• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Ekonomika Vol ll No. 2 Oktober 2010"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DIAGNOSIS POLA USAHA TANI DAN KINERJA DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN BERBASIS PADI DI KECAMATAN BUAYMADANG

OGAN KOMERING ULU TIMUR

Oleh : M u n a j a t1

ABSTRACT

This research aim to identified the food plant farm cropping with paddy base, and to analyze the food plant with paddy base in Buay Madang East OKU region. The result shown that there’re three farm cropping with paddy base in Buay Madang, (paddy-paddy-soy bean), (paddy-paddy-peanut) and (paddy, paddy, long bean). The best profit for the farmer from the diversification of the food plant with paddy base were fisrt type, paddy-paddy-soy bean, and then followed by the second type and the third type.

Keywords: Farm cropping, Food plant, Paddy base, Diversification

I. PENDAHULUAN

Mengacu pada kebijakan pembangunan pertanian, pengembangan pola tanam dan diversifikasi usahatani di lahan sawah memiliki justifikasi yang kuat. Wacana diversifikasi usahatani sesungguhnya telah berkembang sejak pelita II (1974 – 1978), dalam rangka memantapkan program intensifikasi dan ekstensifikasi menuju swasembada pangan. Pengembangan intensifikasi palawija dan hortikultura perlu dilakukan secara simultan dan terpadu dengan budidaya tanaman padi ( Rusastra, et al.,2004)

Diversifikasi usahatani dalam pertanian bukanlah hal yang baru bagi sebagian besar petani skala kecil Indonesia (Kasryno, 2003). Pada awalnya, alasan petani melakukan diversifikasiusahatani adalah untuk memenuhi keragaman kebutuhan konsumsi kelaurga. Dalam konteks ekonomi, diversifikasi pertanian diarahkan untuk

1

(4)

memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan pendapatan petani dengan tingkat stabilitas yang lebih tinggi. Dengan demikian diversifikasi pertanian (demand driven farming system diversification) memerlukan instrumen kebijakan pembangunan pertanian yang berbeda dengan diversifikasi intensifikasi usahatani (supply driven} dengan sasaran utama memenuhi kebutuhan dan memperoleh surplus produksi (Timmer,1992)

Padi merupakan tanaman yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Selain beras merupakan komoditas penting tidak hanya di Indonesia, tapi juga di belahan dunia lainnya. Beras tidak hanya menjadi makanan pokok sekitar 3 miliar penduduk dunia atau sekitar separuh warga dunia, di banyak negara Asia beras menyediakan 30-80 persen kebutuhan konsumsi kalori per kapita, menjadi gantungan hidup sebagian besar penduduk bahkan menjadi penghasil devisa negara.

Dalam upaya menyediakan kebutuhan pangan khususnya beras serta peningkatan kesejahteraan petani padi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya peningkatan produksi usahatani dengan cara diversifikasi. Mengingat bahwa tantangan terbesar saat ini adalah menciptakan kecukupan pangan. Saat ini sedang terjadi peningkatan permintaan terhadap produk pangan yang luar biasa karena terjadi perebutan untuk konsumsi akibat peningkatan jumlah penduduk.

Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen penting beras. Sekitar 70 % dari 25,4 juta rumah tangga petani adalah petani pangan. Mereka menggantungkan hidupnya pada padi yang ditanam di lahan-lahan sempit, kurang lebih dari 0,25 hektar. Begitu pentingnya beras, maka persoalan beras tidak hanya berdimensi ekonomi, tapi juga sosial, politik, budaya dan sejarah (Khudori, 2008).

Salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan sebagai pusat penghasil beras yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur hal ini didukung oleh adanya bendungan perjaya dan jaringan irigasi yang memadai, dengan air yang mengalir sepanjang tahun dari saluran irigasi komering, sesungguhnya implkasi dari pengairan irigasi ini menyebabkan Kecamatan Buaymadang Kabupaten OKU Timur menjadi kawasan subur yang dapat ditanami sepanjang tahun. Dengan kondisi yang demikian

(5)

tidaklah mengherankan bila kemudian di kecamatan ini menjadi sentral produksi padi di Kabupaten OKU Timur, bahkan di Daerah Sumatra Selatan pun Kecamatan Buaymadang yang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas yakni lebih dari 26.000 hektar.

Namun pada sisi yang lain, permasalahan dalam usahatani tanaman pangan berbasis padi adalah masalah lahan dimana sesungguhnya telah terjadi fragmentasi lahan akibat pewarisan, penjualan atau adanya dampak dari pembangunanotonomi daerah. Oleh karena itu, dengan lahan yang terbatas tersebut jalan keluar yang sering dilakukan petani adalah dengan melakukan diversifikasi berupa pola tanam sehingga para petani berharap dengan menggunakan lahan yang demikian dapat menghasilkan hasil yang maksimum atau memuaskan dengan mengoptimalisasikan lahan dengan cara diversifikasi usahatani berbasis padi dengan memperhatikan keanekaragaman potensi sumber daya pertanian yang ada. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola tanam usahatani tanaman pangan berbasis padi serta menganalisis kinerja diversifikasi tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang Ogan Komering Ulu Timur.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Buay Madang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan salah satu pusat dari produksi padi irigasi teknis dan banyak petani yang melakukan diversifikasi dilahan usahataninya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Pengumpulan data dilapangan dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Oktober 2009.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Sementara Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi di lapangan dan wawancara langsung pada petani contoh dengan menggunakan daftar pertanyaan. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak berlapis berimbang (Proportionate stratified random sampling), terhadap pola usahatani berbasis padi

(6)

yang ada terhadap masing-masing 10 petani sehinga jumlah petani contoh sebanyak 30 petani dari 115 petani yang ada .

Tabel 1. Jumlah petani contoh pada masing-masing pola usahatani

Pola Usahatani Populasi (Orang) Jumlah Petani Contoh (Orang) I II III 35 42 38 10 10 10 Total 115 30

Data yang diperoleh dilapangan diolah secara tabulasi dan matematik. Untuk melihat pola usahatani berbasis tanaman padi dilakukan dengan identifikasi seluruh petani sampel terhadap tanaman yang di budidayakan, sementara untuk melihat kinerja diversifikasi usahatani dilakukan dengan pendekatan matematis terhadap biaya usahatani, penerimaan dan pendapatan dari setiap strata usahatani.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pola Usahatani

Berdasarkan hasil kajian diagnosis terhadap pola usahatani padi di Kecamatan Buaymadang secara dominan didapat tiga pola usahatani, pola usahatani yang paling banyak di usahakan petani adalah pola usahatani padi – padi – kacang tanah. Adapun ketiga kombinasi pola usahatani tersebut adalah :

1.kombinasi padi, padi , kedelai 2.kombinasi padi, padi, kacang tanah 3.kombinasi padi, padi, kacang panjang

B. Kinerja Diversifikasi Usahatani Tanaman Pangan Berbasis Padi

Dalam menganalisis kinerja diversifikasi usahatani tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Bauymadang Kabupaten OKU Timur di lakukan dengan

(7)

menganlisis tahapan-tahapan usahatani mulai dari pengadaan sarana produksi usahatani, biaya usahatani, produksi usahatani dari diversifikasi itu sendiri, penerimaan dan pendapatan dari masing-masing ketiga pola usahatani yang ada. 1. Pengadaan Sarana Produksi Usahatani

Petani di Kecamatan Buay Madang umumnya mendapatkan benih yang akan ditanam berasal dari bantuan pemerintah atau membuat benih sendiri yang berasal dari tanaman sebelumnya. Benih tersebut berupa padi varietas ciliwung, kedelai varietas lokal (wilis), kacang tanah dan kacang panjang.

Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang. Pengadaan pupuk kandang dilakukan petani dengan cara membuatnya sendiri dengan menggunakan kotoran hewan. Sedangkan pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-18 dan Ponska. Pupuk anorganik dibeli petani melalui kios pertanian yang ada di kios pertanian desa-desa Kecamatan Buay Madang. Harga masing-masing pupuk adalah ; Urea Rp 1200, SP-18 Rp 2500 dan Ponska Rp 2600 per kilogram. Petani didaerah Kecamatan Buay Madang sangat jarang menggunakan pupuk NPK untuk tanamannya dikarenakan harga yang relatif tinggi dan keberadaan pupuk tersebut jarang ada.

Sedangkan untuk penggunaan pestisida, yang digunakan petani contoh Kecamatan Buay Madang yaitu terdiri dari insektisida dengan jumlah 1 liter per hektar seharga Rp 25.000, fungisida dengan 0,25 liter per hektar seharga Rp 35.000, herbisida dengan 1 liter per 1 hektar seharga Rp 26.000 dan ZPT/PPC dengan 0,5 liter per hektar seharga Rp 10.000. berikut merupakan tabel penggunaan pestisida.

Tabel 2. Jenis Penggunaan Pestisida No Jenis Penggunaan Pestisida Jumlah (liter/ha) Harga satuan (Rp/Liter) Biaya pembelian pestisida (Rp) 1 2 3 4 Insektisida Fungisida Herbisida ZPT/PPC 1 0,25 1 0,5 25.000 140.000 26.000 20.000 25.000 35.000 26.000 10.000

(8)

Sedangkan peralatan yang pada umumnya digunakan petani contoh Kecamatan Buay Madang yaitu berupa sabit dengan harga berkisar antara Rp 20.000 sampai dengan Rp 50.000, cangkul dengan harga berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 75.000 dan hand sprayer dengan harga berkisar antara Rp 200.000 sampai dengan Rp 350.000. Berikut merupakan tabel dari penggunaan peralatan usahatani petani contoh Kecamatan Buay Madang.

Tabel 3. Harga dan Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Setiap Pola Usahatani

No Peralatan Harga ( Rp/unit)

1 2 3 Sabit Cangkul Hand sprayer 20.000 sampai 50.000 50.000 sampai 75.000 200.000 sampai 350.000 2. Biaya Usahatani a. Lahan

Luasan rata-rata petani contoh pola usahatani yaitu 0,67 hektar. Luasan pola usahatani I lebih luas dibanding dengan pola usahatani II dan pola usahatani III. Pada lampiran tersebut terlihat luas garapan petani contoh bervariasi untuk masing-masing pola usahatani.

Status lahan yang dimiliki petani contoh di daerah ini sebagian adalah sewa sebesar 56,67 persen kemudian milik sendiri 43,33 persen.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam setiap pola usahatani di Kecamatan Buay Madang ini berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga luar keluarga digunakan pada waktu-waktu tertentu saja dan sebagian besar pada tanaman padi khususnya pada waktu penanaman dan pemanenan, pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor yang disewa oleh petani dengan harga Rp 500.000 yang dilakukan oleh 2 orang dalam 1 hari per hektar begitu pula pada tanaman kedelai dan

(9)

kacang tanah pada saat pengolahan tanah, sedangkan dalam pemberian pupuk dan pestisida dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga.

Biaya produksi usahatani adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi yaitu mulai dari persiapan tanaman hingga produksi setiap jenis tanaman pada setiap pola usahatani. Biaya usahatani terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usahatani ini adalah biaya penyusutan alat yang meliputi penyusutan alat cangkul, sabit, dan hand sprayer. Biaya variabel dalam usahatani sayuran ini adalah biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. Biaya sarana produksi meliputi biaya benih, pupuk dan pestisida.

Tabel 4. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani I Perluasan Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009. (0,67 ha)

No Jenis Per Luas Garapan (Rp) Persentase (%)

1 2 3

Biaya penyusutan alat Biaya tenaga kerja Biaya sarana produksi

11.732,80 4.485.100 1.973.000 0,18 69,32 30,50 Jumlah 6.469.823,80 100

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani I biaya produksi rata-rata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 4.485.100 per luas garapan atau 69,32 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan tanah, penanaman dan pada saat pemanenan setiap tanaman selama 3 kali penanaman. Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa, biaya tenaga kerja untuk tanaman padi I lebih tinggi dari pada tanaman padi ke II dan tanaman kedelai, kacang tanah dan kacang panjang. Tingginya biaya tenaga kerja pada pola usahatani I pada tanaman padi I ini di karenakan pengolahan lahan yang dilakukan pada luasan lahan rata-rata 0,67 hektar pada saat penanaman dan pemanenan yang memerlukan tenaga lebih intensif dari pada penanaman selanjutnya.

(10)

Tabel 5. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani II Perluasan Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009. (0,67 ha)

No Jenis Per Luas Garapan (Rp) Persentase (%)

1 2 3

Biaya penyusutan alat Biaya tenaga kerja Biaya sarana produksi

16.154 ,17 4.276.600 1.574.600 0,28 72.88 26,84 Jumlah 5.867.354,17 100

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani II, biaya produksi rata-rata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 4.276.600 per luas garapan atau 72,49 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan tanah, penanaman dan pada saat pemanenan tanaman.

Tabel 6. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani III Perluasan Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009 (0,67 ha).

No Jenis Per Luas Garapan (Rp) Persentase (%)

1 2 3

Biaya penyusutan alat Biaya tenaga kerja Biaya sarana produksi

16.000 3.731.300 1.464.100 0,30 71,59 28,11 Jumlah 5.211.400 100

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa, pada pola usahatani III, biaya produksi rata-rata terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja yakni sebesar Rp 3.731.300 per luas garapan atau 71,16 persen. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja ini digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada saat pengolahan tanah, penanaman dan pada saat pemanenan.

3. Produksi

Produksi adalah hasil yang diperoleh petani pada saat panen (Mubyarto dalam Munajat, 1998). Setiap petani mengusahakan usahataninya selalu mengharapkan agar tanaman dan ternak dan lain-lainnya yang mereka usahakan meningkat hasilnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai usaha yang mereka lakukan untuk meningkatkan

(11)

produksi seperti penggunaan pupuk, pestisida dan sarana produksi lainnya. Pada Tabel 7 tertera rerata produksi per luas garapan untuk masing-masing pola usahatani.

Tabel 7. Rerata Produksi Pola Usahatani Per Luas Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009

Pola Usahatani Total (Kg)

I. Padi, Padi, Kedelai

II. Padi, Padi, Kacang Tanah III. Padi, Padi, Kacang Panjang

5.340 4.603 4.216

Berdasarkan Tabel 7, rerata produksi yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani I sebesar 5.340 kg untuk 1 periode dengan 3 kali penanaman. Dan pola usahatani ke III dengan rerata terendah yaitu 4.216 kg. Komoditi yang dihasilkan di Kecamatan Buay Madang ini sebagian besar dijual langsung kepada pemborong yang datang ke lahan petani, sehingga petani tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi. Sebagian besar pembeli berasal dari kota Bandar Lampung.

4. Penerimaan

Secara umum penerimaan dalam usahatani adalah jumlah dari hasil produksi riil persatuan waktu dan luas dikalikan harga per satuan produksi. Berikut merupakan tabel penerimaan dari pola usahatani di Kecamatan Buay Madang.

Tabel. 8. Rerata Penerimaan Pola Usahatani Per Luas Garapan Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009

Pola Usahatani Total (Rp)

I. Padi, Padi, Kedelai

II. Padi, Padi, Kacang Tanah III. Padi, Padi, Kacang Panjang

24.921.500 23.700.900 17.578.200

Dari Tabel 8. diketahui bahwa, rerata penerimaan yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani I yaitu sebesar Rp 24.921.500 untuk tiap 3 kali penanaman selama 1 tahun dengan jumlah rerata luas garapan lahan 0,8 hektar. Penerimaan ini

(12)

pola usahatani ini berasal dari pola penanaman padi, padi dan kedelai. Tingginya penerimaan ini dikarenakan adanya pengaruh luasan garapan petani contoh.

Sedangkan rerata terendah yaitu pada pola usahatani III yaitu sebesar Rp 17.578.200 untuk tiap 3 kali penanaman selama 1 tahun dengan pola tanam padi, padi dan kacang panjang hal ini disebabkan luasan garapan tanah yang reratanya 0,5 hektar.

Berbeda dengan pola tanaman padi, padi, kacang tanah dengan luasan lahan yang reratanya 0,7 hektar. Pola tanaman ini menghasilkan keuntungan yang tidak jauh berbeda dengan pola tanam padi, padi, kedelai hal ini di karenakan kacang tanah memberikan kontribusi yang lebih besar di banding dengan tanaman kedelai dan kacang panjang. Dengan rerata penerimaan petani contoh sebesar Rp 23.700.900. 5. Pendapatan

Berhasilnya suatu usahatani, apabila petani mendapatkan pendapatan yang tinggi dari usahatani yang dilakukannya. Tingkat pendapatan petani dapat dilihat dengan cara mengurangkan antara penerimaan dengan biaya total usahatani. Dari Tabel 9 di dapat bahwa pendapatan yang paling tinggi terdapat pada pola usahatani satu sebesar Rp. 18.704.596,20 per ha per tahun, disusul masing-masing oleh pola usahatani ke dua dan pola usahatani ke tiga

Tabel 9. Rekapitulasi Pola I Per Hektar Petani Contoh Kecamatan Buay Madang, September 2008/ Agustus 2009

No Pola Usahatani

Penerimaan (Rp/ha) Total biaya (Rp/ha) Pendapatan 1 2 3 I II III 24.921.500 23.700.900 17.578.200 6.469.823,80 5.867.354,17 5.211.400 18.704.596,20 17.833.545,83 12.366.800

(13)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian diagnosis pola usahatani dan kinerja diversifikasi tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola usahatani yang pada tanaman pangan berbasis padi di Kecamatan Buaymadang terdapat tiga pola usahatani yakni kedelai), (padi-padi-kacang tanah) dan (padi-padi-(padi-padi-kacang panjang).

2. Kinerja diversifikasi usahatani tanaman pangan berbasis padi yang paling menguntungkan bagi etani adalah kinerja diversifikasi pola usahatani I yakni padi – padi – kedelai baru diikuti masing masing kinerja diversifikasi pola usahatani II dan III.

DAFTAR PUSTAKA

Kasryno, F. 2003. Produksi Padi an Diversifikasi Tanaman Pangan: Mencari Suatu Solus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertania. Bogor Munajat. 1998. Analisis Keuntungan Komperatif Struktur Usahatani Sayuran.

Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang (tidak dipublikasikan).

Rusastra, I. W. Handewi, P. Saliem, Supriati dan Saptana. 2004. Prospek

Pengembangan Pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman Pangan Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. 22 (1), Juli 2004: 37 – 53

Timmer, C. P. 1992. Agricultural Diversification in Asia : Lesson From The 1980’s and Issues for The 1990’s. Trend in Agricultural Diversification: Regional Perpective. World Bank Technical Papaer No. 180. Washington D.C. USA

Gambar

Tabel 1. Jumlah petani contoh pada masing-masing pola usahatani
Tabel 2. Jenis Penggunaan Pestisida   No  Jenis Penggunaan  Pestisida  Jumlah  (liter/ha)  Harga satuan  (Rp/Liter)  Biaya pembelian pestisida (Rp)  1  2  3  4  Insektisida Fungisida Herbisida ZPT/PPC  1  0,25 1 0,5  25.000  140.000 26.000 20.000  25.000 35.000 26.000 10.000
Tabel 3. Harga dan Jenis Peralatan yang Digunakan Dalam Setiap Pola Usahatani
Tabel 4. Rerata Biaya Produksi Pola Usahatani I Perluasan Garapan Petani Contoh                 Kecamatan Buay Madang, September 2008 / Agustus 2009
+4

Referensi

Dokumen terkait

Impregnasi bertujuan untuk mendistribusikan komponen aktif logam dengan cara yang paling efisien (yaitu dengan dispersi yang merata untuk mendapatkan luas permukaan spesifik yang

Berdasarkan latar belakang masalah yang dibahas sebelumnya, yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengembangan sebuah sistem pakar berbasis aturan yang dapat membantu

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperoleh rumusan masalah yaitu berapa besar tingkat perambahan, hasil interpretasi dan kerapatan vegetasi

Penggunaan acasia sebagai pohon penaung atau inang yang terlalu rapat dan dalam waktu yang lama akan menurunkan pertumbuhan tanaman cendana karena persaingan akan semakin

Peserta didik dimotivasi dengan bertanya kepada siswa tentang tumbuhan yang ditampilkan pada  slide presentati on. Guru menyampaikan bahwa tanaman ini termasuk 

Upah adalah pendapatan masyarakat yang mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (Full Employment) dapat terwujud. 10 Faktor tingkat

Dari tabel 1 juga dapat diketahui tingkat keuntungan atau rente optimal yang dapat diperoleh sebesar Rp 107.074,11 juta per tahun pada kondisi pengelolaan sole owner atau maximum

Pada scene ini pengguna akan mendapatkan tes warna sebanyak 10 soal jika jawaban benar maka lanjut kesoal berikutnya dan jika salah maka akan menucul jawaban yang