• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

76

ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang berdirinya dan struktur organisasi pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT. Telkom). Kemudian akan membahas juga tentang sistem yang berjalan pada PT. Telkom, gambaran umum permasalahan dalam penelitian serta usulan pemecahannya.

3.1 Latar Belakang dan Gambaran Umum PT. Telkom

Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan gambaran umum tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT. Telkom). Pada sub-bab ini juga akan membahas mengenai struktur organisasi, visi dan misi, sampai dengan daerah regional yang digunakan oleh PT. Telkom saat ini.

3.1.1 Latar Belakang PT. Telkom

Pada tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT. Infomedia Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi telepon di Indonesia. Di bawah sub-difisi Elnusa GTDI dari anak perusahaan Pertamina, Infomedia telah menerbitkan Buku Petunjuk Telepon Telkom Yellow Pages.

Perkembangan yang tercatat selanjutnya adalah berdirinya PT. Elnusa Yellow Pages di tahun 1984 yang berubah nama di tahun 1995 menjadi PT. Infomedia Nusantara pada saat PT. Telkom menanamkan

(2)

investasi. Untuk mendukung implementasi Good Coorporate Governance dalam setiap aspek kegiatan perusahaan, Infomedia telah mengeluarkan kebijakan pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008.

Pada dasarnya Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT. Telkom) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom menyediakan layanan InfoComm, telepon kabel tidak bergerak (fixed wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (fixed

wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan

interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan. Sebagai Perusahaan BUMN, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa Perusahaan, sedangkan sisanya dimiliki oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa listing).

Untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industri telekomunikasi dalam negeri maupun di tingkat global, PT. Telkom bertekad melakukan transformasi secara fundamental dan menyeluruh di seluruh lini bisnis yang mencakup transformasi bisnis dan portofolio, transformasi infrastruktur dan sistem, transformasi organisasi dan sumber daya manusia serta transformasi budaya. Konsistensi PT. Telkom dalam berinovasi telah berhasil memposisikan Perusahaan sebagai salah satu

(3)

perusahaan yang berdaya saing tinggi dan unggul dalam bisnis New

Wave.

Komitmen PT. Telkom untuk mendukung mobilitas dan konektivitas tanpa batas diyakini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan ritel maupun korporasi terhadap kualitas, kecepatan, dan kehandalan layanan serta produk yang kami tawarkan. Hal itu terbukti dengan kontinuitas peningkatan di sisi jumlah pelanggan kami, yakni mencapai 120,5 juta pelanggan per 31 Desember 2010, atau meningkat sebesar 14,6%. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8,3 juta pelanggan merupakan pelanggan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak, dan 94,0 juta pelanggan telepon seluler.

3.1.2 Visi dan Misi PT. Telkom

Visi dari PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah "Menjadi yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan regional".

Misi dari PT. Telkom adalah :

a. Menyediakan Layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.

(4)

3.1.3 Logo PT. Telkom

Makna dari logo PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Logo PT. Telekomunikasi Indonesia

Logo PT. Telkom mencerminkan brand positioning ”Life

Confident”. Brand positioning ini didukung oleh “service culture” yaitu: expertise, empowering, assured, progressive dan heart.

Berikut merupakan makna dari simbol-simbol dari logo PT. Telkom:

a. Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan

produk dan layanan dalam portofolio bisnis baru PT. Telkom yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment).

(5)

b. Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini

mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.

c. Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah

kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat. d. Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari

terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.

e. Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan

untuk menggapai masa depan.

Selain simbol, warna-warna yang digunakan adalah :

a. Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan

pengalaman yang tinggi.

b. Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif,

hangat, dan dinamis.

c. Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah

mencerminkan inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.

3.1.4 Alamat PT. Telkom

Kantor pusat PT. Telkom beralamat di jalan Japati No. 1 Bandung 40133 Jawa Barat. Telepon / fax : 022-2500000.

Kantor tempat peneliti melakukan penelitian pada PT. Telkom beralamat di jalan S. Parman Kav. 8 Jakarta Barat 11220.

(6)

3.2 Struktur Organisasi Pada PT. Telkom

Pada sub-bab ini akan menampilkan struktur organisasi yang ada pada PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom).

Sebagai bagian dari implementasi transformasi bisnis Perusahaan menjadi penyelenggara layanan TIME, Telkom telah melakukan penataan organisasi untuk memastikan sustainable competitive growth. Pada “tahun 2011”, Telkom telah melakukan penyesuaian tugas dan fungsi pada beberapa unit strategis, yaitu:

a. Mengubah nama Direktorat IT, Solution & Supply menjadi Direktorat IT,

Solution & Strategic Portfolio menyusul penambahan fungsi Strategic Investment & Corporate Planning yang merupakan implikasi dari

diintegrasikannya unit Strategic Investment & Corporate Planning ke dalam direktorat tersebut untuk mengkondisikan penyelarasan proses corporate

planning & strategic investment. Kemudian agar lebih fokus pada

pengelolaan IT, Service serta Strategic Planning & Strategic Portfolio, terdapat pengalihan beberapa fungsi dari direktorat ini kepada direktorat lain, yaitu pengalihan fungsi supply management yang terdiri dari supply planning & control serta supply center kepada Direktorat Compliance & Risk

Management. Pengalihan fungsi ini membantu Direktorat IT, Solution & Strategic Portfolio untuk fokus pada pelaksanaan fungsinya.

b. Penambahan fungsi supply management pada Direktorat Compliance & Risk

Management dilakukan dengan tujuan untuk menyelaraskan proses supply management dengan proses compliance dan perimbangan beban kerja

(7)

c. Perubahan struktur organisasi Internal Audit yang diselaraskan dengan kebutuhan proses audit secara komprehensif (end to end).

d. Penggabungan Departement Corporate Communication dan Departement

Corporate Affair untuk memastikan proses kerja yang lebih efektif dan

efisien.

Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

3.2.1 Tugas dan Wewenang

Uraian tugas dan wewenang dari masing – masing bagian pada PT. Telkom Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut :

(8)

A. General Manager

Tugas General Manager adalah :

1. Mampu menjamin tercapainya target kinerja jaringan Cooper & DSLAM network dan mengimlementasikan kebijakan manajemen operasi dan pemeliharaan sistem jaringan.

2. Mampu menjamin tercapainya target kinerja system CPE dan mengimplementasikan kebijakan manajemen operasi dan pemeliharaan sistem.

3. Mampu mengevaluasi, mengukur, memodifikasi prosedur / sistem

costumer handling untuk tercapainya efektifitas costumer handling untuk setiap sisi pelanggan.

4. Mampu mengembangkan kriteria pekerjaan outsourcing eksisting dengan mempertimbangkan kapabilitas internal & eksternal sejalan dengan perubahan lingkungan bisnis yang kompetitif.

B. Manager Access Area

Tugas Manager Access Area adalah : 1. Monitoring anggaran operasional.

2. Monitoring kelancaran operasional di lapangan. 3. Memutuskan hal – hal yang penting untuk di eksekusi.

(9)

C. Manager Operational

Tugas Manager Operational adalah :

1. Merencanakan sasaran dan ruang lingkup proyek serta merinci aktivitas proyek dan jadwalnya. Mampu melakukan pengawasan dan melaporkan pelaksanaan proyek.

2. Mengevaluasi kinerja sistem Cooper & DSL Access Network dan memberikan solusi optimalisasi sistem.

3. Mengevaluasi kinerja sistem CPE dan memberikan solusi optimalisasi sistem.

4. Menganalisis statistik gangguan dan menyusun program penanganan gangguan layanan pelanggan secara efisien dan efektif.

5. Menganalisis statistik kemampuan layanan secara menyeluruh dan membuat rekomendasi solusi peningkatan kemampuan layanan.

D. Manager Outsourcing

Tugas Manager Outsourcing adalah :

1. Mengevaluasi kinerja sistem Copper & DSL Access Network dan memberikan solusi optimalisasi sistem.

2. Menganalisis akibat penerapan peraturan dan kebijakan yang berlaku.

(10)

3. Menganalisis pelaksanaan outsourching eksisting dan kedepan sesuai dengan strategi kebijakan Sumber Daya Manusia dan lingkungan bisnis.

4. Mengidentifikasi partnership management yang tepat untuk

perencanaan dan pengembangan kemitraan / aliansi untuk mendukung strategi perusahaan untuk pelaksanaannya.

E. Manager Optimalisasi

Tugas Manager Optimalisasi adalah :

1. Mengevaluasi kinerja sistem Copper & DSL Access Network dan memberikan solusi optimalisasi sistem.

2. Mengevaluasi kinerja sistem CPE dan memberikan solusi optimalisasi sistem.

3. Mengevaluasi kinerja sistem Optical Access Network ( OAN ) dan memberikan solusi optimalisasi sistem.

4. Mengalokasikan sumber daya dan memprediksi kegunaan masing – masing sumber daya untuk mencapai sasaran secara optimal. 5. Mengevaluasi desain Wireline Access Network sesuai dengan

kebutuhan dan kebijakan perusahaan serta mampu membuat analisis kapabilitas dan menyusun pelaksanaan proyek.

F. Manager Gudang

Tugas Manager Gudang adalah :

(11)

2. Melaksanakan pengelolaan Inventory Management. 3. Menyusun produk hokum sesuai metode legal drafting.

4. Menganalisis efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber penerimaan dan penggunaan kas, penyusunan proyeksi kas serta

optimalisasi idle cash.

5. Menganalisis proses pengelolaan dokumen sesuai dengan standard yang berlaku.

6. Mampu menganalisis hasil negosiasi dan memelihara hubungan yang positif dengan pihak lain dalam menyelesaikan masalah.

G. Asman CCA ( Costumer Coorporate Access ) Tugas Asman CCA adalah :

1. Pemeliharaan saluran data dan Internet. 2. Perbaikkan saluran pelanggan cluster. 3. Pemeliharaan saluran LC ( Led Cenal ).

H. Asman CAM ( Cooper Access Maintenance ) Tugas Asman CAM adalah :

1. Pemeliharaan kabel primer dan sekunder tembaga. 2. Penanggulangan gangguan kabel primer dan sekunder. 3. Perbaikan jaringan.

(12)

I. Asman MFRAN ( Maintenance Fiber and Radio Access Network ) Tugas Asman MFRAN adalah :

1. Pemeliharaan kabel Fiber optic dan radio.

2. Penanggulangan gangguan kabel Fiber optic dan radio. 3. Monitoring avaibility perangkat MSOAN dan MSAN.

J. Asman Daman ( Data Management ) Tugas Asman Daman adalah :

1. Purifikasi data jaringan. 2. Updating data SISKA.

3. Updating gambar skematik.

K. Asman CPE ( Costumer Primise Equipment ) Tugas Asman CPE adalah :

1. Mengawasi pasang baru speedy sudah terinstal dengan baik dan benar.

2. Mengendalikan gangguan speedy agar tetap sesuai tolak ukur. 3. Mengoptimalkan perangkat yang layak untuk broadband.

L. Asman TOS ( Technical Operation Support ) Tugas Asman Tos adalah :

1. Mengumpulkan kebutuhan material operasional penanggulangan gangguan.

(13)

3. Validasi BA dari mitra untuk penagihan.

M. SVP CPE

Tugas Svp Cpe adalah :

1. Instalasi pasang baru Speedy.

2. Penanggulangan gangguan speedy sampai dengan perangkat pelanggan.

3. Administrasi BA pasang baru Speedy ( Serial Number Modem, Tanggal Instal, Petugas Instal ).

N. SVP Publik Phone

Tugas Svp Public Phone adalah :

1. Pemeliharaan Telepon Umum koin dan kartu. 2. Pasang baru Telepon Umum koin dan kartu.

3. Memelihara ketersediaan perangkat Telepon Umum agar tetap handal 100%.

3.2.2 Daerah Operasional PT. Telkom

Secara umum PT. Telkom membagi wilayah operasinal menjadi 2 bagian yaitu Divisi Consumer Service Barat dan Divisi Consumer Service Timur. Namun, secara khusus dikelola oleh tujuh divisi regional (Divre). Divre I sampai dengan III termasuk pada bagian Divisi Consumer Service Barat, sedangkan Divre IV sampai dengan Divre VII termasuk bagian

(14)

Divisi Consumer Service Timur, Divre PT. Telkom meliputi wilayah-wilayah sebagai berikut :

a. Divre I Wilayah Sumatera.

b. Divre II Wilayah Jakarta dan sekitarnya. c. Divre III Wilayah Jawa Barat dan Banten. d. Divre IV Wilayah Jawa Tengah dan DIY. e. Divre V Wilayah Jawa Timur.

f. Divre VI Wilayah Kalimantan.

g. Divre VII Wilayah Indonesia meliputi Sulawasi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya (Papua).

3.3 Analisis Survei Wawancara dan Studi Literatur

Teori analisis yang kami gunakan berdasarkan 3 analisis yaitu : Analisis survei, wawancara, dan studi literatur. Berikut adalah penguraian dari hasil analisis survei, wawancara dan studi literatur.

3.3.1 Analisis Survei

Dengan telah dilakukannya survei yang dilakukan pada kantor PT. Telkom DIVA Jakarta Pusat. Peneliti telah dapat mengetahui sistem apa saja yang ada pada PT. Telkom. Kantor DIVA Jakarta Pusat mengkhususkan dengan sistem GPON dan MSAN dengan menggunakan perangkat keras ZTE.

Sistem GPON yang digunakan oleh DIVA Jakarta Pusat dengan menggunakan topologi FTTB (Fiber To The Building) dan FTTH (Fiber

(15)

To The Home). FTTB sendiri sudah diaplikasikan pada Apartment Spring Hills di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat sedangkan untuk FTTH masih

dalam tahap implementasi yang akan digunakan nantinya di daerah Jakarta Pusat. Untuk saat ini sistem GPON yang digunakan adalah sistem GPON ONT. Sistem GPON ONT ini menggunakan kabel fiber optic hingga kepelanggan. Sedangkan untuk perangkat keras yang digunakan sistem GPON pada pelanggan adalah Set Top Box (STB) saja.

Sistem MSAN yang digunaka DIVA Jakarta Pusat adalah MSAN

copper. Sistem ini adalah sistem konvensional yang berarti sistem ini

masih menggunakan kabel tembaga. Tetapi kabel tembaga ini digunakan dari Gedung Sentral Otomat (STO) hingga kepelanggan. Untuk unit metronya yang berada di dalam STO sudah menggunakan kabel fiber

optic. Perangkat keras yang digunakan oleh sistem MSAN pada

pelanggan adalah modem ADSL ZTE.

Dengan adanya hasil analisis survei ini, maka peneliti dapat melakukan perbandingan yang akan dibahas pada bab 4.

3.3.2 Analisis Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada pihak PT. Telkom dengan narasumber sebagai berikut :

(16)

Tabel 3.1 Tabel wawancara dengan narasumber

Nama Oslan Ir.

Jabatan Manager DIVA Jakarta Pusat Waktu Wawancara 09.00 s/d selesai

Tempat Kantor DIVA Jakarta Pusat • Tanya :

PT. Telkom ini bergerak dibidang apa pak? Jawab :

PT. Telkom bergerak dalam bidang penyediaan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

• Tanya :

Di kantor bapak ini bergerak dalam sistem apa saja pak? Jawab :

Kantor DIVA Jakarta Pusat ini melayani kamunikasi triple play dengan menggunakan dua sistem yaitu MSAN dan GPON.

• Tanya :

Sistem MSAN dan GPON itu apa ya pak? Jawab :

Untuk menjawab pertanyaan itu bisa langsung ditanyakan kepada Bpk. Nova yang nanti akan membimbing kalian.

(17)

Nama Nova Rachman

Jabatan ASMAN Maintenance & Data Management Waktu Wawancara 10.00 s/d selesai

Tempat Kantor DIVA Jakarta Pusat • Tanya :

Pak sistem MSAN dan GPON itu apa yaa? Jawab :

Sistem MSAN itu adalah Multi System Access Node sedangkan GPON itu Gigabit Passive Optic Network.

• Tanya :

Guna dari kedua sistem tersebut apa pak? Jawab :

Kedua sistem tersebut berguna untuk memanagemen jalur triple

play.

• Tanya :

Jalur triple play itu apa pak? Jawab :

Jalur triple play itu adalah jalur komunikasi yang dapat mengantarkan data( internet ), gambar dan suara.

• Tanya :

(18)

play ini pak?

Jawab : Groovia TV

• Tanya :

Apakah perbedaan dari MSAN dan GPON pak? Jawab :

Untuk menjawab itu silahkan tanya sama Aji saja. Nanti dia akan menjadi pembimbing kalian kalau saya tidak ada.

Nama Ajie Prabowo Joyonegoro

Jabatan Senior Techninician Access Network DIVA

Jakarta Pusat Waktu Wawancara 13.25 s/d selesai

Tempat Kantor DIVA Jakarta Pusat • Tanya :

Pak perbedaan dari sistem MSAN dan GPON itu apa? Jawab :

Sistem MSAN itu masih menggunakan kabel tembaga sedangkan GPON sudah menggunakan kabel fiber optic.

• Tanya :

(19)

perbandingan jaringan GPON dan MSAN pada PT. Telkom bagaimana pak?

Jawab :

Oh baik sekali untuk kami. Bisa menjadi suatu masukan yang baik bagi kami kedepannya.

• Tanya :

Masalah apa yang ada dalam kedua sistem ini pak? Jawab :

Masalah untuk MSAN :

- Jarak yang dapat ditempuh oleh kabel tembaga pendek yaitu sejauh 1,2 km.

- Kabel tembaga hanya dapat mengantarkan bandwidth sebesar 20 Mbps apa bila melebihi itu tidak stabil.

Masalah untuk GPON adalah :

- Harga untuk kabel fiber optic ini cukup mahal.

- Kabel fiber optic juga kurang tahan oleh gangguan cuaca. • Tanya :

Untuk kedepannya apa yang akan dilakukan oleh PT. Telkom pak?

Jawab :

(20)

dengan GPON, oleh karena itu kami juga membutuhkan data perbandingan yang kalian buat untuk dapat membantu kami mengevaluasi perubahan kami untuk kedepannya.

• Tanya :

Apakah ada permasalahan lain di dalam sistem GPON dan MSAN Pak ?

Jawab :

Sementara ini belum ditemukan permasalahan lain di dalam sistem GPON dan MSAN karena DIVA Jakarta Pusat hanya melingkupi perangkat keras jaringan GPON dan MSAN saja.

Dengan adanya hasil wawancara yang telah didapatkan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa PT. Telkom memiliki masalah dengan sistem yang ada. Masalah yang ada itu antara lain adalah jarak yang dapat ditempuh oleh kabel tembaga dan redaman yang terjadi pada kabel serat kaca.

3.3.3 Studi Literatur

Studi literatur yang peneliti lakukan adalah mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut berisikan tentang analisis jaringan secara umum, Teori khusus tentang analisis GPON dan MSAN.

(21)

Peneliti mencari bahan penelitian dengan cara mengunjungi perpustakaan BINA NUSANTARA UNIVERSITY dan bahan dari pihak PT. Telkom yang berhubungan dengan materi penelitian. Bertujuan mencari dasar teori dalam melakukan analisis dan perbandingan penelitian.

3.4 Prosedur yang Sedang Berjalan pada PT. Telkom

Pada saat ini PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT. Telkom) memiliki dua prosedur yang berjalan, yaitu prosedurr GPON dan prosedur MSAN. Prosedur GPON ini sendiri telah berjalan pada PT. Telkom selama tiga tahun sedangkan prosedur MSAN sudah berjalan empat tahun. Kedua prosedur itu tentunya mempunyai perbedaan. Didalam sub-bab ini peneliti mencoba untuk menguraikan mengenai kedua prosedur tersebut.

3.4.1 Prosedur GPON

GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai

Broadband Access yang berbasis kabel serat optik. GPON menggunakan

serat optik sebagai medium transmisinya. Satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan traffic triple play ke arah pelanggan. Yang menjadi ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya adalah teknik distribusi traffic dilakukan secara pasif. Dari sentral hingga kearah pelanggan akan didistribusikan menggunakan pasif splitter. GPON menggunakan Time Division Multiple Access (TDMA)

(22)

sebagai teknik multiple access upstream dan menggunakan broadcast ke arah downstream. GPON beroperasi dengan line rate 2.5 Gbps untuk

downstream dan 1,2 Gbps untuk upstream. GPON diciptakan untuk

memberikan layanan suara, data, dan video dengan menggunakan standart dat ITU-T G984.x series.

GPON menggunakan media transmisi single core fiber optic. Single

core fiber optic biasanya mempunyai inti kecil (berdiameter 0.00035 inch

atau 9 mikron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer). Fiber optic itu sendiri adalah sebuah kaca murni yang panjang dan tipis serta berdiameter sebesar rambut manusia. Dalam pengunaannya beberapa fiber optic dijadikan satu dalam sebuah tempat yang dinamakan kabel optik dan digunakan untuk mengantarkan data digital yang berupa sinar dalam jarak yang sangat jauh.

Kabel optik ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada didalam serat optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Pada prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat baik digunakan sebagai saluran komunikasi.

Pada dasarnya sistem GPON ini adalah sebuah sistem yang berbasis Jaringan Lokal Akses Fiber (jarlokaf). Dengan menggunakan kabel dengan bahan dasar serat kaca ini membuat sistem GPON memiliki

(23)

kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya, yaitu sebesar 300.000.000 m/det dan kabel ini juga mampu mengantarkan bandwidth yang

besar.

Gambar 3.3 Arsitektur GPON 3.4.1.1 Arsitektur Fiber Optic yang Dimiliki PT. Telkom

Untuk saat ini PT. Telkom baru hanya memiliki dua arsitektur fiber optic dalam pelaksanaannya, yaitu :

Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dapat dianalogikan dengan Daerah Catu Langsung (DCL) pada jaringan akses tembaga.

Fiber To The Home (FTTH)

TKO terletak dirumah pelanggan, merupakan sepenuhnya jaringan optik dari provider ke pelanggan. Multiplex dari sinyal optik dibawa ke splitter dalam sebuah

(24)

group yang hampir mendekati pemakai sehingga keterbatasan kemampuan dalam menyediakan bandwidth yang lebar dapat dicapai.

3.4.1.2 Konfigurasi GPON

Sistem GPON yang dimiliki PT. Telkom menggunakan isyarat optik dengan panjang gelombang 1490 nm dari metro yang berada disetiap STO untuk downstream dan isyarat optik dengan panjang gelombang 1310 nm dari metro untuk upstream yang digunakan untuk mengirim data dan suara. Sedangkan layanan video dikonversi dahulu ke format optik dengan panjang gelombang 1550 nm oleh optik pemancar video (optical video

transmitter). Isyarat optik 1550 nm dan 1490 nm ini digabungkan

oleh penggabung (coupler) dan ditransmisikan ke pelanggan secara bersama. Sehingga dapat dikatakan, tiga panjang gelombang ini membawa informasi yang berbeda secara bersamaan dan dalam berbagai arah pada satu kabel serat optik yang sama.

Konfigurasi sistem GPON pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yatu :

1. Optical Line Terminal (OLT)

OLT menyediakan antarmuka anatara sistem PON dengan PT. Telkom (service profider) video, data dan suara. Bagian ini

(25)

akan menuju ke sistem operasi pada metro melalui Element

Managemen System (EMS).

2. Optical Distribution Network (ODN)

ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan sarana transmisi optic dari OLT terhadap pelanggan dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik passif. ODN menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU.

ODN sendiri terdiri dari :

a. Passive Splitter b. Connector

c. Jaringan Fiber optic

d. Splices

3. Optical Network Termination / Unit (ONT / ONU)

ONT / ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONT / ONU menjadikan sinyal elektrik yang diperlukan untuk layanan pelanggan. Pada arsitektur FTTH, ONT / ONU diletakan disisi pelanggan. ONT / ONU dihubungkan melalui Adaption Unit (AU) yang menyediakan fungsi penyesuaian antara ONT / ONU dan pelanggan. Sehingga FTTH atau FTTB sangat sesuai dengan skema GPON.

(26)

4. Set Top Box (STB)

Fungsi dari STB adalah mengkonversi IP Video (broadcast) menjadi gambar analog yang dapat ditampilkan pada televisi pelanggan.

3.4.2 Prosedur MSAN

Multi Service Access Node (MSAN) adalah salah satu sistem pada

PT. Telkom masih menggunakan kabel tembaga yang merupakan generasi ketiga dari Optical Access Network (OAN). MSAN merupakan platform

single yang mampu mendukung teknologi akses tradisional dan sudah

digelar secara luas, MSAN juga mampu mendukung teknologi baru dengan fungsi sebagai gateway menuju inti Next Generation Network (NGN) dan berfungsi untuk Broadband Access Multiplexer yang membawa layanan berbasis ADSL, ADSL2/2+, G.SHDSL2. MSAN memungkinkan PT. Telkom memberikan layanan triple play yaitu menyalurkan layanan high speed internet access (HSIA), Voice packet dan layanan IPTV secara bersamaan melalui infrastruktur yang sama.

Berikut ini adalah beberapa layanan MSAN pada PT. Telkom yaitu : 1. POTS (Plain Old Telephone Service) adalah layanan telepon dasar

berupa layanan suara dan data / internet berkecepatan rendah menggunakan jaringan lokal akses kabel tembaga

2. ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line) adalah salah satu jenis teknologi DSL dimana pembagian bandwidth data untuk transmisi

(27)

downstream lebih besar daripada upstream. Teknologi ADSL ini

memungkinkan pelanggan dapat melakukan akses data dan panggilan telepon biasa secara bersamaan karena teknologi ini memisahkan frekuensi suara dan frekuensi data.

Gambar 3.4 Arsitektur MSAN 3.4.2.1 Konfigurasi MSAN

Secara Umum teknologi MSAN yang dimiliki oleh PT. Telkom terdiri dari Rangka Pembagi Utama (RPU) / Main

Distribution Frame (MDF), Kabel Primer, Rumah Kabel (RK),

Kabel Sekunder, Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP), Saluran Penaggal (Salpa), Kotak Terminal Batas (KTB), Kabel Rumah, Soket/Roset, Pesawat Telepon.

(28)

Gambar 3.5 Konfigurasi Perangkat Jaringan

Berdasarkan gambar di atas, konfigurasi MSAN adalah (sesuai kode nomor pada gambar) :

1. Rangka Pembagi Utama (RPU) / Main Distribution Frame (MDF)

RPU yang dimiliki oleh PT. Telkom berbentuk blok-blok terminal yang terdapat dalam gedung STO (Sentral Telepon Otomat) atau Sentral Lokal. RPU / MDF biasanya terletak di bawah ruang sentral telepon untuk gedung STO bertingkat. Sedangkan, untuk gedung STO tidak bertingkat, MDF diletakkan di samping ruang sentral telepon. Di bawah MDF terdapat ruang bawah tanah yang dipasang rangka besi (Cable

Chamber) untuk menempatkan kabel-kabel primer dari luar

gedung sebelum di distribusikan ke MDF. Fungsi MDF :

a. Tempat Penyambungan Kabel Primer dengan Kabel Sentral

b. Tempat Pengetesan

c. Fleksibelitas Saluran, artinya dapat ditukarpasangkan kabel sentral dengan kabel primer dengan menggunakan kabel jumper wire.

(29)

Blok terminal vertikal dan blok terminal horizontal dihubungkan dengan dengan menggunakan kabel jumper wire, yaitu kabel tembaga polietelin.

2. Kabel Primer

Pada PT. Telkom kabel primer berfungsi untuk menghubungkan RPU suatu sentral telepon ke RK dan DP / KP pada daerah catuan langsung. Kabel primer mempunyai kapasitas maksimal 2400 pasang dengan diameter 0,4 mm dan 0,6 mm. Untuk STO kapasitas besar kabel primer ditanam langsung atau dipasang melalui pelanggan yang dicor beton (sistem duct).

3. Rumah Kabel (RK)

Pada PT. Telkom RK merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu jaringan kebel telepon antara sentral dengan pesawat pelanggan yang biasanya dipasang di tepi jalan, trotoar, dan pada tempat yang tidak mengganggu lalu lintas dan aman. RK terbuat dari beton ( type lama , sekarang tidak dipakai lagi ), dan ada juga yang terbuat dari besi / fiber glass. RK mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel primer dengan kabel sekunder, tempat melaksanakan pengetesan untuk mengetahui keberadaan gangguan, dan tempat melaksanakan jumper antara terminal blok disisi primer

(30)

dengan terminal blok disisi sekunder. Kapasitas RK paling kecil 800 pasang, dengan arti jumlah pasangan primer dengan pasangan sekunder yang dapat diterminasikan adalah 800 pasang, sedangkan kapasitas RK paling besar 2400 pasang (dimensi RK dengan kapasitas 2400 pasang sama dengan kapasitas 1600 pasang). Pada umumnya, perbandingan antara kapasitas kabel primer dan kabel sekunder adalah 2 : 3.

4. Kabel Sekunder

Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan RK dengan DP/KP. Kabel sekunder mempunyai kapasitas maksimal 200 pasang dengan diameter urat kabel bervariasi antara 0,4 s/d 0,8 mm.

5. Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP)

KP merupakan unit terminal kabel tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel

distribusi (penanggal) yang mempunyai fungsi sebagai

tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel

distribusi, dan sebagai tempat pengetesan untuk mengetahui keberadaan gangguan.

Fungsi KP :

a. Tempat penyambungan kabel sekunder dengan saluran penanggal

(31)

b. Tempat pengetesan atau mengetahui keberadaan gangguan

c. Tempat mutasi jaringan yang menuju rumah pelanggan d. Saluran yang stabil karena setiap pasang urat kabel sekunder bisa di tukar pasang dengan setiap saluran penaggal.

KP ada berbagai macam jenis, antara lain : 1. Kotak Pembagi Tiang ( KPT )

Mempunyai kapasitas 10 pasang yang kecil dan 20 pasang yang besar. Digunakan untuk mencatu pelanggan yang terpencar dengan menggunakan saluran penanggal.

2. Kotak Pembagi Dinding ( KPD )

Dipasang pada dinding sebelah luar, biasanya digunakan untuk mencatu pertokoan/rumah yang letaknya berdampingan secara teratur. Dapat juga dipasang pada dinding sebelah dalam / biasanya digunakan untuk mencatu tiap tingkat pada gedung bertingkat/komplek industri, kampus, perkantoran. DP jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar dibanding DP atas tiang dan biasanya kapasitas paling kecil 60 pasang dan paling besar 400 pasang.

(32)

Kotak pembagi yang dipasang di atas permukaan tanah/pelataran. Digunakan untuk mencatu pelanggan pada daerah permukaan yang sudah mapan seperti perumahan pada real estate. Pada STO Simpang lima menggunakan kotak pembagi tiang dengan kapasitas 10 – 20 saluran. Umumnya, dari 10 saluran, diambil 1 sebagai saluran cadangan dan dari 20 saluran diambil 2 sebagai saluran cadangan. Saluran cadangan ini berfungsi sebagai pengganti apabila dalam 1 KP tersebut ada saluran yang mengalami kerusakan atau sedang dalam perbaikan.

4. Kabel distribusi

Kabel distribusi pelanggan yang fungsinya menghubungkan DP/KP ke tambatan akhir pada rumah pelanggan. Kabel yang digunakan adalah kabel penanggal. Kabel penanggal ada dua jenis, yaitu kabel dengan penguat dan tanpa penguat.

Kabel saluran penanggal berfungsi menghubungkan KP (Kotak Pembagi) dengan KTB( Kotak Terminal Batas) yang berada di pelanggan. Kabel yang digunakan adalah kabel DW (Drop Wire). Jarak kabel Drop Wire terjauh adalah 250 meter. Dengan jarak 250 meter itu, maka maksimal diperlukan tiang adalah :

(33)

Banyaknya tiang = Jarak terjauh / 50 Banyaknya tiang = 250 / 50 = 5 tiang

Pada rumus terdapat pembagian 50 karena jarak maksimal antara tiang itu adalah 50 meter.

5. Kotak Terminal Batas (KTB)

KTB merupakan tempat penyambungan antara kabel penanggal / distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah (indoor cable) yang mempunyai fungsi sebagai pembatas antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal pada jaringan kabel., tempat terminasi awal IKR pada rumah pelanggan, tempat terminasi akhir saluran penanggal dari jaringan kabel telepon lokal, tempat penyambungan antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal dari jaringan lokal, dan tempat pemeriksaan ada tidaknya

dial tone (nada pilih). KTB biasanya dipasang pada

dinding rumah pelanggan dengan ketinggian kurang lebih 170 cm dari atas tanah.

KTB mempunyai dua bagian, yaitu sisi PT. Telkom dan sisi pelanggan.

a. Sisi Telkom

Batasan sepenuhnya tanggung jawab PT. Telkom terhadap kondisi instalasi kabel. Pada sisi PT. Telkom terdapat terminal urat kabel yang

(34)

berfungsi untuk menterminasikan kabel saluran penanggal, IKR, kabel yang terhubung ke konektor pada sisi pelanggan, dan kabel yang terhubung ke soket pada sisi pelanggan. Sisi Telkom dilengkapi dengan pintu yang hanya dapat dibuka dengan alat khusus /dirancang dengan menggunakan segel.

b. Sisi Pelanggan

Sisi pelanggan PT. Telkom adalah batasan pelanggan diijinkan memelihara, memeriksa, dan memperbaiki IKR. Dalam kondisi normal (operasi), maka penyambungan saluran pananggal dengan IKR dilakukan dengan memasukkan konektor ke dalam outlet pasangannya di sisi pelanggan. Pelanggan telepon dapat memeriksa ada tidaknya nada pilih dari sentral telepon dengan cara memasukkan utas konektor dari pesawat telepon langsung ke outlet yang ada pada sisi pelanggan.

6. Kabel Rumah

Kabel rumah pada PT. Telkom menggunakan kabel UTP yang menghubungkan antara Kotak Terminal Batas dengan Soket dan keluarannya menggunakan RJ11.

(35)

7. Soket/Roset

Pada PT. Telkom Soket/roset merupakan sebuah terminal 1 pair to 1 pair, yang berfungsi menghubungkan kabel rumah ke pesawat telepon. 8. Pesawat Telepon

Perangkat ini adalah umum digunakan dimasyarakat luas yang berfungsi untuk berkomunikasi 2 arah. Pada PT. Telkom akan digunakan pesawat yang menggunakan konektor kabel tembaga di bagian belakang.

3.5 Gambaran Umum Permasalahan pada Penelitian

Gambaran umum permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah adanya permasalahan pada jaringan GPON dan MSAN data pada PT. Telkom. Yang mana permasalahannya itu sendiri adalah :

1. Dengan menggunakan teknologi MSAN berarti perangkat keras yang paling utama adalah kabel dengan bahan dasar tembaga. Yang mana kabel tembaga memiliki jarak yang dapat ditempuh adalah 1,2 Km dari STO. apabila melebihi jarak itu maka jaringan menjadi tidak stabil karena adanya gangguan.

2. Permasalahan yang selanjutnya adalah besarnya bandwitdh yang diberikan oleh PT. Telkom untuk setiap penggunanya adalah 6Mb. Ini menjadi masalah

(36)

untuk kabel tembaga. Kabel ini hanya dapat mengantarkan bandwitdh sebesar 20Mb, apabila melebihi dari 20Mb jaringan menjadi tidak stabil. Hal ini membuat keterbatasan untuk membagi bandwidth kepada beberapa pengguna.

3. Dengan mengguna teknologi GPON berarti perangkat keras yang paling utama itu adalah kabel serat kaca. Sedangkan kabel serat kaca ini cukup mahal dipasaran, sehingga teknologi ini sendiri terbilang cukup mahal untuk diimplementasikan.

4. Permasalahan yang hadir berikutnya adalah tidak semua pelanggan dapat menikmati sistem GPON, karena GPON pada implementasinya menggunakan kabel fiber optic dengan cara ditanam dibawah tanah.

Dengan adanya hal-hal tersebut penelitian ini mencoba mencari penyebab dari adanya masalah tersebut dan berusaha untuk dapat menemukan solusi dari pemecahan masalah yang ada.

3.6 Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada maka peneliti memberikan solusi pemecahan masalah, yaitu:

1. Karena kabel tembaga hanya dapat menempuh jarak 1,2 km maka peneliti menyarankan menggunakan sistem GPON. Karena sistem GPON

(37)

menggunakan kabel fiber optic. Kabel fiber optic memiliki jarak tempuh yang jauh lebih panjang dari kabel tembaga karena kabel fiber optic memiliki redaman yang lebih kecil dari tembaga. Hal ini dikarenakan kabel fiber optic yang digunakan adalah kabel single-mode. Kabel fiber optic dengan single

mode mengirimkan sinyal mengalir lurus sepanjang fiber core sehingga dapat

memberikan tingkat transmisi yang jauh lebih tinggi dengan jarak lima puluh kali lebih besar dari multimode. Dengan adanya core yang kecil dan memiliki gelombang cahaya tunggal hampir dapat mehilangkan distorsi yang diakibatkan dari getaran sinyal yang tumpang tindih, memberikan peredam sinyal dan memiliki kecepatan transmisi tertinggi dari kabel fiber lain.

2. Karena kabel tembaga hanya dapat mengantarkan bandwidth sebesar 20 Mb maka sebaiknya PT. Telkom menggunakan sistem GPON karena sistem ini dapat mengantarkan bandwidth sebesar 2.5 Gbps untuk downstream dan 1,2 Gbps untuk upstream. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3 halaman 81. 3. Karena sistem GPON menggunakan kabel fiber optic maka biaya untuk

implementasi cukup mahal. Untuk mengatasi masalah ini sebaiknya PT. Telkom menggunakan sistem GPON ONU, karena sistem GPON ONU menggunakan perangkat MSAN yang berada di ONU. ONU berfungsi sebagai perubah sinyal dari sinyal cahaya menjadi sinyal elektrik. Hal ini membuat sistem GPON ONU menggunakan topologi FTTH sehingga implementasi lebih murah.

4. Untuk mengatasi pelanggan yang tidak dapat menikmati sistem GPON maka peneliti menyarankan PT. Telkom menggunakan GPON ONU. Karena sistem GPON ONU tidak semua kabel yang digunakan adalah kabel fiber optic.

(38)

GPON ONU masih menggunakan kabel tembaga dari ONU hingga menuju pelanggan. Sehingga implementasi untuk sistem GPON ONU ke pelanggan lama dapat menggunakan kabel tembaga yang implementasinya lebih mudah dari pada fiber optic ONT. Fungsi dari ONU pada sistem ini adalah merubah sinyal cahaya menjadi sinyak sinyal elektrik. Dikutip dari bab 3 halaman 84-85.

Gambar

Gambar 3.1 Logo PT. Telekomunikasi Indonesia
Gambar 3.2  Bagan Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tabel 3.1 Tabel wawancara dengan narasumber
Gambar 3.3 Arsitektur GPON
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

“Penerapan Knowledge Management System (KMS) Pada PT Y-Tec Autoparts Indonesia Bagian Quality Control Dengan Menggunakan Seci Model” adalah cara untuk melakukan transfer

Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan PPM dalam bentuk pelatihan usaha souvenir khas wisata Merapi adalah 1) para remaja putri mampu membuat aksesoris dan merchandiser

Karena-Nya, penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Pengaruh Tinggi Bukaan Pintu Air Tegak Terhadap Kondisi Aliran Di Bagian Hilir Saluran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik antara arang tanpa pemanasan dengan yang dipanaskan sebelum diaktivasi dengan NaOH dan menentukan

Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh hubungan antara Current Ratio , Return On Assets terhadap pengungkapan

Karena penyelesaian operasi masukanlkeluaran bagi proses blocked mungkin tak pernah terjadi atau dalam waktu tak terdefinisikan sehingga lebih baik di-suspend agar sumber

Keberanian siswa untuk bertanya jika mengalami kesulitan dalam memecahkan soal ataupun kesulitan dalam menerima pelajaran juga mengalami peningkatan dari sebelumnya pada kondisi

Hasil ini konsisten dengan penelitian (Ika dan Ghazali, 2012 ; Nur, et al 2010 ; Rachmawati 2008) yang menyatakan bawah ukuran perusahaan bepengaruh positif secara