• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Tata Kelola Perusahaan dan Pergantian Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan DWI LISTIANI NINGRUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efek Tata Kelola Perusahaan dan Pergantian Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan DWI LISTIANI NINGRUM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Tata Kelola Perusahaan dan Pergantian Auditor Terhadap

Integritas Laporan Keuangan

DWI LISTIANI NINGRUM

Universitas Gunadarma dwi_okt@student.gunadarma.ac.id

ABSTRACT

Corporate governance is a concept proposed in order to improve company performance. This study uses 34 property and real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2007-2011. Results The results indicate that there is an indirect effect of institutional ownership, management ownership, independent commissioners, audit committee and auditor turnover jointly to the quality of the auditor and the auditor indepedensi then to the integrity of financial statements. Partially, no variable is significant direct effect on auditor independence. variables that directly affect significantly the quality auditor is an audit committee, the variables that directly affect significantly the integrity of the financial statements are the audit committee, while the other variables in this study did not prove to affect the integrity of the financial statements or auditor quality. There is no indirect effect of institutional ownership, management ownership, independent commissioners, audit committee and auditor turnover is partially to quality auditor and then to the integrity of financial statements. And there is no indirect effect of institutional ownership, management ownership, independent commissioners, audit committee and auditor turnover is partially to auditor independence and then to the integrity of financial statements.

Keywords: Corporate Governance, Change of Auditors, Financial Integrity

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber manipulasi dari informasi yang dapat merugikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Faktor pertama yang mempengaruhi integritas laporan keuangan adalah tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui pengawasan

(2)

kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan (pemegang saham) dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007). Semakin baik penerapan tata kelola perusahaan yang dilakukan perusahaan, maka diharapkan dapat mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang menyimpang dalam penyusunan hingga penyajian laporan keuangan sehingga informasi laporan keuangan yang disajikan benar dan jujur. Organisation for Economic Co-operation and development (OECD) (2005) menyatakan bahwa tata kelola perusahaan merupakan sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan dalam mengelola sebuah perusahaan. Menurut Frost dan kawan-kawan (2002), perbaikan dalam praktik tata kelola perusahaan yang berkontribusi terhadap pengungkapan yang lebih baik dalam pelaporan bisnis, nantinya dapat memberikan fasilitas likuiditas pasar dan pembentukan modal yang lebih besar di pasar negara berkembang. Mekanisme tata kelola perusahaan sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Disisi lain peraturan pemerintah merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan.

Contoh kasus manipulasi keuangan yang terjadi di Indonesia yaitu kasus Kimia Farma dan Lippo yang berawal dari dideteksinya manipulasi dalam laporan keuangan auditan. Salah satu penyebab adalah adanya pengakuan laba bersih yang berlebih pada laporan keuangan untuk auditan tahun 2001 (Agrianti, 2009 ). kasus di atas menunjukan bahwa praktek manajemen laba dalam pelaporan keuangan bukanlah sutu hal yang baru.

Fenomena skandal keuangan yang terjadi dapat menunjukkan suatu bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan infomasi pengguna laporan keuangan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi investor dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap akuntan adalah dengan mengeluarkan peraturan yang

(3)

mengatur tentang pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit pada tanggal 1 Juli 2001 di Bursa Efek Jakarta. Standar profesi akuntan publik yang terus bertambah juga membuat profesi auditor menjadi sangat mudah untuk dituntut bilamana terjadi pelanggaran dalam penyajian laporan keuangan yang tidak mengandung unsur integritas. Standar yang baru yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 423/ KMK. 06/ 2002 tentang Jasa Akuntan Publik. Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut adanya larangan bagi kantor akuntan yang sedang mengaudit suatu perusahaan publik untuk memberikan pelayanan lain dalam waktu yang bersamaan di perusahaan yang sama.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan Pergantian auditor ke kualitas auditor dan ke indepedensi auditor kemudian ke integritas laporan keuangan baik secara langsung dan tidak lansung serta secara simultan dan parsial.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Integritas Laporan Keuangan

Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai sejauh mana laporan keuangan yang disajikan dapat menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Informasi yang ditampilkan menunjukkan kondisi suatu perusahaan yang sebenar-benarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan.

Pengukuran integritas laporan keuangan menggunakan indeks conservatism, dikemukakan oleh Penman dan Zhang (2002) yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa hubungan antara akuntansi konservatif dan kualitas laba bergantung pada pertumbuhan investasi perusahaan. Conservatism adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian (Wibowo, 2002).

(4)

Independensi Auditor

Independensi auditor dimonitor oleh dewan direksi dan komite audit yang harus ikut aktif dari mulai penunjukkan sampai dengan selesainya tugas. Auditor hanya menilai dari yang diungkapkan oleh pihak manajemen. Seberapa jauh manajemen akan mengungkap hal itu yang menjadi titik kritis pengaturan pergantian auditor oleh Bapepam, juga ruang lingkup audit yang dilakukan akan memiliki efek yang sangat kecil pada kualitas transparan dalam berkomunikasi dengan akuntan independent.

Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan elemen dari efisiensi ekuitas pasar, karena dapat menekan kredibilitas dari informasi keuangan, mendukung praktek tata kelola perusahaan melalui pelaporan keuangan yang transparan (Francis, et al.2003; Sloan, 2001). Penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan pengelompokkan auditor big four dengan non big four, dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan bangkrut. Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pengguna laporan keuangan, setiap perusahaan diminta untuk menggunakan jasa KAP. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan tersebut, perusahaan biasanya menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Beberapa alasan perusahaan dalam menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik The Big Four (Tuanakotta, 2007)

Kepemilikan institusional

Menurut Gunarsih (2004) tingkat kepemilikan saham oleh manajerial yang cukup tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak suara yang besar atas kepemilikannya yang tinggi, sehingga mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan. Listyani (2003) menganjurkan pentingnya suatu mekanisme pengawasan dalam perusahaan. Salah satu mekanisme pengawasan tersebut yaitu dengan mengaktifkan pengawasan

(5)

melalui investor institusional. Dengan kepemilikan instutisional akan mendorong munculnya pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer. Kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer sehingga integritas laporan keuangan terjaga dengan baik. Hal ini dikarenakan, dengan adanya pengawasan tersebut maka manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan.

Kepemilikan Manajemen

Midiastuty & Machfoedz (2003) dalam Arief & Bambang (2007) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi. Kepemilikan saham oleh perusahaan merupakan mekanisme yang dapat digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Persentase kepemilikan saham ini merupakan persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi (Susiana &Herawaty, 2007). Adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri ( Tarjo 2002). Kepemilikan perusahaan juga terkait dengan pengendalian operasional perusahaan. Dengan semakin besarnya kepemilikan manajer, maka manajer dapat lebih leluasa dalam mengatur pemilihan metode akuntansi, serta kebijakan-kebijakan akuntansi penting terkait dengan masa depan perusahaan. Beiner (2003) menegaskan bahwa untuk memperbaiki tata kelola perusahaan adalah dengan meyakinkan bahwa perusahaan memiliki satu atau lebih pemegang saham besar.

Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari

(6)

luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan (Emirzon, 2007). Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. (Susiana & Herawati, 2007). Sebagai bagian dari organ pengawasan, komisaris independen diharapkan memiliki perhatian dan komitmen penuh dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Untuk itu komisaris independen perusahaan merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan, kemampuan, waktu dan integritas yang tinggi (Emirzon, 2007). Adanya komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi integitas suatu laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan (Susiana dan Herawaty, 2007).

Komite Audit

Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keadaan (Susiana dan Herawaty, 2007). Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2002).Sesuai dengan fungsi komite audit, keberadaan komite audit dalam

(7)

perusahaan dapat mempengaruhi kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan.

Pergantian Auditor

Calderon et al. (2007) menyatakan bahwa SOX dapat meningkatkan jasa bidang audit dan membuat auditor lebih bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan jika terdapat kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan wajibnya pergantian KAP sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik. Peraturan tesebut kemudian diperbaharui menjadi Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan mengenai pembatasan masa penugasan KAP tersebut kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan yang dilakukan adalah mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Kemudian Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3). Adanya peraturan tersebut menyebabkan perusahaan memiliki keharusan untuk melakukan pergantian auditor dan KAP mereka setelah jangka waktu tertentu. Pergantian KAP dapat pula terjadi karena sukarela. Pergantian KAP secara sukarela ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari klien maupun dari pihak auditor atau KAP.

Hipotesis

H1 : Ada pengaruh tidak langsung dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan Pergantian auditor

(8)

secara bersama-sama ke kualitas auditor dan ke indepedensi auditor kemudian ke integritas laporan keuangan

H2 : kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan pergantian auditor secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap independensi auditor

H3 : kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan pergantian auditor secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas auditor

H4 : kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit, pergantian auditor, independensi auditor dan kualitas auditor secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan

H5 : ada pengaruh secara signifikan antara kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan pergantian auditor

H6 : Ada pengaruh tidak langsung dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan Pergantian auditor secara parsial ke independensi auditor dan kemudian ke integritas laporan keuangan

H7 : Ada pengaruh tidak langsung dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan Pergantian auditor secara parsial ke kualitas auditor dan kemudian ke integritas laporan keuangan

METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji permasalahan di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan purposive sampling dan sampel terpilih sector property and real estate sebanyak 34 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007–2011.

(9)

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang termuat di dalam laporan keuangan perusahaan property dan real estate tahun 2007-2011 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh website BEI yaitu www.idx.co.id, dan sumber informasi publik lainnya.

PEMBAHASAN

Tahapan Permodelan Dengan Analisis Persamaan Struktural

Pada penelitian ini, tahapan-tahapan pada permodelan dengan analisis persamaan structural telah dilakukan dan menghasilkan sesuai dengan teori yang berlaku, maka pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian SEM. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama, nilai nilai x2 < hitung x2 (0,087 < 3,8) maka hipotesis tersebut diterima. Variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan Pergantian auditor mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan dengan menggunakan variabel antara kualitas auditor dan independensi auditor sebasar 99%, sedangkan sisanya yaitu 1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar Variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan Pergantian auditor.

Dari hipotesis kedua ternyata tidak ada variabel yang mempengaruhi independensi auditor pada perusahaan property and real estate, hal ini mungkin disebabkan oleh sifat manajemen yang cenderung akan menggunakan seorang auditor yang bisa diajak kerjasama dalam segala hal, inilah yang menyebakan hilangnya independensi seorang auditor. Masalah masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, tidak diharaukan oleh perusahaan, walaupun ada pergantian itu cenderung hanya bersifat sementara saja. Hasil pengujian antara kepemilikan institusional terhadap indepedensi auditor menunjukkan nilai P = 0.697, yang berarti tidak terdapat pengaruh

(10)

langsung secara signifikan kepemilikan institusional terhadap indepedensi auditor. Nilai P antara kepemilikan Manajemen terhadap indepedensi auditor sebesar 0,909, maka hipotesis ditolak karena nilai P lebih besar dari 0,05 yang berarti kepemilikan Manajemen tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap independensi auditor. Besarnya probabilitas pengaruh Komisaris Independen terhadap indepedensi auditor sebesar 0,699 yang nilainya jauh lebih besar dari 0,05 hipotesis ditolak yang berarti bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap independensi auditor. Nilai P antara Komite Audit terhadap indepedensi auditor sebesar 0,161, maka hipotesis ditolak karena nilai P lebih besar dari 0,05 yang berarti Komite Audit tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap independensi auditor. besarnya probabilitas pengaruh Pergantian Auditor terhadap indepedensi auditor sebesar 0,212 yang nilainya jauh lebih besar dari 0,05, maka Hipotesis ditolak, dengan kata lain Pergantian Auditor tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap independensi auditor.

Dari hipotesis ketiga yaitu hanya variabel komite audit saja yang mempengaruhi kualitas auditor, besarnya probabilitas pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas auditor sebesar 0,001 yang nilainya lebih kecil 0,05. Tugas komite audit adalah memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik, sehingga komite audit berpengruh secara langsung terhadap kualitas auditor, perusahaan biasanya menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. peran komite audit sangat diperlukan dalam perusahaan agar perusahaan dapat menggunakan jasa auditor yang tepat. Sedangkan variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen dan pergantian auditor secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas auditor, ini mengindikasi bahwa peran dari ketiga variabel tersebut dalam hal memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan Publik tidak ada, hanya komite audit saja yang memiliki peran dalam merekomendasikan penggunaan jasa Kantor Akuntansi Publik. Hasil pengujian antara kepemilikan institusional terhadap Kualitas Auditor menunjukkan nilai P = 0.440, yang Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap Kualitas

(11)

Auditor. Nilai P antara kepemilikan Manajemen terhadap kualitas auditor sebesar 0,522, maka hipotesis ditolak karena nilai P lebih besar dari 0,05 yang berarti kepemilikan Manajemen tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kualitas auditor. Besarnya probabilitas pengaruh Komisaris Independen terhadap kualitas auditor sebesar 0,149 yang nilainya lebih besar dari 0,05, maka hipotesis ditolak yang berarti bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kualitas auditor. Nilai P antara Komite Audit terhadap indepedensi auditor sebesar 0,001, maka hipotesis diterima karena nilai P lebih kecil dari 0,05 yang berarti Komite Audit berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kualitas auditor, pada kolom Estimate yaitu sebesar -0,289 yang artinya pengaruhnya tidak searah, adanya komite audit justru akan mengurangi Kualitas audit sebesar 0,289. Besarnya probabilitas pengaruh Pergantian Auditor terhadap kualitas auditor sebesar 0,527 yang nilainya jauh lebih besar dari 0,05, maka Hipotesis ditolak, dengan kata lain Pergantian Auditor tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap kualitas auditor.

Hipotesis keempat yaitu hanya variabel komite audit saja yang berpengaruh secara langsung terhadap integritas laporan keuangan, nilai probabilitas 0,001yang lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh langsung secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan, hasil pengujian ini sejalan dengan Keputusan Ketua BAPEPAM, Keputusan Menteri BUMN, dan Undang-undang BUMN yang menyatakan bahwa pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan, dimana komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam tata kelola perusahaan. Sedangkan variabel Kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, pergantian auditor, independensi auditor dan kualitas auditor secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan, mungkin hal ini disebabkan bahwa variabel-variabel tersebut kurang memperhatikan nilai kebenaran dan kejujuran laporan keuangan. Seperti intitusional, dalam hal kepemilikan sahamnya, institusional lebih memfokuskan pada perolehan laba. Kepemilikan saham oleh perusahaan merupakan

(12)

mekanisme yang dapat digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan, hal ini mengakibatkan laporan keuangan tidak memiliki nilai kebenaran dan kejujuran. Keberadaan dan pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan memenuhi ketentuan formal saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan tata kelola perusahaan yang baik di dalam perusahaan. Pengujian kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap Integritas laporan keuangan karena hubungan keduanya tidak signifikan pada P = 0,725 jauh diatas 0,05, dengan demikian hipotesis ditolak atau dengan kata lain kepemilikan institusional tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan, hasil penelitian ini juga sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earnings (Mas`ud 2003). Hasil pengujian antara kepemilikan manajemen terhadap integritas laporan keuangan menunjukkan nilai P = 0,555, yang berarti Kepemilikan manajemen tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Besarnya probabilitas pengaruh Komisaris Independen terhadap integritas laporan keuangan sebesar 0,177 yang nilainya lebih besar dari 0,05, maka hipotesis ditolak yang berarti bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan, Sylvia dan Siddharta (2005) menyatakan bahwa keberadaan dan pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan tata kelola perusahaan yang baik di dalam perusahaan. Besarnya probabilitas pengaruh Pergantian Auditor terhadap integritas laporan keuangan sebesar 0,710 yang nilainya jauh lebih besar dari 0,05, maka Hipotesis ditolak, dengan kata lain Pergantian Auditor tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadapintegritas laporan keuangan, hasil pengujian ini sejalan dengan agrianti (2009) yang menghasilkan tidak ada pengaruh pergantian auditor dengan integritas laporan keuangan. Besarnya probabilitas pengaruh independensi auditor terhadap integritas laporan keuangan sebesar 0,125 yang nilainya lebih

(13)

besar dari 0,05, maka Hipotesis ditolak, dengan kata lain independensi auditor tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan, temuan penelitian ini mendukung penelitian dari Susiana dan Arleen Herawaty (2007) yang menunjukkan hasil bahwa independensi auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Besarnya nilai P pada Kualitas auditor terhadap integritas laporan keuangan sebesar 0,188 yang nilainya lebih besar dari 0,05, maka Hipotesis ditolak, dengan kata lain kualitas auditor tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan, hasil pengujian ini sejalan dengan agrianti (2009) yang menghasilkan tidak ada pengaruh pergantian auditor dengan integritas laporan keuangan, hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Susiana dan Arleen Herawaty (2007) yang menunjukkan bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan

Dari hipotesis kelima yaitu terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan kepemilikan manajemen dan hubungan antara kepemilikan manajemen dengan komisaris independen, hal ini disebabkan karena institusional dan manajemen cenderung akan giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri, maka dari itulah sikap yang saling bekerjasama cenderung akan dilakukan oleh keduanya agar laba yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Adanya komisaris independen dalam suatu perusahaan dapat menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait, dimana pemegang saham minoritas dalam perusahaan property and real estate adalah kepemilikan manajemen.Terdapat hubungan antara kepemilikan kepemilikan institusional dengan kepemilikan manajemen, besarnya probabilitas pengaruh antara kepemilikan institusional dengan kepemilikan manajemen yang dilambangkan dengan *** yang berarti nilai P sangat kecil berada dibawah 0.05. nilai estimate yang negatif mengindikasikan bahwa pengaruh kepemilkan institusional dengan kepemilikan manajemen tidak searah. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin kecil kepemilikan manajemen. antara variabel komisaris independen dengan

(14)

kepemilikan manajemen, juga ditemukan pengaruh diantara keduanya, nilai P yang lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh secara langsung yang signifikan antara komisaris manajemen dengan kepemilikan manajemen. Sedangkan pada variabel independen yang lain tidak ditemukan saling berpengaruh, Karena nilai P yang lebih besar dari 0,05

Hipotesis keenam yaitu tidak adanya pengaruh tidak langsung dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan pergantian auditor secara parsial ke independensi auditor dan kemudian ke integritas laporan keuangan. Kecenderungan perusahaan yang menggunakan auditor eksternal untuk mengabaikan masa kerja sebuah Kantor Akuntan Publik, pada kenyataannya masih banyak perusahaan property and real estate yang menggunakan menggunakan kantor akuntan public lebih dari masa kerja yang telah sudah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik. Peraturan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama. Karena nilai P yang lebih besar dari 0,05 yang mengakibatkan hipotesis ditolak

Hipotesis ketujuh yaitu tidak adanya pengaruh tidak langsung dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan pergantian auditor secara parsial ke kualitas auditor dan kemudian ke integritas laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kualitas auditor tidak dapat digunakan sebagai variabel antara, karena berdasarkan penelitian ini, kualitas auditor tidak menyebabkan variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komisaris independen, komite audit dan pergantian auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kualitas auditor yang digunakan pada penelitian ini hanya berdasarkan pada pengelompokkan auditor big four dengan non big four, yang dimungkinkan kurang mencerminkan tingkat kualitas auditor eksternal. Karena nilai P yang lebih besar dari 0,05 yang mengakibatkan hipotesis ditolak.

(15)

Kesimpulan dan Saran

Masih banyak faktor-faktor lain yang mampu menjelaskan variabel integritas laporan sehingga perlu dikembangkan dalam penelitian selanjutnya. Sampel yang digunakan terbatas pada perusahaan property and real estate, data yang digunakan data sekunder dan periode amatan hanya lima tahun, dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian diatas, maka saran yang penulis ajukan untuk penelitian selanjutnya agar sampel yang digunakan lebih luas lagi menggunakan data primer, menambah periode penelitian agar sampel lebih representatif lagi.

Saran untuk perusahaan berdasarkan penelitian ini adalah disarankan perusahaan bisa lebih aktif lagi dalam peningkatan laporan keuangan, yaitu dengan cara memaksimalkan peran dari para pemegang saham, komite audit, komisaris independen dan seluruh pihak-pihak terkait agar laporan keuangan yang disajikan memiliki nilai kejujuran dan kebenaran. Perusahaanpun disarankan agar lebih peka terhadap pihak-pihak yang tidak bersungguh-sungguh menyajikan kebenaran dalam laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agrianti, 2009. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kualitas Auditor, Pergantian Auditor Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No.2, Juli 2009.

Ali Irfan, 2002. “Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”, Lintasan Ekonomi, Vol. XIX, No.2. Juli 2002.

Boediono, Gideon SB, 2005. “ Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Financial Accounting Standard Board.1980. “Statement of Financial Accounting Concepts No.2 : Qualitative Characteristics of Accounting Information”. Stamford Connecticut.

Francis, J. R., et all, 2003. “The market pricing of accruals quality”. Journal of Accounting and Economics, 39, 295–327.

(16)

Jamaan, 2008. ” Pengaruh mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Tesis S2 Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang.

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-20/PM/2002. Peraturan nomor VIII.A.2. Independensi Akuntan Kieso, 2001..

Kusindratno dan Sumarta, 2005. “Studi Mengenai Indikasi Manajemen Laba dalam Laporan Keuangan Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Unmer, Vol. 9, No. 1: 206-221.

Mayangsari, S, 2003. “Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003, pp. 1255–1273.

Mayangsari, Sekar, 2002. “Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Earnings per Share”. Makalah SNA V, Semarang.

Melvin dan Arleen, 2010. “pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Auditor dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No. 1:53-68, April 2010

Norlia Mat Norwani, et all, 2011. “Coorporate Governance Failure and Its Impact On Financial reporting Within Selected Companies”. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2, No. 21 : 205.

Pancawati, 2010. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi, Vol. 2, No. 1 :61-76

Penman, S.H, dan Zhuang, X.J, 2002. “Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and Stock Returns.” The Accounting Review, 77: 237-264.

Scott, R.W, 2000. “An Empirical Analysis of Coporate Ownership Structure in Turkish Manufacturing”.

Susiana, Arleen Herawati, 2007.”Analisis Pengaruh Indepedensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X.

(17)

Sylvia Veronica N.P. Siregar dan Siddharta Utama, 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Tarjo, 2002. “Analisa Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Mempublik di Indonesia.” Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Widyastuti, 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba dan Dampaknya pada Return Saham”. Akuntabilitas, Vol.7, No. 1:38-44, September 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Sebaya berpusat pada siswa, aktivitas siswa lebih dominan dibandingkan aktivitas guru

Menurut UU No.4 pasal 22 tahun 1992 pemukiman kumuh adalah pemukiman tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan tata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap mahasiswa terhadap iklan dan sikap terhadap produk Hand &amp; Body Lotion Citra serta untuk mengetahui apakah ada

secara tertulis maupun lisan tentang hasil dari suatu kegiatan atau intervensi yang telah. dilaksanakan.

Dari kedua variabel tersebut, komunikasi dan informasi mempunyai model hubungan yang linier terhadap kinerja waktu proyek khususnya pada indikator hubungan koordinasi

Oleh karena itu, setiap bulan Perusahaan Dzakiyah Permata Kendari melakukan peren- canaan untuk memproduksi abon ikan pada saat harga ikan murah, agar apabila harga