• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI PADA APLIKASI ZOOM CLOUD MEETING ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI PADA APLIKASI ZOOM CLOUD MEETING ABSTRAK"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI PADA

APLIKASI ZOOM CLOUD MEETING

Analisis Perceived Usefulness dan Perceived Of Use terhadap penggunaan aplikasi Zoom berdasarkan Technology Acceptance

Model (TAM)

Khresna Wishnujati Sri Hastjarjo

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Pandemi Corona Virus-19 menyebabkan banyak perguruan tinggi beserta proses belajar mengajar terhambat. Untuk mengatasi masalah tersebut penerapan program bekerja/belajar dari rumah digiatkan oleh pemerintah menggunakan berbagai aplikasi yang dapat dengan mudah digunakan dan bertujuan untuk mempermudah proses komunikasi. Salah satunya adalah aplikasi Video Conferencing Apps, Zoom.

Aplikasi Zoom dapat dengan mudah diakses melalui komputer maupun melalui smartphone dan tablet. Penelitian ini menganalisa kemudahan beserta manfaat menggunakan aplikasi pembelajaran jarak jauh menggunakan teori Technology Acceptance Model (TAM) untuk mengetahui pengalaman beserta hasil dari para pengguna aplikasi khususnya Mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dengan dua variabel utama yaitu variabel persepsi manfaat dan variabel persepsi kemudahan penggunaan yang diuji dengan variabel penggunaan aplikasi. Hasil dari penelitian ini adalah pengguna aplikasi Zoom merasa terbantu menyelesaikan pekerjaan dan tetap merasa efektif bekerja walaupun tanpa berinteraksi secara langsung serta pengguna merasa aplikasi Zoom mudah digunakan dan dioperasikan dari awal hingga akhir.

Kata kunci: Percieved usefulness, Percieved Ease of Use, Technology Acceptance Model (TAM), Zoom.

(2)

2

Khresna Wishnujati, D1218028. 2021 ―ANALISIS PERCEIVED USEFULNESS DAN PERCEIVED OF USE TERHADAP PENGGUNAAN APLIKASI ZOOM BERDASARKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) . Undergraduate Thesis. Department of Communication Science. Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Abstract

The Corona Virus-19 pandemic has hampered many universitiy and their teaching and learning processes. To overcome this problem, the government has encouraged the implementation of work / study from home programs to use various applications that can be easily used and aim to simplify the communication process. One of them is the Video Conferencing Apps, Zoom. The Zoom application can be easily accessed via a computer or via smartphones and tablets. This study analyzes the convenience and benefits of using a distance learning application using the Technology Acceptance Model (TAM) theory to determine the experiences and results of application users, especially Sebelas Maret University students. With two main variables, namely the perceived benefit variable and the perceived ease of use variable which were tested with the application use variable.

The result of this research is that users of the Zoom application feel helped to complete their work and still feel effective at working even without interacting directly and users find the Zoom application easy to use and operate from start to finish.

Keywords: Percieved usefulness, Percieved Ease of Use, Technology Acceptance Model (TAM), Zoom.

(3)

3 Pendahuluan

Memasuki minggu ketiga pelaksanaan kebijakan Work From Home. Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Administrasi Jakarta Selatan mencatat sebanyak 530 perusahaan menerapkan sistem bekerja dari rumah (work from home/WFH). Hal ini sesuai seruan Pemerintah Provinsi DKI maupun pemerintah pusat guna mencegah penyebaran covid-19. Sesuai dengan seruan Gubernur DKI Jakarta yang telah dituangkan dalam Surat Edaran Disnakertrans Nomor 20/SE/2020 tentang Perpanjangan Imbauan Bekerja dari Rumah (Work From Home) sampai dengan tanggal 19 April 2020.

"Berdasarkan laporan dan hasil monitoring, perusahaan yang menerapkan WFH sampai dengan sore ini ada 530 perusahaan dengan pekerja 174.638 orang," kata Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Selatan, Sudrajat, Selasa (7/4). (Murdaningsih, 2020)

Kebijakan ini memaksa berbagai instansi dan perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan dari rumah. Berbagai aplikasi hadir untuk mengakomodasi para pekerja untuk penyelesaian masalah, termasuk dengan hadirnya aplikasi video conferencing Zoom yang memudahkan kebutuhan komunikasi tatap muka yang berguna sebagai pengganti rapat konvensional.

Bahkan Presiden Joko Widodo pun turut menggunakan layanan Zoom untuk melakukan koordinasi dengan para pejabat pemerintah, pada Senin 16

(4)

4

maret 2020 yang diunggah ke akun resmi Presiden Joko Widodo di Instagram. (Yusuf, 2020)

Zoom pertama kali ditemukan pada tahun 2011 Eric Yuan, dan mulai beroperasi pada januari 2013. Pada tahun 2020, penggunaan Zoom naik 67% dari awal tahun hingga pertengahan Maret karena sekolah dan perusahaan mengadopsi platform untuk pekerjaan jarak jauh sebagai respons terhadap pandemi coronavirus. Karena pandemi semakin minatf, ribuan institusi pendidikan beralih ke kelas online menggunakan Zoom. Perusahaan menawarkan layanannya ke sekolah-sekolah secara gratis di banyak negara. Dalam satu hari, aplikasi Zoom diunduh 343.000 kali dengan sekitar 18% dari unduhan tersebut berasal dari Amerika Serikat. Zoom meningkat lebih dari 2,22 juta pengguna di bulan-bulan pertama tahun 2020 — lebih banyak pengguna daripada yang dikumpulkan secara keseluruhan pada 2019.

Pandemi ini juga mempengaruhi sistem belajar mengajar di Indonesia yang membuat Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan turut menyampaikan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat Penyebaran corona virus desease (covid- 19). Kebijakan ini membatalkan seluruh pelaksanaan Ujian Nasional serta menganjurkan proses belajar dari rumah secara daring/jarak jauh. (Makarim, 2020)

Untuk mengakomodasi kebijakan tersebut Universitas Sebelas Maret Surakarta turut mengeluarkan Surat edaran Nomor: 1480/UN27/HK/2020

(5)

5

tentang kewaspadaan dini, kesiapsiagaan serta tindakan antisipasi pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di lingkungan UNS yang mengatur bahwa kegiatan perkuliahan dilaksanakan secara daring atau online dengan fasilitas yang disepakati yaitu Spada (Sistem Pembelajaran Daring) UNS, Google Classroom, Zoom Cloud Meeting, serta Whatsapp Group. (Adit, 2020)

Pada 21 April, Zoom melaporkan 300 juta orang sudah menggunakan platformnya untuk melakukan telekonferensi. Angka ini naik dari 1 April lalu yang baru mencapai 200 juta pengguna. Saham Zoom naik 5 persen pada Rabu (22/4/2020) ke 150,25 dollar AS atau sekitar Rp 2,3 juta (berdasarkan kurs rupiah saat berita ini ditulis) per lembar di penutupan perdagangan New York. (Pertiwi, 2020)

Dengan waktu yang singkat aplikasi ini diadopsi oleh jutaan pengguna di berbagai negara karena mampu menyediakan fitur yang melimpah dan memudahkan. Namun, untuk menggunakan keseluruhan fitur yang tersedia akan berbeda dari tiap pengguna. Hal itu bergantung pada seberapa besar pengguna mampu mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi komunikasi tersebut. Hasil adopsi aplikasi tersebut dibuktikan melalui penelitian dari App Annie yang memaparkan bahwa aplikasi Zoom merupakan aplikasi dengan tingkat unduhan yang tertinggi di dunia sepanjang Februari dan Maret dan terus berkembang. Selama 15-21 Maret. Zoom diunduh 14 kali lebih banyak dibandingkan rata-rata mingguan pada quarter 4 di tahun 2019. (Sydow, 2020).

(6)

6

"Kegunaan dan keandalan Zoom adalah penyebab di balik angka adopsinya yang sangat tinggi," ujar Chief Financial Officer Zoom, Kelly Steckelberg. Aplikasi ini juga menghasilkan latency yang rendah sehingga relatif tak terganggu dengan jeda pembicaraan, serta bisa mempertahankan kualitas video dan audio meski koneksi internet tidak stabil. (Pratama, 2020)

Zoom juga memiliki kelebihan lain yaitu mudah diakses dari berbagai perangkat dalam ruang obrolan yang sama, bahkan tanpa diperlukan akun. Pengguna hanya perlu mengakses Zoom dengan kode ruang obrolan yang disebarkan oleh host.

Manfaat dari penggunaan Zoom telah mampu dirasakan oleh banyak pengguna, namun dengan tingkatan yang tentu berbeda sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Kemampuan penggunaan dan kemudahan tersebut diukur menggunakan variabel Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use dalam penggunaan teknologi komunikasi model penerimaan teknologi atau dikenal dengan Technology Acceptance Model (TAM).

TAM diaptasi dari Theory of Reasoned Action yang diperkenalkan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) dan diusulkan oleh (Davis F. D., 1989). TAM mengasumsikan bahwa penerimaan seseorang atas teknologi informasi disebabkan oleh dua variabel utama, yaitu Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use. TAM awalnya memang banyak digunakan untuk meneliti teknologi informasi, lalu berkembang ke teknologi komunikasi dan perbankan.

(7)

7

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah Teknologi Video Conference Zoom dapat diterima dengan baik bagi para penggunanya terutama bagi para mahasiswa yang melakukan pembelajaran dari rumah. dalam persepsi kegunaan maupun dari persepsi kemudahan saat penggunaan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara Perceived Usefulness dan penggunaan Video Conferencing apps di kalangan pengguna Zoom?

2. Bagaimana hubungan antara Perceived Ease of Use dan penggunaan Video Conferencing apps di kalangan pengguna Zoom?

Kajian Teori

1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut (Effendy & Onong Uchana, 1993) adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorangkepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alatpenyalurnya.Sedangkan komunikasi menurut (Shimp, 2003) adalah sesuatuyang dilakukan seseorang dengan orang lain, bukan sesuatu yangdilakukan seseorang kepada orang lain.

(8)

8

Sutisna (2001) dalam (Uthami, 2011) mengemukakan bahwa komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi juga dapat digunakan sebagai pengingat bagi konsumen terhadap produk. Suatu perusahaan dapat bertahan karena adanya konsumen, untuk itu perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan konsumennya. Peran penting dari komunikasi juga berkaitan dengan membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi sifatnya persuasif, yaitu bagaimana membujuk konsumen agar melakukan tindakan pembelian.

2. Penggunaan Aplikasi Zoom

Aplikasi zoom merupakan media komunikasi berbasis video yang dapat digunakan pada berbagai perangkat seluler, komputer, maupun telepon.

Aplikasi Zoom Cloud Metting dapat didownload pada https://zoom.us/download, playstore, atau appstore. Aplikasi ini dilengkapi beberapa fitur penunjang untuk mempermudah proses komunikasi seperti:

1. Memiliki kualitas video dan audio HD. 2. Dapat berbagi layar secara langsung.

3. Dapat berbagi file berupa gambar, audio, ataupun video. 4. Dapat merekam proses yang terjadi selama menggunakan

(9)

9

5. Dapat melakukan obrolan menggunakan teks. 6. Bekerja melalui jaringan Wifi, 4G LTE, dan 3G.

Menurut artikel yang ditulis oleh (Brahma, 2020) aplikasi Zoom Cloud Meeting dapat dijadikan alternatif media pembelajaran online di masa pandemi COVID-19. Dosen dan mahasiswa dapat melakukan video konferensi berupa presentasi dengan berkirim pesan, berbicara, hingga mengirimkan file pembelajaran seperti word, power point, dan bahan ajar lainnya. Namun terdapat beberapa kekurangan dari aplikasi Zoom Cloud Meeting, menurut (Gunawan, Suranti, N. M. Y., & Fathoroni., 2020) bahwa penggunaan aplikasi ini hanya efektif sekitar 40 menit secara gratis, selebihnya pemilik akun harus menginstal aplikasi yang bersifat premium atau berbayar.

3. Theory of Reasoned Action (TRA)

Theory of Reasoned Action yang dikembangkan oleh (Ajzen, Icek & Fishbein, 1980), berakar dari ilmu psikologi yang menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku berdasarkan minat orang tersebut.

Minat perilaku didasari oleh 2 faktor utama, yaitu:

1. kepercayaan individu atas hasil dari perilaku yang dilakukan

2. persepsi individu atas pandangan orang-orang terdekat individu terhadap perilaku yang dilakukan.

(10)

10

(Ajzen, Icek & Fishbein, 1980) dalam Theory of Reasoned Action menyatakan bahwa norma subjektif adalah determinan dari keinginan berperilaku. Norma subjektif adalah suatu konvensi sosial yang mengatur kehidupan manusia.

Norma subjektif adalah suatu fungsi keyakinan individu dalam hal menyetujui atau tidak menyetujui perilaku tertentu. Menyetujui atau tidak menyetujui suatu perilaku, didasari oleh suatu keyakinan yang dinamakan dengan keyakinan normatif. Faktor lingkungan keluarga merupakan orang yang dapat mempengaruhi tindakan individu, seorang individu akan melakukan atau berperilaku apabila persepsi orang lain terhadap perilaku tersebut bersifat positif. Individu mempersepsikan bahwa perilaku individu tersebut diperbolehkan atau sebaliknya tidak diperbolehkan.

Tabel 2.1

Tabel Theory of Reasoned Action (TRA)

Sumber: (Fishbein, M., & Ajzen, I., 1975)

Pada tahun 1988, Ajzen mengembangkan theory of reasoned action dengan menambahkan kepercayaan individu dan persepsi

Perilaku (Actual Behaviour) Sikap terhadap Perilaku (Attitude Towards Using) Evaluasi dan Kepercayaan (Beliefs and Evaluations) Norma subjektif (Subjective Norm) Kepercayaan Normatif dan Motivasi (Normative Beliefs and Motivation to Comply) Minat (Behavioral Intention)

(11)

11

individu mengenai kontrol perilaku, yaitu kepercayaan bahwa individu dapat melakukan suatu perilaku didasari oleh kemampuan untuk melakukannya (Lee, N.R. and Kotler, P., 2011). Teori ini dinamai dengan Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior). Inti dari teori perilaku terencana mencakup 3 hal, yaitu:

1. Keyakinan akan kemungkinan hasil serta evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs),

2. keyakinan akan norma yang diharapkan serta motivasi untuk memenuhi harapan yang diinginkan (normative beliefs)

3. keyakinan tentang suatu faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).

Tabel 2.2

Tabel Theory of Planned Behavior (TPB)

Sumber: (Fishbein, M., & Ajzen, I., 1975)

4. Model Penerimaan Teknologi / Technology Acceptance Model

Technology Acceptance Model (TAM) atau Model Penerimaan

Perilaku

(Actual Behavior)

Sikap terhadap Perilaku

(Attitude Towards Behavior) Norma subjektif (Subjective Kontrol Perilaku (Behavioral Control) Minat (Behavioral Intention)

(12)

12

Teknologi merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi (Jogiyanto, 2008).

TAM mendefinisikan bahwa terdapat dua faktor yang memengaruhi penerimaan pengguna terhadap teknologi yaitu persepsi kegunaan teknologi (Perceived Usefulness) dan persepsi akan kemudahan dalam menggunakan teknologi (Perceived Ease of Use). Kedua faktor tersebut memengaruhi sejauh mana tingkat keinginan untuk memanfaatkan teknologi. Model TAM ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Tabel 2.3

Tabel Technology Acceptance Model (TAM)

Sumber: Jogiyanto (2008)

Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis adalah suatu adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA)

(13)

13

yang dikhususkan untuk memodelkan penerimaan pemakai (user acceptance) terhadap sistem informasi.

TAM diformulasikan untuk mencapai tujuan ini dengan mengidentifikasi sejumlah kecil variabel pokok yang diperoleh dari penelitian sebelumnya terhadap teori dan faktor penentu dari penerimaan teknologi, serta menggunakan TRA sebagai latar belakang teoritis untuk memodelkan hubungan antar-variabel.

Tabel 2.4

Kajian Model TRA, TPB, dan TAM S u m b e r : ( S i r egar, 2011)

Kelebihan TAM yang paling penting adalah TAM merupakan

Dimensi/Indikator TRA TPB TAM

Attitude Toward Behaviour   Subjective Norm   Perceived BehavioralControlBehavioral Intention    Actual Behaviour    External VariablesPerceived UsefulnessPerceived Ease of UseAttitude Toward Using

(14)

14

model parsimoni, yaitu model yang sederhana tetapi valid. Selain itu, TAM juga telah diuji dengan banyak penelitian yang hasilnya TAM merupakan model yang baik khususnya jika dibandingkan dengan model TRA dan TPB.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang menjadi salah satu universitas yang terdampak dengan kebijakan pembelajaran daring serta memanfaatkan aplikasi Zoom dalam proses belajar mengajar

Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret program Sarjana dan Transfer yang menurut Universitas Dalam Angka (UDA) 2019 Edisi 1 yang diterbitkan UNS berjumlah 21.927 mahasiswa Program Reguler serta 516 mahasiswa Program Transfer. Sehingga total populasi yang digunakan sebesar 22.443 Mahasiswa. Dalam penelitian ini penulis mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh mahasiswa sebanyak 22.443 Mahasiswa dengan menghitung ukuran sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono (2017). Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representatif agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana.

(15)

15

Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan: n = Ukuran sampel/jumlah responden N = Ukuran populasi

E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir; e=0,1

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara 10-20 % dari populasi penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 22.443 Mahasiswa, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian.

Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebgai berikut:

n = ( )

n = ( ) = 99,556403;

(16)

16

Berdasarkan perhitungan diatas sampel yang mejadi responden dalam penelitian ini di sesuaikan menjadi sebanyak 100 orang dari seluruh mahasiswa UNS Program Sarjana dan Transfer, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data dan untuk hasil pengujian yang lebih baik.

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode Purposive sampling. Purposive sampling teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus. (Sandu Siyoto & M. Ali Sodik, 2015) Pemilihan sekelompok subyek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikandengan kriteria kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. (Syahrum & Salim, 2014)

Penyajian Data

Sebelum menganalisis data, pada bagian ini disajikan statistik deskriptif berdasarkan seluruh hasil jawaban responden terhadap masing-masing indikator pengukur variabel. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsian atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, (Sugiyono: 2015). Statistik deksriptif pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(17)

17 1. Variabel Perceived Usefulness (X1)

Variabel X1 pada penelitian ini menggunakan 4 butir pertanyaan yang disebarkan pada 100 responden. Hasil tanggapannya sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Perceived Usefulness

Variabel Perceived Usefulness N

o

Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Total

1 Menggunakan Zoom meningkatkan kinerja pekerjaan saya 3% 0% 8% 19% 37% 24% 9% 100% 2 Menggunakan Zoom mempercepat pekerjaan saya 2% 2% 7% 19% 34% 23% 13% 100% 3 Menggunakan Zoom meningkatkan efektivitas pekerjaan saya 3% 0% 8% 16% 40% 21% 12% 100% 4 Saya merasa Zoom bermanfaat dalam pekerjaan saya. 2% 1% 3% 12% 35% 30% 17% 100% Rata-rata 2,5% 0,75% 6,5% 16,5% 36,5% 24,5% 12,75%

Pada tabel menunjukkan bahwa secara mayoritas responden menjawab setuju sebesar 73,75% pada variabel Perceived

(18)

18

Usefulness. Dari 4 butir pertanyaan, yang paling mendapatkan respon positif adalah pertanyaan nomor 4 yaitu sebesar 82%.

2. Variabel Perceived Ease of Use (X2)

Variabel X2 pada penelitian ini menggunakan 4 butir pertanyaan yang disebarkan pada 100 responden. Hasil tanggapannya sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Perceived Ease of Use Variabel Perceived Ease of Use

No Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Total 1 Aplikasi Zoom

jelas dan mudah dimengerti 1% 0% 4% 12% 31% 34% 18% 100% 2 Mudah menjadi ahli dalam menggunakan Zoom 0% 2% 5% 16% 37% 28% 12% 100% 3 Zoom mudah dipelajari dan digunakan 0% 1% 4% 7% 31% 39% 18% 100% 4 Menggunakan Zoom tidak memerlukan banyak usaha 0% 1% 9% 11% 26% 33% 20% 100% Rata-rata 0,25% 1% 5,5% 11,5% 31,25% 33,5% 17% 100%

(19)

19

Pada tabel menunjukkan bahwa secara mayoritas responden menjawab setuju sebesar 81,75% pada variabel Perceived Ease of Use. Dari 4 butir pertanyaan, yang paling mendapatkan respon positif adalah pertanyaan nomor 3 yaitu sebanyak 88%.

3. Variabel Actual System Use (Y)

Variabel Y pada penelitian ini menggunakan 2 butir pertanyaan yang disebarkan pada 100 responden. Hasil tanggapannya sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Actual System Use Variabel Actual System Use

No Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 Total 1 Menggunakan Zoom meningkatkan kinerja pekerjaan saya 4% 4% 17% 24% 26% 17% 8% 100% 2 Menggunakan Zoom mempercepat pekerjaan saya 3% 5% 20% 20% 24% 22% 6% 100% Rata-rata 3,5% 4,5% 18,5% 22% 25% 19,5% 7% 100% Sumber: Data Olah, 2020

Pada tabel menunjukkan bahwa secara mayoritas responden menjawab setuju (antara nilai 5-7) sebesar 51,5% pada variabel actual system use. Dari 2 butir pertanyaan, yang paling mendapatkan respon positif adalah pertanyaan nomor 2 yaitu sebanyak 52%.

(20)

20 A. Analisis Data

Selanjutnya, untuk mengetahui hasil analisis data pada variabel Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use terhadap actual system of use, dilakukan pengolahan data menggunakan software Statistical Package Social Science (SPSS).

4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu pengujian untuk memastikan data dapat dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono (2010;172) bahwa: ―Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid. Validitas menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.‖ Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi dengan analisis item, yaitu dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan skor total. Menurut Sugiyono (2012:188) menyatakan bahwa : ―Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupaka teknik yang paling banyak digunakan dan item yang mempunyai korelasi positif dengan

(21)

21

kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula‖. Suatu alat ukur (kuesioner) dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut secara cermat. Untuk mencari nilai validitas di sebuah item kita mengkorelasikan skor item dengan total item -item tersebut. Jika ada -item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyono (2010;179) yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Jika r ≥ 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan valid. b. Jika r ≤ 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas menggunakan SPSS dapat ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Uji Validitas Variabel Perceived Usefulness Korelasi antara Nilai r hitung Nilai

Standard Keterangan

Pertanyaan 1 dengan total 0,914 0,3 Valid

Pertanyaan 2 dengan total 0,921 0,3 Valid

Pertanyaan 3 dengan total 0,919 0,3 Valid

Pertanyaan 4 dengan total 0,814 0,3 Valid

Berdasarkan hasil pengujian korelasi antara jawaban masing-masing instrumen penelitian pada variabel Perceived Usefulness

(22)

22

dapat dikatakan bahwa seluruh instrumen penelitian sudah valid karena memiliki nilai r hitung yang lebih besar dibandingkan dengan 0,3.

Tabel 4.5

Uji Validitas Variabel Perceived Ease of Use Korelasi antara Nilai r hitung Nilai

Standard Keterangan

Pertanyaan 1 dengan total 0,879 0,3 Valid

Pertanyaan 2 dengan total 0,881 0,3 Valid

Pertanyaan 3 dengan total 0,896 0,3 Valid

Pertanyaan 4 dengan total 0,842 0,3 Valid

Berdasarkan hasil pengujian korelasi antara jawaban masing-masing instrumen penelitian pada variabel Perceived Ease of Use dapat dikatakan bahwa seluruh instrumen penelitian sudah valid karena memiliki nilai r hitung yang lebih besar dibandingkan dengan 0,3.

Tabel 4.6

Uji Validitas Variabel Actual System Use Korelasi antara Nilai r hitung Nilai

Standard Keterangan

Pertanyaan 1 dengan total 0,957 0,3 Valid

(23)

23

Berdasarkan hasil pengujian korelasi antara jawaban masing-masing instrumen penelitian pada variabel Actual System Use dapat dikatakan bahwa seluruh instrumen penelitian sudah valid karena memiliki nilai r hitung yang lebih besar dibandingkan dengan 0,3.

5. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu (Sugiyono, 2010;172). Instrumen dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut menunjukkan hasil yang konsisten, sehingga instrumen ini dapat digunakan dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda. Uji reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Alpha Cronbach (α). Adapun kriteria untuk menilai reliabilitas instrumen penelitian ini yang merujuk kepada pendapat (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2007:42): ―Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60.‖ Syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah apabila koefisien alpha cronbach’s yang didapat 0,6. Jika koefisien yang didapat kurang dari 0,6 maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan tidak reliable. Apabila dalam uji coba instrument ini sudah valid dan reliable, maka dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka

(24)

24

pengumpulan data. Hasil uji validitas menggunakan SPSS dapat ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Variabel Nilai Alpha Cronbach Standar

Reliabel Keterangan Kesimpulan

Perceived Usefulness 0,915 0,6 0,915>0,6 Reliabel

Perceived Ease of Use 0,895 0,6 0,895>0,6 Reliabel

Actual System Use 0,907 0,6 0,907>0,6 Reliabel

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian pada variabel Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan Actual System Use dapat dilihat pada tabel 4.7 di atas bahwa nilai alpha cronbach untuk ketiga variabel berada di atas 0,6 sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh instrumen penelitian sudah reliabel.

6. Uji Korelasi Rank Spearman

Teknik statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah statistik nonparametrik karena sangat cocok dengan data -data yang berbentuk ordinal. Tes statistik yang peneliti gunakan adalah Sperman Rank. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2010:356): ―Korelasi Sperman Rank digunakan mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan

(25)

25

berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama.‖ Merujuk pada pernyataan yang dikemukakan oleh Sugiyono tersebut, maka koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi Rank Spearman ( ), di mana variabel X dan Y diukur dengan skala ordinal sehingga objek yang diteliti dapat dirangking dalam rangkaian yang berurutan. Hasil pengujian korelasi Rank Spearman dapat ditampilkan melalui tabel berikut.

Tabel 4.8

Uji Korelasi Spearman

Correlations Perceived Usefulness (X1) Perceived Ease of Use (X2) Actual System Use (Y) Spearman's rho Perceived Usefulness (X1) Correlation Coefficient 1.000 .589** .749** Sig. (2-tailed) . .000 .000 N 100 100 100 Perceived Ease of Use (X2) Correlation Coefficient .589** 1.000 .546** Sig. (2-tailed) .000 . .000 N 100 100 100 Actual System Use (Y) Correlation Coefficient .749** .546** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .000 . N 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil pengujian korelasi Spearman menggunakan software SPSS dapat dilihat bahwa nilai korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use memiliki nilai sebesar 0,749 sedangkan nilai korelasi antara variabel Perceived

(26)

26

Ease of Use dengan variabel Actual System Use sebesar 0,546. Kriteria penilaian korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use maupun variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use sebagai berikut:

Tabel 4.9

Kriteria Interpretasi Koefisien Korelasi Spearman Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat Rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang 0,60 – 0,79 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2012:250)

Berdasarkan kriteria dalam tabel 4.9 diketahui bahwa korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use memiliki tingkat hubungan yang Kuat karena nilai 0,749 berada di rentang 0,60 – 0,79. Selain itu, nilai korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use memiliki tanda dua bintang pada di atas hasil pengujian korelasinya

(27)

27

yang berarti bahwa nilai tersebut signifikan, atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use.

Berdasarkan kriteria dalam tabel 4.9 diketahui bahwa korelasi antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use memiliki tingkat hubungan yang Sedang karena nilai 0,546 berada di rentang 0,40 – 0,59. Selain itu, nilai korelasi antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use memiliki tanda dua bintang pada di atas hasil pengujian korelasinya yang berarti bahwa nilai tersebut signifikan, atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam Analisis Perceived Usefulness dan Perceived Ease of Use terhadap penggunaan aplikasi zoom berdasarkan Technology Acceptance Model antara lain:

Variabel Perceived Usefulness

yang berkaitan dengan manfaat, efektivitas, produktivitas serta peningkatan kinerja memiliki hubungan yang signifikan terhadap actual system use. Selama ini pengguna merasa terbantu dengan adanya aplikasi zoom. Hal ini juga didukung dengan hasil jawaban responden yaitu sebanyak 73,75% pengguna merasa aplikasi zoom

(28)

28

sangat membantu untuk menyelesaikan pekerjaan dan tetap merasa efektif bekerja walaupun tanpa berinteraksi secara langsung.

Variabel Perceived Ease of Use

berkaitan dengan pola pikir pengguna dalam menggunakan memiliki hubungan yang signifikan terhadap actual system use. Didukung dengan hasil jawaban pengguna yaitu sebanyak 81,75% pengguna mengatakan setuju bahwa aplikasi zoom mudah untuk digunakan. Pengguna merasa aplikasi zoom sangat mudah untuk dioperasikan dari awal hingga akhir.

Korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use

Korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use memiliki tingkat hubungan yang Kuat karena nilai 0,749 berada di rentang 0,60 – 0,79. Selain itu, nilai korelasi antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use memiliki tanda dua bintang pada di atas hasil pengujian korelasinya yang berarti bahwa nilai tersebut signifikan, atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceived Usefulness dengan variabel Actual System Use.

Korelasi antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use

(29)

29

Korelasi antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use memiliki tingkat hubungan yang Sedang karena nilai 0,546 berada di rentang 0,40 – 0,59. Selain itu, nilai korelasi antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use memiliki tanda dua bintang pada di atas hasil pengujian korelasinya yang berarti bahwa nilai tersebut signifikan, atau dengan kata lain terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Perceived Ease of Use dengan variabel Actual System Use.

Daftar Pustaka

Abdillah, W and HM, Jogiyanto. (2015). Partial Least Square (PLS). Yogyakarta: Andi Publisher.

Adams, D.A., R.R. Nelson, P. A. Todd. (1992). ―Perceived Usefulness, Ease of Use and

Usage of Information Technology: A Replication. MIS Quarterly, 16(2).

Adit, A. (2020, April 16). Intip Kuliah Daring di UNS Pakai "Spada UNS", Seperti Ini Modelnya. Retrieved Juni 2020, from Kompas.com: https://www.kompas.com/edu/read/2020/03/16/143936971/intip-kuliah-daring-di-uns-pakai-spada-uns-seperti-ini-modelnya?page=all

Ajzen, Icek & Fishbein. (1980). Theory of Reasoned Action. Edisi Kesatu oleh Jogiyanto.

Yogyakarta: Andi Publisher.

Amoroso, D.L & Gardner, C. (2004). Development of an Instrument to Measure the Acceptance of Internet Tehnology by Consumers. Proceedings of the 37th Hawaii International Conference on System Sciences.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi).

Jakarta: Rineka Cipta.

Barbbie, E. (1992). The Practice of Social Research (6th Ed). California: Wadsworth Publishing Company.

(30)

30

Brahma, I. A. (2020). Penggunaan Zoom Sebagai Pembelajaran Berbasis Online Dalam Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Pada Mahasiswa PPKN di STKIP Kusumanegara Jakarta. Jakarta: Aksara Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal. Chin, W. W. (1988). Issues and Opinion on Structural Equation Modeling. 22(1).

Retrieved September 18, 2020, from www.jstor.org/stable/249674

Chin, W.C. dan Todd, P.A. (1995). On the Use, Usefulness and Ease of Use of Structural Equation Modelling in MIS Research: A Note of Caution. MIS Quarterly, 19(2). Creswell, J. W. (1994). Research Design Qualitative and Quantitative Approach.

London: Sage Publication.

Davis, F. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13(5).

Davis, F. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology‖. MIS Quarterly, 13(5).

Davis, F. D. (1989). Davis, F. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13(3), 319-340. doi:10.2307/249008. MIS Quarterly, 13(3), 319-340. doi: doi:10.2307/249008 Effendy & Onong Uchana. (1993). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley. Retrieved February 25, 2021, from https://people.umass.edu/aizen/f&a1975.html Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS). Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunawan, Suranti, N. M. Y., & Fathoroni. (2020). Variations of Models and Learning Platforms for Prospective Teachers During the COVID-19 Pandemic Period. .

Jakarta: Indonesian Journal of Teacher Education.

Hair, Joseph F & Black, C William. (2009). Multivariate Data Analysis Seventh Edition.

New Jersey: Prentice Hall.

Hair, Jr et.al. . (2010). Multivariate Data Analysis: Seventh Edition. United States: Pearson.

Istijanto. (2005). Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Jogiyanto. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Publisher.

Jörg Henseler, Christian M. Ringle and Marko Sarstedt. (2015). A new criterion for assessing discriminant validity in variance-based structural equation modeling.

(31)

31

Journal of the Academy of Marketing Science, 43. doi:https://doi.org/10.1007/s11747-014-0403-8

Joseph F. Hair and C. William Black. (2009). Multivariate Data Analysis Seventh Editio.

New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, A. (2001). Prinsip-prinsip pemasaran, Edisi keduabelas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : PT. Kencana Perdana. Lee, N.R. and Kotler, P. (2011). Social Marketing: Influencing Behaviors for Good.

SAGE Publications. Retrieved February 25, 2021, from https://books.google.co.id/books?id=PoHa1HSukoMC

M. Igbaria and J. Iivari. (1995). The effects of self-efficacy on computer usage. Omega, 23(6).

Makarim, N. A. (2020, Maret 24). Mendikbud Terbitkan SE tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19. Retrieved Juni 2020, from kemdikbud.go.id: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-tentang-pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19 Malhotra, N. K. (1996). Marketing Research As Applied Approach. New Jersey: Prentice

Hall Inc.

Malo, M. (1985). Metode Penelitian Sosial, Modul 1-5. Jakarta: Penerbit Karunika Univ Terbuka.

Murdaningsih, D. (2020, April 7). 530 Perusahaan di Jakarta Selatan Terapkan WFH. Retrieved April 9, 2020, from Republika.co.id:

https://republika.co.id/berita/q8fbix368/530-perusahaan-di-jakarta-selatan-terapkan-wfh

Pertiwi, W. K. (2020, April 25). Jumlah Pengguna Zoom Terus Naik meskipun Ada Isu Keamanan. (R. Wahyudi, Editor) Retrieved April 27, 2020, from Kompas.com: https://tekno.kompas.com/read/2020/04/25/17160067/jumlah-pengguna-zoom-terus-naik-meskipun-ada-isu-keamanan

Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Pratama, K. R. (2020, Maret 24). Alasan Zoom Banyak Dipakai untuk Rapat hingga Kuliah dari Rumah. Retrieved Juni 2020, from Kompas.com: https://tekno.kompas.com/read/2020/03/24/08020077/alasan-zoom-banyak-dipakai-untuk-rapat-hingga-kuliah-dari-rumah

(32)

32

Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif: Edisi Revisi. (T. Chandra, Ed.) Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia: Zifatama Publishing.

Purwanto, D. (2003). Komunikasi Bisnis, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Sandu Siyoto & M. Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Shimp, T. A. (2003). Periklanan Promosi. Jakarta: Erlangga.

Siregar, K. R. (2011). Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Jurnal Rekayasa, 4 (1). Sofyan Yamin and Heri Kurniawan. (2011). Partial Least Square Path Modeling. Jakarta:

Salemba Infotek Publisher.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi. . Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.

Sumhudi, A. (1991). Komposisi Desain Riset. Jakarta: PT. Ramdhani.

Syahrum & Salim. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. (R. Ananda, Ed.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Citapustaka Media.

Sydow, L. (2020, Maret 30). Increased demand for Houseparty, ZOOM, Hangouts Meet and Microsoft Team surfaces due to work from home policies, social distancing measures and government lockdowns during the coronavirus pandemic.

Retrieved 2020 Juni, from appannie.com:

https://www.appannie.com/en/insights/market-data/video-conferencing-apps-surge-coronavirus/

Thompson, R.L., Higgins, C.A., and Howell, J.W. (1991). Personal Computing: Toward a Conceptual Model of Utilization. MIS Quarterly, 15(1).

Uthami. (2011). Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran yang diterapkan oleh Planet Pool Centre dalam menarik konsumen. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional.

Uyung, S. (2007). Integrated Marketing Communications. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Viswanath Venkatesh & Hillol Bala. (2008). Technology Acceptance Model 3 and a

Research Agenda on Interventions. Decision Sciences Volume 39 Number 2, Decision Sciences Institute.

Wibowo, A. (2006). Kajian tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dengan. Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Jakarta: Universitas Budi Luhur.

(33)

33

Yusuf, O. (2020, Maret 17). Ini Software dan Kamera yang Dipakai Jokowi untuk Rapat Jarak Jauh. Retrieved Juni 2020, from Kompas.com: https://tekno.kompas.com/read/2020/03/17/13280057/ini-software-dan-kamera-yang-dipakai-jokowi-untuk-rapat-jarak-jauh?page=all

Gambar

Tabel 4.7   Uji Reliabilitas  Variabel  Nilai Alpha Cronbach  Standar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui kualitas perekatan kayu laminasi dengan menggunakan uji keteguhan rekat dan mengetahui pengaruh arah orientasi serat,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1

Hubungan variabel persepsi kemudahan pengguna sistem (perceived ease of use) terhadap kondisi nyata penggunaan sistem informasi (actual system usage) pada sistem

Sel utuh pada tumbuhan dapat diamati secara langsung dengan mikroskop cahaya ketika sel merupakan sel tunggal atau tersusun dalam suatu lapisan tipis, misalnya trikoma,

Berdasarkan dapatan kajian dapat disimpulkan tahap penguasaan kemahiran berfikir kritis di kalangan pelajar Pendidikan Fizik tahun empat merentas jantina adalah tidak bererti

3DGD SUDNWLNQ\D SUDSHUDGLODQ \DQJ EHUWXMXDQ antara lain untuk melindungi hak asasi tersangka sering kali di E\SDVV atau dengan kata lain langsung masuk pada pemeriksaan

Telah bisa dihitung suhu masuk daD suhu keluar menara pendingin pacta aras daya reaktor Kartini 250 kW, yaitu = 35,9 daD 34,2 DC, jika dipakai sebuah menara.. Bagaimana

artinya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa complexity (kerumitan) suatu teknologi cloud computing mempengaruhi perceived ease of use teknologi cloud