• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKPJ 2013 DIY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKPJ 2013 DIY"

Copied!
373
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Akhir Tahun Anggaran 2013 ini dapat diselesaikan dan disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini sesuai amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

Tahun 2013 merupakan masa transisional, dimana Presiden Republik Indonesia melantik Gubernur dan Wakil Gubernur untuk periode Tahun 2012-2017 pada tanggal 10 Oktober 2012, maka sesuai kebutuhan disusunlah RPJMD Tahun 2012-2017. LKPJ Tahun 2013 merupakan LKPJ tahun pertama dalam masa RPJMD Tahun 2012-2017.LKPJ Tahun 2013 bersifat disusun berdasarkan RKPD Tahun 2013 yang dijabarkan dari RPJMD Tahun 2009-2013, sedangkan target kinerjanya diukur berdasarkan RPJMD Tahun 2012-2017.

LKPJ Tahun Anggaran 2013 mencakup penyelenggaraan urusan desentralisasi, urusan pembantuan, dan urusan umum pemerintahan. LKPJ Tahun 2013 juga mencakup penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY, sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY dan Peraturan Daerah Istimewa Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan dalam Urusan Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2013, banyak hasil pembangunan yang telah dicapai, namun disadari masih terdapat beberapa indikator kinerja yang belum tercapai. Berkenaan dengan itu, rekomendasi hasil pembahasan

(2)

DPRD akan menjadi masukan untuk perbaikan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada tahun 2015.

Demikian LKPJ Tahun 2013 kami sampaikan. Akhirnya semoga Allah SWT, senantiasa meridhoi kita semua.

Terima Kasih

Yogyakarta, Maret 2014

GUBERNUR

DAERAH ISTIMEWA OGYAKARTA

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB 1

PENDAHULUAN ... 1-1

1.1 DASAR HUKUM ... 1-1 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH ... 1-4 1.2.1 Kondisi Geografis Daerah ... 1-4 1.2.2 Gambaran Umum Demografi ... 1-8 1.2.3 Kondisi Ekonomi Daerah ... 1-21 1.3 SISTEMATIKA ... 1-40

BAB 2

KEBIJAKAN PEMERINTAH DIY ... 2-1

2.1 VISI DAN MISI JANGKA PANJANG ... 2-1 2.1.1 Visi Jangka Panjang... 2-1 2.1.2 Misi Jangka Panjang ... 2-1 2.2 FILOSOFI, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN JANGKA

MENENGAH ... 2-1 2.2.1 Dasar Filosofi ... 2-1 2.2.2 Visi ... 2-5 2.2.3 Misi ... 2-6 2.2.4 Tujuan ... 2-8 2.2.5 Sasaran ... 2-8 2.3 STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAERAH, PROGRAM

DAN INDIKATOR KINERJA DALAM RPJMD 2012 - 2017 ... 2-9 2.3.1 Strategi ... 2-9 2.3.2 Arah Kebijakan Daerah ... 2-11 2.3.3 Program ... 2-12 2.3.4 Indikator ... 2-15

2.4 TEMA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

TAHUN 2013 ... 2-22 2.4.1 Tema Pembangunan Daerah ... 2-22

(4)

2.4.2 Prioritas Pembangunan Daerah... 2-25

BAB 3

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH ... 3-1

3.1 PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH ... 3-3 3.1.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan ... 3-3 3.1.2 Target dan Realisasi Pendapatan ... 3-4 3.2 PENGELOLAAN BELANJA DAERAH ... 3-14 3.2.1 Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah ... 3-14 3.2.2 Target dan Realisasi Belanja ... 3-15 3.3 PERMASALAHAN DAN SOLUSI ... 3-26 3.3.1 Permasalahan ... 3-26 3.3.2 Solusi ... 3-27 3.4 PEMBIAYAAN DAERAH ... 3-28 3.4.1 Kebijakan Pembiayaan Daerah ... 3-28 3.4.2 Target dan Realisasi Pembiayaan ... 3-28 3.5 PENGELOLAAN ASET YANG DIPISAHKAN ... 3-29 3.5.1 Kinerja BUMD ... 3-29 3.6 PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH ... 3-32 3.6.1 Sensus Barang Milik Daerah ... 3-32 3.6.2 Pensertifikatan Tanah Hak Pakai Pemerintah Daerah

DIY ... 3-34 3.6.3 Permohonan Status Hak Atas Tanah Eks Bioskop Indra ... 3-37 3.6.4 Pemanfaatan... 3-38 3.6.5 Penghapusan ... 3-44

BAB 4

PENYELENGGARAAN URUSAN

PEMERINTAHAN DAERAH ... 4-1

4.1 URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN... 4-3 4.1.1 Urusan Pendidikan ... 4-3 4.1.2 Urusan Kesehatan ... 4-6 4.1.3 Urusan Lingkungan Hidup ... 4-9 4.1.4 Urusan Pekerjaan Umum ... 4-16 4.1.5 Urusan Penataan Ruang ... 4-28 4.1.6 Urusan Perencanaan Pembangunan ... 4-32 4.1.7 Urusan Perumahan ... 4-36 4.1.8 Urusan Kepemudaan dan Olahraga ... 4-39 4.1.9 Urusan Penanaman Modal ... 4-43 4.1.10 Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ... 4-46 4.1.11 Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil ... 4-49 4.1.12 Urusan Ketenagakerjaan ... 4-51 4.1.13 Urusan Ketahanan Pangan ... 4-54 4.1.14 Urusan Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan

(5)

4.1.15 Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ... 4-61 4.1.16 Urusan perhubungan ... 4-63 4.1.17 Urusan Komunikasi dan Informatika... 4-67 4.1.18 Urusan Pertanahan ... 4-70 4.1.19 Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri ... 4-72 4.1.20 Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,

Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian dan Persandian ... 4-76 4.1.21 Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ... 4-108 4.1.22 Urusan Sosial ... 4-110 4.1.23 Urusan Kebudayaan ... 4-114 4.1.24 Urusan Statistik... 4-117 4.1.25 Urusan Kearsipan ... 4-120 4.1.26 Urusan Perpustakaan ... 4-122 4.2 URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN ... 4-123 4.2.1 Urusan Pariwisata ... 4-123 4.2.2 Urusan Kelautan dan Perikanan... 4-127 4.2.3 Urusan Pertanian... 4-132 4.2.4 Urusan Kehutanan ... 4-137 4.2.5 Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral ... 4-141 4.2.6 Urusan Perindustrian ... 4-147 4.2.7 Urusan Perdagangan ... 4-151 4.2.8 Urusan Ketransmigrasian ... 4-155

BAB 5

PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN ... 5-1

5.1 TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA... 5-1 5.1.1 Dasar Hukum ... 5-1 5.1.2 Instansi Pemberi Tugas Pembantuan ... 5-3 5.1.3 SKPD Yang Melaksanakan Tugas Pembantuan ... 5-4 5.2 TUGAS PEMBANTUAN YANG DIBERIKAN ... 5-45

BAB 6

PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM

PEMERINTAHAN ... 6-1

6.1 KERJASAMA ANTAR DAERAH ... 6-1 6.2 KERJASAMA DAERAH DENGAN PIHAK KE TIGA ... 6-5 6.2.1 Kebijakan dan Kegiatan ... 6-5 6.2.2 Permasalahan dan Solusi ... 6-6 6.3 KOORDINASI DENGAN INSTANSI VERTIKAL DI

(6)

6.5.1 Kebijakan dan Kegiatan ... 6-14 6.5.2 Permasalahan dan Solusi ... 6-16

6.6 PENGELOLAAN KAWASAN KHUSUS : BANDARA

ADISUTJIPTO ENCLAVE SIPIL ... 6-16 6.6.1 Kebijakan dan Kegiatan ... 6-16 6.6.2 Permasalahan dan solusi ... 6-18

6.7 PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN DAN

KETERTIBAN UMUM ... 6-19 6.7.1 Kebijakan dan Kegiatan ... 6-19 6.7.2 Permasalahan dan solusi ... 6-21

6.8 TUGAS-TUGAS UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA

YANG DILAKSANAKAN OLEH DAERAH ... 6-22 6.8.1 Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) ... 6-22 6.8.2 Komisi Informasi Daerah ... 6-24 6.8.3 Lembaga Ombudsman Daerah (LOD) ... 6-25 6.8.4 Lembaga Ombudsman Swasta (Los) ... 6-27 6.8.5 Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) ... 6-29

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk DIY Hasil Sensus Penduduk 2010 ... 1-8 Tabel 1.2 Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan

Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2012 ... 1-9 Tabel 1.3 Proyeksi Penduduk Tahun 2013 (Berdasarkan SP 2000)

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di DIY (x

1000) ... 1-10 Tabel 1.4 Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Menurut Kegiatan di

DIY ... 1-13 Tabel 1.5 Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari

2010-Agustus 2013 ... 1-13 Tabel 1.6 Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Utama, Februari 2010-Agustus

2013 ... 1-14 Tabel 1.7 IPM Menurut Komponen dan Kabupaten/Kota di DIY, 2012 .. 1-18 Tabel 1.8 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Wilayah di DIY

2013 ... 1-19 Tabel 1.9 Nilai Ekspor Berdasarkan Komoditi (Juta US $) ... 1-24 Tabel 1.10 Nilai Impor Berdasarkan Komoditi (Juta US $) ... 1-24 Tabel 1.11 Kapasitas Kapal Perikanan di DIY Tahun 2012 -2013 ... 1-27 Tabel 1.12 Produksi Hortikultura Unggulan DIY Tahun 2009-2013 ... 1-30 Tabel 1.13 Produksi Komoditas Hortikultura di DIY Unggulan, 2012-

2013 ... 1-30 Tabel 1.14 Produksi Komoditas Perkebunan DIY Tahun 2008-2013 ... 1-31 Tabel 1.15 Perbandingan Populasi Sapi Potong dengan Produksi

Daging Sapi Potong DIY, 2009 -2013 ... 1-32 Tabel 1.16 Produksi Minyak Kayu Putih Taun 2010-2013 ... 1-34 Tabel 1.17 Perkembangan IKM di DIY, 2009-2013 ... 1-35

(8)

Tabel 1.18 Pertumbuhan PDRB DIY Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 ... 1-37 Tabel 1.19 Nilai PDRB DIY Menurut Lapangan Usaha, 2011-2013

(Miliar Rupiah) ... 1-37 Tabel 1.20 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di DIY, 2009-2013 ... 1-38 Tabel 1.21 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB DIY Menurut

Penggunaan, Tahun 2011-2013 ... 1-39 Tabel 1.22 Nilai PDRB Per Kapita DIY, 2009-2013 (Rupiah) ... 1-40 Tabel 1.23 Laju Inflasi Kota Yogyakarta Tahun 2012-2013 Menuru

Kelompok Pengeluaran ... 1-40 Tabel 2.1 Indikator Kinerja Utama (IKU) Gubernur ... 2-16 Tabel 2.2 Indikator Kinerja Utama (IKU) SKPD DIY ... 2-16 Tabel 3.1 Komposisi Pendapatan Pemerintah Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan

Audit BPK RI) ... 3-4 Tabel 3.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan

Audit BPK RI) ... 3-5 Tabel 3.3 Realisasi Pajak Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-6 Tabel 3.4 Realisasi Retribusi Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-7 Tabel 3.5 Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daeah Yang

Dipisahkan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran

2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-7 Tabel 3.6 Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum

Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-9 Tabel 3.7 Realisasi Dana Perimbangan Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-10 Tabel 3.8 Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013

(Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-11 Tabel 3.9 Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan

(9)

Tabel 3.10 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum

Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-12 Tabel 3.11 Realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum

Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-13 Tabel 3.12 Realisasi Belanja Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-15 Tabel 3.13 Realisasi Belanja Tidak Langsung Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan

Audit BPK RI) ... 3-16 Tabel 3.14 Realisasi Belanja Pegawai Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-17 Tabel 3.15 Realisasi Belanja Hibah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Sudit BPK RI) ... 3-17 Tabel 3.16 Realisasi Belanja Bantuan Sosial Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan

Audit BPK RI) ... 3-19 Tabel 3.17 Realisasi Belanja Bagi Hasil Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-20 Tabel 3.18 Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 (Sebelum

Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-21 Tabel 3.19 Realisasi Belanja Langsung Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-22 Tabel 3.20 Realisasi Belanja Langsung (Non Dana Keistimewaan)

Menurut SKPD DIY Tahun Anggaran 2013 (Sebelum

Dilakukan Audit BPK RI) ... 3-23 Tabel 3.21 Realisasi Belanja Langsung (Dana Keistimewaan) Menurut

SKPD DIY Tahun Anggaran 2013 (Sebelum Dilakukan

Audit BPK RI) ... 3-24 Tabel 3.22 Rekapitulasi Buku Induk Inventaris Sensus Barang Milik

Daerah Tahun 2013 Pemerintah Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta ... 3-33 Tabel 3.23 Tanah Milik Pemerintah Daerah DIY Yang Telah dan Masih

(10)

Tabel 3.24 Warkah Tanah Pemerintah Daerah DIY Pada Tahun 2013 ... 3-37 Tabel 3.25 Aset (Tanah dan/atau Bangunan) Yang Dioptimalkan Melalui

Sewa di DIY ... 3-38 Tabel 3.26 Barang Milik Daerah yang Dioptimalkan Melalui Pinjam

Pakai di DIY ... 3-41 Tabel 4.1 Capaian Indikator Kinerja Sasaran RPJMD DIY Tahun

2013 ... 4-2 Tabel 4.2 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pendidikan Tahun

2012-2013 ... 4-4 Tabel 4.3 Prevalansi Balita Gizi Kurang di DIY, 2009-2013 ... 4-6 Tabel 4.4 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun

2012-2013 ... 4-7 Tabel 4.5 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Lingkungan Hidup

Tahunm 2012-2013 ... 4-10 Tabel 4.6 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum

Tahun 2012-2013 ... 4-17 Tabel 4.7 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Penataan RuangTahun

2012-2013 ... 4-29 Tabel 4.8 Luas Wilayah Pemanfaatan Ruang Yang Sesuai dengan

RTRW Provinsi Kabupaten/Kota Tahun 2013 ... 4-31 Tabel 4.9 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Perencanaan

Pembangunan Tahun 2012-2013 ... 4-33 Tabel 4.10 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Perumahan Tahun

2012-2013 ... 4-36 Tabel 4.11 Indikator dan Capaian Kinerja Urusa Kepemudaan dan Olah

Raga Tahun 2012-2013 ... 4-41 Tabel 4.12 Perkembangan Investasi PMA dan PMDN DIY Tahun

2009-2013 ... 4-43 Tabel 4.13 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Penanaman Modal

Tahun 2012-2013 ... 4-44 Tabel 4.14 Perkembangan Keragaan Koperasi Tahun 2009-2013 ... 4-46 Tabel 4.15 Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Tahun

2009-2013 ... 4-47 Tabel 4.16 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM

(11)

Tabel 4.17 Indikator dan Capaian Kinerja Kependudukan dan Catatan

Sipil Tahun 2012-2013 ... 4-50 Tabel 4.18 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Ketenagakerjaan

Tahun 2012-2013 ... 4-53 Tabel 4.19 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Ketahanan Pangan

Tahun 2012-2013 ... 4-56 Tabel 4.20 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2012-2013 ... 4-59 Tabel 4.21 Rasio Akseptor KB DIY Tahun 2009-2013 ... 4-62 Tabel 4.22 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Keluarga Berencana

dan Keluarga Sejahtera Tahun 2012-2013 ... 4-62 Tabel 4.23 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Perhubungan Tahun

2012-2013 ... 4-64 Tabel 4.24 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Komunikasi dan

Informatika Tahun 2012-2013 ... 4-69 Tabel 4.25 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pertanahan Tahun

2012-2013 ... 4-71 Tabel 4.26 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Kesatuan Bangsa dan

Politik Dalam Negeri Tahun 2013 ... 4-74 Tabel 4.27 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-80 Tabel 4.28 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-82 Tabel 4.29 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-85 Tabel 4.30 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-87 Tabel 4.31 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-90 Tabel 4.32 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-91 Tabel 4.33 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-93 Tabel 4.34 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

(12)

Tabel 4.35 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Pemerintahan

Umum Tahun 2012-2013 ... 4-98 Tabel 4.36 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Administrasi

Keuangan Tahun 2012-2013 ... 4-101 Tabel 4.37 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Kepegawaian

Tahun 2012-2013 ... 4-102 Tabel 4.38 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Kepegwaian

Tahun 2012-2013 ... 4-106 Tabel 4.39 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Urusan Persandian Tahun

2012-2013 ... 4-108 Tabel 4.40 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Tahun 2012-2013 ... 4-109 Tabel 4.41 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun

2012-2013 ... 4-111 Tabel 4.42 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun

2012-2013 ... 4-115 Tabel 4.43 Kegiatan dan Nama Produk Tahun 2013 ... 4-118 Tabel 4.44 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Kearsipan Tahun

2012-2013 ... 4-120 Tabel 4.45 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan Tahun

2012-2013 ... 4-122 Tabel 4.46 Indikator dan Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata Tahun

2012-2013 ... 4-125 Tabel 4.47 Target dan Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan

Tahun 2012-2013 ... 4-129 Tabel 4.48 Indikator dan Realisasi Kinerja Urusan Pertanian Tahun

2012-2013 ... 4-132 Tabel 4.49 Luas Hutan di DIY Berdasarkan Kewilayaan Tahun 2013 ... 4-138 Tabel 4.50 Indikator dan Realisasi Kinerja Urusan Kehutanan Tahun

2012-2013 ... 4-138 Tabel 4.51 Indikator dan Realisasi Kinerja Urusan ESDM Tahun

2012-2013 ... 4-142 Tabel 4.52 Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di DIY

Tahun 2009-2013 ... 4-148 Tabel 4.53 Target dan realisasi Kinerja Urusan Industri Tahun

(13)

Tabel 4.54 Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan

Berdasarkan SIUP Yang Diterbitkan Tahun 2009-2013 ... 4-151 Tabel 4.55 Perkembangan Ekspor DIY Tahun 2009-2013 ... 4-152 Tabel 4.56 Target dan Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan Tahun

2012-2013 ... 4-153 Tabel 4.57 Indikator dan Capaian Kinerja Urusan Ketransmigrasian

Tahun 2012-2013 ... 4-157 Tabel 5.1 Kementerian dan Rekapitulasi Dana Tugas Pembantuan

Pemda DIY Tahun Anggaran 2012 dan 2013 ... 5-4 Tabel 5.2 Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantua di Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2013 ... 5-6 Tabel 5.3 Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantua di Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2013 ... 5-8 Tabel 5.4 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tugas Pembantuan

Kementerian Pertanian Pada Dinas Pertanian DIY Tahun

Anggaran 2013 ... 5-9 Tabel 5.5 Program/Kegiatan, Anggaran, dan Realisasi Tugas

Pembantuan ... 5-15 Tabel 5.6 Program/Kegiatan, Anggaran dan Realisasi Pelaksanaan

Tugas Pembantuan Program Penyelenggaraan Jalan,

Kegiatan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional DIY Tahun Anggaran 2013 ... 5-19 Tabel 5.7 Program/Kegiatan, Anggaran dan Realisasi Pelaksanaan

Tugas Pembantuan Program Pengelolaan Sumberdaya Air di DIY Tahun Anggaran 2013 ... 5-23 Tabel 5.8 Program/Kegiatan, Anggaran dan Realisasi Pelaksanaan

Tugas Pembantuan Program Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kegiatan Korban Bencana Alam di DIY Tahun

Anggaran 2013 ... 5-26 Tabel 5.9 Pelaksanaan Program/Kegiatan Tugas Pembantuan Pada

Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Tahun 2013 ... 5-27 Tabel 5.10 Program/Kegiatan, Anggaran, dan Realisasi Pelaksanaan

Tugas Pembantuan Pada Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Tahun Anggaran 2013 ... 5-29 Tabel 5.11 Program Kegiatan Tugas Pembantuan Tahun 2013 di Dinas

(14)

Tabel 5.12 Program Kegiatan Tugas Pembantuan Tahun 2013 di Dinas

Kehutanan dan Perkebunan DIY ... 5-35 Tabel 5.13 Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan Kementerian

Pertanian di Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY Tahun

2012 dan 2013 ... 5-41 Tabel 5.14 Program/Kegiatan, Anggaran, dan Realisasi Pelaksanaan

Tugas Pembantuan Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan

DIY Tahun Anggaran 2013 ... 5-41 Tabel 5.15 Rekapitulasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan di Dinas

Kebudayaan DIY Tahun 2013 ... 5-45 Tabel 5.16 Program/Kegiatan, Anggaran, dan Realisasi Pelaksanaan

Tugas Pembantuan Pada Dinas Kebudayaan DIY Tahun

Anggaran 2013 ... 5-45 Tabel 6.1 Realisasi Pembentukan Kesepakatan/Perjanjian Kerjasama

Antar Daerah Pemda DIY Tahun 2012 s.d. 2013 ... 6-2 Tabel 6.2 Pembentukan Kerjasama dengan Daerah Lain di Luar Negeri ... 6-3 Tabel 6.3 Realisasi Pembentukan Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Tahun 2012-2013 ... 6-6 Tabel 6.4 Prosentase Kesepakatan yang Dapat Ditindaklanjuti Menjadi

Perjanjian Kerjasama Tahun 2013 ... 6-6 Tabel 6.5 Frekuensi Kejadian Bencana di DIY Tahun 2012-2013 ... 6-14 Tabel 6.6 Indikator dan Capaian Kinerja Sub Penanggualangan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi DIY ... 1-5 Gambar 1.2 Luas Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota ... 1-6 Gambar 1.3 Luas Wilayah DIY Menurut Jenis Tanah ... 1-8 Gambar 1.4 Persebaran Jumlah Penduduk DIY Menurut

Kabupaten/Kota (%), 2012 ... 1-10 Gambar 1.5 Laju Pertumbuhan Penduduk DIY Menurut Kabupaten/Kota

(%), 2011-2012 ... 1-11 Gambar 1.6 Kepadatan Penduduk di DIY Menurut Kabupaten/Kota

(Jiwa/Km2) 2011-2012 ... 1-12 Gambar 1.7 TPAK di DIY, Agustus 2011-Agustus 2013 ... 1-15 Gambar 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka di DIY dan di Tingkat

Nasional, Februari 2009-Agustus 2013 (%) ... 1-16 Gambar 1.9 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di

DIY, Agustus 2011 dan Agustu 2013 (%) ... 1-17 Gambar 1.10 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia, 2005-2012 ... 1-18 Gambar 1.11 Grafik Persentase Penduduk Miskin DIY ... 1-21 Gambar 1.12 Grafik Nilai PDRB DIY Tahun 2007-2013 Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Juta

Rupiah) ... 1-22 Gambar 1.13 Grafik Luas Panen Tanaman Pangan DIY Tahun 2013 ... 1-25 Gambar 1.14 Grafik Produksi Tanaman Pangan DIY Tahun 2013 ... 1-26 Gambar 1.15 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DIY, 2009-2013 ... 1-36 Gambar 2.1 Kerangka Pikir Keselarasan Isu Strategis dengan Key Word

Tema Tahun 2013 ... 2-24 Gambar 4.1 Perbandingan Antara Skor PPH DIY dengan Skor PPH

Nasional Tahun 2010-2013 ... 4-56 Gambar 4.2 Perkembangan Jumlah Wisatawan di DIY Tahun 2009-2013 4-124

(16)

Gambar 4.3 Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di DIY (Ton)

Tahun 2009-2013 ... 4-128 Gambar 4.4 Ketersediaan Ikan di DIY (kg/kapita/tahun), 2009-2013 ... 4-129 Gambar 4.5 Jumlah Pemberangkatan Transmigran ke Luar Jawa dan

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

DASAR HUKUM

Daerah Istimewa Yogyakarta keberadaannya dalam konteks historis dimulai dari sejarah berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdasarkan Perjanjian Giyanti 1755. Berawal dari sini muncul suatu sistem pemerintahan yang teratur dan kemudian berkembang, hingga akhirnya sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan suatu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan pada tahun 1755 oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan pada tahun 1813 oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I.

Sejak berdirinya, baik Kasultanan maupun Kadipaten adalah pemerintahan kerajaan yang diakui kedaulatannya. Pada masa kolonial Belanda, pemerintahan di Kasultanan Yogyakarta diatur kontrak politik yang dilakukan pada tahun 1877, 1921, dan 1940, antara Sultan dengan Pemerintah Kolonial Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa Keraton tidak tunduk begitu saja kepada Belanda. Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman sebagai kerajaan yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahannya sendiri yang dikenal dengan istilah

zilfbesturende landschappen. Kontrak politik terakhir Kasultanan

Ngayogyakarta tercantum dalam Staatsblaad 1941 Nomor 47, sedangkan kontrak politik Kadipaten Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577. Pada masa pendudukan Jepang, Yogyakarta diakui sebagai Daerah Istimewa atau Kooti dengan Koo sebagai kepalanya, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Di bawah Kooti, secara struktural ada wilayah-wilayah pemerintahan tertentu dengan para pejabatnya.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI

(18)

bahwa Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman menjadi wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:

1. Piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI;

2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September1945 (dibuat secara terpisah);

3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober1945 (dibuat dalam satu naskah).

Keunikan pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu fakta yang menjadikannya sebagai daerah istimewa. Dalam proses perkembangan pemerintahannya, Yogyakarta berproses dari tipe pemerintahan feodal dan tradisional menjadi suatu pemerintahan dengan struktur modern.

Dalam perkembangan dan dinamika negara bangsa terdapat keterkaitan yang erat antara Republik Indonesia dan DIY. Entitas DIY mempunyai aspek politis-yuridis berkaitan dengan sejarah berdirinya yang merupakan wujud pengintegrasian diri dari sebuah kerajaan ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan respons atas eksistensi DIY dan juga merupakan pengakuan kewenangan untuk menangani berbagai urusan dalam menjalankan pemerintahan serta urusan yang bersifat khusus. Undang-Undang ini telah diubah dan ditambah, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa DIY merupakan daerah setingkat provinsi dan meliputi bekas Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap Undang-Undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui.

(19)

Keistimewaan DIY yang disahkan 31 Agustus 2012 dan diundangkan pada tanggal 3 September 2012.

Pengaturan Keistimewaan DIY bertujuan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan demokratis, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, menjamin ke-bhineka-tunggal-ika-an, dan melembagakan peran dan tanggung jawab Kasultanan dan Kadipaten dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan warisan budaya bangsa. Pengaturan tersebut berlandaskan atas pengakuan atas hak asal-usul, kerakyatan, demokrasi, kebhineka-tunggal-ika-an efektivitas pemerintahan, kepentingan nasional dan pendayagunaan kearifan lokal. Oleh karenanya dengan memperhatikan aspek historis, sosiologis, dan yuridis substansi Keistimewaan DIY diletakkan pada tingkatan pemerintah provinsi.

Kewenangan dalam urusan Kestimewaan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang 13 Tahun 2012 Pasal 7 ayat 2 meliputi : tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; kebudayaan; pertanahan; dan tata ruang. Dengan demikian, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang meliputi kewenangan urusan Keistimewaan berdasarkan Undang-Undang 13 Tahun 2012 dan kewenangan berdasarkan Undang-Undang tentang pemerintahan daerah. Mengakhiri pelaksanaan kegiatan pemerintahan tahun 2013, Gubernur selaku Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) tahun 2013. LKPJ Gubenur secara umum memberikan gambaran pelaksanaan program dan kegiatan selama satu tahun yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan Tugas Pembantuan. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Tahun Anggaran 2013 disusun berdasarkan:

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1950, tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

(20)

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan dan Kinerja Keuangan Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) Tahun 2005 - 2025;

12. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2012 - 2017;

13. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2014.

1.2

GAMBARAN UMUM DAERAH

1.2.1 Kondisi Geografis Daerah

1.2.1.1 Batas Administrasi

(21)

- Kabupaten Klaten di sebelah Timur Laut - Kabupaten Wonogiri di sebelah Tenggara - Kabupaten Purworejo di sebelah Barat - Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut

Sumber : Bappeda DIY, 2013

Gambar 1.1 Peta Administrasi DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas satu kota dan empat kabupaten dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan, dengan perincian:

1. Kota Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa; 2. Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa; 3. Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, 88 kelurahan/desa; 4. Kabupaten Gunungkidul terdiri atas 18 kecamatan dan 144

kelurahan/desa.

5. Kabupaten Sleman terdiri atas 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa;

1.2.1.2 Luas Wilayah

(22)

atau 0,17% dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²). DIY merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta, yang terdiri atas:

1. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1,02%); 2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91%); 3. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km² (18,40%); 4. Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km² (46,63%). 5. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04%);

Sumber : DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Gambar 1.2 Luas Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota

1.2.1.3 Topografi

Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65% wilayah terletak pada ketinggian antara 100—499 m dari permukaan laut, 28,84% wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04% wilayah dengan ketinggian antara 500—999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m. Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:

1. Satuan Pegunungan Selatan, seluas ± 1.656,25 km², ketinggian 150–700 m, terletak di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu), yang merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis,

Kulon Progo 18.40%

Bantul 15.91% Gunungkidul

46,63% Sleman 18.04%

(23)

tandus, dan selalu kekurangan air. Pada bagian tengah berupa dataran Wonosari basin. Wilayah ini merupakan bentang alam solusional dengan bahan batuan induk batu gamping, yang mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup yang relatif jarang;

2. Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas ± 582,81 km², ketinggian 80–2.911 m, terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial Gunung Merapi, meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian Kabupaten Bantul, serta termasuk bentang alam vulkanik. Daerah kerucut dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan lindung dan sebagai kawasan resapan air;

3. Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo seluas ± 215,62 km², ketinggian 0–80 m, merupakan bentang alam fluvial yang didominasi oleh dataran Alluvial. Membentang di bagian selatan DIY mulai Kabupaten Kulon Progo sampai Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Daerah ini merupakan wilayah yang subur. Bentang alam lain yang belum digunakan adalah bentang alam marine dan aeolin yang merupakan satuan wilayah pantai yang terbentang dari Kabupaten Kulon Progo sampai Bantul. Khusus Pantai Parangtritis, terkenal dengan laboratorium alamnya berupa gumuk pasir. Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan seluas ± 706,25 km², ketinggian 0–572 m, terletak di Kabupaten Kulon Progo. Bagian utara merupakan lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan potensi air tanah yang kecil.

(24)

Sumber : DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Gambar 1.3 Luas Wilayah DIY Menurut Jenis Tanah

1.2.2 Gambaran Umum Demografi

1.2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk DIY pada tahun 2010 menurut hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 sebanyak 3.457.491 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.708.910 jiwa dan perempuan sebanyak 1.748.581 jiwa. Sex ratio penduduk DIY sebesar 97,73.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk DIY Hasil Sensus Penduduk 2010

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

Kulon Progo 190.694 198.175 388.869 96,23 Bantul 454.491 457.012 911.503 99,45 Gunungkidul 326.703 348.679 675.382 93,70 Sleman 547.885 545.225 1.093.110 100,49 Kota Yogyakarta 189.137 199.490 388.627 94,81

DIY 1.708.910 1.748.581 3.457.491 97,73

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Lithosol 33.05%

Regosol 27.09% Lathosol

12.38%

Grumusol 10.97% Mediteran

10.84%

Alluvial

(25)

Tabel 1.2 Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2012

Kabupaten/Kota Laki-Laki (orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

Sex Ratio (%)

Kulon Progo 192.829 200.392 393.221 96,23 Bantul 462.793 465.158 927.956 99.49 Gunungkidul 331.220 353.520 684.740 93,69 Sleman 558.900 555.933 1.114.833 100.53 Kota Yogyakarta 191.759 202.253 394.012 94,81

DIY 1.737.506 1.777.256 3.514.762 97,76

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

(26)

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Gambar 1.4 Persebaran Jumlah Penduduk DIY Menurut Kabupaten/Kota (%), 2012

Sementara itu, proyeksi penduduk DIY tahun 2012 yang dilakukan oleh BPS dengan berdasarkan SP 2000, jumlah penduduk DIY tahun 2012 sebanyak 3.514.762 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.737.506 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.777.256 jiwa. Jumlah penduduk DIY masih didominasi oleh penduduk usia produktif.

Tabel 1.3 Proyeksi Penduduk Tahun 2013 (Berdasarkan SP 2000) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di DIY (x 1000)

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 109,6 105,2 222 4-9 106,1 101,8 216 10-14 101,8 97,6 212 15-19 116,1 108,8 233 20-24 152, 2 137,1 138 25-29 186,0 157,2 345 30-34 198,3 170,7 378 35-39 159,3 148,2 312 40-44 122,4 128,3 257 45-49 114,0 124,4 242 50-54 105,8 113,4 230 55-59 88,7 94,3 192 60-64 67,2 74,2 145

Kulon Progo 11,18 %

Bantul

26,40 %

Gunungkidul

19,48% Sleman

31,71%

(27)

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

65-69 51,0 60,0 111 70-74 42,1 52,8 103 75+ 51,9 78,8 146

Jumlah 1.772,5 1.752,8 3482

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan penduduk DIY tahun 2012 sebesar 0,82 % mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,86% Dua wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi pada tahun 2012 yaitu Kabupaten Sleman (0,99%) dan Kabupaten Bantul (0,90%). Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya laju pertumbuhan penduduk di dua wilayah tersebut mengalami penurunan. Tiga daerah lainnya memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif rendah yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulon Progo. Untuk Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2012 justru mengalami kenaikan laju pertumbuhan penduduk, yaitu untuk Kota Yogyakarta sebesar 0,50% pada tahun 2011 menjadi 0,69% pada tahun 2012, sedangkan Kabupaten Gunungkidul dari0,39% pada tahun 2011 menjadi 0,69% pada tahun 2012, selanjutnya Kabupaten Kulon Progo dari 0,34% pada tahun 2011 menjadi 0,56% pada tahun 2012.

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Gambar 1.5 Laju Pertumbuhan Penduduk DIY Menurut Kabupaten/Kota (%), 2011-2012

Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta 0.34

1.07

0.39

1.3

0.5 0.56

0.90

0.69

0.99

(28)

Kepadatan penduduk di DIY pada tahun 2011 sebesar 1.095 jiwa/Km2, pada

tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 1.103 jiwa/Km2. Kenaikan kepadatan

penduduk terjadi pada seluruh kabupaten/kota di DIY. Daerah terpadat adalah Kota Yogyakarta yaitu 12.123 jiwa/Km2, sedangkan kepadatan terendah adalah

Kabupaten Gunungkidul yaitu 461 jiwa/Km2. Secara umum, kepadatan

penduduk berada pada wilayah yang relatif maju yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Gambar 1.6 Kepadatan Penduduk di DIY Menurut Kabupaten/Kota (Jiwa/Km2) 2011-2012

1.2.2.2 Angkatan Kerja dan Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja DIY menurut data BPS pada tahun 2012 sebanyak 1.944.858 orang atau sebesar 70,85 % dari total penduduk DIY berumur 15 tahun keatas. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2012 ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011 yang jumlahnya 1.872.912 orang. Dari total penduduk berumur 15 tahun ke atas di DIY tahun 2012, sebanyak 68,04% merupakan penduduk yang bekerja, sedangkan 2,81% merupakan pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka diperoleh dengan membandingkan atara jumlah pengangguran dengan angkatan kerja.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY

2011 666 1818 456 1926 12027 1095

2012 670 1831 461 1939 12123 1103

J

iw

a

/k

m

(29)

Tabel 1.4 Penduduk Berumur 15 tahun Keatas Menurut Kegiatan di DIY

Kegiatan

2010 2011 2012

Orang % Orang % Orang %

Angkatan Kerja 1.882.296 69,76 1.872.912 68,77 1.944.858 70,85

1. Bekerja 1.775.148 65,79 1.798.595 66,04 1.867.708 68,04

2. Pengangguran 107.148 3,97 74.317 2,73 77.150 2,81

Bukan Angkatan

Kerja 815.838 30,24 850.717 31,23 800.214 29,15

1. Sekolah 279.420 10,36 282.226 10,36 279.521 10,18

2. Mengurus

RumahTangga 437.630 16,22 429.555 15,77 412.624 15,03

3. Lainnya 98.788 3,66 138.936 5,10 108.069 3,94

Jumlah 2.698.134 100,00 2.723.629 100,00 2.745.072 100,00

Sumber: DIY Dalam Angka, 2011-2013 , BPS DIY

Selama periode 2010-2012 komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utamanya tidak banyak mengalami perubahan. Empat sektor yang relatif banyak menyerap tenaga kerja di DIY adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 26,91%,sektor perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 24,87%, sektor jasa-jasa sebanyak 18,76% dan sektor industri pengolahan sebanyak 15,13%.

Sedangkan sektor dengan jumlah tenaga kerja yang relatif rendah yaitu sektor konstruksi (7,11%), sektor pengangkutan dan komunikasi (3,28%) , sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan (3,06%) dan sektor lainnya (pertambangan, penggalian, listrik, gas dan air) sebanyak 0,87%.

Tabel 1.5 Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2010-Agustus 2013

Lapangan Pekerjaan Utama

2010 2011 2012 2013

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags

Pertanian 32,21 30,40 24,31 23,97 24,24 26,91 23,43 27,86 Industri Pengolahan 15,06 13,92 14,17 14,83 15,65 15,13 13,36 13,45 Konstruksi 4,73 6,19 5,61 7,40 5,88 7,11 6,63 5,55 Perdagangan, Hotel

dan Restoran

22,93 24,69 25,97 26,70 27,00 24,87 26,77 25,98

Pengangkutan dan Komunikasi

(30)

Lapangan Pekerjaan

Sumber: Berita Resmi Statistik (BRS) 6November 2013, BPS DIY

Menurut status pekerjaan utamanya, penduduk yang bekerja di DIY sebagian bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai. Hal ini terlihat pada data Agustus tahun 2013, yaitu 39,88% penduduk bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai. Selanjutnya sebanyak 19,60% penduduk bekerja sebagai buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, 16,03% merupakan pekerja keluarga/tidak dibayar, 12,86% berusaha sendiri, 7,08% merupakan pekerja bebas, dan sebanyak 4,56% merupakan penduduk yang berusaha dibantu buruh tetap.

Tabel 1.6 Presentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, Februari 2010-Agustus 2013

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

(31)

besarnya 70,85 persen atau selama kurun waktu satu tahun turun 1,96 poin. Secara umum TPAK tidak banyak berubah, tetapi terdapat kecenderungan TPAK Agustus lebih rendah dibandingkan TPAK Pebruari. Pola perbandingan TPAK periode 2011-2013 ditampilkan pada Gambar I.7. Bila ditinjau menurut jenis kelamin kecenderungan TPAK laki-laki lebih tinggi dari TPAK perempuan. TPAK laki-laki hasil Sakernas Agustus 2013 di D.I. Yogyakarta sebesar 77,53 persen dan TPAK perempuan sebesar 60,64 persen. Bila dibedakan menurut wilayah, kecenderungan TPAK pedesaan lebih tinggi dari TPAK perkotaan. TPAK pedesaan Agustus 2013 di D.I. Yogyakarta sebesar 75,34 persen dan TPAK perkotaan sebesar 65,67 persen.

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

Gambar 1.7 TPAK di DIY, Agustus 2011-Agustus 2013

(32)

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

Gambar 1.8 Tingkat Pengangguran Terbuka di DIY dan di Tingkat Nasional, Februari 2009-Agustus 2013 (%)

(33)

Sumber: BRS 6 November 2013, BPS DIY

Gambar 1.9 Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di DIY, Agustus 2011 dan Agustu 2013 (%)

1.2.2.3 Pendidikan

(34)

Sumber:Statistik Indonesia , BPS, diolah

Gambar 1.10 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia, 2005-2012

IPM menurut Kabupaten/Kota di DIY tahun 2012 menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta menduduki peringkat ke-1 dengan angka 80,24. Kabupaten dengan angka IPM yang relatif tinggi yaitu Kabupaten Sleman dengan angka 79,31. Sementara itu, tiga kabupaten lain dengan angka IPM yang relatif masih rendah adalah Kabupaten Bantul ( 75,58), Kulon Progo (75,33) dan Kabupaten Gunungkidul (71,11).

Tabel 1.7 IPM Menurut Komponen dan Kabupaten/Kota di DIY, 2012

Kabupaten/

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS Provinsi DIY

Jumlah penduduk menurut usia sekolah di DIY pada tahun 2013 adalah sebanyak 573.781 orang atau sebesar 16,32% dari total jumlah penduduk DIY yang jumlahnya 3.514.762 orang. Penduduk usia sekolah terbanyak terdapat di Kota Yogyakarta, kabupaten Sleman dan Kulonprogo yaitu masing-masing sebanyak 161.719 orang ( 41,04 %) , 142.190 orang (12,75%) dan 123.312

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Nasional 69.57 70.1 70.59 71.17 71.76 72.27 72.77 73.29

DIY 73.50 73.70 74.15 74.88 75.23 75.77 76.32 76.75

(35)

orang (31,35%) Sedangkan wilayah dengan penduduk usia sekolah paling sedikit adalah Kabupaten Bantul dan Gunungkidul dengan jumlah 78.721 orang (8,48% ) dan 67.839 orang (9,90%).

Tabel 1.8 Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Wilayah di DIY 2013

No. Kabupaten/ Kota

Jumlah Penduduk Seluruhnya

Penduduk Menurut Usia Sekolah

7 - 12 13 - 15 16 - 18 Jumlah %

1 Bantul 927.958 32.430 17.117 29.174 78.721 8,48% 2 Sleman 1.114.833 70.846 35.525 35.819 142.190 12,75% 3 Gunungkidul 684.740 33.933 16.120 17.786 67.839 9,90% 4 Kulon Progo 393.221 61.424 29.592 32.296 123.312 31,35% 5 Yogyakarta 394.012 78.390 38.002 45.327 161.719 41,04%

Jumlah 3.514.762 277.023 136.356 160.402 573.781 16,32%

Sumber: BPS DIY, Profil Pendidikan Tahun 2012/2013, Disdikpora DIY (diolah)

Tolok ukur keberhassilan pembangunan bidang pendidikan adalah indikator mutu pendidikan, yang antara lain dapat dilihat dari tingginya angka partisipasi. Angka partisipasi tersebut terdiri atas angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM). APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) DIY pada tahun 2012 menunjukkan angka sebesar 79,55%. APK SD/MI pada tahun 2013 sebesar 111,78% lebih besar 0,35% dari tahun 2012 yang besarnya 111,43%. Sedangkan APM SD/MI tahun 2013 sebesar 97,54%, ada kenaikan 0,1% dari tahun 2012 yang besarnya 97,53%. Besaran angka APK dan APM yang hampir sama tersebut atau hanya ada kenaikan yang kecil, menggambarkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada data jumlah siswa dan penduduk yang bersekolah antara tahun 2012 dan 2013

APK SMP/MTs pada tahun 2012 sebesar 115,50%, dan di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 115,43% atau sebesar 0,07%. Sedangkan APM SMP/MTs tahun 2013 sebesar 81,13%, mengalami kenaikan dibanding dengan tahun 2012 yang menunjukkan angka sebesar 81,08%. Menurut catatan, angka putus sekolah SMP/MTs di DIY saat ini sangat kecil yakni hanya 0,16%. Masih adanya anak yang putus sekolah tersebut pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sosial ekonomi dari orang tua/masyarakat dan faktor lingkungan

(36)

PAUD adalah sebesar 95,31%. Untuk APM SM/MA pada tahun 2012 sebesar 63,45%, mengalami kenaikan menjadi sebesar 63,65% pada tahun 2013. Rasio Siswa SMA terhadap SMK adalah 1:2. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan siswa SMK lebih banyak dari pada siswa SMA. Ini berarti bahwa minat siswa/masyarakat untuk sekolah di SMK cukup tinggi. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan masyakarat untuk sekolah di SMK, maka diperlukan pengembangan SMK yang telah ada. Berdasarkan tinjauan ekonomi, maka SMK yang perlu dikembangkan di DIY adalah SMK dengan program studi kelompok/bidang pariwisata dan pertanian.

Pendukung akses dan kualitas pendidikan adalah infrastruktur pendidikan. Infrastruktur pendidikan berupa sekolah telah merata tersebar di seluruh DIY. Jumlah SD/MI negeri maupun swasta di DIY adalah 2.009 unit. Sedangkan jumlah SMP/MTs negeri maupun swasta ada 517 unit, jumlah SMA/MA sebanyak 203 unit baik negeri dan swasta, SMK 208 sekolah negeri dan swasta, TK sejumlah 2.224 sekolah negeri dan swasta, dan 71 SLB baik negeri maupun swasta. Pada tahun 2013, di DIY pada tahun 2013 terdapat 4 perguruan tinggi negeri. Sedangkan jumlah perguruan tinggi swasta sebanyak 126 institusi, dengan rincian 35,38% merupakan akademi, 38,46% sekolah tinggi, 16,92% universitas, 5,38% politeknik dan 3,85% institut.

1.2.2.4 Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di DIY pada tahun 2012 menurut data BPS sebanyak 565.350 orang atau sebesar 15,88% dari total penduduk DIY. Jumlah penduduk miskin di DIY pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,80% dari tahun 2011 yang banyaknya ada 16,08%.

Jumlah penduduk miskin tahun 2012 di wilayah kota/urban sebanyak 305.340 orang atau 13,13%, sedangkan penduduk miskin di wilayah desa/rural sebanyak 259.550 ribu orang atau sebesar 21,76%.

Tabel 1.12 Jumlah Penduduk Miskin di DIY Menurut Wilayah, 2005-2012

Tahun

Kota/Urban Desa/Rural Jumlah Total

(37)

Tahun

Kota/Urban Desa/Rural Jumlah Total

Jumlah (000)

% thd penduduk

Kota

Jumlah (000)

% thd penduduk

Desa

Jumlah (000)

% thd penduduk

DIY

2007 335,30 15,63 298,20 25,03 633,50 18,99 2008 324,16 14,99 292,12 24,32 616,28 18,32 2009 311,47 14,25 274,31 22,60 585,78 17,23 2010 308,36 13,38 268,94 21,95 577,30 16,83 2011 304,34 13,16 256,55 21,82 560,88 16,08 2012 305,34 13,13 259,44 21,76 565,35 15,88

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Sumber: DIY Dalam Angka 2013, BPS DIY

Gambar 1.11 Grafik Persentase Penduduk Miskin DIY

Jumlah penduduk miskin di wilayah desa lebih tinggi dibanding di kota. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk miskin masih berada di wilayah perdesaan, dimana sebagian besar penduduk perdesaan merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah dan bekerja di sektor pertanian. Karakteristik tersebut, secara umum menggambarkan bahwa penduduk perdesaan memiliki pendapatan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan penduduk perkotaan. Namun demikian, jika dilihat trendnya selama periode 2006-2012, jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan, baik itu di wilayah kota maupun desa.

1.2.3 Kondisi Ekonomi Daerah

(38)

produksi di suatu daerah pada periode waktu tertentu. Adanya peningkatan produksi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga juga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam perekonomian terbuka, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian di wilayah tersebut namun juga dipengaruhi oleh perekonomian global. Demikian halnya dengan perekonomian di DIY, tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi penduduk DIY namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti kondisi ekonomi nasional dan bahkan ekonomi global.

1.2.3.1 Sektor Unggulan

Penentuan sektor unggulan di DIY didasarkan pada kontribusi sektor terhadap perekonomian DIY. Ukuran yang digunakan adalah besarnya kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB DIY. Dikatakan sektor unggulan apabila kontribusinya terhadap nilai PDRB DIY dari waktu ke waktu secara konsisten relatif besar. Berikut adalah nilai PDRB DIY selama kurun waktu 2007-2013 berdasarkan lapangan usaha (sektor).

Sumber: DIY Dalam Angka 2013 Diolah, BPS DIY

(39)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada empat sektor yang mendominasi perekonomian DIY yaitu sektor jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan.

A. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 6.20% dalam struktur PDRB DIY. Sektor PHR menempati peringkat teratas dalam pembentukan struktur PDRB DIY tahun 2013. Pertumbuhan di sektor PHR diantaranya didorong oleh peningkatan kunjungan wisatawan dan banyaknya kegiatan di DIY sepanjang tahun 2013, termasuk kegiatan Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE). Pada tahun 2013 tercatat terdapat 13.695 MICE yang dilaksanakan di DIY atau mengalami peningkatan sebesar 6,12% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan MICE di DIY menunjukan bahwa DIY memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata MICE. Jumlah wisatawan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan yaitu menjadi sebesar 2.837.962 pada tahun 2013 dari angka 2.215.832 pada tahun 2012.

Tabel 1.14 Perkembangan Jumlah Wisatawan, MICE, dan Rata-rata Lama Tinggal di DIY, 2008-2013

Tahun Jumlah Wisatawan

(Orang)

Jumlah MICE (Kali)

Rata-rata lama Tinggal Wisatawan (Hari)

2008 1.284.757 4.512 1,82 2009 1.426.057 4.746 2,05 2010 1.456.980 4.509 1,78 2011 1.608.194 8.963 1,82 2012 2.215.832 12.904 1,96 2013 2.837.962 13.695 1,72

Sumber : Dinas Pariwisata DIY

Perdagangan DIY didorong kuat oleh perdagangan internasional dengan kegiatan ekspor dan impor. Dilihat dari besarnya nilai ekspor, komoditi unggulan DIY meliputi pakaian jadi tekstil, sarung tangan kulit, STK sintetis, mebel kayu, kerajinan kertas dan kerajinan batu.

(40)

Tabel 1.9 Nilai Ekspor Berdasarkan Komoditi (Juta US $)

No Komoditi 2010 2011 2012 2013

1 Pakaian Jadi Tekstil 42,16 47,07 46,79 66,88 2 Sarung Tangan Kulit 17,24 21,75 19,63 22,19 3 STK Sintetis 14,64 16,21 16,39 13,07 4 Mebel Kayu 18,19 16,38 26,89 23,26 5 Minyak Atsiri 2,34 6,91 2,77 3,21 6 Kerajinan Batu 4,05 0,00 3,06 3,07 7 Kerajiinan Kertas 6,02 3,93 3,90 3,27

Sumber: Disperindakop dan UKM DIY

Sementara itu, lima komoditi impor terbesar yang masuk ke DIY dari tahun 2010 sampai dengan 2013 berupa tekstil, spare part mesin pertanian, kulit disamak, aksesoris garmen dan logo.

Tabel 1.10 Nilai Impor Berdasarkan Komoditi (Juta US $)

No Komoditi 2010 2011 2012 2013

1 Spare Part Mesin Pertanian 0,47 55,34 4,25 148,34

2 Tekstil 16,00 12,74 5,88 3,48 3 Kulit Disamak 4,47 5,85 0,54 0,00 4 Logo 1,11 0,74 0,06 0,00 5 Aksesoris Garmen 0,37 0,69 0,28 0,16 6 Plastik 0,21 0,18 0,03 0,03

Sumber: Disperindakop DIY 2014

B. Sektor Pertanian

(41)

1. Tanaman Pangan

Tanaman pangan unggulan di DIY meliputi padi, jagung dan kedelai. Ketiga komoditas itu diunggulkan dengan pertimbangan: 1) merupakan bahan pangan pokok penduduk DIY; 2) menjadi bahan baku industri; dan 3) pengusahaannya banyak menyerap tenaga kerja. Gambaran luas panen dan produksi padi, jagung dan kedelai tahun 2009 sampai dengan 2013 disajikan pada gambar berikut ini.

Sumber: DIY Dalam Angka 2013 Diolah, BPS DIY

(42)

Sumber: DIY Dalam Angka 2013 Diolah, BPS DIY

Gambar 1.14 Grafik Produksi Tanaman Pangan DIY Tahun 2013

Produksi komoditas tanaman pangan unggulan DIY memiliki tingkat produksi yang tinggi. Khusus produksi padi, baik padi sawah maupun padi ladang terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Peningkatan produksi dan produktivitas merupakan hasil dari upaya-upaya terobosan penerapan teknologi budidaya, antara lain: Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), fasilitasi penyediaan sarana produksi berupa Bantuan Langsung Benih Unggul, subsidi pupuk anorganik dan penerapan pemupukan berimbang. Sementara di sisi lain, produksi komoditas tanaman pangan selain padi, selama empat tahun terakhir cenderung fluktuatif. Fluktuasi dalam produksi tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh iklim yang tidak menentu.

Komoditas yang luas panen dan produksinya mempunyai kecenderungan meningkat adalah padi ladang. Padi ladang adalah komoditas tanaman pangan utama yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Gunungkidul. Seluruh kecamatan di Gunungkidul menghasilkan padi ladang. Hal ini didukung oleh lahan di kawasan Gunungkidul yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering karena kesesuaian agroekosistemnya.

721,674

20,015 28,958 31,677

70,834 318 1,013,565

4,951 135

(43)

2. Kelautan dan Perikanan

DIY memiliki wilayah pantai sepanjang ± 113 km yang meliputi tiga wilayah kabupaten yaitu Gunungkidul, Bantul, dan Kulon Progo dengan potensi ikan yang dapat dihasilkan secara lestari mencapai 320.600 ton per tahun, sedangkan di Samudra Hindia potensi lestarinya sebesar 906.340 ton per tahun. Potensi serta pemanfaatan sumberdaya melalui perikanan tangkap masih terus dioptimalkan melalui pengembangan pelabuhan perikanan di Sadeng dan Glagah yang diharapkan mampu meningkatkan produksi perikanan tangkap khususnya komoditas ikan tuna yang menjadi produk unggulan baik untuk pasar lokal maupun pasar luar negeri.

Penangkapan ikan yang dilakukan selama ini jauhnya sudah melebihi 12 mil ke arah laut sesuai dengan kemampuan perahu yang sudah menggunakan kapal diatas 10 GT. Namun demikian, sebagai upaya optimalisasi produksi perikanan tangkap, maka telah dilakukan pengadaan kapal 30 GT yang nantinya diharapkan akan memiliki daerah operasi yang lebih luas. Hingga akhir tahun 2013 telah terdapat 13 unit kapal 30 GT yang akan mendukung perikanan tangkap di DIY. Selain itu, juga telah dilakukan pelatihan awak yang akan mengoperasionalkan kapal 30 GT tersebut. Hingga tahun 2012 tercatat 1.003 orang nelayan yang dapat diketahui berdasarkan kepemilikan Kartu Nelayan. Jumlah kapal perikanan di DIY dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1.11 Kapasitas Kapal Perikanan di DIY Tahun 2012 -2013

Kapasitas Kapal 2012 2013

< 10 GT 304 unit 304 unit

10 – 30 GT 5 unit 5 unit

> 30 GT 9 unit 13 unit

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan

(44)

pesisir yang dapat dikembangkan untuk usaha budidaya tambak maupun kolam budidaya (terpal) seluas lebih kurang 650 Ha dengan potensi produksi kurang lebih sebesar 13.000 ton pertahun.

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan menunjukkan laju pertumbuhan positif dari tahun ke tahun. Rata-rata pertumbuhan produksi perikanan tangkap dari tahun 2008 hingga tahun 2013 sebesar 13,23%. Sementara itu, produksi perikanan budidaya juga menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata pertumbuhan produksi perikanan budidaya tahun 2008 hingga tahun 2013 yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan yaitu sebesar 34,24%. Laju pertumbuhan positif juga dapat dilihat dari peningkatan ketersediaan ikan perkapita dari tahun ke tahun. Ketersediaan ikan di DIY mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 7,01% dari tahun 2008 hingga 2013. Produksi perikanan di DIY lebih didominasi oleh hasil perikanan budidaya. Perkembangan produksi perikanan budidaya meliputi budidaya tambak, kolam, sawah, karamba, jaring apung dan telaga. Peningkatan produksi maupun nilai produksi perikanan budidaya menggambarkan bahwa minat masyarakat terhadap perikanan budidaya semakin tinggi, serta dipengaruhi oleh harga pasar. Pelaksanaan kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi budidaya ikan air tawar dengan prioritas pada komoditas unggulan yang mempunyai nilai lebih pada sistem produksi dan pemasaran.

Komoditas unggulan di DIY yang telah ditetapkan yaitu udang (galah, lobster tawar, vaname, windu/penaide), nila, gurami, dan lele (patin, lele dumbo, lele lokal). Pembinaan dan pengembangan perikanan melalui pendekatan kelembagaan dilaksanakan dengan mengutamakan pembudidaya ikan yang tergabung dalam wadah kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan). Disamping itu juga dilakukan dengan menumbuhkan kelompok-kelompok baru sehingga diharapkan dengan cara usaha bersama akan lebih berdaya dan lebih mampu bersaing.

(45)

konsentrasi usaha, pengaturan produksi pasar, pembinaan teknis, penyediaan sarana produksi, dan pengembangan kemitraan.

3. Hortikultura

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam pertanian yang potensial untuk dikembangkan di DIY. Produksi hortikultura memiliki kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman unggulan hortikultura di DIY dan sentra produksinya masing-masing adalah bawang merah di Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul; salak di Sleman dan Kulonprogo; serta jamur di Sleman dan Bantul

Salah satu komoditas hortikultura unggulan berupa sayuran yang dihasilkan dari DIY adalah bawang merah varietas Tiron. Keunggulan bawang merah ini diantaranya tahan busuk ujung daun dan relatif tahan busuk umbi. Penanaman bawang merah Tiron berkembang luas hingga di kecamatan Sanden, Srandakan, Bambanglipuro dan Pundong. Bawang merah varietas Tiron dari Kabupaten Bantul ini juga telah dilepas sebagai varietas unggul oleh Kementerian Pertanian.

Salak Pondoh merupakan komoditas hortikultura buah-buahan dengan nilai ekonomi tinggi yang telah berkembang di DIY, khususnya Sleman. Salak Pondoh dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dataran rendah sampai pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut yang berarti sesuai dengan agroekosistem di daerah Sleman. Saat ini Salak Pondoh dikembangkan di Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem.

(46)

Tabel 1.12 Produksi Hortikultura Unggulan DIY Tahun 2009-2013

Jenis Tanaman Produksi

2009 2010 2011 2012 2013

Salak (ton) 62.572 57.793 25.807 22.364 100.009 Bawang Merah (ton) 19.763 19.950 14.408 12.326 9.211 Jamur - - 39.629 105 130

Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2013

Tabel 1.13 Produksi Komoditas Hortikultura di DIY Unggulan, 2012- 2013

No Komoditas Produksi

Satuan 2012 2013*

1. Cabe ton 16.555 16.040 2. Bawang merah ton 12.326 9.211 3. Salak ton 22.364 100.009 4. Jamur ton 105 130 5. Jahe ton 1.308 1.110 6. Pisang ton 35.568 41.543

Keterangan : * angka sementara Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2013

Produksi hortikultura unggulan pada tahun 2009-2013 mengalami fluktuasi produksi, pada tahun 2010 terjadi erupsi Merapi sehingga terjadi penurunan. Produksi pada tahun 2011 dan 2012 juga masih menuju perbaikan ke produksi normal dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan produksi cukup tajam untuk komoditas salak pondoh, berbeda untuk komoditas bawang merah yang terus mengalami penurunan, demikian pula untuk jamur yang masih fluktuatif, meski mengalami peningkatan pada tahun 2013 namun belum secara signifikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan produksi hortikultura unggulan, namun masih terkendala iklim yang tidak menentu. 4. Perkebunan

(47)

keseluruhan dilaksanakan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat, memungkinkan dilaksanakannya pengembangan komoditas tanaman perkebunan, terutama untuk tanaman semusim melalui pola perguliran tanaman. Agribisnis perkebunan ini telah menumbuhkan sentra-sentra produksi komoditas perkebunan yang selanjutnya dikembangkan melalui penanaman dan/atau pengutuhan populasi tanaman sesuai skala ekonomis usaha di tingkat lokasi melalui rehabilitasi dan intensifikasi. Operasionalisasinya dengan mengembangkan kebersamaan usaha perkebunan dalam satu wilayah secara kelompok atau koperasi dengan bermitra usaha dengan pihak lain yang lebih menguntungkan dalam pendekatan agribisnis utuh, berdaya saing dan berkelanjutan.

Komoditas unggulan perkebunan DIY adalah kelapa, kakao, kopi, jambu mete, dan tebu. Sentra produksi kelapa dan kakao berada di Kabupaten Kulon Progo dan jambu mete berada di Gunungkidul. Sedangkan sentra komoditas kopi berada di Kabupaten Sleman.

Tabel 1.14 Produksi Komoditas Perkebunan DIY Tahun 2008-2013

No. Komoditas Produksi (ton)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Kelapa 52.792,53 53.108,22 55.317,77 56.148,83 54.711 55.752,71 2. Kopi 388,82 417,04 388,05 362,34 801,09 1073,09

3. Jambu mete 707,68 704,69 385,90 576,61 470 260,63

4. Kakao 1.184,46 1.193,43 1.289,19 1.142,63 1353 1.124,10

5. Tebu 15.785,31 18.089,14 17.031,34 15.812,18 17.649 15.960,80

Jumlah 70.858,80 73.512,52 74.412,25 74.042,59 74984,09 74171,33

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY, 2013 (diolah)

Produksi komoditas perkebunan unggulan di DIY untuk masing-masing komoditas cenderung meningkat, kecuali jambu mete yang fluktuatif produksinya karena dampak anomali iklim. Rata-rata pertumbuhan total dari komoditas unggulan tersebut dari tahun 2008 hingga 2013 terhitung sebesar 5,52%. Selain itu, jumlah petani yang telibat dalam usaha perkebunan juga cenderung meningkat.

5. Peternakan

(48)

Kawasan sentra sapi potong berada di Kabupaten Gunungkidul yang memberikan kontribusi sebesar 43,46% dari total populasi sapi potong di DIY. Sedangkan Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kulon Progo berkontribusi masing-masing sekitar 19% terhadap total populasi di DIY. Sejalan dengan fakta tersebut dapat diuraikan lanjut bahwa Gunungkidul juga mempunyai potensi sebagai daerah pembibitan ternak dan penyediaan bakalan untuk penggemukan. Sedangkan Kabupaten Bantul, Sleman, dan Kulon Progo dapat dijadikan sebagai daerah untuk peternakan penggemukan.

Peluang pengembangan peternakan sapi potong masih sangat terbuka terkait dengan kebijakan Kementerian Pertanian untuk swasembada daging sapi pada tahun 2014. Secara nasional DIY masuk dalam kelompok I Provinsi pendukung pencapaian swasembada daging sapi tahun 2014. Hal ini didukung oleh letak geografis DIY yang strategis untuk memenuhi kebutuhan pasar Jawa Barat dan Jakarta.

Tabel 1.15 Perbandingan Populasi Sapi Potong dengan Produksi Daging Sapi Potong DIY, 2009 -2013

Jenis Ternak 2009 2010 2011 2012 2013

Sapi potong (ekor) 283.043 290.949 292.881 272.374 221.026 Sapi perah (ekor) 5.495 3.466 2.955 3.934 3.877

Sumber: Dinas Pertanian DIY, 2013

Secara umum populasi ternak di DIY pada tahun 2013 mengalami penurunan populasi dibanding tahun 2012, terutama pada ternak sapi potong dan sapi perah. Penyebab turunnya populasi ternak pada tahun 2013 terutama untuk komoditas sapi potong, karena terjadinya pengeluaran ternak ke luar daerah (Jabodetabek). Padahal untuk komoditas sapi potong ini memiliki nilai minimal unit yang besar sehingga menyebabkan penurunan populasi di tahun 2013.

6. Kehutanan

Gambar

Gambar 1.1 Peta Administrasi DIY
Gambar 1.2 Luas Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota
Gambar 1.3 Luas Wilayah DIY Menurut Jenis Tanah
Tabel 1.3 Proyeksi Penduduk Tahun 2013 (Berdasarkan SP 2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana bagaian dari aset yang harus terpelihara maka kejahatan yang terjadi terhadap anak secara tidak langsung juga merupakan ancaman dan teror bagi negara pada

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.05/2019 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Palembang

Berdasarkan hasil analisis secara spasial, ternyata karang tersebar di lokasi Desa Waha, Desa Sombu, dan Pulau Kapota yang memiliki persentase tutupan karang

Proses penetapan target retribusi parkir di Kota Semarang melibatkan beberapa dinas/lembaga, antara lain; Dishubkominfo Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang (DPKAD

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Perangkat pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi

Permohonan peningkatan hak atas tanah dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik, menurut Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6

Kinerja karyawan adalah skor penilaian kinerja yang di ukur melalui mutu kerja, hasil yang diharapakan setelah beberapa lama bekerja atau pekerjaan telah diselesaikan dengan