• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Filsafat Pendidikan Aliran Peren

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Filsafat Pendidikan Aliran Peren"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Filsafat Pendidikan

Aliran Perenialisme Dalam Filsafat Pendidikan

ALIRAN PERENIALISME

DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu Dr. Yosaphat Haris Nusarastriya, M.Si dan Dr. Pamerdi Giriwiloso, MA

disusun oleh :

1. Monica Ganeip Pertiwi ( 942014004 )

2. Edna Maria ( 942014014 )

3. Nehtry. E. M. Merukh ( 942014070 )

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA ( UKSW )

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

limpahan kasih

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Alira Pere ialis e Dala Filsafat Pe didika ”,

sehingga makalah ini tersusun

dengan baik.

Apa yang telah tersaji ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Dr. Yosaphat Haris Nusarastriya, M.Si dan Bapak Dr. Pamerdi

Giriwiloso, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu

Pendidikan, yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan

makalah ini;

2.

Para Dosen UKSW Salatiga yang telah membekali berbagai pengetahuan

sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini;

3.

Staf Perpustakaan UKSW Salatiga yang telah membantu penulis dalam

memperoleh buku

buku referensi yang diperlukan dalam penulisan

makalah ini;

4.

Pihak

pihak lain yang membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu

per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, bahkan masih banyak kekurangan dan kesalahan dari segi bahasa

atau isinya. Untuk itu, penulis berharap agar pembaca berkenan memberikan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya.

Semoga yang tersaji dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun bagi pembaca. Amin.

Salatiga, 3 Juni 2014

Penulis,

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dari mitologi yang berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati dirinya yang asli sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang menurut penciptanya sama sekali bukan mitos, melainkan cara berpikir empiris, logis, dan realistis. Perkembangan filsafat mulai Yunani Kuno hingga zaman modern dan pasca-modernisme mengantarkan kita pada zaman kegemilangan pengetahuan bagi kehidupan manusia di dunia. Perkembangan tersebut sesungguhnya merupakan bagian dari terbentuknya filsafat pendidikan. Latar belakang setiap perkembangan mengisyaratkan bahwa pendidikan sangat penting untuk kehidupan umat manusia (Salahudin, Filsafat Pendidikan, 2011).

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil – hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan dan nilai (Sadulloh, 2012).

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besa , yaitu filsafat pe didika p og esif , da filsafat p ag atis e da i Joh Dewey, dan romatik naturalism dari Rooesseau. Yang kedua, didasari oleh filsafat idealism, realisme humanism (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat – filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.

Melalui makalah ini, kami akan membahas mengenai Aliran Perenialisme dalam Filsafat Pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Pembahasan makalah ini merumuskan masalah sebagai berikut :

(4)

2

2. Apa pengaruhnya dalam dunia pendidikan (pandangan aliran perenialisme mengenai pendidikan, belajar, mengajar, kebijakan di dunia pendidikan yang relevan) ?

(5)

3 BAB II

ISI

A. Pandangan Aliran Perenialisme

Perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan kesimpangsiuran.

Perenialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan Zaman Kuno dan Abad Pertengahan. Yang dimaksud dengan ini adalah kepercayaan – kepercayaan aksiomatis mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari zaman – zaman tersebut. Motif perenialisme dengan mengambil jalan regresif adalah berpendapat bahwa nilai – nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan kebudayaan abad ke dua puluh.

Perenialisme merupakan filsafat yang susunan dirinya merupakan kesatuan. Maka dari itu premis – premis yang disusun merupakan hasil pikiran yang memberi kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Oleh karenanya tidak sejalan dengan prinsip – prinsip yang evolusionistis dan naturalistis.

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke duapuluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio kultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut.

(6)

4

Pandangan – pandangan yang telah menjadi dasar budaya manusia tersebut, telah teruji kemampuan dan kekukuhannya oleh sejarah.

Pandangan para tokoh mengenai perenialisme yaitu: 1. Plato

Plato (427-347SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidakpastian, yaitu filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral merupakan sofisme adalah , manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian dalam kebenaran, tergantung pada masing-masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak ada pada diri manusia dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Me u ut plato, du ia idea , ersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan. Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral, melainkan bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Dengan mengunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh manusia.

2. Aritoteles

Aritoteles (348-322SM), adalah murid plato, namun dalam pemikiranya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya. Yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafat realisme (realism klasik). Cara berfikir Arithoteles berbeda dengan gurunya , Plato, yang menekankan rasional spekulatif. Arithoteles mengambil cara berfikir rasional empiris realitas. Ia mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas , yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.

(7)

5

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai makhluk rohani manusia sadar akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna.

3. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mencoba mempertemukan satu pertentangan yang muncul pada waktu itu, yaitu antara ajaran kristen dengan filsafat (sebetulnya dengan filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran logis adalah neoplationalisme dan plotinus yang dikembangkan oleh St. Agustinus. Menurut Aquinas , tidak dapat pertentanganantara filsafat (khususnya filsafat Aristoteles) dengan ajaran agama (kristen). Keduanya dapat berjalan dalam jalannya masing-masing. Thomas aquina secara terus menerus dan tanpa ragu-ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aritoteles.

Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu yang ada , adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-ny. Mengalir dari tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti hal ya e a si . Tho as A ui as menekankan dua hal dalam pemikiran tentang relitantanya, yaitu: 1) dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar , dan 2) penciptaan tidak terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).

Dalam masalah pengetahuan, Yhomas Aquina mengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan dunia luar dan akal budi, menjadi pengetahuan, selain pengetahuan manusia yang bersumber dari wahyu , manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan melaui pengalaman dan rasionya, (disini ia mengemukakan pandangan filsafat idealisme,realisme, dan ajaran gerejanya). Filsafat aquinas disebut tomisme. Kadang-kadang orang tidak membedakan antara neotonisme dengan perenialisme.

B. Pengaruh Aliran Perenialisme dalam Dunia Pendidikan

(8)

6

dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.

Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip – prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno) dan kebudayaan abad pertengahan (Sadulloh, 2012).

Tujuan dari pendidikan, menurut pemikiran perennialis, adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip – prinsip atau gagasan – gagasan besar yang tidak berubah.

Tuntutan tertinggi dalam belajar, menurut perenialisme adalah latihan dan disiplin mental. Maka teori dan praktek pendidikan haruslah mengarah kepada tuntutan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang memiliki sifat rasional dan sifat itulah yang melahirkan konsep dasar tentang kebebasan. Manusia memiliki senjata yang bersifat rasional tersebut untuk dapat menghilangkan belenggu atau rintangan yang dihadapi dan menjadi merdeka. Kemerdekaan itu haruslah menjadi tujuan dan dilaksanakan dalam pendidikan, supaya anak didik mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan sengaja. Atas dasar pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada hakekatnya adalah belajar untuk berpikir.

(9)

7

hukum gerakan atau tiga hukum termodinamika bukannya membangun suatu model penerbangan ulang alik angkasa luar.

Kebijakan di dunia pendidikan yang relevan menyangkut beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu :

a. Pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada adalah sama walaupun lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan. Hutckin mengemukakan bahwa pendidikan harus sama bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun ia berada, demikian juga tujuan pendidikan harus sama yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.

b. Manusia harus menggunakan rasio untuk mengarahkan sifat bawaannya sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas namun mereka harus belajar untuk memperhalus pikiran dan mengontrol seleranya.

c. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Anak harus diberi pelajaran yang pasti yang akan memperkenalkannya dengan keabadian dunia. Anak tidak boleh dipaksa untuk mempelajari pelajaran yang tampaknya penting suatu saat saja. d. Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup melainkan merupakan

suatu persiapan untuk hidup. Di sekolah anak berkenalan dengan hasil yang terbaik dari warisan sosial budaya.

e. Siswa seharusnya mempelajari karya – karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosial, politik dan ekonomi.

C. Potret Guru Menurut Aliran Perenialisme

Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru hendaknya adalah orang yang ahli bertugas untuk membimbing diskusi yang memudahkan siswa menyimpulkan kebenaran – kebenaran yang tepat. Guru dipandang sebagai orang yang mempunyai otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan.

(10)

8

orang yang banyak menuntut. Selama pertengahan 1970 – an, ia memiliki waktu yang sulit untuk berhubungan dengan siswa yang secara agresif menuntut diajar pelajaran – pelaja a ya g eleva . “e agai seo a g lulusa u ive sitas top di Timur Amerika dimana ia menerima suatu pendidikan klasik dan liberal, Nyonya Berstein menolak untuk memperlonggar penekanan pada karya – karya besar kesusastraan di kelasnya yang ia rasa perlu diketahui oleh para siswanya, seperti Beowulf, Chaucher, Dickens, dan Shakespeare.

(11)

9 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pe e ialis e e asal da i kata pe e ial ya g dia tika a adi atau kekal da

dapat berarti tiada akhir. Esensi aliran perenialisme adalah berpegang pada nilai – nilai atau norma – norma yang bersifat abadi.

Berikut beberapa pandangan perenialisme mengenai :

- Kenyataan : Bahwa apa yang dibutuhkan manusia terutama ialah realita yang bersifat universal, ada di mana saja dan sama di setiap waktu.

- Nilai : Persoalan nilai adalah persoalan spiritual sebab hakikat manusia adalah pandai jiwanya.

- Pengetahuan : Perlu adanya ajaran – ajaran yang logis, nalar, sehingga sulit untuk diubah atau ditolak kebenarannya.

- Belajar : mental disiplin sebagai teori dasar, belajar untuk berfikir, belajar sebagai persiapan hidup.

Prinsip – prinsip perenialisme adalah sebagai berikut : walaupun lingkungan berbeda pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada adalah sama, rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi, tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi, Pendidikan bukan merupakan peniruan hidup melainkan suatu persiapan untuk hidup, siswa seharusnya mempelajari karya – karya besar.

Kelebihan dari pandangan perenialisme yaitu :

- Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan dan pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

(12)

10 Kelemahan pandangan aliran perenialisme :

- Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

- Perenialisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan-perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.

- Dalam proses belajar mengajar, guru menjadi dominan sehingga seakan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk turut aktif.

B. Saran

- Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara pengetahuan dan kegiatan sehari-hari siswa yaitu dengan menyeimbangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru di kelas tidak hanya menekankan pada satu aspek saja.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan, 1984.

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan dapatan kajian menunjukkan bahawa terdapat hubungan yang signifikan antara 'burnout' dengan tahap kepuasan kerja dalam kalangan guru-guru sekolah rendah di daerah

Berdasarkan karakteristik parkir, akan dapat diketahui kondisi perparkiran yang terjadi pada daerah studi seperti mencakup volume parkir, akumulasi parkir, lama

N/A Bahan baku yang diterima oleh perusahaan selama periode September 2019 s.d September 2020 tidak berasal dari jenis dan produk kayu yang dibatasi

Melalui penugasan, siswa dapat membaca teks pendek yang berkaitan dengan lingkungan sehat dengan lafal dan intonasi yang tepat.. Melalui penugasan, siswa dapat melakukan

Feeder yang terpisah diharapkan dapat memberikan pelayanan ke panel dan grup control board melayani peralatan bantu pada kamar mesin dan perlengkapan pendingin yang

1) Ibu Sarwati Rahayu, ST., MMSI sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar dan telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa, serta memberikan

Produktivitas tanaman kubis saat ini masih banyak kendala, diantaranya adalah terdapat penyakit tular tanah yaitu penyakit akar gada yang disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae

Adanya suatu barrier yang memisahkan fauna (tikus) di sebelah utara daerah Palu dengan fauna dari daerah di sebelah selatan di masa lalu, maka berdasarkan analisis topografi,