BAB II AKUNTABILITAS KINERJA
A) Meningkatnya Pemahaman Terkait Perlindungan Konsumen
1. Persentase Peningkatan Pemahaman Konsumen Pra Pembelian
Tahapan pra pembelian merupakan salah satu tahapan dalam pengukuran IKK, diukur dengan dua dimensi, yaitu pencarian informasi dengan bobot 20% serta pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen dengan bobot 5%.
Pada tahun 2020 nilai pemahaman konsumen pra pembelian mencapai 12,68, hasil tersebut didapatkan dari survey IKK dengan hasil pengukuran dimensi pencarian informasi sebesar 56,42 dan dimensi pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen sebesar 45,26. Dibandingkan dengan pemahaman konsumen pra pembelian pada tahun 2019 yang sebesar 9,85 peningkatan pemahaman konsumen pra pembelian tahun 2020 sebesar 2,83%.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 10 Rancangan kebijakan dan NSPK bidang perlindungan konsumen merupakan
perangkat peraturan perlindungan konsumen untuk meningkatkan perlindungan konsumen dan mewujudkan hak-hak konsumen. Tersediaannya informasi dan pengetahuan tentang undang-undang dan lembaga perlindungan konsumen dapat mendukung peningkatan pemahaman konsumen pra pembelian. Pada tahun 2020 rancangan dan NSPK yang disusun adalah:
a. Rancangan Perubahan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 302 Tahun 2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat;
b. Rancangan Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 06 Tahun 2017 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;
c. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK);
d. Rancangan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan;
e. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Penilaian Pemerintah Daerah Terbaik Peduli Perlindungan Konsumen.
Gambar 3 Pembahasan penyusunan kebijakan
2. Persentase Peningkatan Pemahaman Konsumen Saat Pembelian
Tahapan saat pembelian merupakan salah satu tahapan dalam pengukuran IKK, diukur dengan tiga dimensi, yaitu pemilihan barang dan jasa dengan bobot 10%, preferensi barang dan jasa dengan bobot 5% serta perilaku pembelian dengan bobot 15%. Pada tahun 2020 nilainya mencapai 18,95, hasil tersebut didapatkan dari survey IKK dengan hasil pengukuran dimensi pemilihan barang dan jasa dengan sebesar 68,77, preferensi barang dan jasa sebesar 69,31 serta perilaku pembelian sebesar 64,26. Dibandingkan dengan pemahaman konsumen saat pembelian pada tahun 2019 yang sebesar 17,13, persentase peningkatan pemahaman konsumen saat pembelian tahun 2020 sebesar 1,82%.
1. Edukasi konsumen
Upaya penyebarluasan informasi mengenai perlindungan konsumen dilakukan dengan pemberian edukasi kepada masyarakat luas. Edukasi dapat meningkatkan keberdayaan konsumen dan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pemilihan barang/jasa, preferensi barang/jasa dan perilaku pembelian, sehingga dapat mendukung peningkatan pemahaman konsumen saat pembelian. Jumlah konsumen yang teredukasi pada tahun 2020 tercatat sebanyak 13.591 orang melalui berbagai sosialisasi yaitu:
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 11 a. Penyuluhan perlindungan konsumen untuk Ibu PKK, kelompok organisasi
pemuda, tokoh masyarakat dan masyarakat, 410 orang;
b. Penyuluhan perlindungan konsumen untuk mahasiswa, 150 orang;
c. Penyuluhan perlindungan konsumen oleh LPKSM, 125 orang;
d. Seminar Online (webinar) dalam rangka Harkonas: Perlindungan Konsumen di Masa New Normal, 1.100 orang;
e. Seminar Online (webinar) dalam rangka Harkonas: Pembiayaan Leasing, 165 orang;
f. Virtual Run and Bike dalam rangka Harkonas, 2.195 orang;
g. Acara puncak Harkonas dengan jumlah peserta yang hadir langsung 200 orang, aplikasi zoom 246 orang dan viewers youtube 9.000 orang.
2. Edukasi pelaku usaha terkait perlindungan konsumen
Pembinaan kebijakan perlindungan konsumen bagi pelaku usaha dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman pelaku usaha dalam hal perlindungan konsumen sehingga pada akhirnya dapat mendukung peningkatan pemahaman konsumen saat pembelian. Tercatat sebanyak 240 pelaku usaha telah mengikuti pembinaan kebijakan perlindungan konsumen di tahun 2020.
3. Hari Konsumen Nasional.
Indonesia memperingati Hari Konsumen Nasional setiap tanggal 20 April yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh Kementerian Perdagangan.
Momentum Hari Konsumen Nasional diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap hak konsumen akan informasi yang benar, jelas dan jujur serta mampu menjadi agen perubahan dan penentu ekonomi nasional melalui gerakan konsumen cerdas, mandiri dan cinta produk dalam negeri serta dengan nasionalisme tinggi menggunakan produk dalam negeri sehingga pada akhirnya dapat meningkatan keberdayaan masyarakat yang tercermin dalam Indeks Keberdayaan Konsumen.
Namun kali ini peringatan Harkonas berbeda dengan tahu sebelumnya karena diadakan pada saat pandemi sehingga semua rangkaian kegiatan Harkonas dan peringatan harkonas diadakan secara virtual.
Gambar 4 Peringatan Harkonas 2020
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 12 B) Meningkatnya Peran Serta Masyarakat dalam Menyuarakan Aspirasi dan
Memperjuangkan Hak Konsumen
3. Persentase Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Yang Aktif
Persentase Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang aktif pada tahun 2020 sebesar 62,31%. Nilai tersebut didapat dari jumlah LPKSM yang menyelenggarakan kegiatan perlindungan konsumen yang pada tahun 2020 sejumlah 86 LPKSM dibandingkan dengan jumlah total LPKSM yang tercatat beraktifitas sejumlah 138 LPKSM. Kegiatan perlindungan konsumen yang diselenggarakan oleh LPKSM meliputi kegiatan monitoring evaluasi, korespondensi, koordinasi dan penyampaian laporan kegiatan ke Dinas Perdagangan Provinsi dan/atau Ditjen PKTN.
Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 60% maka capaian kinerja mencapai 103,85%.
LPKSM dinyatakan aktif apabila menyelenggarakan kegiatan perlindungan konsumen dan mengirimkan laporan kegiatan ke Dinas Perdagangan Provinsi dan/atau mengirimkan laporan ataupun surat pemberitahuan ke Ditjen PKTN.
Indikator ini dihitung dari jumlah LPKSM yang menyelenggarakan kegiatan perlindungan konsumen dibandingan dengan jumlah total LPKSM yang tercatat beraktifitas dan memiliki TDLPK.
Gambar 5 Audiensi YLKI
4. Persentase Pemahaman SDM LPKSM Teredukasi Terkait Standar Perlindungan Konsumen
Persentase pemahaman SDM Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) teredukasi terkait standar perlindungan konsumen pada tahun 2020 sebesar 70%. Nilai tersebut merupakan hasil dari penyebaran kuesioner kepada LPKSM yang tercatat pernah mengikuti Bimbingan Teknis SDM Bagi Anggota LPKSM periode 2016-2019. Pemahaman SDM LPKSM teredukasi terkait standar perlindungan konsumen diperoleh dari rata-rata skor penilaian kuesioner atas kedua dimensi dengan pembobotan 35% pencarian informasi dan 15% pengetahuan tentang hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha serta yang tergolong 6 parameter perlindungan konsumen.
Perhitungan persentase indikator dilakukan dengan metode ‘scoring’ yaitu menjumlahkan total nilai dari masing-masing responden hingga mendapatkan total nilai sebesar 1330. Total nilai tersebut kemudian dibagi dengan jumlah responden sebanyak 19 orang hingga mendapatkan angka persentase sebesar 70 persen.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 13 Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 50% maka
capaian kinerja mencapai 140%.
C) Meningkatnya Penyelesaian Pengaduan Konsumen 5. Persentase Penyelesaian Pengaduan Konsumen
Persentase penyelesaian pengaduan konsumen pada tahun 2020 adalah sebesar 93,12% yang merupakan pembagian antara jumlah pengaduan yang selesai sebanyak 867 aduan (aduan selesai 863 dan ditolak 4) dengan jumlah pengaduan yang diterima sebanyak 931 aduan. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 90% maka capaian kinerja mencapai 103,46%.
Peningkatan perlindungan konsumen dapat dilihat dari persentase penanganan pengaduan konsumen Indonesia yang berhasil ditindaklanjuti/ditangani. Layanan pengaduan konsumen terdiri dari pengaduan, pertanyaan, dan informasi yang dapat disampaikan melalui datang langsung, surat, email, whatsapp, SISWAS PK dan LAPOR.
Layanan pengaduan konsumen dari tanggal 1 Januari s.d 31 Desember 2020 yaitu 588 pengaduan, 154 pertanyaan dan 189 informasi, dengan total 931 aduan yang diterima dan telah diselesaikan sebanyak 863 aduan, 64 aduan dalam proses penanganan dan 4 aduan ditolak. Pengaduan terbanyak yang diterima meliputi sektor e-commerce, jasa keuangan dan properti.
Tabel 7 Pelayanan Pengaduan Konsumen
No. Sumber Pengaduan Pertanyaan Informasi Dalam
Proses Selesai Tolak Total
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Konsumen, Ditjen PKTN (diolah) 6. Tingkat Implementasi Online Dispute Resolution
Implementasi Online Dispute Resolution adalah proses membangun sebuah aplikasi bernama SIPENA yang akan digunakan untuk menyelesaikan sengketa secara online dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam arti bahwa proses penyelesaiannya dilakukan oleh para pihak yang berada dalam wilayah lintas batas negara (boderless) tanpa harus bertemu muka. Pembangunan aplikasi ini dibagi kedalam 5 tahapan setiap tahunnya dimulai dari tahun 2020 sampai dengan tahun
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 14 2024, dimana tahap pembangunan aplikasi di tahun pertama telah selesai
dilaksanakan dengan capaian sebesar 25%. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 20% maka capaian kinerja mencapai 125%.
Dalam rangka kerjasama di tingkat ASEAN, Direktorat Pemberdayaan Konsumen berpartisipasi aktif sebagai focal point untuk ACCP (ASEAN Committee on Consumer Protection). Direktorat Pemberdayaan Konsumen telah mengikuti 3 sidang online ACCP dengan agenda pembahasan terkait kegiatan perlindungan konsumen ASEAN di masa pandemi, pengembangan jaringan penyelesaian sengketa konsumen secara online (ASEAN Online Dispute Resolution Network / ODR), implementasi survey keberdayaan konsumen ASEAN (ASEAN Consumer Empowerment Index / ACEI), dan penilaian kinerja ACCP 5 tahunan dalam mengimplementasikan ASEAN Strategic Action Plan on Consumer Protection (ASAPCP Mid-Term Review). Selain sidang, terdapat beberapa online workshop yang diadakan oleh ACCP yaitu workshop studi kelayakan ASEAN ODR Network dan workshop pembahasan hasil ASAPCP Mid-Term Review beserta tindak lanjutnya.
Gambar 6 3rd ACCP Online Meeting
D) Meningkatnya badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Yang Aktif 7. Persentase BPSK Yang Aktif
Persentase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang aktif pada tahun 2020 dalah sebesar 49,20%. Persentase tersebut didapat dari jumlah BPSK yang menyampaikan laporan yaitu sebanyak 31 BPSK dibagi dengan jumlah BPSK yang dianggarkan beroperasional di tahun 2020 sebanyak 63 BPSK. Dibandingan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 50% maka capaian kinerja mencapai 98,4%.
BPSK yang telah memiliki Anggota BPSK dan Sekretariat BPSK, menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan peraturan perundang-ndangan yang berlaku (Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, dan lain sebagainya), serta menyampaikan laporan penanganan sengketa konsumen secara tahunan.
8. Persentase Pemahaman SDM BPSK Teredukasi Terkait Pelayanan BPSK
Persentase pemahaman SDM Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) teredukasi terkait pelayanan BPSK pada tahun 2020 dalah sebesar 100%. Persentase pemahaman tersebut berdasarkan anggota BPSK yang telah mengikuti Bimtek SDM Bagi Anggota BPSK dan telah lulus mengikuti ujian serta memperoleh Sertifikat Kelulusan. Indikator ini dihitung dari jumlah peserta bimtek anggota BPSK yang lulus
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 15 dibandingkan dengan jumlah peserta bimtek anggota BPSK, dari 33 orang yang
mengikuti Bimtek SDM Bagi Anggota BPSK di tahun 2020 seluruhnya lulus dan mendapatkan sertifikat. Dibandingkan dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2020 yaitu 80% maka capaian kinerja mencapai 125%.
Bimbingan teknis bagi SDM BPSK dilaksanakan bekerja sama dengan Universitas Katholik Parahyangan Bandung. dengan peserta berjumlah 33 orang yang seluruhnya dinyatakan lulus merupakan wakil-wakil dari BPSK Kabupaten Aceh Utara, BPSK Kota Batam, BPSK Kabupaten Sumbawa, BPSK Kota Medan, BPSK Kota Pematangsiantar, BPSK Kabupaten Asahan, BPSK Kota Sibolga, BPSK Kabupaten Purwakarta, BPSK Kabupaten Sumedang, BPSK Kota Palembang, dan BPSK Kota Bekasi. Peningkatan kualitas SDM penyelenggara perlindungan konsumen dilakukan dengan memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman kepada anggota BPSK untuk menjalankan kegiatan penyelesaian sengketa berupa mediasi, konsiliasi dan arbritrase. Melalui kegiatan ini para peserta memperoleh pengetahuan yang bermanfaat dalam rangka pelaksanaan tugas sebagai Anggota BPSK sehingga dapat diterapkan di BPSK masing-masing.
Gambar 7 Pembinaan SDM BPSK
Indikator Kinerja Program (IKP) 2: Indeks Tertib Ukur
Tabel 8 Indeks Tertib Ukur
INDIKATOR KINERJA
Sumber: Direktorat Metrologi, Ditjen PKTN (diolah)
Perdagangan yang adil tercermin pada kondisi dimana konsumen memperoleh haknya secara penuh terhadap kesesuaian dalam pengukuran sesuai dengan harga yang telah
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 16 dibayarkan dan sebaliknya penjual tidak mengalami kerugian atas nilai harga barang yang
dijualnya. Jaminan kesesuaian hasil pengukuran diberikan melalui pemberian cap tanda tera sah yang berlaku terhadap Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) serta kesesuaian kuantitas dengan label yang tertera dari Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT). Indikator yang dapat menggambarkan kondisi tersebut adalah Indeks Tertib Ukur (ITU).
Indeks Tertib Ukur (ITU) adalah indeks yang mengukur pencapaian tertib ukur dengan indikator Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang beredar di masyarakat yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Indeks Tertib Ukur digunakan sebagai Indikator Kinerja Program Direktorat Metrologi untuk periode tahun 2020-2024, dengan berdasarkan pada UTTP yang sesuai ketentuan dan BDKT yang sesuai ketentuan. Pendekatan dengan menggunakan hasil Pengawasan UTTP dan BDKT ini digunakan mengingat belum adanya nilai/angka potensi UTTP nasional yang cukup valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Angka Potensi UTTP nasional merupakan angka pembanding dalam indikator kinerja Direktorat Metrologi sebelumnya. Namun begitu belum semua kabupaten/kota dapat melakukan pendataan terhadap jumlah UTTP yang berada di wilayahnya dikarenakan kendala penyelenggaraan metrologi yang belum menyeluruh di tingkat nasional maupun kendala lainnya seperti kendala anggaran, infrastruktur, SDM dan sebagainya. Perhitungan indikator kinerja Direktorat Metrologi dengan menggunakan pendekatan pengawasan diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih real mengenai kondisi tertib ukur di Indonesia berdasarkan hasil temuan pengawasan UTTP dan BDKT langsung di lapangan.
Langkah awal dalam perhitungan Indeks Tertib Ukur adalah melakukan perencanaan dan perancangan sampling, perhitungan sampling pengawasan UTTP digunakan berdasarkan data jumlah pedagang yang ada di setiap pasar di seluruh Kabupaten/Kota dengan mengasumsikan bahwa 1 orang pedagang memiliki 1 unit UTTP. Berdasarkan data pendataan pasar yang dilakukan oleh Bappenas, diketahui bahwa pedagang di seluruh Kabupaten/kota berjumlah 1.435.090 orang, dengan menggunakan teknik Proportional Random Sampling (dengan derajat kepercayaan 99%), diperoleh jumlah sampel nasional sebanyak 16.324 sampel UTTP. Namun dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia maka ditetapkan 9.500 sampel UTTP. Sementara untuk penentuan jumlah sampel Pengawasan BDKT dengan mempertimbangkan jumlah jenis BDKT yg teridentifikasi untuk 9 jenis komoditi (beras, gula, susu, mie kering, kecap, minyak kemasan, minuman buah, kopi dan teh) sebanyak 490 jenis yang beredar dan mempertimbangkan metode pengambilan sampling berdasarkan petunjuk teknis pengujian BDKT maka ditetapkan sebanyak 6.000 sampel BDKT. Berkenaan dengan realokasi anggaran dan situasi Covid-19, jumlah sampel disesuaikan hingga diperoleh jumlah sampel 4.697 untuk UTTP dan 3.375 untuk BDKT.
Adapun pemilihan daerah yang menjadi target Pengawasan UTTP dan BDKT adalah daerah yang memiliki tenaga pengawasan, belum pernah dilakukan kegiatan pengawasan, adanya laporan dari dinas dan masyarakat serta daerah yang menjadi jalur mudik, selain itu daerah-daerah yang memiliki resiko rendah dan tidak berada pada zona merah penyebaran
Covid-LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 17 19 juga menjadi pertimbangan untuk memaksimalkan kegiatan pengawasan UTTP dan
BDKT. Indeks Tertib Ukur diperoleh dari:
Karena Jumlah UTTP dan BDKT yang diawasi nilainya berubah terhadap waktu (terus bertambah seiring meningkatnya jumlah sampel yang diawasi, maka nilai pembagi untuk indikator tersebut juga terus bergerak/tidak tetap). Dari periode Januari-Desember tahun 2020 telah dilakukan kegiatan Pengawasan terhadap 8.209 UTTP dan 3.480 BDKT. UTTP yang diawasi terdiri dari 7.675 unit UTTP di pasar, 512 unit pompa ukur BBM di SPBU, 15 unit timbangan jembatan, 4 unit meter kadar air, 2 unit Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak (TUTSIT) dan 1 unit Meter arus BBM. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut diperoleh sejumlah 5.056 unit UTTP yang sesuai ketentuan (61,59%).
Gambar 8 Kesesuaian UTTP Terhadap Ketentuan Yang Berlaku
Sementara itu, dari 3.480 unit BDKT yang diawasi dapat diidentifikasi sebanyak 1.921 unit BDKT yang sesuai ketentuan (55,21%).
Tabel 9 Kesesuaian BDKT 2020
No Komoditas Sesuai
Ketentuan
Tidak Sesuai
Ketentuan TOTAL % Sesuai Ketentuan
1 Beras 257 175 432 59,49%
2 Gula Pasir 201 209 410 49,02%
3 Minyak Goreng 210 155 365 57,53%
4 Susu 310 41 351 88,32%
5 Teh 73 183 256 28,52%
6 Kopi 319 130 449 71,05%
7 Kecap/Saus 215 151 366 58,74%
ITU = 68,4% UTTP yang sesuai ketentuan + 31,6% BDKT yang sesuai ketentuan
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 18
Sumber: Direktorat Metrologi, Ditjen PKTN (diolah)
BDKT yang diawasi pada tahun 2020 meliputi 9 jenis komoditi sesuai dengan priotitas ASEAN dalam hal penerapan ASEAN Common Requirement for prepacakged product, yang terdiri dari beras, gula pasir, minyak goreng, susu, the, kopi, kecap/saus, mie instan dan minuman buah. Selain itu terdapat beberapa komoditas BDKT lainnya yang diawasi seperti LPG 3 kg, makanan kemasan, tepung dan garam. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut dapat terlihat bahwa dari 9 komoditi prioritas yang memiliki persentase sesuai ketentuan masih rendah (dibawah 50%) antara lain gula pasir, the dan mie instan. Sementara komoditas yang non prioritas yang persentasenya masih rendah adalah LPG 3 kg.
Berdasarkan capaian kesesuaian UTTP dan BDKT tersebut diperoleh nilai Indeks Tertib Ukur (ITU) pada tahun 2020 sebesar 59,57 angka tersebut telah melampaui target ITU tahun 2020 yaitu sebesar 55. Sementara itu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2019), rincian persentase UTTP sesuai ketentuan mengalami penurunan dari 96,76%
menjadi 61,59% dan persentase BDKT sesuai ketentuan mengalami penerunan dari 61,26%
menjadi 55,2%. Capaian indeks tertib ukur, UTTP dan BDKT sesuai ketentuan mengalami berbagai kendala sebagai dampak pandemi Covid 19.
Gambar 9Grafik Perbandingan Capaian UTTP dan BDKT Sesuai Ketentuan Direktorat Metrologi 2019-2020
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 19 Walaupun terdapat beberapa kendala yang menghambat pencapaian target kinerja
Direktorat Metrologi yang diantaranya adalah tingkat pemahaman masyarakat, kinerja tera dan tera ulang daerah, kebijakan daerah khususnya mengenai SDM Kemetrologian dan anggaran operasional, perhatian dari kepala dinas dan kepala daerah serta pandemi Covid 19 yang berdampak pada refocusing anggaran dan pembatasan penyelenggaraan kegiatan termasuk pelayanan, surveillance dan pengawasan di bidang metrologi legal. Namun begitu Direktorat Metrologi mampu mencapai target kinerjanya di tahun 2020, Adapun faktor pendukung dalam pencapaian target kinerja tersebut antara lain, semakin bertambahnya jumlah Unit Metrologi Legal yang secara langsung dapat emningkatkan kinerja tera dan tera ulang, masih berjalannya pelayanan di beberapa daerah di masa pandemic Covid-19, komitmen yang tinggi dari Direktorat Metrologi untuk dapat memaksimalkan sumber daya yang ada serta dukungan dari beberapa daerah untuk dapat berkolaborasi dalam menciptakan berbagai inovasi ditengah keterbatasan ditengah pandemi Covid 19.
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Metrologi untuk memenuhi target indikator kinerja ditengah pandemi Covid-19 adalah mengoptimalkan platform online untuk beberapa kegiatan yang memungkinkan dilakukan secara online seperti penilaian/surveillance Unit Metrologi Legal, Edukasi Masyarakat, serta pengembangan kompetensi SDM. Selain itu keberlanjutan kegiatan pelayanan dan pengawasan kemetrologian dilakukan secara optimal di era new normal dengan tetap memperhatikan keselamatan petugas di area pelayanan dan pengawasan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, melakukan rapid res, serta memperhatikan faktor-faktor resiko penyebaran Covid-19 dalam menentukan area pengawasan.
A) Meningkatnya Penegakan Hukum di Bidang Kemetrologian 1. Persentase Penyelesaian Penegakan Hukum
Pada tahun 2020 telah diterbitkan 4 (empat) Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) dari 5 (lima) penyelesaian kasus yang ditargetkan di tahun ini. Dengan demikian capaian kinerja sasaran persentase penyelesaian penegakkan hukum di tahun 2020 adalah sebesar 80%. Target persentase penyelesaian penegakan hukum tahun 2020 adalah sebesar 60%, dengan demikian realisasi tahun ini telah melampaui target dengan capaian sebesar 133,33%.
Adapun SPDP yang terbit tahun ini adalah untuk kasus di Provinsi Bali, dengan lokasi sebagai berikut:
SPBU 54.806.06, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali;
SPBU 54.806.01, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali;
SPBU 54.803.23, Kabupaten Badung, Provinsi Bali; dan
SPBU 54.803.29, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Direktorat Metrologi telah melakukan kegiatan penyidikan dengan dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan dan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan pada tanggal 23 Januari 2020.
Pada bulan Maret 2020 telah dilakukan pemanggilan dan pemeriksaan tersangka namun berkenaan dengan pandemik Covid-19 pemanggilan dan pemeriksaan tersangka tersebut sempat tertunda.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 20 Pada minggu pertama bulan Agustus 2020 proses penegakkan hukum telah berlanjut
dimana berkas perkara telah diserahkan kepada Kejaksaan Tinggi Bali melalui Korwas PPNS Polda Bali, dan saat ini sedang menunggu arahan jaksa apakah berkas masih ada yang kurang /P19 atau berkas telah dinyatakan lengkap.
Gambar 10 Kegiatan Berkas Perkara Penyelesaian Penegakkan Hukum di Provinsi Bali Output yang mendukung sasaran indikator tersebut adalah kegiatan pengawasan kemetrologian pada tahun 2020 telah dilakukan terhadap 8.209 UTTP dan 3.480 BDKT, dengan sebaran daerah pengawasan sebagai berikut:
Gambar 11 Sebaran Kegiatan Pengawasan Kemetrologian sampai dengan Triwulan III tahun 2020 1. Pengawasan UTTP
Pada tahun 2020 telah dilaksanakan pengawasan terhadap 8.209 UTTP yang diadakan di 64 (enam puluh empat) kabupaten/kota dengan obyek pengawasan sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomo 67 Tahun 2018 tentang Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang.
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 21 Gambar 12 Pengawasan UTTP oleh Pengawas Kemetrologian Direktorat Metrologi
2. Pengawasan BDKT
Untuk kegiatan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT) yang dilakukan oleh bidang Penegakan Hukum dan Bimbingan Operasional Kemetrologian (PHBOK) dan Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Capaian BDKT yang Diawasi Bidang PHBOK Direktorat Metrologi Tahun 2020
No. Satker Lokasi Pengawasan Jumlah Varian
Produk Jenis Produk
Jumlah Sampel BDKT yang
Diawasi
1 Direktorat Metrologi Kabupaten Ciamis 1 varian produk LPG 90
2 Kabupaten Bandung
Barat 9 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 378
3 Kabupaten Bandung 9 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 302
4 Kota Cimahi 9 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 296
5 Kabupaten Purwakarta 10 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 228
6 Kota Bogor 9 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 277
7 Kabupaten Jember 9 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 326
8 Kota Cirebon 9 varian produk 9 Jenis Produk BDKT 445
9 BSML Regional I
Kota Banda Aceh 2 varian produk Kopi Bubuk, Makanan
Kaleng 67
10 Kab. Karo 1 varian produk Kopi Bubuk 23
11 Kota Pematang Siantar 1 varian produk Beras dalam Kemasan 27
12 Kota Tebing Tinggi 2 varian produk Kopi bubuk, beras dalam
kemasan 77
13 Kab. Langkat 1 varian produk Beras dalam kemasan 50
14 Kab. Asahan 1 varian produk Beras dalam kemasan 16
15 BSML Regional II
Kota Trenggalek 3 varian produk
Beras dalam kemasan, Kecap. Air Minum dalam Kemasan
125
LAPORAN KINERJA DITJEN PKTN T.A 2020 22
No. Satker Lokasi Pengawasan Jumlah Varian
Produk Jenis Produk
Kota Palangkaraya 8 varian produk
Beras dalam kemasan,
Kabupaten Ketapang 8 varian produk
Beras dalam kemasan,
18 BSML Regional IV Kota Kendari 1 varian produk Tepung dalam kemasan 20
19 Kota Manado 1 varian produk Garam dalam kemasan 20
20 Kota Palu 1 varian produk Air minum dalam kemasan 20
21 Kota Gorontalo 1 varian produk Makanan dalam kemasan 20
21 Kota Gorontalo 1 varian produk Makanan dalam kemasan 20