• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pemuasan Need For Affiliation Dengan Self-Disclosure Pada Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Pemuasan Need For Affiliation Dengan Self-Disclosure Pada Orang Dengan Hiv Aids (Odha) Chapter III V"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000).

Penelitian mengenai hubungan antara pemuasan need for affiliation dengan

self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode korelasional. Metode penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Dalam hal ini peneliti ingin melihat hubungan antara pemuasan

need for affiliation dan self-disclosure pada ODHA.

III.1 IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya masing-masing (Azwar, 2001). Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(2)

III.2 DEFINISI OPERASIONAL III.2.1 Self-Disclosure

Self-disclosure adalah kegiatan pemberian informasi mengenai diri sendiri dengan orang lain yang terlihat melalui seberapa sering individu melakukannnya, apakah hal positif/negatif yang diungkapkan, apakah informasi yang diungkapkan jujur dan tepat, dan sejauh mana individu mau mengungkapkan informasi mengenai dirinya pada orang lain, serta apa yang menjadi tujuan individu melakukan self-disclosure. Dalam penelitian ini self-disclosure diukur dengan menggunakan dimensi self-disclosure yang disampaikan oleh DeVito (2015).

Variabel self-disclosure diukur dengan menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner yang dibuat berdasarkan dimensi self-disclosure DeVito (2015). Model alat ukur self-disclosure menggunakan skala model likert yang berjumlah 28 aitem. Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS) dan disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1 sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5.

(3)

III.2.2 Need for Affiliation

Need for affiliation adalah kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain yang ditandai dengan keinginan mendapatkan stimulus positif, ingin mendapat perhatian/pujian, ingin melakukan perbandingan antara dirinya dengan orang lain, serta mendapatkan dukungan ketika membina, dan mempertahankan hubungan dengan orang lain (McClelland, 1987).

Dalam penelitian ini variabel need for affiliation diukur dengan menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner yang dibuat berdasarkan aspek need for affiliation oleh Hill yang tetap berdasarkan teori McClelland. Model alat ukur

need for affiliation menggunakan skala model likert yang berjumlah 29 aitem. Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS) dan disajikan dalam bentuk pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1 sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5.

(4)

III.3 POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang setidaknya mempunyai sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang bertempat tinggal di Kabupaten Toba Samosir.

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Sugiyono, 2012).

(5)

Teknik pengambilan sampel ini sesuai untuk penelitian mengingat jumlah populasi yang tidak memiliki jumlah data yang jelas dalam arti tidak ada sumber data yang pasti mengenai jumlah populasi penelitian. Besarnya sampel yang dipilih adalah berdasarkan pertimbangan ketepatan dan efisiensi biaya, tenaga, waktu, dan kemampuan peneliti.

(6)

III.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan untuk mengukur sikap atau perilaku. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua yaitu alat ukur Need for Affiliation berdasarkan teori McClelland dan alat ukur Self-Disclosure berdasarkan teori DeVito.

Alat ukur disusun sendiri oleh peneliti dari aspek-aspek yang membangun variabel. Kedua alat ukur dalam penelitian terdiri atas pernyataan yang bersifat

favourable yaitu bentuk pernyataan yang mendukung variabel dan unfavourable

(7)

III.4.1 Rancangan Alat Ukur Self-Disclosure

Alat ukur self-disclosure disusun dari kelima aspeknya yaitu amount, valence, accuracy/honesty, intention, dan intimacy. Rancangan alat ukur self-disclosure dapat dilihat pada Tabel III.1.

Tabel III.1. Rancangan Alat Ukur Self-Disclosure

No Dimensi Indikator Aitem Jumlah informasi positif atau negatif, hal menyenangkan atau tidak mengenai dirinya ditentukan oleh tingkat keakraban, semakin akrab individu dengan orang lain, semakin dalam informasi yang diungkapkan.

(8)

III.4.2 Rancangan Alat Ukur Need for Affiliation

Alat ukur need for affiliation disusun dari keempat aspeknya yaitu positive stimulation, attention/praise, social comparison, dan emotional support. Rancangan alat ukur need for affiliation dapat dilihat pada Tabel III.2.

Tabel III.2. Rancangan Alat Ukur Need for Affiliation

No Aspek Indikator Aitem Jumlah

Berdasarkan Tabel III.2 dapat dilihat aspek, indikator, dan nomor-nomor aitem rancangan alat ukur need for affiliation. Setiap aspek memiliki 10 aitem yang terdiri dari aitem bersifat favorable dan unfavorable. Total keseluruhan aitem untuk rancangan alat ukur need for affiliation adalah sebanyak 40 buah aitem.

III.5 UJI COBA ALAT UKUR III.5.1Uji Validitas

(9)

dimaksudkan untuk diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity, yaitu sejauh mana alat tes yang digunakan dilihat dari segi isi adalah benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012). Teknik yang digunakan untuk melihat validitas isi dalam penelitian ini adalah dengan membuat blueprint dan juga menggunakan professional judgement, pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan juga dosen atau pihak lain.

III.5.2 Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes (Azwar, 2012).

Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

Pearson Product Moment (Azwar, 2012).

(10)

memuaskan. Uji daya beda aitem dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala need for affiliation dan self-disclosure.

III.5.3 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 2012).

Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien reliabilitas yang mendekati angka .00 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha Cronbach (Azwar, 2012). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan alat komputasi.

III.6 HASIL UJI COBA ALAT UKUR

(11)

ukur self-disclosure dan .912 untuk alat ukur need for affiliation. Dapat disimpulkan bahwa kedua alat ukur ini reliabilitasnya termasuk tinggi karena perolehan nilai

alpha cronbach mendekati 1.00.

III.6.1 Alat Ukur Self-Disclosure Setelah Diuji Coba

Variabel self-disclosure diukur menggunakan alat ukur yang telah diuji coba. Alat ukur self-disclosure dapat dilihat pada Tabel III.3.

Tabel III.3. Alat Ukur Self-Disclosure Setelah Uji Coba

No Dimensi Indikator Aitem Jumlah informasi positif atau negatif, hal menyenangkan atau tidak mengenai dirinya ditentukan oleh tingkat keakraban, semakin akrab individu dengan orang lain, semakin dalam informasi yang diungkapkan.

5, 8, 25 10, 17, 23, 28 7

Total 28

(12)

aitem yang terdiri dari 4 aitem favorable dan 2 aitem unfavorable. Selanjutnya dimensi valence memiliki 5 aitem yang terdiri dari 2 aitem favorable dan 3 aitem

unfavorable. Dimensi ketiga yaitu accuracy/honesty memiliki 5 aitem yang terdiri dari 4 aitem favorable dan 1 aitem unfavorable. Dimensi selanjutnya yaitu intention

memiliki 5 aitem yang terdiri dari 3 aitem favorable dan 2 aitem unfavorable. Dimensi terakhir yaitu intimacy memiliki 7 aitem yang terdiri dari 3 aitem favorable

dan 4 aitem unfavorable. Total keseluruhan aitem alat ukur self-disclosure setelah dilakukan iju cobaadalah sebanyak 28 buah aitem.

III.6.2 Alat Ukur Need for Affiliation Setelah Diuji coba

Variabel need for affiliation diukur menggunakan alat ukur yang telah diuji coba. Alat ukur need for affiliation dapat dilihat pada Tabel III.4.

Tabel III.4. Alat Ukur Need for Affiliation Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Aitem Jumlah

(13)

memiliki 8 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Selanjutnya Aspek attention/praise memiliki 7 aitem yang terdiri dari 3 aitem

favorable dan 4 aitem unfavorable. Aspek ketiga yaitu social comparison memiliki 6 aitem yang terdiri dari 4 aitem favorable dan 2 aitem unfavorable. Aspek terakhir yaitu emotional support memiliki 8 aitem yang terdiri dari 5 aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Total keseluruhan aitem untuk alat ukur need for affiliation

setelah diuji coba adalah sebanyak 29 buah aitem.

III.7 PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN III.7.1 Tahap Persiapan Penelitian

1. Rancangan Alat Ukur

Pada tahap ini, peneliti mulai mengonstruksi alat ukur need for affiliation

dan self-disclosure yang pembuatannya mengacu pada teori yang telah diuraikan sebelumnya.

2. Uji Coba Alat Ukur

Agar memperoleh alat ukur dengan validitas dan reliabilitas yang memadai, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat ukur penelitian. Uji coba alat ukur ini diberikan kepada sejumlah responden. 3. Revisi Alat Ukur

(14)

Aitem-aitem yang valid kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet

untuk dijadikan alat ukur yang siap pakai di lapangan.

III.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah peneliti melakukan uji coba, merevisi alat ukur, dan menyusun kembali aitem-aitem yang diterima pada saat uji coba, maka peneliti mengambil data penelitian dengan menyebarkan alat ukur self-disclosure dan need for affiliation yang telah direvisi kepada responden penelitian yaitu ODHA di Komite AIDS HKBP.

III.7.3 Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor need for affiliation dan self-dsclosure, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputasi.

III.8 METODE ANALISIS DATA

(15)

III.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor-skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputasi.

Kolmogorov-Smirnov adalah suatu uji yang memperhatikan tingkat kesesuaian antara distribusi serangkaian harga sampel (skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoritis tertentu. Kaidah normal yang digunakan adalah jika

p ≥ .05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < .05 maka

sebarannya dinyatakan tidak normal.

III.8.2 Uji Linieritas

(16)
(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan gambaran subjek secara umum, data hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dilihat oleh peneliti, deskripsi dan kategorisasi data, serta pembahasan terhadap hasil-hasil pengolahan data tersebut.

IV.1 GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitain ini adalah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang bertempat tinggal di Kabupaten Toba Samosir dan mendapat pendampingan dari Komite AIDS HKBP. Subjek penelitian berjumlah 52 orang. Subjek diberikan alat ukur berupa kuesioner untuk mendapatkan data terkait variabel need for affiliation

dan variabel self-disclosure dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan analisa data, terlebih dahulu akan diuraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

IV.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

(18)

Tabel IV.1. Data Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

Dewasa Awal 20 38.46 %

Dewasa Pertengahan 29 55.77 %

Dewasa Akhir 3 5.77 %

Total 52 100 %

Berdasarkan Tabel IV.1 dapat dilihat bahwa jumlah subjek per-usia berbeda. Subjek paling banyak berasal dari rentang usia dewasa pertengahan yaitu sebanyak 29 orang, kemudian dewasa awal sebanyak 20 orang, dan dewasa akhir sebanyak 3 orang.

IV.1.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel IV.2.

Tabel IV.2. Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Perempuan 22 42.30 %

Laki-laki 30 57.70 %

Total 52 100 %

(19)

IV.1.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari subjek dengan suku bangsa Batak Toba. Gambaran subjek penelitian berdasarkan suku bangsa Tabel IV.3.

Tabel IV.3. Data Subjek Berdasarkan Suku Bangsa

Suku Bansa Jumlah Persentase

Batak Toba 52 100 %

Total 52 100

Berdasarkan Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa semua subjek pada penelitian ini bersuku bangsa Batak Toba.

IV.2 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel yang berarti peneliti akan menggunakan uji korelasi terhadap data yang telah didapatkan. Sebelum melakukan uji korelasi peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi untuk mengetahui teknik statistika apa yang digunakan untuk menganalisa data. Peneliti menguji normalitas dan linieritas data agar dapat dilakukan uji korelasi menggunakan statistika parametrik yaitu Pearson Product Moment.

IV.2.1 Uji Asumsi

1. Hasil Uji Normalitas Data

(20)

penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas kedua variabel dapat dilihat pada Tabel IV.4.

Tabel IV.4. Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Nilai Z Nilai P

Self-Disclosure 0.110 .167

Need for Affiliation 0.105 .200

Keterangan

Z : Tes statistisk P : Signifikansi

Berdasarkan tabel IV.4 dapat dilihat bahwa penyebaran data yang didapatkan dalam penelitian ini normal yaitu dengan signifikansi .186 pada variabel self-disclosure dan .200 pada variabel need for affiliation. Kedua perolehan signifikansi tersebut lebih besar dari .05 (p > .05) yang berarti data penelitian terdistribusi normal.

2. Hasil Uji Linieritas Data

Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah data yang didapatkan dari kedua variabel memiliki hubungan yang linear. Hubungan yang linear maksudnya adalah peningkatan nilai pada salah satu variabel diikuti dengan peningkatan juga divariabel lainnya, dan sebaliknya. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji ANAVA dan juga ditambahkan dengan scatterplot. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada Tabel IV.5.

Tabel IV.5. Hasil Uji Linieritas

Variabel Sig. Linearity

SD * N.Aff 0.000

Keterangan

(21)

Berdasarkan Tabel IV.5 dapat dilihat bahwa perolehan signifikansi sebesar .000 lebih kecil dari .05 (p < .05) yang berarti data tersebut linear. Jika variabel self-disclosure meningkat maka variabel need for affiliation juga meningkat, begitu juga sebaliknya.

IV.2.2 Uji Korelasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pemenuhan variabel need for affiliation dengan variabel self-disclosure pada ODHA. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan uji korelasi terhadap kedua variabel. Bunyi hipotesis nihil dan hipotesa altenatif penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 (hipotesa nihil) :Tidak ada hubungan positif antara pemenuhan need for affiliation dengan self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Ha (hipotesa alternatif) :Ada hubungan positif antara pemenuhan need for affiliation dengan self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

(22)

Tabel IV.6. Hasil Uji Korelasi Variabel Penelitian

Variabel Nilai korelasi Signifikansi

N.Aff * SD .966 .000

Keterangan

N.Aff : Need for affiliation SD : Self-disclosure

Perolehan nilai signifikansi <.05 maka dapat diartikan terjadi hubungan yang signifikan diantara kedua variabel, sebaliknya jika nilai signifikansi >.05 maka tidak ada hubungan yang signifikan diantara kedua variabel. Pada tabel tersebut diperoleh nilai korelasi sebesar .966 dan signifikansi sebesar .000 pada level .01 dengan hipotesa 1 arah. Jika hasil korelasi bernilai positif maka hubungan dari kedua variabel searah yaitu peningkatan pada salah satu nilai variabel akan diikuti oleh peningkatan nilai variabel lainnya. Sebaliknya jika hasil korelasi bernilai negatif maka hubungan kedua variabel juga tidak searah yaitu jika salah satu nilai variabel menurun maka variabel lainnya akan meningkat.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara pemuasan variabel need for affiliation dengan variabel self-disclosure

pada orang dengan HIV/AIDS. Semakin tinggi need for affiliation ODHA, maka semakin tinggi pula self-disclosurenya. Berdasarkan hasil maka Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada hubungan positif antara pemuasan need for affiliation dengan

self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Selain melakukan uji korelasi antara variabel need for affiliation dan self-disclosure peneliti juga melakukan analisis untuk melihat aspek mana dari variabel

(23)

Tabel IV.7. Hasil Uji Korelasi Aspek Need for Affiliation dengan Self-Disclosure

Variabel Nilai korelasi Signifikansi

N.Aff.PS * SD .979 .000

N.Aff.AP * SD .971 .000

N.Aff.SC * SD .966 .000

N.Aff.ES * SD .983 .000

Keterangan

N.Aff.PS * SD : Need for affiliation aspek positive stimulation

N.Aff.AP * SD : Need for affiliation aspek attention/praise

N.Aff.SC * SD : Need for affiliation aspek social comparison

N.Aff.ES * SD : Need for affiliation aspek emotional support

SD : Self-disclosure

Berdasarkan Tabel IV.7 dapat dilihat bahwa aspek variabel need for affiliation yang memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan variabel self-disclosure

adalah aspek emotional support dengan nilai korelasi .983 dan tingkat signifikansi .000. Aspek need for affiliation selanjutnya yang paling tinggi adalah positive stimulation dengan nilai korelasi .979 dan tingkat signifikansi .000. Aspek ketiga dari need for affiliation yang memililiki nilai korelasi paling tinggi di urutan ketiga adalah attention/praise yaitu nilai korelasi sebesar .971 dan tingkat signifikansi .000. Aspek terkahir adalah social comparison dengan nilai korelasi .966 dan tingkat signifikansi .000.

IV.2.3 Deskripsi dan Kategorisasi Data

(24)

ukur yang diberikan adalah alat ukur self-disclosure dan alat ukur need for affiliation. Kategorisasi dilakukan untuk melihat berapa persen subjek yang sesuai dengan variabel penelitian yaitu need for affiliation dan self-disclosure. Kategorisasi terdiri dari tiga yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria pengkategorisasian yang didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi secara normal (Azwar, 2012). Norma skor kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel IV.8.

Tabel IV.8. Norma Skor Kategorisasi

Rentang Nilai Kategorisasi

X < (µ-1.0 SD) Rendah

(µ-1.0SD) ≤ X ≤ (µ+1.0 SD) Sedang

X > (µ+1.0 SD) Tinggi

Keterangan

SD : Standar deviasi

µ : mean

1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Self-Disclosure

Setelah dilakukan uji reliabilitas, dihasilkan sebanyak 28 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisis menjadi data penelitian dengan rentang skor 1 sampai 5 sehingga dihasilkan skor minimum 55 dan skor maksimum 97. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor minimum 28 dan skor maksimum 140. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik self-disclosure

(25)

Tabel IV.9. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Self-Disclosure

Variabel Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Self-Disclosure 55 97 76.79 9.724 28 140 84 18.67

Keterangan

Min : Nilai minimal Max : Nilai maximal Mean : Rata-rata SD : Standar deviasi

Berdasarkan tabel IV.9 diperoleh mean empirik self-disclosure sebesar 76.79 dengan standar deviasi 9.724. Selanjutnya nilai mean hipotetik didapatkan sebesar 84 dengan standar deviasi 18.67. Artinya jika dilihat perbandingan antara mean empirik dan hipotetik, mean empirik lebih kecil dari mean hipotetik. Hasil ini menunjukkan bahwa self-disclosure pada populasi umumnya lebih tinggi daripada

self-disclosure pada subjek penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki hasil skor self-disclosure yang lebih rendah daripada yang diperkirakan alat ukur.

Besar mean hipotetik self-disclosure adalah 84 dengan standar deviasi 18.67 sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut

Tabel IV.10. Norma Kategorisasi Self-Disclosure

Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase (%)

X < 65.33 Rendah 9 17.3 %

65.33 ≤ X ≤ 102.67 Sedang 43 82.7 %

X > 102.67 Tinggi 0 0 %

Total 52 100 %

(26)

selebihnya17.3% tergolong rendah dan 0% tergolong tinggi karena tidak ada satupun subjek penelitian yang memiliki tingkat self-disclosure yang tinggi.

2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Need for Affiliation

Setelah dilakukan uji reliabilitas, dihasilkan sebanyak 29 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisis menjadi data penelitian dengan rentang skor 1 sampai 5 sehingga dihasilkan skor minimum 71 dan skor maksimum 116. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor minimum 29 dan skor maksimum 145. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik penyesuaian diri dijelaskan pada Tabel IV.11.

Tabel IV.11. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Need for Affiliation

Variabel

Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Need for

Affiliation 71 116 94.83 9.534 29 145 87 19.33

Keterangan

Min : Nilai minimal Max : Nilai maximal Mean : Rata-rata SD : Standar deviasi

(27)

bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki hasil skor need for affiliation yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan alat ukur.

Besar mean hipotetik need for affiliation adalah 87 dengan standar deviasi 19.33 sehingga kategorisasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel IV.12.

Tabel IV.12. Norma Kategorisasi Need for Affiliation

Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah Persentase (%)

X < 67.67 Rendah 0 0 %

67.67 ≤ X ≤ 106.33 Sedang 44 90.3 %

X > 106.33 Tinggi 8 9.7 %

Total 52 100%

Berdasarkan Tabel IV.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar ODHA termasuk yaitu sebanyak 90.3 % ODHA untuk need for affiliation di kategori sedang. Sedangkan selebihnya 9.7 % tergolong tinggi dan 0 % tergolong rendah karena tidak ada satupun subjek penelitian yang memiliki tingkat need for affiliation yang rendah.

IV.3 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemuasan need for affiliation dengan self-disclosure pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

need for affiliation dengan self-disclosure padaorang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa hipotesis penelitian diterima.

(28)

orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hasil tersebut menunjukkan menunjukkan bahwa semakin tinggi pemuasan need for affiliation ODHA maka semakin tinggi juga self-disclosurenya, dan semakin rendah need for affiliation maka semakin rendah pula self-disclosure. Hubungan positif antara kedua variabel ini dapat dikatakan sangat kuat karena hampir mendekati angka 1, angka korelasinya yaitu sebesar .979 dengan signifikansi sebesar .000. Hubungan positif antara kedua variabel juga diperkuat dari hasil uji korelasi antara aspek need for affiliation

dengan self-disclosure memiliki nilai yang juga mendekati 1 dan tingkat signifikansi .000.

Orang dengan HIV/AIDS yang memiliki need for affiliation akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Need for affiliation merupakan kebutuhan yang perlu untuk dipenuhi, sehingga untuk memenuhinya dibutuhkan suatu cara atau strategi tertentu. Individu yang cenderung memiliki need for affiliation yang tinggi atau dapat disebut sebagai sociable individual akan memiliki keinginan untuk menciptakan hubungan pertemanan, ingin berada di antara orang lain, dan mendapatkan perhatian dari orang lain (Cheek dan Buss, 1981).

Self-disclosure ODHA pada penelitian ini sebagian besarnya berada di kategori sedang. Terdapat 43 ODHA atau 82.7% ODHA memiliki self-disclosure

(29)

Gender atau jenis kelamin memiliki kontribusi dalam mempengaruhi tingkat self-disclosure yang dimiliki ODHA. Dindia dan Allen (1992) mengatakan bahwa perempuan akan lebih sering melakukan self-disclosure dibandingkan laki-laki. Subjek ODHA pada penelitian ini lebih banyak laki-laki yaitu sebanyak 30 orang dan perempuan 22 orang. Hal ini diperkirakan membuat tidak adanya subjek yang memiliki self-disclosure di rentang kategori tinggi, dan sebagian besarnya di kategori sedang dan rendah. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian yang juga mengatakan bahwa perbedaan gender akan mempengaruhi tingkat self-disclosure, dalam hal ini ODHA perempuan akan lebih mungkin melakukan self-disclosure

dibandingkan dengan ODHA laki-laki (Oladimeji, 2013). Perbedaan jumlah subjek laki-laki dan perempuan yang tidak terlalu besar tidak bisa terlalu menunjukkan bagaimana perbedaan self-disclosurenya, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat bagaimana gender mempengaruhi self-disclosure pada ODHA.

(30)

ODHA enggan melakukan self-disclosure. Hal ini memiliki kemungkinan terjadi pada subjek. Ketika ODHA menganut kebudayaan tertentu, budaya tersebut dapat mempengaruhi bagaimana self-disclosurenya. Bagaimana budaya masyarakat tertentu memandang ODHA dapat dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap virus dan penyakit tersebut. Ketika pendidikan masyarakat di daerah tertentu cenderung menengah ke rendah atau memiliki pengetahuan yang minim mengenai HIV/AIDS, maka akan semakin besar kemungkinan terciptanya stigma negatif terhadap ODHA, sehingga semakin mungkin juga ODHA menjadi enggan melakukan self-diclosure (Galuh & Novani, 2015).

Harahap & Siahaan (1987) dalam hasil penelitiannya menuliskan ciri menonjol yang dimiliki etnis Batak Toba yaitu berani dan cenderung kasar dalam mengungkapkan pemikirannya. Mereka tidak takut akan terjadi konflik dengan seseorang yang mempunyai tingkatan atau kedudukan yang lebih tinggi. Budaya Indonesia yang cenderung melihat ketika seseorang terinfeksi atau menderita HIV/AIDS berarti orang tersebut juga sudah melakukan hal-hal yang negatif serta enis Batak Toba yang berani dan cenderung kasar ketika mengungkapkan pendapat memungkinkan tingkat self-disclosure ODHA yang menjadi subjek penelitian ini sebagian besarnya berada di kategori sedang dan rendah, dan tidak ada di kategori tinggi.

Who you are yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

(31)

menggambarkan bagaimana individu. Pada penelitian ini salah satu aspek kepribadian yang diambil adalah need for affiliation. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa aspek kepribadian need for affiliation memiliki hubungan dengan self-disclosure. Sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu hubungan kedua variabel bersifat positif berarti need for affiliation meningkatkan self-disclosure pada ODHA.

Berdasarkan deskripsi dan kategorisasi penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ODHA memiliki need for affiliation di rentang kategori sedang, dan selanjutnya tinggi. Perbandingannya yaitu 44 ODHA atau 90.1% memiliki need for affiliation di kategori sedang, 8 ODHA atau 9.7% memiliki need for affiliation di kategori tinggi, dan tidak ada yang memiliki need for affiliation yang rendah.

Martaniah (1984), mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan afiliasi adalah kebudayaan. Kebutuhan afiliasi sebagai kebutuhan sosial tidak luput dari pengaruh kebudayaan. Sarwono (1998) mengungkapkan beberapa nilai budaya Indonesia yaitu harmonis dan toleransi. Harmonis dan toleransi berarti menjaga keseimbangan dalam bermasyarakat serta menghindari adanya konflik dengan pihak lain. Budaya Indonesia juga dikenal sebagai budaya yang cenderung kolektif karena masyarakatnya yang terlihat sering bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu (Hofstede, 1994). Bekerja sama dan menghindari konflik menunjukkan ciri-ciri individu yang memiliki need for affiliation. Individu dengan

(32)

dengan tingkat extroversion yang tinggi memiliki ciri-ciri suka bersosialisasi, mudah mengekspresikan pendapat, suka menghabiskan waktu dengan orang lain digambarkan sebagai individu yang memiliki need for affiliation tinggi. (Jemmott, 1987; McClelland, 1979; McClelland & Jemmott, 1980 dalam Pervin, 2008). Hal ini mendukung need for affiliation yang dimiliki oleh ODHA pada penelitan ini yaitu lebih banyak yang berada di kategori sedang, selanjutnya kategori tinggi, dan dan tidak ada yang rendah.

Sihombing (1986) mengatakan bahwa salah satu nilai inti budaya batak adalah kekerabatan. Kekerabatan terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah ataupun pertalian perkawinan. Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu yaitu suatu ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan kekeluargaan pada suku Batak yang terdiri dari tiga unsur yaitu dongan sabutuha (teman semarga), hula-hula (keluarga dari pihak Istri), dan boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki kita). Konsep ini merupakan suatu kesatuan yang tak terpisah (Marbun dan Hutapea, 1987). Nilai inti ini menjadi falsafah hidup masyarakat Batak Toba yang paling tinggi sehingga setiap generasi ditanamkan nilai ini sejak kecil dan harus dipelihara serta dipertahankan. Konsep Dalihan Na Tolu ini menghasilkan hubungan antar marga

(33)

Need for affiliation yang tinggi sering diasosiasikan juga dengan fear of rejection yang tinggi (McClelland 1987). Berdasarkan data penelitian ini dapat dikatakan bahwa need for affiliation yang dimiliki ODHA sebagian besarnya berada di tingkat rata-rata sehingga kemungkinan untuk munculnya rasa takut akan diskriminasi dan penolakan tidak terlalu tinggi.

Hubungan kedua variabel dapat dikatakan sangat kuat. Pemuasan need for affiliation ODHA yang mendominasi kategori sedang diperkirakan membuat self-disclosure pada ODHA juga sebagian besarnya berada di kategori sedang. Terdapat beberapa subjek yang memiliki need for affiliation yang cenderungtinggi. Jika need for affiliation ODHA terlalu tinggi maka bisa menimbulkan rasa takut akan penolakan yang tinggi juga, sehingga ODHA tidak berani melakukan self-disclosure pada orang lain. Hal tersebut terlihat juga dari beberapa ODHA yang memiliki self-disclosure rendah. Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang mengatakan bahwa ODHA yang memiliki ketakutan akan diskriminasi dan penolakan oleh teman, keluarga, pasangan, dan komunitas sehingga membuat ODHA tidak berani mengungkapkan diri terutama mengingat kondisi HIV/AIDSnya yang dapat menimbulkan konsekuensi negatif ketika orang lain mengetahuinya (Van Dyk, 2001).

(34)

Individu yang memiliki tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan memiliki kebutuhan afiliasi (dalam Berg & Derlega, 1987).

Self-disclosure merupakan hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh ODHA. Subjek penelitian ini sudah mengungkapkan kondisi HIV/AIDSnya pada orang-orang tertentu dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang mengetahui kondisinya. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang mengatakan bahwa jika ODHA berhasil melakukan self-disclosure pada significant others yang tepat maka kemungkinan ODHA untuk mendapatkan dukungan sosial akan semakin tinggi (Maman., Rooyen, Groves & Allison., 2014). Ketika mendapatkan dukungan dari orang lain, maka need for affiliation yang dimiliki ODHA juga akan terpenuhi karena pada saat yang sama ODHA juga bisa berinteraksi dengan orang lain. Pada penelitian ini, ODHA tidak terlalu memiliki masalah ketika akan memenuhi need for affiliation yang dimilikinya seperti ingin berada di antara orang lain, mendapat pujian, dan memiliki orang lain di sisinya ketika mengalami masalah atau sedih karena dinilai dapat melakukan self-disclosure. Hal ini dimungkinkan juga karena ODHA sudah mendapatkan pembinaan dari para Komite AIDS HKBP.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian pertama akan dijabarkan hasil penelitian, kemudian pada bagian terakhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang.

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisa data penelitian dapat ditarik kesimpulan yaitu ada hubungan positif antara pemuasan need for affiliation dengan self-disclosure

pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Korelasi antara need for affiliation dan

self-disclosure signifikan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi

need for affiliation maka semakin tinggi juga self-disclosure pada ODHA. Sebaliknya semakin tinggi self-disclosure maka semakin tinggi juga need for affiliation pada ODHA.

(36)

V.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat digunakan pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan need for affiliation dan self-disclosure. Saran yang diajukan dibagi ke dalam dua bagian, sebagai berikut:

V.2.1Saran Metodologis

1. Peneliti selanjutnya hendaknya memperbesar subjek penelitian agar hasil penelitian lebih bisa digeneralisasi

2. Peneliti selanjutnya yang tertarik pada hubungan pemuasan need for affiliation dengan self-disclosure pada ODHA mungkin dapat melakukan penelitian dengan melihat perbedaan pada jenis kelamin dan usia.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyusun alat ukur penelitian yang lebih sesuai dengan konteks penelitian, sehingga alat ukur yang disusun tepat mengukur aspek yang diukur dan aitem benar-benar dapat merepresentasikan keadaan dan perasaan sampel penelitian. 4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan peran

(37)

V.2.2Saran Praktis 1. Bagi ODHA

Bagi ODHA agar memperhatikan dan memenuhi need for affiliation

supaya ODHA juga lebih mampu melakukan self-disclosure. Self-disclosure dapat dilakukan kepada significant others tertentu seperti pasangan (suami/istri), orangtua, keluarga, teman, dan pihak-pihak lainnya. Self-disclosure yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas hubungan yang ada sehingga dukungan yang diberikan kepada ODHA dimungkinkan juga semakin meningkat.

2. Bagi Komite AIDS HKBP

Bagi Komite AIDS HKBP untuk bisa lebih mengetahui bagaimana

need for affiliation dan self-disclosure yang dimiliki ODHA. Selain itu disarankan juga agar lebih mengajarkan bagaimana cara memenuhi

Gambar

Tabel III.1. Rancangan Alat Ukur Self-Disclosure
Tabel III.2. Rancangan Alat Ukur Need for Affiliation
Tabel III.3. Alat Ukur Self-Disclosure Setelah Uji Coba
Tabel III.4. Alat Ukur Need for Affiliation Setelah Uji Coba
+4

Referensi

Dokumen terkait

Temuan penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kesejahteraan subjektif yang tinggi menampilkan rendahnya gangguan mental yang dialami, individu berfungsi lebih

Karya tulis ilmiah berupa Skripsi ini dengan judul “Determinan Self Efficacy pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Palembang” telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini skor MoCA pada subjek lansia hipertensi dengan DM lebih rendah daripada skor MoCA pada subjek

Maka, apabila seseorang berkomunikasi saat chatting , orang yang memiliki self esteem yang tinggi tersebut akan cenderung mampu untuk menunjukkan self disclosure

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara self disclosure dengan kecemasan menghadapi pensiun pada

Hasil penelitian ini menegaskan bahwa self identity status mempunyai pengaruh terhadap self disclosure di media sosial pada santri remaja artinya seorang yang

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan dengan penyesuaian diri, sehingga dukungan sosial yang telah didapatkan oleh ODHA

Hasil Observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki berbagai sikap dan pemikiran tentang kematian, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk memanfaatkan