• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKONOMI RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI KABUPATEN MINAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKONOMI RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI KABUPATEN MINAHASA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

252

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKONOMI RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI KABUPATEN

MINAHASA

(Analysis of factors influence household economic of ongole cross breed Cattle farmers in Minahasa Regency)

Erwin Wantasen1 dan Budi Hartono2

1 Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado

2 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

e-mail : erwinwantasen@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga peternak sapi peranakan ongole (PO) dalam penggunaan inseminasi dan kawin alam serta menganalisis dampak perubahan faktor eksternal terhadap perilaku ekonomi rumah tangga peternak sapi seperti nilai tambah ternak sapi, pendapatan dan biaya produksi ternak sapi, penyerapan tenaga kerja rumah tangga pada usaha sapi, pendapatan usahatani tanaman pangan, pendapatan rumah tangga , konsumsi pangan dan non pangan.. Pengukuran inseminasi buatan dan kawin alam menggunakan pendekatan biaya inseminator dan biaya kawin alam. Penelitian adalah studi kasus terhadap 100 rumah tangga peternak sapi di Desa Kanonang III Kabupaten Minahasa yang dipilih secara acak.. Analisis data dilakukan dengan metode 2 stage least square (2 SLS) yang dilanjutkan dengan analisis simulasi dengan menggunakan program statistik SAS versi 9.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inseminasi dan kawin alam berpengaruh secara nyata terhadap nilai tambah usaha ternak sapi, selanjutnya nilai tambah ternak sapi mempengaruhi penyerapan tenaga kerja keluarga pada usaha sapi, biaya produksi ternak sapi, nilai produksi pupuk kandang, nilai menyewakan sapi pejantan dan nilai ternak sapi yang belum dijual.. Hasil analisis simulasi menunjukkan bahwa peningkatan biaya inseminator dan biaya kawin alam masing masing sebesar 25% mampu meningkatkan nilai tambah ternak sapi, penggunaan tenaga kerja keluarga, pendapatan dari ternak sapi, , pendapatan rumah tangga, konsumsi pangan dan non pangan.

Kata kunci : Biaya inseminator, Kawin alam, Nilai tambah, Pendapatan rumah tangga

PENDAHULUAN

Proses produksi, pendapatan dan konsumsi dalam rumah tangga peternak sapi potong merupakan satu unit kesatuan yang saling terkait , sehingga setiap terjadi perubahan dalam kebijakan yang mengatur aktivitas usaha ternak sapi akan berpengaruh terhadap produksi , pendapatan , konsumsi dan penggunaan tenaga kerja ( Hartono, 2006 ; Amalo dkk., 2012) Rumah tangga peternak sapi potong harus bisa hidup dari hasil produksinya sehingga harus bekerja keras untuk memperoleh tambahan produksi yang diharapkan. Kenaikan pendapatan peternak sapi kerja sebagai akibat dari peningkatan produksi ternak sapi akan memperbaiki kesejahteraan peternak di wilayah pedesaan. Peternak mulai mengkonsumsi lebih banyak bahan

(2)

makanan, khususnya yang memiliki nutrisi tinggi dalam bentuk biji-bijian berkualitas tinggi, telur, susu, buah-buahan dan sebagainya. Pendapatan ternak sapi yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan standar kehidupan peternak di pedesaan (Elly , 2009).

Pendapatan rumahtangga peternak meningkat mengakibatkan kecenderungan perubahan pola konsumsi pangan. Hukum Engels menjelaskan bahwa apabila pendapatan meningkat maka kontribusi pendapatan untuk konsumsi pangan akan menurun sehingga kontribusi konsumsi non pangan akan naik. Konsumsi non pangan ada dua macam yaitu konsumsi akibat kebutuhan dan konsumsi akibat dari keinginan. Apabila konsumsi akibat dari keinginan meningkat maka tabungan yang ada dirumahtangga peternak akan berkurang yang selanjutnya akan mempengaruhi investasi , produksi dan seterusnya (Asmah, 2011; Hartono, 2011; Duku et al., 2012; Gebru and Beyene, 2012). Usaha ternak sapi kerja di Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa sebagian besar adalah usaha peternakan rakyat yang sampai saat ini dikelola secara tradisional dengan skala usaha kecil, dan menggunakan teknologi sederhana. Karakter utama rumah tangga petani peternak menunjukkan bahwa usaha ternak dikelola oleh rumahtangga dan anggota keluarganya secara turun-temurun. Fenomena ini merupakan perilaku rumah tangga sebagai produsen dalam aktivitas ekonomi. Rumah tangga selain berperan sebagai produsen, penyedia tenaga kerja, juga sebagai konsumen. Tenaga kerja anggota keluarga dialokasikan baik untuk bekerja pada usaha ternak, usaha tani lainnya maupun luar usaha tani.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pendapatan peternak sapi tidak terlepas dari dua hal yaitu manfaat ternak sebagai ternak kerja baik untuk mengolah lahan pertanian maupun untuk sarana transportasi dan manfaat dari perkembangan nilai tambah ternak sapi dari tahun ke tahun. Nilai tambah ternak sapi di wilayah penelitian tidak terlepas dari kondisi fisik ternak sapi seperti postur tubuh tegap dan kekar serta penampilan sapi yang menarik seperti warna putih bersih, gumbanya tinggi. Selama ini peternak sapi di Kecamatan Kawangkoan menerapkan inseminasi buatan (IB) yang dikombinasikan dengan sistim kawin alam dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah ternak sapi yang dimilikinya. Nilai tambah ternak sapi yang semakin besar akan meningkatkan pendapatan peternak sapi yang selanjutnya akan memperbaiki kesejahteraan peternak diwilayah pedesaan. Peternak mulai mengkonsumsi lebih banyak bahan makanan terutama yang memiliki nutrisi tinggi dalam bentuk biji –bijian , telur, susu buah-buahan dan sebagainya . Bibit sapi yang digunakan pada IB adalah bibit sapi PO yang sangat diminati oleh masyarakat di daerah penelitian. Pendapatan dari ternak sapi peranakan ongole yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan standar kehidupan peternak di pedesaan.

Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini secara umum bertujuan mempelajari perilaku ekonomi rumah tangga petani peternak sapi di Kabupaten Minahasa. Tujuan khususnya adalah (1) Menganalisis keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi rumah tangga pada kondisi penggunaan teknologi insemianasi buatan dan kawin alam (2) Menganalisis pengaruh perubahan faktor eksternal terhadap ekonomi rumah tangga peternak pada kondisi penggunaan teknologi inseminasi dan kawin alam.

(3)

254

MATERI DAN METODE Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan di Desa Kanonang III Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa dipilih sebagai wilayah penelitian dengan pertimbangan Kabupaten Minahasa merupakan sentra produksi ternak sapi kerja terbesar di Sulawesi Utara dengan jumlah populasi ternak sapi 27.938 ekor (BPS Sulut, 2012). Kecamatan Kawangkoan dipilih menjadi wilayah penelitian karena pada tahun 2011 memiliki populasi ternak sapi terbesar di Kabupaten Minahasa yaitu 6.024 ekor (BPS Sulut, 2012). Desa Kanonang III dipilih menjadi lokasi penelitian karena memiliki populasi ternak sapi terbanyak di Kecamatan Kawangkoan yaitu 765 ekor pada tahun 2011 (BPS Sulut, 2012). Peternak sapi di desa Kanonang III sudah menerapkan inseminasi buatan disamping kawin alam dan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kandang. Pengumpulan data primer penelitian dilakukan sejak bulan Juni 2012 sampai bulan Agustus 2012

Jenis data , teknik pengambilan data dan penentuan sampel responden

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa jumlah ternak sapi, jumlah anggota keluarga, pengalaman beternak, biaya produksi, pendapatan dari usaha ternak sapi dan tanaman , konsumsi, penggunaan tenaga kerja manusia dan ternak, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey (pengamatan langsung) di lapang dengan mendapatkan keterangan secara jelas dan rinci dari peternak sampel tentang suatu hal tertentu dengan panduan kuisioner dan wawancara secara mendalam. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 peternak sapi yang dipilih secara purposive random sampling dari 230 peternak sapi dengan pertimbangan peternak memiliki sedikitnya 1 ekor ternak sapi dan pernah menjual sapi

Metode Analisis Data

Untuk menjawab tujuan penelitian maka digunakan pendekatan model ekonometrika. Model ekonomi rumah tangga yang dibangun menggunakan persamaan simultan sehingga dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel pada ekonomi rumah tangga peternak sapi. Model memiliki 12 persamaan terdiri dari 9 persamaan struktural dan 3 persamaan identitas. Jumlah peubah endogen sebanyak 12 dan peubah eksogen sebanyak 7. Untuk menduga parameter estimasi digunakan metode 2 SLS ( Two Stage Least Square). Untuk mengetahui pengaruh perubahan faktor eksternal terhadap ekonomi rumah tangga dilakukan analisis simulasi terhadap (1) biaya inseminator naik 25 persen dan (2) biaya kawin alam naik 25 persen setelah terlebih dahulu model di validasi dengan menggunakan kriteria Theil’s Inequality Coeficient (Greene, 2003) Pengolahan data dilakukan dengan program Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Model ekonomi rumah tangga yang dibangun adalah :

1. Nilai Tambah Ternak Sapi

(4)

2 Penggunaan Tenaga Kerja

TKDS = b0 + b1 PROS + b2 JARP+ ei………. (2)

3. Biaya Usaha Ternak Sapi BPH = c0 + c1 BPKS + c2 PROS + ei ………. (3)

4. Pendapatan dan Penerimaan PDRT = PDS + PDNS ………...……... (4) PDS = PNS + NPKS + NMJ + NTD - BPTS ... (5) PNS = i0 + i1PROS + ei………... (6) BPTS = BPH + BIN + BKA ………. (7) NPKS = d0 + d1PROS + e1 ………. (8) NMJ = e0 + e1 PROS + ……… (9) NTD = f0 + f1 PROS + ……… (10) 5. Konsumsi KP = g0 + g1 PDRT + g2 PDFO + g3 JART + ei ………. (11) KNP = h0 + h1 PDRT+ h2 KP + ei……… (12)

dimana, PROS adalah nilai tambah ternak sapi (Rp/thn/responden), TKDS adalah tenaga kerja keluarga pada usaha sapi (HOK/thn/responden), BPTS adalah biaya produksi usaha ternak sapi( Rp/thn/responden), BPH adalah biaya pakan hijauan (Rp/thn/responden), PDRT adalah pendapatan rumah tangga peternak sapi (Rp/thn/responden), PDS adalah pendapatan dari usaha ternak sapi (Rp/thn/responden), PNS adalah penerimaan penjualan sapi (Rp/thn/responden) , NPKS adalah nilai pengolahan kotoran sapi (Rp/thn/responden), NMJ adalah nilai menyewakan pejantan (Rp/thn/responden) , NTD adalah nilai ternak yang belum terjual ( Rp/thn/responden), PDNS adalah pendapatan dari usahatani tanaman pangan ( Rp/thn/responden), KP adalah konsumsi pangan (Rp/tahun/responden) , KNP adalah konsumsi non pangan ( Rp/thn/responden) , BIN adalah biaya inseminator (Rp/thn/responden), BKA adalah biaya kawin alam ( Rp/thn/responden), BPKS adalah biaya pendidikan dan kesehatan (Rp/thn/responden), JARP adalah jumlah anggota rumah tangga usia produktif ( Orang/responden), JART adalah jumlah anggota rumah tangga (orang/responden), PDFO adalah pendidikan formal peternak (tahun),

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekonomi rumah tangga peternak sapi peranakan Ongole

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya inseminator berpengaruh terhadap nilai tambah ternak sapi karena adanya biaya inseminator berarti peternak telah melakukan proses inseminasi buatan (IB) dengan bibit sapi peranakan ongole (PO) sehingga memperoleh tambahan pedet sapi setiap tahun. Meningkatnya biaya inseminator akan mendorong inseminator menjadi lebih aktif melakukan inseminasi.

Masyarakat di daerah penelitian lebih menyukai bibit sapi PO dibandingkan dengan sapi lainnya karena sesuai dengan kebutuhan peternak untuk memiliki sapi sebagai tenaga kerja. Melalui inseminasi buatan peternak dapat mengawinkan

(5)

256

sekaligus lebih dari satu ekor betina yang siap kawin karena bibit sapi pejantan dalam teknologi IB memiliki kemampuan ribuan kali (Diwyanto, 2008). Biaya kawin alam berpengaruh terhadap nilai tambah ternak sapi karena kawin alam menjadi alternatif pilihan peternak bila bibit sapi PO melalui IB tidak tersedia saat ternaknya siap untuk dikawinkan sehingga peternak akan mencari pejantan yang akan dikawinkan dengan ternak betina miliknya. Namun demikian jika melihat nilai parameter analisis menunjukkan bahwa nilai tambah ternak sapi yang diperoleh dari hasil inseminasi buatan lebih tinggi dari nilai tambah ternak hasil kawin alam. Hal ini karena kualitas bibit sapi PO pejantan dengan teknik IB lebih baik dari bibit pejantan dengan teknik kawin alam. Pada sistim kawin alam didaerah penelitian seekor sapi pejantan biasanya melayani empat sampai lima ekor betina dalam sehari sehingga seringkali ternak mengalami kelelahan dan akibatnya proses kawin alam sering ditunda. Penggunaan tenaga kerja keluarga berpengaruh terhadap nilai tambah ternak sapi karena setiap hari peternak mengurus ternaknya dengan baik sehingga ternak sapi memiliki penampilan fisik yang baik sebagai tenaga kerja dan nilainya semakin tinggi. Tenaga kerja keluarga pada usaha ternak sapi meliputi memberi makan dan minum, memandikan, mengawinkan, menjual, dan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kandang. Hasil penelitian sejalan dengan Kalangi (2008) dan Purnomo (2010) bahwa produksi dan pendapatan usaha sapi potong dipengaruhi oleh jumlah sapi potong, tenaga kerja keluarga , pendidikan peternak dan jumlah pakan konsentrat.

Nilai tambah ternak sapi berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja keluarga di usahaternak sapi kerja karena semakin besar nilai tambah ternak sapi hasil inseminasi dan kawin alam mengakibatkan keluarga harus mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk mengurus sapinya terutama untuk memberi pakan hijauan dan minum, atau mengurus ternak saat bunting serta mengurus anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi tenaga kerja keluarga telah dimanfaatkan dalam pemeliharaan usahaternak sapi karena keluarga tidak mensubtitusi tenaganya dengan tenaga upahan. Sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya bahwa tenaga kerja keluarga pada usaha sapi potong dipengaruhi oleh nilai tambah ternak sapi, produksi ternak, anggota rumah tangga produktif, pendapatan keluarga, pendapatan dari usaha ternak sapi, upah bayangan tenaga kerja, biaya produksi ternak sapi ( Rochaeni dan Lokollo, 2006; Elly , 2009; Purnomo, 2010). Nilai tambah ternak sapi berpengaruh terhadap biaya pakan hijauan karena biaya pakan hijauan tergantung pula pada jumlah pemilikan ternak yang dihasilkan dari penggunaan teknologi inseminasi dan kawin alam. Semakin banyak jumlah ternak maka biaya pakan hijauan semakin banyak. Sebaliknya bila pakan hijauan berkurang maka pertumbuhan sapi akan terganggu dan akan mengurangi nilai tambah ternak sapi. Walaupun pakan hijauan yang ada dilokasi penelitian tidak dibeli namun biaya hijauan pakan ternak sapi dihitung dari upah yang dikeluarkan oleh peternak untuk mencari hijauan makanan ternak. Bila musim kemarau, rumah tangga akan kesulitan untuk mendapatkan lahan sebagai lokasi ternak untuk merumput sehingga peternak akan mencari lokasi yang lebih jauh untuk ternak sapi merumput. Hal ini berarti biaya pakan hijauan akan semakin besar. Pakan yang diberikan bukan hanya rumput tetapi daun jagung dan jagung muda.

Nilai Tambah ternak sapi berpengaruh terhadap nilai produksi pupuk kandang karena nilai tambah ternak akan meningkatkan produksi kotoran sapi sehingga dibutuhkan tambahan tenaga kerja keluarga untuk mengolahnya menjadi pupuk. Pupuk kandang di daerah penelitian tidak di perjualbelikan tetapi hanya digunakan sendiri oleh rumahtangga peternak untuk usahatani tanaman pangan. Pengukuran

(6)

nilai produksi pupuk melalui upah tenaga kerja mengolah kotoran sapi menjadi pupuk kandang. Karena itu semakin besar tenaga kerja keluarga untuk mengolah kotoran sapi menjadi pupuk akibat peningkatan nilai tambah ternak maka semakin besar nilai produksi pupuk kandang. Selanjutnya nilai tambah ternak sapi berpengaruh terhadap nilai menyewakan sapi pejantan karena sapi pejantan yang dimiliki peternak adalah sapi pilihan dan sudah dikenal masyarakat mampu menghasilkan anak sapi yang berkualitas sesuai keinginan peternak sehingga mempengaruhi nilai sewanya. Nilai sewa pejantan bervariasi antara Rp. 150.000 sampai Rp 300.000 tergantung pada penampilan fisik sapi. Peternak menginginkan anak sapi yang memiliki karakteristik yang sama dengan sapi pejantan dan induknya

Nilai tambah ternak sapi berpengaruh terhadap nilai ternak sapi yang belum dijual karena peternak memelihara ternak yang masih produktif untuk bekerja dan menghasilkan keturunan, berumur kurang dari 6 tahun termasuk ternak betina yang sedang bunting dan sapi pejantan. Rata-rata setiap tahun peternak memperoleh tambahan seekor pedet sehingga nilai tambah ternak yang dimiliki semakin besar. Pada umur 18 bulan sampai 28 bulan sapi betina mulai dikawinkan dan sapi jantan mulai dijadikan sumber bibit sehingga bila sapi betina dan sapi pejantan sudah berumur 6-7 tahun akan dijual oleh peternak karena dianggap tidak produktif (Wiyono dan Aryogi, 2008). Nilai tambah ternak sapi berpengaruh terhadap penerimaan penjualan ternak sapi karena peternak memeilihara ternak sapi jenis PO yang cocok dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat di daerah penelitian. Nilai tambah ternak di Desa Kanonang III tergantung pada jenis ternak, jumlah pemilikan ternak dan kondisi ternak. Peningkatan nilai tambah biasanya diikuti dengan peningkatan harga jual sapi sehingga penerimaan peternak semakin besar. Namun demikian peningkatan nilai tambah ternak tidak langsung direspons peternak dengan menjual ternaknya karena peternak akan menjual sapi pada saat tertentu saja seperti untuk biaya pendidikan anak, pesta, atau biaya kesehatan ( Elly , 2009)

Pendapatan rumah tangga peternak sapi berpengaruh terhadap konsumsi pangan rumah tangga. Hal ini karena adanya tambahan pendapatan rumah tangga sampai batas tertentu maka keluarga akan menggunakan tembahan pendapatan itu untuk menambah jenis dan volume konsumsi bahan pangan. Nilai koefisien pendapatan rumah tangga sebesar 0.02 relatif sama dengan penelitian Fariyanti dkk, (2007) sebesar 0.01 yang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan. Hal ini karena rumah tangga mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Sampai pada batas tertentu tambahan pendapatan akan dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sekunder (Hartono, 2006 ; Elly , 2009). Jumlah anggota rumah tangga berpengaruh terhadap konsumsi pangan karena bertambahnya anggota keluarga menyebabkan kebutuhan beras dan lauk pauk makin meningkat. Rumah tangga sangat memperhatikan kebutuhan pangan keluarga untuk beraktifitas setiap hari dalam usahatani dan diluar usahatani.Hal ini sejalan dengan penelitian Fariyanti dkk ( 2007) bahwa konsumsi pangan oleh rumah tangga petani sayuran sangat dipengaruhi oleh total pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, resiko perubahan harga dan produksi usahatani sayuran.

Pendapatan rumah tangga berpengaruh terhadap konsumsi non pangan. Hal ini karena pendapatan yang diperoleh rumah tangga dialokasikan untuk berbagai kebutuhan termasuk non pangan seperti kebutuhan proses produksi usaha tani, pendidikan dan kesehatan, pakaian, sosial rohani, transportasi, dan sebagainya. Namun demikian rumah tangga peternak juga memperhatikan skala prioritas

(7)

258

pengeluaran untuk konsumsi non pangan. Hal ini berbeda dengan penelitian Elly dkk, (2008) bahwa konsumsi non pangan tidak responsif terhadap pendapatan rumah tangga.

Table 1. Analisis Model Ekonomi Rumah Tangga Peternak Sapi PO

Variabel Kode Koefisien

regresi Probabilitas R2 t- Value Prob>[t]

Nilai Tambah Ternak Sapi

Intersep

Tenaga Kerja Keluarga Pada Usaha Ternak Sapi Biaya Inseminator Biaya Kawin Alam

Tenaga kerja Keluarga Pada Sapi

Intercept

Nilai Tambah Ternak sapi Jumlah Anggota RT Usia Produktif

Biaya Pakan Sapi

Intercept

Nilai Tambah Ternak Sapi Biaya Pendidikan dan Kesehatan

Nilai Produksi Pupuk Kandang

Intercept

Nilai Tambah Ternak Sapi

Nilai Menyewakan Pejantan

Intercept

Nilai Tambah Ternak Sapi

Nilai Sapi Belum Dijual

Intersep

Nilai Tambah Ternak Sapi

Penerimaan Sapi

Intersep

Nilai Tambah Ternak Sapi

Konsumsi Pangan

Intersep Pendapatan RT Pendidikan Formal Jumlah Anggota RT

Konsumsi Non Pangan

Intersep Pendapatan RT Konsumsi Pangan PROS TKDS BIN BKA TKDS PROS JARP BPH PROS BPKS NPKS PROS NMJ NTD PNS PROS KP PDRT PDFO JART KNP PDRT KP 0,000000151*** 159533,4*** 57,65** 26,60*** 97,74*** 0,000002628*** 1,38*** 5824112*** 0,12*** -0,01 -156970*** 0,02** -4349179*** 0.38*** -9108377** 1,21*** 7208853*** 0,14*** 4885729*** 0,43** 172132* 1350623*** 7743148*** 0,12*** -0,04 3,92 4,82 2,27 5,14 9,95 5,64 0,48 14,58 4,79 -0,41 -3,23 7,67 -8,45 12,31 -3,63 17,6 6,47 2,11 4,45 2,43 1,73 7,20 2,71 2,69 -0,19 0.0002 <,0001 0,0258 <,0001 <.0001 <.0001 0,6347 <,0001 <,0001 0,1838 0,0017 <,0001 <,0001 <,0001 0,0004 <,0001 <,0001 0,0375 <,0001 0,0170 0,0870 <,0001 0.0079 0,0084 0,2531 0.7743 0,6021 0.6267 0.6175 0,7072 0,7596 0,5533 0,7011 0,6035

Sumber : Data Diolah Menggunakan SAS 9.1 (2013)

(8)

Dampak perubahan faktor eksternal terhadap ekonomi rumah tangga peternak sapi Perubahan faktor eksternal difokuskan pada peningkatan biaya inseminator dan peningkatan biaya kawin alam. Hasil simulasi perubahan faktor eksternal terhadap ekonomi rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Dampak Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Ekonomi Rumah Tangga Peternak

Variabel

Endogen Simulasi Dasar Simulasi 1 Simulasi 2

PROS TKDS BPTS BPH PDRT PDS PNS NPKS NMJ NTD KP KNP 15216478 141,4 8873924 7635360 71743817 39577168 9355046 184062 1436765 31217420 13409072 10632153 16572874 (8,91%) 144,9 (2,48%) 9097754 (2,52%) 7800998 (2,17%) 75852096 (5,73%) 43685447 (10,38%) 9546357 (2,05%) 214461 (16,52%) 1952524 (35,90%) 34812059 (11,51%) 13499155 (0,67%) 10830153 (1,86%) 17200836 (13,04%) 146,6 (3,68%) 9224703 (3,95%) 7877682 (3,17%) 77730754 (8,34%) 45564106 (15,13%) 9634928 (2,99%) 228535 (24,16%) 2191301 (52,52%) 36476246 (16,85%) 13540348 (0,98%) 10920696 (2,71%)

Sumber : Data Diolah Menggunakan SAS 9.1 (2013) Keterangan :

Simulasi 1 : Biaya inseminator naik 25 persen Simulasi 2 : Biaya kawin alam naik 25 persen

Dampak peningkatan biaya inseminator terhadap ekonomi rumah tangga peternak sapi

Peningkatan biaya inseminator sebesar 25 persen berdampak pada nilai tambah ternak sapi yang meningkat 8,91 persen yang selanjutnya akan meningkatkan penerimaan dari penjualan sapi sebesar 2,05 persen sehingga pendapatan dari usaha sapi mengalami kenaikan sebesar 10,38 persen. Biaya produksi ternak sapi meskipun mengalami kenaikan sebesar 2,52 persen namun kenaikan nilai penjualan ternak masih tetap memberikan pendapatan bagi peternak. Pendapatan rumahtangga peternak secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar 5,73 persen meskipun pendapatan dari usahatani tanaman pangan dan dari luar sektor pertanian tidak mengalami perubahan sehingga meningkatkan total konsumsi dan tabungan rumah tangga masing-masing sebesar 1,20 persen dan 8,37 persen. Penyerapan tenaga kerja keluarga di usaha sapi kerja meningkat sebesar 2,48 persen sehingga berdampak pada meningkatnya biaya produksi ternak sapi.

Dampak peningkatan biaya kawin alam terhadap ekonomi rumahtangga peternak sapi

Peningkatan biaya kawin alam sebesar 25 persen berdampak pada meningkatnya nilai tambah ternak sapi sebesar 13,04 persen yang selanjutnya meningkatkan penerimaan dari penjualan sapi sebesar 2,99 persen sehingga pendapatan dari usaha

(9)

260

sapi mengalami kenaikan 15,13 persen. Biaya produksi meskipun mengalami kenaikan 3,95 persen namun kenaikan nilai penjualan ternak masih memberikan pendapatan bagi peternak. Pendapatan rumahtangga peternak secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 8,34 persen sehingga meningkatkan total konsumsi dan tabungan rumah tangga masing-masing sebesar 1,75 persen dan 12,72 persen demikian pula dengan penyerapan tenaga kerja keluarga pada usaha sapi meningkat 3,68 persen.

KESIMPULAN

1. Keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi rumah tangga peternak adalah, teknologi inseminasi buatan dan kawin alam mempengaruhi nilai tambah ternak sapi. Nilai tambah ternak sapi mempengaruhi tenaga kerja keluarga pada usaha sapi, biaya pakan hijauan, nilai produksi pupuk kandang, nilai menyewakan pejantan nilai ternak yang belum dijual, penerimaan dari penjualan sapi. Konsumsi rumah tangga seperti konsumsi pangan dan non pangan dipengharuhi oleh tingkatpendapatan rumah tangga

2. Dampak faktor eksternal terhadap ekonomi rumah tangga peternak sapi adalah, peningkatan biaya inseminator sebesar 25 persen dan biaya kawin alam 25 persen berdampak positif terhadap nilai tambah ternak sapi, penyerapan tenaga kerja keluarga di usaha sapi, biaya produksi ternak sapi, pendapatan ternak sapi, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Amalo, S.,, H Budi dan D.H. Utami. 2012. Model Simulasi Peningkatan Ternak Sapi Induk Pola Gaduhan Terhadap Curahan Tenaga Kerja : Studi Kasus Di Kecamatan Amanuban Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sains Peternakan Vol 10(1) , Maret 2012 :30-38 Asmah, E.E., 2011. Rural Livelihood Diversivication And Agricultural Household Welfare In

Ghana. Jurnal of Development and Agricultural Economics Vol 3(7) July 2011 pp: 325-334 BPS. Sulut, 2012. Sulawesi Utara Dalam Angka . Kantor Statistik Sulawesi Utara, Manado Duku.S., J. Akke and H.M.J Udo 2012. Household Vulnerability and Small Ruminant Benefits

in The Traditional Zone of Ghana.. Jurnal of Agricultural Extension and Rural Development Vol 4(5) March 2012 pp : 98-106

Elly. F.H., B M. Sinaga., S U Kuntjoro, dan N Kusnadi. 2008. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Rakyat Melalui Integrasi Sapi Tanaman Di Sulawesi Utara. Jurnal Litbang Pertanian, 27(2), 2008:. 63-68

Elly.F.H. 2009.Ternak Sapi dan Prospek Pengembangannya di Kabupaten Minahasa. Jurnal Zootek Vol 29. : 219-232

Fariyanti.A., Kuntjoro., S. Hartoyo., A. Daryanto. 2007. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Resiko Produksi dan Harga Di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Jurnal Agro Ekonomi Vol 25 (2) Oktober 2007 : 178-208

(10)

Gebru, G. W. and F Beyene. 2012. Rural household livelihood strategies in drought-prone areas: a case of gulomekeda district, eastern zone of tigray national regional state, ethiopia. journal of development and agricultural economics Vol. 4(6) :pp 158-168.

Greene, W.H. 2003. Econometric Analysis. Fourth Edition. Prentice Hall

Hartono,B. 2006. Ekonomi rumah tangga peternak sapi perah : Studi kasus di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Animal Production Vol 8 No.3, September 2006, 226-232

Hartono, B 2011. Analisis ekonomi rumah tangga peternak sapi potong di Kecamatan Damsol, Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1: 60-70

Kalangi, J.K.J. 2008. Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Di Kecamatan Kawangkoan. Jurnal Zootek (26) :1-11

Purnomo, S. 2010. Model Simulasi Kebijakan Pengembangan Pendapatan Ekonomi Rumah Tangga Peternak Sapi Potong (Studi Kasus di Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala). Disertasi. Universitas Brawijaya Program Pasca Sarjana Malang

Rochaeni, S dan E.M. Lokollo 2005. faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumah tangga di Kelurahan Situgede Kota Bogor. Jurnal Agro Ekonomi Vol 23 (2). :133-157

Wiyono. D.B., dan Aryogi. 2008. Petunjuk Teknis Sistim Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangangan Peternakan. Departemen Pertanian

Gambar

Tabel  2.  Dampak  Perubahan  Faktor  Eksternal  Terhadap  Ekonomi  Rumah  Tangga  Peternak

Referensi

Dokumen terkait

Kombinasi HPMC K4M – amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat maupun interaksinya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan, floating

(2) The Treffinger model is proved to be effective in improving the students’ ability in determining the main idea of paragraph in tenth grade (3 rd class of

rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kategori KAM atas dan bawah diperoleh bahwa rata-rata pe- ningkatan kelas eksperimen lebih besar dari- pada

Pada kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa strategi jumput efektif dalam pemebelajaran Bahasa indonesia materi membaca puisi “Tanah Air Mata” karya Sutardji Calzum

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil validasi produk pengembangan oleh tiga orang dosen ahli pembelajaran fisika. Data tersebut dikumpulkan

Pada table di atas kita juga dapat melihat bahwa nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat

Dalam mensyukuri pencapaian Usia yang ke 35, Persekutuan Kaum Bapak sebagai salah satu Sumber Daya Insani GPIB dan sebagai seorang ayah harus menjadi inspirator dan motivator

Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari tiga indikator kinerja dosen yang harus dilaksanakan oleh dosen STAI DDI Maros, yang memperihatinkan adalah pada