• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Bentonit Alam Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit Polipropilena Untuk Bahan Teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Bentonit Alam Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposit Polipropilena Untuk Bahan Teknik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. BENTONIT

Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit

dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral

lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan

komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan

sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon Prancis yang dipublikasikan pada

tahun (1853 – 1856).

Bentonit adalah istilah perdagangan untuk sejenis lampung yang banyak

mengadung mineral montmorillonit (sekitar 85%) yaitu mineral hasil dari

pelapukan, pengaruh hidrotermal atau akibat transpormasi/ devitrifikasi. Lampung

merupakan komponen salah satu komponen tanah yang tersusun atas senyawa

alumina slikat dengan ukuran partikel yang lebih kecil dari 2nm, struktur dasar

merupakan filoslikat atau lapisan slikat yang terdiri dari lembaran tetrahedral

silisiun- oksigan dan lembaran oktahedral aluminium - oksigen hidroksida

(Lestari, 2002).

Bentonit alam merupakan alumina slikat terhidrasi dengan unsur utama

yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah dari senyawa yang dikandungnya.

Bentonit berarti Tanah liat yang mengadung senyawa hidrat alumiino slikat

dengan unsur – unsur utama alkali tanah dan mempunyai sifat penukaran ion serta

kemampuan absopsi yang tinggi. Sehingga mineral bentonit terdiri dari beberapa

jenis mineral, berstuktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh

molekul air.

Bentonit mempunyai potensi untuk di kembangkan pemanfaatnya menjadi

bahan unggulan yang bernilai komunitas tinggi, baik dalam bidang industri

(Farmasi, Kosmetik, Katalis, cat) agrobisnis maupun lingkungan selain dari

penggunaannya di bidang pertanian, perternakan, perikanan, proses pencernihan

(2)

7

Gambar 2.1. Bentonit Alam Kec.Pahae Kab.Taput

Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat dalam

bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan :

a. Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang

rendah.

b. Fuller’s earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat daya

serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas.

Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Na-bentonit

Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila

dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam

keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar

matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8.

2. Ca-bentonit

Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air,

tetapi secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik.

Suspensi koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu,

biru, kuning, merah, coklat. Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat,

pengisi, lumpur bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi koloidal setelah

bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan

penyerap. Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat

dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga

terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan menjadi peningkatan sifat

reologi dari suspensi mineral tersebut. Perbedaan Na-Bentonit dan Ca-Bentonit

(3)

Tabel.2.1. Perbedaan sifat Na-Bentonit dan Ca-Bentonit

No Sifat fisik Na-Bentonit Ca-Bentonit

1 Daya mengembang Sangat baik Tidak baik

2 Kekuatan dalam keadaan basa Sedang Tinggi

3 Perkembangan daya ikat Sedang Cepat

4 Kekuatan tekan Tinggi Sedang

5 daya tekan terhadap penyusutan Tinggi Rendah

6 Daya mengalirkan pasir Sedang Sangat baik

7 Warna dalam keadaan kering Putih atau Crem Abu-abu,

biru,kuning,merah

atau coklat

8 Perbandingan Na dan Ca Tinggi Rendah

9 pH supensi koloidal 8,5 – 9,8 4 -7

2.2. KOMPOSISI BENTONIT ALAM

Bentonit merupakan suatu kelompok mineral yang di hasilkan dari proses

hidrotermal pada batuan baku basa, mineral ini biasanya dijumpai mengisi

celah-celah ataupun rekatan dari batuan tersebut, selain itu bentonit juga merupakan

(4)

9

Adapun Komposis bentonit alam pahae adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Komposisi Bentonit Alam Pahae

Komposis Kimia - CaO, MgO, Al2O3, Fe2O3, Sio2, K2O,

TiO

- SiO2 = 60,18%

- Al2O3 = 14,25 %

Sifat fisik - Warna hijau kebiru-biruan, putih, dan coklat

- Kekerasan 1-2

- Endapan Berlapis

Kegunaan - Bahan banggunan dan ornament

- Semen pozlan, dan bahan agregat ringgan

- Bahan pengembang dan pengisih pasta gigi

- Bahan pencernih air

- Campuran makanan ternak

Keterdapatan Kecamatan Pahae, tapanuli utara

Cadangan +/- 6000.000 Ton

Sumber: (Distampropus, 2004)

2.2.1. Struktur Bentonit

Bentonit mengandung mineral montmorillonite atau dikenal dengan

mineral phyllosilicate 2:1 artinya silikat yang berbentuk lembaran yang

strukturnya terdiri dari lapisan oktahedral yang disusun oleh Al(O,OH).

Sedangkan kedua sisi lapisan oktahedral ini diapit oleh 2 (dua) lapisan tetrahedral

yang disusun oleh Si(O,OH). Dengan adanya substitusi unsur dengan bilangan

oksidasi lebih rendah, seperti; Si4 digantikan dengan Al3 (dalam lapisan

tetrahedral) atau Al3 digantikan dengan Mg2 atau Fe2 (dalamlapisan

oktahedral) maka strukturnya bermuatan negatif secara permanen. Untuk

mengimbangi muatan negatif ini, bahan ini mengikat kation-kation lain seperti

kation monovalensi (Na ,K ,H ) dan kation divalensi(Ca2 dan Mg2 ).

Kation-kation ini terikat secara longgar dan dapat dipertukarkan dengan

(5)

jenis dan kuantitas dari kation-kation pengimbang ini, faktor lain seperti bentuk

kisi kristal dapat juga mempengaruhi meskipun nilainya rendah.

Dengan rumus kimia bentonit adalah (Mg, Ca) xAl2O

3. ySiO2. n H2O dengan nilai n sekitar 8, x,y adalah nilai perbandingan antara Al2O3. dan SiO2, dan ( Mg, Ca ) adalah M,. Fragmen sisa bentonit umumnya terdiri dari campuran

kristoballit, feldspar, kalsit, gipsum, kaolinit, plagioklas.

Setiap struktur kristal bentonit mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan

oktahedral dari alumunium dan oksigen yang terletak antara dua lapisan

tetrahedral dari silikon dan oksigen. Penyusun terbesar bentonit adalah silikat

dengan oksida utama SiO2 (silika) dan Al2O3 (aluminat) yang terikat pada molekul air. Penggabungan pada satu lapisan tetrahedral silika dengan satu

lapisan oktahedral alumina membentuk dua lapisan silika-alumina.

Gambar 2.2 Struktur Bentonit

Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing lapisan struktur

montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit lapisan.

Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena adanya

pergantian atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif

pada permukaan bentonit.

Bagian inilah yang disebut sisi aktif (active site) dari bentonit dimana

bagian ini dapat menyerap kation dari senyawa-senyawa organik atau dari ion-ion

(6)

11 2.2.2. Sifat Fisik Bentonit

Sifat fisik bentonit yang sangat penting adalah sebagai Kapasitas Tukar

Ion (KTK), daya luas permukaan, Reologi sifat mengikat dan melapas serta

palstisitas.

a) Kapasitas Tukar Ion

Sifat ini menentukan jumlah kadar air yang terserap dalam bentonit dalam

keseimbangan reaksi kimia, ini terjadi karena struktur kisi-kisi kristal mineral

monmollonit serta adanya unsur (ion atau kation) yang mudah terbuka dan

menarik air, kation atau ion Na mempunyai daya seraf air yang lebih baik dari

ion lainya seperti: Mg,Ca, K dan H dengan demikian maka bentonit yang

dimasukkan dalam air akan menggembang dan akan membentuk larutan

koloid, bila air tersebut di keluarkan dari larutan koloid tersebut maka akan

terbentuk suatu massa, liat, keras dan tidak tembus air serta bersifat lembut

atau tahan terhadap reaksi kimia, sifat ini di terapkan dalam pemboran dan

tehnik sipil.

b) Luas permukaan

Yang dimaksud dengan luas permukaan adalah jumlah kristal atau

butir-burir bentonit dinyatakan dalam m/gram, sifat ini sangat penting karena

semakin besar jumlah luas permukaan, makin banyak zat kimia yang dapat

terbawa ( melekat ) atau makin sempurna pori-pori yang dapat tersisa sifat ini

dimanfaatkan dalam industri kimia misalnya sebagai katalis, serta digunakan

sebagai bahan pengisi dan pengembang di dalam industri kertas, cat dan lain

sebagainya.

c) Daya serap

Sifat ini di sebabkan oleh ketidak seimbangan muatan listrik dalam ion

serta adanya pertukaran ion, dalam mineral lempung daya seraf terjadi pada ujung

dan permukaan kristal serta ruang diantara kation butir lempung, bentonit

mempunyai sifat mengadsorbsi karena ukuran partikel koloidnya sangat kecil

mempunyai kapasitas pertukaran ion yang sangat tinggi. Daya serap bentonit ini

dapat dibangkitkan dengan penambahan larutan atau dengan istilah yang sering

(7)

dalam dua keadaan yaitu dalam keadaan basa (suspensi) dan keadaan kering

(bubuk) Limparnar, (2005).

2.2.3. Sifat Fisik dan Kimia Bentonit

Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel

butiran yang halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti

tekstur pecah kaca (concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna

kuning muda hingga abu-abu, bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning

merah atau coklat, bila diraba terasa licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan

menghisap air.

a. Sifat- sifat kimianya berupa

Bentonit mineral yang memiliki gugus aluminoslikat unsur-unsur kimia

yang terkandung di dalam bentonit diperlihatkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.3. Komposisi kimia

Senyawa Na- Bentonit (% ) Ca-Bentonit (% )

SiO2 61,3-61,4 62,12

Al2O3 19,8 17,33

Fe2O3 3,9 5,30

CaO 0,6 3,68

MgO 1,3 3,30

Na2O 2,2 0,50

K2O 0,4 0,55

(8)

13 b. Sifat-sifat Fisika

Tabel 2.4. Karakterisasi Bentonit

Karakterisasi Nilai

Massa jenis 2,2 – 2,8 gram/ L

Massa molekul relatif 549,07 gram/ L

Indeks bias 1,547 – 1,557

Titik leleh 1330 – 1430 C

2.3 ORGANO-BENTONIT

Organa clay (lempung yang dimodifikasi dengan senyawa) pertama kali

dikenakan oleh Wolfe pada tahun 1980-an. Penelitian tentang interaksi amonia

alifatik dengan monmolloronit untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi

monmorollonit terhadap polutan- polutan organik, salah satunya jenis organoclay

yang saat ini di amati yaitu organo-bentonit.

Material bentonit memiliki bermuatan negatif pada struktur kerangkanya

akibat isomorik pada lapisa oktahedral dan tetrahedral, subsitusi ini di imbangi

dengan pertukaran kation seperti: Na ,K ,Ca dan Mg Organo-bentonit

diperoleh dengan cara pertukaran kation anorganik (seperti Na ,Ca2 dan H )

pada darah interlayer dan outlayer mineral bentonit dengan kation organic dengan

senyawa organic dilakukan untuk meningkatkan kinerja, terutama keperluan

adsorpsi senyawa organic dalam air minum.

Adsorpsi adalah proses fisika atau kimia dimana senyawa berakumulasi di

permukaan (interface) antar dua fase. Interface merupakan suatu lapisan yang

homogen antara dua permukaan yang saling berkontak. Substansi yang diserap

disebut adsorbat sedangkan material yang berfungsi sebagai penyerap disebut

adsorben.

1. Molekul-molekul adsorben berpindah dari fase terbesar larutan

kepermukaan (interface), yaitu lapisan film yang melapisi permukaan

adsorben atau eksernal

2. Molekul adsorben dipindahkan dari permukaan luar dari adsorben

(9)

3. Molekul – molekul adsorbat dipindahkan dari permukaan luar adsorben

menyebar menuju pori-pori adsorben, fase ini disebut dengan difusi pori

4. Molekul adsorbat menempel permukaan pori-pori adsorben, umumnya

adsorpsi ion dari larutan kepermukaan adsorben merupakan adsorpsi fisik

dimana gaya yang bekerja antara logam berat dari permukaan karbon aktif

adalah gaya Van der Wall dimana tidak terjadi reaksi- reaksi secara kimia

ataupun peningkatan secara ionik logam dengan adsorben.

Ada dua metode adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.

Perbedaan dasar antara adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia adalah sifat dari

gaya-gaya yang menyebabkan ikatan adsorpsi tersebut

1. Adsorpsi Fisika

Ikatan Van der Walls, Reversible, karena proses penyerapan dapat lepas

kembali ke dalam pelarut, Kalor adsorpsi kecil yaitu 5-10 kkal/mol,

Kecepatan pembentukan ikatan cukup tinggi, Regenerasi dapat dilakukan,

Terjadi pada suhu rendah, makin tinggi suhu tingkat penyerapan semakin

kecil.

2. Adsorpsi kimia

Irreversibel, karena proses penyerapannya tidak dapat dilepas kembali ke

dalam larutan, kalor atau adsorpsi besar yaitu 10-100 kkg/mol, kecepatan

pembentukan ikatan bisa lambat, cepat tergantung besar energi aktivitas.

Regenerasi tidak dapat dilakukan, terjadi pada suhu tinggi makin tinggi

suhu tingkat penyerapan semakin besar.

2.4. SIFAT-SIFAT POLIPROPILENA.

Polipropilena adalah satu polimer hidrokarbon linier atau tidak jenuh. PP

dan PE memilki banyak persamaan dalam sifat- sifat nya, terutama sekali dalam

penggelembungan, sifat elektrik dan sifat-sifat kelarutanya. Kendati banyak

persamaan antara PP dan PE kehadiran dari satu kelompok metil dihubungkan ke

atom karbon sebagai alternatif terhadap rantai backbone yang bisa mengubah

sifat dari polimer dalam beberapa cara (Brydson, 1989). PP adalah semikristal di

(10)

15

metil signifikan, hal ini bisa mendorong ke arah produk. Berbeda tacticity, mulai

dari seluruhnya struktur isotactic dan syndiotactic pada molekul atactic. Isotactic

membentuk paling umum karena kelompok metil semua ditempatkan terhadap

satu sisi dari molekul. Polimer isotactic adalah kaku, titik-lebur adalah 165ºC,

pada polimer isotactic semakin besar crystallinity maka semakin besar

pengurangan titik, kekakuan, kekuatan-tarik, modulus dan kekerasan, semua fitur

struktur lain tetap sama. Di syndiotactic yang dibentuk, mengubah sisi rantai

utama, sementara rantai atactic tidak mempunyai penempatan konsisten yang

apapun kelompok metil. Monomer-monomer yang menyusun rantai polipropilena

adalah polipropilena yang diperoleh dari pemurnian minyak bumi. polipropilena,

merupakan senyawa vinil yang memiliki struktur : CH2 = CH – CH3

Gambar 2.3. Struktur Kimia Polipropilena

Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan

katalisasi koordinasi. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai

linear yang terbentuk -A-A-A-A- dengan A merupakan propilena. Struktur tiga

dimensi dari propilena dapat terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda berdasarkan

posisi relatif dari gugus metil satu sama lain di dalam rantai polimernya. Pada

prinsipnya ketiga struktur polipropilena tersebut berbeda satu dengan yang lain

secara kimiawi, Gambar 2.4 memperlihatkan struktur dari PP bagan isotactic,

syndiotactic dan atactic PP, berturut-turut. Ketiga struktur tersebut disebut

polipropilena isotaktis, ataktis dan sindiotaktis. Versi struktur yang umum

(11)

Gambar 2.4 Rantai polipropilena, a) atactic, b) isotactic, b) Syndiotactic

a.Polipropilena Isotaktis.

Beberapa rantai polipropilena isotaktis terlihat seperti gambar berikut:

Gambar 2.5. Rantai polipropilena Isotaktis.

Pada struktur ini, gugus CH3 tertata dengan tatanan yang sangat beraturan

sehingga memungkinkan rantai-rantai untuk saling berdekatan satu sama lain

sehingga memaksimalkan jumlah ikatan Van der Waals diantara rantai-rantai

tersebut. Ini berarti bahwa polipropilena isotaktis cukup kuat baik sebagai benda

padat maupun jika dibuat dalam bentuk serat. Struktur ini merupakan bentuk

polipropilena yang paling umum, yang biasa digunakan untuk membuat wadah

dan , membuat alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, komponen mobil,

pembungkus tekstil, botol, permadani, tali plastik, serta bahan pembuat karung.

Pada umumnya kode polipropilena terdapat huruf-huruf PP di dekat simbol

daur-ulang pada produk-produk tersebut seperti diperlihatkanpada gambar 2.6.

.

(12)

17 2.5. Bahan Pengisi (Filler)

Bahan Pengisi adalah suatu aditif padat yang ditambahkan ke dalam

matrik polimer untuk meningkatkan sifat-sifat bahan , pengisi fungsional

menghasilkan peningkatan spesifik dalam sifat mekanik dan sifat fisis. Perlakuan

dari bahan pengisi memungkin menjadi pendukung beberapa mekanisme beberapa

pengisi membentuk ikatan kimia dengan matrik sebagai penguat; sebagai contoh,

karbon hitam menghasilkan ikatan silang didalam elastomers dengan memakai

reaksi radikal (Ketan, 2002).

Beberapa penelitian telah menunjukan bahan pengisi mempunyai peranan

penting dalam memodifikasi sifat-sifat dari berbagai bahan polimer sebagai

contoh, dengan cara menambahkan pengisi akan meningkatkan sifat mekanik,

elektrik, termal, optik dan sifat-sifat pemprosesan dari polimer, sementara dapat

juga mengurangi biaya produksi . Peningkatan sifat –sifat tergantung pada banyak

faktor-faktor termasuk aspek rasio dari bahan pengisi, derajat disprsi dan orientasi

dalam matriks, dan adhesi pada interface matriks - bahan pengisi Makadia,

(2000).

Partikel-partikel inorganik untuk bahan pengisi polimer telah digunakan

secara luas oleh karena pada umumnya lebih murah dalam pembiayaan. Bahan

pengisi yang sering digunakan adalah fiber glas, mika, talk, SiO2 dan CaCO3

biasanya membentuk mikro komposit dengan peningkatan sifat-sifat , Makadia,

(2000).

Berbagai jenis pengisi digunakan dalam polimer alam dan polimer sintetik

adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat fisik bahan. Penambahan

pengisi bertujuan mengurangkan biaya, mewarnai, menguatkan atau

mengukuhkan bahan polimer. Secara umumnya, upayaan penguatan sesuatu

pengisi dipengaruhi oleh tiga ciri yang utama yaitu ukuran partikel dan luas

permukaan, bentuk dan struktur permukaan serta aktivitas dan sifat-sifat kimia

permukaan. Pengisi penguat pada umumnya mempunyai ukuran partikel yang

kecil, permukaan yang aktif secara kimia, permukaan yang memiliki pori dan

(13)

Peningkatan sifat fisik bahan polimer dikaitkan dengan ukuran partikel

pengisi. Contohnya, tegangan dan modulus polimer berpengisi bergantung kepada

ukuran partikel. Ukuran partikel pengisi yang kecil meningkatkan darajat

penguatan polimer berbanding dengan ukuran partikel yang besar (Leblanc,

2002). Ukuran partikel mempunyai hubungan secara langsung dengan luas

permukaan persatuan massa bahan pengisi. Oleh itu, ukuran partikel yang kecil

menyediakan luas permukaan yang besar bagi interaksi di antara polimer matrik

dan bahan pengisi, seterusnya meningkatkan penguatan bahan polimer. secara

umum , semakin kecil ukuran partikel semakin tinggi interaksi antara bahan

pengisi dan matrik polimer.

Kohls & Beaucage (2002) melaporkan jumlah luas permukaan dapat

ditingkatkan dengan adanya permukaan yang berpori pada permukaan pengisi.

Dimungkinkan bahwa polimer dapat menembus masuk ke dalam permukaan yang

berpori ketika proses pencampuran. Selain dari luas permukaan, kehomogenan

sebaran partikel dalam matriks polimer juga penting bagi menentukan kekuatan

interaksi di antara pengisi dan matriks polimer.

Partikel yang terserak secara homogen meningkatkan interaksi melalui

penerapan polimer di atas permukaan bahan pengisi. Sebaliknya, partikel yang

tidak tersebar secara homogen memungkin menghasilkan aglomerat atau

penggumpalan di dalam matriks polimer. Wujud aglomerat atau penggumpalan

akan megurangi luas permukaan seterusnya melemahkan interaksi di antara

pengisi dan matriks dan mengakibatkan penurunan sifat fisik bahan polimer.

2.6. PURIFIKASI DAN MODIFIKASI 2.6.1. Purifikasi

Purifikasi merupakan teknik atau cara menghilangkan pengotoran yang

terkandung unsur-unsur bentonit, purifikasi seperti kadar besi dan mngurangi

(14)

19

Ada dua cara Purifikasi untuk aktivitas bentonit antara lain:

1. Secara pemanasan

Pada proses ini Bentonit dipanaskan pada temperatur 500-650ºC untuk

memperluas butiran bentonit

2. Secara kontak Asam

Tujuan dari aktifitas kontak asam untuk pertukaran kation Ca bentonit menjadi

ion H dan melepaskan ion Al, Fe dan Mg dan pengotoran- pengotoran lain nya

pada kisi-kisi struktur sehingga secara fisik bentonit tersebut menjadi aktif,

untuk keperluan tersebu asam sulfat dan asam klorida adalah zat kimia yang

umum digunakan selam prosesan bleaching tersebut, Al, Fe dan Mg larut

dalam larutan kemudian terjadi penyerapan asam kedalam struktur bentonit

sehingga rangkain sturktur bentonit mempunyai yang lebih luas (Supeno,M,

2007).

2.6.2. Modifikasi

Modifikasi merupakan mengubah bentonit Ca menjadi Na dengan cara

pertukaran ion, Secara teknis Ca-bentonit dapat diubah menjadi Na-bentonit

dengan menggunakan larutan NaCl atau HCl dengan tiga cara, yaitu: pengubahan

secara langsung, pengubahan melalui pembentukan NH4-bentonit dan

pengubahan melalui pembentukan H-bentonit.

Dengan menambahkan surfaktan dengan metoda kation exchange, dimana

kation logam seperti Na , Ca2 dan Mg2 dalam struktur monmorilonit digantikan dengan kation ammomium dari surfaktan. Salah satu parameter penting

dalam melihat keberhasilan pertukaran ion ini adalah dengan melihat perubahan

KTK (Kapasitas Tukar Kation), sebelum dan sesudah modifikasi.

Kapasitas tukar kation dipengaruhi oleh substitusi isomorfik dalam

struktur oktahedral dan tetrahedral pada lapisan monmorilonit, ikatan hidrogen

antara H dan O dan ukuran partikel bentonit.

KTK dapat ditentukan dengan cara penjenuhan bentonit dengan ion

amonium, seperti amonium acetat. Jumlah ion amonium yang masuk ke dalam

(15)

dalam air (swelling) untuk meningkatkan d-spacing sehingga mempermudah

pertukaran kation. Ammonium kwartener memiliki muatan positif pada ion

nitrogen yang berfungsi sebagai atom pusat yang berikatan dengan empat radikal

organik. Pertukaran kation bertujuan untuk mengubah bentonit yang bersifat

hidrofilik (menarik air) menjadi bersifat hidrofobik (menolak air), sehingga dapat

dicampur dengan material yang bersifat hidrofobik juga seperti polimer. Selain

konsentrasi dan waktu swelling surfaktan, sifat bawaan surfaktan dapat

mempengaruhi kwalitas organoclay yang dihasilkan.

2.7 Polipropilena Grafted Maleated Anhidride (PP- g-MA)

Okulasi (pencangokan) PP dengan maleic anhidrid dapat dibuat secara

langsung dengan menggunakan berbagai teknik mencakup termal, larutan dan

tekanan Gambar 2.7, memperlihatkan struktur dari PP- g -MA . interfacial adhesi

antara bahan pengisi dan matriks polimer oleh dua jenis interaksi.

Gambar 2.7 Struktur zat penyerasi dari PP-g-MA.

Kelompok Maleic anhidrid bereaksi dengan kehadiran golongan

fungsional terhadap permukaan dari pengisi untuk mengurangi tekanan interfacial

dan meningkatkan adhesi oleh kreasi satu interaksi kutub yang spesifik ikatan

hidrogen atau gaya Van der Waals, yang tergantung pada jenis bahan pengisi,

berbagai fungsionalitas permukaan tersedia untuk asam atau anhidrid untuk saling

berhubungan. Jenis kedua dari interaksi terdiri dari co-crystallization, berat

molekular dengan rantai molekular dari matriks polimer memberi rintangan fisik.

Oleh karena itu, kompatibilizer harus kompatibel dengan fase tunggal (secara

umum tanpa kutub) dan harus menciptakan interaksi spesifik dengan yang lain.

Pada Gambar 2.8. Menggambarkan mekanisme dari tindakan PP-g-MA sebagai

(16)

21

Gambar 2.8 Mekanisme kerja fungsionalisasi dari polar PP-g-MA

Struktur kimia dari grafted PP memainkan satu peranan penting dalam

kinerja sebagai sebuah agen kopling. Pencangkokan Polipropilena dengan banyak

kelompok anhidrid terpasang diperlukan dalam berbagai lokasi untuk mengikat

permukaan matrik dengan bahan pengisi (Bukit Nurdin, 2011). Oleh karena itu,

pencangkokan terjadi pada berbagai lokasi sepanjang molekul Polipropilena . Di

sisi lainnya, kelompok homo polymerized anhidrid dapat mengurangi jumlah

lokasi reaktif yang tersedia untuk bereaksi dengan bahan pengisi, sedemikian rupa

sehingga derajat okulasi dan struktur kimia dari PP-g-MA memainkan peranan

penting dalam kinerjanya sebagai sebuah kompatibilizer. Sampai saat ini,

PP-g-MA digunakan secara luas sebagai sebuah zat penyerasi (agent compatibilizing)

untuk menghasilkan PP nano komposit. Banyak penelitian telah dilakukan secara

ekstensif terhadap pengaruh PP-g-MA terhadap sifat-sifat PP nano komposit

termasuk konsentrasi PP-g-MA, berat molekular dan maleic anhidrid tingkat

pencangkokan (Lim Jian Wei, 2006),

Menurut Ragunathan Santiagoo, Ismail and Kamarudin Hussin, (2010)

penambahan PP-g-MA dapat meningkatkan kekuatan tarik, dan morfologi serta

kompatibel antara matrik dan bahan pengisi pada campuran Polipropilena dengan

Gambar

Gambar 2.1. Bentonit Alam Kec.Pahae Kab.Taput
Tabel 2.2. Komposisi Bentonit Alam Pahae
Gambar 2.2 Struktur Bentonit
Tabel 2.3. Komposisi kimia
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bentonit alam dalam penelitian ini diambil dari tiga daerah di Aceh, yaitu dari Desa Teupin Reusep, Kabupaten Aceh Utara, dari Desa Pantanlah Kabupaten Bener Meriah, dan dari Desa

Bentonit alam dalam penelitian ini diambil dari tiga daerah di Aceh, yaitu dari Desa Teupin Reusep, Kabupaten Aceh Utara, dari Desa Pantanlah Kabupaten Bener Meriah, dan dari Desa

Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan didapatkan informasi mengenai karakterisasi montmorillonit dari bentonit alam dari ketiga daerah di Aceh sehingga dapat

Dalam penelitian tersebut diperoleh suatu hasil dimana struktur morfologi dari karet alam yang dicampur dengan polimetil metakrilat dengan berat molekul (Mc) 142 dan 500 g/mol

Kemampuan bentonit untuk menyerap air sebagian disebabkan oleh ukuran kristal yang kecil dan memiliki muatan permukaan yang menarik molekul polar yang membuat bentonit

Ukuran partikel semakin kecil cenderung menaikkan nilai tegangan putus, semakin kecil ukuran partikel yang digunakan menghasilkan produk dapat meningkatkan kualitas

Ukuran partikel semakin kecil cenderung menaikkan nilai tegangan putus, semakin kecil ukuran partikel yang digunakan menghasilkan produk dapat meningkatkan kualitas

Struktur lapisan perkerasan jalan terdiri dari empat lapisan, yaitu:  Lapisan Tanah Dasar Subgrade : Lapisan permukaan tanah dasar asli yang dipadatkan guna meletakkan lapisan lainnya