• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokja BaNTu: JOIN CVA Feasibility Risk Assessment (FRA) FINAL FINDINGS. Respons Gempa Sulawesi Barat Februari 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pokja BaNTu: JOIN CVA Feasibility Risk Assessment (FRA) FINAL FINDINGS. Respons Gempa Sulawesi Barat Februari 2021"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Pokja BaNTu:

JOIN CVA

Feasibility Risk Assessment (FRA)

FINAL FINDINGS

Respons Gempa Sulawesi Barat

Februari 2021

(2)
(3)

Ruang Lingkup Kajian

Rumah Tangga

Preferensi rumah tangga Akses rumah tangga ke

pasar Sensitivitas implementasi BNT Risiko implementasi BNT

Pemerintah/

Tokoh Masyarkat

Penerimaan terkait modalitas bantuan Pengalaman dgn Program BNT

Pasar & Lembaga Keuangan

Risiko implementasi BNT

Aktor Pasar

Barang pokok (jumlah dan harga)

Rantai pasar, peningkatan persediaan, stock ulang Mekanisme pembayaran

(4)

Timeline Join FRA

Diskusi awal terkait ide join FRA

18 Jan.

Finalisasi instrumen dan online tools data

collection

20 Jan.

Pelatihan enumerator

21 Jan.

FRA data collection

22

28 Jan.

Initial Findings

28 Jan.

Final report

(5)

Limitasi

Beberapa area butuh waktu agak lama untuk bisa diakses karena sempat longsor di beberapa titik

Jumlah kajian menyesuaikan dengan kapasotas dan eksistensi dari lembaga yang terlibat

Prioritas assessment adalah menangkap gambar besar dalam waktu cepat, sehingga assessment menggunakan metode kualitatif (memahami persepsi, preferens secara umum)

Proses pengumpulan data dilakukan pada H+8 sampai dengan H+ 14 setelah gempa 15 Januari 2021, maka monitoring pasar yang berkelanjutan perlu menjadi perhatian

Karena situasi Covid-19, FGD (diskusi bersama masyarakat) tidak dilakukan. Sehingga dalam pengumpulan data di tingkat masyarakat, dilakukan dengan cara KII (wawancara perwakilan masyarakat)

(6)

Area Join CVA

Feasibility & Risk

Assessment

2 Kabupaten,

5 Kecamatan,

15 Desa

Kabupaten

Kecamatan

Desa

Majene Ulumanda Kabiraan Malunda Kayuangin Lamongan Batu Lombang Mekkatta Selatan Mekkatta Mamuju Mamuju Binanga Karema Rimuku Tampalanga Simboro Tapandullu Sumarea Tapalang Taan Rantedoda Takandeang

(7)

PROFIL RESPONDEN

52%

59%

30%

48%

41%

70%

Rumah Tangga (N=63) Tokoh Masyarakat (N=27) Pemilik Usaha/Vendor (N=46)

Profil Responden berdasarkan

Wilayah

Mamuju Majene Majene -Eceran 17% Majene -Grosir 13% Mamuju -Eceran 55% Mamuju -Grosir 15%

Profil Pemilik Usaha/Vendor

(8)
(9)

Akses Pangan Sebelum dan Sesudah Bencana

100% 33% 21% 18% 3% 45% 6% 9% 6% 79%

Membeli Menanam Memelihara hewan (ikan, ayam, dll) Mengail/ Menangkap (ikan, hewan liar non-ternak) Bantuan Lainnya

Akses Pangan _ Mamuju

Sebelum Setelah 87% 63% 27% 10% 10% 3% 30% 10% 7% 80% 27%

Membeli Menanam Memelihara hewan (ikan, ayam, dll) Mengail/ Menangkap (ikan, hewan liar non-ternak) Bantuan Lainnya Akses Pangan_Majene Sebelum Setelah

Beberapa informasi yang perlu digarisbawahi:

• Baik rumah tangga di Kab. Mamuju maupun Kab.Majene sudah terbiasa menggunakan uang dalam transaksi jual beli

• Responden pada dua kabupaten sudah terbiasa mengakses pasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

• Setelah gempa, proporsi bahan pangan dari bantuan meningkat, dan sebagian menggunakan persedian bahan makanan yang ada, (pilihan lainnya)

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa responden di Mamuju berada di konteks wilayah urban/peri urban, dan responden di Majene berada dikonteks wilayah rural. Hal ini terlihat dari:

• 100% responden di Mamuju mengakses sumber pangan dari Pasar (membeli di pasar), dan hanya sebagian kecil yang memproduksi sendiri (menanam, memelihara hewan, menangkap/ mengail).

• 85% responden di Majene mengakses sumber pangan dari pasar (membeli di pasar) dan menanam (63%), selain itu, mereka juga (emelihara hewan dan menangkap/ mengail.

(10)

79%

12% 21%

88%

Sebelum Setelah

(Mamuju) adakah kendala untuk mengakses barang di pasar ?

Tidak Ya 63% 17% 37% 83% Sebelum Setelah

(Majene) adakah kendala untuk mengakses barang di pasar?

Tidak Ya

Sebelum gempa bumi:

• Rumah tangga di Kabupaten Mamuju dan Majene sudah terbiasa mengakses pasar (common practice)

• Sebagian rumah tangga tinggal di lokasi yang cukup jauh dari pasar, sehingga membutuhkan sumber daya lebih untuk pergi ke pasar (missal biaya transportasi lebih besar, perlu alokasi waktu khusus). Persentase rumah tangga tersebut lebih tinggi di Majene daripada Mamuju.

Setelah gempa bumi, rumah tangga di kedua kabupaten mengalami kesulitan untuk mengakses pasar (sd H+14 setelah bencana),

dikarenakan :

• Sulitnya akses transportas (jalan rusak, longsor, dll) terutama di area Majene

• Kekuatiran rumah tangga bahwa pasar dan toko banyak yang belum buka (Mamuju dan Majene)

Rekomendasi:

• Perbaikan infrastruktur (jalan, jembatan dll), perlu menjadi prioritas untuk meningkatkan akses penyintas pada aktivitas ekonomi, juga akses bantuan (barang dan BNT) dari NGO dan pemerintah ke wilayah tersebut.

• Untuk area yang cukup terisolir, komponen nilai BNT perlu

mempertimbangkan tambahan uang transportasi agar penyintas dapat berbelanja ke pasar

• Opsi lainnya adalah mendekatkan pasar pada masyarakat, mis: bekerjasama dengan pemerintah ataupun vendor, untuk

mengadakan bazar di area tersebut, setelah jadwal penerimaan Bantuan Non Tunai

(11)

94%

60%

6%

40%

Mamuju Majene

Adakah hambatan atau kekhawatiran tertentu bila menerima/ membawa uang tunai

Tidak Ya Ada

Kekuatiran tersebut lebih dominan (40%) pada responden di Kab. Majene. Hal-hal yang menjadi kekhawatiran antara lain:

• Risiko kemanan (dihadang

perampok/ pencuri, tinggal di pengungsian dan tidak ada tempat tertutup untuk menyimpan uang)

• Risiko adanya pungutan liar

(bantuan dipotong oleh petugas)

• Kekuatiran bahwa toko/ pasar

masih tutup

Tidak 90%

Ya 10%

apakah bantuan berupa uang dapat menimbulkan masalah/

pertengkaran dalam kelurga

Rekomendasi mitigasi risiko yang perlu dilakukan:

Risiko keamanan

• mendekatkan titik distribusi ke lokasi tempat tinggal penduduk

• Mendekatkan pasar ke lokasi tempat tinggal (bazar, menggunakan

e-transfer: uang langsung digunakan di vendor yang bekerja sama.)

Risiko potongan/ pungutan liar:

• Distribusi dilakukan melalui lembaga keuangan (Bank, Kantor POS, Fin-tech)

• Menyiapkan saluran untuk penyampaian keluhan dan saran bagi benef

• Melakukan PDM (monitoring pasca distribusi)

Risiko pasar tutup:

• Melakukan monitoring pasar

• Bekerjasama dengan pemerintah dan toko setempat

M

I

T

I

G

A

S

I

(12)

Preferensi Rumah Tangga

Barang 14% Uang 59% Uang/ Barang 27%

modalitas bantuan yang disukai

Mayoritas responden memilih uang (59%)sebagai jenis bantuan yang disukai, dengan pertimbangan sbb:

• bisa digunakan sesuai kebutuhan masing-masing

keluarga (termasuk untuk memperbaiki rumah yang rusak ataupun membeli kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi dari bantuan lembaga/ pemerintah, dan untuk memulai kembali usahanya.

• Saat ini penghasilan belum ada (tidak stabil), sehingga pemberian bantuan akan membantu memenuhi

kebutuhan hidup

• Dapat diatur waktu penggunaanya supaya tidak

langsung habis Bisa Keduanya 43% Laki-laki 33% Perempuan 24%

siapakah yang sebaiknya datang untuk menerima uang bantuan

• Mayoritas rumah tangga (43%) menyatakan bahwa uang bisa diterima baik oleh laki-laki maupun perempuan. Tergantung kesibukan pada saat jadwal distribusi bantuan.

• 24% rumah tangga menyatakan perempuan, dengan

mempertimbangkan kebiasaan pengelolaan uang di keluarga yang dilakukan oleh perempuan

• 33% rumah tangga menyatakaan bahwa sebaiknya laki-laki yang pergi karena mempertimbangkan jarak yang cukup jauh (bila harus ke kota).

Rekomendasi:

• Mendekatkan lokasi distribusi dan pasar ke tempat tinggal untuk meningkatkan inklusifitas perempuan

• Menambahkan komponen biaya transport apabila harus dilakukan di kota

(13)

Preferensi Rumah Tangga

Pagi hari 65% Siang hari 22% Sore hari 13%

waktu distribusi/ pemberian bantuan yang cocok dengan ketersediaan waktu Ibu/Bapak

Kantor Desa 56% Sekolah terdekat 15% Tidak Tahu 3% Lainnya 26%

lokasi distribusi yang menjadi pilihan

Mayoritas rumah tangga memilih area yang dekat dengan tempat tinggal sebagai lokasi distribusi: • 56% memilih kantor desa

• 15% memilih sekolah terdekat

• 26% responden yang menjawab lainnya, memberi rekomendasi: tempat terbuka/ lapangan (trauma akibat gempa), rumah masing-masing, dan Bank/ Kantor POS

Terkait waktu distribusi, pagi hari merupakan opsi yang lebih disukai oleh rumah tangga, dengan detail sbb:

• 65% memilih pagi hari • 22% memilih siang hari • 13% memilih sore hari

(14)

Tidak

33%

Ya

67%

Apakah ada risiko konflik antara

penerima manfaat dan bukan

penerima manfaat

Menurut masyarakat, risiko konflik akan muncul bila: - Tidak ada sosialisasi / informasi terkait bantuan yang

diberikan (kriteria penerima, mekanisme distribusi, nilai bantuan)

- Tidak ada transparansi dalam proses penentuan penerima bantuan

Rekomendasi Mitigasi:

- Ada koordinasi terkait area intervensi antar Lembaga

- Ada informasi yang jelas terkait kriteria penerima bantuan, besaran bantuan, peruntukan bantuan

- Ada mekanisme penyampaian keluhan dan umpan balik yang dikelola masing-masing Lembaga

- Proses koordinasi dan sosialisasi pada pemerintah setempat dilakukan dengan baik oleh Lembaga

- Ada arahan/ panduan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/ provinsi

(15)

TOKOH

(16)

Risiko distribusi BNT

Tokoh masyarakat menyampaikan bahwa program BNT juga dapat

membawa risiko bagi masyarakat (penerima manfaat dan non penerima

manfaat), apparat desa dan NGO/ Lembaga itu sendiri. Beberapa risiko yang mereka petakan

- Bantuan tumpeng tindih dan hanya menyasar sebagian kelompok saja (tidak tepat sasaran)

- Penentuan target sasaran tidak transparan

- Pemerintah desa kesulitan melakukan sosialisasi pada masyarakat

- Munculnya kecemburuan sosial yang bisa memicu konflik di masyarkat - Lembaga pelaksana tidak lagi dipercaya masyarakat bila prosesnya tidak

baik (tidak ada transparansi, tidak ada sosialisasi, minim koordinasi) - Voucher sulit untuk dibelanjakan di warung terdekat

Terkait hal tersebut, ada beberapa

rekomendasi yang diberikan oleh tomas

untuk mengelola risiko tersebut, antara lain: - Lembaga pelaksana memberikan

sosialisasi yang jelas terkait kriteria penerima bantuan dan mekanisme penerimaan bantuan

- Penerima bantuan haruslah tepat sasaran (sesuai dengan kriteria tersebut),

- Proses koordinasi dan pendataan dilakukan secara jelas

Beberapa rekomendasi mitigasi lainnya yang juga perlu dilakukan:

- Ada proses transparansi penerima bantuan, sebelum proses distribusi

- Ada saluran untuk menyampaikan keluhan dan memberikan input bagi Lembaga

pelaksana (complaint and feed back mechanism)

(17)

38% 45% 25% 18% 38% 36% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Majene Mamuju

Siapakah yang sebaiknya datang untuk menerima bantuan berupa uang

74% 78% 89% 89% 22% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Ibu hamil dan menyusui

Keluarga dengan anak balita Keluarga dengan anggota keluarga

disabilitas

Kepala keluarga tunggal (Janda/ Duda) Lainnya

kelompok masyarakat yang perlu menjadi prioritas penerima bantuan

• Ditemukan preferensi yang serupa pada kedua kabupaten dimana tokoh masyarakat berpendapat bahwa baik laki-laki maupun perempuan bisa menjadi orang yang mengambil bantuan tersebut (menyesuaikan siapa yang bisa hadir pada waktu yang ditentukan).

• Persentase yang sedikit lebih tinggi ada pada pilihan bahwa sebaiknya

laki-lakiyang mengambil bantuan tersebut dengan pertimbangan keamanan, pemegang rekening dalam keluarga, dan status sebagai kepala rumah tangga.

• Kelompok masyarakat yang dianggap paling perlu menjadi prioritas penerima bantuan ialah: kepala keluarga tinggal, keluarga dengan anggota keluarga disabilitas, keluarga dengan anak balita, keluarga

dengan ibu hamil dan menyusui, kelompok rentan lain (anak yatim piatu, lansia, warga yang mengalami kerugian material, dan masyarakat miskin)

Rekomendasi:

• Mendekatkan titik distribusi pada lokasi tempat

tinggal masyarakat untuk meningkatkan keamanan dan meningkatkan kesempatan perempuan untuk bisa mengambil bantuan.

• Melakukan koordinasi dengan pemerintah

setempat terkait kelompok prioritas, sebagai salah satu target penerima manfaat.

(18)

21 14

Apa saja Lembaga keuangan yang dapat menyalurkan Bantuan Non Tunai?

Bank Kantor pos 100% 91% 25% 45% 0% 36% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Majene Mamuju

Lokasi yang direkomendasikan sebagai tempat distribusi Bantuan Non Tunai

Kantor desa Sekolah Lainnya

• Lembaga keuangan yang dapat menyalurkan BNT dan berasa di sekitar wilayah warga ialah bank dan kantor pos.

• Seluruh responden yang menyebutkan bank,

kemudian menyebutkan bank BRI sebagai lembaga keuangan yang sering diakses.

• Terkait lokasi distribusi, preferensi tomas pada kedua wilayah mirip dengan preferensi rumah tangga, yaitu

Kantor Desa, diikuti yang kedua sekolah.

• Hal ini mempertimbangkan jarak di beberapa area yang

cukup jauh untuk bisa pergi ke kantor Bank atau Lembaga keuangan lain yang ditunjuk

(19)

VENDOR

Wash Item

sabun mandi, sabun cuci, masker, pembalut, pasta gigi, popok dewasa, popok anak

(20)

90%

82% 92% 92% 93%

100%

86% 90% 88% 96%

Beras Telur Minyak Sabun Mandi

Sabun cuci

Masker Pembalut Pasta Gigi Popok Dewasa

Popok Anak

Persentase Toko yang Memiliki Persediaan Barang

• Pada periode pengumpulan data (H+8 sd H+14), belum semua pasar dan toko sudah beroperasi normal kembali.

• Meskipun demikian, mayoritas toko, baik bahan pangan maupun peralatan kebersihan pribadi, menyatakan memiliki persediaan barang. (tidak ada issue khusus terkait persediaan)

(21)

15% 22% 9%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 33%

19% 15%

3% 4% 0% 0% 4% 0% 0% Beras Telur Minyak Sabun Mandi Sabun cuci Masker Pembalut Pasta Gigi Popok Dewasa Popok Anak

Persentase Toko yang Menyatakan ada Kesulitan terkait Transportasi dan Harga

Transport Harga

Jenis

Barang Kesulitan Majene + Mamuju EceranMajeneGrosir Eceran GrosirMamuju

Beras Transportasi 14% 0% 4% 4% 7% Harga 32% 14% 4% 7% 7% Persediaan barang 25% 7% 0% 11% 7% Telur Transportasi 19% 0% 6% 10% 3% Harga 16% 3% 3% 6% 3% Persediaan barang 16% 3% 3% 6% 3% Minyak Transportasi 10% 3% 0% 3% 3% Harga 17% 7% 3% 3% 3% Persediaan barang 7% 0% 0% 3% 3%

• Pada periode pengumpulan data, kesulitan terkait transportasi dan harga terjadi pada komoditas bahan pangan, sementara untuk barang kebersihan pribadi, tidak ditemukan issue khusus

• Hal tersebut disebabkan karena akses jalan yang

masih rusak sehingga proses distribusi terganggu dan turut mempengaruhi harga.

• Pada barang segar (telur), hal ini juga berdampak pada penurunan kualitas (rusak/ busuk).

Rekomendasi:

• Perbaikan infrastruktur untuk menstabilkan

perekonomian

• Bantuan non Tunai dapat mensupport pedagang

untuk kembali menjalankan usahanya dan

(22)

67% 70% 58% 85% 100% 100% 96% 92% 86% 87%

Beras Telur Minyak Sabun Mandi Sabun cuci Masker Pembalut Pasta Gigi Popok Dewasa

Popok Anak

Persentase Toko yang Menyatakan Mampu Meningkatkan Persediaan apabila ada Peningkatan Pembelian min 50%

Jenis Barang

Majene Mamuju Eceran Grosir Eceran Grosir

Beras 50% 50% 24% 57%

Telur 50% 67% 48% 0%

Minyak 38% 67% 36% 43%

Analisa grafik:

• Pada periode pengumpulan data (H+8 sd H+14), situasi pasar yang mulai berangsur pulih terlihat dari kemampuan toko/ vendor untuk meningkatkan

persediaan barang di tokonya.

• Persentase toko barang kebersihan pribadi yang mampu meningkatkan persediaan, lebih tinggi dibanding toko bahan pangan.

Informasi dalam tabel,

• Toko grosir untuk ketiga komoditi bahan pangan lebih memiliki kapasitas untuk meningkatkan persediaan. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan modal dan jumlah agen/ supplier yang dimiliki

• Monitoring pasar perlu terus dilakukan untuk mendapatkan informasi terbaru terkait situasi pasar di kedua area.

(23)

Berhenti operasion al 7% Lebih ramai karena dibeli LSM 2% Normal 11% Pembeli kurang 15% Stok yang masuk terbatas/t erhambat 52% Tidak menjawab 13%

Dampak Bencana terhadap

Rantai Pasokan

Informasi yang dikumpulkan dari para pemilik toko, terkait dampak

bencana terhadap rantai pasokan, antara lain:

• Terhambatnya persediaan (stok) barang yang masuk dari supplier (52%)

• Penurunan daya beli masyarakat (pembeli berkurang) • Sebagian toko berhenti beroperasional,

• Sedikit sekali (2%) yang menyatakan omsetnya meningkat karena dibeli Lembaga NGO

Rekomendasi:

• Perbaikan akses / infrastruktur jalan perlu segera dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan barang di kedua wilayah • Bantuan Non Tunai bisa mendorong peningkatan daya beli

masyarakat

• Peningkatan daya beli tersebut, bisa mendorong toko untuk kembali beroperasional kembali

(24)

89% 4% 2% 2% 2% Tunai Kartu kredit Kartu debit Mobil money/e-money Lainnya (transfer atm)

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Mekanisme pembayaran saat membeli barang dari suplier 98% 0% 4% 2% 0% Tunai Kartu kredit Kartu debit Mobil money/e-money Lainnya 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Mekanismepembayaran saat menjual barang pada pembeli

• Penggunaan uang sudah menjadi hal yang umum dilakukan dalam transaksi di kedua area. • Mekanisme pembayaran yang paling sering digunakan oleh pedagang, baik saat membeli

maupun saat menjual barang ialah uang tunai.

• Penggunaan alat pembayaran lain (kartu kredit/ debit/ emoney), juga dilakukan oleh Sebagian kecil pedagang dan pembeli di kedua area

(25)
(26)

Melayani jasa transfer dan pengambilan

uang (di konter dan ATM)

Memiliki pengalaman menyalurkan

Bantuan Non Tunai Pemerintah (belum

pernah dalam program respon bencana)

Memiliki 38 kantor cabang dan 47 kantor

kas di Sulawesi Selatan dan Barat.

Data yang dibutuhkan untuk membuka

rekening: KTP dan KK

Melayani jasa pengiriman uang (di konter),

pembayaran cicilan, air, listrik dan pengiriman

barang

Memiliki pengalaman menyalurkan Bantuan Non

Tunai Pemerintah dan non-pemerintah

Memiliki 18 kantor cabang di Provinsi Sulawesi

Barat

Lokasi distribusi dapat dilakukan diluar kantor

(menyesuaikan dengan lokasi penerima manfaat)

Memiliki 25 kendaraan (mobil pos) yang

beroperasi di provinsi Sulawesi Barat

Bekerjasama pengawalan kepolisian untuk

perjalanan menuju titik distribusi

Data yang dibutuhkan untuk proses transfer: KTP/

KK

(27)

• Lembaga keuangan berbasis teknologi

• Menyediakan fasilitas transfer uang dan voucher dalam secara digital, tanpa mewajibkan penerima manfaat untuk memiliki android

• Memiliki pengalaman distribusi bantuan non tunai dari program pemerintah dan non pemerintah, termasuk dalam respon bencana kemanusiaan (± 41.195 beneficiaries)

• Data yang dibutuhkan untuk pendaftaran penerima manfaat: nama, wajah, usia, gender, agama (didaftarkan dalam app duithape)

• Menyediakan aplikasi pendaftaran calon penerima manfaat yang bisa digunakan oleh Lembaga secara langsung di lapangan

• Memiliki call center yang aktif 7 hari seminggu (08.00 – 22.00) • Mengelola data pribadi klien berdasarkan aturan yang berlaku di

Indonesia dan mengikuti standar internasional

• Memiliki ISMS (sistim manajemen kemanan informasi) sesuai aturan BI • Memiliki 100 agen di Sulawesi Barat, untuk penambahan agen ±2

(28)

Kesimpulan

Rumah Tangga (RT)

Sejak sebelum bencana, RT sudah terbiasa mengakses pasar dan menggunakan uang. Akses jalan saat ini belum semuanya baik

RT lebih menyukai Bantuan Non Tunai karena bisa digunakan sesuai kebutuhan masing-masing keluarga, dan dapat dikelola waktu penggunaanya

Baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi pihak yang mengambil/ menerima bantuan. Lokasi distribusi yang dekat dengan tempat tinggal dapat meningkatkan kesempatan perempuan untuk mengambil bantuan

Risiko implementasi BNT dapat muncul apabila proses penentuan penerima tidak dilakukan secara transparan, tumpeng tindih dan tidak disosialisasikan dengan baik

Pemerintah/ Tokoh

Masyarkat

Tomas melihat BNT menjadi opsi modalitas yang tepat. Perlu proses koordinasi dan komunikasi yang baik

Masyarakat sudah memiliki pengalaman

menerima bantuan pemerintah melalui Lembaga keuangan (Bank, Kantor POS)

Masyarkat sudah terbiasa mengakses pasar sejak sebelum bencana, meskipun saat ini Sebagian akses transportasi masih rusak dan toko/ pasar belum semua buka

Risiko implementasi BNT dapat muncul bila koordinasi dan sosialisai tidak dilakukan dengan baik bersama apparat desa. Bantuan sebaiknya tepat sasaran

Aktor Pasar

Pasar mulai berangsur pulih.

Saat ini barang tersedia di pasar (H+8 sd H+14) Pemilik usaha menyatakan kesulitan untuk

meningkatkan persediaan karena akses jalan yang masih rusak, dan turut berpengaruh pada harga Umumnya menggunakan uang tunai, baru sebagian kecil yang menggunakan debit/ kredit/ emoney

BNT tidak memiliki risiko khusus terhadap harga harga barang di pasar. Harga saat ini lebih dipengaruhi ketersediaan, karena akses transportasi masih terhambat

(29)

Rekomendasi

Bantuan Non Tunai dapat dilaksanakan, karena merupakan preferensi modalitas dari rumah tangga, mendapat dukungan dari tokoh masyarakat dan saat ini barang saat tersedia di pasar.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus adalah hal-hal sebagai berikut:

Infrastruktur:

perbaikan akses jalan dan transportasi diperlukan agar proses koordinasi dan distribusi bantuan (non tunai dan barang) dapat dilakukan, sekaligus untuk meningkatkan aktivitas masyarakat setempat

Desain Bantuan:

- Kriteria penerima manfaat perlu dibangun berdasarkan tujuan (indicator) dari bantuan tersebut

- Distribusi bantuan diberikan melalui lembaga keuangan (Bank, Kantor POS, Fin Tech) untuk menghindari risiko pungutan liar dan mengelola akuntabilitas.

- Pengarusutamaan gender dalam desain dapat dikelola salah 1 nya melalui lokasi distribusi yang dekat dengan tempat tinggal

- Penentuan nilai transfer perlu melihat tujuan/ desain program

(30)

Rekomendasi

Implementasi:

- Koordinasi lintas Lembaga (antar NGO, pemerintah dan pihak swasta) perlu dilakukan untuk meningkatkan sinergi program dan menghindari risiko tumpang tindih (overlapping) di lapangan

- Koordinasi dengan pemerintah setempat (kepala desa, to-mas) perlu dilakukan sejak awal oleh lembaga yang hendak mengimplementasikan bantuan di wilayah tersebut. (bagian dari mitigasi risiko konflik) - Sosialisasi program perlu dilakukan dengan baik pada calon penerima manfaat, termasuk penjelasan

terkait kriteria penerima manfaat dan Identifikasi penerima manfaat (bagian dari mitigasi risiko konflik) - Perlu memastikan akuntabilitas program dengan mengelola transparansi, menyediakan saluran untuk

menyampaikan kritik dan saran

- Koordinasi rutin dalam Kelompok Kerja Bantuan Non Tunai perlu dilakukan dengan turut melibatkan pemerintah

Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti:

- Melakukan monitoring pasar

- Membangun komunikasi dengan pemerintah setempat untuk mendapatkan dukungan dan melakukan kerja kerja bersama.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara penurunan jumlah belanja pemeliharaan pemerintah bisa terjadi jika Belanja Modal yang dilakukan pemerintah dimaksudkan untuk mengganti aset tetap yang

produk KUBE, juga bertindak sebagai agen bank untuk aktivasi dan pencairan bantuan sosial. +Target pembangunan e-warong 300 tahun 2016 dan 3.500 di

1) Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti bahwasanya Analisis Penerapan Job Specification dan Job Descripton Terhadap Pegawai Pada Kantor Bawaslu

Penelitian bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba tumbuhan sirih merah (Piper betle Linn.) dari ekstrak etanol fraksi n-heksan dan etilasetat, terhadap Staphylococcus

Warna tubuh bervariasi dari semi-transparan hijau keabu-abuan gelap atau kemerahan, sering dengan bintik-bintik yang berbeda, memiliki garis atau tanda lain pada

Istilah batu bata tanpa dibakar yang dimaksud pada penelitian ini merupakan batu bata yang terbuat dari tanah lempung yang dicampur dengan bahan aditif seperti limbah karbit dan

airlock antara bagian dalam dan luar. Akses ambulans ke unit darurat tidak akan melalui koridor rumah sakit terbuka untuk akses publik. Semua ambulans harus ditandai dengan

Hasil studi pendahuluan dengan pengambilan data awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 06 April 2015 pada anak usia prasekolah sebanyak 58 orang anak TK