• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Belanja Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Kota di Propinsi Sumatera Utara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hakekatnya pemberian otonomi dimaksud untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Dengan terbukanya pintu kewenangan sesuai konstitusi maka bagi setiap pemerintah daerah diharapkan mampu menggerakkan sumber daya yang dimiliki dalam menciptakan serta mendorong peningkatan pendapatan diantaranya pendapatan asli daerah yang turut andil dalam membiayai pembangunan daerah.

(2)

indikator yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah tersebut ialah rasio PAD dibandingkan dengan total penerimaan APBD.

Maraknya pembentukan daerah baru hasil pemekaran pasca reformasi menambah ketertarikan dan menjadi magnet tersendiri dalam membahas kemandirian keuangan daerah, karena Indonesia saat ini 1 demikian maka jumlah kabupaten kota di Indonesia berjumlah 514 kabupaten/kota, 224 kabupaten/kota diantaranya merupakan daerah baru hasil pemekaran pasca reformasi, sungguh fantastis (Tabel 1.1).

Tabel 1.1

Kabupaten/Kota di Indonesia

No. Pulau/

Kepulauan Propinsi Kabupaten Kota Total

Daerah yang terbentuk pasca

reformasi 1

Sumatera

Aceh 18 5 23 13

2 Sumatera Utara 25 8 33 16

3 Sumatera Barat 12 7 19 5

4 Riau 10 2 12 7

5 Kepulauan Riau 5 2 7 6

6 Jambi 9 2 11 5

7 Bengkulu 9 1 10 6

8 Sumatera Selatan 13 4 17 10

9 Kepulauan Bangka

Belitung 6 1 7 4

10 Lampung 13 2 15 11

11

Jawa

Banten 4 4 8 4

12 Jawa Barat 18 9 27 7

13 DKI Jakarta 1 5 6 1

14 Jawa Tengah 29 6 35 -

15 Jawa Timur 29 9 38 1

(3)

No. Pulau/

Kepulauan Propinsi Kabupaten Kota Total

Daerah yang 2015, pukul 20.13 WIB (data diolah)

Faktualnya, bagi daerah kabupaten/kota yang baru terbentuk atau baru mengalami pemekaran dari kabupaten/kota induk tentunya dengan keterbatasan sumber daya, ketersediaan sarana prasarana dan infrastruktur daerah akan terasa gamang dalam melakukan pengelolaan dan peningkatan pendapatan asli daerah. Hal ini sudah barang tentu berpotensi menumbuhkembangkan sikap ketergantungan dengan pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunannya. Sementara dilain pihak kondisi ini menciderai semangat otonomisasi yang identik dengan berpijak diatas kaki sendiri.

(4)

Sejatinya daerah akan mampu berotonomi apabila memiliki kemampuan keuangan dalam membiayai penyelenggaraan roda pemerintahan dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat yang mempunyai kuota semakin kecil. Oleh karenanya pendapatan asli daerah harus menjadi bagian terbesar dalam menggerakkan dana penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sehubungan dengan itu maka kemandirian atau kemampuan keuangan daerah otomatis dicerminkan dari adanya peningkatan pendapatan asli daerah yang dijadikan salah satu tolok ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Menjadi fenomena bahwa daerah terlalu bergantung pada dana alokasi umum untuk membiayai belanja daerahnya, tanpa berusaha mengoptimalkan, mengembangkan serta menggali sumber-sumber potensi pendapatan di daerahnya, kemudian oleh pemerintah daerah dana transfer (grant) dari pemerintah pusat dijadikan sebagai dana utama oleh pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh pemerintah daerah dilaporkan dan dimasukkan di perhitungan APBD. Ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulasi atas belanja yang ditimbulkannya berbeda dengan stimulasi yang muncul dari pendapatan daerah (terutama pajak daerah), dan ketika respon belanja daerah lebih besar terhadap transfer dari pada pendapatannya sendiri, maka disebut flypaper Effect (Oates,1999).

(5)

yang selanjutnya direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Sumatera Utara bahkan telah menghasilkan daerah otonom baru, yaitu Kabupaten Mandailing Natal dan Toba Samosir. Setelah itu lahir 14 daerah otonom baru yang lain. Sumatera Utara merupakan Propinsi yang memiliki kabupaten/kota terbanyak di luar Pulau Jawa, yaitu terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) kabupaten/kota. Hanya saja banyaknya jumlah kabupaten/kota yang dimiliki tidak diikuti dengan kemandirian keuangan yang tinggi juga. Realita yang terjadi umumnya pada kabupaten/kota yang baru terbentuk atau baru mengalami pemekaran dari kabupaten induk, bahwa sumber daya keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah yang menjadi sumber pembiayaan bagi daerah cenderung menunjukkan suatu kondisi yang masih jauh dari yang diharapkan, implikasinya adalah kemandirian keuangan yang rendah serta ketergantungan terhadap sumber pembiayaan kepada pemerintah pusat masih tinggi (Lestari, 2015). Kondisi demikian dijelaskan dalam tabel 1.2.

Tabel 1.2

Kabupaten/Kota di Suamtera Utara, Jumlah Belanja Daerah dan Jumlah PAD TA. 2014

No Kabupaten/ Kota

Yuridis formil pembentukan daerah kabupaten/kota

Status daerah Jumlah

Belanja

Undang-Undang No. 12 Tahun

(6)

No Kabupaten/ Kota

Yuridis formil pembentukan daerah kabupaten/kota pukul 21.32 WIB (data diolah)

(7)

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa di era reformasi Tahun 1998 lalu menjadi pijakan diawalinya pemekaran daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa). Oleh karena itu Sumatera Utara dari semula terdiri dari 17 Kabupaten/Kota hingga saat ini menjadi 33 Kabupaten/Kota. Di samping itu menjelaskan bahwa pendapatan asli daerah pada daerah baru terbentuk/pemekaran pada era/pasca reformasi nyata-nyata terbukti perolehan pendapatan asli daerah masih dibawah daerah-daerah induk.

Peranan Pemerintah Propinsi sebagai koordinator bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat begitu penting dalam pelaksanaan pembangunan. Idealnya Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Atau singkatnya penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

(8)

ini tentunya merupakan karya bersama-sama para pemangku kepentingan dalam mewujudkan pembangunan di Sumaterara Utara.

Peranan penduduk juga tak kalah penting dalam kegiatan perekonomian dan pembangunan. Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan “income per capita” suatu negara, yang secara kasar mencerminkan perekonomian negara tersebut.Keberhasilan pembangunan nasional juga ditentukan oleh penduduk melalui jumlah dan kualitas penduduknya. Karena jumlah penduduk yang besar merupakan pasar yang potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sedangkan kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Oleh karena itu usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi sudah barang tentu mengejawantahkan penduduk sebagai tenaga kerja yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Sebagai akibat dari fungsinya ini maka penduduk bukan saja merupakan salah satu faktor produksi, akan tetapi yang lebih penting lagi penduduk merupakan unsur yang menciptakan dan mengembangkan teknologi dan mengorganisasikan penggunaan berbagai faktor produksi. (Sukirno,2003).

(9)

dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Lestari (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penerimaan pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kemandirian keuangan daerah. Seterusnya penelitian yang dilakukan Fitriyanti dan Pratolo (2009) menganalisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi dalam Kurun Waktu Tahun 1999-2007 di Beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan simpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi, akan tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Asli Daerah terhadap Rasio Kemandirian, serta pengaruh signifikan antara Belanja Pembangunan terhadap Rasio Kemandirian.

Akan halnya dengan penelitian Rudiati (2011), dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan keuangan daerah terhadap belanja langsung daerah dan bagaimana mendapatkan jalan keluar serta bagaimana kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah di Kabupaten/kota Propinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Retribusi Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Langsung Daerah. Sedangkan Pajak Daerah dan Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Langsung Daerah.

(10)

kemandirian keuangan daerah namun hasil yang diperoleh masih menunjukkan banyak perbedaan (inkonsistensi) misalnya pada faktor pendapatan asli daerah dan belanja daerah. Oleh sebab itu Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Analisis Pengaruh Belanja Daerahdan Jumlah

Pendudukterhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli

Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang disampaikan di atas maka perumusan masalah penelitian tentang pengaruh Belanja Daerah, dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

1. Apakah belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak langsung), jumlah penduduk dan pendapatan asli daerah secara simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara?

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak langsung), jumlah penduduk dan pendapatan asli daerah secara simultan dan parsial berpengaruh langsung terhadap kemandirian keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis belanja daerah (diproksi dengan belanja langsung dan belanja tidak langsung) dan jumlah penduduk berpengaruh tidak langsung terhadap kemandirian keuangan daerah melalui pendapatan asli daerah sebagai variabel intervening pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh belanja daerah dan jumlah penduduk terhadap kemandirian keuangan daerah melalui pendapatan asli daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.

(12)

3. Bagi praktisi, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah pada kabupaten/kota di Sumatera Utara dan dapat menjadi refrensi dalam perumusan kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita dan Jumlah Penduduk terhadap Kemandirian Keuangan Daerah melalui Penerimaan Pajak Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara” periode 2010-2013, mengilhami peneliti dalam penelitian ini. Lestari dalam penelitiannya menjadikan pajak daerah untuk kabupaten/kota sebagai variabel intervening, dengan variabel dependen adalah kemandirian keuangan daerah dan variabel independen ialah jumlah penduduk dan PDRB per kapita. Pada penelitian tersebut Lestari menggunakan metode analisis regresi berganda, metode analisis regresi berganda model Baron Kenny, serta uji Sobel. Perbedaan penelitian ini terletak pada periode dan kurun waktu dilakukannya penelitian dan variabel penelitian yaitu variabel independen berupa belanja langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk serta Variabel Intervening berupa pendapatan asli daerah.

(13)

Tabel 1.3

Perbandingan Peneliti dengan Peneliti Terdahulu

No Kriteria Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

1. Variabel Independen 2 variabel yaitu : PDRB Per kapita dan Jumlah Penduduk

3 variabel yaitu : Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan Jumlah Penduduk 2. Variabel Dependen Kemandirian Keuangan

Daerah

Kemandirian Keuangan Daerah

3. Variabel Intervening Pajak Daerah Kabupaten/Kota

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota

4. Lokasi Penelitian Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 5. Tahun Pengamatan 2010-2013 2010-2014 6. Metode Penelitian Analisis Regresi

Berganda, Analisis Regresi Berganda Model Baron Kenny, Uji Sobel

Analisis Linier

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang membuat peneliti ingin membuat suatu sistem yang dapat membantu tenaga Instalasi Farmasi pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar untuk

Sebuah berita maupun hasil penelitian yang dipublikasikan melalui media massa cetak memerlu- kan infografis tidak hanya sebagai pemaparan berita, namun juga sebagai daya tarik

akan menggunakan tiga metode dalam pengumpulan data yaitu: observasi,.. wawancara,

Populasi contoh ia- lah keluarga wanita pemetik teh yang memili- ki anak usia dini (0-72 bulan) dengan jumlah 504 keluarga yang dipilih secara acak dalam penelitian

Hal tersebut yang tersindir dalam film I Robot, bahwa ketika munculnya cyberlaw peraturan bahwa robot tidak diperbolehkan membunuh manusia , dan karena terpancing manusia

Perbedaan tersebut dipengaruhi dari pekerja- an memetik teh dengan alokasi waktu antara 6 sampai 8 jam per hari memiliki tingkat ak- tivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan de-

Mobilisasi pangan saat t anggap daru- rat bencana dilakukan oleh Sat uan Tugas Pe- nanggulangan Bencana (Sat gas PB) dengan di- bant u unsur Unit Operasi Penanggulangan Ben-

Perencanaan penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah seperti melakukan observasi awal yaitu menentukan tempat penelitian, masalah yang akan diteliti