• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Jalur 3, 5, 6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk. Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Jalur 3, 5, 6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk. Boyolali"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN

KERJA PADA PEKERJA DI JALUR 3, 5, 6 PT.WIJAYA KARYA

BETON TBK. BOYOLALI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

MAHARANI NUSARA ARDHI J410160003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI JALUR 3, 5, 6 PT.WIJAYA KARYA BETON TBK.

BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

MAHARANI NUSARA ARDHI J410160003

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Sri Darnoto, S.K.M., M.PH NIK. 1050

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 5 Agustus 2020 Penulis

Maharani Nusara Ardhi J410160003

(5)

1

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI JALUR 3,5,6 PT. WIJAYA KARYA BETON TBK.

BOYOLALI

Abstrak

Kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Kelelahan akibat kerja jika tidak segera ditangani, maka secara terus menerus untuk jangka waktu panjang akan menjadi kelelahan kronis, sehingga dapat berdampak terhadap kesehatan serta meningkatkan angka sakit pada tenaga kerja individu dan kelompok.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasi dengan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 orang. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah totalsampling seluruh populasi yang berjumlah 69 orang. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali dengan nilai p value sebesar 0,000 (P <0,05) dan r sebesar 0,575 yang berartikekuatan hubungan sedang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Saran yang dapat diberikan adalah dengan memanfaatkan waktu istirahat seoptimal mungkin agar kelelahan yang dirasakan saat bekerja berkurang, dan menyediakan fasilitas minum untuk mengurangi rasa haus saat bekerja karena iklim kerja panas.

Kata kunci: beban kerja, kelelahan kerja, pekerja

Abstact

Fatigue is a health and safety problem that can be a risk factor for accidents at work. Fatigue due to work if not treated immediately, it will continue for a long period of time to become chronic fatigue, so that it can have an impact on health and increase sickness rates in individual and group workers.The purpose of this study was to determine the relationship between workload and work fatigue in workers in the path of 3,5,6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. The type of research used is observation with a cross sectional study design. The sample in this study amounted to 69 people. The sampling technique used in this study was a total sampling of the entire population, amounting to 69 people. The statistical test used was the Spearman rank correlation test.The results showed that there was a relationship between workload and work fatigue on workers in the path 3,5,6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali with a p-value of 0.000 (P <0.05) and r-value of 0.575 which means the strength of the relationship is medium. There is a relationship between workload and work fatigue among

(6)

2

workers in the path 3,5,6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Suggestions that can be given are to make optimal use of the rest time so that the fatigue felt when working is reduced, and to provide drinking facilities to reduce thirst when working due to the hot working climate. Keywords: workload, fatigue, workers

1. PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini implementasinya telah menyebar secara luas di setiap sektor industri.Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengelola bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau bermanfaat lebih tinggi termasuk jasa industri (UU RI No.3/2014).Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku atau tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Tarwaka, 2014).

Tenaga kerja merupakan sumber daya yang penting dan harus ada di sebuah negara berkembang. Segala bentuk kemajuan yang dicapai sebuah negara berkembang untuk menjaga negara maju tidak mungkin tanpa adanya peranan manusia, baik dalam hal yang sederhana atau kompleks dan hal tersebut diwujudkan dengan segala upaya manusia sebagai tenaga kerja(Notoatmodjo, 2010).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tidak berjalan dengan baik dalam mengatur jalannya pekerjaan akan mengakibatkan timbulnya kelelahan kerja. Berdasarkan data dariILO (2015)menyebutkan bahwa 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahunkarena kecelakaan yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Data tersebut menyebutkan bahwa sebesar 32,8% menderita kelelahan kerja.

Kelelahan akibat kerja jika tidak segara ditangani, maka secara terus menerus untuk jangka waktu panjang akan menjadi kelelahan kronis, sehingga dapat berdampak terhadap kesehatan serta meningkatkan angka sakit pada tenaga kerja individual dan kelompok (Suma’mur, 2013). Dampak dari kelelahan kerja yaitu motivasi kerja menurun, kualitas kerja rendah, produktivitas kerja rendah, stres akibat kerja, penyakit akibat kerja, dan terjadi kecelakaan kerja.

Kelelahan pada tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh beban kerja yang dialami pekerja saat bekerja. Beban kerja dari setiap tenaga kerja berbeda-beda, sesuai dengan

(7)

3

jenis pekerjaannya. Beban kerja dapat berupa beban mental, fisik, dan sosial. Beban kerja yang dialami tenaga kerja saat bekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti mengangkat, memikul, berlari, dan lain-lain. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.

Menurut Setyawati (2010), bahwa beban kerja yang diberikan pada pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan psikis dan fisik pekerja bersangkutan, keadaan perjalanan, waktu perjalanan dari tempat kerja yang seminimal mungkin dan seaman mungkin berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kerja. Notoatmodjo (2010) menyatakan, kesehatan kerja berusaha mengurangi beban kerja para karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.Beban kerja harus seimbang dengan kemampuan dan keterbatasanmanusia agar tidak meningkatkan tingkat kelelahan itu sendiri (Tarwaka, 2014).

Berdasarkan Penelitian pajow (2016), menyimpulkan ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di PT. Timur Laut Jaya Manado dengan nilai p sebesar 0,001 dan ditujukan pula dengan nilai r sebesar 0,816 yang menunjukkan terdapat hubungan yang kuat sehingga semakin berat beban kerja maka akan semakin berat tingkat kelelahan kerja. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rambulangi (2017), menyatakan bahwa umur, beban kerja mempengaruhi kelelahan kerja.

Survel awal peneliti di PT. Wijaya Karya Beton Tbk. Boyolali, terlihat bahwa pekerja dalam mengerjakan pekerjaannya tidak hanya membutuhkan waktu yang sebentar tetapi memakan waktu yang cukup lama. Pekerja juga mempunyai karakteristik yang berbeda seperti jenis kelamin, usia, dan durasi pekerjaan yang memungkinkan adanya kelelahan. Kelelahan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain posisi kerja yang statis selama bekerja, gerakan yang berulang selama bekerja, dan perbandingan waktu bekerja dengan waktu istirahat yang tidak sama.Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja di Jalur 3, 5, 6 PT. Wijaya Karya Beton Tbk. Boyolali. 2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti melakukan observasi dan pengukuran variabel pada saat yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2020 di Jalur 3, 5,6 PT.Wijaya Karya

(8)

4

Beton Tbk. Boyolali. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yang artinya pengambilan sampel yang sama dengan jumlah populasi. Sampel dan populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 69 responden.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja. Metode penilaian beban kerja yaitu dengan menggunakan penilaian beban kerja berdasarkan jumlah kalori (SNI 7269-2009). Sedangkan metode untuk menilai kelelahan kerja yaitu dengan menggunakan pengukuran kelelahan secara subyektif IFRC (Industrial Fatigue Research Committe) karena kuesioner ini berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahanfisik.

Analisis data mengguankan software program statistik yang meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat untuk mendeskripsikan variabel beban kerja dan kelelahan kerja dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahuimengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistic rank spearman dengan tingkat signifikan p value< 0,05 maka Ho ditolak.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil

3.1.1 Gambaran umum

PT. Wijaya Karya Tbk. Boyolali perusahaan yang bergerak di bidang industri beton pracetak, dengan jumlah tenaga kerja 283 pekerja. Para karyawan yang bekerja di perusahaan ini tidak semuanya berstatus karyawan tetap, terutama pada bagian produksi dari jalur 1 sampai jalur 6. PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali mempunyai kegiatan utama yaitu pada jalur 1 unit produksi tiang pancang (non steam), jalur 2 unit produksi BJR, jalur 3 unit produksi non putar, jalur 4 unit produksi tiang pancang (non steam), jalur 5 dan 6 unit produksi non putar atau uditch.

Lokasi PT. Wijaya Karya Beton, Tbk, Boyolali terletak di Jalan Raya Boyolali – Solo Km 4,5 Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Batas Lokasi PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali adalah baratnya jalan dan pemukiman warga, timurnya pemukiman warga, utaranya sungai, dan selatanya jalan. Hasil produksi

(9)

5

dari PT. Wijaya Kara Beton adalah Tiang listrik Beton, Tiang Pancang Beton ( TPB ), Komponen Jembatan dan Dermage ( KJD ), Bantalan Beton Prategang, Sheet Pile Beton, Komponen Pracetak Lainnya, Panel atau Pagar Beton, Jasa Angkutan dan Pemasangan, Pipa Beton berdian pagar beton.

3.1.2 Karakteristik responden

Pada penelitian ini melibatkan 69 orang pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk. Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden Frekuensi (n) Presentase(%) USIA

Remaja akhir (17-25 tahun) Dewasa awal (26-35 tahun) Dewasa akhir (36-45 tahun) Lansia awal (46-55 tahun) Lansia akhir (56-65 tahun)

13 22 21 11 2 18,8 31,9 30,4 15,9 2,9 Total 69 100 MASSA KERJA < 5 tahun ≥ 5 tahun 24 45 34,8 65,2 Total 69 100 WAKTU KERJA < 8 jam perhari ≥ 8 jam perhari 0 69 0 100 Total 69 100

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan usia dengan jumlah responden terbanyak yaitu pada kategori dewasa awal (26-35 tahun) yang berjumlah 22 (31,9%)pekerja di jalur 3,5,6 dan karakteristik responden berdasarkan massa kerja dengan jumlah terbanyak dengan massa kerja ≥ 5 tahun yang berjumlah 45 (65,2%) serta karakteristik responden berdasarkan waktu kerja diperoleh bahwa seluruh responden bekerja dalam waktu ≥8 jam perhari (100%).

3.1.3 Analisis univariat

Pada tabel ini dapat diketahui hasil analisis univariat berdasarkan beban kerja dan kelelahan kerja yaitu sebagai berikut:

(10)

6

Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Karakteristik

responden

Frekuensi (n) Presentase(%)

USIA

Remaja akhir (17-25 tahun) Dewasa awal (26-35 tahun) Dewasa akhir (36-45 tahun) Lansia awal (46-55 tahun) Lansia akhir (56-65 tahun)

13 22 21 11 2 18,8 31,9 30,4 15,9 2,9 Total 69 100 MASSA KERJA < 5 tahun ≥ 5 tahun 24 45 34,8 65,2 Total 69 100 WAKTU KERJA < 8 jam perhari ≥ 8 jam perhari 0 69 0 100 Total 69 100

Beban Kerja dan Kelelahan Kerja Beban Kerja Ringan (100-200 kkl/jam) Sedang (200-350 kkl/jam) Berat (350-500 kkl/jam) 18 36 15 26,1 52,2 21,7 Total 69 100 Kelelahan Kerja Rendah ( 0-21 skor) Sedang (22-44 skor) Tinggi (45-67 skor) Sangat Tinggi (68-90 skor)

24 36 9 0 34,8 52,2 13,0 0 Total 69 100

Pengukuran beban kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali dilakukan dengan mengukur kalori yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas pekerjaanya dan pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan berat badan. Kemudian kebutuhan kalori dan berat badan tersebut akan dihitung menggunakan rumus Standar Nasional Indonesia 7269:2009 yang berjudul penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui

(11)

7

bahwa dari 69 responden pekerja di di jalur 3,5,6 beban kerja paling banyak dialami yaitu beban kerja sedang 36 responden (52,2%).

Pengukuran kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali dilakukan dengan pengisian kuesioner kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatigue) dengan menentukan bagian tubuh mana saja yang mengalami kelelahan dan memberikan score sesuai tingkat kelelahan yang dirasakan responden. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 69 pekerja di jalur 3,5,6 kelelahan kerja paling banyak dialami yaitu kelelahan sedang 36 responden (52,2%).

3.1.4 Analisis bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Hasil uji bivariat sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat

Hubungan Antara Beban Kerja dan Kelelahan Kerja Beban

Kerja

Kelelahan Kerja p

value r

Rendah Sedang Tingg i SangatTinggi Ringan Sedang Berat 12 5 1 12 24 0 0 7 8 0 0 0 0,000 0,235 Total 18 36 15 0

Berdasarkan tabel tersebut hasil uji statistik hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja menggunakan uji rank spearman dapat diketahui nilai p = 0,000 (α<0,05) maka Ho di tolak sehingga ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Sedangkan untuk nilai koefisien korelasi yaitu 0,575 (r) dimana nilai ini termasuk dalam kategori sedang dengan range (0,40-0,59) sehingga tingkat kerentanan hubungan sedang.

3.2 Pembahasan

Beban kerja dari setiap pekerja itu berbeda-beda, untuk beban kerja kategori berat pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali yaitu yang

(12)

8

melakukan kegiatan mengangkat dan mendorong muatan dengan beban (10-50 kg) yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga kelelahan yang dirasakan tinggi. Beban kerja sendiri terbagi menjadi 2 yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Beban kerja fisik ditentukan ketika pekerja melakukan pekerjaanya dengan menggunakan kekuatan fisik seperti mengangkat, mendorong, memukul, menarik, memoles. Sedangkan beban kerja mental dilihat dari tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki dengan individu yang lain (Tarwaka, 2015).

Pengukuran beban kerja dengan kelelahan kerja yang telah dilakukan dengan analisis uji bivariat menggunakan uji rank spearman, diperolah nilai signifikan p = 0,000 menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali dengan nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,575 (r) yang termasuk dalam kategori sedang. Terdapat hubungan karena semakin berat beban kerja yang dialami oleh pekerja di jalur 3,5,6 maka semakin besar potensi mengalami kelelahan kerja dengan hasil korelasi hubungan yang rendah disebabkan karena hasil penelitian ini banyak pekerja yang mengalami beban kerja sedang dengan kelelahan kerja sedang sebanyak 24 orang. Sedangkan pekerja yang mengalami beban kerja berat dengan kelelahan sedang hanya 8 orang.

Berdasarkan hasil analisis korelasi menggunakan uji Rank Spearman menunjukkan bahwa hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali dengan tingkat p value sebesar 0.000. berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara dua variabel signifikan sebesar 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa trerdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di jalur 3,5,6 PT.Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali dengan signifikan (p = 0,000 dan r = 0,575) yang berarti kekuatan hubungan sedang.

(13)

9 4.2 Saran

Saran yang diberikan yaitu dengan memanfaatkan waktu istirahat seoptimal mungkin agar kelelahan yang dirasakan saat bekerja berkurang, dan menyediakan fasilitas minum untuk mengurangi rasa haus saat bekerja karena iklim kerja panas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional. (2009). SNI 7629:2009 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi. Jakarta: Badan Standar Nasional.

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

ILO. (2015). Data Kecelakaan Kerja Perusahaan. Jakarta: International Labour Organization.

Kemenakertrans RI. (2011). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Jakarta: Kemenakertrans RI. Kuswana W.S. (2014). Ergonomi dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Bandung. PT.

Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S. (2010). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmianto, Eko. (2011). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi ke-2.

Surabaya: Guna Widya.

Pajow, DA. (2016). Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Nichindo Manado. Jurnal Kesmas. Vol. 6. No. 2.

Rambulangi, JC. (2017). Hubungan Antara Umur dan Indeks Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT Karias Tabing Kencana. Jurnal Berkala Kesehatan. Vol. 1. No. 2.

Setyawati, L. (2010). Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books. Suma’mur. P.K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Sagung

Seto.

Suma’mur. P.K. (2013). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Sagung Seto.

(14)

10

Tarwaka. (2014). Dasar-dasar Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta: harapan press.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Waluyo, M. (2013). Psikologi Keselamatan Kerja Industri. Jakarta: Akedemia Permata.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden
Tabel 2. Hasil Analisis Univariat   Karakteristik
Tabel 3.  Hasil Analisis Bivariat

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan perlu adanya pengkajian dari peran Balai KSDA berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam hayati dan pengendalian perdagangan satwa liar

Oon-Seng Tan (2004:8) mendefinisikan karakteristik pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. 1) Masalah adalah titik awal dari proses pembelajaran. 2) Masalah yang

tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya. jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

Hasil analisis kesesuaian lahan (karakteristik iklim dan lahan) di Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, diperoleh kesimpulan bahwa kelas kesesuaian

 Untuk anak yang masih sekolah minta surat keterangan dari sekolah atau salinan kartu pelajar yang masih berlaku..  Bukti keuangan 3 bulan terakhir dari yang bersangkutan,

Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa Amerika terbentuk, kini

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

Pada penelitian ini dapat dilihat kapasitas adsorpsi biosorben yang paling baik dari berbagai variasi waktu pemanasan di oven dan rasio konsentrasi aktivator