NILAI
MORAL
DALAM
NOVEL
ORANG
MISKIN
DILARANG
SEKOLAH
KARYA
WIWID
PRASETYO
DAN
IMPLIKASINYA
TERHADAP
PEMBELAJARAN
BAHASA
DAN
SASTRA
INDONESIA
DI
SEKOLAH
Skripsi
DiajukankepadaFakultasIlmuTarbiyahdanKeguruan
untukMemenuhiPersyaratanMencapaiGelarSarjanaPendidikan(S.Pd)
Oleh:
SitiNurfajriah
(109013000007)
PENDIDIKAN
BAHASA
DAN
SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS
ILMU
TARBIYAH
DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
ABSTRAK
Siti Nurfajriah, 109013000007, ―Nilai Moral dalam Novel Orang Miskin Dilarang SekolahkaryaWiwidPrasetyodanImplikasinyaterhadapPembelajaran BahasadanSastraIndonesiadiSekolah‖.JurusanBahasadanSastraIndonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta.DosenPembimbing:RosidaErowati,M.Hum.
Nilaipendidikandalamnovelinidifokuskanpadapembahasannilaimoral. Selanjutnyapembentukannilaimoralparatokohtersebutdikaitkandenganlatar belakangasaltempatyangterdapatdalamnovel.Penelitianinibertujuanuntuk mendeskripsikan struktur yang membangun novel Orang Miskin Dilarang Sekolah,nilaipendidikanmoralparatokoh,danimplikasipembahasannovelini terhadappembelajarandisekolah.Metodeyangdigunakandalampenelitianini adalahstrukturalismesastra.
Hasilpenelitianberupastrukturcerita tersusunsecarapadudanlogiskarena setiap unsurnya saling berkaitan. Perjuangan tokoh utama dalam membantu teman-temannyauntuksekolahmerupakantemautamadalamcerita.Penokohan menurutfungsinyasebagaiprotagonisdanantagonissemakinmemperjelasdan menghidupkan cerita. Bentuk alur maju dengan menggunakan sekuen dan hubungankausalitasdapatmempermudahpembacadalammemahamialurcerita. Pendeskripsian latar tempat semakin memperkuat alur dan penokohan. Pendeskripsian latar waktu menampilkan keadaan sosial pada saat itu. Penggunaansudutpandangorangpertamamembuatpembacaseolahmerasakan dan terlibat langsung dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan semakin memperindahjalannyacerita,sehinggalebihmenarikperhatianpembaca.Latar belakangmasyarakatJawadalamceritaberkaitandengannilaimoral,diantaranya nilaimoralterhadapdirisendiri,nilaimoralterhadaporanglaindannilaimoral terhadap Tuhan. Nilai moral tersebut tercermin melalui para tokoh sehingga terlihat bahwa pengarang ingin menunjukkan prinsip Jawa dalam karyanya. Analisisnovel Orang Miskin Dilarang Sekolahdapatmemenuhikompetensiinti dalam kurikulum. Kegiatan menganalisis struktur novel dapat menambah pemahamansiswaterhadapcaramenganalisisstrukturnovelsertameningkatkan keterampilanberbahasa.
KataKunci:Nilaipendidikanmoral,pendekatanstrukturaldanpragmatik,novel
Orang Miskin Dilarang Sekolah
ABSTRACT
SitiNurfajriah,109013000007,"MoralValuesin Orang Miskin Dilarang Sekolah
novel by WiwidPrasetyo and its Implications toward Literature Learning at School".IndonesianLanguageandLiteratureDepartement,FacultyofTarbiyah and Teaching Science, State Islamic of Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor: RosidaErowati,M.Hum.
Educationalvalueinthisnovelfocusedonthediscussionofmoralvalues. Theformationofthesevaluesinthecharactersisassociatedwiththesocialand culturalsettingofthenovel,whichisSemarang,CentralJava.Thisresearchaims to describe the structure of Orang Miskin Dilarang Sekolah novel, moral educationvalueofthecharacters,andimplicationofthisdiscussionforliterature learningatschool.Themethodusedisstructuralandpragmaticapproach.
Theresultofthestructureanalysisarecoherentandlogicalbecauseevery elementarerelated.Struggleofthemaincharactertohelphisfriendsinschoolis amajorthemeinthestory.Thecharacterizationsaccordingtothefunctionas protagonistandantagonistwerearticulatedandmakethestory.Vividprogressive plot desain by using the sequence and causality relationship make the reader easier in understanding the storyline. Description of the background further strengthen the plot and characterization. Description of the social background displaystateatthetime.Theuseoffirst-personperspectivemakesthereaderfeel asifdirectlyinvolvedinthestory.Styleoflanguageusedincreasinglybeautify the course of the story, attract more the reader’s attention. Background of Javanesesocietyinthestoryrelatedtomoralvalues,whicharethemoralvaluesto oneself,themoralvaluestootherpeople,andthemoralvaluestoGod,reflected bythecharacterssoitlooksthattheauthorwantstoshowtheprincipleofJavain hiswork.Analysisof Orang Miskin Dilarang Sekolahnovelcanfulfillthemain competenceofcurriculum.Structureanalysisofthenovelcanincreasestudent’s knowledgeofhowtoanalyzethestructureofnovelandimprovetheirlanguage skill.
Keywords: Moral education values, pragmatic and structural approach, novel
Orang Miskin Dilarang Sekolah
KAT`A
PENGANTAR
Alhamdulillah,pujisyukurpenulispanjatkankepadaAllahSwt.,yangtelah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehinggapenulis diberi kemudahan
dankelancarandalammenyelesaikanskripsiyangberjudul―NilaiMoraldalam
Novel Orang Miskin Dilarang SekolahkaryaWiwidPrasetyodanImplikasinya
terhadapPembelajaranBahasadanSastraIndonesiadiSekolah‖.Shalawatserta
salamselalupenulissampaikankepadaNabiMuhammadSAW.
Dalamprosespenulisanskripsiinitentunyaterdapatbanyakhalanganyang
penulishadapi.Namun,akhirnyapenulisdapatmenyelesaikandenganbaikberkat
dukungandandoadariberbagaipihak.Olehkarenaitu,penulismenyampaikan
terimakasihdanpenghargaansetinggi-tingginyakepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A.,Ph. D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan;
2. Dra.MahmudahFitriyahZA,M.Pd.,KetuaJurusanPendidikanBahasa
danSastraIndonesiaUniversitasIslamNegeriSyarifHidayatullahJakarta
yangtelahmemberikankemudahanselamapenulisanskripsiini;
3. RosidaErowati,M. Hum.,dosenpembimbingyangtelah membimbing
penulisdenganpenuh kesabaran. Ilmupengetahuandanwawasan yang
beliauberikansangatbermanfaatbagipenulis;
4. Dra. Siti Sahara, dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan
bimbinganselamaperkuliahan;
5. SeluruhdosenJurusanPendidikanBahasadanSastraIndonesiayangtelah
memberikanilmupengetahuandanwawasannya kepadapenulisselama
perkuliahanberlangsung;
6. Orangtuatercinta(BapakH.SyaifulAzhardanIbuHj.SitiSumairoh)
yangsenantiasamendoakansertamemberikanmotivasiselamapenulisan
skripsiini;
7. Suami tercinta (Anton Firdaus, S.H) yang senantiasa mendoakan,
memberikan motivasi, serta bantuan waktu dan tenaga dalam proses
penulisanskripsiini;
8. Sahabat-sahabatku tersayang: Fina Wardatul Ummah, Ria Fidiyanti,
WindyNurseptianidanIlaNurlaila,terimakasihatasdoa,motivasidan
waktuluangnyadalamberbagisukadanduka;
9. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
angkatan2009,terimakasihatasdoadandukungannya;
10.Berbagaipihakyangtidakdapatdisebutkansatupersatu,terimakasihatas
doadandukungannya.
Semoga semua bantuan doa, motivasi, serta bimbingan yang telah
diberikanmendapatkanbalasandariAllahSwt.Selainitu,penulisberharap
semogaskripsiinidapatmemberikanmanfaatbagisemuapihakagardapat
membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran bahasa dan
sastraIndonesia.
Jakarta,Maret2014
Penulis
DAFTAR
ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACT……….. ii
KATAPENGANTAR... iii
DAFTARISI... v
DAFTARDIAGRAM... vii
DAFTARTABEL... viii
BABIPENDAHULUAN... 1
A.LatarBelakangMasalah... 1
B.RumusanMasalah... 3
C.TujuanPenelitian... 3
D.ManfaatPenelitian... 3
E.MetodologiPenelitian... 4
BABIILANDASANTEORI... 10
A.Pengertian Novel ... 10
B.StrukturalismeSastradanPendekatanPragmatik... 11
C.HakikatNilaiPendidikandalamKaryaSastra... 19
D.Hakikat Moral ... 20
1. Pengertian Moral ... 20
2. Wujud Penyampaian Moral ... 24
E. Etika Jawa ... 25
F. Hakikat Pembelajaran Sastra... 29
G. Penelitian yang Relevan ... 30
BABIIIPROFIL PENGARANG DAN HASIL ANALISIS ...34
A. Biografi Wiwid Prasetyo... 34
B. Karya-karyaWiwid Prasetyo... 35
C. Sinopsis Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah... 37
D. Struktur Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah... 39
1.Tema ... 39
2.Tokoh dan Penokohan ... 44
3.Latar ... 75
4.Alur ... 78
5.Sudut Pandang ... 85
6.Gaya Bahasa ... 86
E. Analisis Nilai Moral Tokoh dengan Pendekatan Pragmatik ... 89
1.NilaiMoralterhadapDiriSendiri... 91
2.Nilai Moral terhadap Orang Lain ... 96
3.Nilai Moral terhadap Tuhan ... 98
F. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah...102
BABIVPENUTUP... 104
A.Simpulan... 104
B.Saran... 105
DAFTARPUSTAKA... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran1 :Sekuen
Lampiran2 :RPP Lampiran3:Silabus
Lampiran4:BahanMateriAjar
Lampirab5 :CoverNovel Orang Miskin Dilarang Sekolah
Lampiran6 :WawancaraantaraPenulisdenganWiwidPrasetyo
PROFILPENULIS
DAFTAR
DIAGRAM
DIAGRAM HALAMAN
4.1 Diagrammengenaiskemaaktan... 44
DAFTAR
TABEL
TABEL HALAMAN
4.1Tabelmengenaihubungankausalitasalur... ..81
[image:13.595.197.429.266.500.2]BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah
Novelsebagaikaryafiksimenawarkansebuahdunia,duniayangberisi
model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui
unsurintrinsiknyasepertiperistiwa,plot,tokoh(danpenokohan),latar,sudut
pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu sajajugabersifat imajinatif.
Jadi,dalamkaryasastrakhususnyadalamnovel,tidakhanyaberupakisahyang
diambildarikehidupannyatasehari-hari,melainkandiambildariimajinasiatau
dayakhayalseseorang.
Perkembangan novel di Indonesia berkembang cukup pesat, terbukti
dengan hadirnya berbagai macam novel yang telah diterbitkan, sehingga
bentuk dan isi novel tersebut beragam. Pada dasarnya, novel selalu hadir
sebagaisebuahgambaranataucerminankehidupanmanusiadalammengarungi
kehidupannya.Noveljugamerupakangambaranlingkunganmasyarakatyang
hidupdisuatumasadansuatutempat.Tokohdanperistiwa yangdisajikan
dalamnovelmerupakanpantulanrealitasyangditampilkanolehpengarangdari
suatukeadaantertentu.
Sebuahkaryasatra,termasuknovelbiasanyamenggambarkankehidupan
pada saat karya sastra itu ditulis. Karya sastra seperti novel selalu
menghadirkanberbagaimacamnilai-nilaikehidupandannilai-nilaipendidikan
sepertinilaimoral,sosial,budaya,danreligiyangpatutuntukditeladani.Oleh
karenaitu,novelsebagaikaryasastramerupakansalahsatujenisdaribacaan
masyarakat, turut memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan pola
pikirmasyarakatpembacanya.Novelsebagaisalahsatumediaalternatifbacaan
punharusmampumemberikanhal-halpositifyangadadidalamnya.Dengan
begitu,pembacapundiharapkanmampumengaplikasikannilai-nilaiyangada
dalamnoveldengankehidupansehari-hari.
2
Akan tetapi, jika diamati bagaimana keadaan nyata dunia pendidikan
dewasaini,tampakadanyagejala-gejalayangmenunjukkanrendahnyakualitas
moralseseorang.Haltersebutdapatdilihatdarimoralseoranganakterhadap
orangtuasepertimelawandanmenentangmereka,maraknyaperilakuseks,
mewabahnya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.
Masalahtersebuttentumemerlukansolusi.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, bertugas memberikan
pembelajaranmoralkepadasiswanya.Pembelajaranmoralinidapatdilakukan
dengan memberikan pembinaan dalam pembelajaran karya sastra. Pada
hakikatnya,karyasastraberupabuku-bukuyangberisiceritayangbaikturut
memberikanpengaruhdalampembentukanwataksiswa.Makadariitu,apa
yangtertulisdalamkaryasastrakhususnyanovel,merupakanobservasiyang
tajamdaripengarangterhadaprealitasyangterjadidisekelilingnya.Membaca
karya sastra memungkinkan seseorang mendapatkan masukan tentang
nilai-nilaikehidupanpositifyangpatutditeladani,baikterhadapdirisendiri,orang
lain,maupunTuhan.
Daripemaparandiatas,diharapkandenganadanyapembelajaransastra
disekolahturutberpengaruhdalampembentukanwataksiswa.Dengankata
lain, tiap kegiatan menyiratkan upaya pendidikan yang bertujuan membina
watak siswa. Begitu juga dengan pengajaran sastra, diharapkan mampu
menghasilkanmanusia-manusiayangberpotensidanmampumenjadipribadi
yangbaik.
Hal inilah yang membuat penulis ingin menjabarkan nilai-nilai
pendidikanberupanilaimoralyangadadalamcerita,dannilaimoraltersebut
akandikaitakandengankeadaanaslidalamlatarcerita,baikyangberkaitan
denganadat,budaya,danlainsebagainya.Nilaimoralnovel Orang Miskin
Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo ini bernafaskan persahabatan dan
pendidikandiIndonesia.Ceritadalamnovelinimenegaskanbahwakeadaan
ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-citanya.
3
materi.Tokoh-tokohyangadadalamceritaselalumenjaganilaimoraldalam
kehidupan.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti
akan mengangkat permasalahan tersebut dalam judul skripsi ―Nilai Moral
dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo dan
ImplikasinyaterhadapPembelajaranBahasadanSastraIndonesiadiSekolah‖.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkanlatarbelakangyangtelahdiuraikandiatas,makadidapatkan
rumusanmasalahsebagaiberikut:
1.Bagaimanakahstrukturyangmembangunnovel Orang Miskin Dilarang
SekolahKaryaWiwidPrasetyo?
2.Bagaimanakah nilai moral yang tergambar dalam novel Orang Miskin
Dilarang SekolahkaryaWiwidPrasetyo?
3.Bagaimanakah implikasi pembahasan novel Orang Miskin Dilarang
SekolahterhadappembelajaranbahasadansastraIndonesiadisekolah?
C.
Tujuan
Penelitian
1.Mendeskripsikanstrukturyangmembangunnovel Orang Miskin Dilarang
SekolahkaryaWiwidPrasetyo.
2.Memaparkan nilai moral yang tergambar dalam novel Orang Miskin
Dilarang SekolahkaryaWiwidPrasetyo.
3.Mendeskripsikan implikasi pembahasan novel Orang Miskin Dilarang
SekolahterhadappembelajaranbahasadansastraIndonesiadisekolah.
D.
Manfaat
Penelitian
1.ManfaatTeoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu
pengetahuan terutama di bidang sastra Indonesia, khususnya bagi
4
b.Sebagai acuan bahan dalam pembelajaran khususnya bidangSastra
Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai edukasi
terutamanilaimoralyangberkaitandengankehidupansehari-hari.
2.ManfaatPraktis
a. Bagi guru, hasil penelitianini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahanreferensidalammemilihsumberpembelajarankhususnya
dalambidangsastra.
b.Bagisekolah,hasilpenelitianinidiharapkandapatdigunakansebagai
masukan dan tambahan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
sastrasertamelengkapisaranadanprasaranasebagaipenunjangdalam
proses kegiatan belajar dan mengajar untuk menghasilkan lulusan
yangberkualitas.
c. Bagi peserta, didik penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dalam mengapresiasi sastra khususnya memahami dan
mengamalkannilai-nilaiedukasiyangterkandungdidalamnya.
d.Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai sastra sehingga dapat berpengaruh pada
perkembanganpemahamanpenelititentangsastra.
E.
Metodologi
Penelitian
1.Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam
hubungannya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang
mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab
penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang
relevan.
Ratna mengatakan bahwa suatu objek penelitian bukanlah gejala
sosial sebagai bentuk substansif, melainkan makna-makna yang
5
sosial tersebut. Dalam hubungan inilah metode kualitatif dianggap persis
sama dengan metode pemahaman. Ciri-ciri terpenting dari metode
kualitatif, sebagai berikut:1
a. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan
hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.
b.Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian
sehingga makna selalu berubah.
c. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek
peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung
di antaranya.
d.Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian
bersifat terbuka.
e. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya
masing-masing.
Rancangan penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini
karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan
yang diperoleh dari novel. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
secara sistematis data-data tertulis berupa kata-kata, kalimat, paragraf, atau
wacana yang terdapat pada novel OMDS karya Wiwid Prasetyo agar
diperoleh nilai-nilai edukasi.
Dalam penelitian ini, untuk mengkajinovel OMDS karya Wiwid
Prasetyo, peneliti mulai menganalisis karya sastra itu sendiri. Analisis ini
dilakukan untuk mencari unsur-unsur yang membangun karya sastra itu.
Unsur instrinsik yang dianalisis meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan
sudut pandang dengan mendeskripsikan nilai-nilai moral yang
digambarkan melalui alur cerita dan tokoh-tokoh di dalam novel OMDS
karya Wiwid Prasetyo.
1NyomanKuthaRatna,S.U,Teori,Metode,danTeknikPenelitianSastra,(Yogyakarta:
6
2.Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Pengkajian jenis ini bertujuan untuk menjelaskan
berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang diteliti dan untuk
menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, fenomena,
dan tidak terbatas pada pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan
interpretasi data tersebut.
3.Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten.
Analisis konten yaitu metode penelitian untuk menghasilkan deskripsi
yang objektif dan sistematik mengenai isi.
4.Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini terdapat sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel OMDSkarya
Wiwid Prasetyo yang diterbitkan oleh Diva Press, Cetakan X: Januari
2012, dengan tebal 450 halaman.
b.Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa
buku dan artikel yang terkait dengan teori sastra, nilai pendidikan
moral, dan implikasi dalam pembelajaran sastra.
5.Teknik Pengumpulan Data
Agar memperoleh data yang sesuai dengan tema penelitian,
diperlukan suatu teknik atau metode pengumpulan data yang sesuai
dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik catat, dan teknik simak.
7
dari novel OMDSkaryaWiwidPrasetyoberupakata-kataatauverbaldata.
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.
a. Teknik Pustaka, peneliti mengumpulkan berbagai pustaka yang
terkait dengan pembahasan dalam penelitian.
b.Teknik Catat (hand writing), yaitu peneliti membaca novel OMDS
karya Wiwid Prasetyo secara keseluruhan untuk mendapatkan
pemahaman tentang analisis melalui dialog dan narasi yang
merupakan wujud reaksi terhadap tokoh-tokoh, lingkungan, serta
terhadap diri sendiri. Kemudian dicatat sesuai dengan data yang
diperukan dalam penelitian.
c. Teknik Simak, yaitu peneliti mengaitkan berbagai data yang
terkumpul untuk diklasifikasi sehingga memudahkan penyajian.
6.Validitas Data
Menurut Moleong, bahwa validitas adalah keabsahan data.
Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan
untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif
yang mengatakan tidak ilmiah, keabsahan data juga merupakan unsur yang
tidak dapat terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif.2
Data yang telah berhasil digali kemudian dikumpulkann dan dicatat
dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu, guna menjamin validasi data
dalam penelitian ini, maka digunakan triangulasi. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi teori. Teknik
tersebut dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya
untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya
penemuanpenelitianlainnya.3
2LexyJ.Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif,(Bandung:PTRemajaRosdakarya,
2011),h.320.
8
7.Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pembacaan
semiotik yang terdiri atas pembacaan model heuristikdan hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur
kebahasaannya yang berfungsi untuk memperjelas arti apabila perlu diberi
sisipan kata atau sinonim kata-katanya diberikan tanda kurung. Begitu juga
struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata
bahasa normatif) apabila perlu susunannya dibalik utnuk memperjelas arti,
sedangkan Hermeneutik pembacaan ulang setelah pembacaan heuristik
dengan memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastranya.4
Langkah awal dalam penelitian ini adalah pembacaan heuristikyaitu
peneliti menginterpretasikan teksnovel OMDS karya Wiwid Prasetyo
untuk menemukan unsur-unsur instrinsik dan nilai-nilai moral dalam
novel. Unsur-unsur yang dianalisis di dalamnovelini meliputi tema, alur,
latar, penokohan, dan sudut pandang. Langkah kedua, peneliti melakukan
pembacaan hermeneutikyaitu dengan menafsirkan makna peristiwa atau
kejadian yang terdapat dalam teksnovel OMDSkaryaWiwidPrasetyo,
sehingga dapat menemukan nilai-nilai edukasi yang terdapat dalam novel.
8.Prosedur Penelitian
a. Pembacaan Data
Pembacaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik
dan hermeuneutik.
b.Reduksi Data
Pada langkah ini data yang sudah diperoleh kemudian dicatat dalam
uraian terperinci. Dari data-data yang sudah dicatat tersebut, kemudian
dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data
yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis. Dalam hal ini
berkaitan dengan analisis struktur dan nilai moral dalam novel OMDS
9
karya Wiwid Prasetyo. Informasi-informasi yang mengacu pada
permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.
c. Penyajian Hasil Identifikasi dan Klasifikasi Data
Pada langkah ini, data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara
teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut
kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang analisis
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.Pengertian Novel
Menurut Nurgiyantoro, novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat:
cerpen: Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus
disebut fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel,1
sedangkan menurut Wellek dan Warren, novel adalah gambaran dari kehidupan
dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Romansa, yang
ditulis dalam bahasa yang agung dan diperindah, menggambarkan apa yang tidak
pernah terjadidan tidak mungkin terjadi.2
Berdasarkan segi panjangnya cerita, tentulah novel berkisah mengenai
kehidupan manusia dalam skala yang lebih luas, dibandingkan cerpen yang hanya
mengisahkan seseorang yang mengalami satu peristiwa dalam satu waktu tertentu.
Novel dapat dikatakan sebagai kisah sejarah hidup seseorang. Seperti yang
dikatakan oleh Wellek dan Warren bahwa novel dianggap sebagai dokumen atau
berupa kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis sangat meyakinkan),
sebagai sejarah kehidupan seseorang dan zamannya.3
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati
cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan
kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca
sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali
membaca dan setiap kali membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode
akan memaksa pembaca untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca
sebelumnya. Hal ini menyebabkan pemahaman keseluruhan cerita dari episode ke
episode berikutnya akan terputus.
1BurhanNurgiyantoro,TeoriPengkajianFiksi,(Yogyakarta:GadjahMadaUniversity
Press,2005),h.9.
2ReneWellekdanAustinWarren,TeoriKesusastraan,(Jakarta:PTGramediaPustaka
Utama,1993),h.282. 3Ibid,h.276
11
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel adalah
sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan
kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya
sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh
pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
B.
Strukturalisme
Sastra
dan
Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
struktural.MenurutRatna,strukturberasaldarikata structural(bahasalatin)yang
berartibentukataubangunan.Strukturalismeberartipahammengenaiunsur-unsur
untuk menganalisis sebuah karya sastra, sehingga harus dipertahankan
unsur-unsuryangterkandungdalamkaryasastratersebut.Strukturyangmembangun
sebuahkaryasastrasebagaiunsurestetikadalamduniasastrayaitutema,alur,
penokohan,latar,sudutpandang,gayabahasa,danamanat.4
MenurutNurgiyantoro,sebuahkaryasastra,fiksiataupuisi,menurutkaum
strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh
berbagai unsur (pembangun)nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat
diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian
yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang
indah.5
Analisisstrukturalkaryasastrayangdalamhalinifiksi,dapatdilakukan
denganmengidentifikasi,mengkaji,danmendeskripsikanfungsidanhubungan
antarunsurintrinsikfiksi yangbersangkutan. Mula-muladiidentifikasikandan
dideskripsikan,misalnyabagaimanakeadaanperistiwa-peristiwa,plot,tokohdan
penokohan,latar,sudutpandang,danlain-lain.Setelahcobadijelaskanbagaimana
fungsi masing-masingunsuritu dalam menunjangmakna keseluruhannya, dan
bagaimanahubunganantarunsuritusehinggasecarabersamamembentuksebuah
totalitas kemaknaan yang padu. Sedangkan Mahayana mengatakan bahwa
4NyomanKuthaRatna,TeoriMetode,danTeknikPenelitianSastra,(Yogyakarta:
PustakaPelajar,2007),h.91—94.
12
pendekatanyangditawarkanolehstrukturalismesangatefektifdanpraktiskarena
peneliticukupmemahamiteksnyasajatanpaharusmengaitkanteksdengansegala
konteksyanglainsehinggapenelitidapatmemfokuskanpikiranhanyapadateks.6
PendapatlaindikemukakanolehJabrohimbahwaanalisisstruktural(yang
murni),unsur-unsurpembangunyangdisebutkandiatasitulahyangdikajidan
diteliti. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman dan
pengkajian unsur struktur harus ditopang oleh pengetahuan yang mendalam
tentangpengertian,peran,fungsi,dansegalasesuatunyayangberkaitandengan
unsuritu.7
Seperti halnya dalam karya fiksi, kita tidak mungkin dapat ―merebut
makna‖ tokoh dan penokohan tanpa kita mengetahui apa pengertian tokoh,
bentuk-bentuk watak dalam segala situasi, dan sebagainya mengenai tokoh.
Demikianjugamengenaialur,latar,tema,danyanglainnya.Akantetapi,penting
juga diperhatikan mengenai makna-makna bagian atau unsur itu dalam
keseluruhan,dansebaliknya.
Dalam menganalisis novel Orang Miskin Dilarang Sekolah, peneliti
menggunakan pendekatan struktural yang menitikberatkan pada kajian intrinsik
sebuah novel. Menurut Natawidjaja, intrinsik adalah unsur-unsur rohaniah yang
harus diangkat dari isi karya sastra itu mengenai tema dan arti yang tersirat di
dalamnya.8Berikut adalah penjelasan masing-masing mengenai unsur pembangun
(intrinsik) sebuah karya sastra:
1. Tema
Menurut Siswanto adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan kaya rekaan yang
diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan
pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya.9 Tema digolongkan menjadi
6MamanS,Mahayana,EkstrinsikalitasSastraIndonesia,(Jakarta:PTRajaGrafindo
Persada,1007),h.ix.
7Jabrohim,MetodologiPenelitianSastra,(Yogyakarta:PT.HaninditaGrahaWidia),h.
58.
8P.SuparmanNatawidjaja,ApresiasiSastradanBudaya,(Jakarta:PTIntermasa,1982),h.
102.
13
beberapa kategori yang berbeda. Namun, dalam penelitian ini, untuk
pembahasan tema hanya akan menggunakan tema menurut cakupannya.
Berdasarkan cakupannya, tema dibedakan menjadi dua yaitu tema mayor (tema
utama) dan tema minor (tema tambahan). Menurut Nurgiyantoro, tema mayor
adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya
itu, sedangkan tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada
bagian-bagian tertentu cerita, atau dapat didefinisikan sebagai makna bagian-bagian atau
maknatambahan.10
2. Latar
Abrams dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa latar cerita (setting)
disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubunganwaktu,danlingkungansosialtempatterjadinyaperistiwa-peristiwa
yangdiceritakan.Nurgiyantorojugamemaparkan bahwalatarmemberikan
pijakanceritasecarakonkretdanjelas,halinipentinguntukmemberikankesan
realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah
sungguh-sungguhadadanterjadi.11
Dalamkaryafiksi,latardibedakanmenjadidua,yaitulatartipikaldanlatar
netral. Menurut Sayuti, latar netral adalah latar yang hanya latar, tidak
memilikikaitanyangfungsionaldenganelemenfiksilainnya.Pengarangtidak
memiliki motivasi untuk memilih kualitas tertentu untuk membuat
pelukisannyatentangwaktuatautempatmenjadikhasatautipikal.12Sedangkan
menurutNurgiyantoro,latartipikalmemilikisifatkhaslatartertentu,baikyang
menyangkutunsurtempat,waktu,maupunsosial.Haltersebutdimaksudkan
untukmemberikankesankepadapembacabahwakaryaitubersifatrealistis,
terlihatsungguh-sungguhdiangkatdarilatarfaktual.13
10
Nurgiyantoro,op.cit., h.82—83.
11Ibid h.217.
12SumintoA.Sayuti, ApresiasiProsaFiksi,(Jakarta:Depdikbud,1996),h.121. 13
Nurgiyantoro,op.cit.h.142—145
14
3. Alur
AlurolehStantondalambukukaryaSusanto,dipandangsebagaitulang
punggungsebuahcerita,sebabalurbersifatmampumenjelaskandirinyasendiri
daripada unsur-unsur yang lain. Alur atau plot menurutnya harus memiliki
bagianawal,bagiantengah,danbagianakhir.Alurharusmampumemberikan
kejutankepadapembacanyadenganberbagaiketeganganyangdibangunnya.
Alurmerupakansatumatarangkaisebuahperistiwayangdihubungkandengan
sebab dan akibat.14 Alur tidak hanya dimaknai hanya sekedar penyajian
rangkaianperistiwadalamcerita,tetapitahapanpertiwadalamalurmemiliki
hubungan sebab akibat, sedangkan pengaluran merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pengarang dalam mengolah peristiwa sehingga membentuk
rangkaianperistiwayangdapattersusundenganbaikdanberkaitansatudengan
yanglain.
Sementara itu, Nurgiyantoro menjelaskan isi dari tahapan-tahapan alur
yaitutahapawalyaitutahappengenalanyangpadaumumnyaberisisejumlah
informasipentingyangberkaitandenganberbagaihalyangakandikisahkan
padatahap-tahapberikutnya,berupapengenalanlataratautokoh.Tahaptengah
cerita yangdisebut juga pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik
yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin
meningkat, semakin menuju klimaks. Tahap akhir cerita atau disebut juga
tahappenyelesaianyangmenampilkanperistiwatertentusebagaitandaakibat
klimaks,padatahapinidijelaskanbagaimanaakhirdarisebuahcerita.15
4. TokohdanPenokohan
MenurutSiswanto,tokohadalahpelakuyangmengembanperistiwadalam
cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara
sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.16Sedangkan menurut
Abramsdalambukunya“A Glossary Of Literary Terms”mengatakanbahwa
penokohan ataukarakteradalah “ The persons, in a dramatic or narrative
14DwiSusanto,PengantarTeoriSastra,(Yogyakarta:CAPS,2012),h.131.
15
15
work, endowed with moral and dispositional qualities that are expressed in
what they say the dialogue and what they do the action”.―Karakteradalah
tokoh yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau dramatis, yang
ditakdirkanmemilikikualitas moraldankecenderungantertentusepertiyang
diekspresikandalamucapandanapayangdilakukandalamtindakan.17
Pengelompokantokohdibedakanmenjadibeberapajenis.Salahsatunya
berdasarkan fungsitokoh yaitu Tokoh protagonisadalahtokoh utama yang
merupakan sentral cerita, keberadaan tokoh tersebut untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika
hendak mencapai tujuan.18Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang
menyebabkanmunculnyasuatukonflikataudandapatmenimbulkanantipati
pada pembacanya. Penokohan memiliki pengertian lebih luas dari ―tokoh‖
sebab penokohan mencakup bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
memberikan gambaran yangjelaskepadapembaca.19Teori yangdigunakan
dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dimiliki oleh A.J Greimas
dengan menggunakan teori aktan. Analisis struktur aktan akan lebih
mengeksploitasi eksistensi tokoh dan keterlibatannya dalam berbagai peristiwa,
sehingga lebih terlihat keterlibatan antara masing-masing tokoh. Dalam buku
Ratna yang berjudul Teori, Metodedan Teknik Penelitian Sastra, Greimas
mengisahkan hubungan-hubungan yang dapat terjadi antara pelaku (aktan)
dalam sebuah cerita.20Dengan terlihatnya hubungan-hubungan antara pelaku
atau tokoh, akan lebih memperjelas mengenai fungsi dari masing-masing tokoh
tersebut sehingga memudahkan pembaca dalam memahami cerita.
17M.HAbrams,AGlossaryOfLiteraryTerms,(NewYork:CornellUniversity,1981),h.
69.
18DelfianaSandi,TokohdanPenokohanTeater,artikelinidiunduhpada10November
2013,Pukul19.30,dari http://dsandi-go.blogspot.com/2012/10tokoh-dan-penokohan-teater.html?m=1
19Nurgiyantoro,op.cit., h.166.
20NyomanKuthaRatna,S.U,Teori,Metode,danTeknikPenelitianSastra,(Yogyakarta:
16
5. SudutPandang
MenurutMinderop,padahakikatnyamerupakanstrategi,teknikatausiasat
yangsengajadipilihpengaranguntukmengemukakangagasanceritanyauntuk
menampilkan pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan yang
disalurkanmelaluisudutpandang.21Segalasesuatuyangdikemukakandalam
karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya
terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan
lewatsudutpandangtokoh,lewatkacamatatokohcerita.
Sudutpandangdibedakanmenjadibeberapabagian,namundalamanalisis
ini menggunakan sudut pandang orang pertama ―aku-an‖. Minderope
menjelaskan bahwa pencerita ―aku-an‖ tokoh utama digunakan apabila
pencerita merupakan salah satu tokoh utama dalam ceritera yang dalam
berceritamengacukepadadirinyasendiridenganmenggunakankata―aku‖.22
Denganmenggunakansudutpandangtokohutama―aku-an‖makakitasebagai
pembaca akan lebih mudah memahami isi cerita berdasarkan pandangan si
tokohutama―aku-an‖tersebutyangmemilikiperananpentingdalamcerita,
dantentunyatokohutama―aku-an‖inimengalamiperistiwadankonfliksecara
langsungdalamcerita.
6. Gaya Bahasa
Aminuddin dalam Siswanto mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara
seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan indah dan harmonis
melalui media bahasa serta mampu menyentuh daya intelektual dan emosi
pembaca.23Menurut Keraf, jenis-jenis gaya bahasa dapat dibedakan sebagai
berikut; (1) berdasarkan bahasa terdiri dari segi non bahasa berupa gaya bahasa
berdasarkan pengarang, masa, medium, subyek, tempat, hadirin, tujuan,
sedangkan jika dari segi bahasa terdiri atas gaya bahasa berdasarkan pilihan
kata dan nada yang terdapat dalam wacana; (2) gaya bahasa berdasarkan
21AlbertineMinderop,MetodeKarakterisasiTelaahFiksi,(Jakarta:YayasanObor
Indonesia,2005),h.88.
22Ibid.,h.94.
17
pilihan kata terdiri atas gaya bahasa resmi, tak resmi, dan percakapan; (3)
berdasarkan nada, yaitu gaya bahasa sederhana, gaya mulia dan bertenaga, dan
gaya menengah; (4) berdasarkan struktur kalimat terdiri dari klimaks,
antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi; (5) gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna terdiri atas gaya bahasa retoris dan gaya bahasa
kiasan.24
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang
menggunakan bahasa melalui karya yang dihasilkan. Semakin khas gaya
bahasa yang digunakan pengarang, maka karakter pengarang karya sastra
tersebut pun akan semakin terlihat. Gaya bahasa yang digunakan peneliti
adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu gaya bahasa
kiasan.
Pendekatan selanjutnya yang digunakan penulis adalah pendekatan
pragmatik. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca sangat diperlukan
karena peran pembaca tersebut dapat menentukan dan menilai layak atau
tidaknya sebuah karya sastra, seperti yang dijelaskan oleh Semi yaitu
pendekataninimenganutprinsipbahwasastrayangbaikadalahsastrayang
dapatmemberikesenangandanfaedahbagipembacanya.Dengandemikian,
pendekataninimenggabungkanantaraunsurpelipurlaradanunsurdidaktis.25
Ratna mengatakan bahwa pendekatan pragmatik memiliki hubungan
dengan sosiologi atau kemasyarakatan karena pragmatik membicarakan
mengenaimasyarakatsebagaipembacadanterkaittanggapan-tanggapandari
masyarakat sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan oleh para
penikmatnya.26PendapatlaindikemukakanolehYudionobahwamaknayang
terdapatdidalamkaryasastradapatditentukanolehpembacakarenakarya
sastrasebagaisenidapatdipandangberhasilapabiladapatmembuatpembaca
24
GorysKeraf,DiksidanGayabahasa,(Jakarta:PTGramediaJakarta,1985),h.115— 129
18
merasasenangdanterhibursertadapatmemberikanpembelajaranataunilai
pendidikanyangdapatditerapkansipembaca.27
Menurut Pradotokusumo, pendekatan pragmatik menitikberatkan
kajiannyaterhadappembaca,pembacayangmenilai,menafsirkan,memahami,
dan menikmati karya sastra, karena setiap pembaca memiliki pengalaman
selakumanusiabudayadanseterusnya.28Dalamnovel OMDS,WiwidPrasetyo
mengangkatsuatuceritaberdasarkantujuan yangakandisampaikankepada
pembaca. Mempelajari sastra mau tidak mau harus mengetahui apa tujuan
sastrabagiparapenikmatnya,denganmengetahuitujuanyangada,palingtidak
kitamampumemberikankesanbahwasastrayangdiciptakanbergunauntuk
kemaslahatanmanusia.
Menurut pendapat Teeuw, ciri khas dari pendekatan pragmatik adalah
pergeseranminatdarikaryasastrasebagaistrukturkearahpembaca,dengan
menekankanperananpembacasebagaipemberimaknapadakaryasastraitu.
Pembacadipandangnyasebagaipenyingkapstrukturkaryasastrasecaracukup
mutlak.Tekananpadapembacasebagaipemberimaknaberartibahwakarya
sastra dalam visi ini tidak mempunyai makna langgeng dan mantap,
pemahamandanpenilaiannyaterustergeserdenganmunculnyakalanganatau
angkatanpembacabaru.29
Jikaditinjaumenggunakanpendekatanpragmatik,makanovel OMDSini
akan memiliki citra yang berbeda-beda dari tiap-tiap pembaca. Hal ini
disebabkanadanyaperbedaanpandanganantarapembacasatudanpembaca
lain,adakalanyapembacamemandangdarisudutestetika.Parapembacayang
memandang novel OMDS dari sudut pandang ini akan mengutarakan
pendapatnyasecaraobjektifdanmengacupadainterpretasinyasendirisehingga
terkadangakanmunculpendapatbahwanoveliniadalahsuatukaryasatrayang
indah,dilihatdaristrukturpenyampaianataupenulisannya.
Pendekatanpragmatikmengungkapkantujuandanfungsisastraterhadap
keberadaanmasyarakatdenganmenghadirkannilaipendidikansehinggadapat
19
dijadikan teladan untuk masyarakat. Dikatakan demikian karena kehadiran
sastra dalam masyarakat dipandang mempunyai tujuan. Adapun aspek
pragmatikyangakandikajidalamnovel OMDSkaryaWiwidPrasetyoadalah
nilaimoral,karenamoralmerupakansalahsatuaspekpragmatikyangselalu
memberikanpesankepadapembacauntukberbuatbaik.
C.
Hakikat Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra
Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia dalam menjalani
kehidupan. Setiadi menjelaskan bahwa menilai berarti menimbang kegiatan
manusia dengan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang
selanjutnyadiambilsuatukeputusan.30
Nilai merupakan sesuatu yang sangat dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta
manusia dapat merasakan kepuasan dengan nilai. Nilai jika dihayati akan
berpengaruh pada cara berpikir, cara bersikap, maupun cara bertindak seseorang
dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal ini berarti bahwa dengan adanya berbagai
wawasan yang dikandung dalam karya sastra, khususnya novel akan mengandung
berbagai macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.
Setiap karya sastra khususnya novel pasti mengandung pesan yang ingin
disampaikan, pesan tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan berupa nilai
pendidikan, karena novel tidak hanya menghibur, melainkan sebagai sarana
menyampaikan nilai pendidikan. Pendidikan menurut Sabri bahwa istilah
pendidikan dapat diartikan sebagai proses atau suatu kegiatan yang mendidik. Hal
tersebut dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan uraian yang
lengkap, sistematis, dan metodis mengenai masalah-masalah yang ada kaitannya
denganprosespendidikanataumendidik.31
Pendidikan tidak hanya dapat diperoleh melalui suatu lembaga formal,
melainkan melalui sarana novel juga dapat menanamkan nilai pendidikan. Sejalan
dengan yang dijelaskan oleh Idi, bahwa ada keterkaitan yang sangat kuat antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat, karena pendidikan merupakan bagian dari
20
kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan yang ada di
dalamnya.32
Manfaat yang dapat diambil dari karya sastra diantaranya adalah agar
mendapat nilai estetik. Menurut Ratna dalam bukunya yang berjudul Estetika
Sastra dan Budaya,estetik dalam bahasa Inggris menjadi aestheticsatau esthetics
(studi tentang keindahan). Dalam bahasa Indonesia menjadi estetikus, estetik dan
estetika, yang masing-masing berarti orang yang ahli dalam bidang keindahan,
bersifat indah, dan ilmu atau filsafat tentang keindahan atau keindahan itu
sendiri.33
Manfaat lain dari karya sastra yaitu mendapatkan manfaat praktis. Maksud
dari manfaat praktis yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.34Nilai praktis dalam novel
OMDSterlihatdarinilaimoralyangdisampaikandalamnoveltersebutyangdapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, nilai pendidikan yang
dikaji dalam novel ini akan ditekankan terkait dengan nilai moral yang terkandung
dalamnovel OMDS.
D.
Hakikat
Moral
1.PengertianMoral
Menurut Bertens, moral atau moralitas berasal dari kata sifat latin
moralismempunyaiartiyangpadadasarnyasamadenganmoral,hanya
sajaterlihatlebihabstrak.Misalnyakitaberbicaramengenai―moralitas
suatu perbuatan‖, artinya kita berbicara mengenai baik atau buruknya
suatu perbuatan, yang berarti moralitas merupakan sifat moral atau
keseluruhanasasdannilaiyangberkenaandenganbaikatauburuk.35
32AbdullahIdi,SosiologiPedidikan,Individu,Masyarakat,danPendidikan,(Jakarta:PT
RajagrafindoPersada,2011), h.59.
33NyomanKuthaRatna, EstetikaSastradanBudaya,(Yogyakarta:PustakaPelajar,
2007), h.3—4.
34Aristhaserenade,UnsurdanNilaiSastra,artikelinidiunduhpada10November2013,
Pukul20.00,dari http://aristhaserenade.blogspot.com/p/unsur-dan-nilai-sastra.html
35K.Bertens,Etika,(Jakarta:PTGramediaPustakaUtama,cetakankesebelas,2011), h.
21
Setiap perbuatan manusia pasti berkaitan dengan baik dan buruk,
akantetapitidaksemua,yangberartiadajugabeberapaperbuatanyang
netraldarisegietis.Misalnya,sesuatuyangbaikakanselaludiawaliatau
menggunakan tangan kanan atau kaki kanan, namun seseorang yang
tebiasamemakaisepatudiawalidengankakikirikarenasudahmenjadi
kebiasaan,makahaltersebuttidakdapatdikatakansebagaisesuatuyang
tidakbaikataumelanggarmoral,akantetapihaltersebutdapatdikatakan
amoral. Berbedadengan seorangkepalarumah tangga yanglebih dulu
membelanjakanuangnyauntukkepentingansendirisepertimainjudi,dan
lain sebagainya, dan sisa uang tersebut barulah ia serahkan untuk
keperluankeluarga,makatindakantersebuttermasuktindakan immoral.
SepertiyangdijelaskanolehBertensbahwaperbuatanyangbersifat
amoral tidak memiliki relevansi yang etis, tidak berhubungan dengan
konteksmoralataudiluarsuasanaetis,sedangkan immoralbertentangan
dengan moral baik, yang berarti tindakan atau perbuatan yang dinilai
buruk.36 Jadi, jelas terlihat bagaimana perbedaan antara amoral dan
immoralyangseringdisalahartikan.
Suseno memaparkan bahwa moral mengacu pada baik buruknya
perbuatanmanusiasebagaimanusia,sebagaitolakukuruntukmenentukan
baik atau buruknya suatu tindakan manusia sebagai manusia, bukan
sebagaipelakuperanyangtertentuatauterbatas.37
Zubair menjelaskan bahwa istilah etika berasal dari kata Yunani
―Ethos‖yangberartiwatakkesusilaanatauadat.Identikdenganperkataan
moralyangberasaldarikataLatin―Mos‖yangdalambentukjamaknya
―Mores‖ yang berarti juga adat atau cara hidup. 38 Moral atau etika
merupakan aspek yang berkaitan dengan perbuatanataukelakuan yang
padadasarnyamerupakanpencerminanakhlakataubudipekerti.
36Ibid,h.8
37Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta:Kanisius,1987),h.19
22
Sedangkansecara umum menurut Nurgiyantoro, moral menyaran pada
pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral dalam karya sastra
biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,
pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang akan
disampaikankepadapembaca.39
Nilai moral yang terdapat dalam karya sastra bertujuan untuk
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika mengenai baik atau
buruk suatu perbuatan, patut untuk ditiru ataukah sebaliknya sehingga
dapat tercipta suatu hubungan antarmanusia yang baik dalam
bermasyarakat.
Semi menyatakan bahwa moral dalam hal ini diartikan sebagai suatu
norma, suatu konsep tentang kehidupan yang disanjungtinggi oleh
sebagian besar masyarakat tersebut. Ukuran moral dalam masyarakat juga
mengalami perubahan menurut gerak pertumbuhan masyarakat yang
bersangkutan.40 Moral memberi manusia aturan atau petunjuk konkret
tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia harus bertindak dalam
hidup ini sebagai manusia yang baik, dan bagaimana menghindari
perilaku-perilaku yang tidak baik.
Seseorang harus mampu memiliki kesadaran moral, karena
kesadaranmoraltimbuldaridirisendiriketikaberhadapandenganbaik
dan buruk dalam hidupnya. Dengan adanya kesadaran moral, maka
seseorang akan mampu memberi penilaian terhadap suatu perbuatan
termasuk pada perbuatan yang baik atau yang buruk. Setelah timbul
kesadaranmoral,makamanusiaakanmampumengontroltentanghalbaik
yang harus ia lakukan dan hal buruk yang tidak pantas dilakukan.
Singkatnya, semua nilai yang mendukung harkat manusia adalah nilai
moralatauetis.
23
Ciri-ciridarimanusiayangmemilikikesadaranmoraladalahiaakan
selaluberpegangteguhpadanilai-nilaiyangdiyakinisekalipuntidakada
oranglainyangmelihatnyakarenakesadaraninilahirdaridalamdirinya
sendiritanpaadapaksaandarisiapapun.
Moral berarti etika, etika memiliki pengertian yang sama dengan
moral.MengacupadapenjelasandariSetiadiyang mengatakan bahwa kata
etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi orang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.41
PendapatlainyangdikemukakanolehSalam,bahwaetikamerupakan
cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukanperilakumanusiadalamhidupnya.42Haltersebutmerupakan
sistemnilaitentangbagaimanamanusiaharushidupsecarabaiksebagai
manusia.
Menuruthukumetika,suatuperbuatanitudinilaipadatigatingkat:(1)
semasihbelumlahirjadiperbuatan,jadimasihberuparencanadalamkata
hati, niat; (2)sesudahnya, sudahberupaperbuatannyata =pekerti; (3)
akibatatauhasildariperbuatanitu=baikatautidakbaik.Apayangmasih
berupakatahatiatauniatitu,dalambahasafalsafahataupunpsikologi,
biasa disebut karsa atau kehendak, kemauan, will. Isi dari karsa atau
kemauanitulahyangakandirealisasikanolehperbuatan.Langkah-langkah
yangditempuholehperbuatanitulahyangdinilai.43
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan
yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral
memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan
manusia untuk selanjutnya ditentukanposisinya baik atau buruk.
41Setiadi,op.cit.,h.108.
42BurhanuddinSalam,EtikaSosial(AsasMoraldalamKehidupanManusia),(Jakarta:
PTRinekaCipta,2002),h.1.
24
Dalam karya sastra, moral merupakan inti yang ingin disampaikan
oleh pengarang kepada pembaca dengan menampilkan makna yang
terkandungdidalamnya.Moraldalamkaryasastradianggapsebagaipesan
atauamanat,sepertiyangtergambarmelaluisalahsatuunsurpembangun
novel, yaitu tokoh dan penokohan, dalam unsur tersebut akan
menampilkanbeberapamoraltentangbaikdanburuksuatuperbuatan,dan
pembacaharuspandaimembedakanantaramoralbaikdanburuk.Moral
dalam karya sastra merupakan pandangan hidup seorang pengarang
tentangbaikdanburuksuatuperbuatan,denganmaksudsebagaisarana
yang berhubungan dengan ajaran moral dan bersifat praktis yang
ditambilkanmelaluicerita.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral
menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat untuk
menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila, sehingga di dalam
masyarakat sangat mengutamakan nilai akhlak atau tingkah laku. Tingkah
laku tersebut yang akan menentukan kedudukan seseorang di dalam
masyarakat.
2.Wujud Penyampaian Moral
Menurut Nurgiyantoro, wujud dari penyampaian moral secara umum
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu mencakup hubungan
manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain (orang lain),
dan manusia dengan Tuhan.44 Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Hubungan manusia dengan diri sendiri
Persoalan manusia dengan diri sendiri dapat bermacam-macam
jenis dan tingkat intensitasnya.Persoalan tersebut dapat berhubungan
dengan persoalan eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, takut,
rindu dendam, kesepian, kebimbangan, dan persoalan-persoalan lain
yang lebih berhubungan dengan diri individu itu sendiri.
25
b.Hubungan manusia dengan manusia lain (orang lain)
Dalam kehidupan ini, mansusia pun sering berhubungan dengan
manusia lain. Permasalahan ini biasanya berhubungan dengan
permasalahan persahabatan, misalnya kesetiaan dan penghianatan,
permasalahan keluarga, misalnya hubungan antara suami dan istri, anak
dengan orang tua, permasalahan antara atasan dengan bawahan, dan
permasalahan-permasalahan lain yang berkaitan dengan interaksi
manusia dalam kehidupan.
c. Hubungan manusia dengan Tuhan
Permasalahan lain yang sering dialami manusia dalam kehidupan
adalah permasalahan antara dirinya dengan Tuhannya. Permasalahan ini
berhubungan dengan aspek ketuhanan, misalnya permasalahan yang
berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-Nya.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis ingin menjadikan ketiga
wujud penyampaian pesan moral di atas sebagai landasan dalam
menganalisis nilai moral dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dalam proses analisis dapat
mempermudah penulis dalam menentukan nilai moral yang ada dalam
novel Orang Miskin Dilarang Sekolahsehingga batasan analisisnya pun
akan semakin jelas.
E.
Etika Jawa
Budaya Jawa memiliki ciri khas dalam kemampuan menerima berbagai
macam kebudayaan yang datang dari dalam maupun luar, tetapi masih tetap
mempertahankan keasliannya. Hal itu dikarenakan pola kehidupan masyarakat
Jawa telah diatur dalam nilai dan norma sebagai tuntutan bagaimana orang Jawa
26
dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.45
Daripengertiantersebut,dapatdisimpulkanbahwaetikaJawamerupakan
keseluruhan norma yang mengikat atau mengatur bagaimana seorang manusia
harus bersikap, bertindak, dan bertutur dalam kehidupan masyarakat sehingga
diketahuibaikburuknyaterhadapapayangtelahdilakukannya,halituberlaku
untuk seluruh anggota masyarakat Jawa baik itu dari kalangan atas (Wong Gedhe)
atau kalangan bawah (Wong Cilik). Adapun etika atau moral yang dimaksud di
antaranya:
1. Nrimo
Nrimo berarti menerima atau ikhlas terhadap apa yang sudah
ditakdirkan oleh Tuhan kepada manusia, tanpa adanya protes atau
pemberontakan. Nrimo merupakan salah satu sikap Jawa yang paling
seringdisalah-pahamisebagaibentukkesediaanseseoranguntukmenelan
segala-galanyasecaraapatis.Sebenarnya nrimo itumerupakansalahsatu
sikaphidupyangpositif.46
Jadi, pengertian di atas dapat dipahami bahwa sikap nrimo sering
disalahartikandengansikapyangpasrahdalamartimasyarakatJawatidak
mau berusaha merubah nasib. Namun, dibalik sikapnya yang nrimo,
masyarakatJawaterkenaldengansikapnyayangpekerjakeras.Apabilaia
telahmemilikipekerjaan,makaiaakantekunmengerjakannyawalaupun
pekerjaanyangmerekamilikirelatifrendah.
2. Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe
Sepi ing pamrih berarti suatu kerelaan untuk tidak lagi mengejar
kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi, sedangkan rame ing gawe
berupa memenuhi suatu kewajiban maisng-masing individu.47 Dapat
dikatakanbahwa sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawememilikipengertian
bahwa apabila melakukan suatu perbuatan atau suatu kewajiban harus
45FranzMagnis-Suseno,EtikaJawa:SebuahanalisafalsafiTentangKebijaksanaan HidupJawa,(Jakarta:GramediaPustakaUtama,1984)h.6
27
didasarirasaikhlasdengantidakmementingkanurusanpribadiataudalam
bentukmengharapkanimbalandariapayangtelahdilakukan,akantetapi
lebihmengutamakankepentinganoranglain.
3. PrinsipHormatatau mundhuk-mundhuk
Prinsipyangmenyatakanbahwasetiaporangdalamcarabicaradan
membawadiriselaluharusmenunjukkansikaphormatterhadaporang
lain, sesuai derajat dan kedudukannya.48 Tentu saja prinsip-prinsip
demikian beranjak ke arah pemudaran, apalagi setelah orang mengerti
bahwa setiap orang memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama,
kemudiantimbulpemberontakanuntukapaprinsiphormatitudilakukan.
Dalammasyarakatjawakesatuanhendaknyadiakuioleholehsemua
denganmembawadirisesuaituntutantatakramasosial,sehinggamereka
yangberkedudukanlebihtinggiatautuaharusdihormatidansebaliknya
yang lebih tinggi mampu mengayomi. Oleh karenanya orang jawa
mengaturhaltersebutdalametikanya,dalambahasajawatidakmungkin
untuk menyapa atau bercakap-cakap dengan orang lain tanpa menaksir
kedudukan sosial jika dibandingkan dengan dirinya, sehingga dalam
bahasajawaterdiridariduatingkatutamayangberbedadalamperkataan
dangramatika,yaituterdapatbahasa kromountukmengungkapkansikap
hormatdanbahasa ngokountukmengungkapkansikapkeakraban.
4. PercayaterhadapHalGaib
AgamaIslamyangberkembangdimasyarakatJawaterkenalsangat
kentaldengantradisidanbudayanya.Nama-namaJawajugasangatakrab
ditelingabangsaIndonesia,begitujugajargonatauistilah-istilahJawa.
Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup memberi
warnadinegaraIndonesia.
Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang
belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun
28
terkadangtradisidanbudayaitubertentangandenganajaran-ajaranIslam.
MemangadabeberapatradisidanbudayaJawayangdapatdiadaptasidan
terusdipegangitanpaharusberlawanandenganajaranIslam,tetapibanyak
juga yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang
memegangan ajaran Islam dengan kuat tentunya dapat memilih dan
memilahmanabudayaJawayangmasihdapatdipertahankantanpaharus
berhadapandenganajaranIslam.SementaramasyarakatJawayangtidak
memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga
warisanleluhurmerekadanmempraktekkannyadalamkehidupanmereka
sehari-hari,meskipunbertentangandenganajaranagamaIslam.
Masyarakat seperti itulah yang kemudian melahirkan suatu agama
yang kemudian dikenal dengan agama Jawi atau Islam Kejawen.
KoentjaraningratmengatakanbahwasebagianbesarpemelukagamaJawi
tidak sepenuhnya menjalankan agamanya sesuai dengan syariat agama
Islam.49Padaumumnyapemelukagamainiadalahmasyarakatmuslim,
namuntidakmenjalankanajaranIslamsecarakeseluruhan,karenaadanya
aliranlainyangjugadijalankansebagaipedoman,yaitualirankejawen.
Kejawensebenarnyabisadikategorikansebagaibudayayangbertentangan
dengan ajaran Islam, karena budaya ini masih menampilkan
perilaku-perilakuyangbertentangandenganajaranIslam.
SepertiyangdikemukakanolehSusenobahwakeagamaanorangJawa
Kejawenditentukanolehkepercayaanterhadapberbagaimacamrohyang
tidak kelihatan, dan dapat menimbulkan bahaya atau penyakit apabila
mereka dibuat marah atau kita kurang hati-hati. Orang Kejawen akan
melindungi diri mereka dari gangguan dengan memberi sesajen dan
memintabantuanseorangdukun.50
49Koentjaraningrat,PengantarAntropologi:Pokok-pokokEtnografiII,(Jakarta:Rineka
Cipta,2005)h.194
29
F.
Hakikat Pembelajaran Sastra
Pembelajaran mengenai analisis novel yang dibahas di sekolah sangat
membantu siswa dalam memperdalam ilmu sastra. Tujuan pembelajaran tersebut
dijabarkan ke dalam empat kompetensi, yaitu kompetensi menyimak, kompetensi
berbicara, kompetensi membaca, dan kompetensi menulis sastra. Kompetensi
menyimak meliputi kemampuan mendengarkan, memahami, dan mengapresiasi
ragam karya sastra sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Kompetensi
berbicara meliputi kemampuan membahas dan mendiskusikan ragam karya sastra
sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya. Kompetensi membaca meliputi
kemampuan membaca dan memahami berbagai jenis karya sastra. Kompetensi
menulis meliputi kemampuan mengapresisasikan karya sastra dalam bentuk sastra
tulis yang kreatif dalam bentuk menulis kritik dan esai sastra berdasarkan jenis
sastra yang telah dibaca. Menurut Rahmanto, manfaat dari pembelajaran sastra
bagi siswa di sekolah yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan
pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan
watak.51
Dari pemaparan di atas, dijelaskan bahwa dalam pembelajaran sastra
diharapkan agar siswa mampu mengapresiasi karya sastra dengan baik dan
mampu mengembangkan kepekaan siswa dalam memahami karya sastra, baik dari
segi nilai positif yang terdapat dalam karya sastra maupun hal menarik lainnya
yang terdapat di luar karya sastra itu sendiri. Selain itu, pembelajaran sastra bagi
siswa diharapkan dapat mengembangkan cipta dan rasa yang memiliki ruang
lingkup luas terhadap kehidupan sehari-hari, sehingga berpengaruh terhadap
pembentukan watak siswa tersebut.
Pokok materi pembelajaran sastra di sekolah terdapat dalam pelajaran
bahasa Indonesia. Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra adalah
menentukan unsur intrinsik dalam novel. Dalam menentukan unsur intrinsik
novel, siswa diarahkan untuk membaca dan menganalisis novel, sehingga dapat
membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir. Selain itu, alur dalam novel
yang dianalisis juga dapat menambah wawasan siswa karena novel biasanya
30
menceritakan tentang kehidupan bermasyarakat. Penelitian yang difokuskan pada
nilai moral diharapkan dapat memberikan contoh yang baik untuk siswa sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dapat berpengaruh terhadap
pembentukan watak siswa sehingga dapat meningkatkan moralitas remaja yang
sedang mengalami penurunan.
G.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah.
Penelitian yang dimaksud adalah penelitian terhadap karya lain yang relevan
dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan dapat bersumber dari makalah,
skripsi, jurnal, internet, atau yang lainnya yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
PenelitianAntikSetiyorina,mahasiswiFakultasSastra,UniversitasSebelas
Maret,dalamskripsinyayangberjudul―Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah
KaryaWiwidPrasetyo(TinjauanSosiologiSastradanGayaBahasa).Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam
novel Orang Miskin Dilarang SekolahkaryaWiwidPrasetyo;(2)lapisansosial
yang terdapat dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid
Prasetyo; (3) pemanfaatan gaya bahasa dalam novel Orang Miskin Dilarang
SekolahkaryaWiwidPrasetyo;dan(4)maknagayabahasayangterdapatdalam
novel Orang Miskin Dilarang SekolahkaryaWiwidPrasetyo.PadanovelOrang
MiskinDilarangSekolahdigunakanbeberapagayabahasa, yakni gayabahasa
yangpalingdominanadalahsimilekarenakalimat-kalimatnyabanyakditemukan
penggunaan kata tugas (seperti dan bagai). Pemaknaan gaya bahasa dapat
ditentukanberdasarkankonteksnya.Pemaknaanpadagayabahasaditujukanuntuk
membantupemabacadalammenafsirkannilai-nilaiyangdiungkapkanpengarang
dalamnovel―OrangMiskinDilarangSekolah‖.
Penelitian Fitri Wulandari, K 1207018, mahasiswi Fakultas Sastra,
Universitas Sebelas Maret, dalam skripsinya yang berjudul ―Novel Laskar
31
Prasetyo(KajianIntertekstualitasdanNilaiPendidikan‖.Penelitianinibertujuan
untuk mendeskripsikan: (1) struktur novel Laskar Pelangi dan Orang Miskin
DilarangSekolah;(2)persamaandanperbedaanstrukturnovelLaskarPelangidan
OrangMiskinDilarangSekolah;(3)kajianintertekstualitasantaranovelLaskar
Pelangi dan Orang Miskin Dilarang Sekolah; dan (4) nilai pendidikan novel
Laskar Pelangi dan Orang Miskin Dilarang Sekolah. Hasil temuan penelitian
dengan kajian intertekstualitas menunjukkan bahwa kedua novel tersebut: (1)
strukturkeduanovelterdiriatastema,sudutpandang,penokohan,latar,alur,dan
amanat;(2)persamaanstrukturkeduanoveltersebutberupatema.Keduanovel
mempunyai tema yang sama yakni pendidikan. Amanat, kedua novel
mengamanatkanuntukberanibercita-citadanberusahakerasmewujudkan
cita-cita tersebut. Terkait dengan alur, kedua novel menggunakan alur maju.
Penokohan dalam kedua novel memiliki persamaan yakni pada teknik
karakterisasi.BaikituLaskarPelangimaupunOrangMiskinDilarangSekolah
karaktertokohtidakselaludigambarkansecaragamblangdanterperincitetapi