target dengan capaian sebesar 133,33%.
Adapun SPDP yang terbit tahun ini adalah untuk kasus di Provinsi Bali, dengan lokasi sebagai berikut:
SPBU 54.806.06, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali;
SPBU 54.806.01, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali;
SPBU 54.803.23, Kabupaten Badung, Provinsi Bali; dan
SPBU 54.803.29, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Direktorat Metrologi telah melakukan kegiatan penyidikan dengan dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan dan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan pada tanggal 23 Januari 2020.
Pada bulan Maret 2020 telah dilakukan pemanggilan dan pemeriksaan tersangka namun berkenaan dengan pandemik Covid-19 pemanggilan dan pemeriksaan tersangka tersebut sempat tertunda.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 20 Pada minggu pertama bulan Agustus 2020 proses penegakkan hukum telah berlanjut
dimana berkas perkara telah diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi Bali melalui Korwas PPNS Polda Bali, dan saat ini sedang menunggu arahan jaksa apakah berkas masih ada yang kurang /P19 atau berkas telah dinyatakan lengkap.
Gambar 10 Kegiatan Berkas Perkara Penyelesaian Penegakkan Hukum di Provinsi Bali Output yang mendukung sasaran indikator tersebut adalah kegiatan pengawasan kemetrologian pada tahun 2020 telah dilakukan terhadap 8.209 UTTP dan 3.480 BDKT, dengan sebaran daerah pengawasan sebagai berikut:
Gambar 11 Sebaran Kegiatan Pengawasan Kemetrologian sampai dengan Triwulan III tahun 2020 1. Pengawasan UTTP
Pada tahun 2020 telah dilaksanakan pengawasan terhadap 8.209 UTTP yang diadakan di 64 (enam puluh empat) kabupaten/kota dengan obyek pengawasan sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomo 67 Tahun 2018 tentang Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang.