72 BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kasus Perceraian WNA di
Indonesia oleh majelis hakim di Indonesia telah memiliki yurisprudensi.
Perbedaan dalam putuskan perceraian WNA merupakan bagian dari
kewenangan dan independensi hakim dalam memeriksa suatu perkara yang
dilihat dari beberapa aspek hukum seperti bukti, registrasi perkawinan,
kedudukan domisili tergugat/penggugat, dan tempat dimana gugatan cerai
diajukan. Dalam Hukum Perdata Internasional Indonesia diberlakukan asas
domisili dan/atau habitual resisdence dan tempat diajukan perkara (choice of law) dalam memutus perceraian WNA yang telah melangsungkan perkawinan
di luar negeri, sehingga asas seperti lex loci celebrationis yang di jadikan acuan
putusan luar negeri, tidak dapat diterapkan di Indonesia karena adanya
perbedaan sistem hukum.
Perceraian WNA yang diajukan di pengadilan Indonesia, diselesaikan
berdasarkan Hukum Perdata Internasional Indonesia, dan Hukum Perkawinan
yang berlaku di Indonesia, karena kedua belah pihak dengan mengajukan
perceraian di Indonesia berati secara suka rela tunduk terhadap hukum yang
berlaku di Indonesia.
73 Majelis hakim sebelum memutuskan menangani suatu perkara perceraian
WNA hendaknya memeriksa hukum negara asal pemohon/termohon, untuk
mencegah para pihak memanfaatkan forum dan hukum Indonesia yang
tergolong mudah untuk memutus cerai, sementara beberapa negara sistem
hukumnya perkawinannya tidak sesuai dengan hukum Indonesia. Menangani
perkara Perceraian WNA di Indonesia haruslah lebih teliti lagi agar
perceraiannya ini tidak terdapat kepincangan hukum, dan dapat diakui juga di
tempat dimana perkawinan mereka dilangsungkan agar putusan perceraian di
Indonesia dapat diakui juga tempat dimana asal penggugat, dan tergugat.
Dalam mempertimbangkan putusan Perceraian WNA di Indonesia, seyogyanya
perlunya kejelasan kedudukan KITAS, apakah KITAS dapat jadi tolak ukur
domisili seseorang di Indonesia berkaitan dengan kewenangan mengadili suatu
perkara khususnya perceraian WNA. Kemudian perlunya kodifikasi HPI
Indonesia, dan segera menetapkan rancangan undang - undang (RUU) HPI
sebagai hukum nasional khususnya bidang hukum perkawinan dan perceraian
karena semakin maraknya perceraian WNA di Indonesia, agar menjadi tolak
ukur Hukum Perdata Internasional di Indonesia serta terjaminnya kepastian