BAB II AKUNTABILITAS KINERJA
A) Meningkatnya Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Bidang Perlindungan
1. Persentase Kegiatan Pengawasan Yang Dilengkapi Laporan Hasil Pengawasan Adapun laporan hasil pengawasan harus disusun sesuai dengan format laporan pada Permendag Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa. Indikator yang menggambarkan kesesuaian penyusunan hasil pengawasan dengan format laporan sesuai ketentuan yaitu indikator kinerja kegiatan “Persentase Kegiatan Pengawasan yang Dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan” dan menghasilkan formulasi sebagai berikut:
A = B
C x 100%
Keterangan:
A = Persentase Kegiatan Pengawasan yang Dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan.
B = Laporan Hasil Pengawasan yang Disusun Sesuai Ketentuan.
C = Keseluruhan Kegiatan Pengawasan yang Dilakukan pada Tahun Berjalan.
Catatan:
• Kegiatan pengawasan merupakan pengawasan barang beredar dan jasa yang diselenggarakan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
• Ketentuan penyusunan laporan hasil pengawasan mengacu format pada Permendag Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa.
Sampai dengan bulan Desember 2020, terdapat 47 (empat puluh tujuh) laporan pengawasan barang beredar dan jasa yang disusun sesuai ketentuan Permendag 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa dari 47 kegiatan pengawasan yang dilakukan dengan rincian pada tabel berikut:
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 64 Tabel 19 Rekapitulasi Laporan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa s.d bulan Desember
Tahun 2020
No Jenis Pengawasan Laporan Pengawasan
Ada Tidak Ada 1. Pengawasan Berkala Produk Logam, Mesin,
Elektronika 7 -
2. Pengawasan Berkala Produk Hasil Pertanian,
Kimia dan Aneka 4 -
3. Pengawasan Berkala Jasa 11 -
4. Pengawasan Khusus Produk Logam, Mesin dan
Elektronika 10 -
5. Pengawasan Khusus Produk Hasil Pertanian,
Kimia dan Aneka 8 -
6. Pengawasan Khusus Jasa 7 -
Total 47 -
Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, Ditjen PKTN (diolah)
Dengan demikian, realisasi persentase kegiatan Pengawasan Yang Dilengkapi Dengan Laporan Hasil Pengawasan yaitu 100 % dengan rincian perhitungan sebagai berikut:
A = 47
47 x 100%
A = 100%
Apabila dibandingkan dengan target renstra tahun ini, indikator Persentase Pengawasan yang Dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan telah tercapai sebesar 100% seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 20 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Pengawasan yang Dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan s.d. Desember 2020
No. Indikator Kinerja
Perbandingan dengan Target Jangka Menengah
Target 2020 Realisasi 2020 Capaian 1. Persentase Kegiatan
Pengawasan yang
dilengkapi dengan Laporan Hasil Pengawasan
100 % 100% 100%
Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, Ditjen PKTN (diolah)
Keberhasilan pencapaian target kinerja pada indikator ini dikarenakan meningkatnya kompetensi dan pemahaman SDM PPBJ dan PPNS-PK Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa terhadap implementasi Permendag 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa sehingga pemenuhan administrasi laporan pengawasan dapat terlaksana dengan baik.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 65 B) Meningkatnya Penegakan Hukum di Bidang Perlindungan Konsumen
2. Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Bidang Perdagangan Yang Tidak Sesuai Dengan Ketentuan
Penegakan hukum merupakan tindak lanjut yang dilakukan terhadap hasil pengawasan yang tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan sesuai parameter Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Permendag Nomor 69 Tahun 2018 tentang Pengawasan Barang Beredar dan/atau Jasa. Bagi pelaku usaha yang belum memenuhi ketentuan dimaksud akan diberikan rekomendasi berupa sanksi teguran, sanksi administratif dan/atau sanksi pidana (batasan sampai dengan diterbitkannya Surat Perintah Dimulainya Penyidikan/SPDP).
Pengukuran keberhasilan capaian Sasaran Kegiatan 2 yaitu melalui indikator kinerja kegiatan “Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yang Tidak Sesuai Ketentuan” yang dihitung dengan perbandingan antara jumlah penegakan hukum yang ditangani (administratif/pidana) dibagi hasil pengawasan yang direkomendasikan untuk ditindaklanjuti dikali 100%, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
A = B
C x 100%
Keterangan:
A = Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan.
B = Penegakan Hukum Yang Ditangani (administratif/pidana).
C = Hasil Pengawasan yang direkomendasikan untuk ditindaklanjuti.
Sampai dengan bulan Desember 2020, telah dilakukan tindak lanjut pengawasan terhadap 28 pelaku usaha dari sejumlah 36 pelaku usaha yang tidak memenuhi ketentuan dengan rincian sebagai berikut:
Dari 36 pelaku usaha (pedagang, produsen dan importir) yang memproduksi atau memperdagangkan produk yang tidak memenuhi ketentuan di bidang pengawasan barang beredar dan jasa, terdapat 13 pelaku usaha yang memperdagangkan produk tidak sesuai ketentuan yang telah ditindaklanjuti melalui pemberian Surat Teguran dan 19 pelaku usaha yang memperdagangkan produk tidak sesuai ketentuan masih dalam tahap klarifikasi, sedangkan sebanyak 4 pelaku usaha yang tidak memenuhi ketentuan belum ditindaklanjuti karena alasan pandemi sehingga banyak pelaku usaha tidak memenuhi undangan klarifikasi.
Dari 13 pelaku usaha di bidang jasa yang tidak memenuhi ketentuan, terdapat 10 pelaku usaha yang telah ditindaklanjuti melalui pemberian surat peringatan dan 3 pelaku usaha yang dalam tahap klarifikasi.
Dengan demikian, realisasi Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Bidang Perdagangan yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan yaitu 91,83% seperti dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini:
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 66
A = 45
49 x 100%
A = 91,83%
Apabila dibandingkan dengan target renstra tahun ini, realisasi indikator Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan sebesar 91,83% dari target renstra 100% dengan capaian kinerja sebesar 91,83% seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 21 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Penegakan Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan s.d.
bulan Desember 2020
No. Indikator Kinerja Perbandingan dengan Target Jangka Menegah Target 2020 Realisasi s/d
Desember – 2020
Capaian 1. Persentase Penegakan
Hukum Hasil Pengawasan Barang Beredar dan Jasa yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan
100 % 91,83 % 91,83 %
Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, Ditjen PKTN (diolah)
Beberapa hal yang mendukung terlaksananya pencapaian target kinerja pada indikator ini antara lain karena tersedianya dasar hukum pengawasan dan SDM pengawas sehingga pelaksanaan tindak lanjut pengawasan perdagangan dalam rangka penegakan hukum bidang Perlindungan Konsumen dapat terselenggara dengan cukup baik.
Gambar 34 Proses Pengamanan Terhadap Barang yang tidak sesuai Ketentuan
Penegakan hukum merupakan tindak lanjut yang dilakukan terhadap hasil pengawasan yang belum memenuhi ketentuan perundang-undangan, penegakan hukum dilaksanakan setelah proses pengawasan dan analisa kasus terlebih dahulu, sepanjang tahun 2020 telah dilaksanakan pengumpulan bahan keterangan terhadap
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 67 beberapa kasus, antara lain: kasus gula di Surabaya, kasus kelangkaan bahan pokok
di beberapa pasar, kasus produk kitchen house ware PT. Putra Sejahtera International, kasus BJTB di Banjarmasin, kasus tindak pengamanan yang dilakukan satpol PP kepada perusahaan retailer, kasus emas di Bandung, kasus emas di Semarang,kasus mainan anak PT.Hechuan Indonesia, kasus mainan anak PT.Supra Cemerlang Elektrik dan kasus pompa air Dabrocco tipe Jet 100.
Setelah melalui tahap pengumpulan bahan keterangan ,selanjutnya kasus akan di kaji ulang sebelum masuk ke tahap penyidikan,sampai dengan Triwullan III kasus yang sudah masuk ke dalam penyidikan adalah kasus pompa air Dabrocco tipe Jet 100.
Dan perkembangan kasus pompa air Dabrocco tipe Jet 100 sampai saat ini adalah sudah melewati tahap P19 dan akan segera masuk ke tahap P21.
C) Meningkatnya Kualitas SDM Pengawasan Bidang Perlindungan Konsumen 3. Persentase Pemenuhan Kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK
Untuk dapat menyelenggarakan pengawasan barang beredar dan jasa secara optimal, perlu didukung oleh Petugas/ Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan pengawasan yaitu Petugas Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK) yang bertugas tidak hanya di instansi Pusat tetapi juga di instansi daerah yang membidangi perdagangan. Hal ini digambarkan melalui pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Persentase Pemenuhan kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK dengan formulasi sebagai berikut:
A = B
C x 100%
Keterangan:
A = Persentase Pemenuhan kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK.
B = SDM PPBJ dan PPNS-PK yang Ditingkatkan Kompetensinya Tahun Berjalan.
C = Total SDM PPBJ dan PPNS-PK yang telah dibina.
Catatan:
• SDM PPBJ dan PPNS-PK yang dilatih pada tahun berjalan merupakan SDM PNS yang mengikuti pelatihan dan/atau bimtek PPBJ dan PPNS-PK.
• Total SDM PPBJ dan PPNS-PK yang telah dilakukan pembinaan baik instansi pusat maupun di daerah.
Sampai dengan bulan Desember Tahun 2020, telah diselenggarakan pembinaan PPBJ dan PPNS-PK terhadap 60 orang SDM PNS baik dari instansi pusat maupun daerah (Dinas yang membidangi perdagangan). Berdasarkan data, total SDM PPBJ yang telah dibina adalah 294 orang, sedangkan SDM PPNS-PK yang telah dibina sebanyak 241 orang sehingga total jumlah SDM PPBJ dan PPNS-PK yang telah dibina sebanyak 535 orang baik pegawai instansi pusat (Kementerian Perdagangan) maupun daerah (Dinas yang membidangi perdagangan).
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 68 Gambar 35 Pelaksanaan Pelatihan PPBJ Tahun 2020
Dengan demikian, realisasi Persentase Pemenuhan kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK Tahun 2020 yaitu 56% sebagaimana perhitungan di bawah ini dimana untuk Diklat Pembentukan PPNS-PK Tahun 2020 dibatalkan dengan alasan Pandemi Corona Virus (Covid -19).
A = 60
535 x 100%
A = 11,2%
Apabila dibandingkan dengan target renstra tahun ini, realisasi indikator Persentase Pemenuhan Kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK tidak memenuhi target dan menghasilkan capaian kinerja sebesar 56% seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 22 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase Pemenuhan Kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK s.d. Desember 2020
No. Indikator Kinerja Perbandingan dengan Target Jangka Menengah Target Realisasi
Desember 2020
Capaian 1 Persentase Pemenuhan
Kebutuhan SDM PPBJ dan PPNS-PK
20% 11,2 % 56%
Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, Ditjen PKTN (diolah)
Beberapa hal yang menghambat capaian kinerja yaitu adanya refocusing anggaran yang menyebabkan penurunan anggaran yaitu dari Rp. 2.825.000.000,- dengan target output sebanyak 115 orang SDM yang dibina menjadi hanya Rp. 1.120.000.000 dengan target output SDM PPBJ dan PPNS-PK yang dibina menjadi 60 orang.
Kegiatan pembinaan SDM PPBJ dan PPNS-PK masih terkendala adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar sehingga pelaksanaannya tertunda di triwulan IV.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 69 4. Persentase PPBJ dan PPNS-PK Yang Melakukan Pengawasan
Dalam rangka menyelenggarakan pengawasan barang beredar dan jasa secara optimal, perlu didukung dengan keterlibatan aktif SDM PPBJ dan PPNS-PK tidak hanya di Pusat tetapi juga di Daerah. Hal ini digambarkan melalui pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan Persentase PPBJ dan PPNS-PK Yang Melakukan Pengawasan dengan formulasi sebagai berikut:
A = B
C x 100%
Keterangan:
A = Persentase PPBJ dan PPNS-PK yang Melakukan Pengawasan.
B = SDM PPBJ dan PPNS-PK yang aktif bertugas di bidang perdagangan.
C = Total Jumlah SDM PPBJ dan PPNS-PK.
Catatan:
• PPBJ dan PPNS-PK yang aktif melakukan pengawasan pada tahun berjalan terdiri dari SDM Pengawas Pusat dan Dinas yang membidangi perdagangan di daerah.
Sampai dengan bulan Desember Tahun 2020, terdapat 244 PPBJ dan PPNS-PK yang aktif melakukan pengawasan yang terdiri dari 123 PPNS-PK (55 Pusat, 68 Daerah) dan 121 PPBJ (53 Pusat, 68 Daerah).
Tabel 23 Rekapitulasi PPBJ dan PPNS-PK yang Aktif Melakukan Pengawasan s.d. bulan Desember 2020
Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Ditjen PKTN (diolah)
Dengan demikian, realisasi Persentase SDM Pengawasan Bidang Perlindungan Konsumen yang aktif yaitu 45% seperti dapat dilihat pada perhitungan berikut:
A = 244
535 x 100%
A = 45%
Apabila dibandingkan dengan target renstra tahun ini, realisasi indikator Persentase PPBJ dan PPNS-PK yang melakukan pengawasan telah melebihi target dan menghasilkan capaian kinerja sebesar 112,5 % seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No. Jenis SDM Pengawas Pusat Daerah Jumlah
1. PPBJ 53 68 121
2. PPNS-PK 55 68 123
TOTAL 244
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 70 Tabel 24 Perbandingan Realisasi dengan Target Jangka Menengah Persentase SDM
Pengawasan Bidang Perdagangan yang Aktif s.d. bulan Desember 2020
No. Indikator Kinerja Perbandingan dengan Target Jangka Menengah Target 2020 Realisasi
Desember 2020
Capaian 1. Persentase SDM PPBJ
dan PPNS-PK
40% 45% 112,5%
Sumber: Direktorat Pengawasan Barang Beredar dan Jasa, Ditjen PKTN (diolah)
Keberhasilan pencapaian target kinerja pada indikator ini antara lain karena koordinasi yang baik dengan Dinas yang membidangi Perdangangan di Provinsi dalam rangka keaktifan PPBJ dan PPNS-PK untuk melakukan pengawasan sehingga pencapaian indikator kinerja dapat terselenggara dengan sangat baik.
Dalam mewujudkan indeks tertib mutu yang berkelanjutan di tahun 2021 rencana pengawasan produk untuk kelompok produk logam, mesin dan elektronika yang sudah SNI wajib antara lain lemari pendingin, mesin cuci, pompa air, setrika listrik, kipas angin, speaker aktif, tape mobil, audio video, pelek kendaraan bermotor, lampu swabalast, baja tulangan beton, baja lembaran lapis seng, kabel listrik, saklar, tusuk kontak dan kotak kontak, regulator tekanan rendah tabung baja LPG, regulaor tekanan tinggi tabung baja LPG, meter air, sepeda roda dua dan luminer.
Produk SNI kelompok hasil pertanian, kimia dan aneka antara lain pupuk, ban truk ringan, ban dalam kendaraan bermotor, ubin keramik, produk melamin, keramik tableware, cermin kaca, pelumas, pakaian bayi, mainan anak, sepatu pengaman, gula Kristal putih, ban sepeda motor, korek api gas, tepung terigu, gula Kristal rafinasi, karet perapat, selang karet kompor gas LPG, tangka air plastic, semen, baterei primer, kompor gas LPG, kloset duduk, blok kaca dan garam konsumsi.
Selain itu, pengawasan juga akan dilakukan terhadap 44 jenis produk yang wajib label dalam Bahasa Indonesia serta 42 produk yang wajib menyertakan manual dan kartu garansi dalam Bahasa Indonesia.
Daerah Pengawasan yang akan dilakukan meliputi kriteria sebagai berikut:
1. Akses masuk produk (Medan, Batam, Semarang, Surabaya, DKI Jakarta, Riau, Kalimantan Barat, Banten)
2. Ditemukan banyak pelanggaran (Aceh, Jambi, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan)
3. Belum pernah dilaksanakan pengawasan dalam 2 – 3 tahun terakhir (Kalimantan Utara, Papua Barat, Maluku, NTT, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara).
Sedangkan rencana yang akan dilakukan pada pengawasan layanan jasa berdasarkan pendataan pelaku usaha jasa yaitu jasa penyedia internet (157 pelaku usaha), jasa pengiklanan (446 pelaku usaha), jasa layanan kecantikan (156 pelaku usaha), jasa biro perjalanan wisata, haji dan umroh (994 pelaku usaha), jasa agen perdagangan property (1119 pelaku usaha), jasa forwarder dan pelayaran (61 pelaku usaha), jasa pengiriman
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 71 (216 pelaku usaha), jasa platform digital (5 pelaku usaha). Jumlah semesta pelaku usaha
jasa yang akan diawasi pada tahun 2021 sebanyak 3154 pelaku usaha.
Indikator Kinerja Program (IKP) 4: Indeks Kendali Mutu
Tabel 25 Indeks Kendali Mutu
INDIKATOR KINERJA
b. Persentase LSPro yang
memenuhi ketentuan 70 100 100 142,86
Sumber: Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu, Ditjen PKTN (diolah)
Indeks Kendali Mutu (IKM) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran program meningkatnya mutu yang terkendali. IKM dihitung dari komposit dari persentase eksportir yang tertelusur mutunya (40,3%), persentase LSPro yang memenuhi ketentuan (37,3%), dan persentase laboratorium pengujian BPSMB yang nilai Uji Profisiensinya memuaskan (22,4%) dengan pembobotan indikator komposit melaui metode Analytical Hierarchy Process (AHP). IKM diformulasikan dengan rumus berikut:
𝐼𝐾𝑀 = (40,3% 𝑥 % 𝑒𝑘𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑙𝑢𝑠𝑢𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑢𝑛𝑦𝑎 ) + (37,3% 𝑥 %𝐿𝑆𝑃𝑟𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛)
+ (22,4% 𝑥 %𝐵𝑃𝑆𝑀𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑗𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑎𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛) 𝐼𝐾𝑀 = (40,3% 𝑥 7,4) + (37,3% 𝑥 100) + (22,4% 𝑥 80) = 58,20
Berdasarkan data di atas, realisasi indeks kendali mutu tahun 2020 sebesar 58,20%, lebih tinggi dibandingkan target sebesar 46% dengan capaian sebesar 126,52%. Selain itu ketiga indikator pembentuk komposit indek kendali mutu juga memiliki realisasi yang melebihi target dengan capaian antara 105,71% untuk persen eksportir yang tertelusur mutunya sampai 142,86% untuk persen LSPro yang memenuhi ketentuan. Secara rinci penjelasan capaian 3 (tiga) indikator pembentuk indeks kendali mutu adalah sebagai berikut:
a. Persentase Eksportir yang tertelusur mutunya
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 72 Meningkatnya mutu barang yang terkendali dapat direpresentatifkan dengan indikator
persentase eksportir yang tertelusur mutunya. Indikator ini dihitung dari data pemantauan mutu bokor lada dan pala yang secara konsisten akan dilakukan pemantauan dalam 5 tahun kedepan sehingga dapat dipantau dan diperbandingkan kemajuannya antar tahun dalam jangka menengah. Perhitungan indikator tersebut diformulasikan dengan rumus berikut:
%𝐸𝑘𝑝𝑜𝑟𝑡𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑙𝑢𝑠𝑢𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑢𝑛𝑦𝑎
=∑eksportir yang dipantau yang tertelusur mutunya1
∑ekspor eksportir lada dan pala2 𝑥 100%
Pada tahun 2020 dilakukan pemantauan mutu bokor terhadap 6 (enam) komoditas, yaitu lada, pala, kakao, teh, kopi dan SIR di daerah sentra produksi (provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Lampung, Bangka Belitung, Aceh dan Kalimantan Barat). Pemantauan mutu bokor untuk komoditas tersebut baru dapat dilaksanakan pada bulan Agustus dan September dikarenakan menunggu masa panen raya komoditi yang akan dilakukan pemantauan mutunya. Pada masa panen raya ketersediaan stok komoditi akan cukup melimpah sehingga akan memudahkan petugas di lapangan dalam melakukan pemantauan dan penelusuran mutu dari petani hingga eksportir.
Pemantauan dilakukan melalui pembelian contoh komoditi di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir untuk dianalisis ketertelusurannya dan dilakukan pengujian mutunya berdasarkan parameter pengujian SNI dan/atau parameter mutu lain yang ditetapkan. Pembelian contoh dilakukan secara tertelusur mulai dari petani, pedagang pengumpul hingga eksportir.
Berdasarkan pemantauan ketertelusuran mutu bokor lada dan pala didapatkan hasil bahwa 2 eksportir lada di Provinsi Bangka Belitung dan Lampung serta 2 eksportir pala di provinsi Sulawesi Utara tertelusur mutunya di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir. Dari data tersebut dapat dihitung persentase eksportir yang tertelusur mutunya, sebagai berikut:
%𝐸𝑘𝑝𝑜𝑟𝑡𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑙𝑢𝑠𝑢𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑢𝑛𝑦𝑎
=2 eksportir lada tertelusur mutunya + 2 eksportir pala tertelusur mutunya
54 eksportir lada dan pala 𝑥 100%
= 7,4%
Keempat eksportir lada dan pala yang dilakukan pemantauan ketertelusuran mutunya pada tahun 2020 tertelusur mutunya, dengan realisasi persentase eksportir yang tertelusur mutunya sebesar 7,4% dari target sebesar 7% dengan capaian sebesar 105,71%. Artinya 7,4% eksportir kedua komoditi tersebut (4 eksportir dari total 54 eksportir) telah tertelusur mutunya di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir.
Dalam pemantauan mutu bokor juga akan dilakukan pengamatan pemenuhan parameter mutunya terhadap SNI dan/atau regulasi teknis. Contoh bokor kakao, teh, kopi, pala dan lada dari daerah sentra produksi saat ini masih dilakukan pengujian contoh di laboratorium pengujian mutu barang berdasarkan parameter pengujian SNI serta parameter mutu lainnya yang telah ditetapkan.
1 Tertelusur mutunya di rantai pasok tingkat petani, pengumpul dan eksportir
2 Baseline tahun 2020 yang bersumber dari Dit. Ekspor terdapat 54 eksportir lada dan pala
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 73 Gambar 36 Pengambilan contoh dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemantauan mutu Bokor di
daerah sentra produksi b. Persentase LSPro yang memenuhi ketentuan
Meningkatnya mutu barang yang terkendali sangat dipengaruhi adanya LSPro yang memenuhi ketentuan. LSPro merupakan salah satu filter bahwa suatu produk mutunya telah memenuhi SNI dan/atau regulasi teknis. Artinya telah memenuhi aspek keselamatan, keamanan, kesehatan dan pelestarian lingkungan hidup (K3L). LSPro dengan unjuk kinerja yang baik akan menghasilkan output filter yang mencerminkan mutu SNI dan/atau regulasi teknis dan sebaliknya. Perhitungan persentase LSPro yang memenuhi ketentuan diformulasikan dengan rumus berikut:
%𝐿𝑆𝑃𝑟𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛
=∑LSPro terdaftar yang memenuhi Permendag 81 Tahun 2019
∑LSPro terdaftar 𝑥 100%
Pada tahun 2020, monitoring kinerja Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) dilakukan terhadap seluruh LPK yang terdaftar di Dit. Standalitu (48 LPK) dengan ruang lingkup produk SNI wajib. Mengingat terdapat refocusing anggaran Covid-19, monitoring dilakukan melalui pengisian kuisioner secara daring yang dilakukan pada bulan juni hingga agustus. Monitoring LPK dilakukan bertujuan untuk memantau kinerja LPK terkait implementasi Permendag No 81 tahun 2019 tentang Standardisasi.
Kriteria penilaian kinerja LPK berdasarkan pemenuhan kewajiban pelaporan bulanan penerbitan SPPT SNI serta pemenuhan ketentuan lainnya yang diatur dalam Permendag dimaksud. Berdasarkan monitoring didapatkan hasil bahwa seluruh LPK terdaftar telah memenuhi ketentuan dengan rincian 19 LPK mendapatkan penilan sangat baik dan sebanyak 29 LPK mendapatkan penilaian baik. Berdasarkan data di atas dapat dihitung persentase LSPro yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 74
%𝐿𝑆𝑃𝑟𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛
=48 (LSPro terdaftar yang memenuhi Permendag 81 Tahun 2019)
48 (∑LSPro terdaftar di Dit. Standalitu) 𝑥 100%
= 100%
Gambar 37 Hasil pelaksanaan monitoring kinerja LPK melalui penyebaran kuisioner secara daring
Realisasi persentase LSPro yang memenuhi ketentuan pada tahun 2020 sebesar 100%
dari target realisasi 70%, dengan capain 142,85%. Semua LSPro terdaptar di Dit.
Standalitu (48) dengan ruang lingkup SNI wajib telah memenuhi ketentuan Permendag 81 Tahun 2019.
c. Persentase Laboratorium Pengujian BPSMB yang nilai uji profisiensinya memuaskan Meningkatnya mutu barang yang terkendali juga sangat dipengaruhi ketersediaan infrastruktur pengujian parameter mutu produk yang unjuk kerjanya baik. Unjuk kinerja laboratorium pengujian salah satunya dapat dilihat dari hasil uji profisiensinya. Uji Profisiensi merupakan salah satu cara untuk melihat unjuk kerja suatu laboratorium terhadap laboratorium lainnya. Laboratorium pengujian yang memiliki nilai uji profisiensi memuaskan dan/atau nilai UP nya sesuai nilai acuan adalah laboratorium yang memiliki kinerja pengujian yang baik. Perhitungan persentase Laboratorium Pengujian BPSMB yang nilai uji profisiensinya memuaskan diformulasikan dengan rumus berikut:
%𝐵𝑃𝑆𝑀𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑢𝑗𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛
=𝐵𝑃𝑆𝑀𝐵 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑈𝑃 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑈𝑃 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛3
∑BPSMB peserta UP4 𝑥 100%
3 BPSMB yang nilai UP nya memuaskan adalah BPSMB yang nilai mutlak z score nya ≤ 2 dan atau nilai UP nya sesuai nilai acuan yang ditetapkan
4 10 BPSMB yang memiliki ruang lingkup pengujian parameter mutu kopi, lada dan pala dan sentra produksi ketiga produk tersebut
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 75
%𝐵𝑃𝑆𝑀𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑢𝑗𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑢𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛
=8 (BPSMB dengan nilai UP memuaskan untuk kedua parameter)
10 (Jumlah BPSMB yang ikut UP) 𝑥 100%
= 80%
Program uji profisiensi tahun 2020 ini menggunakan komoditi biji kopi sebagai matriks dengan 2 parameter uji, yaitu kadar air dan kadar kotoran. Kegiatan uji profisiensi bertujuan untuk melihat dan evaluasi unjuk kerja laboratorium penguji kopi dan kompetensi personilnya dalam memastikan keamanan mutu biji kopi sesuai SNI 01-2907-2008.
Pada tahun 2020, target capaian indikator kinerja ini adalah sebesar 75% dari 10 BPSMB mendapatkan nilai uji profisiensi memuaskan pada keseluruhan parameter SNI yang diuji-profisiensikan. Pemilhan 10 BPSMB didasarkan lokasi BPSMB di daerah sentra produksi kopi, lada dan pala sera ruang lingkup pengujuan parameter mutu untuk ketiga produk tersebut. BPSMB yang memenuhi kedua kriteria tersebut adalah BPSMB Lampung, BPSMB Bengkulu, BPSMB Sumatera Selatan, BPSMB Aceh, BPSMB Medan, BPSMB Bali, BPSMB Riau, BPSMB Sulawesi Selatan, BPSMB Jambi, BPSMB Gorontalo. Hasil uji profisiensi untuk parameter uji kadar air hanya BPSMB Bengkulu yang nilai uji profisiensinya dipertanyakan, sementara 9 BSPMB lainnya memiliki nilai memuaskan.
Pada tahun 2020, target capaian indikator kinerja ini adalah sebesar 75% dari 10 BPSMB mendapatkan nilai uji profisiensi memuaskan pada keseluruhan parameter SNI yang diuji-profisiensikan. Pemilhan 10 BPSMB didasarkan lokasi BPSMB di daerah sentra produksi kopi, lada dan pala sera ruang lingkup pengujuan parameter mutu untuk ketiga produk tersebut. BPSMB yang memenuhi kedua kriteria tersebut adalah BPSMB Lampung, BPSMB Bengkulu, BPSMB Sumatera Selatan, BPSMB Aceh, BPSMB Medan, BPSMB Bali, BPSMB Riau, BPSMB Sulawesi Selatan, BPSMB Jambi, BPSMB Gorontalo. Hasil uji profisiensi untuk parameter uji kadar air hanya BPSMB Bengkulu yang nilai uji profisiensinya dipertanyakan, sementara 9 BSPMB lainnya memiliki nilai memuaskan.