Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Read more: TEORI BELAJAR >> Teori Belajar Menurut Para Ahli
TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI
KATA PENGANTAR
Teori belajar selalu bertolak belakang dari suatu pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka berbarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tetang balajar. Justru dapat dikatakan, bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat. Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dizaman mutakhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing – masing yaitu :
2. Psikologi kognitif 3. Psikologi humanistik.
Ketiga aliran psikologi pendidikan itu tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari periode ke periode barikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori – teori tentang belajar. Bertolak dari kenyataan itu, maka berbagai teori belajar yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok teori belajar, masing – masing yaitu : 1. Teori belajar dari Psikologi behavioristik
2. Teori belajar dari Psikologi kognitif 3. Teori belajar dari psikologi humanistic
Masing – masing dari kelompok teori belajar tersebut akan diuraikan secara gari besar pada pembahasan.
BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Dalam menyusun makalah ini penulis memilih judul TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK, KOGNITIF DAN HUMANISTIK. Hal memotivasi penulis dalam menyusun makalah ini untuk mengetahui teori -teori dalam belajar.
B. TUJUAN PENULISAN
C. METODE PENULISAN
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini adalah dengan menggunakan metode pustaka yaitu dengan mengumpulkan data dari buku – buku yang ada.
D. RUMUSAN MASALAH
Penulis akan membahas dan menjelaskan tentang teori – teori dalam belajar : 1. Teori – teori belajar psikologi behavioristik
2. Teori – teori belajar psikologi kognitif 3. Teori belajar dari psikologi humanistik
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Dikemukakan oleh psikolog behaviristik yang sering disebut “contempory behaviorists” atau “S-R psychologists” berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi – reaksi behavioral dengan stimulasinya.
1. Teori Yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi ini mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism” atau “trial-and-error” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi – koneksi antara stimulus dan respon. Ciri – ciri belajarnya antara lain :
a. Ada motif pendorong aktivitas.
c. Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah. d. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan hukum – hukum :
1. “Law of readiness” : Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2. “Law of exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”.
3. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan repon dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu terjadi lebih kuat. bilamana terjadi hubungan dibarengi dengan “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkuarang.
Sementara itu di Rusia Ivan Pavlov (1849 – 1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “clasical conditioning” atau “stimulus substitution” berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing yang diberi stimuli bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson (1878 – 1958) adalah orang AS yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks – refleks dan reaksi – reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan – hubungan stimulus – respon baru melalui “conditioning”.
Operant conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement.
2. Skinner’s Operant Conditioning
Skinner’s juga menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses belajar. Ia berpendapat bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku
Skinner’s membagi dua jenis respons dalam proses belajar, yakni :
1. Respondents : respons yang terjadi karena stimuli khusus misal Pavlov 2. Operants : respons yang terjadi karena situasi random.
Jenis – jenis stimuli :
1. Positive reinforcement : penyajian stimuli yang meningkatkan probabilitas suatu respons.
4. Primary reinforcement : stimuli pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisiologis 5. Secondary or learned reinforcement
6. Modivikasi tingkah laku guru : perlakuan guru terhadap murid – murid berdasarkan minat dan kesenangan mereka.
Ada 4 cara penjadwalan reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana sutau respons diperbuat?
1. “Fixed – ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respons setelah terjadi jumlah tertentu dari respons.
2. “Variable ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata – rata respons.
3. “Fixed – interval schedule” : yang didasarkan atas satuan waktu tetap diantara “reinforcement”
4. “Variable interval schedule” : pemberian reinforcement menurut respons betul yang pertama setelah terjadi kesalahan – kesalahan respons.
B. TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF
Para ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement.
1. Teori belajar cognitive field dari lewin
Kurt Lewin (1892 – 1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitive field Lewin memandang masing – masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu beraksi disebut life space yang mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi.
2. Teori belajar cognitive Develop mental dari Piaget
Piaget memandang bahwa proses belajar berfikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Piaget memakai istilah Scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang yang berhubungan dengan refleks – refleks pembawaan dan Scheme mental.
b. Isi atau content yaitu pola tingkah laku spesifik tat kala individu menghadapi suatu masalah.
c. Fungsi atau function yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak yaitu :
1. Kematangan
2. Pengalaman fisik atau lingkungan 3. Transmisi sosial
4. Equalibrium atau self regultion.
3. Jerome Bruner dengan discovely learning-nya
Yang menjaadi dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari Piaget didalam belajar dikelas. Jerome Bruner memakai cara dengan discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reseption learning atau expository teaching dimana guru menerangkan semua informasi dam murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
The act of discovery dari Bruner
1. Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual. 2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid labih senang mengingat – ingat informasi.
C. TEORI BELAJAR DARI PSIKOLOGI HUMANISTIK 1. Orientai
Perhatian psikologi Humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap – tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud – maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman – pengalaman merekan sendiri dan sesuai perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, P.148)
2. Awal timbulnya psikologi Humanistik
pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini berkembang kemudian dikenal dengan sebagai psikologi Humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilakuseseorang dari sudut si pelaku ( behaver) bukan dari pngamat (observer).
3. Behaviorisme versus humanistik
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli – ahli Behaviorisme dan humanistik mempunyai pandangan yang sangat berbeda yang dikenal sebagi freedomdetermination issue. Para behaviorist memandang bahwa orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responsnya terhadap lingkungannya. Sebaliknya para Humanistik meemandang bahwa tiap orang itu menentukan perilaku merekan sendiri.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Teori – Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Psikolog behaviristik berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi – reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Psikologi ini dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism” atau “trial-and-error”. Ciri – ciri belajarnya antara lain :
a. Ada motif pendorong aktivitas. b. Ada berbagai respon terhadap situasi.
c. Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah. d. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan hukum – hukum : 1. Law of readiness
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Jenis – jenis stimuli :
1. Positive reinforcement 2. Negative reinforcement
3. Hukuman
4. Primary reinforcement
5. Secondary or learned reinforcement 6. Modivikasi tingkah laku guru
Ada 4 cara penjadwalan reinforcement 1. Fixed – ratio schedule.
2. Variable ratio schedule. 3. Fixed – interval schedule 4. Variable interval schedule
2. Teori – Teori Belajar Psikologi Kognitif
Para ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu : Struktur disebut juga Scheme, Isi atau content dan Fungsi atau function .
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak yaitu :
a. Kematangan
b. Pengalaman fisik atau lingkungan c. Transmisi sosial
d. Equalibrium atau self regultion. The act of discovery dari Bruner
1. Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual. 2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid labih senang mengingat – ingat informasi. 3. Teori Belajar Dari Psikologi Humanistik
Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, P.148)
Tokoh – tokoh humanistik 1. Combs
Log In
Sign Up
TEORI-TEORI BELAJAR Psikologi Pendidikan
Uploaded by Rhafi Jumainul
2)
Teori Pembiasaan Klasikal
(Classical Connditioning)
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan berkebangsaan Rusia. Pada dasarnya
classical conditioning merupakan sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadi nya reflek tersebut.
3)
Teori Pembiasaan Prilaku Respons
( Operant Conditioning)
4)
Teori Pendekatan Kognitif
(Cognitive Theory)
Teori ini merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan, termasuk psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin ilmu yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi buatan, matematika, epistimologi, dan psikologi saraf.
5) Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat
(Contiguous Conditioning)
Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus.Artinya,setiap peristiwa belajar hanya mugkin terjadi sekali saja untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Reber,1989:153)
6) Teori Belajar Sosial
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya
conditioning
(pembiasaan merespon) dan
imitation
(peniruan).
“ALIRAN YANG MENDASARI TEORI BELAJAR”
Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimantal tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperiman itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas dari pada binatang. Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997; Gredler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi (a) teori belajar Behavioritik (b) teori belajar kognitif (c) teori belajar humanistic (d) teori belajar psikoanalisis. Keempat aliran belajar tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda, yakni aliran behavioristik
menekankan pada “hasil” dari
pada proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses” belajar. Aliran humanistic menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran Psikoanalisis menekankan pada “kejiwaan”.
Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu persatu. A.
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek
–
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.2[3] Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian Behaviorisme: 1.
(observable behavior
) untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah. 2.
Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu pandangan umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka
, overt behavior
) serta memperkecil arti dari proses-proses mental. 3.
Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan bias dimengerti, bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada studi mengenai perilaku saja.3[4] Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal psokologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
2
[3]
d Sudrajat, “Teori
-teori Belajar”,
http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-belajar. 3
[4]
Kartini Kartono dan Dali Gulo,
Kamus Psikologi
, (Bandung:CV. Pionir Jaya,2000), hlm.45-46.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksi (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga Psokoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).4[5] Teori belajar psilologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran
(reward)
atau penguatan
dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru-guru yang
menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar
belakang penguatan
(reinforcement)
terhadap tinkah laku tersebut. Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar.5[6] Tokoh-tokohnya antara lain E.L.
Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura. Berdasarkan pengalaman penelotian masing-masing, yang berbeda satu sama lain, mereka menciptakan teori belajar yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan dalam prinsipnya, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena (semata-mata) lingkungan. Ciri- ciri aliran Behaviorisme: (1)
Mementingkan pengaruh lingkungan. (2)
Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan. (3)
Mementingkan sebab-sebab masa lampau. (5)
Mementingkan pembentukan kebiasaan. (6)
Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar. (7)
Mengutamakan “trial and error”.
6[7] Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran Behaviorisme antara lain:
4
[5]
Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”,
http://www.psikologi.or.id. 5
[6]
M. Dalyono,
, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2001), Cet.2, hlm. 30. 6
[7]
Mustaqim,
Ilmu JIwa Pendidikan
, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2010), hlm. 56.
1)
Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan gerak-gerik pada badan sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme adalah psikologi tanpa jiwa. 2)
Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama. Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.7[8] B.
Kognitif
mereka,tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
7
[8]
Abu Ahmad dan M. Umar,
Psikologi Umum
, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 1992), hlm. 27-28. 8
[9]
Djaali,
Psikologi Pendidikan
, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 3, hlm. 62.
faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.9[10] Tokoh-tokohnya antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura. Teori belajar mereka
diciptakan berdasarkan percobaan-percobaan masing-masing yamng tidak sama, tetapi dasar belajar mereka sama, yaitu bahwa dalam belajar terdapat kemampuan mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia. Cirri-ciri aliran Kognitif adalah: (1)
Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia (2)
Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian (3)
Meningkatkan peranan kognitif (4)
Meningkatkan kondisi waktu sekarang (5)
Meningkatkan pembentukan struktur kognitif (6)
Mengutamakan “insight” (pengertian).
10[11] C.
Humanisme
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat
manusiawi.11[12] Menurut kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi Humanistik antara lain:
9
[10]
Wasty Soemanto,
op.cit
., hlm. 127-128. 10
[11]
Mustaqim,
op.cit.
[12]
Kartini Kartono dan Dali Gulo,
op.cit
., hlm. 207.
Job Board
About
Press
Blog
Stories
Terms
Privacy
Copyright
We're Hiring!
Help Center