• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN EVALUASI. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN EVALUASI. A. Orientasi Kancah dan Persiapan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

86 1. Orientasi Kancah Penelitian

Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah memahami kancah atau tempat penelitian. Penelitian dilakukan di SMA Negeri “X”di Yogyakarta. Sekolah ini berdekatan dengan pasar, rumah sakit jiwa, dan dua sekolah lainnya yang terletak di Jalan Kaliurang km 17,5. Sekolah ini memiliki 15 ruang kelas, tiga laboratorium, serta satu ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, koperasi, UKS, ruang BK, ruang agama, ruang ISO, ruang komputer, perpustakaan, aula, dan mushalla.

Sekolah terdiri dari dua jurusan yaitu jurusan MIPA dan jurusan IPS. Jumlah siswa keseluruhan adalah 474 siswa. Penelitian dilakukan di kelas XI, dimana jurusan IPA terdiri dari tiga kelas dengan jumlah keseluruhan 96 siswa dan jurusan IPS yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah keseluruhan 64 siswa. Ruangan BK terdiri dari dua ruang konseling yang tertutup dan satu ruang tamu yang tergabung dengan dua meja guru BK. Jumlah guru BK di SMA N “X” Yogyakarta berjumlah dua orang guru, dimana terdapat satu guru yang bertanggung jawab terhadap dua kelas yaitu kelas X dan XII dengan jumlah keseluruhan 314 siswa, serta satu guru bertanggung jawab terhadap 1 kelas yaitu kelas XI dengan jumlah keseluruhan 160 siswa.

(2)

2. Persiapan Penelitian a. Persiapan administrasi

Persiapan administrasi yang dilakukan oleh peneliti diawali dengan pengurusan surat ijin penelitian. Perizinan untuk melaksanakan penelitian diperoleh melalui surat izin nomor 003/Ketua_M.Psi/20/Akd/1/2016 Ketua Program Magister Profesi Psikologi Universitas Islam Indonesia, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya pada tanggal 04 Januari 2016. Selanjutnya, peneliti mengurus surat izin kepada Kantor Kesatuan Bangsa Kabupaten Sleman. Perizinan untuk melaksanakan penelitian diperoleh melalui surat izin nomor 070/Bappeda/76/2016 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pemerintah Kabupaten Sleman. Selanjutnya, peneliti mendapatkan ijin penelitian dari pihak SMA N “X “ Yogyakarta pada tanggal 18 Januari 2016.

b. Persiapan alat ukur penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Career Maturity Inventory (CMI) Form C yang dikembangkan oleh Savickas dan Porfeli (2011) dan kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Skala tersebut mengacu pada aspek-aspek kematangan karir yang dikemukakan oleh Savickas dan Porfeli (2011) yaitu keprihatinan karir (career concern), konsultasi karir (career consultation), keingintahuan karir (career curiosity), dan kepercayaan karir (career confidence). Alat ukur kematangan karir kemudian divalidasi oleh professional judgment, untuk menilai kesesuaian antara karakteristik aitem yang dirumuskan dengan definisi operasional

(3)

penelitian. Professional judgment dalam validasi skala kematangan karir adalah Bapak Irwan Nuryana Kurniawan, S. Psi., M.Si.

Skala yang digunakan adalah skala kematangan karir yang terdiri atas empat alternatif jawaban yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), sangat sesuai (SS). Pemberian skor tergantung pada Favorable atau Unfavorable suatu butir. Skor jawaban untuk butir Favorable berkisar 4-1 dimana Sangat sesuai (SS) diberi skor 4, sesuai (S) diberi skor 3, tidak sesuai (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak sesuai (STS) diberi skor 1. Skor jawaban untuk Unfavorable berkisar dari 1-4, yaitu sangat sesuai (SS) skor 1, sesuai (S) diberi skor 2, tidak sesuai (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak sesuai (STS) diberi skor 4.

c. Persiapan modul terapi

Modul konseling kelompok yang digunakan oleh peneliti adalah modul konseling kelompok perencanaan karir yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada konseling perencanaan karir yang disusun oleh Aryatmi (1991). Modul konseling kelompok perencanaan karir merupakan modul yang disusun sendiri oleh peneliti, sehingga membutuhkan penilaian profesional yang ahli dan memahami konseling kelompok dengan baik. Professional judgment dalam validasi modul konseling kelompok perencanaan karir adalah Ibu Dr. Rahma Widyana, M. Si., Psikolog serta Bapak Hariz Enggar Wijaya, S. Psi., M.Psi.

(4)

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

1. Uji Alat Ukur Penelitian

a. Skala kematangan karir (CMI Form C)

Uji coba dilakukan oleh peneliti kepada 91 siswa SMA N “Y” Yogyakarta. Karakteristik responden yang diberikan uji coba oleh peneliti sama dengan karakteristik responden penelitian. Uji coba dilakukan oleh peneliti sejak tanggal 7– 12 Januari 2016. Berdasarkan data yang diperoleh dari uji coba alat ukur, dilakukan uji reliabilitas dan seleksi aitem dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows. Seleksi aitem menggunakan parameter indeks deskriminasi aitem atau daya beda aitem.

Azwar (2012) mengemukakan bahwa parameter yang paling penting untuk menganalisis aitem skala psikologi yang mengukur atribut nonkognitif adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total menggunakan batasan ≥ 0,30. Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30, maka daya diskriminasi aitem dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30, maka dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem yang rendah. Penyeleksian aitem juga harus tetap memperhatikan keterpenuhan komposisi aitem untuk masing-masing aspek, sehingga indeks daya diskriminasi aitem dapat diturunkan hingga 0,25.

(5)

Berdasarkan hasil analisis data uji coba, koefisien reliabilitas skala kematangan karir dengan jumlah aitem 24 diperoleh nilai alpha sebesar 0,755. Nilai tersebut menunjukkan bahwa skala kematangan karir reliabel atau dapat dipercaya. Selain itu, berdasarkan hasil uji coba terdapat 8 aitem yang gugur karena memiliki skor daya diskriminasi aitem di bawah 0,25 yaitu aitem pada nomor 1, 5, 8, 12, 13, 14, 20, dan 24. Deskripsi data penelitian dari aitem yang sahih selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1. Tabel distribusi butir skala kematangan karir sebelum uji coba

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Career concern - 1 (gugur), 5 (gugur),

9, 13 (gugur), 17, 21 6

Career curiosity - 2, 6, 10, 14 (gugur),

18, 22 6 Career confidence - 3, 7, 11, 15, 19, 23 6 Career consultation 8 (gugur), 12 (gugur) , 20 (gugur), 24 (gugur) 4, 16 6 Total 4 20 24

Tabel 4.2. Tabel distribusi butir skala kematangan karir setelah uji coba

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Career concern - 6, 11, 14 3

Career curiosity - 1, 4, 7, 12, 15 5

Career confidence - 2, 5, 8, 9, 13, 16 6

Career consultation - 3, 10 2

(6)

Setelah peneliti melakukan uji reliabilitas dan daya deskriminasi aitem, maka peneliti menentukan kategorisasi. Azwar (2012) mengemukakan bahwa kategorisasi dibuat menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi standar.

No. Pedoman Skor Kategorisasi

1 X≥ (X +1SD) X≥43 Tinggi 2 (X -1SD)≤ X < (X +1SD) 35≤ X <43 Sedang 3 X < (X -1SD) X < 35 Rendah Keterangan: X = Skor Subjek X = mean SD = standar deviasi (SD)

b. Modul konseling kelompok perencanaan karir

Uji coba modul konseling kelompok perencanaan dilakukan di SMA N “Y” Yogyakarta dengan melibatkan 2 siswa kelas XI yang memiliki skor kematangan karir rendah serta berniat melanjutkan studi perguruan tinggi. Uji coba modul konseling kelompok perencanaan karir dilakukan pada tanggal 14-15 Januari 2016 dengan melibatkan rater. Rater dalam uji coba modul ini adalah saudari Rukiana Novianti Putri, S. Psi., M. Psi Psikolog, merupakan psikolog yang memahami tentang konsep konseling kelompok. Terdapat beberapa perubahan setelah melakukan uji coba modul, yaitu waktu diadakannya konseling kelompok, lembar kerja, serta perubahan sesi dalam tahap kegiatan inti konseling kelompok. Adapun beberapa perubahan setelah dilakukannya uji coba terlampir.

(7)

Evaluasi yang dilakukan oleh konselor, co-konselor, rater, serta observer dalam uji coba modul diantaranya adalah ruangan tempat diadakannya konseling kelompok. Peneliti melakukan uji coba modul konseling kelompok di dua tempat yang berbeda, yaitu indoor dan outdoor, dimana terdapat perbedaan yang menonjol. Perbedaan tersebut adalah kurangnya fokus peserta pada kegiatan konseling kelompok, ketika dilakukan di luar ruangan dan dalam kondisi masih terdapat teman-teman responden yang berada di sekitar tempat diadakannya konseling. Evaluasi selanjutnya adalah faktor sosial ekonomi serta kapasitas intelektual responden uji coba modul. Faktor tersebut sebaiknya dipertimbangkan oleh peneliti, karena terdapat perbedaan pandangan tentang karir setelah lulus SMA. Namun, secara keseluruhan uji coba modul konseling kelompok berjalan dengan lancar. 2. Pelaksanaan Prates

Pelaksanaan prates skala kematangan karir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil awal responden sebelum diberi perlakuan. Pelaksanaan prates dilakukan pada tanggal 18 dan 21 Januari 2016. Skala yang telah disebar kemudian dilakukan kategorisasi tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil skor skala kematangan karir yang telah diberikan, dari 63 siswa yang mengisi skala kematangan karir, terdapat 8 siswa yang memiliki skor kematangan karir yang rendah dan 43 siswa yang memiliki skor kematangan karir yang sedang. Selanjutnya, berdasarkan karakteristik responden penelitian diperoleh 12 siswa yang menjadi responden penelitian. Responden kemudian dibagi menjadi dua

(8)

kelompok dengan mempertimbangkan kelas untuk diikutsertakan dalam penelitian. Responden pada kelompok eksperimen memperoleh yang diberikan intervensi berupa konseling kelompok perencanaan karir sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa lainnya dimasukkan dalam kelompok kontrol. Adapun distribusi skor sebagai berikut:

Tabel 4.3 Skor Prates pada kelompok eksperimen

Inisial JK Skor Kategori

MC Perempuan 35 Sedang OP Perempuan 37 Sedang AK Laki-laki 40 Sedang MN Perempuan 40 Sedang AD Perempuan 41 Sedang TH Laki-laki 42 Sedang

Tabel 4.4 Skor Prates pada kelompok kontrol

Inisial JK Skor Kategori

WH Perempuan 35 Sedang AD Perempuan 36 Sedang HW Laki-laki 34 Rendah AM Perempuan 39 Sedang DA Perempuan 40 Sedang IS Laki-laki 38 Sedang

3. Pelaksanaan Konseling Kelompok Perencanaan Karir

Konseling kelompok perencanaan karir berlangsung selama 5 kali pertemuan dengan metode permainan, tanya jawab, role play, diskusi dan sharing, serta tugas mandiri. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2016, pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 2016, pertemuan keempat dilaksanakan pada tanggal 04 Februari 2016, dan pertemuan kelima

(9)

dilaksanakan pada tanggal 06 Februari 2016. Adapun rincian kegiatan sebagai berikut:

Pertemuan pertama pada hari Jum’at, 29 Januari 2016. Adapun kegiatan

yang dilakukan terdiri dari:

a. Tahap pertama (Pembentukan)

Pada pertemuan ini terdapat empat kegiatan yang dilakukan, yaitu pembukaan, perkenalan, kontrak belajar, dan bermain peran. Pada awal kegiatan konselor terlebih dahulu membuka pertemuan hari ini dengan memberi salam serta kata pengantar kepada peserta. Selanjutnya, konselor memperkenalkan diri sebagai orang yang akan menjadi fasilitator dan membantu permasalahan yang dihadapi oleh peserta. Konselor juga memperkenalkan rekan-rekan yang akan membantu konselor. Selanjutnya, konselor memberikan permainan untuk mencairkan suasana. Konselor kemudian memberikan pemaknaan dengan tujuan untuk mengembangkan suasana keterbukaan antar peserta, jujur atas diri sendiri, dan kebebasan dalam berpendapat. Konselor mengakhiri kegiatan kedua dengan menyampaikan tujuan diadakannya konseling kelompok perencanaan karir dan kegiatan yang akan dilakukan secara umum, yang akan terfokus pada pemilihan jurusan setelah lulus SMA.

Kegiatan ketiga adalah kontrak belajar, dimana sebelum memasuki kegiatan selanjutnya, peserta diminta untuk membaca kontrak belajar yang telah disediakan. Kontrak belajar tersebut wajib di tanda tangani oleh peserta, ketika seluruh peserta telah menyetujui kontrak belajar yang sudah

(10)

ditawarkan. Kegiatan akhir pada tahap ini adalah bermain peran, dimana terlebih dahulu konselor menjelaskan mengenai keterampilan-keterampilan yang hendaknya harus dimiliki oleh peserta selama berlangsungnya konseling kelompok ini. Konselor menunjuk dua peserta untuk mengungkapkan perasaannya serta harapan setelah mengikuti konseling kelompok, yang selanjutnya ditanggapi oleh peserta lainnya. Pada akhir kegiatan ini, konselor melakukan evaluasi role play yang sudah dilakukan, dengan memberikan umpan balik kepada peserta. Adapun metode yang digunakan adalah direktif, permainan, dan bermain peran. Proses pembentukan berlangsung selama 25 menit

b. Tahap kedua (Peralihan)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menjelaskan agenda kegiatan yang akan dilakukan dalam konseling kelompok perencanaan karir dan topik-topik yang akan dibahas dalam setiap sesi kegiatan inti. Selanjutnya, konselor menawarkan dan mengamati kesiapan peserta untuk memasuki tahap-tahap berikutnya dengan mengajukan pertanyaan pada tiap peserta. Selain itu, konselor memberikan motivasi pada peserta untuk menerima suasana yang ada secara sadar dan terbuka. Proses peralihan berlangsung selama 10 menit.

c. Tahap ketiga (Pengantar)

Pada tahap ini peserta diminta untuk mengisi lembar kerja “Who am I”, sebelum memasuki kegiatan selanjutnya. Konselor kemudian melakukan eksplorasi mengenai harapan dan permasalahan yang dihadapi oleh peserta

(11)

terkait dengan perencanaan karir setelah lulus SMA, dengan mengajuka pertanyaan satu persatu kepada peserta. Pertanyaan yang diajukan adalah “apa harapan adik terkait masa depan setelah lulus SMA?”, “apa tujuan yang adik inginkan dalam hidup kedepannya”, “apa saja permasalahan yang adik hadapi terkait dengan masa depan setelah lulus SMA?”, dan “seberapa penting melakukan perencaan karir dari sekarang?” .

Konselor kemudian membahas satu persatu permasalahan yang ada terkait dengan perencanaan karir serta alasan penyebab terjadinya permasalahan tersebut. Konselor kemudian menyimpulkan permasalahan dari setiap peserta dan menghubungkan dengan pentingnya melakukan perencanaan karir dari sekarang. Permasalahan yang muncul dalam melakukan perencanaan karir berasal dari dalam maupun luar diri. Permasalahan yang berasal dari dalam diri adalah masih bingung, ragu-ragu dengan pilihan jurusannya, bingung dalam melakukan persiapan dalam memilih jurusan, dan masih belum dapat menentukan pilihannya. Alasan penyebab terjadinya masalah tersebut adalah kurangnya informasi terkait jurusan yang ingin dipilih, perasaan malas untuk mencari informasi ataupun untuk mengembangkan keterampilan diri, dan masih banyak pilihan jurusan yang diinginkan. Permasalahan yang berasal dari luar diri adalah orangtua, dimana terdapat orangtua memaksa peserta untuk memilih jurusan tertentu. Proses eksplorasi harapan maupun permasalahan yang dihadapi oleh peserta berlangsung selama ±70 menit.

(12)

Konselor memberikan pertanyaan kepada peserta secara satu persatu, sebelum mengakhiri pertemuan pada hari ini. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar perasaan serta hal yang sudah didapatkan selama mengikuti pertemuan pertama. Peserta mengungkapkan perasaannya yang lebih terbuka untuk mengemukakan permasalahan yang dihadapi, lebih terbuka mengenai perasaannya di dalam kelompok, lebih tenang setelah mengemukakan pendapatnya mengenai masa depan karena sebelumnya telah dipendam sejak lama, mengetahui permasalahan yang dihadapi, dan merasa dapat saling membantu satu sama lain dengan teman dalam kelompok.

Konselor kemudian menutup pertemuan pertama dengan menjelaskan secara singkat kegiatan atau sesi yang akan dilakukan pada pertemuan kedua. Tahap ini berlangsung selama 10 menit.

Pertemuan kedua pada hari Sabtu, 30 Januari 2016 (Tahap kegiatan inti)

Sesi I: Pemahaman diri

Pada awal tahap ini, konselor membuka dengan salam dan pengantar. Konselor menjelaskan mengenai tujuan dari sesi ini, dimana pada sesi pemahaman diri peserta diminta untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki, serta melakukan eksplorasi mengenai minat peserta pada beberapa jurusan. Selanjutnya, konselor meminta peserta untuk membaca terlebih dahulu lembar kerja “Who am I” yang sudah dikerjakan sebelumnya untuk kemudian di presentasikan satu persatu. Konselor membagi presentasi lembar kerja tersebut ke dalam dua tahap. Tahap pertama peserta diminta untuk mempresentasikan

(13)

kelebihan, kelemahan, keterampilan, sifat/karakter, dna nilai-nilai yang dianut, sedangkan tahap kedua peserta diminta unuk mempresentasikan hasil lembar kerja RIASEC.

Pada tahap pertama, peserta diminta untuk mempresentasikan kelebihan, kelemahan, keterampilan, sifat/karakter, dan nilai-nilai yang dianut. Selanjutnya, konselor meminta peserta lain untuk menanggapi atau menambahkan identifikasi diri yang telah dilakukan oleh masing-masing peserta. Konselor kemudian mengajukan pertanyaan kepada setiap peserta mengenai prediksi sifat-sifat yang dimiliki telah mendukung atau belum mendukung jurusan yang diminati sebelumnya. Konselor juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyesuaikan kondisi diri sendiri dengan cita-cita sebelumnya.

Pada tahap kedua, peserta diminta untuk mempresentasikan hasil lembar kerja RIASEC yang telah diskoring sebelumnya satu persatu, dengan menanyakan 2 skor tertinggi. Konselor kemudian membahas hasil skoring tersebut dengan membacakan arti dari dua skor tertinggi tersebut dengan menyesuaikan pada dua jurusan yang diminati oleh peserta. Konselor juga membahas kesesuaian antara hasil lembar kerja RIASEC dengan cita-cita atau jurusan yang pernah diminati oleh peserta sebelumnya. Berdasarkan dari lembar kerja tersebut, terdapat dua peserta yang memiliki ketidaksesuaian antara hasil skor lembar kerja RIASEC dengan cita-cita sebelumnya yaitu OP dan AN. Konselor kemudian membahas secara satu persatu ketidaksesuaian tersebut, dimana ketika OP maupun AN masih ingin memilih jurusan yang

(14)

tidak sesuai dengan hasil skor RIASEC, konselor menyarankan untuk melihat kembali kondisi diri dan hal yang sebenarnya diinginkan, serta meningkatkan aspek-aspek atau karakteristik yang sesuai dengan cita-cita keduanya.

Konselor menutup pertemuan kedua ini dengan terlebih dahulu menanyakan tentang perasaan serta hal yang diperoleh dan dipahami selama mengikuti sesi ini. Responden AN misalnya, ia mengemukakan bahwa merasa kebimbangan selama ini sudah berkurang dan menjadi lebih yakin karena telah mengetahui potensi yang dimiliki serta hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Responden OP juga mengemukakan bahwa dirinya merasa lebih mengetahui siapa dirinya, lebih memahami keinginannya, dengan tujuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

Senada dengan hal tersebut, responden TH mengemukakan bahwa dirinya menjadi lebih mengetahui potensi serta jurusan yang sesuai dengan dirinya, dimana pemahaman diri bertujuan untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Responden MN juga mengemukakan bahwa merasa lebih yakin dengan keinginannya serta lebih mengetahui potensi dan karakteristik yang dimilikinya. Senada dengan hal tersebut, responden AK maupun MC merasa semakin yakin dengan hal yang diinginkan.

Konselor kemudian memberikan tugas kepada peserta untuk mengisi lembar kerja “wawasan karir” yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Konselor meminta peserta untuk mencari sebanyak-banyaknya informasi terkait dua jurusan yang paling diminati dari berbagai sumber, misalnya internet, guru,

(15)

orangtua, saudara, dan lainnya. Konselor kemudian menutup pertemuan kedua dengan ucapan Hamdalah dan salam.

Adapun metode yang digunakan dalam sesi ini adalah direktif, diskusi, serta sharing. Waktu yang digunakan selama sesi pemahaman diri adalah ± 90 menit.

Pertemuan kedua pada hari Senin, 01 Februari 2016 (Tahap kegiatan inti)

Sesi II: Wawasan karir

Pada pertemuan ini terdapat dua sesi kegiatan, yaitu sesi wawasan karir dan pengambilan keputusan. Sesi kegiatan yang pertama adalah wawasan karir. Pada awal sesi ini, terlebih dahulu konselor membuka dengan salam dan kata pengantar, selanjutnya konselor menjelaskan dengan singkat tujuan dan hal yang akan dibahas pada sesi ini. Konselor kemudian meminta masing-masing peserta untuk mempresentasikan tugas terkait wawasan karir, yang telah diminta untuk dikerjakan di rumah sebelumnya.

Pada saat peserta mempresentasikan satu persatu bagian dalam wawasan karir, konselor meminta peserta lain untuk mendengarkan dan memberikan umpan balik terhadap hal yang dipresentasikan. Konselor selanjutnya memberikan umpan balik terkait dengan presentasi peserta, dengan memberikan pertanyaan seputar hal-hal yang dipelajari dalam fakultas yang di pilih, keterampilan khusus, passing grade, biaya, dan PT sasaran. Konselor juga menambahkan hal-hal yang dirasa kurang dari presentasi peserta, serta memberikan pertimbangan-pertimbangan terkait PT sasaran atau pilihan jurusan yang memiliki passing grade yang sama tingginya. Selain konselor,

(16)

peserta satu sama lain juga menambahkan informasi yang dirasa kurang lengkap dan membuat pertimbangan-pertimbangan terkait banyaknya saingan, alternatif pilihan jurusan, lapangan pekerjaan, dan alternatif perguruan tinggi, institute, serta sekolah tinggi yang akan dipilih.

Sebelum mengakhiri sesi wawasan karir, konselor meminta peserta untuk mengemukakan hambatan-hambatan yang ditemui dalam mencari informasi terkait pilihan jurusan yang diinginkan. Sebagian besar peserta mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menghambat pencarian informasi yang mereka rasakan selama ini, yaitu kurangnya usaha yang dilakukan oleh peserta dalam mencari informasi dan sumber informasi yang masih dirasa kurang (internet, guru, orangtua). Selanjutnya, peserta memberikan saran dan masukan terkait pencarian informasi yang telah dilakukan sesuai dengan pengalamannya.

Sesi wawasan karir berakhir dengan kesimpulan yang disampaikan oleh konselor mengenai pentingnya melakukan eksplorasi karir terkait dengan jurusan yang diminati. Adapun metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dialog (tanya jawab), diskusi, serta sharing. Waktu yang digunakan selama sesi wawasan karir adalah ± 80 menit.

Sesi III: Pengambilan keputusan

Sesi selanjutnya adalah sesi pengambilan keputusan, dimana peserta diminta untuk mengambil keputusan akhir mengenai jurusan yang akan dipilih. Konselor meminta peserta untuk memilih 1 jurusan utama dan 1 jurusan cadangan, dikarenakan pada saat tes masuk universitas (SBNMPTN) siswa

(17)

diharuskan untuk mengisi dua pilihan jurusan. Konselor terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan hal yang akan dibahas pada sesi ini. Konselor kemudian membagikan lembar kerja pemahaman diri dan meminta peserta untuk melakukan analisa diri dan informasi karir yang sudah diperoleh, sebelum membuat keputusan karir. Selanjutnya, peserta diminta untuk mempresentasikan keputusan jurusan yang dipilih secara satu persatu, dengan menyampaikan alasan memilih jurusan tersebut dan potensi diri yang dapat menunjang jurusan tersebut. Konselor kemudian memberikan umpan balik atas presentasi yang dilakukan oleh peserta dengan memberikan pertanyaan terkait alasan, potensi yang dapat mendukung jurusan yang dpilih, dan hal-hal yang masih harus ditingkatkan dalam mencapai pilihan jurusan tersebut. Konselor juga meminta peserta lain untuk memberikan tanggapan terkait pilihan jurusan yang sudah dipilih.

Sesi ini diakhiri dengan kesimpulan dan pemaknaan oleh konselor terkait kegiatan yang telah dilakukan pada pertemuan ini. Selanjutnya, peserta diminta untuk menyampaikan perasaannya dan hal yang didapatkan dalam pertemuan ini. Secara keseluruhan, peserta mengungkapkan lebih yakin dan mantap dengan pilihan jurusannya, lebih mengetahui informasi-informasi terkait dengan jurusan yang diminati, merasa bertambah pengetahuannya tentang jurusan yang diminati, dan merasa harus mencari lebih banyak informasi terkait jurusan yang diminati. Adapun metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dialog (tanya jawab), diskusi, serta sharing. Waktu yang digunakan selama sesi pengambilan keputusan adalah ± 50 menit.

(18)

Pertemuan keempat pada hari Kamis, 04 Februari 2016 (Tahap kegiatan

inti)

Sesi IV: Masalah karir dan Problem solving

Pada awal pertemuan ini, konselor membuka kegiatan dengan salam dan kata pengantar. Selanjutnya, konselor menjelaskan mengenai tujuan dan hal-hal yang akan dibahas dalam sesi masalah karir dan problem solving ini. Pada sesi masalah karir dan problem solving ini peserta akan diminta untuk mengidentifikasi hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi dalam memilih jurusan yang diminati, serta menemukan solusi atas hambatan tersebut melalui diskusi dengan konselor maupun peserta lainnya. Identifikasi hambatan dilakukan oleh peserta dengan mengerjakan lembar kerja “eksplorasi hambatan” yang berisi mengenai hambatan internal dan eksternal peserta serta solusi yang ditawarkan (pertimbangan solusi). Konselor meminta peserta untuk mempertimbangkan kesesuaian antara hambatan yang akan ditemui dengan potensi diri yang dimiliki, dimana konselor menekankan pada peserta untuk melihat kembali potensi yang dimiliki dalam mengatasi hambatan yang ditemui.

Selanjutnya, konselor meminta peserta untuk mempresentasikan lembar kerja yang sudah dikerjakan secara satu persatu. Pada tahap ini, konselor memberikan umpan balik setelah peserta mempresentasikan hasil lembar kerjanya dan memberikan pertanyaan kepada setiap peserta atas kendala yang sudah dituliskan. Konselor kemudian meminta peserta untuk mendiskusikan pertimbangan solusi yang sudah dibacakan sebelumnya, sehingga peserta

(19)

lainnya dapat memberikan tanggapan, umpan balik, saran, maupun berbagi pengalaman terkait hal yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut.

Pada akhir pertemuan ini, konselor meminta peserta untuk menyimpulkan dan mengemukakan perasaannya serta hal yang diperoleh selama mengikuti sesi masalah karir dan problem solving. Responden TH mengemukakan bahwa hal yang diperoleh selama mengikuti sesi masalah karir dan problem solving adalah merasa lebih giat lagi untuk belajar, bertambahnya pengetahuan mengenai hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi hambatan, serta mengetahui solusi atas masalah yang dihadapi, dalam hal ini kendala dari orangtua responden. Respon AD juga mengemukakan bahwa ia menjadi lebih termotivasi untuk mencapai jurusan yang diinginkan serta mengetahui prioritas kegiatan untuk mengatasi rasa malas yang dapat menghambat responden dalam mencapai targetnya.

Responden MN, MC, dan AK sama-sama mengemukakan bahwa setelah mengikuti sesi ini, menjadi lebih tau tentang hambatan terbesar dalam mencapai jurusan yang diinginkan dan menjadi lebih tau tentang solusi atas hambatan yang ditemui. Senada dengan hal tersebut, responden OP mengemukakan bahwa ia menjadi lebih tau tentang solusi dari hambatan yang ditemui, saling intropeksi diri atas hambatan atau kendala yang akan muncul dalam memilih jurusan, dan merasa senang karena dapat saling berbagi hambatan, solusi, maupun pengalaman dalam mengatasi hambatan yang ditemui.

(20)

Pada akhir pertemuan ini, konselor memberikan lembar kerja “my plan” untuk menjadi tugas rumah dan di bawa pada pertemuan selanjutnya. Adapun metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dialog (tanya jawab), tugas individu, diskusi, serta sharing. Waktu yang digunakan selama sesi masalah karir dan problem solving adalah ± 100 menit.

Pertemuan kelima pada hari Sabtu, 06 Februari 2016 (Tahap kegiatan

inti)

Sesi V: Menyusun perencanaan dan Jadwal kegiatan

Pada awal pertemuan ini, konselor terlebih dahulu membuka dengan salam dan pengantar. Konselor kemudian menjelaskan tujuan dari sesi menyusun perencanaan dan jadwal kegiatan dengan terlebih dahulu bertanya tentang lembar kerja yang sebelumnya sudah diminta untuk dikerjakan di rumah. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam menyusun langkah-langkah konkrit dalam mencapai jurusan yang diinginkan. Lembar kerja “my plan” berisi tentang langkah-langkah konkrit yang akan dilakukan oleh peserta dalam mencapai jurusan yang diinginkan, serta sumber kekuatan yang diperlukan untuk mencapai target (hal yang harus dipelajari dan orang lain yang dapat diajak bicara untuk mendukung pilihan jurusan).

Konselor menekankan bahwa langkah-langkah yang telah dituliskan di lembar kerja adalah langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peserta kedepannya, sehingga membutuhkan komitmen yang tinggi. Selanjutnya, konselor meminta peserta untuk mempresentasikan satu persatu lembar kerja yang sudah dikerjakan. Pada tahap ini, konselor langsung memberikan umpan

(21)

balik pada peserta, terkait kesesuaian perencanaan yang sudah dibuat dan menanyakan kembali apakah langkah-langkah yang sudah dibuat, telah konkrit untuk dilakukan. Konselor juga memberikan umpan balik terkait kegiatan-kegiatan yang lebih konkrit untuk dilakukan, serta jadwal dan waktu untuk melaksanakannya. Umpan balik terakhir dari konselor adalah menanyakan keyakinan peserta dan komitmennya untuk melaksanakan langkah-langkah tersebut dalam mencapai jurusan yang diinginkan.

Konselor juga meminta peserta lain untuk turut serta memberikan umpan balik terkait perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Peserta kemudian saling memberikan saran kegiatan konkrit yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai jurusan yang diinginkan. Peserta satu sama lain juga saling mendukung dan meyakinkan diri untuk konsisten dan menjaga komitmen dalam melaksanakan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

Adapun metode yang digunakan dalam sesi ini adalah dialog (tanya jawab), presentasi, diskusi, serta sharing. Waktu yang digunakan selama sesi menyusun perencanaan dan jadwal kegiatan adalah ± 100 menit.

Tahap IV: Pengakhiran

Melihat kondisi peserta yang masih antusias untuk mengikuti konseling kelompok ini, konselor kemudian meminta kesediaan peserta untuk melanjutkan agenda selanjutnya yaitu tahap pengakhiran, evaluasi dan tindak lanjut, serta penutup yang seharusnya dilaksanakan pada pertemuan ke-enam. Namun, karena peserta bersedia dan mengijinkan, serta pada saat itu kondisi

(22)

peserta masih antusias untuk melanjutkan tahap akhir, konselor kemudian melanjutkan agenda berikutnya.

Tahap ini merupakan tahap akhir dari konseling kelompok perencanaan karir. Tahap ini terbagi menjadi dua kegiatan, yaitu:

1. Evaluasi dan Tindak lanjut

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil pencapaian tujuan yang diperoleh melalui konseling kelompok, serta melakukan evaluasi terkait proses konseling kelompok yang sudah dilakukan selama lima kali pertemuan. Pada awal kegiatan ini, konselor mengungkapkan bahwa kegiatan konseling kelompok ini telah berakhir. Konselor kemudian menyimpulkan kegiatan konseling yang sudah dilakukan selama lima kali pertemuan. Selanjutnya, konselor melakukan evaluasi kegiatan dengan mengajukan pertanyaan mengenai perubahan dan manfaat yang diperoleh setelah mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, termasuk beberapa hal yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan.

Secara umum, seluruh peserta puas akan konseling kelompok yang diadakan, khususnya dalam mengurangi keragu-raguan peserta dalam menentukan pilihan jurusan. Semua peserta mengatakan sebelum mengikuti konseling kelompok ini mereka masih bimbang dan ragu dengan pilihan jurusannya. Namun, setelah mengikuti konseling kelompok, mereka telah mengetahui lebih banyak tentang diri sendiri, mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan mengetahui kekurangan diri yang masih harus ditingkatkan lagi.

(23)

Selain itu, seluruh peserta mengemukakan bahwa dengan mengikuti konseling kelompok ini, peserta menjadi lebih tau tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kekurangan yang ada pada diri, serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai pilihan jurusan yang diinginkan. Peserta juga mengemukakan bahwa mereka dapat saling membantu, saling berbagi, dan mendapatkan banyak masukan baik dari konselor maupun dari teman-teman dalam kelompok.

Selanjutnya, peserta mengemukakan kesan-kesan dan harapan setelah mengikuti konseling kelompok ini. Seluruh peserta mengemukakan bahwa konseling kelompok ini sangat membantu mereka dalam menentukan pilihan jurusan. Konseling kelompok ini juga merupakan kegiatan yang asik bagi peserta. Selanjutnya, seluruh peserta berharap dengan mengikuti konseling kelompok ini, mereka menjadi semakin yakin dan lulus di jurusan yang diinginkan.

Sebelum mengakhiri sesi ini, konselor menyampaikan beberapa pesan kepada peserta, yaitu:

a. Perdalam kembali mata pelajaran yang mendukung kelulusan pilihan jurusan yang diinginkan

b. Komitmen atas langkah-langkah yang sudah dibuat sebelumnya dan mulai dikerjakan sesuai dengan jadwal

c. Ketika muncul rasa malas, hendaknya kembali melihat tujuan dan prioritas kegiatan. Selain itu, peserta dapat menggunakan sumber-sumber kekuatan, contohnya orangtua untuk dapat menjadi pengingat bagi

(24)

peserta agar lebih giat belajar dan melatih diri dalam mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada.

Setelah sesi evaluasi selesai, konselor kemudian menyerahkan kepada ko-konselor untuk melajutkan ke agen selanjutnya, yaitu evaluasi kegiatan konseling kelompok. Ko-konselor kemudian membagikan lembar evaluasi kegiatan, yang kemudian langsung dikerjakan oleh peserta. Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dialog (tanya jawab) dan sharing. Waktu yang digunakan selama kegiatan evaluasi dan tindak lanjut adalah ± 50 menit.

2. Penutup

Pada kegiatan ini, konselor menutup secara resmi seluruh rangkai konseling kelompok. Selanjutnya, konselor kembali mengingatkan kepada peserta bahwa masih ada dua kegiatan terakhir setelah berakhirnya konseling kelompok ini, yaitu pengisian skala kematangan karir untuk pascates dan tindak lanjut. Akhir dari kegiatan ini ditutup oleh konselor dengan bacaan hamdalah dan salam.

4. Pelaksanaan Pascates

Pascates pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pada tanggal 09 Februari 2016, tiga hari setelah diadakannya konseling kelompok perencanaan karir pada kelompok eksperimen. Selain itu, peneliti melakukan wawancara pada kelompok eksperimen terkait perubahan yang dirasakan setelah mengikuti konseling kelompok perencanaan karir.

(25)

5. Pelaksanaan Tindak lanjut

Tindak lanjut dilakukan dua minggu setelah konseling kelompok dilakukan, yaitu pada tanggal 24 Februari 2016. Alat ukur yang digunakan pada saat tindak lanjut sama dengan alat ukur yang digunakan pada saat prates dan pascates.

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Kuantitatif

a. Deskripsi responden penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 12 siswa SMA N “X” Yogyakarta. Berdasarkan hasil skor skala kematangan karir yang telah diberikan, dari 63 siswa yang mengisi skala kematangan karir, terdapat 8 siswa yang memiliki skor kematangan karir yang rendah dan 43 siswa yang memiliki skor kematangan karir yang sedang. Selanjutnya, berdasarkan karakteristik responden penelitian diperoleh 12 siswa yang menjadi responden penelitian. Responden kemudian dibagi menjadi dua kelompok dengan mempertimbangkan kelas untuk diikutsertakan dalam penelitian. Responden pada kelompok eksperimen memperoleh yang diberikan intervensi berupa konseling kelompok perencanaan karir sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa lainnya dimasukkan dalam kelompok kontrol. Adapun deskripsi responden dijelaskan pada tabel berikut:

(26)

Tabel 4.5 Deskripsi Responden Penelitian

K Inisial Kelas JK Orientasi

Karir Pekerjaan Ortu Prestasi Akademik KE MC OP AK MN AD TH XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Wirausaha IRT Pensiun PNS PNS PNS PNS Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta IRT POLRI IRT 1-5 1-5 1-5 6-10 1-5 6-10 KK WH AD HW AM DA IS XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 XI IPS 1 Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah Pensiun IRT Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta IRT Wiraswasta IRT Wiraswasta IRT 6-10 1-5 6-10 1-5 1-5 6-10 Ket: K = Kelompok KE = Kelompok Eksperimen KK = Kelompok Kontrol JK = Jenis Kelamin b. Deskripsi data penelitian

Pada penelitian ini, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sebelum pelaksanaan konseling kelompok (prates), setelah pelaksanaan konseling kelompok (pascates), dan dua minggu setelah pelaksanaan konseling kelompok (tindak lanjut). Deskripsi yang diperoleh selama proses penelitian terbagi menjadi dua, yaitu:

(27)

1) Skala Kesiapan Pemilihan Karir (Career Concern, Career Confidence, Career Curiousity)

Tabel 4.6 Deskripsi Data Penelitian Skala Kesiapan Descriptive Statistics

group Mean Std. Deviation N

Pretest eksp 34.1667 2.40139 6 kontrol 32.1667 2.48328 6 Total 33.1667 2.55248 12 Posttest eksp 44.5000 3.61939 6 kontrol 34.1667 3.54495 6 Total 39.3333 6.38654 12 followup eksp 42.0000 2.68328 6 kontrol 36.0000 3.52136 6 Total 39.0000 4.32750 12

Tabel di atas menunjukkan bahwa rerata prates kelompok eksperimen sebesar 34,16, pasca test sebesar 44,50 serta rerata tindak lanjut sebesar 42,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengambilan keputusan karir dan kesiapan dalam memilih jurusan pada kelompok eksperimen saat prates, pascates, dan tindak lanjut. Sedangkan pada kelompok kontrol, rerata prates sebesar 32,16, pasca test sebesar 34,16 serta rerata tindak lanjut sebesar 36,00.

(28)

2) Skala Konsultasi (Career Counsultation)

Tabel 4.7 Deskripsi Data Penelitian Skala Konsultasi Descriptive Statistics

group Mean Std. Deviation N

Pretest eksp 5.0000 .63246 6 kontrol 4.8333 .75277 6 Total 4.9167 .66856 12 Posttest eksp 4.6667 .81650 6 kontrol 5.3333 .81650 6 Total 5.0000 .85280 12 followup eksp 4.8333 .40825 6 kontrol 4.6667 .81650 6 Total 4.7500 .62158 12

Tabel di atas menunjukkan bahwa rerata prates kelompok eksperimen sebesar 5,00, pasca test sebesar 4,66 serta rerata tindak lanjut sebesar 4,83. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan pemilihan karir dengan meminta saran dari orang lain pada siswa saat prates, pascates, dan tindak lanjut. Sedangkan pada kelompok kontrol, rerata prates sebesar 4,83, pasca test sebesar 5,33 serta rerata tindak lanjut sebesar 4,67.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas data penelitian menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil analisis data uji normalitas terdapat pada tabel di bawah ini:

(29)

1) Skala Kesiapan Pemilihan Karir (Career Concern, Career Confidence, Career Curiousity)

Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Uji Normalitas Skala Kesiapan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pre pos followup

N 12 12 12

Normal Parametersa Mean 33.1667 39.3333 39.0000 Std. Deviation 2.55248 6.38654 4.32750 Most Extreme Differences Absolute .211 .168 .178 Positive .153 .168 .161 Negative -.211 -.125 -.178 Kolmogorov-Smirnov Z .732 .582 .617

Asymp. Sig. (2-tailed) .658 .887 .841

Berdasarkan uji normalitas terhadap skala kesiapan pemilihan karir prates, pascates, dan tindak lanjut kedua kelompok menunjukkan sebaran data normal (p>0.05).

2) Skala Konsultasi

Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Uji Normalitas Skala Konsultasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pre pos followup

N 12 12 12

Normal Parametersa Mean 4.9167 5.0000 4.7500

Std. Deviation .66856 .85280 .62158 Most Extreme Differences Absolute .300 .333 .323 Positive .284 .333 .260 Negative -.300 -.250 -.323 Kolmogorov-Smirnov Z 1.038 1.155 1.119

Asymp. Sig. (2-tailed) .232 .139 .164

Berdasarkan uji normalitas terhadap skala konsultasi prates, pascates, dan tindak lanjut kedua kelompok menunjukkan sebaran data normal (p>0.05).

(30)

d. Uji Homogenitas

Uji homogenitas data penelitian menggunakan uji statistikBox’s M Test. 1) Skala Kesiapan Pemilihan Karir (Career Concern, Career Confidence,

Career Curiousity)

Tabel 4.10 Hasil Analisis Data Uji Homogenitas Skala Kesiapan Box's Test of Equality of Covariance Matricesa

Box's M 2.180

F .242

df1 6

df2 724.528

Sig. .962

Berdasarkan tabel Box’s Mtest diketahui bahwa pada aspek kesiapan pemilihan karir siswa diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.962. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varian yang homogen atau data berasal dari populasi dengan varian yang sama (p>0.05).

2) Skala Konsultasi

Tabel 4.11 Hasil Analisis Data Uji Homogenitas Skala Konsultasi Box's Test of Equality of Covariance Matricesa

Box's M 14.774

F 1.642

df1 6

df2 724.528

Sig. .133

Berdasarkan tabelBox’s Mtest diketahui bahwa pada aspek konsultasi siswa diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0.133. Sehingga, dapat

(31)

disimpulkan bahwa sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varian yang homogen atau data berasal dari populasi dengan varian yang sama (p>0.05).

e. Uji hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kematangan karir kelompok yang diberi perlakuan konseling kelompok perencanaan karir lebih tinggi daripada kelompok yang tidak diberi perlakuan konseling kelompok perencanaan karir. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik mixed anova dengan melihat tabel test of within subject effect. Adapun hasil analisis data dibagi menjadi dua skala kematangan karir:

1) Skala Konsultasi

Tabel 4.12 Hasil Uji Interaksi Skala Konsultasi

Tests of Within-Subjects Effects Measure:MEASURE_1 Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared time Sphericity Assumed .389 2 .194 .407 .671 .039

Greenhouse-Geisser .389 1.517 .256 .407 .617 .039 Huynh-Feldt .389 1.911 .204 .407 .662 .039 Lower-bound .389 1.000 .389 .407 .538 .039 time * group Sphericity Assumed 1.389 2 .694 1.453 .257 .127 Greenhouse-Geisser 1.389 1.517 .915 1.453 .260 .127 Huynh-Feldt 1.389 1.911 .727 1.453 .258 .127 Lower-bound 1.389 1.000 1.389 1.453 .256 .127 Error(ti me) Sphericity Assumed 9.556 20 .478 Greenhouse-Geisser 9.556 15.173 .630 Huynh-Feldt 9.556 19.106 .500 Lower-bound 9.556 10.000 .956

(32)

Pada tabel 4.12 diatas, pada baris time*group dan sub baris Sphericity Assemed, diketahui nilai F = 1,453 dan nilai p = 0,257. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara time (prates, pascates, dan tindak lanjut) dan kelompok (eksperimen dan kontrol) (p<0,05). Artinya, perubahan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama, sehingga prosedur analisis data berhenti sampai disini.

2) Skala Skala Kesiapan Pemilihan Karir (Career Concern, Career Confidence, Career Curiousity)

Tabel 4.13 Hasil Uji Interaksi Skala Kesiapan

Tests of Within-Subjects Effects Measure:MEASURE_1 Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared time Sphericity Assumed 288.667 2 144.333 24.235 .000 .708

Greenhouse-Geisser 288.667 1.929 149.675 24.235 .000 .708 Huynh-Feldt 288.667 2.000 144.333 24.235 .000 .708 Lower-bound 288.667 1.000 288.667 24.235 .001 .708 time * group Sphericity Assumed 104.222 2 52.111 8.750 .002 .467 Greenhouse-Geisser 104.222 1.929 54.040 8.750 .002 .467 Huynh-Feldt 104.222 2.000 52.111 8.750 .002 .467 Lower-bound 104.222 1.000 104.222 8.750 .014 .467 Error (time) Sphericity Assumed 119.111 20 5.956 Greenhouse-Geisser 119.111 19.286 6.176 Huynh-Feldt 119.111 20.000 5.956 Lower-bound 119.111 10.000 11.911

Pada tabel 4.12 diatas, pada baris time*group dan sub baris Sphericity Assemed, diketahui nilai F = 8,750 dan nilai p = 0,002 (p<0,05). Artinya, terdapat interaksi antara waktu pengukuran (prates, pascates, dan tindak lanjut) dan kelompok (eksperimen dan kontrol). Interaksi tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan skor yang berbeda secara

(33)

signifikan dari prates, pascates, dan tindak lanjut antara kedua kelompok. Setelah diketahui bahwa terjadi interaksi yang signifikan antara time (prates, pascates, tindak lanjut) dan group (eksperimen-kontrol), maka langkah selanjutnya adalah melihat efektivitas intervensi. Efektivitas intervensi dapat dilihat pada tabel Pairwise Comparison tabel 4.14 berikut ini :

Tabel 4.14 Hasil Uji Pairwise Comparison Skala Kesiapan Pairwise Comparisons group (I) time (J) time Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound eksp 1 2 -10.333* 1.524 .000 -13.729 -6.938 3 -7.833* 1.289 .000 -10.705 -4.962 2 1 10.333* 1.524 .000 6.938 13.729 3 2.500 1.404 .105 -.629 5.629 3 1 7.833* 1.289 .000 4.962 10.705 2 -2.500 1.404 .105 -5.629 .629 kontrol 1 2 -2.000 1.524 .219 -5.395 1.395 3 -3.833* 1.289 .014 -6.705 -.962 2 1 2.000 1.524 .219 -1.395 5.395 3 -1.833 1.404 .221 -4.962 1.296 3 1 3.833* 1.289 .014 .962 6.705 2 1.833 1.404 .221 -1.296 4.962

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa perubahan kesiapan pemilihan karir siswa pada kelompok eksperimen adalah signifikan (MD = -10,33 dan p = 0,000) dimana p<0,05. Nilai MD negatif menunjukkan bahwa rerata pascates lebih tinggi daripada rerata prates, artinya responden mengalami peningkatan. Sedangkan perubahan kesiapan pemilihan karir siswa pada kelompok kontrol adalah tidak signifikan (MD = -2,00 dan p = 0,219) p<0,05, dimana kelompok kontrol

(34)

juga mengalami peningkatan (MD = -2,00), namun peningkatan ini tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konseling kelompok perencanaan karir yang diberikan pada kelompok eksperimen mampu meningkatkan aspek kesiapan pemilihan karir siswa (keprihatinan karir, kepercayaan karir, dan keingintahuan karir) secara signifikan.

Pada kelompok eksperimen rerata follow up lebih rendah daripada rerata pascates (MD = 2.50 dan p = 0,105), artinya responden mengalami penurunan. Namun, perbedaan atau penurunan skor kematangan karir pada kelompok eksperimen dari pascates menuju tindak lanjut adalah tidak signifikan. Artinya, skor kematangan karir responden tetap dalam jangka waktu dua minggu setelah diberikan konseling kelompok perencanaan karir

Selanjutnya kontribusi konseling kelompok perencanaan karir terhadap peningkatan aspek kesiapan pemilihan karir siswa (keprihatinan karir, kepercayaan karir, dan keingintahuan karir) dapat dilihat melalui hasil analisis statistik multivariate test berikut ini :

(35)

Tabel 4.15 Hasil Uji Multivariate Skala Kesiapan Multivariate Tests Group Value F Hypothesis df Error df Sig. Partial Eta Squared Eksp Pillai's trace .847 24.833a 2.000 9.000 .000 .847

Wilks' lambda .153 24.833a 2.000 9.000 .000 .847 Hotelling's trace 5.519 24.833a 2.000 9.000 .000 .847 Roy's largest root 5.519 24.833a 2.000 9.000 .000 .847 kontrol Pillai's trace .471 4.008a 2.000 9.000 .057 .471 Wilks' lambda .529 4.008a 2.000 9.000 .057 .471 Hotelling's trace .891 4.008a 2.000 9.000 .057 .471 Roy's largest root .891 4.008a 2.000 9.000 .057 .471 Pada tabel 4.14 baris eksperimenWilks’ lambda diketahui nilai partial Eta Squared = 0.847. Hal tersebut menunjukkan bahwa konseling kelompok perencanaan karir memberikan kontribusi sebesar 84,7% terhadap peningkatan aspek kesiapan pemilihan karir siswa (keprihatinan karir, kepercayaan karir, dan keingintahuan karir).

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan pada kelompok eksperimen berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan lembar kerja yang diisi oleh responden selama mengikuti proses konseling kelompok. Tujuan analisis kualitatif adalah untuk mengetahui pengalaman dan perilaku responden selama mengikuti konseling kelompok. Selain itu, analisis kualitatif bertujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana dan mengapa konseling kelompok perencanaan karir berpengaruh pada kematangan karir responden. Analisis kualitatif yang dilakukan bertujuan untuk melengkapi data yang tidak dapat dijelaskan secara rinci pada analisis kuantitatif.

(36)

Analisis kualitatif dilakukan pada seluruh responden dalam kelompok eksperimen terkait aspek-aspek yang paling menonjol pada responden dalam setiap sesi kegiatan inti konseling kelompok perencanaan karir. Analisis kualitatif dilakukan dengan berdasarkan pada hasil wawancara dan evaluasi pada kelompok eksperimen, baik pada saat mengikuti konseling kelompok maupun setelah mengikuti konseling kelompok. Sesi kegiatan inti dalam konseling kelompok perencanaan karir yang dianggap paling penting dan menonjol pada responden adalah sebagai berikut:

a. Sesi Pemahaman diri

Sesi ini bertujuan untuk memahami potensi yang ada didalam diri peserta, sehingga peserta dapat mengetahui kemampuan, minat, kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki untuk dapat memilih karir sesuai dengan kondisi dirinya. Seluruh responden mengemukakan bahwa pemahaman diri penting bagi pemilihan jurusan, dimana responden merasa kebimbingan yang dirasakan selama ini telah berkurang setelah mengetahui dan memahami keinginannya, potensi yang dimilikinya, kelebihan serta kekurangan yang dimiliki, dan mengetahui jurusan apa yang sesuai dengan minatnya.

Selain itu, melalui konseling kelompok perencanaan karir, responden mendapatkan umpan balik dari teman sebaya yang menjadi peserta dalam konseling kelompok. Umpan balik tersebut meliputi pendapat responden dalam kelompok terkait potensi, minat, sifat-sfiat, kelebihan dan kekurangan yang sekiranya tidak disebutkan atau diketahui oleh responden yang

(37)

melakukan presentasi. Pendapat yang diberikan dapat meningkatkan pemahaman diri yang dimiliki oleh responden. Selain itu, umpan balik juga diberikan antar responden dalam kelompok dalam meningkatkan keterampilan atau perilaku yang dianggap kurang optimal. Pemahaman diri yang dilakukan serta umpan balik yang diberikan oleh setiap responden didasarkan pada pengalaman serta pengamatan responden tersebut. Seluruh responden juga merasa senang karena dapat terbuka mengenai dirinya, walaupun harus menyebutkan kekurangan yang dimiliki dihadapan responden lainnya.

Selanjutnya, dengan adanya pemahaman diri melaui lembar kerja maupun pemahaman diri melalui pendapat teman sebaya, mampu mendapatkan gambaran diri secara utuh. Pemahaman diri tersebut dibutuhkan bagi para responden dalam menyesuaikan potensi yang dimiliki dengan pilihan jurusan yang diinginkan.

b. Sesi Wawasan Karir

Sesi ini bertujuan agar para responden melakukan eksplorasi terkait informasi-informasi jurusan yang ingin dipilih setelah lulus SMA. Seluruh responden mengungkapkan bahwa eksplorasi karir penting bagi pemilihan jurusan yang diinginkan, karena dengan mengetahui informasi terkait pilihan jurusan, responden dapat menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dengan syarat-syarat atau ha-hal yang akan dipelajari dalam jurusan/fakultas yang dipilih. Responden juga mengemukakan bahwa dengan mengetahui informasi terkait pilihan jurusan yang diinginkan, responden dapat

(38)

melakukan perencanaan yang lebih matang untuk dapat mencapai jurusan yang diinginkan.

Pada proses konseling kelompok ini, para responden mendapatkan saran dan masukan, sekaligus pengetahuan tentang informasi pilihan jurusan yang sekiranya belum diketahui oleh responden tersebut. Contohnya, passing grade untuk masuk ke fakultas yang diinginkan, serta PT sasaran yang membuka prodi jurusan yang diinginkan. Pada sesi ini, para responden juga menceritakan pengalamannya dalam mencari informasi, serta cara-cara mendapatkan informasi terkait pilihan jurusan. Hal tersebut menyebabkan responden satu sama lain memperoleh informasi baru dan saran-saran yang dibutuhkan dalam melakukan eksplorasi wawasan karir.

c. Sesi Pengambilan Keputusan

Sesi ini bertujuan agar siswa mampu membuat suatu keputusan karir, khususnya dalam menentukan jurusan. Siswa diharapkan mampu mempertimbangkan potensi yang dimiliki serta informasi yang sudah didapatkan sebelumnya, untuk mengambil keputusan terkait jurusan yang sesuai dengan dirinya. Sesi ini dirasa penting dan berpengaruh pada responden karena sesi ini menuntut responden untuk mampu menggunakan pengetahuan dan pemikiran yang dimiliki dalam membuat keputusan pilihan jurusan yang diinginkan. Pada sesi ini, responden juga diminta untuk mempertimbangkan kesesuaian antara kemampuan diri dengan jurusan yang akan dipilih.

(39)

Selain itu, proses konseling kelompok yang dilakukan mampu menciptakan dukungan antar sesama responden dalam mengambil keputusan, sehingga responden memberikan dorongan dan dukungan antar sesama responden untuk yakin pada diri sendiri dalam membuat keputusan. Dukungan dari teman sebaya dianggap penting, karena seluruh responden merasa berada dalam situasi permasalahan yang sama dan mengerti perasaan atau keraguan yang dirasakan oleh setiap responden dalam kelompok.

d. Sesi Masalah Karir

Sesi masalah karir bertujuan agar peserta mampu menyadari hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses mencapai bidang minat karir yang diinginkan, baik dari diri sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Sesi ini dianggap berpengaruh bagi kematangan karir responden, dimana seluruh responden mengungkapkan bahwa melakukan eksplorasi hambatan yang akan ditemui dapat mengurangi perkiraan-perkiraan responden terkait kegagalan dalam mencapai jurusan yang diinginkan. Pemecahan masalah yang ditawarkan oleh responden juga dilakukan responden dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki serta individu dan hal-hal yang dapat mendukung responden dalam mencapai jurusan yang diinginkan. Selain itu, pada proses konseling kelompok, para responden dapat memberikan umpan balik serta saran dalam mengatasi hambatan dari pengalaman yang dimiliki. Beberapa responden juga memiliki hambatan yang sama (misalnya orangtua), sehingga dapat menceritakan masalah yang

(40)

dihadapi dengan terbuka dan merasa lega karena berada di kelompok yang memiliki permasalahan yang sama. Umpan balik, saran, serta pendapat terkait solusi yang ditawarkan dapat meningkatkan keyakinan dan kepercayaan responden dalam mengatasi hambatan yang akan ditemui dalam memilih jurusan yang sesuai dengan keinginan mereka.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis kualitatif terdapat sesi kegiatan inti dalam konseling kelompok perencanaan karir yang berpengaruh namun dirasa kurang menonjol pada responden, yaitu sesi menyusun perencanaan dan jadwal kegiatan. Sesi ini bertujuan agar siswa mampu menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk dapat mencapai jruusan yang diinginkan. Sesi ini penting bagi kematangan karir responden, dimana perencanaan yang dibuat oleh responden direncanakan dengan langkah-langkah konkrit dalam mencapai jurusan yang diinginkan. Namun, pada saat responden ditanya terkait komitmen dan keyakinan dalam melakukan langkah-langkah tersebut, terdapat beberapa responden yang kurang yakin dapat komitmen melaksanakan langkah sesuai dengan jadwal kegiatan. Kurangnya komitmen dirasakan oleh beberapa responden karena jadwal sekolah yang tidak menentu, kegiatan esktrakulikuler, dan ujian yang akan diselenggarakan oleh pihak sekolah dalam waktu dekat. Hal tersebut menyebabkan responden kurang yakin dapat melaksanakan langkah-langkah tersebut sesuai dengan jadwal kegiatan.

Akan tetapi, para responden mengungkapkan bahwa mereka akan berusaha untuk menerapkan langkah-langkah yang dirasa dapat dilakukan dalam waktu dekat. Selain itu, pada proses konseling kelompok, para responden saling

(41)

mendukung satu sama lain dan berjanji akan saling mengingatkan dalam melaksanakan langkah-langkah konkrit untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Analisis kualitatif juga dilakukan pada seluruh responden dalam kelompok dieksperimen terkait pengalaman dan perilaku responden, serta perubahan yang dirasakan oleh responden setelah mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, antara lain:

a. Responden I (TH)

TH berusia 16 tahun, siswa laki-laki kelas XI IPS 1. Berdasarkan skala kematangan karir yang telah diisi sebelum mengikuti konseling kelompok, diketahui bahwa TH termasuk dalam kategori kematangan karir sedang. Berdasarkan hasil observasi selama mengikuti proses konseling kelompok, TH terlihat aktif, mampu memberikan pendapatnya dengan baik, mampu memberikan umpan balik maupun saran kepada peserta lain, dan mampu membangun hubungan yang baik dengan konselor maupun dengan peserta lainnya. Selama proses konseling kelompok, TH mampu terbuka, mampu mengemukakan permasalahannya dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh terapis. TH juga terlihat mendengarkan pendapat temannya dan memperhatikan dengan seksama pada saat konselor memberikan umpan balik pada peserta lain. Pada setiap akhir sesi konseling, TH mampu menarik kesimpulan dan menjelaskan manfaat serta makna yang ia peroleh selama mengikuti sesi-sesi dalam konseling kelompok. Pada awal pertemuan, dimana konselor melakukan eksplorasi permasalahan yang

(42)

dihadapi terkait karir, TH mampu mengemukakan permasalahannya bahwa dirinya masih bingung dengan pilihan jurusan karena tidak mengetahui informasi tentang jurusan, masih malas untuk mencari informasi ataupun untuk meningkatkan potensi diri yang dirasa kurang, serta terdapat kendala dari orangtua.

Selanjutnya, berdasarkan hasil lembar kerja yang diisi menunjukkan bahwa TH mampu menuliskan dan melakukan identifikasi terkait diri sendiri, potensi yang dimiliki, serta minat pada pekerjaan. Selain itu, TH mampu menuliskan informasi-informasi terkait jurusan yang diinginkan, serta mampu mengidentifikasi hambatan yang ditemui dalam mencapai jurusan tersebut. Secara keseluruhan dari lembar kerja yang diisi oleh TH, ia mengisi lembar kerja tersebut dengan kata-kata yang singkat dan pendek, serta terdapat beberapa kolom yang tidak diisi oleh TH. Namun, pada saat diminta untuk presentasi, TH mampu menjelaskan dengan baik dan menjawab setiap pertanyaan konselor maupun peserta lain dengan lancar. Selanjutnya, TH mampu menuliskan langkah-langkah yang harus dilakukan setelah mengikuti konseling kelompok ini. TH juga mampu menjawab umpan balik dari konselor ketika langkah-langkah yang disebutkan belum menunjukkan kegiatan yang konkrit.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa sebelum mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, TH merasa ragu untuk memilih jurusan yang diinginkan atau jurusan yang diinginkan oleh orangtuanya. Selain karena kurang yakin dengan pilihan, TH juga tidak memiliki banyak

(43)

informasi terkait jurusan yang diinginkan. Sedangkan setelah mengikuti konseling kelompok, TH menjadi lebih lega dan dapat menunjukkan kepada orangtua tentang pilihan yang diinginkan serta prospek kerja kedepannya. TH menjadi lebih tau tentang diri sendiri, baik kelebihan, kekurangan, potensi, serta minat yang dimiliki. Selain itu, TH menjadi lebih tahu mengenai jurusan yang akan dipilih, baik persyaratan-persyaratan untuk lulus di jurusan yang dipilih serta perguruan tinggi yang diinginkan. Pengetahuan TH tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai jurusan yang diinginkan juga semakin bertambah. Selain itu, TH juga lebih yakin dan mantap, serta lebih rajin belajar untuk lulus di jurusan yang diinginkan.

Setelah proses konseling kelompok (pascates), hasil skala kematangan karir meningkat menjadi kategori tinggi. Selain itu, pada saat tindak lanjut hasil skala kematangan karir pada kategori tinggi.

b. Responden II (OP)

OP berusia 16 tahun dan merupakan siswa perempuan kelas XI IPS 1. Berdasarkan hasil skala kematangan karir sebelum mengikuti konseling kelompok, OP termasuk dalam kategori kematangan karir sedang. Sealnjutnya, berdasarkan hasil observasi selama proses konseling kelompok berlangsung terlihat bahwa OP terlihat aktif dalam menjawab pertanyaan dari konselor maupun peserta lainnya. OP juga terbuka dan mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik. Selain itu, OP mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta lainnya maupun dengan

(44)

konselor. OP juga sering terlihat menyemangati diri sendiri maupun teman-teman yang lain, serta mampu memberikan saran atau masukan berdasarkan pengalamannya sendiri. Sealin itu, OP mengemukakan bahwa dengan mengikuti konseling kelompok, dapat lebih terbuka dan banyak mendapat masukan dari teman-teman yang juga mengalami permasalahan yang sama.

Pada awal pertemuan, OP mampu mengemukakan permasalahan karir yang dihadapi yaitu masih bingung dan belum dapat menentukan jurusan yang ingin dipilih. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pilihan-pilihan jurusan yang ada, sehingga OP bingung untuk memilih salah satu dari pilihan jurusan tersebut. Selain itu, OP mampu menarik kesimpulan dan menjelaskan manfaat serta makna yang diperoleh selama mengikuti sesi-sesi dalam konseling. Pada dasarnya, OP mampu mendengarkan dan memperhatikan konselor maupun peserta lain yang sedang berbicara, namun pada pertemuan 3 dan 5 OP terlihat beberapa kali berdiskusi dan mengalihkan perhatian teman yang ada disampingnya. Pada pertemuan terakhir, OP juga terlihat menggambar ketika peserta lainnya sedang melakukan presentasi.

Selanjutnya, berdasarkan dari lembar kerja yang diisi oleh responden, menunjukkan bahwa OP mampu menuliskan dan mengidentifikasi diri sendiri, potensi atau keterampilan yang dimiliki, serta minat pada jurusan. Selain itu, OP mampu mengidentifikasi hambatan atau kendala yang dihadapi dalam mencapai jurusan yang diinginkan serta mencari solusi dari hambatan tersebut. Salah satu hambatan yang dirasa oleh OP adalah rasa

(45)

malas untuk mencari informasi terkait dengan jurusan yang diminati. Selanjutnya, OP mampu menuliskan langkah-langkah konkrit yang akan dilakukan setelah mengikuti konseling kelompok ini.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa sebelum mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, OP merasa sangat bimbang dan bingung dalam memilih jurusan setelah lulus SMA, karena banyaknya pilihan jurusan yang ada. Selain itu, sebelumnya OP tidak mengetahui informasi-informasi, serta hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai jurusan diinginkan. OP juga merasa malas-malasan untuk belajar atau mencari informasi terkait jurusan.

Sedangkan setelah mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, OP mengetahui dan memahami diri sendiri serta jurusan yang sesuai dengan kondisi dirinya dan keinginannya. Pemahaman diri bagi OP sangat penting untuk menentukan jurusan yang sesuai dengan minatnya. Selain itu, OP menjadi memiliki banyak informasi-informasi terkait jurusan yang diinginkan, serta hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai jurusan tersebut. OP juga merasa lebih yakin dan dapat menentukan jurusan yang akan dipilih nanti ketika lulus SMA, serta merasa lebih lega karena mampu menyampaikan permasalahan terkait karir dan mendapat solusi dari kegiatan konseling kelompok ini. Selanjutnya, OP merasa termotivasi dan berusaha untuk meningkatkan keterampilan yang masih kurang, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.

(46)

Setelah proses konseling kelompok (pascates), hasil skala kematangan karir meningkat menjadi kategori tinggi. Selain itu, pada saat tindak lanjut hasil skala kematangan karir pada kategori tinggi .

c. Responden III (AD)

AD berusia 16 tahun dan merupakan siswa perempuan kelas XI IPS 1. Berdasarkan hasil skala kematangan karir yang telah diisi sebelum mengikuti konseling kelompok, diketahui bahwa AD termasuk dalam ketgori kematangan karir sedang. Selama proses konseling kelompok berlangsung, AD terlihat cukup aktif dalam mengemukakan pendapatnya, terbuka dalam mengemukakan permasalahan yang dihadapi, dan cukup interaktif baik dengan peserta lainnya maupun dengan konselor. AD juga mampu menjelaskan manfaat dan makna yang diperoleh pada setiap sesi konseling kelompok.

Pada awal pertemuan AD terlihat kurang dalam mengajukan pertanyaan dan terlihat bingung ketika diminta untuk menarik kesimpulan. Namun, pada pertemuan ketiga dan seterusnya, AD terlihat memulai komunikasi, mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapatnya dengan baik kepada konselor maupun peserta lainnya ketika diminta untuk memberikan umpan balik, dan mulai dapat menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh pada setiap sesi konseling kelompok. Selain itu, AD terlihat beberapa mendapatkan insight pada saat diskusi sedang berlangsung dan langsung menyampaikannya pada peserta lainnya.

(47)

Pada pertemuan pertama, AD mampu mengidentifikasi dan mengemukakan permasalahan terkait pilihan jurusan. AD mengemukakan bahwa dirinya masih ragu dengan banyaknya saingan dan masih memiliki sedikit informasi terkait pilihan jurusan yang diminati. Hal tersebut yang menyebabkan AD menjadi bingung untuk memilih satu jurusan setelah lulus SMA. Penyebab masih sedikitnya informasi yang diperoleh dikarenakan rasa malas untuk mencari informasi terkait jurusan yang diminati.

Selanjutnya, berdasarkan lembar kerja yang telah diisi oleh AD menunjukkan bahwa AD mampu mengidentifikasi potensi, kelebihan maupun kekurangan, nilai-nilai yang dianut, serta minat pada beberapa jenis pekerjaan. Selain itu, AD mampu mencari informasi terkait jurusan yang akan dipilih dengan baik. AD juga mampu mengidentifikasi hambatan yang ditemui serta mampu menuliskan langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan untuk mencapai jurusan yang diinginkan.

Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa Sebelum mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, AD merasa bingung dalam memilih jurusan, tidak dapat menentukan jurusan yang akan dipilih, serta tidak memiliki informasi terkait potensi yang dimiliki dan informasi jurusan yang diminati. Sedangkan setelah mengikuti konseling kelompok perencanaan karir, pengetahuan AD bertambah, dimana AD menjadi lebih tahu mengenai informasi-informasi terkait jurusan yang diinginkan. AD juga memahami bahwa dalam memilih jurusan setelah lulus nanti tidak hanya asal pilih atau mengikuti kemauan orangtua, melainkan harus sesuai dengan kemampuan

(48)

yang dimiliki. Selain itu, AD merasa lebih yakin dan dapat menentukan jurusan yang sesuai dengan kemampuannya. Keyakinan AD tersebut membuatnya lebih giat dalam meningkatkan kemampuan atau keterampilan, agar mencapai tujuan yang diinginkan.

Setelah proses konseling kelompok (pascates), hasil skala kematangan karir meningkat menjadi kategori tinggi. Selain itu, pada saat tindak lanjut hasil skala kematangan karir pada kategori tinggi.

d. Responden IV (MC)

MC berusia 16 tahun dan merupakan siswa perempuan kelas XI IPS 1. Berdasarkan hasil skala kematangan karir yang telah diisi sebelum mengikuti konseling kelompok, diketahui bahwa MC termasuk dalam kategori kematangan karir sedang. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa pada awal pertemuan, MC cenderung kurang interaktif dengan peserta lain dan hanya akan bicara pada saat diminta oleh konselor. Namun, pada pertemuan selanjutnya MC mulai mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik, mampu mengajukan pertanyaan, dan memulai komunikasi baik dengan peserta maupun konselor. MC juga mampu mempresentasikan hasil lembar kerjanya dihadapan peserta lain dan konselor.

Pada dasarnya, MC mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik pendapat yang dikemukakan oleh peserta lainnya maupun konselor. Namun, pada beberapa pertemuan terlihat MC menggambar pada saat peserta lainnya sedang melakukan presentasi. Namun, ketika konselor

Gambar

Tabel 4.1. Tabel distribusi butir skala kematangan karir sebelum uji coba
Tabel 4.3 Skor Prates pada kelompok eksperimen
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Penelitian
Tabel 4.6 Deskripsi Data Penelitian Skala Kesiapan Descriptive Statistics
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil analisis kepentingan kelima opsi strategi terkait pembatas potensi stock SDI dalam mendukung kondisi sumberdaya dan lingkungan yang baik... Hasil analisis kepentingan

Klasifikasi adalah suatu proses untuk mengelompokkan sejumlah data ke dalam kelas-kelas tertentu yang sudah diberikan berdasarkan kesamaan sifat dan pola yang terdapat dalam

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

23 Setiap ekstrak daging dan produk bubuk yang berasal dari daging 24 Olahan perut, kandung kemih dan usus (selain kulit luar) A Daging unggas.

• Gross NPL meningkat ke 4,21% dan Net NPL ke 2,70% dikarenakan Bank mengalami penurunan kualitas aset dari beberapa portofolio korporasi, sementara itu kualitas aset Perbankan

Usahakan untuk tidak memeandikan bayi baru lahir dengan posisi berendam apabila tali pusat bayi belum puput atau belum terlepas.. Saat memakaikan popok, sebaiknya

jelaskan bahwa berkurangnya jumlah buah karena pengaruh genangan disebabkan karena berkurangnya total bahan kering tanaman sebagai akibat rendahnya efisiensi peng- gunaan

Program-program dan kerja sama yang dibuat oleh Matahari Department Store merupakan bentuk dari relationship oriented promotion untuk menciptakan loyalitas konsumen