• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krisis moneter melanda dimana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Krisis moneter melanda dimana"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Krisis moneter melanda dimana-mana, tak terkecuali di Negeri kita tercinta ini. Para ekonom dunia sibuk mencari sebab-sebabnya dan berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan

perekonomian di negaranya masing-masing. Krisis ekonomi telah menimbulkan banyak kerugian, meningkatnya pengangguran, meningkatnya tindak kejahatan dan sebagainya. Sistem ekonomi kapitalis dengan sistem bunganya diduga sebagai penyebab terjadinya krisis. Sistem ekonomi Islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternatif, dan diharapkan mampu menjawab tantangan dunia di masa yang akan datang. Alquran telah memberikan beberapa contoh tegas mengenai masalah-masalah ekonomi yang menekankan bahwa ekonomi adalah salah satu bidang perhatian Islam.

B. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Islam

Dasar-dasar dan pokok-pokok7a~aran Islam adalah penting dan tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pada hakekatnya dasar-dasar ajaran Islam membicarakan kerangka umum dari ajaran Islam. Jika Islam diibaratkan sebuah bangunan, dengan melihat dasar-dasar ajaran Islam orang sudah bisa mengetahui bagaimana bentuk bangunan Islam yang utuh. Adapun yang menjadi dasar-dasar ajaran Islam yaitu: Aqidah, Syariah,

Akhlaq dan Jihad.[1]

Nomor dasar Islam di bidang ekonomi dapat diungkapkan dalam doa sehari-hari:

Artinya:

(2)

Selain dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam, ada juga karakteristik-karakteristik yang membahas tentang ciri-ciri khas ajaran Islam, sehingga Islam menjadi suatu al-din (agama) yang memiliki keistimewaan dan kelebihan serta menjadikannya berbeda dengan Agama-Agama, kepercayaan-kepercayaan dan konsep-konsep hidup. Jika orang-orang Muslim tidak memiliki wawasan tentang ciri-ciri khas umum ajaran Islam, maka tidak kecil kemungkinan orang tersebut bisa terjebak pada persepsi yang keliru terhadap ajaran Islam. Bahkan lebih dari itu, ia bisa terperosok kedalam pelaksanaan ajaran Islam yang ada.[3]

Adapun yang menjadi karakteristik-karakteristik umum dari ajaran Islam adalah:

1. Shafaa'u Al-Aqidah (Kebersihan Aqidah)

Seluruh rangkaian ajaran Islam bertumpu pada landasan yang kuat yaitu Aqidah Al-Islamiah. Aqidah ini diawali dengan suatu keyakinan terhadap adanya Allah sebagai pencipta, pemilik, pemelihara alam semesta ini. Dan kepercayaan bahwa Dia adalah Dzat Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Oleh karena itu, esensi Aqidah Islamiah terangkum dalam kalimat “ ﻪﻪﻟﻟﺇ ﱠﻻﺇ ﷲﷲ

ﻻﻪ ” yang artinya tidak ada tempat mengabdi kecuali Allah.

2. Al-Syumul (menyeluruh)

Islam merupakan ajaran yang menyeluruh baik dari segi masa berlakunya, Umat dan wilayah yang menjadi sasaran jangkauan ajaran Islam maupun muatan yang terkandung di dalamnya. Pengertian menyeluruh dari segi masa berlakunya Islam ialah ajaran Islam berlaku untuk seluruh zaman dan setiap generasi.

(3)

kehidupan manusia. Islam menata dan mengajarkan mulai dari masalah manusia yang paling kecil hingga urusan manusia yang berskala besar. Dari urusan yang bersifat individu, maupun masyarakat serta yang bersifat kenegaraan, dari segi ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ideologi serta pertahanan dan keamanan (jihad).

3. Al-Tawazun

Bila kita perhatikan alam semesta ciptaan Allah SWT dengan segala isinya maka seluruhnya tampak seimbang dan harmonis. Diantaranya, dengan terdapatnya sejumlah ciptaan Allah yang berpasng-pasangan, ada malam dan ada siang, ada gelap dan ada cahaya, ada panas dan ada dingin, ada air dan ada api, begitu pula Allah menciptakan laki-laki dan peremp uan sebagai pasangan. Harmonisnya Islam juga tampak dalam wujud bagaimana Islam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan akal dengan tidak mengabaikan satupun. Demikian juga dalam hal menyeimbangkan kepentingan individu dan masalah umum.

2. Ekonomi

Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, ataupun masyarakat secara keseluruhan akan selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang

menghendaki seorang ataupun suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang baik untuk melakukan kegiatan ekonomi.[4]

Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktivitas produksi dan konsumsi. Ekonomi merupakan aktivitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan

keberadaan manusia dimuka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal.[5]

(4)

penggunaan atau pengaturan sumber daya yang terbatas untuk memperoleh pemenuhan terbesar dan secara maksimum dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Dari tiga defenisi diatas jelaslah bahwa ekonomi konvensional atau sekuler sama sekali tidak mengaitkan studi yang dilakukan dalam kerangka ilmu ekonomi dengan keberadaan Tuhan, termasuk syariah-Nya. Jadi jelaslah ilmu ekonomi konvensional disini identik dengan ekonomi sekuler yang dengan jelas pula ada perbedaan mendasar antara ekonomi jenis ini dengan ekonomi yang berpegang pada syariah Allah SWT.

C. HUBUNGAN ISLAM DENGAN EKONOMI

Ekonomi Islam dibangun atas dasar Agama Islam, karena itu akan merupakan bagian tak terpisahkan dari Agama Islam. Bangunan ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal, yaitu : Tauhid (Keimanan), ‘Adl (Keadilan), Nubuwwah (Kenabian),

Khilafah (Pemerintahan), Ma'ad (Hasil). Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk

membangun teori-teori ekonomi Islam.[7] Untuk memahami hubungan antara Agama Islam dan perilaku ekonomi maka harus dipelajari bidang dan lingkup masing-masing. Islam mendefenisikan Agama bukan hanya berkaitan dengan spiritualitas atau ritualitas, namun Agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan dan peraturan serta tuntunan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia. Islam memandang Agama sebagai suatu jalan hidup yang melekat pada setiap aktivitas kehidupan, baik ketika manusia melakukan hubungan ritual dengan Tuhan maupun ketika manusia berinteraksi dengan sesama manusia atau alam semesta.

Sedangkan ekonomi secara umum didefenisikan sebagai hal yang mempelajari prilaku manusia yang menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu bagian dari Agama. Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka semakin baik, sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran Islam. Ruang lingkup ekonomi meliputi suatu bidang prilaku manusia terkait dengan

konsumsi, produksi, dan distribusí.

Islam sebagai suatu Agama yang disahkan pada ajaran kitab Alquran dan Hadis, memberikan banyak contoh ajaran ekonomi, baik pada masa awal Islam diturunkan bahkan sampai

(5)

timbangan yang tepat. Jangan kamu rugikan hak-hak orang (lain) dan janganlah berbuat jahat dan menimbulkan kerusakan di muka bumi.[8]

D. KEGIATAN EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM

Kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam merupakan tuntunan kehidupan. Islam memposisikan kegiatan ekonomi sebagai salah satu aspek penting untuk mendapatkan kemuliaan (falah), dan karenanya kegiatan ekonomi sebagaimana kegiatan lainnya perlu dituntun dan dikontrol agar berjalan seirama dengan ajaran Islam. Kegiatan ekonomi merupakan bagian dari mu'amalah dan harus didasarkan atas aqidah yang benar, sehingga menghasilkan kegiatan ekonomi yang berakhlaq atau bermoral. Kegiatan ekonomi hanya akan mampu membawa kepada falah selama dilaksanakan berdasarkan aqidah Islam dan diwarnai dengan moral Islam.[9]

Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah, Rasulullah Saw

mengemukakan, "Berusahalah untuk memperoleh kehidupan dengan cara yang halal, merupakan suatu kewajiban sesudah kewajiban salat". Allah juga berfirman. "Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan". (QS. An-Naba' {78}:11)[10]

Berdasarkan ungkapan Alquran dan Hadis tersebut jelas menunjukkan bahwa harta (kekayaan materi) merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslimin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Islam tidak menghendaki umatnya hidup dalam

ketertinggalan dan keterbelakangan ekonomi. Islam juga tidak menghendaki pemeluknya menjadi miskin ekonomi yang melahirkan budaya materialisme. Kegiatan ekonomi dalam Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu.

Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dikemukakan "Demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kemiskinanmu, tetapi lebih mengkhawatirkan akan kemewahan duniawi yang kamu peroleh. Lalu kamu saling berlomba mengadakan persaingan diantara sesama sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang sebelum kamu dan telah diberikan

kemewahan juga. Hal itu akan membinasakan kamu sebagaimana ia telah membinasakan mereka". Allah juga berfirman dalam Alquran: "Siapa yang menghendaki keuntungan

duniawi saja, maka kami berikan keuntungan itu kepadanya, dan dia tidak akan mendapatkan apapun di akhirat kelak".(QS.Al-Syura {42}:20)[11]

(6)

Dalam menjalankan kehidupan ekonomi, Allah SWT telah menetapkan aturan-aturan dan batasan-batasan tertentu terhadap prilaku manusia sehingga menguntungkan satu individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.Berlakunya aturan-aturan ini membentuk lingkungan dimana para individu melakukan kegiatan ekonomi mereka. Oleh karena itu, telah ditetapkan aturan-aturan tertentu yang mengatur dan menentukan bentuk dan intensitas kegiatan-kegiatan manusia dalam memperoleh kekayaan. Hal ini begitu dibatasi sehingga serasi dengan kedamaian dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pada tahap manapun tidak ada kegiatan ekonomi yang bebas dari beban pertimbangan moral.

Dalam kitab suci Alquran dikatakan: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu". (QS. Al-Baqarah {2} : 168)[12] Aturan-aturan itu bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan kekuatan tertinggi (Tuhan), kehidupan, sesama manusia didunia, sesama makhluk dan tujuan akhir manusia.

Beberapa aturan-aturan dalam pandangan ekonomi Islam antara lain: $ Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik Allah SWT

$ Allah telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap prilaku manusia sehingga menguntungkan hak-hak individu-individu lainnya

$ Semua manusia tergantung pada Allah

$ Status Khalifah atau pengemban amanah Allah berlaku umum bagi semua manusia $ Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia

$ Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia

$ Dalam Islam, bekerja dikenal sebagai kebaikan, dan kemalasan dikenal sebagai kejahatan $ Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan

$ Jangan membikin mudharat (kesulitan) dan jangan ada mudharat $ Suatu kebaikan dalam perangkat kecil jelas dirumuskan[13]

(7)

sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus dihindari dalam perekonomian.

Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi lemahnya ekonomi rakyat. Larangan riba dalam Islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan Umat Islam wajib meninggalkannya (QS. Al-Baqarah {2} : 278), akan tetapi Islam menghalalkan mencari keuntungan.

Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan konvensional dapat dilihat dari beberapa sudut, yaitu:

1. Sumber (Epistemology)

Kedudukan sumber yang mutlak yaitu Alquran dan Hadis menjadikan Islam sebagai suatu Agama yang istimewa dibandingkan dengan Agama-Agama lain. Alquran dan Hadis menyuruh kita mempraktekkan ajaran wahyu tersebut dalam semua aspek kehidupan termasuk soal mu'amalah. Perkara-perkara mu'amalah dijelaskan didalam wahyu meliputi suruhan dan larangan. Sumber rujukan untuk manusia dalam semua keadaan termasuk persoalan ekonomi bertujuan untuk mencapai keseimbangan rohani dan jasmani manusia yang berasaskan Tauhid.

Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber atau berlandaskan wahyu. Oleh karena itu, ia lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu atau masa. Karena itu pakar ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai al-falah di dunia dan di akhirat,

sedangkan pakar ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala permasalahan yang timbul tanpa ada pertimbangan mengenai soal ke-Tuhan-an dan keakhiratan, tetapi lebih mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja.

2. Tujuan Kehidupan

(8)

Firman Allah SWT dalam Alquran:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), (QS. An-Nahl {16} : 12), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl {16} : 13)[14]

3. Konsep Harta sebagai Washilah

Didalam Islam, harta bukanlah merupakan tujuan hidup tetapi sekedar washilah atau perantara dalam mewujudkan perintah Allah SWT. Maka dari itu harta bukanlah tujuan utama kehidupan tetapi adalah sebagai jalan bagi tercapainya ketenangan hidup didunia dan

diakhirat. Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang meletakkan keduniaan sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan akhirat sama sekali. Ini sudah tentu berlawanan dengan Islam. Untuk merealisasikan tujuan hidup menurut aliran konvensional ini, mereka membentuk sistem-sistem yang mengikuti selera nafsu mereka guna memuaskan kehendak material mereka semata. Oleh karena itu, sistem konvensional mempunyai tujuan keuntungan tanpa memperdulikan nilai wahyu, dan mengutamakan kepentingan individu atau golongan tertentu serta menindas golongan atau individu yang lemah dan berprinsip siapa kuat dialah yang berkuasa.

G. PENUTUP

Dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam adalah penting dan tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun yang menjadi dasar-dasar ajaran Islam yaitu: Aqidah, Syariah, Akhlaq dan Jihad. Selain dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran Islam, ada juga karakteristik- karakteristik umum ajaran Islam yang membahas tentang ciri-ciri khas ajaran Islam, sehingga Islam menjadi suatu al-din (agama) yang memiliki keistimewaan dan kelebihan serta menjadikannya berbeda dengan Agama-Agama.

(9)

kemuliaan (falah), dan karenanya kegiatan ekonomi sebagaimana kegiatan lainnya perlu dituntun dan dikontrol agar berjalan seirama dengan ajaran Islam. Perbedaan dasar antara ekonomi Islam dan konvensional dapat dilihat dari beberapa sudut, yaitu: Sumber

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Qadri, Azizy A. Membangun Pondasi Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004). Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, (Surabaya: Mega Jaya Abadi,2007). Kamal, Mustafa, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997).

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008). Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2004).

Mannan, M.A. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa,1997).

Nasution, Mustafa Edwin,dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,2007).

P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).

Saleh, H.E. Hassan (Editor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008).

Sukirno, Sadono, Mikro Ekonomi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Gara Grafindo Persada, 2006).

(11)

[1] Mustafa kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997) hal,3-9.

[2] H.E. Hassan Saleh (Editor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), hal.377.

[3] Mustafa kamal, Wawasan Islam dan Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1997) hal,11.

[4] Sadodo Sukirno, Mikro Ekonomi Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Gara Grafindo Persada, 2006), hal.4.

[5] http://www.uin malang.ac.id

[6] A. Qadri Azizy, Membangun Pondasi Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), hal.189.

[7] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal.34.

[8] P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 14.

[9] P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 16.

[10] Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2004), hal.1-2.

[11] Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2004), hal.3.

[12] M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa,1997), hal.22.

[13] Mustafa Edwin Nasution,dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:

Kencana,2007), hal.3-7.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi aset tetap peralatan dan mesin pada Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Palembang

Sebelum ditemukan transplantasi hati sebagai terapi pilihan pada anak dengan penyakit hati stadium akhir, angka kelangsungan hidup jangka panjang pada anak

Perubahan ini mengharuskan pemerintah untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, sehingga dituntut terselenggaranya manajemen pemerintahan

Setelah melewati bagian ini (kuncungan) terdapat 1 pintu. Pintu ini memakai 2 daun pintu dan jumlahnya rangkap. Daun pintu bagian depan bentuknya seperti pintu

Pada karakter kimia diketahui bahwa varietas Kencana dan Lembang (Varietas Balitbangtan Kemtan) memiliki potensi untuk bahan baku olahan karena memiliki kadar abu

Berdasarkan analisis tahap 1, keserasian unsur makanan yang dibawa oleh keli dilihat berdasarkan cara masyarakat Melayu menggagaskan makna yang tidak baik terhadap peribahasa

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya yang telah memberikan segala kekuatan, kemampuan dan kelancaran kepada

 Peserta didik diminta untuk menganalisis data dan informasi atau mencari contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menarik kesimpulan tentang arti penting