1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali bukan masalah yang baru bagi negara-negara yang masih berkembang. Indonesia, tidak luput dari hal ini, bahkan populasi penduduknya sekarang menduduki peringkat 4 terbesar di seluruh dunia. Akibatnya, masalah lain pun ikut timbul, seperti keterbatasan pangan, kesempatan kerja, kesehatan, dan lainnya. Oleh karena itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, dengan mengajak semua pihak bekerja keras dalam melakukan beberapa upaya untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk dengan metode keluarga berencana atau kontrasepsi (BKKBN, 2011).
Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi yang disengaja baik secara alami, maupun buatan (Gul, 2015). Berdasarkan metodenya, kontrasepsi terbagi dua, yaitu kontrasepsi tradisional dan modern. Data menunjukkan adanya peningkatan prevalensi kontrasepsi di Indonesia dari tahun 2007 ke tahun 2012, baik secara tradisional maupun modern sebanyak 0,5% (UN, 2014).
Salah satu metode kontrasepsi modern adalah kontrasepsi hormonal. Terdapat dua macam kontrasepsi hormonal menurut kandungannya, yaitu Progestin-only
contraceptives (POCs) dan Combination Contraceptives (COCs). Hormon
estrogen dan progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal berperan dalam proliferasi endometrium pada waktu daur haid. Dalam keseimbangan tertentu, menyebabkan ovulasi dan pada penurunan kadarnya mengakibatkan disentegrasi endometrium dan haid.
2
tidak invasif, reversibel, dan memiliki long-acting effect (Veisi & Zangeneh, 2013).
Terdapat dua jenis kontrasepsi hormonal suntik, yaitu Combined Injectable
Contraceptives (CICs) dan Progestin-only injectable contraceptives (PICs). Jenis
PIC diantaranya adalah Depo-Provera, yang mengandung 150 mg
Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA), diberikan setiap 3 bulan sekali.
Sedangkan CICs mengandung kombinasi dari DMPA dan estradiol valerate yang diberikan sebulan sekali.
Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, yakni sebesar 32%, berbeda tipis dengan pil yang presentasenya 31%. Data Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2014 menunjukkan, bahwa Puskesmas Terjun di Kecamatan Medan Marelan memiliki peserta KB aktif suntik terbesar di Medan, yakni 7.551 orang (42,2%).
Kenaikan berat badan sering dianggap sebagai efek samping dari menggunakan kontrasepsi hormonal (Lopez, 2013). Kenaikan berat badan merupakan efek samping yang umum dirasakan kontrasepsi hormonal dan dapat menyebabkan perempuan untuk menghindari atau menghentikan metode kontrasepsi (Gallo, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika, menunjukkan bahwa adanya kenaikan berat badan sebesar 5,1 kg setelah penggunaan DMPA selama lebih dari 36 bulan (Berenson & Rahman, 2009).
Penelitian di Indonesia pun menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan KB suntik 3 (tiga) bulanan sebagian besar (63,1%) mengalami kenaikan berat badan, sebagian kecil (15,8%) berat badan tetap, dan sebagian kecil (21%) mengalami penurunan berat badan (Fatrina, 2011). Studi lainnya menyebutkan proporsi kenaikan berat badan pada akseptor KB DMPA sebesar 93 % (Ambarwati, 2012).
3
disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak (Hartanto, 2010).
Beberapa mekanisme dimana kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan perubahan berat badan telah dihipotesiskan. Secara umum, kenaikan berat badan ini disebabkan oleh peningkatan satu faktor atau lebih dari retensi cairan, masa otot, dan penumpukan lemak. Retensi cairan dapat disebabkan oleh mineralokortikoid yang teraktivasi saat ethinyl estradiol masuk ke
Renin-Angiotensin-Aldosterone System (RAAS).
Berdasarkan masalah dan fakta mengenai akseptor kontrasepsi suntik di Medan, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulanan terhadap perubahan berat badan pada akseptor keluarga berencana di Puskesmas Terjun, Medan Marelan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu apakah terdapat hubungan penggunaan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulanan terhadap perubahan berat badan pada akseptor keluarga berencana di Puskesmas Terjun, Medan Marelan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan penggunaan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulanan terhadap perubahan berat badan pada akseptor keluarga berencana di Puskesmas Terjun, Medan Marelan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran alat kontrasepsi dan karakteristik akseptor KB di Puskesmas Terjun, Kecamatan Medan Marelan.
4
3. Untuk mengetahui hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulanan terhadap perubahan berat badan.
4. Untuk mengetahui efek-efek samping penggunaan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulanan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam:
1. Memberikan informasi untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik 3 (tiga) bulanan dengan perubahan berat badan pada akseptor keluarga berencana.
2. Dapat dijadikan informasi bagi pembaca, khususnya wanita Pasangan Usia Subur (PUS) dalam menentukan kontrasepsi yang akan digunakan.