• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resiko tingkat bunga pada bank BPR di in

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resiko tingkat bunga pada bank BPR di in"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Judul : Resiko tingkat bunga pada Bank BPR Di Indonesia 2015-2016. Sari, Desti Yustika

Universitas Trilogi

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan - permasalahan seputar kondisi ekonomi kian hari kian meningkat, sifatnya pun semakin komplek, seperti permasalahan akan pengiriman uang ke berbagai daerah, kebutuhan akan jasa penyimpanan uang dan barang berharga lainnya, kebutuhan akan penyedia jasa peminjaman uang, dan lain-lain. Berlatarbelakang persoalan-persoalan kebutuhan tersebut, muncullah suatu bentuk badan usaha berupa bank ataupun lembaga keuangan lainnya yang memberikan jasa seputar kegiatan perekonomian. Dengan adanya bank tersebut perekonomian semakin berkembang pesat, hal ini karena perkembangan perekonomian tidaklah lepas dari suatu bank.

(2)

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Bank Pengkreditan Rakyat 2. Mengetahui pengertian risiko suku bunga

3.

Mengetahui kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat. 4. Mengetahui mengapa risko tingkat bunga pada bank BPR 5. Mengetahui factor yang mempengaruhi tingkat suku bunga

C. Literatur

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat atau yang biasa disebut dengan BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Lokasi Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan, sehingga Bank Perkreditan Rakyat banyak dijumapi di setiap daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bank Perkreditan Rakyat telah ada sejak sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat sendiri adalah bank yang kegiatan usahanya dilakukan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 pasal (1) tentang Perbankan yaitu Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 seperti tersebut diatas. Dalam undang-undang tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat.

2. Pengertian risiko suku bunga

Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan perusahaan. Adapun pengertian risiko suku bunga menurut Mashud Ali adalah terjadi sebagai akibat dari terdapatnya mismatched atas maturities pada interest rate related products di sisi aktiva dan passiva neraca bank.

(3)

Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau laba. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect (selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan) dan pendapatan bunga. Untuk mewujudkan tugas

pokoknya tersebut, BPR dapat melakukan usaha berikut:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang dapat berupa deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, kecuali simpanan giro. Simpanan giro ini merupakan larangan usaha bagi BPR. b. Memberikan kredit kepada masyarakat.

Bank Perkreditan Rakyat, memiliki tugas pokok diantaranya memberikan kredit kepada masyarakat. Umumnya kredit ini diberikan kepada petani, pedagang, dan lain sebagai nya yang memiliki ekonomi yang lemah.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

4. Risiko tingkat bunga pada bank BPR

Resiko tingkat bunga. Resiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga akan menurunkan nilai pasar surat-surat berharga yang terjadi pada saat bank membutuhkan likuiditas. Resiko terjadi apabila untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut harus menjual surat-surat berharga yang dimiliki bank. Resiko tingkat bunga dapat juga terjadi manakala bank menrima simpanan untuk jangka waktu lebih lama dengan tignkat bunga yang relatif tinggi kemudian tingkat bunga mengalami penerusan yang drastis. Resiko timbul akibat bank memiliki biaya dan yang relatif tinggi yang pada gilirannya menyebabkan bank tersebut tidak kompetitif.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bunga 1. Kebutuhan dana

(4)

bunga pinjaman. Namun, apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit, maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka di samping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun untuk bunga pinjaman, sebaiknya berada di bawah bunga pesaing.

3. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam arti baik, bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Jadi, kebijaksanaan pemerintah juga menjadi faktor penting untuk mempengaruhi suku bunga.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar, demikian pula sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko di masa yang akan datang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka waktu pendek, maka bunganya relatif rendah.

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan, demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7. Reputasi perusahaan

(5)

8. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

9. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dengan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

10. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

D. Rekomendasi Pada Bank Tentang Manajemen Risiko

BPR harus melindungi kegiatan usahanya dari risiko yang berpotensi merugikan, dengan memperhatikan penerapan manajemen risiko secara benar dan konsisten, sesuai dengan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berlaku, dan dituangkan dalam bentuk Pedoman Standar Operasional Prosedur terkait Penerapan Manajemen Risiko.

Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha BPR.

(6)

diperlukan landasan pemahaman, di antaranya memahami jenis-jenis Risiko, dampak Risiko, fungsi manajemen Risiko dalam upaya untuk mencapai tujuan operasional BPR. Dengan pemahaman tersebut diharapkan akan mempermudah dalam implementasi Manajemen Risiko dalam operasional BPR sehari-hari. Selain itu juga, dengan Penerapan Manajemen Risiko secara menyeluruh dapat memberikan dampak positif terhadap BPR, sehingga dapat terus tumbuh berkembang dengan sehat dan kokoh.

E. Kesimpulan

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Dapat disimpulkan bahwa bunga yang lebih rendah akan berkontribusi kembali nilai lebih tinggi daripada sebelumnya atau sebaliknya. Temuan ini mendukung hasil penelitian oleh Delly untuk menentukan akurasi perbandingan antara model-model CAPM dan APT dalam memprediksi saham kembali pada periode 2001-2006. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat bunga memiliki efek negatif yang signifikan kembali. Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat bunga dapat digunakan sebagai prediksi dalam memprediksi saham kembali

F. Referensi

1.Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange.American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189

2. Singojuruh, Mynet. 2013. contoh makalah bank perkreditan rakyat, (Online), http://mynet-singojuruh.blogspot.com/2013/12/contoh-makalah-bank-perkreditan-rakyat.html, diakses 10 Desember 2017

3. Anam,Syamsul. 2012. Contoh makalah tingkat suku bunga, (Online),

https://syamsulanam16.wordpress.com/2012/07/05/makalah-tingkat-suku-bunga/ 4. Supeno, Wangit. 2016. Penerapan menejemen resiko BPR

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Jika a, t, dan c merupakan alas, tinggi, dan sisi sejajar lainnya pada jajargenjang, maka lengkapilah Tabel 3, kemudian jelaskan bagaimana cara menemukan Rumus Luas

Hasil yang diperoleh pada fase baseline 1 yaitu frekuensi anak dalam komunikasi hanya berada pada kisaran 5-7, pada fase intervensi setelah diberikan beberapa kali

Cakupan komponen program investasi RPIJM tersebut pada hakekatnya harus dipertimbangkan selain untuk mencapai sasaran RPIJM kabupalen Kerinci 2009-2013, juga harus ditinjau

Penghargaan tersebut dapat berupa anggaran yang diberikan kepada Inspektorat harus sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2008 yang nantinya digunakan untuk

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan salah satu pengusaha bordir bulan November 2014 yang bernama Ibuk Perwati, (pendiri tempat usaha Bordir Permai Desa Aur

Tahap keupayaan kognitif yang rendah mempengaruhi pencapaian akademik dan meningkatkan risiko keciciran sekolah (Seshadri & Gopaldas, 1989). Status sosio ekonomi dan

Pergerakan Robot didasarkan pada inputan keypad kemudian melakukan gerkan yang telah diprogram sebelumnya Robot dapat melakukan gerakan-gerakan dasar seperti berjalan maju

Hassan, bahwa (a) antara agama dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (integrated); (b) Islam ajaran yang serba lengkap, persoalan negara sudah