Pokja BaNTu:
JOIN CVA
Feasibility Risk Assessment (FRA)
FINAL FINDINGS
Respons Gempa Sulawesi Barat
Februari 2021
Ruang Lingkup Kajian
Rumah Tangga
Preferensi rumah tangga Akses rumah tangga ke
pasar Sensitivitas implementasi BNT Risiko implementasi BNT
Pemerintah/
Tokoh Masyarkat
Penerimaan terkait modalitas bantuan Pengalaman dgn Program BNTPasar & Lembaga Keuangan
Risiko implementasi BNT
Aktor Pasar
Barang pokok (jumlah dan harga)
Rantai pasar, peningkatan persediaan, stock ulang Mekanisme pembayaran
Timeline Join FRA
Diskusi awal terkait ide join FRA
18 Jan.
Finalisasi instrumen dan online tools data
collection
20 Jan.
Pelatihan enumerator
21 Jan.
FRA data collection
22
–
28 Jan.
Initial Findings
28 Jan.
Final report
Limitasi
Beberapa area butuh waktu agak lama untuk bisa diakses karena sempat longsor di beberapa titik
Jumlah kajian menyesuaikan dengan kapasotas dan eksistensi dari lembaga yang terlibat
Prioritas assessment adalah menangkap gambar besar dalam waktu cepat, sehingga assessment menggunakan metode kualitatif (memahami persepsi, preferens secara umum)
Proses pengumpulan data dilakukan pada H+8 sampai dengan H+ 14 setelah gempa 15 Januari 2021, maka monitoring pasar yang berkelanjutan perlu menjadi perhatian
Karena situasi Covid-19, FGD (diskusi bersama masyarakat) tidak dilakukan. Sehingga dalam pengumpulan data di tingkat masyarakat, dilakukan dengan cara KII (wawancara perwakilan masyarakat)
Area Join CVA
Feasibility & Risk
Assessment
–
2 Kabupaten,
5 Kecamatan,
15 Desa
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Majene Ulumanda Kabiraan Malunda Kayuangin Lamongan Batu Lombang Mekkatta Selatan Mekkatta Mamuju Mamuju Binanga Karema Rimuku Tampalanga Simboro Tapandullu Sumarea Tapalang Taan Rantedoda Takandeang
PROFIL RESPONDEN
52%
59%
30%
48%
41%
70%
Rumah Tangga (N=63) Tokoh Masyarakat (N=27) Pemilik Usaha/Vendor (N=46)Profil Responden berdasarkan
Wilayah
Mamuju Majene Majene -Eceran 17% Majene -Grosir 13% Mamuju -Eceran 55% Mamuju -Grosir 15%Profil Pemilik Usaha/Vendor
Akses Pangan Sebelum dan Sesudah Bencana
100% 33% 21% 18% 3% 45% 6% 9% 6% 79%Membeli Menanam Memelihara hewan (ikan, ayam, dll) Mengail/ Menangkap (ikan, hewan liar non-ternak) Bantuan Lainnya
Akses Pangan _ Mamuju
Sebelum Setelah 87% 63% 27% 10% 10% 3% 30% 10% 7% 80% 27%
Membeli Menanam Memelihara hewan (ikan, ayam, dll) Mengail/ Menangkap (ikan, hewan liar non-ternak) Bantuan Lainnya Akses Pangan_Majene Sebelum Setelah
Beberapa informasi yang perlu digarisbawahi:
• Baik rumah tangga di Kab. Mamuju maupun Kab.Majene sudah terbiasa menggunakan uang dalam transaksi jual beli
• Responden pada dua kabupaten sudah terbiasa mengakses pasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
• Setelah gempa, proporsi bahan pangan dari bantuan meningkat, dan sebagian menggunakan persedian bahan makanan yang ada, (pilihan lainnya)
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa responden di Mamuju berada di konteks wilayah urban/peri urban, dan responden di Majene berada dikonteks wilayah rural. Hal ini terlihat dari:
• 100% responden di Mamuju mengakses sumber pangan dari Pasar (membeli di pasar), dan hanya sebagian kecil yang memproduksi sendiri (menanam, memelihara hewan, menangkap/ mengail).
• 85% responden di Majene mengakses sumber pangan dari pasar (membeli di pasar) dan menanam (63%), selain itu, mereka juga (emelihara hewan dan menangkap/ mengail.
79%
12% 21%
88%
Sebelum Setelah
(Mamuju) adakah kendala untuk mengakses barang di pasar ?
Tidak Ya 63% 17% 37% 83% Sebelum Setelah
(Majene) adakah kendala untuk mengakses barang di pasar?
Tidak Ya
Sebelum gempa bumi:
• Rumah tangga di Kabupaten Mamuju dan Majene sudah terbiasa mengakses pasar (common practice)
• Sebagian rumah tangga tinggal di lokasi yang cukup jauh dari pasar, sehingga membutuhkan sumber daya lebih untuk pergi ke pasar (missal biaya transportasi lebih besar, perlu alokasi waktu khusus). Persentase rumah tangga tersebut lebih tinggi di Majene daripada Mamuju.
Setelah gempa bumi, rumah tangga di kedua kabupaten mengalami kesulitan untuk mengakses pasar (sd H+14 setelah bencana),
dikarenakan :
• Sulitnya akses transportas (jalan rusak, longsor, dll) terutama di area Majene
• Kekuatiran rumah tangga bahwa pasar dan toko banyak yang belum buka (Mamuju dan Majene)
Rekomendasi:
• Perbaikan infrastruktur (jalan, jembatan dll), perlu menjadi prioritas untuk meningkatkan akses penyintas pada aktivitas ekonomi, juga akses bantuan (barang dan BNT) dari NGO dan pemerintah ke wilayah tersebut.
• Untuk area yang cukup terisolir, komponen nilai BNT perlu
mempertimbangkan tambahan uang transportasi agar penyintas dapat berbelanja ke pasar
• Opsi lainnya adalah mendekatkan pasar pada masyarakat, mis: bekerjasama dengan pemerintah ataupun vendor, untuk
mengadakan bazar di area tersebut, setelah jadwal penerimaan Bantuan Non Tunai
94%
60%
6%
40%
Mamuju Majene
Adakah hambatan atau kekhawatiran tertentu bila menerima/ membawa uang tunai
Tidak Ya Ada
Kekuatiran tersebut lebih dominan (40%) pada responden di Kab. Majene. Hal-hal yang menjadi kekhawatiran antara lain:
• Risiko kemanan (dihadang
perampok/ pencuri, tinggal di pengungsian dan tidak ada tempat tertutup untuk menyimpan uang)
• Risiko adanya pungutan liar
(bantuan dipotong oleh petugas)
• Kekuatiran bahwa toko/ pasar
masih tutup
Tidak 90%
Ya 10%
apakah bantuan berupa uang dapat menimbulkan masalah/
pertengkaran dalam kelurga
Rekomendasi mitigasi risiko yang perlu dilakukan:
Risiko keamanan
• mendekatkan titik distribusi ke lokasi tempat tinggal penduduk
• Mendekatkan pasar ke lokasi tempat tinggal (bazar, menggunakan
e-transfer: uang langsung digunakan di vendor yang bekerja sama.)
Risiko potongan/ pungutan liar:
• Distribusi dilakukan melalui lembaga keuangan (Bank, Kantor POS, Fin-tech)
• Menyiapkan saluran untuk penyampaian keluhan dan saran bagi benef
• Melakukan PDM (monitoring pasca distribusi)
Risiko pasar tutup:
• Melakukan monitoring pasar
• Bekerjasama dengan pemerintah dan toko setempat
M
I
T
I
G
A
S
I
Preferensi Rumah Tangga
Barang 14% Uang 59% Uang/ Barang 27%modalitas bantuan yang disukai
Mayoritas responden memilih uang (59%)sebagai jenis bantuan yang disukai, dengan pertimbangan sbb:
• bisa digunakan sesuai kebutuhan masing-masing
keluarga (termasuk untuk memperbaiki rumah yang rusak ataupun membeli kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi dari bantuan lembaga/ pemerintah, dan untuk memulai kembali usahanya.
• Saat ini penghasilan belum ada (tidak stabil), sehingga pemberian bantuan akan membantu memenuhi
kebutuhan hidup
• Dapat diatur waktu penggunaanya supaya tidak
langsung habis Bisa Keduanya 43% Laki-laki 33% Perempuan 24%
siapakah yang sebaiknya datang untuk menerima uang bantuan
• Mayoritas rumah tangga (43%) menyatakan bahwa uang bisa diterima baik oleh laki-laki maupun perempuan. Tergantung kesibukan pada saat jadwal distribusi bantuan.
• 24% rumah tangga menyatakan perempuan, dengan
mempertimbangkan kebiasaan pengelolaan uang di keluarga yang dilakukan oleh perempuan
• 33% rumah tangga menyatakaan bahwa sebaiknya laki-laki yang pergi karena mempertimbangkan jarak yang cukup jauh (bila harus ke kota).
Rekomendasi:
• Mendekatkan lokasi distribusi dan pasar ke tempat tinggal untuk meningkatkan inklusifitas perempuan
• Menambahkan komponen biaya transport apabila harus dilakukan di kota
Preferensi Rumah Tangga
Pagi hari 65% Siang hari 22% Sore hari 13%waktu distribusi/ pemberian bantuan yang cocok dengan ketersediaan waktu Ibu/Bapak
Kantor Desa 56% Sekolah terdekat 15% Tidak Tahu 3% Lainnya 26%
lokasi distribusi yang menjadi pilihan
Mayoritas rumah tangga memilih area yang dekat dengan tempat tinggal sebagai lokasi distribusi: • 56% memilih kantor desa
• 15% memilih sekolah terdekat
• 26% responden yang menjawab lainnya, memberi rekomendasi: tempat terbuka/ lapangan (trauma akibat gempa), rumah masing-masing, dan Bank/ Kantor POS
Terkait waktu distribusi, pagi hari merupakan opsi yang lebih disukai oleh rumah tangga, dengan detail sbb:
• 65% memilih pagi hari • 22% memilih siang hari • 13% memilih sore hari
Tidak
33%
Ya
67%
Apakah ada risiko konflik antara
penerima manfaat dan bukan
penerima manfaat
Menurut masyarakat, risiko konflik akan muncul bila: - Tidak ada sosialisasi / informasi terkait bantuan yang
diberikan (kriteria penerima, mekanisme distribusi, nilai bantuan)
- Tidak ada transparansi dalam proses penentuan penerima bantuan
Rekomendasi Mitigasi:
- Ada koordinasi terkait area intervensi antar Lembaga
- Ada informasi yang jelas terkait kriteria penerima bantuan, besaran bantuan, peruntukan bantuan
- Ada mekanisme penyampaian keluhan dan umpan balik yang dikelola masing-masing Lembaga
- Proses koordinasi dan sosialisasi pada pemerintah setempat dilakukan dengan baik oleh Lembaga
- Ada arahan/ panduan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/ provinsi
TOKOH
Risiko distribusi BNT
Tokoh masyarakat menyampaikan bahwa program BNT juga dapat
membawa risiko bagi masyarakat (penerima manfaat dan non penerima
manfaat), apparat desa dan NGO/ Lembaga itu sendiri. Beberapa risiko yang mereka petakan
- Bantuan tumpeng tindih dan hanya menyasar sebagian kelompok saja (tidak tepat sasaran)
- Penentuan target sasaran tidak transparan
- Pemerintah desa kesulitan melakukan sosialisasi pada masyarakat
- Munculnya kecemburuan sosial yang bisa memicu konflik di masyarkat - Lembaga pelaksana tidak lagi dipercaya masyarakat bila prosesnya tidak
baik (tidak ada transparansi, tidak ada sosialisasi, minim koordinasi) - Voucher sulit untuk dibelanjakan di warung terdekat
Terkait hal tersebut, ada beberapa
rekomendasi yang diberikan oleh tomas
untuk mengelola risiko tersebut, antara lain: - Lembaga pelaksana memberikan
sosialisasi yang jelas terkait kriteria penerima bantuan dan mekanisme penerimaan bantuan
- Penerima bantuan haruslah tepat sasaran (sesuai dengan kriteria tersebut),
- Proses koordinasi dan pendataan dilakukan secara jelas
Beberapa rekomendasi mitigasi lainnya yang juga perlu dilakukan:
- Ada proses transparansi penerima bantuan, sebelum proses distribusi
- Ada saluran untuk menyampaikan keluhan dan memberikan input bagi Lembaga
pelaksana (complaint and feed back mechanism)
38% 45% 25% 18% 38% 36% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Majene Mamuju
Siapakah yang sebaiknya datang untuk menerima bantuan berupa uang
74% 78% 89% 89% 22% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Ibu hamil dan menyusui
Keluarga dengan anak balita Keluarga dengan anggota keluarga
disabilitas
Kepala keluarga tunggal (Janda/ Duda) Lainnya
kelompok masyarakat yang perlu menjadi prioritas penerima bantuan
• Ditemukan preferensi yang serupa pada kedua kabupaten dimana tokoh masyarakat berpendapat bahwa baik laki-laki maupun perempuan bisa menjadi orang yang mengambil bantuan tersebut (menyesuaikan siapa yang bisa hadir pada waktu yang ditentukan).
• Persentase yang sedikit lebih tinggi ada pada pilihan bahwa sebaiknya
laki-lakiyang mengambil bantuan tersebut dengan pertimbangan keamanan, pemegang rekening dalam keluarga, dan status sebagai kepala rumah tangga.
• Kelompok masyarakat yang dianggap paling perlu menjadi prioritas penerima bantuan ialah: kepala keluarga tinggal, keluarga dengan anggota keluarga disabilitas, keluarga dengan anak balita, keluarga
dengan ibu hamil dan menyusui, kelompok rentan lain (anak yatim piatu, lansia, warga yang mengalami kerugian material, dan masyarakat miskin)
Rekomendasi:
• Mendekatkan titik distribusi pada lokasi tempat
tinggal masyarakat untuk meningkatkan keamanan dan meningkatkan kesempatan perempuan untuk bisa mengambil bantuan.
• Melakukan koordinasi dengan pemerintah
setempat terkait kelompok prioritas, sebagai salah satu target penerima manfaat.
21 14
Apa saja Lembaga keuangan yang dapat menyalurkan Bantuan Non Tunai?
Bank Kantor pos 100% 91% 25% 45% 0% 36% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Majene Mamuju
Lokasi yang direkomendasikan sebagai tempat distribusi Bantuan Non Tunai
Kantor desa Sekolah Lainnya
• Lembaga keuangan yang dapat menyalurkan BNT dan berasa di sekitar wilayah warga ialah bank dan kantor pos.
• Seluruh responden yang menyebutkan bank,
kemudian menyebutkan bank BRI sebagai lembaga keuangan yang sering diakses.
• Terkait lokasi distribusi, preferensi tomas pada kedua wilayah mirip dengan preferensi rumah tangga, yaitu
Kantor Desa, diikuti yang kedua sekolah.
• Hal ini mempertimbangkan jarak di beberapa area yang
cukup jauh untuk bisa pergi ke kantor Bank atau Lembaga keuangan lain yang ditunjuk
VENDOR
Wash Item
sabun mandi, sabun cuci, masker, pembalut, pasta gigi, popok dewasa, popok anak
90%
82% 92% 92% 93%
100%
86% 90% 88% 96%
Beras Telur Minyak Sabun Mandi
Sabun cuci
Masker Pembalut Pasta Gigi Popok Dewasa
Popok Anak
Persentase Toko yang Memiliki Persediaan Barang
• Pada periode pengumpulan data (H+8 sd H+14), belum semua pasar dan toko sudah beroperasi normal kembali.
• Meskipun demikian, mayoritas toko, baik bahan pangan maupun peralatan kebersihan pribadi, menyatakan memiliki persediaan barang. (tidak ada issue khusus terkait persediaan)
15% 22% 9%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 33%
19% 15%
3% 4% 0% 0% 4% 0% 0% Beras Telur Minyak Sabun Mandi Sabun cuci Masker Pembalut Pasta Gigi Popok Dewasa Popok Anak
Persentase Toko yang Menyatakan ada Kesulitan terkait Transportasi dan Harga
Transport Harga
Jenis
Barang Kesulitan Majene + Mamuju EceranMajeneGrosir Eceran GrosirMamuju
Beras Transportasi 14% 0% 4% 4% 7% Harga 32% 14% 4% 7% 7% Persediaan barang 25% 7% 0% 11% 7% Telur Transportasi 19% 0% 6% 10% 3% Harga 16% 3% 3% 6% 3% Persediaan barang 16% 3% 3% 6% 3% Minyak Transportasi 10% 3% 0% 3% 3% Harga 17% 7% 3% 3% 3% Persediaan barang 7% 0% 0% 3% 3%
• Pada periode pengumpulan data, kesulitan terkait transportasi dan harga terjadi pada komoditas bahan pangan, sementara untuk barang kebersihan pribadi, tidak ditemukan issue khusus
• Hal tersebut disebabkan karena akses jalan yang
masih rusak sehingga proses distribusi terganggu dan turut mempengaruhi harga.
• Pada barang segar (telur), hal ini juga berdampak pada penurunan kualitas (rusak/ busuk).
Rekomendasi:
• Perbaikan infrastruktur untuk menstabilkan
perekonomian
• Bantuan non Tunai dapat mensupport pedagang
untuk kembali menjalankan usahanya dan
67% 70% 58% 85% 100% 100% 96% 92% 86% 87%
Beras Telur Minyak Sabun Mandi Sabun cuci Masker Pembalut Pasta Gigi Popok Dewasa
Popok Anak
Persentase Toko yang Menyatakan Mampu Meningkatkan Persediaan apabila ada Peningkatan Pembelian min 50%
Jenis Barang
Majene Mamuju Eceran Grosir Eceran Grosir
Beras 50% 50% 24% 57%
Telur 50% 67% 48% 0%
Minyak 38% 67% 36% 43%
Analisa grafik:
• Pada periode pengumpulan data (H+8 sd H+14), situasi pasar yang mulai berangsur pulih terlihat dari kemampuan toko/ vendor untuk meningkatkan
persediaan barang di tokonya.
• Persentase toko barang kebersihan pribadi yang mampu meningkatkan persediaan, lebih tinggi dibanding toko bahan pangan.
Informasi dalam tabel,
• Toko grosir untuk ketiga komoditi bahan pangan lebih memiliki kapasitas untuk meningkatkan persediaan. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan modal dan jumlah agen/ supplier yang dimiliki
• Monitoring pasar perlu terus dilakukan untuk mendapatkan informasi terbaru terkait situasi pasar di kedua area.
Berhenti operasion al 7% Lebih ramai karena dibeli LSM 2% Normal 11% Pembeli kurang 15% Stok yang masuk terbatas/t erhambat 52% Tidak menjawab 13%
Dampak Bencana terhadap
Rantai Pasokan
Informasi yang dikumpulkan dari para pemilik toko, terkait dampakbencana terhadap rantai pasokan, antara lain:
• Terhambatnya persediaan (stok) barang yang masuk dari supplier (52%)
• Penurunan daya beli masyarakat (pembeli berkurang) • Sebagian toko berhenti beroperasional,
• Sedikit sekali (2%) yang menyatakan omsetnya meningkat karena dibeli Lembaga NGO
Rekomendasi:
• Perbaikan akses / infrastruktur jalan perlu segera dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan barang di kedua wilayah • Bantuan Non Tunai bisa mendorong peningkatan daya beli
masyarakat
• Peningkatan daya beli tersebut, bisa mendorong toko untuk kembali beroperasional kembali
89% 4% 2% 2% 2% Tunai Kartu kredit Kartu debit Mobil money/e-money Lainnya (transfer atm)
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Mekanisme pembayaran saat membeli barang dari suplier 98% 0% 4% 2% 0% Tunai Kartu kredit Kartu debit Mobil money/e-money Lainnya 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Mekanismepembayaran saat menjual barang pada pembeli
• Penggunaan uang sudah menjadi hal yang umum dilakukan dalam transaksi di kedua area. • Mekanisme pembayaran yang paling sering digunakan oleh pedagang, baik saat membeli
maupun saat menjual barang ialah uang tunai.
• Penggunaan alat pembayaran lain (kartu kredit/ debit/ emoney), juga dilakukan oleh Sebagian kecil pedagang dan pembeli di kedua area
•
Melayani jasa transfer dan pengambilan
uang (di konter dan ATM)
•
Memiliki pengalaman menyalurkan
Bantuan Non Tunai Pemerintah (belum
pernah dalam program respon bencana)
•
Memiliki 38 kantor cabang dan 47 kantor
kas di Sulawesi Selatan dan Barat.
•
Data yang dibutuhkan untuk membuka
rekening: KTP dan KK
•
Melayani jasa pengiriman uang (di konter),
pembayaran cicilan, air, listrik dan pengiriman
barang
•
Memiliki pengalaman menyalurkan Bantuan Non
Tunai Pemerintah dan non-pemerintah
•
Memiliki 18 kantor cabang di Provinsi Sulawesi
Barat
•
Lokasi distribusi dapat dilakukan diluar kantor
(menyesuaikan dengan lokasi penerima manfaat)
•
Memiliki 25 kendaraan (mobil pos) yang
beroperasi di provinsi Sulawesi Barat
•
Bekerjasama pengawalan kepolisian untuk
perjalanan menuju titik distribusi
•
Data yang dibutuhkan untuk proses transfer: KTP/
KK
• Lembaga keuangan berbasis teknologi
• Menyediakan fasilitas transfer uang dan voucher dalam secara digital, tanpa mewajibkan penerima manfaat untuk memiliki android
• Memiliki pengalaman distribusi bantuan non tunai dari program pemerintah dan non pemerintah, termasuk dalam respon bencana kemanusiaan (± 41.195 beneficiaries)
• Data yang dibutuhkan untuk pendaftaran penerima manfaat: nama, wajah, usia, gender, agama (didaftarkan dalam app duithape)
• Menyediakan aplikasi pendaftaran calon penerima manfaat yang bisa digunakan oleh Lembaga secara langsung di lapangan
• Memiliki call center yang aktif 7 hari seminggu (08.00 – 22.00) • Mengelola data pribadi klien berdasarkan aturan yang berlaku di
Indonesia dan mengikuti standar internasional
• Memiliki ISMS (sistim manajemen kemanan informasi) sesuai aturan BI • Memiliki 100 agen di Sulawesi Barat, untuk penambahan agen ±2
Kesimpulan
Rumah Tangga (RT)
Sejak sebelum bencana, RT sudah terbiasa mengakses pasar dan menggunakan uang. Akses jalan saat ini belum semuanya baik
RT lebih menyukai Bantuan Non Tunai karena bisa digunakan sesuai kebutuhan masing-masing keluarga, dan dapat dikelola waktu penggunaanya
Baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi pihak yang mengambil/ menerima bantuan. Lokasi distribusi yang dekat dengan tempat tinggal dapat meningkatkan kesempatan perempuan untuk mengambil bantuan
Risiko implementasi BNT dapat muncul apabila proses penentuan penerima tidak dilakukan secara transparan, tumpeng tindih dan tidak disosialisasikan dengan baik
Pemerintah/ Tokoh
Masyarkat
Tomas melihat BNT menjadi opsi modalitas yang tepat. Perlu proses koordinasi dan komunikasi yang baik
Masyarakat sudah memiliki pengalaman
menerima bantuan pemerintah melalui Lembaga keuangan (Bank, Kantor POS)
Masyarkat sudah terbiasa mengakses pasar sejak sebelum bencana, meskipun saat ini Sebagian akses transportasi masih rusak dan toko/ pasar belum semua buka
Risiko implementasi BNT dapat muncul bila koordinasi dan sosialisai tidak dilakukan dengan baik bersama apparat desa. Bantuan sebaiknya tepat sasaran
Aktor Pasar
Pasar mulai berangsur pulih.
Saat ini barang tersedia di pasar (H+8 sd H+14) Pemilik usaha menyatakan kesulitan untuk
meningkatkan persediaan karena akses jalan yang masih rusak, dan turut berpengaruh pada harga Umumnya menggunakan uang tunai, baru sebagian kecil yang menggunakan debit/ kredit/ emoney
BNT tidak memiliki risiko khusus terhadap harga harga barang di pasar. Harga saat ini lebih dipengaruhi ketersediaan, karena akses transportasi masih terhambat
Rekomendasi
Bantuan Non Tunai dapat dilaksanakan, karena merupakan preferensi modalitas dari rumah tangga, mendapat dukungan dari tokoh masyarakat dan saat ini barang saat tersedia di pasar.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian khusus adalah hal-hal sebagai berikut:
Infrastruktur:
perbaikan akses jalan dan transportasi diperlukan agar proses koordinasi dan distribusi bantuan (non tunai dan barang) dapat dilakukan, sekaligus untuk meningkatkan aktivitas masyarakat setempat
Desain Bantuan:
- Kriteria penerima manfaat perlu dibangun berdasarkan tujuan (indicator) dari bantuan tersebut
- Distribusi bantuan diberikan melalui lembaga keuangan (Bank, Kantor POS, Fin Tech) untuk menghindari risiko pungutan liar dan mengelola akuntabilitas.
- Pengarusutamaan gender dalam desain dapat dikelola salah 1 nya melalui lokasi distribusi yang dekat dengan tempat tinggal
- Penentuan nilai transfer perlu melihat tujuan/ desain program
Rekomendasi
Implementasi:
- Koordinasi lintas Lembaga (antar NGO, pemerintah dan pihak swasta) perlu dilakukan untuk meningkatkan sinergi program dan menghindari risiko tumpang tindih (overlapping) di lapangan
- Koordinasi dengan pemerintah setempat (kepala desa, to-mas) perlu dilakukan sejak awal oleh lembaga yang hendak mengimplementasikan bantuan di wilayah tersebut. (bagian dari mitigasi risiko konflik) - Sosialisasi program perlu dilakukan dengan baik pada calon penerima manfaat, termasuk penjelasan
terkait kriteria penerima manfaat dan Identifikasi penerima manfaat (bagian dari mitigasi risiko konflik) - Perlu memastikan akuntabilitas program dengan mengelola transparansi, menyediakan saluran untuk
menyampaikan kritik dan saran
- Koordinasi rutin dalam Kelompok Kerja Bantuan Non Tunai perlu dilakukan dengan turut melibatkan pemerintah
Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti:
- Melakukan monitoring pasar
- Membangun komunikasi dengan pemerintah setempat untuk mendapatkan dukungan dan melakukan kerja kerja bersama.