• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH : SITI FATIMAH NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH : SITI FATIMAH NIM."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)

DI PERUM PERHUTANI UNIT I

KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) BANYUMAS TIMUR

BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN ( BKPH ) KEBASEN

RESORT KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (RKPH) MANDIRANCAN

JAWA TENGAH

OLEH : SITI FATIMAH NIM. 090 500 161

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2012

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani Unit I Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Resort Kesatuan Pemangkuan Hutan (RKPH) Mandirancan Jawa Tengah

Nama : Siti Fatimah NIM : 090500161

Program Studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing,

Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 1988 1 003

Penguji I,

Dwinita Aquastini, S. Hut, MP NIP. 19700214 199703 2 002

Penguji II,

Ir. Rita Yuliani

NIP. 19630708 199203 2 002

Menyetujui/Mengesahkan, Ketua Program Studi Manajemen Hutan

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 1988 1 003 Lulus ujian pada tanggal : ……….

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah maka Penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP, selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Manajemen Hutan

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

3. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

4. Bapak Azis, S.hut, selaku Asper/KBKPH Kebasen KPH Banyumas Timur 5. Bapak Mulyono, selaku Ketua Resort Pemangkuan Hutan (KRPH)

Mandirancan Banyumas Timur

6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Pertanian negeri Samarinda yang telah banyak membantu untuk perbaikan laporan PKL ini

7. Rekan-rekan yang tergabung dalam tim PKL 2012 di Perum Perhutani BKPH Kebasen Banyumas Timur.

Karena tanpa bantuan dari Bapak-Bapak serta semua pihak, tidak mungkin kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) terlaksanakan dengan baik.

(4)

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna seperti apa yang diharapkan, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis mengharap semoga laporan PKL ini dapat memberikan manfaat yang besar khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud dan Tujuan... 4

C. Hasil Yang Diharapkan ... 4

II. KEADAAN UMUM LOKASI A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 5

B. Manajemen Perusahaan ... 7

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan ... 12

III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) A. Pembuatan Tanda Batas Petak... 13

B. Pembersihan Lapangan Sadapan ... 15

C. Pembuatan Areal/Blok Sadapan ... 16

D. Sensus dan Penomoran Pohon... 18

E. Pembersihan Kulit Pohon ... 20

F. Pembuatan Quare Awal... 22

G. Persemaian ……… .... 24

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 27

B. Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan PKL di RPH Mandirancan BKPH Kebasen KPH

Banyumas Timur ... 9

2. Pembuatan Tanda Batas Petak ………... 15

3. Pembersihan Lapangan Sadapan ……… 16

4. Pembuatan Areal/Blok Sadapan ……….. 18

5. Sensus dan Penomoran ……… 20

6. Pembersihan Kulit Pohon ……….. 21

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Contoh Pembuatan Bagan Rencana Quare ... 23

Nomor Lampiran Halaman 1. KPH Banyumas Timur RPH Mandirancan ... 28

2. Tanaman Pinus merkusii ... 28

3. Pembuatan Tanda Batas Petak... 29

4. Pembersihan Lapangan Sadap ... 29

5. Penomoran dan Sensus ... 30

6. Pembuatan Mal Sadap ... 30

7. Pembuatan Quare ……… .. 31

8. Di Persemaian... 32

9. Memindahkan bibit ke dalam Polibag... 32

10. Peta KPH Banyumas Timur ... . 33

(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya hutan merupakan upaya untuk meningkatkan nilai guna hutan sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Salah satu kegiatan pemanfaatan hasil hutan guna kepentingan manusia yaitu penyadapan getah pinus.

Gondorukem merupakan produk hasil penyulingan dari getah pinus yang biasa disebut gum rosin, pine rosin, colo phony atau kucing gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua sedangkan hasil sampingan dari proses produksi gondorukem yaitu terpenting yang berupa cairan berwarna jernih. Seiring dengan perkembangan jaman, pemanfaatan gondorukem semakin banyak dan berkembang seperti sebagai bahan baku vernis, bahan sizing pada sabun, bahan penggosok, tinta, cat dan industri permen karet. Begitu juga dengan penggunaan minyak terpentin yang digunakan sebagai bahan pengencer cat dan vernis, bahan pelarut lilin, bahan pembuatan kamper sintesis

Dengan makin pesatnya perkembangan dan makin meningkatnya kebutuhan manusia, maka prospek gondorukem dan terpenting untuk industri sangat cerah, sehingga peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri gondorukem dan terpentin harus tetap lestari. Produksi gondorukem untuk keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.

Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap

(9)

tidak sepenuhnya bekerja pada penyadapan dalam arti menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan, sehingga akan mempengaruhi tingkat produksi getah pinus. Hal tersebut akan mengakibatkan potensi getah pinus tidak tergarap dengan maksimal.

Akan tetapi, pada saat ini pihak Perhutani memberikan kebijakan kepada penyadap dengan memberi areal sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan penyadap yaitu berkisar antara dua sampai lima hektar.

1. Daerah Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus

Di Indonesia secara alami hanya terdapat satu jenis pinus yaitu Pinus merkusii di Sumatera bagian utara (sekitar Aceh dan Tapanuli). Selain di Indonesia Pinus merkusii juga dijumpai di Vietnam, kamboja, Thailand, Burma, India dan Philipina. Secara geografis tersebar antara 20 LS-220 dan 95030’ BB-120031.

Pinus merkusii tidak meminta syarat tumbuh yang tinggi terhadap tempat tumbuh, namun pertumbuhannya dipengaruhi berbagai faktor seperti tanah, iklim, dan altitude. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, pinus membutuhkan : 1. Ketinggian tempat tumbuh 200-2000 mdpl.

2. Temperatur udara berkisar 180-300 C. 3. Reaksi tanah (pH) berkisar antara 4,5-5,5.

4. Bulan basah (5-6 bulan) yang diselingi dengan bulan kering yang pendek (3-4 bulan).

Penyebaran Pinus spp meliputi daerah Eurasia dan Amerika. Menurut data yang tersedia tahun 1967 suku Pinus memiliki lebih kurang 107 jenis yang tersebar secara alami di berbagai tempat tumbuh yang berbeda-beda di benua Eropa, Afrika dan Asia. Di Asia terdapat lebih kurang 28 jenis, diantaranya 3-7

(10)

jenis terdapat di Asia Tenggara antara lain Pinus merkus ii, Pinus kaysia, Pinus insularis.

2. Getah Pinus

Getah yang dihasilkan pohon Pinus merkusii digolongkan sebagai oleoresin yang merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila saluran resin pada kayu atau kulit pohon jenis jarum tersayat atau pecah. Penamaan oleoresin ini dipakai untuk membedakan getah pinus dari getah alamiah (natural resin) yang muncul kulit atau terdapat dalam rongga-rongga jaringan kayu sebagai genus dari anggota famili Dipterocarpaceae, Leguminoceae, dan Caesalpiniaceae.

Getah yang berasal dari pohon Pinus berwarna kuning pekat dan lengket, yang terdiri dari campuran bahan kimia yang kompleks. Unsur-unsur terpenting yang menyusun getah pinus adalah asam terpen dan asam abietic. Campuran bahan tersebut larut dalam alcohol, bensin, ether, dan sejumlah pelarut organic lainnya, tetapi tidak larut dalam air. Selain itu dari hasil penyulingan getah Pinus merkusii rata-rata dihasilkan 64% gondorukem, 22,5% terpentin, dan 12,5% kotoran.

Saluran getah resin bukan merupakan bagian dari kayu, tetapi berupa rongga yang dikelilingi oleh sel-sel parenkimatis atau sel epitel. Seluruh lapisan yang mengelilingi saluran resin disebut epitellium.

(11)

B. Maksud dan tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan Praktek kerja Lapang (PKL) adalah : 1. Untuk memperoleh wawasan pemikiran serta meningkatkan pengetahuan

mahasiswa agar memahami segala kegiatan secara langsung di lapangan. 2. Dapat memberikan gambaran terhadap mahasiswa mangenai teknis penyadapan

getah Pinus di areal Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Kebasen. 3. Sebagai bekal untuk belajar dan bekerja.

C. Hasil yang diharapkan

Dengan adanya pengalaman kerja lapangan (PKL) yang dilaksanakan di areal Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Kebasen diharapkan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mampu mengetahui teknis penyadapan getah pinus serta manfaatnya, dan menjadi tenaga-tenaga yang terampil dibidang kehutanan baik secara fisik, intelektual, sosial maupun manajerial yang kelak akan mampu melestarikan dan memberikan sumbangan yang berarti bagi bidang kehutanan.

(12)

II. KEADAAN UMUM LOKASI

A. Keadaan Umum Perusahaan 1. Propil KPH Banyumas Timur

Perum Perhutani KPH Banyumas Timur adalah Suatu Badan Usaha kehutanan milik negara yg berada di bawah naungan Unit I Semarang dan berkantor pusat di Jakarta d/a Gedung Manggala Wanabhakti blok VII lantai 8 - 11 Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.

KPH Banyumas Timur terletak berada di pusat kota Purwokerto, Jawa Tengah tepatnya di Jln.Jend.Gatot Soebroto No. 92 Purwokerto 53116. No Telp. 0281-635217 ; Email : perhutani_byt@yahoo.co.id

2. Luas dan pembagian wilayah

Luas wilayah kerja KPH Banyumas Timur : 46.451,96 ha dan berada dalam 4 (empat) wilayah administratif yaitu : Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap.

Perum Perhutani KPH Banyumas Timur mempunyai luas wilayah hutan 46.451,96 ha yang terdiri dari 2 (dua) kelas Perusahaan yaitu Kelas Perusahaan Pinus 28.897,46 ha dan Kelas Perusahaan Damar 17.552,80 ha. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Produksi 26.168,76 ha, Hutan Lindung 20.281,50 ha dan Alur 320,91 ha.

Dengan batas - batas kawasan sebagai berikut : Sebelah Utara : Gunung Slamet

Sebelah Timur : KPH Kedu Pekalongan Timur dan KPH Kedu Utara Sebelah Selatan : Samudera Hindia

(13)

3. Letak geografis

Secara geografis atau berdasarkan garis lintang wilayah hutan KPH Banyumas Timur terletak pada 107°58"dan 108°48" Bujur Timur dan 70°12" dan 70°39” Lintang Selatan. Menurut ketinggian berada antara 25 m sampai dengan 3.428 m dpl dan puncak tertingginya adalah Gunung Slamet, dengan curah hujan rata-rata tahunan dari 25 stasiun pengukuran = 3.321 mm. sedang suhu udara berkisar antara 18° s/d 33° celcius.

Demikian juga strata pertumbuhan yang ada digunung-gunung dengan kondisi topografi gelombang, curam sampai terjal sehingga terdapat areal hutan yang ditunjuk sebagai Hutan Lindung.

Wilayah hutan KPH Banyumas Timur terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Dibeberapa tempat disekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering, sehingga pelaksanaan pekerjaan dilapangan tidak banyak menyimpang dari rencana yang telah dipersiapkan.

Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), kriteria bulan basah, bulan lembab dan bulan kering adalah sebagai berikut :

a. Bulan basah, dengan curah hujan : > 100 mm/bulan b. Bulan lembab, dengan curah hujan : 60 - 100 mm/bln. c. Bulan kering, dengan curah hujan : < 60 mm/bln.

(14)

B. Manajemen Perusahaan

Berdasarkan Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) jangka 2010 sampai dengan 2019 hutan diwilayah KPH Banyumas Timur seluas 46.450.29 terbagi menjadi 4 (lima) wilayah Bagian Hutan (BH) dengan pembagian wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan Resort Polisi Hutan (RPH) serta total alur yaitu :

1. BKPH Jatilawang dengan luas Wilayah : 3.604,70 ha a. RPH Jatilawang : 879,60 ha

b. RPH Kaliputih : 862,10 ha c. RPH Jambusari : 975,80 ha d. RPH Pengadegan : 887,20 ha

2. BKPH Kebasen dengan luas wilayah : 2.840,60 ha a. RPH Kalirajut : 847,20 ha

b. RPH Mandirancan : 647,80 ha c. RPH Sidamulih : 891,30 ha d. RPH Kebasen : 454,30 ha

3. BKPH Gn.Sl.Barat dengan luas wilayah : 14.691,90 ha a. RPH Baturraden : 4.813,80 ha

b. RPH Lebaksiu : 4.805,50 ha c. RPH Karanggandul : 5.072,60 ha

4. BKPH Gn.Sl.Timur dengan luas wilayah : 13.477,20 ha a. RPH Serang : 2.735,60 ha

b. RPH Karangreja : 2.399,10 ha c. RPH Picung : 3.596,30 ha d. RPH Tunjungmuli : 4.746,20 ha

(15)

5. BKPH Karangkobar dengan luas wilayah : 11.514,95 ha a. RPH Kalibening : 3.087,73 ha b. RPH Batur : 1.113,74 ha c. RPH Siweru : 1.847,60 ha d. RPH Wanayasa : 2.574,28 ha e. RPH Pandanarum : 2.891,60 ha 6. Alur (total keseluruhan KPH) : 320,91 ha

1. Visi dan misi Perum Perhutani a. Visi

Menjadi pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

b. Misi

1) Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lannya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.

2) Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal serta mem berdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan.

3) Mendukung dan turut berperan-serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara

(16)

aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasonal.

2. Tinjauan umum tentang Pengelolaan hasil hutan non kayu

Secara garis besar hasil hutan dibagi menjadi 2 bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu terdiri dari produk nabati dan hewan. Untuk hasil hutan non kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif (misalnya Damar, Terpentin, Kopal, Gondorukem dan sebagainya).

Berikut ini akan diuraikan secara ringkas beberapa jenis hasil hutan non kayu nabati, yang termasuk dalam kelompok bahan ekstraktif.

a. Damar

Merupakan getah yang dihasilkan oleh pohon yang termasuk famili Dipterocarpaceae. Dalam perdagangan dikenal jenis-jenis damar yaitu Damar Mata Kucing, Damar Merah dan Damar Hitam. Pemungutan masih dilakukan secara sederhana dan tradisional yaitu dengan penyadapan kulit batang, getahnya dibiarkan selama sampai 3 bulan.

Kegunaan damar untuk yaitu sebagai bahan baku korek api, plastik, plester, vernis, lak dan sebagainya. Larutannya dalam chloroform dapat dipakai untuk mengawetkan binatang dan tumbuhan.

b. Gondorukem

Nama lain : pine rosin, rosin, colophony, siongka dan sebagainya. Merupakan getah yang diambil/disadap dari pohon Pinus dari suku Pinaceae. Getah tersebut diproses dengan jalan penyulingan air yang kadang-kadang disertai vakum. Bagi yang merupakan residu dari penyulingan itu disebut

(17)

gondorukem yang berwarna ambar-bening, sedang fraksi destilatnya adalah terpentin.

Berdasarkan warnanya, getah gondorukem diklafikasikan menjadi beberapa kelas yaitu B, C, D, E, F, G, H, I, K, M, N, dan W-G. Kegunaan kelas B, C, D (Warna gelap) digunakan untuk industri minyak rosin dan vernis gelap. Kelas E, F, G digunakan sebagai bahan penolong dalam industri kertas. Kelas G dan K digunakan induk industri sabun. Kelas W-G dan W-W (Warna pucat) digunakan untuk bahan vernis warna pucat, scaling wax, bahan peledak, pelapis alat-alat yang dipegang tangan, bahan penggosoksenar, bahan solar, bahan cat, tinta cetak, semen, kertas, politur kayu, plastik, kembang api dan sebagainya.

c. Kemenyan

Nama lain : benzoin, benzoe, benzoin gum, labah jawi. Merupakan getah sebagai hasil penyadap pohon Styrax benzoin Dryan atau Styraxtonkinensis Craib yang termasuk famili Styracaceae. Getahnya berwarna putih abu-abu. Kemenyan merupakan bahan baku asem benzoat dan asam sinamat.

Kegunaan : Sebagai obat yaitu perangsang ekseptoransia dan obat luka juga sebagai bahan inclures dalam industri vernis dan kosmetik.

d. Jernang

Nama lain : dragon’s blood, jernang mandai, getah badak, getah warak dan sebagainya. Berupa getah yang dihasilkan dari pohon Daemonorops draco BI, termasuk famili Palmae. Getahnya berwarna merah.

Kegunaan : Bahan pewarna keramik, marmer alat-alat batu, kayu kertas, cat dan sebagainya. Dalam farmasi digunakan serbuk untuk gigi, ekstrak tanin dan sebagainya.

(18)

e. Terpentin

Nama lain : oil of turpentine, spirit of turpentine. Merupakan destilat penyulingan getah atau kayu Pinus. Di Indonesia dihasilkan dari getah Pinus merkusii Jungh et de Vries.Penyulingan dari getah dilakukan secara langsung dengan uap atau dengan air, kadang-kadang disertai vakum. Terpentin dihasilkan sebagai destilat dan merupakan hasil samping dalam pengolahan gondorukem.

Kegunaan : Sebagai pelarut minyak organik dan resin. Dalam industri digunakan sebagai bahan semir sepatu. Logam dan kayu, juga sebagai bahan kamper sintetis.

f. Kopal

Nama lain : resin kopal, gum copel, anime (solf copel), cavarie, pepeda, damar minyak, damar sewa, bua loba, melengket masihu, damar penggal dan sebagainya. Merupakan hasil sekresi berbagai pohon antara lain : Agathis alba, A. dammara, A. latifolia, A. Robusta, A. macrophylla, A. australia, A. selebica, A. boornensis yang semua termasuk dalam famili Pinaceae.

Kegunaan : digunakan sebagai bahan cat, vernis spiritus, lak merah, email, vernis bakar, plastik, bahan pelapis tekstil, tinta cetak, perekat, cairan pengeringan dan sebagainya.

(19)

C . Lokasi dan Waktu Kegiatan 1. Lokasi : Banyumas Timur

BKPH Kebasen RPH Mandirancan

2. Waktu : 45 hari yaitu dari 10 Maret sampai dengan 25 April 2012 untuk lebih jelas lihat di tabel berikut ini.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan PKL di RPH Mandirancan BKPH Kebasen KPH Banyumas Timur

No Uraian Kegiatan Tanggal

Pelaksanaan Lokasi

1. Berangkat Ke Purwokerto 10-11 Maret 2012

Samarinda - Puwokerto 2. Pengarahan dari Administrator 12 Maret

2012

Kantor KPH Banyumas Timur

3. Berangkat Ke Asper/RPH 12 Maret 2012

Kantor BKPH Kebasen 4. Penentuan Tanda Batas Petak 13-21 Maret

2012

Petak 48 A Mandirancan 5. Pembersihan Lapangan Sadapan 22-26 Maret

2012

Petak 48 A Mandirancan 6. Pembuatan areal/blok sadapan 27-4 April

2012

Petak 48 A Mandirancan 7. Sensus dan Penomoran Pohon

Pinus

05-12 April 2012

Petak 48 A Mandirancan 8. Pembersihan Kulit Pohon 13-18 April

2012

Petak 48 A Mandirancan 9. Pembuatan Quare Awal 19-23 April

2012

Petak 48 A Mandirancan 10. Persemaian Pemeliharaan Bibit 24-25 April

2012

(20)

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

A. Pembuatan Tanda Batas Petak 1. Tujuan

Tujuan Pembuatan Tanda Batas Petak adalah untuk mengetahui dan membatasi areal yang akan dilakukan sadapan sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK)

2. Dasar teori

Pembuatan batas petak adalah kegiatan pembagian batas petak yang akan disadap.

3. Alat dan bahan a. Alat

1. Kuas untuk mengecat

2. Parang untuk mengupas dan mengeruk kulit kayu 3. Meteran untuk mengukur

b. Bahan

1. Cat warna putih 2. Pohon pinus

Pohon Pinus tinggi 150 cm dicat warna putih melingkar dengan ukuran 20 cm dengan jarak 25 m antar pohon

4. Prosedur kerja

1. Menentukan tanda batas petak

2. Mengukur pohon pinus setinggi 150 cm dari pangkal pohon, kemudian ukur lagi 20 cm.

(21)

3. Kemudian setinggi 20 cm tersebut dibersihkan secara melingkar dan dicat warna putih.

4. Pengecetan pohon pinus selanjutnya dilakukan dengn jarak 25 m ke pohon pinus berikutnya.

5. Hasil yang dicapai

Dalam kegiatan pembuatan tanda batas petak dapat di hasilkan 4-6 pohon. Kegiatan ini dilaksanakan selama 7 hari, dengan hasil dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil pembuatan tanda batas petak

No Tanggal Mahasiswa PKL (Pohon) Pekerja (Pohon) 1 13 – 3 - 2012 4 220 2 14 – 3 – 2012 6 220 3 15 – 3 – 2012 4 240 4 16 – 3 – 2012 5 240 5 17 – 3 – 2012 5 250 6 19 – 3 – 2012 5 250 7 20 – 3 - 2012 6 220 Total 35 1640 6. Pembahasan

Kegiatan pembuatan tanda batas petak ini dilakukan selama 7 hari. Hasil yang diperoleh mahasiswa PKL dengan pekerja sangat jauh berbeda sebab mahasiswa PKL kurang terampil dan kurang pengalaman oleh sebab itu perlu melakukan kegiatan tersebut secara rutin. Dan jika waktunya lebih lama lagi kemungkinan akan dapat memperoleh hasil yang mendekati pekerja disana.

(22)

B. Pembersihan Lapangan Sadapan 1. Tujuan

Tujuan Pembersihan Lapangan Sadapan adalah

a. Memudahkan para Pekerja/Petugas dalam melakukan aktifitas b. Untuk pengangkutan getah perlu dibuat jalan setapak

2. Dasar teori

Pembersihan lapangan sadapan adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh para pekerja sebelum melaksanakan kegiatan menyadap getah pohon pinus.

3. Alat dan bahan a. Alat

1. Parang, untuk membersihkan lapangan sadapan 2. Batu asahan, untuk mengasah parang jika tumpul b. Bahan

1. semak-semak, gulma, perdu 4. Prosedur kerja

1. Menyiapkan alat yng akan digunakan.

2. Membersihkan gulma, perdu dan semak-semak 5. Hasil yang dicapai

Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari dengan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Hasil pembersihan lapangan sadapan

No Tanggal Mahasiswa PKL (meter) Pekerja (Ha)

1 21 – 3 - 2012 10 1

2 22 – 3 - 2012 10 1

(23)

6. Pembahasan

Pembersihan lapangan sadap di lakukan dengan membersihkan pohon pinus dari tanaman semak-semak, perdu untuk memudahkan para pekerja dalam melakukan aktivitas. Perbedaan antara mahasiswa PKL dan pekerja sadap sangat mencolok, ini disebabkan mahasiswa PKL tidak terbiasa dengan kondisi yang curam dan kurang terampil.

C. Pembuatan Areal/Blok Sadapan 1. Tujuan

Pembuatan areal atau blok sadapan untuk di gunakan sebagai batas antara blok sadapan di kawasan hutan pinus agar memudahkan para pekerja dalam membagi wilayah sadapan.

2. Dasar teori

Kegiatan pembuatan areal/blok sadapan di bagi dalam blok-blok seluas 2-5 ha sesuai dengan kemampuan penyadap dengan mengikuti batas blok tanaman/pemeliharaan yang sudah ada di tandai dengan menggunakan cat warna hijau muda pada pohon batas selebar 10 cm setinggi 180 cm sepanjang/setiap 50 m atau sebatas kemampuan mata memandang. (Anonim, 2000)

3. Alat dan bahan a. Alat

1. Meteran untuk mengukur 2. Kuas untuk mengecat

(24)

b. Bahan

1. pohon pinus 2. Cat warna hijau 4. Prosedur kerja

a. Pembuatan areal/blok sadapan dimulai pembagian blok-blok dan pembagian luas areal/blok dengan luasan 2-5 ha.

b. Persiapan alat dan bahan

c. Pembuatan areal/blok sadapan hanya mengikuti batas blok tanaman yang sudah ada

d. Pengecetan cat warna hijau muda pada pohon batas selebar 10 cm setinggi 180 cm

5 Hasil yang dicapai

Kegiatan ini dilakukan selama 7 hari dengan hasil dapat dilihat pada tabel beriukut ini

Tabel 4. Hasil pembuatan areal/blok sadapan

No Tanggal Mahasiswa PKL (Pohon) (pohon) Pekerja

1 27 – 3 - 2012 100 500 2 28 – 3 - 2012 100 500 3 29 – 3 - 2012 100 490 4 30 – 3 - 2012 100 470 5 2 – 4 - 2012 100 500 6 3 – 4 - 2012 100 480 7 4 – 4 - 2012 100 485 Total 700 3424

(25)

6 Pembahasan

Dari hasil yang dicapai terlihat bahwa mahasiswa PKL hanya mampu melakukan kegiatan pembuatan areal/blok sadapan sebanyak 700 pohon selama 7 hari dibandingkan dengan pekerja harian pada RPH mandirancan, ini disebabkan kurang terampilnya mahasiswa PKL. Di samping itu perlu keseriusan dalam pelaksaan PKL dan juga perlu membiasakan melakukan kegiatan pembuatan areal dan blok sadapan dilokasi kerja.

D. Sensus dan Penomoran Pohon Pinus 1. Tujuan

Tujuan Sensus dan Penomoran Pohon Pinus adalah untuk menaksir produksi, menetapkan jumlah pohon yang dibagi kemasing-masing penyadap, memudahkan monitoring terhadap keamanan, penjarangan dan bencana alam dintensitasan pelaksanaan penyadapan

2. Dasar teori

Sensus adalah kegiatan untuk mengetahui jumlah pohon dalam satu blok yang bias disadap. Pohon-pohon Pinus dalam satu blok/anak petak yang telah berumur 10 tahun keatas supaya diberi tanda batas dan nomor urut. Pemberian tanda batas petak / anak petak sadapan menggunakan cat warna putih selebar 20 cm

(26)

3. Alat dan bahan Alat

1. Palu untuk menancapkan paku 2. Meteran untuk mengukur

3. Kuas untuk mengecet dan penomoran Bahan

1. Plat Seng untuk menulis nomor dan keliling pohon 2. Paku untuk menempelkan plat seng ke pohon 3. Cat warna putih

4. Prosedur kerja

a. Mengukur keliling Pohon Pinus pada ketinggian 130 cm dari atas tanah b. Pemberian nomor pohon menggunakan plat seng ukuran 5 cm x 5 cm

yang berisi Nomor pohon dan Keliling pohon

c. Membuat daftar menurut kelas keliling dengan interval 10 cm d. Hasil sensus tersebut dibuatkan BAP dan laporannya

5. Hasil yang dicapai

Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 hari dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil sensus dan penomoran pohon pinus

No Tanggal Mahasiswa PKL (Pohon) (pohon) Pekerja

1 5 – 4 - 2012 20 450 2 7 – 4 – 2012 17 450 3 9 – 4 – 2012 15 470 4 10 – 4 – 2012 20 450 5 11 – 4 – 2012 15 480 Total 87 2300

(27)

6. Pembahasan

Dari hasil sensus dan penomoran pohon pada tabel dapat dilihat adanya perbedaan antara mahasiswa PKL dengan pekerja penyadap. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan kurangnya keahlian dan pengalaman mahasiswa PKL dibandingkan pekerja penyadap, meskipun demikian jika ada penambahan waktu hasil kerja akan sesuai dengan target pekerja

E. Pembersihan Kulit Pohon 1. Tujuan

Tujuan pembersihan kulit pohon adalah untuk mendapatkan getah pinus yang bersih dan berkualitas tinggi.

2. Dasar teori

Pembersihan kulit pohon adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan getah yang lebih baik

3. Alat dan bahan a. Alat :

1. Parang untuk mengupas dan mengeruk kulit pohon.

2. Keruk getah untuk mengeruk kulit kayu yang sudah terbuka. 3. Meteran untuk mengukur, lebar dan tinggi kulit yang akan

dibersihkan sebelum disadap. b. Bahan :

(28)

4. Prosedur kerja

a. Menyiapkan alat yang akan digunakan.

b. Mengukur pohon setinggi 20 cm dari permukaan tanah.

c. Membersihkan kulit pohon setebal 3 mm tanpa melukai kayu, mulai 20 cm dari permukaan tanah dan panjang 60 cm

5. Hasil yang dicapai

Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil pembersihan kulit pohon

No Tanggal Mahasiswa PKL

(Pohon) (pohon) Pekerja

1 13 – 4 - 2012 10 450 2 14 – 4 – 2012 10 450 3 16 – 4 – 2012 10 470 4 17 – 4 – 2012 10 450 Total 40 12820 6. Pembahasan

Dari hasil tabel diatas dapat diketahui mahasiswa PKL hanya mampu melakukan kegiatan pembersihan kulit pohon pinus sebanyak 40 pohon dibandingkan pekerja sadap..Selain kurang terbiasanya mahasiswa PKL melakukan kegiatan tersebut juga disebabkan keadaan lokasi yang curam

(29)

F. Pembuatan Quare Awal 1. Tujuan

Tujuan pembuatan quare awal adalah untuk mengeluarkan dan menyalurkan getah pinus ke tempurung

2. Dasar teori

Bagan square (mal sadap) dibuat tepat ditengah-tengah pohon yang telah dibersihkan dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm (terdiri dari 12 kotak quare 5 cm dan 10 cm untuk sadap buka). Sebaiknya diusahakan alat khusus untuk membuat bagan rencana quare berbentuk garpu melengkung dengan dua gigi tajam degan jarak 6 cm. (Anonim, 2000) 3. Alat dan bahan

a. Alat :

1. Petel sadap untuk membuat koakan 2. Parang untuk membersihkan kulit kayu

3. Alat pengukur untuk mengukur kedalam dan lebar quare 4. Batu asahan untuk mengasah pasang agar tajam

b. Bahan :

1. Talang seng untuk mengalirkan getah pinus kedalam tempurung 2. Tempurung untuk menampung getah

3. Bambu untuk menyanggah dan menahan tempurung 4. Prosedur kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan.

b. Membuat bagan quare (mal sadap) ditengah-tengah pohon pinus yang telah dibersihkan kulitnya, dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm diukur dari 30 cm dari atas permukaan tanah.

(30)

c. Mal sadap yng dibuat setinggi 60 cm tersebut dibagi menjadi 12 kotak dengan ukuran setiap kotak 5 cm karena setiap 3 hari sekali dilakukan pembaharuan quare setinggi 5 mm, jadi dalam 1 bulan dilakukan pembaharuan quare sebanyak 10 kali dengan jumlah kowakan 50 mm = 5 cm perbulan, sehingga mal sadap yang dibuat untuk satu tahun adalah 5 cm x 12 = 60 cm.

d. Membuat sadap awal dengan ukuran lebar 6 cm tinggi 10 cm yang diukur 20 cm dari atas permukaan tanah, dengan kedalaman 1,5 cm. e. Memasang talang 20 cm dari atas permukaan tanah.

f. Memasang tempurung 10 cm di bawah talang.

g. Talang dan tempurung dinaikkan setiap quare bertambah 30 cm

Gambar 1. Contoh Pembuatan Bagan Rencana Quare

h. Hasil yang dicapai

Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 7.

(31)

Tabel 7. Hasil pembuatan quare awal

No Tanggal Mahasiswa PKL (Pohon) (pohon) Pekerja

1 19 – 4 – 2012 6 450

2 20 – 4 – 2012 7 450

3 23 – 4 – 2012 7 470

Total 20 1370

i. Pembahasan

Hasil yang diperoleh mahasiswa PKL Selama 3 hari pada kegiatan pembuatan quare hanya 20 pohon saja, sedangkan para penyadap selama 3 hari mendapat hasil 1370 pohon pinus. Perbedaan itu disebabkan karena mahasiswa PKL kurang terampil dalam melakukan kegiatan pembuatan quare awal serta tidak berpengalamannya mahasiswa PKL.

G. Persemaian Pemeliharaan bibit 1. Tujuan

Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghindari kematian tanaman sebelum dan setelah ditanam dengan cara membersihkan tanaman dari tumbuhan bawah atau tumbuhan pengganggu (gulma). 2. Dasar teori

Pemeliharaan adalah suatu usaha merawat dan menjaga tanaman dari gangguan yang dapat merusak serta merugikan pertumbuhan pohon atau tegakan dan memperbaiki kualitas tanaman.

3. Alat dan bahan

a. Alat : Sprayer untuk menyiram

(32)

4. Prosedur kerja

a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (bila tidak ada hujan) sampai jenuh air selama bibit masih kecil (T<8cm), dilakukan dengan menggunakan sprayer (butiran air yang keluar halus).

b. Tinggi penyiraman diatur sehingga butiran air tidak merusak posisi anakan dan media.

c. Penyiraman gulma/rumput 2-4 kali setiap bulan secara manual, media sapih yang berkurang akibat terbawa oleh pembersihan rumput perlu penambahan.

d. Pemupukan pertama dilakukan sebulan setelah penyapihan dan diulangi lagi dua minggu kemudian, menggunakan pupuk yang mengandung unsure NPK menurut dosis yang dianjurkan. Penggunaan pupuk cair lebih disarankan menggunakan pupuk pelengkap Ferti fort (PPC FF).

e. Penyulaman anakan yang mati atau merana dilakukan bulan-bulan awal setelah penyapihan. Untuk anakan yang mati disebabkan oleh jamur/penyakit lain jangan menggunakan media yang sama.

f. Variasi penggunaan pupuk dapat dilakukan dengan mengamati kondisi pertumbuhan anakan selama di persemaian.

5. Hasil yang dicapai

Menghasilkan pohon yang sehat untuk diambil getahnya secara optimal dan memenuhi target getah damar.

(33)

Tabel 8. Persemaian No Kegiatan yang dilakukan Tanggal Kegiatan Lamanya Kegiatan Hasil 1 Penyiangan/perumputan 24/04/2012 5 Jam 5 bedengan 2 Penyiraman 3 Pemupukan 25/04/2012 5 Jam 5 bedengan 4 Penyulaman 6. Pembahasan

Perawatan bibit berupa penyiraman 2 kali sehari, pemupukan 2 – 3 kali per mingggu dan perumputan. Setelah bibit berumur ± 4 minggu lakukan penjarangan, setelah itu umur 5 – 8 minggu dilakukan kegiatan penyeleksian bibit dan pengepakan bibit.

(34)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari hasil kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan di Perum Perhutani KPH Banyumas Timur BKPH Kebasen Jawa Tengah, adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan hasil hutan non kayu yaitu penyadapan getah pinus yang dilakukan diwilayah RPH Mandirancan.

2. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama PKL adalah: a. Pembuatan Tanda Batas Petak

b. Pembersihan Lapangan Sadapan c. Pembuatan Areal/Blok Sadapan d. Sensus Dan Penomoran Pohon Pinus e. Pembersihan Kulit Pohon

f. Pembuatan Quare Awal dan g. Persemaian (pemeliharaan bibit)

3. Pembuatan Tanda Batas Petak dilakukan untuk mempermudah dalam kegiatan pembagian batas daerah yang disadap

4. Pembersihan Lapangan Sadapan bertujuan untuk mempermudah para pakerja dalam melakukan aktifitas

5. Pembuatan Areal/Blok Sadapan dilakukan untuk mempermudah para pekerja dalam membagi wilayah sadapan/sesuai dengan kemampuan pekerja dalam menyadap

(35)

6. Sensus dan Penomoran Pohon bertujuan untuk menetapkan atau menaksir jumlah pohon yang dibagi kemasing-masing penyadap

7. Pembesihan Kulit Pohon untuk mendapatkan hasil getah pinus yang bersih dan berkualitas tinggi

8. Pembuatan Quare Awal bertujuan untuk mengeluarkan getah pinus ke tempurung

9. Dalam persemaian dilakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap pohon pinus dari gangguan perusak yang dapat merugikan.

B. Saran

1. Dalam pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) pada suatu tim diperlukan kekompakan dan saling mengisi kekurangan satu sama lainnya.

2. Dalam kegiatan (PKL) praktek kerja lapang ini mahasiswa dituntut untuk mengapresiasikan ilmu yang didapat selama berada dibangku perkuliahan 3. Dalam kegiatan (PKL) Praktek Kerja Lapang telah memberikan banyak

pengalaman dan pelajaran untuk kedepan.

4. Kegiatan PKL ini sangat memberikan manfaat Bagi seluruh mahasiswa yang melaksanakannya. Oleh karena itu, penyusun menyarankan adanya hubungan kerjasama antara instansi-instansi yang terkait dengan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk dijadikan tenaga kerja.

5. Kegiatan PKL ini merupakan pelatihan kerja bagi mahasiswa sehingga setelah selesai dari kegiatan pkl perlu adanya penerapan serta mempelajari lebih lanjut yang berkaitan dengan kegiatan yang telah dilaksanakan (PKL).

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Prosedur kerja penyadapan getah pinus. PERUM PERHUTANI (Perusahaan Umum Kehutanan Negara) Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timus Unit 1 Jawa Tengah.

Anonim, 2000. Standard Operating Prosedur (SOP) Pelaksanaan Sadapan Getah Pinus Metode Quare. PERUM PERHUTANI UNIT 1 JAWA TENGAH. Biro produksi semarang.

Anonim, 2009. Perum Perhutani KPH Banyumas Timur http://pht kphbanyumastimur.blogspot.com/. 7 April 2012.

Anonim, 2010. http://www.forda

(37)

Luas wilayah hutan 46.451,96 ha yang terdiri dari 2 (dua) kelas Perusahaan yaitu Kelas Perusahaan Pinus 28.897,46 ha dan Kelas Perusahaan Damar 17.552,80 ha. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Produksi 26.168,76 ha, Hutan Lindung 20.281,50 ha dan Alur 320,91 ha

(38)

Gambar 2. KPH Banyumas Timur RPH Mandirancan

(39)

Gambar 4. pembersihan Lapangan Sadapan

(40)

Gambar 6. Pembuatan mal sadap

(41)

Gambar 8. Di persemaian

Gambar

Tabel 1.  Jadwal Kegiatan PKL di RPH Mandirancan BKPH Kebasen KPH  Banyumas Timur
Tabel 2. Hasil pembuatan tanda batas petak
Tabel 3. Hasil pembersihan lapangan sadapan
Tabel 5. Hasil sensus dan penomoran pohon pinus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu ditemukan serangga ordo Hymenoptera di Cagar Alam Imogiri sebanyak 22 jenis.

(4) Dalam hal rumah sakit memiliki keterbatasan sumber Dalam hal rumah sakit memiliki keterbatasan sumber daya manusia, penyusunan Panduan Etik dan Perilaku daya

Peran dan fungsi Komite Medik di rumah sakit adalah menegakkan etik dan mutu profesi medik.Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik

Periksalah temperatur air pendingin engine, tekanan olie engine, HST oil temperatur dan permukaan bahan bakar. Bila engine panas tinggi, jangan memberhentikan engine secara

Variabel-variabel dalam penelitian ini yang meliputi variabel independen (eksogen, bebas) yaitu gaya kepemimpinan (X1), motivasi (X2), disiplin (X3), dan variabel

• PADA MASA KEGELAPAN INI ILMU PENGETAHUAN DI EROPA TIDAK BERKEMBANG. KARYA ILMUWAN YANG MASIH MENJADI PEGANGAN HANYA KARYA ARISTOTELES. PADA ABAD 12 M, YANG DIKLAIM SEBAGAI AWAL

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis (1) gambaran proses pembelajaran di SMK PGRI 1 Mejayan, (2) kesulitan yang dialami siswa dalam memahami

Jadi keluargakurang memahami dan mereka tidak mempunyai banyak waktu untukmemperhatikan perkembangan lansia Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui